Anda di halaman 1dari 10

A.

MODEL PUPUK PELEPASAN TERKENDALI


Pupuk didefinisikan sebagai material yang ditambahkan ketanah atau tajuk
tanaman dengan tujuan untuk melengkapi katersediaan unsur hara. Bahan pupuk yang
paling awal adalah kotoran hewan, sisa pelapukan tanaman dan arang kayu.
Pemakaian pupuk kimia kemudian berkembang seiring dengan ditemukannya deposit
garam kalsium di Jerman pada tahun 1839.
Pupuk berdasarkan tingkat kecepatan pelepasan hara dari akar dapat dibagi
menjadi dua, yaitu pupuk fast release dan pupuk slow release.
a. Pupuk Fast Release
Pupuk fast release merupakan merupakan pupuk yang akan melepaskan unsur
hara yang dikandungnya secara cepat sehingga terkadang tidak sesuai dengan
waktu dan kebutahan tanaman. Jika pupuk fast release ditebarkan ke tanah dalam
waktu singkat unsur hara yang ada atau terkandung langsung dapat dimanfaatkan
oleh tanaman. Kelemahan pupuk ini adalah hara yang ada dalam pupuk terlalu
cepat habis, bukan hanya karena diserap oleh tanaman tetapi juga menguap atau
tercuci oleh air. Yang termasuk pupuk fast release antara lain urea, ZA dan KCl.
b. Pupuk Slow Release
Pupuk slow release atau pupuk lepas terkendali (controlled release)
merupakan pupuk yang akan melepaskan unsur hara yang dikandungnya sedikit
demi sedikit sesuai dengan kebutuhan tanaman. Dengan demikian, manfaat yang
dirasakan dari satu kali aplikasi akan lebih lama bila dibandingkan dengan pupuk
fast release. Mekanisme ini dapat terjadi karena unsur hara yang dikandung pupuk
slow release dilindungi secara kimiawi dan mekanis. Contohnya adalah pupuk
Methylin Urea, Urea Formaldehid dan pupuk Iso buthylident Diurea. Pupuk jenis
ini harganya sangat mahal sehingga hanya digunakan untuk tanaman-tanaman
yang bernilai ekonomis tinggi (Sutarjo, 2013).

Pupuk slow release atau pupuk pelepasan terkendali, sering juga disebut sebagai
pupuk kontrol pelepasan atau pupuk lambat, adalah jenis pupuk yang dirancang untuk
melepaskan nutrisi tanaman secara bertahap selama periode waktu yang lebih lama
daripada pupuk biasa. Pupuk slow release merupakan pupuk lepas terkendali
(controlled release) yang akan melepaskan unsur hara yang dikandung secara
perlahan sesuai dengan kebutuhan tanaman. Mekanisme ini dapat terjadi karena unsur
hara yang dikandung pupuk slow release dilindungi secara kimiawi dan mekanis.
Perlindungan secara mekanis dapat dilakukan dengan menggunakan bahan
pembungkus selaput polimer atau selaput yang mirip dengan bahan pembungkus
kapsul. Contohnya, polymer coated urea dan sulfur coated urea. Perlindungan secara
kimiawi dapat dilakukan dengan cara mencampur bahan pupuk menggunakan zat
kimia, sehingga bahan pupuk tersebut lepas secara terkendali (Sutarjo, 2013). Tujuan
utama dari pupuk pelepasan terkendali adalah meningkatkan efisiensi penggunaan
nutrisi oleh tanaman, mengurangi risiko overfertilization, dan mengurangi jumlah
aplikasi pupuk yang diperlukan. Pupuk ini memiliki beberapa keunggulan, seperti:

a. Pelepasan Nutrisi Bertahap: Pupuk pelepasan terkendali melepaskan nutrisi


secara perlahan ke dalam tanah seiring berjalannya waktu. Ini memungkinkan
tanaman untuk mengambil nutrisi sesuai dengan kebutuhan mereka selama
pertumbuhan, mengurangi risiko terlalu banyak atau terlalu sedikit nutrisi.
b. Mengurangi Dampak Lingkungan: Karena nutrisi dilepaskan secara bertahap,
pupuk pelepasan terkendali dapat mengurangi risiko pencemaran lingkungan,
seperti pencucian nutrisi ke dalam air tanah atau sungai. Ini membantu menjaga
kualitas air dan lingkungan yang lebih sehat.
c. Efisiensi Penggunaan Nutrisi: Pupuk ini membantu tanaman mengoptimalkan
penggunaan nutrisi, karena nutrisi tersedia sepanjang periode pertumbuhan
tanaman, sehingga tanaman tidak perlu menghadapi lonjakan nutrisi yang dapat
merusak pertumbuhan.
d. Pengurangan Frekuensi Aplikasi: Dengan pupuk pelepasan terkendali, Anda
mungkin perlu melakukan aplikasi pupuk yang lebih sedikit dibandingkan dengan
pupuk konvensional. Ini dapat menghemat waktu dan tenaga.

Pupuk pelepasan terkendali umumnya tersedia dalam beberapa bentuk, seperti


granul atau tablet yang ditanam di sekitar akar tanaman. Masa pelepasan nutrisi dapat
bervariasi tergantung pada merek dan formula pupuk.

a. Pupuk Granul
Pupuk granul adalah jenis pupuk yang diproduksi dalam bentuk kering pellet
atau butiran. Sebagian besar produsen pupuk memproduksi beberapa jenis pupuk
granular dengan berbagai formulasi yang dirancang untuk mengatasi kondisi tanah
tertentu. Jenis pupuk memiliki kelebihan dan kekurangan yang harus
dipertimbangkan oleh petani sebelum digunakan.
b. Pupuk Tablet
Pupuk tablet ini memiliki kemampuan untuk melepaskan unsur hara secara
perlahan. Tekanan yang diberikan pada pupuk dapat memperlambat proses
penguapan sehingga cocok untuk tanaman tahunan yang lambat dalam penyerapan
unsur hara dalam tanah. Pupuk diproduksi dalam bentuk tablet sesuai dengan
penemuan pupuk lepas terkendali, properti pelepas cetakan, tingkat kekerasan, dan
penampilan. Variasi dalam isi komponen pupuk (N, P, dan K) yang kecil. Fakta ini
menunjukkan bahwa penemuan ini memungkinkan produksi pupuk NPK dibentuk
memiliki rasio yang sangat akurat dan menjamin pemupukan yang tepat untuk
tanaman tahunan dan holtikultura. Pupuk tablet biasanya diproduksi dengan bahan
baku berbagai pupuk granul dengan diameter rata-rata 12 mm dan tebal 5 mm
(Sutarjo, 2013).

Pemilihan jenis pupuk tergantung pada jenis tanaman yang ditanam, kondisi
tanah, dan kebutuhan nutrisi spesifik tanaman tersebut. Penting untuk mengikuti
petunjuk produsen dalam penggunaan pupuk pelepasan terkendali agar mendapatkan
hasil yang optimal dan menjaga keseimbangan nutrisi tanaman.

B. TREND DAN TEKNOLOGI PUPUK PELEPASAN TERKENDALI


Trend dan teknologi dalam pupuk pelepasan terkendali terus berkembang seiring
dengan peningkatan kesadaran akan pentingnya pertanian berkelanjutan dan efisiensi
penggunaan sumber daya. Beberapa trend dan teknologi terbaru dalam pupuk
pelepasan terkendali meliputi:
a. Nanoteknologi: Nanoteknologi dapat didefinisikan sebagai sebuah teknologi
pada material berskala nanometer (nm) yakni berkisar antara 1-100 nm.
Nanoteknologi berperan dalam meningkatkan hasil pertanian melalui pemberian
pupuk, pembasmian hama, dan treatment penyakit tanaman yang efektif serta
memperlama masa simpan hasil pertanian (Rusly & Rahman, 2023). Penggunaan
nanopartikel dalam pupuk pelepasan terkendali memungkinkan kontrol yang
lebih tepat dalam pelepasan nutrisi. Nanoteknologi dapat digunakan untuk
merancang pupuk yang melepaskan nutrisi secara sangat bertahap, sehingga
tanaman dapat mengambil nutrisi dengan lebih efisien.
b. Sensor dan Pemantauan: Penggunaan sensor dan teknologi pemantauan dalam
pertanian presisi memungkinkan petani untuk memantau kondisi tanah dan
tanaman secara real-time. Ini membantu dalam menyesuaikan aplikasi pupuk
pelepasan terkendali sesuai dengan kebutuhan tanaman, kondisi cuaca, dan
faktor-faktor lingkungan lainnya. Selain itu, penggunaan sensor kelembaban
tanah dan teknologi pemantauan cuaca juga dapat meningkatkan efisiensi
penggunaan air dalam pertanian. Sensor kelembaban tanah membantu petani
dalam menentukan jumlah air yang diperlukan oleh tanaman pada waktu tertentu.
Dengan memantau cuaca, petani dapat mengatur jadwal irigasi berdasarkan
prakiraan cuaca, menghindari irigasi yang tidak perlu saat hujan atau kondisi
cuaca yang lembab. Penggunaan sensor kelembaban tanah juga merupakan
inovasi penting dalam irigasi. Sensor ini memantau tingkat kelembaban tanah
secara akurat dan memberikan informasi yang diperlukan untuk menentukan
waktu dan jumlah air yang tepat yang harus diberikan kepada tanaman. Dengan
demikian, petani dapat menghindari kelebihan atau kekurangan air, yang dapat
mengurangi efisiensi penggunaan air (Hasibuan Redha Rasyid, 2023).
c. Bahan Organik: Pupuk pelepasan terkendali yang terbuat dari bahan organik
semakin populer. Bahan organik seperti kompos atau limbah pertanian dapat
diubah menjadi pupuk pelepasan terkendali yang lebih ramah lingkungan dan
berkelanjutan. Dalam hal ini contohnya penggunaan pupuk graul organik.
Dimana pupuk graul organik adalah pupuk yang sebagian atau seluruhnya berasal
dari bahan-bahan organik yang berbentuk butiran padat, sehingga pupuk ini aman
untuk digunakan serta memiliki kandungan hara lokal dan pelepasan hara yang
terkendali. Pupuk granul atau pelet tidak menimbulkan debu, dapat mencegah
terjadinya segresi, mencegah overdosisnya tanaman terhadap pelepasan nutrisi
yang mendadak, serta memperbaiki penampilan dan kemasan produk. Menurut
Mardiana, peningkatan kualitas pupuk organik dapat dilakukan dengan cara
pembuatan pupuk organik pelet berbasis kotoran kambing hasil biofiltrasi. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa pupuk organik pelet yang berbasis kotoran
kambing dengan penggunaan tepung sagu sebagai bahan perekat mempunyai
karakteristik fisik yang lebih baik dibandingkan dengan pupuk Super Tani yang
beredar dimasyarakat (Utari, 2015).
d. Mikrobiologi Tanah: Pemahaman yang lebih baik tentang mikroorganisme dalam
tanah telah membawa pada pengembangan pupuk yang berinteraksi dengan
mikrobiologi tanah untuk meningkatkan ketersediaan nutrisi bagi tanaman. Ini
dapat meningkatkan efisiensi pupuk pelepasan terkendali. Pengembangan pupuk
pelepasan terkendali dengan memanfaatkan mikroorganisme dalam tanah dapat
dilakukan melalui proses pengomposan. Pengomposan adalah proses
dekomposisi bahan organik dengan memanfaatkan aktivitas mikroorganisme
sebagai decomposer. Melalui proses pengomposan, bahan-bahan organik akan
diubah menjadi pupuk kompos dengan unsur hara yang tinggi dan menghasilkan
mikroorganisme yang dibutuhkan tanah dalam pertumbuhan tanaman (Utomo &
Nurdiana, 2018).
e. Pelapis Perlindungan: Beberapa pupuk pelepasan terkendali dilengkapi dengan
pelapis perlindungan yang melindungi nutrisi dari faktor-faktor yang dapat
merusak pelepasan nutrisi, seperti kelembaban, cahaya, atau mikroorganisme.
Pemanfaatan pupuk biochar dan pupuk NPK merupakan salah satu upaya untuk
mengatasi masalah ketidakefisienan penggunaan pupuk yang berlebihan terhadap
kesuburan unsur haradalam tanah. Biochar merupakan bahan padatan kaya
karbon yang terbentuk melalui proses pembakaran biomassa tanpa atau dengan
sedikit oksigen. Salah satu cara untuk meningkatkan efisiensi pemupukan yaitu
dengan proses pelapisan amilumterhadapbiochar tongkol jagung dengan pupuk
NPK melalui metode coating. Hal ini agar unsur hara dapat dilepaskan secara
perlahan dalam jangka waktu tertentu sehingga unsur harayang hilang akibat
pencucian oleh air lebih sedikit. Metode coating merupakan sebuah lapisan yang
diterapkan pada permukaan obyek, yang biasa disebut substrat. Metode coating
berfungsi untuk mengikat kandungan biochar dan pupuk NPK yang dilapisi
amilum dalam tanah agar tidak mudah menguap jika terkena sinar matahari dan
juga pupuk bertahan lebih lama sehingga tidak terbawa oleh air (Ndjudi et al.,
2020).
f. Customized Nutrient Delivery: Teknologi pemrograman komputer dan perangkat
lunak khusus memungkinkan para petani untuk merancang aplikasi pupuk yang
disesuaikan dengan kebutuhan nutrisi tanaman mereka berdasarkan data dan
pemantauan yang lebih akurat. Pemanfaatan Teknologi Informasi dan
Komunikasi (TIK) dapat menjadi salah satu strategi untuk mewujudkan hal
tersebut. Penerapan sistem informasi (SI) pada bidang pertanian sudah dilakukan
oleh banyak negara agraris seperti Kenya, Croatia, China, dan di bawah lembaga
National Agricultural Research System. Penerapan teknologi informasi di negara-
negara tersebut memberikan kontribusi terhadap peningkatan produktifitas hasil
pertanian yang berdampak pada peningkatan pendapatan petani (Putra, 2019).
g. Daur Ulang Nutrisi: Proses pengembalian dan penggunaan kembali nutrisi yang
ada dalam pupuk atau bahan organik tertentu setelah digunakan dalam pertanian
atau hortikultura. Pupuk pelepasan terkendali yang dapat digunakan kembali atau
mendaur ulang nutrisi dari tanaman yang telah dipanen menjadi area yang
berkembang. Ini membantu dalam mengurangi pemborosan nutrisi dan dampak
lingkungan.
h. Research and Development (R&D) Pupuk Inovatif: Penelitian dan pengembangan
(R&D) dalam pupuk pelepasan terkendali (controlled-release fertilizers atau
CRF) berfokus pada inovasi dan perbaikan pupuk yang dirancang untuk
melepaskan nutrisi secara perlahan kepada tanaman selama periode waktu yang
lebih lama. Penelitian ini penting untuk mengatasi tantangan dalam metode
pemupukan konvensional, seperti pemborosan nutrisi, polusi lingkungan, dan
penyerapan nutrisi yang tidak efisien oleh tanaman. Perusahaan pupuk terus
melakukan penelitian dan pengembangan untuk menciptakan formula pupuk
pelepasan terkendali yang lebih efisien, ramah lingkungan, dan sesuai dengan
kebutuhan pertanian modern.

Dengan teknologi ini, para petani dapat lebih efektif dalam pengelolaan nutrisi
tanaman mereka, mengurangi kerusakan lingkungan, dan meningkatkan hasil
pertanian secara berkelanjutan. Tren ini mencerminkan perhatian global yang semakin
besar terhadap pertanian yang berkelanjutan dan ramah lingkungan.

C. MEKANISME KINETIKA PUPUK PELEPASAN TERKENDALI


Mekanisme kinetika dalam pupuk pelepasan terkendali adalah proses di mana
nutrisi dilepaskan dari pupuk secara bertahap ke dalam tanah. Proses ini melibatkan
sejumlah faktor dan mekanisme yang memengaruhi laju dan kecepatan pelepasan
nutrisi. Dalam konteks pupuk pelepasan terkendali, ada beberapa mekanisme kinetika
yang relevan:
a. Difusi: Proses difusi adalah mekanisme utama dalam pelepasan nutrisi dari pupuk
ke dalam tanah. Nutrisi larut dalam pupuk bergerak melalui gradien konsentrasi
menuju area dengan konsentrasi nutrisi yang lebih rendah di sekitar akar tanaman.
Nutrisi ini bergerak melalui media pelepasan pupuk, seperti pelapis atau materi
pembawa, dan masuk ke dalam tanah. Difusi terjadi karena konsentrasi unsur hara
pada permukaan akar tanaman lebih rendah dibandingkan dengan konsentrasi hara
dalam larutan tanah dan konsentrasi unsur hara pada permukaan koloid liat serta
pada permukaan koloid organik. Kondisi ini terjadi karena sebagian besar unsur
hara tersebut telah diserap oleh akar tanaman. Tingginya konsentrasi unsur hara
pada ketiga posisi tersebut menyebabkan terjadinya peristiwa difusi dari unsur
hara berkonsentrasi tinggi ke posisi permukaan akar tanaman (Purba, 2021).
b. Pelarutan: Pelarutan adalah salah satu faktor utama yang memengaruhi pelepasan
nutrisi dari pupuk ke dalam tanah. Proses pelarutan terjadi ketika nutrisi yang
terkandung dalam pupuk terlarut dalam air tanah atau media lingkungan
sekitarnya. Laju pelepasan nutrisi dari pupuk terkendali juga dipengaruhi oleh
pelarutan nutrisi dalam air tanah. Nutrisi yang dilepaskan dari pupuk larut dalam
air dan menjadi tersedia untuk akar tanaman. Kinerja pupuk terkendali dapat
diprediksi berdasarkan tingkat pelarutan nutrisi ini.
c. Pengaruh Faktor Lingkungan: Mekanisme kinetika pupuk terkendali juga
dipengaruhi oleh faktor-faktor lingkungan seperti suhu, kelembaban, dan pH
tanah. Suhu yang lebih tinggi dapat meningkatkan laju pelepasan nutrisi,
sementara pH tanah yang rendah dapat menghambat pelarutan nutrisi. Sari Tanah
adalah merupakan sumber utama zat hara untuk tanaman dan tempat sejumlah
perubahan penting dalam siklus pertumbuhan tanaman. Cepat dan lambatnya
suatu pertumbuhan pada berbagai jenis tanaman sangat ditentukan oleh pH tanah
itu sendiri. Dalam ilmu pertanian pengaruh terhadap pH tanah sangat memiliki
peranan yang sangat penting gunanya untuk Menentukan mudah tidaknya ion-ion
unsur hara diserap oleh tanaman. Pada umumnya unsur hara akan mudah diserap
tanaman pada pH 6-7, karena pada pH tersebut sebagian besar unsur hara akan
mudah larut dalam air. Derajat pH dalam tanah juga menunjukkan keberadaan
unsur-unsur yang bersifat racun bagi tanaman. Kelembaban dan temperatur tanah
yang baik membuat tanah menjadi memiliki ruang pori yang cukup sehingga
sirkulasi udara di dalam tanah dapat berjalan dengan baik. Dengan tanah yang
sehat tanah mampu memiliki nilai pH netral sehingga tanaman jambu biji varietal
kristal akan tumbuh dengan baik (Karamina et al., 2018).
d. Karakteristik Pupuk: Karakteristik pupuk dalam mekanisme kinetika pupuk
pelepasan terkendali sangat penting dalam menentukan seberapa efektif pupuk
tersebut dalam melepaskan nutrisi secara perlahan kepada tanaman. Jenis pupuk
pelepasan terkendali, formula, dan bahan pembawa nutrisi juga mempengaruhi
mekanisme kinetika. Pupuk dengan berbagai ciri-ciri dapat melepaskan nutrisi
dengan cara yang berbeda, seperti pupuk berlapis yang memiliki lapisan
pelindung nutrisi.
e. Mikroorganisme Tanah: Mikroorganisme dalam tanah, seperti bakteri dan fungi,
juga dapat memengaruhi mekanisme kinetika dengan mempercepat pelarutan
nutrisi atau berinteraksi dengan bahan pembawa nutrisi dalam pupuk. Bakteri dari
genus Pseudomonas dan Bacillus serta fungi seperti Aspergillus dan
Penicillium diketahui dapat melarutkan fosfat sehingga dapat diserap tanaman.
Pada tanah yang diolah dengan sistem pertanian organik terdapat banyak populasi
bakteri copiotrophic yang merupakan kunci dari siklus karbon di tanah.
Banyaknya bakteri tersebut membuat kadar bahan organik di tanah menjadi lebih
tinggi (Zulfa Rosyidhana, 2021).

Pemahaman yang mendalam tentang mekanisme kinetika pupuk pelepasan


terkendali sangat penting dalam perencanaan penggunaan pupuk ini, karena
memungkinkan petani untuk mengoptimalkan pemupukan dan memastikan bahwa
tanaman menerima nutrisi yang mereka butuhkan selama seluruh siklus pertumbuhan.
Studi ilmiah dan penelitian yang terus berkembang dapat membantu lebih memahami
dan mengendalikan mekanisme kinetika ini untuk pertanian yang lebih efisien dan
berkelanjutan.
DAFTAR PUSTAKA

Hasibuan Redha Rasyid, M. (2023). Evaluasi Efisiensi Penggunaan Air dalam Pertanian
Berbasi TEknologi Irigasi Modern. 1–11.

Karamina, H., Fikrinda, W., & Murti, A. T. (2018). Kompleksitas pengaruh temperatur dan
kelembaban tanah terhadap nilai pH tanah di perkebunan jambu biji varietas kristal
(Psidium guajava l.) Bumiaji, Kota Batu. Kultivasi, 16(3), 430–434.
https://doi.org/10.24198/kultivasi.v16i3.13225

Ndjudi, S. K., Iskandar, T., & Anggraini, S. P. A. (2020). Efisiensi Pelapisan Amilum
terhadap Campuran Biochar Tongkol Jagung Dengan Pupuk NPK Melalui Metode
Coating. Prosiding Seminar Nasional Teknologi Industri, Lingkungan Dan Infrastruktur
(SENTIKUIN), 3, C5.1-C5.6.

Purba, T. (2021). Tanah Dan Nutrisi Tanaman. In Yayasan Kita Menulis (Vol. 1, Issue 3).

Putra, G. E. (2019). Pemanfaatan komputer di bidang bisnis aplikasi marketplace petmarket


berbasis web. June. https://doi.org/10.17605/OSF.IO/7CR2D

Rusly, M., & Rahman, D. Y. (2023). Perkembangan Penerapan Nanoteknologi pada Bidang
Pertanian Development of Applied Nanotechnology in Agriculture. Jurnal Penelitian
Fisika Dan Terapannya (Jupiter), 4(2), 10–14.

Sutarjo, R. S. R. (2013). Pengaruh Teknik Pembuatan Pupuk Terhadap Tingkat Pelepasan


Unsur Hara Dari Pupuk Npk Di Departemen Riset Pupuk Dan Produk Hayati Di Pt.
Petrokimia …. https://sipora.polije.ac.id/id/eprint/9170%0Ahttps://sipora.polije.ac.id/
9170/4/32. LAPORAN PKL LENGKAP_Riskiandi Sutarjo_B3110630.pdf

Utari, N. (2015). the Study of Physical Characteristics of Granular Organic Fertilizer With
Two Adhesives. Jurnal Teknik Pertanian, 3(3), 267–274.
http://jurnal.fp.unila.ac.id/index.php/JTP/article/viewFile/666/608

Utomo, P. B., & Nurdiana, J. (2018). Evaluasi Pembuatan Kompos Organik dengan
Menggunakan Metode Hot Composting. Jurnal Teknologi Lingkungan, 2(1), 28–32.

Zulfa Rosyidhana. (2021). Peran Mikrobioma Tanah dalam Pertanian Organik.


https://dpkp.jogjaprov.go.id/baca/Peran+Mikrobioma+Tanah+dalam+Pertanian+Organi
k/
050821/1eba25be539d4eac9bd3112eaf412ce136f2d3657147f743bd1cb139bd62e63f346

Anda mungkin juga menyukai