Pupuk slow release atau pupuk pelepasan terkendali, sering juga disebut sebagai
pupuk kontrol pelepasan atau pupuk lambat, adalah jenis pupuk yang dirancang untuk
melepaskan nutrisi tanaman secara bertahap selama periode waktu yang lebih lama
daripada pupuk biasa. Pupuk slow release merupakan pupuk lepas terkendali
(controlled release) yang akan melepaskan unsur hara yang dikandung secara
perlahan sesuai dengan kebutuhan tanaman. Mekanisme ini dapat terjadi karena unsur
hara yang dikandung pupuk slow release dilindungi secara kimiawi dan mekanis.
Perlindungan secara mekanis dapat dilakukan dengan menggunakan bahan
pembungkus selaput polimer atau selaput yang mirip dengan bahan pembungkus
kapsul. Contohnya, polymer coated urea dan sulfur coated urea. Perlindungan secara
kimiawi dapat dilakukan dengan cara mencampur bahan pupuk menggunakan zat
kimia, sehingga bahan pupuk tersebut lepas secara terkendali (Sutarjo, 2013). Tujuan
utama dari pupuk pelepasan terkendali adalah meningkatkan efisiensi penggunaan
nutrisi oleh tanaman, mengurangi risiko overfertilization, dan mengurangi jumlah
aplikasi pupuk yang diperlukan. Pupuk ini memiliki beberapa keunggulan, seperti:
a. Pupuk Granul
Pupuk granul adalah jenis pupuk yang diproduksi dalam bentuk kering pellet
atau butiran. Sebagian besar produsen pupuk memproduksi beberapa jenis pupuk
granular dengan berbagai formulasi yang dirancang untuk mengatasi kondisi tanah
tertentu. Jenis pupuk memiliki kelebihan dan kekurangan yang harus
dipertimbangkan oleh petani sebelum digunakan.
b. Pupuk Tablet
Pupuk tablet ini memiliki kemampuan untuk melepaskan unsur hara secara
perlahan. Tekanan yang diberikan pada pupuk dapat memperlambat proses
penguapan sehingga cocok untuk tanaman tahunan yang lambat dalam penyerapan
unsur hara dalam tanah. Pupuk diproduksi dalam bentuk tablet sesuai dengan
penemuan pupuk lepas terkendali, properti pelepas cetakan, tingkat kekerasan, dan
penampilan. Variasi dalam isi komponen pupuk (N, P, dan K) yang kecil. Fakta ini
menunjukkan bahwa penemuan ini memungkinkan produksi pupuk NPK dibentuk
memiliki rasio yang sangat akurat dan menjamin pemupukan yang tepat untuk
tanaman tahunan dan holtikultura. Pupuk tablet biasanya diproduksi dengan bahan
baku berbagai pupuk granul dengan diameter rata-rata 12 mm dan tebal 5 mm
(Sutarjo, 2013).
Pemilihan jenis pupuk tergantung pada jenis tanaman yang ditanam, kondisi
tanah, dan kebutuhan nutrisi spesifik tanaman tersebut. Penting untuk mengikuti
petunjuk produsen dalam penggunaan pupuk pelepasan terkendali agar mendapatkan
hasil yang optimal dan menjaga keseimbangan nutrisi tanaman.
Dengan teknologi ini, para petani dapat lebih efektif dalam pengelolaan nutrisi
tanaman mereka, mengurangi kerusakan lingkungan, dan meningkatkan hasil
pertanian secara berkelanjutan. Tren ini mencerminkan perhatian global yang semakin
besar terhadap pertanian yang berkelanjutan dan ramah lingkungan.
Hasibuan Redha Rasyid, M. (2023). Evaluasi Efisiensi Penggunaan Air dalam Pertanian
Berbasi TEknologi Irigasi Modern. 1–11.
Karamina, H., Fikrinda, W., & Murti, A. T. (2018). Kompleksitas pengaruh temperatur dan
kelembaban tanah terhadap nilai pH tanah di perkebunan jambu biji varietas kristal
(Psidium guajava l.) Bumiaji, Kota Batu. Kultivasi, 16(3), 430–434.
https://doi.org/10.24198/kultivasi.v16i3.13225
Ndjudi, S. K., Iskandar, T., & Anggraini, S. P. A. (2020). Efisiensi Pelapisan Amilum
terhadap Campuran Biochar Tongkol Jagung Dengan Pupuk NPK Melalui Metode
Coating. Prosiding Seminar Nasional Teknologi Industri, Lingkungan Dan Infrastruktur
(SENTIKUIN), 3, C5.1-C5.6.
Purba, T. (2021). Tanah Dan Nutrisi Tanaman. In Yayasan Kita Menulis (Vol. 1, Issue 3).
Rusly, M., & Rahman, D. Y. (2023). Perkembangan Penerapan Nanoteknologi pada Bidang
Pertanian Development of Applied Nanotechnology in Agriculture. Jurnal Penelitian
Fisika Dan Terapannya (Jupiter), 4(2), 10–14.
Utari, N. (2015). the Study of Physical Characteristics of Granular Organic Fertilizer With
Two Adhesives. Jurnal Teknik Pertanian, 3(3), 267–274.
http://jurnal.fp.unila.ac.id/index.php/JTP/article/viewFile/666/608
Utomo, P. B., & Nurdiana, J. (2018). Evaluasi Pembuatan Kompos Organik dengan
Menggunakan Metode Hot Composting. Jurnal Teknologi Lingkungan, 2(1), 28–32.