Anda di halaman 1dari 30

Analisis Perusahaan

FEIZAL SHALICH NURACHMADY (21)


Kenapa Rokok ? (HMSP)

1. Menyumbang 1,66% total Pendapatan Domestik Bruto (PDB) Indonesia, dan


devisa negara melalui ekspor ke dunia yang nilainya pada 2013 mencapai
US$ 700 juta.
2. Menjadi sumber penghidupan bagi 6,1 juta orang yang bekerja di industri
rokok secara langsung dan tidak langsung, termasuk 1,8 juta petani
tembakau dan cengkeh.
3. Penerimaan negara dari sektor bea dan cukai tahun 2013 lalu tercatat Rp
108,45 triliun. Dari jumlah tersebut, cukai hasil tembakau dan rokok masih
mendominasi dengan angka mencapai Rp 103,53 triliun.
Analisis Kualitatif dan
Kuantitatif HMSP

Analisis Kualitatif :
Analisis five forces Porter:
1) Persaingan perusahaan yang sudah ada
2) Ancaman pendatang baru
3) Daya tawar pelanggan
4) Daya tawar pemasok
5) Ancaman produk substitusi
Persaingan Perusahaan yang
sudah ada di Indonesia

Perusahaan rokok yang listing di bursa di Indonesia ada 4 perusahaan saja, yaitu
GGRM, HMSP, RMBA, dan WIIM. Ini artinya hanya ada 4 perusahaan rokok
besar yang menguasai pasar rokok di Indonesia. Sedangkan produsen-produsen
rokok lainnya hanya berskala kecil dan memiliki pangsa pasar yang jauh lebih
rendah dibandingkan keempat perusahaan tersebut.
Market Share
Ancaman Pendatang Baru

Tidak ada.
Daya Tawar Pelanggan

Daya tawar pelanggan dalam industri rokok rendah. Hal ini karena rokok
bersifat candu dan biasanya sulit untuk bisa berhenti merokok total. Konsumen
juga biasanya setia pada produk-produk tertentu yang disukainya.
Daya Tawar Pemasok

Daya tawar pemasok/produsen tinggi. Alasannya sama dengan penyebab


kenapa daya tawar pelanggan itu rendah, yaitu karena biasanya konsumen
rokok sudah kecanduan dan setia para produk-produk rokok tertentu.
Produk Substitusi

Ada produk yang sering disebut rokok elektrik/vapor. Akan tetapi tetap saja
rasanya berbeda, sulit untuk sepenuhnya menggantikan rokok. Selain itu juga
berbahaya, bisa meledak.
Analisis Kuantitatif:
1) Analisis industri
2) Analisis laporan keuangan
HMSP

 Hanjaya Mandala Sampoerna Tbk atau dikenal dengan nama HM Sampoerna Tbk (HMSP)
didirikan tanggal 27 Maret 1905 dan memulai kegiatan usaha komersialnya pada tahun
1913 di Surabaya sebagai industri rumah tangga. Kantor pusat HMSP berlokasi di Jl.
Rungkut Industri Raya No. 18, Surabaya.
 HM Sampoerna memiliki 5 pabrik, yakni: dua pabrik Sigaret Kretek Mesin (SKM) di
Pasuruan dan Karawang serta lima pabrik Sigaret Kretek Tangan (SKT) dengan lokasi
sebagai berikut: tiga pabrik di Surabaya serta masing-masing satu pabrik di Malang dan
Probolinggo. Sampoerna bermitra dengan 38 Mitra Produksi Sigaret (MPS). HMSP juga
memiliki kantor perwakilan korporasi di One Pacific Place, lantai 18, Sudirman Central
Business District (SCBD), Jln. Jend. Sudirman Kav. 52 – 53, Jakarta 12190.
 Induk usaha HM Sampoerna adalah PT Philip Morris Indonesia (menguasai 92,50% saham
HMSP), sedangkan induk usaha utama HM Sampoerna adalah Philip Morris International,
Inc.
 Berdasarkan Anggaran Dasar Perusahaan, ruang lingkup kegiatan HMSP meliputi
manufaktur dan perdagangan rokok serta investasi saham pada perusahaan-perusahaan lain.
Merek-merek rokok HM Sampoerna, antara lain: A Mild, Dji Sam Soe, Sampoerna Kretek,
U mild dan mendistribusikan Marlboro.
Analisis Industri HMSP
 Dilihat dari margin laba bersih yang diperoleh dari masing-masing perusahaan, ada 2 yang
terbaik yaitu GGRM dan HMSP. Ini berbanding lurus dengan penjualan yang dihasilkan dari
perusahaan-perusahaan tersebut.
 PER dilihat untuk menilai apakah harga saham suatu perusahaan dalam suatu industri terlalu
murah atau mahal. Oleh sebab itu, PER suatu perusahaan harus dibandingkan terlebih dahulu
dengan PER rata-rata industri. Dalam industri rokok ini, yang terlihat tidak wajar adalah
HMSP yang sahamnya tergolong sangat mahal, dan RMBA tergolong sangat murah dilihat
dari PER-nya. Untuk GGRM dan WIIM selisih tidak berbeda jauh, sehingga bisa dijadikan
patokan dalam industri rokok.
 ROA, ROE tertinggi dimiliki oleh GGRM dan HMSP.
 Rasio utang terhadap modal dari kesemua perusahaan bisa dikatakan berimbang, tidak
berbeda jauh. Sehingga pemilihan saham dilakukan dengan melihat rasio-rasio selain rasio
utang terhadap modal.
 Dalam pengamatan saya di pasar, produk yang sekiranya digunakan oleh semua kalangan
adalah produk Sampoerna, yaitu varian Sampoerna Mild. Anak kecil sampai lansia bisa
dikatakan cocok dengan produk ini.
 Oleh karena alasan ROA, ROE, laba bersih, nilai kapitalisasi perusahaan, dan pengamatan di
pasar, saya memilih HMSP untuk industri rokok.
Sumber: infounik-pintar.blogspot.com
Analisis Kuantitatif
Analisis Teknikal
Kesimpulan

1. Analisis teknikal utama menggunakan analisis teknikal klasik (Price


Action).
2. Penggunaan indikator teknikal modern (Stochastic, MACD, dll) sebagai
konfirmator. Bukan sebagai alat analisis utama.
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai