Faktor-Faktor Tinjauan Viktimologi Terhadap Perempuan Sebagai Korban Penganiayaan Dalam Hubungan Pacaran Di Kota Gorontalo (Repaired)
Faktor-Faktor Tinjauan Viktimologi Terhadap Perempuan Sebagai Korban Penganiayaan Dalam Hubungan Pacaran Di Kota Gorontalo (Repaired)
SKRIPSI
Oleh:
S1 ILMU HUKUM
FAKULTAS HUKUM
2023
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI.........................................................................................................iii
DAFTAR TABEL.................................................................................................iv
BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................1
1.1. Latar Belakang..........................................................................................1
1.2. Rumusan Masalah.....................................................................................8
1.3. Tujuan Penelitian.......................................................................................8
1.4. Manfaat Penelitian.....................................................................................8
BAB II TINJAUAN PUSTAKA..........................................................................11
2.1. Teori Perlindungan Hukum.....................................................................11
2.2. Tinjauan Umum Viktimologi..................................................................12
2.3. Pengertian Korban...................................................................................15
2.4. Pengertian Perempuan.............................................................................17
2.5. Tinjauan Umum Penganiayaan...............................................................18
BAB III METODE PENELITIAN.....................................................................22
3.1. Jenis Penelitian........................................................................................22
3.2. Metode Pendekatan Penelitian................................................................22
3.3. Lokasi Penelitian.....................................................................................22
3.4. Jenis Data................................................................................................23
3.5. Teknik Pengumpulan Data......................................................................23
3.6. Populasi dan Sampel...............................................................................24
3.7. Analisis Data...........................................................................................25
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................26
DAFTAR TABEL
Tabel 1.1 Jumlah Kasus Kekerasan Dalam Pacaran di Kota Gorontalo 3 Tahun
Terakhir...................................................................................................................................................
PENDAHULUAN
kaidah. Hubungan antara manusia satu dengan yang lain setiap manusia
batas – batas Hak Asasi Manusia (HAM) sebagaimana yang tertuang dalam
28G ayat (1) yang berbunyi “setiap orang berhak atas perlindungan pribadi,
kekuasaannya, serta berhak atas rasa aman dan perlindungan dari ancaman
ketakutan untuk berbuat atau tidak berbuat sesuatu yang merupakan hak
1
asasi”.2 Selain itu Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP) juga
perbuatan fisik yang bersifat nyata, dan berakibat kerusakan pada harta
kapan kekerasan itu akan menimpa pada diri sendiri. Kekerasan terjadi tanpa
seksual.
suatu tindakan yang dilakukan seseorang atau lebih yang menimbulkan luka,
baik secara fisik maupun non fisik terhadap orang lain, dan lebih jauh
3
mengaktualisasikan dirinya, disebabkan oleh bentuk-bentuk opresi dan
global bahkan internasional. Hal ini terjadi karena dalam kekerasan terhadap
hak-hak yang melekat secara alamiah sejak manusia dilahirkan. 5 Hal ini
perempuan.
Polres Kota Gorontalo Kota dimana terdapat tindak pidana kekerasan dalam
Tabel 1.1
Jumlah Kasus Kekerasan Dalam Pacaran di Kota Gorontalo
kasus tersebut terdapat beberapa kasus yang merupakan kekerasan fisik atau
6
“Kekerasan terhadap perempuan adalah pelanggaran hak asasi
manusia yang paling luas namun tidak dikenal dunia. Ini merupakan
yang dapat diterima secara universal. Sejumlah aktivis hak asasi manusia
satunya yaitu kekerasan fisik yang dilakukan oleh seseorang yang memiliki
hubungan dengan perempuan tersebut namun belum terikat dalam suatu janji
9
Tabel 1.2
Jumlah Kasus Penganiayaan Dalam Hubungan Pacaran di Kota
Gorontalo
NO TAHUN JENIS KEKERASAN JUMLAH KASUS
1 2020 Penganiayaan 1
2 2021 Penganiayaan 2
3 2022 Penganiayaan 2
TOTAL 5
pelaku tidak ingin di putuskan oleh korban, dan ada juga pelaku yang
juga terjalin suatu adanya hubungan yang saling menghargai, dan juga saling
mengasihi, serta adanya saling menerima serta mendukung satu sama lain,
11
struktural, dimana teori ini menekankan faktor kedekatan fisik korban,
dapat dikenakan sanksi pidana, seperti hukuman penjara atau denda yang
Tabel 1.3
Jumlah Data Catatan Akhir Tahun Komnas Perempuan
mencapai 1.309 kasus, dan tahun 2021 kekerasan dalam pacaran (KDP)
pacaran adalah kekerasan fisik, kekerasan psikis, dan kekerasan seksual .12
sendiri.
mendorong keinginan penulis untuk meneliti dan mencari tahu lebih dalam
Gorontalo Kota?
Kota Gorontalo
hubungan pacaran.
untuk:
1. Bagi Penulis
2. Bagi Masyarakat
Penulisan ini diharapkan mampu meningkatkan
3. Bagi Pemerintah
hubungan pacaran.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
negara untuk menegakkan keadilan tidak boleh diabaikan oleh setiap warga
manusia serta kewajiban warga negara, dengan mengacu pada asas, yaitu
perlakuan yang sama atas diri setiap orang dimuka hukum dengan tidak
yaitu :15
14
15
Perlindungan hukum yang represif bertujuan untuk menyelesaikan
masyarakat dan ada hak-hak masyarakat yang dijamin dalam setiap aspek
kehidupannya.
Istilah viktimologi berasal dari bahasa latin yaitu dari kata victim
yang berarti korban dan logos berarti ilmu. Viktimologi berarti suatu ilmu
16
17
kelompok-kelompok sosial lain seperti media, pebisnis, dan gerakan-gerakan
aspek yang berkaitan dengan korban dalam berbagai bidang kehidupan dan
yang sesungguhnya para korban dan hubungan mereka dengan para korban
18
19
penderitaan, tetapi juga sekelompok orang, korporasi, swasta maupun
sikap atau tindakan pihak pelaku serta mereka yang secara langsung atau tidak
20
21
22
23
merupakan komponen-komponen suatu interaksi (mutlak) yang hasil
J.E. Sahetapy seperti yang dikutip oleh Rena Yulia bahwa ruang
yang ditentukan oleh victim yang tidak selalu berhubungan dengan masalah
kejahatan, termasuk pula korban kecelakaan dan bencana alam selain dari
yaitu:26
24
25
26
ketidakcukupan pengawasan terhadap pelanggaran pada waktu dan
tempat tertentu.
dan Miethe. Teori ini merupakan gabungan dari teori terapan gaya
hidup dan teori aktivitas rutin, teori ini menekankan pada pentingnya
tetapi juga dipengaruhi oleh faktor-faktor struktural atau sosial yang ada
sebagai individu atau kelompok yang rentan terhadap viktimisasi karena posisi
kejahatan.
asasi manusia.
Jika kita melihat dari peranan korban dalam terjadinya tindak pidana,
yaitu:30
27
28
29
30
1. Orang yang tidak mempunyai kesalahan apa-apa, tetapi tetap
menjadi korban.
dan korban.
sebagai pelaku.
31
yang memiliki keindahan dan diberikan hati yang kuat untuk menjalani segala
bekerja atau berkarir.32 Dengan kata lain islam tidak memberikan batasan-
batasan ruang untuk perempuan untuk bisa bekerja dimanapun diluar rumah
dan dalam semua bidang yang baik untuk dibutuhkan sebagai kelangsungan
hidupnya.
32
33
34
aktor, dan perempuan dituntut untuk tidak melupakan kodratnya sebagai
perempuan.”35
Hukum Pidana untuk tindak pidana terhadap tubuh. Namun KUHP tidak
anggota tubuh yang menyebabkan rasa sakit atau luka, bahkan menyebabkan
kematian.38
35
36
37
38
Kamus Besar Bahasa Indonesia, mengartikan penganiayaan sebagai
1) Hooge raad
sengaja untuk menimbulkan rasa sakit atau luka kepada orang lain
yang diperkenankan.
2) M.H. Tirtaamidjaja
sakit atau luka pada orang lain tidak dapat dianggap sebagai
keselamatan badan.
3) Doctrine
39
40
Penganiayaan, yaitu setiap perbuatan yang dilakukan dengan
sengaja untuk menimbulkan rasa sakit atau luka pada orang lain.
kekerasan telah diatur dalam buku II (dua) Bab XX (dua puluh) Kitab
Pidana penganiayaan diatur dalam pasal 351, 352, dan 354 Kitab Undang-
berbunyi:
(1) Kecuali yang tersebut dalam pasal 353 dan 356, maka
penganiayaan yang tidak menimbulkan penyakit atau halangan
untuk menjalankan pekerjaan jabatan atau pencarian, diancam
sebagai penganiayaan ringan, dengan pidana penjara paling lama 3
(tiga) bulan atau pidana denda paling banyak Rp. 4.500,- (empat
ribu lima ratus rupiah).
(2) Pidana dapat ditambah sepertiga bagi orang yang melakukan
kejahatan itu terhadap orang yang bekerja padanya, atau menjadi
bawahannya.
(3) Percobaan untuk melakukan kejahatan ini tindak pidana.
(1) Barang siapa sengaja melukai berat orang lain, diancam karena
melakukan penganiayaan berat dengan pidana penjara paling lama 8
(delapan) tahun.
(2) Jika perbuatan itu mengakibatkan kematian, yang bersalah diancam
dengan pidana penjara paling lama 10 (sepuluh) tahun.41
BAB III
METODE PENELITIAN
data sekunder, tetapi dari perilaku nyata sebagai data primer yang diperoleh
41
42
ini diambil dari fakta-fakta yang ada dalam suatu masyarakat, badan hukum
Gorontalo Kota. Alasan pemilihan lokasi penelitian ini adalah dilokasi ini
terdapat kasus yang sesuai dengan topik yang diangkat oleh peneliti yakni
Jenis data yang digunakan peneliti dalam penelitian ini adalah data
responden.
43
44
2. Data sekunder, merupakan data yang diperoleh dari hasil penelaah
dan dokumentasi.
1. Observasi
2. Wawancara
peneliti.46
3. Dokumentasi
45
46
3.6. Populasi dan Sampel
3.5.1. Populasi
3.5.2. Sampel
Sampel adalah salah satu bagian dari populasi atau sub-populasi yang
keterbatasan-keterbatasan tertentu.48
pacaran.
47
48
BAB IV
bagi seluruh masyarakat. Namun, dalam aturan hukum tersebut tidak selalu
yang melanggar norma sosial atau melanggar hukum yang berlaku dapat
banyak korban dari peristiwa tersebut. Korban pada peristiwa perkara pidana
karena kesalahan pelaku saja, dalam situasi dan kondisi tertentu korban bisa
menjadi pelaku karena suatu tindakan ataupun sikap korban yang memicu
maupun tidak langsung ataupun kesalahan dari korban itu sendiri. Selain itu,
kondisi lingkungan, fisik, dan mental korban maupun pelaku juga dapat
dan pelaku kejahatan. Oleh karena itu, dalam suatu kejahatan tidak hanya
melihat pada kesalahan pelaku, tetapi tidak dapat dipungkiri bahwa korban
tindak pidana.
Saat ini tindak kejahatan semakin meningkat, dimana dalam hal ini
berasal dari keluarga, bahkan seseorang yang memiliki hubungan khusus atau
pidana yang dilakukan dengan cara menyiksa atau menindas orang lain.
lain-lain yang menyebabkan korban mengalami luka fisik pada tubuh bahkan
juga sering terjadi karena seseorang tidak dapat mengontrol dirinya dalam hal
dari hubungan pacaran yang tidak sehat, seperti tidak dapat mengontrol diri
dalam menghadapi suatu masalah sehingga munculnya ego dalam diri yang
terjadi karena adanya suatu hubungan yang tidak sesuai dengan ekspetasi,
ini dikarenakan pelaku menganggap bahwa korban adalah miliknya saja dan
tidak ada orang lain yang bisa mendekati korban. Sebab itu, jika pelaku
berperan aktif maupun pasif dalam suatu tindak kejahatan, dimana peran aktif
mengacu pada tindakan korban yang aktif dalam mengambil langkah-langkah
korban pasif mengacu pada kurangnya keterlibatan aktif atau tindakan yang
yang dimaksud adalah, dimana korban sendirilah yang secara aktif memicu
melakukan hal apapun. Korban pasif juga merupakan orang yang mengalami
dampak negatif akibat suatu kejadian atau tindakan yang dilakukan oleh
pihak lain tanpa adanya keterlibatan atau keinginan dari korban. Dalam
konteks ini, korban pasif adalah mereka yang menjadi objek atau sasaran dari
tindakan tersebut.
49
Dalam penelitian lebih lanjut, peneliti melakukan wawancara
sedang bersama dengan pelaku, handphone korban terus bergetar dimana itu
berasal dari notifikasi sosial media korban, hal tersebut membuat pelaku
melihat isi notifikasi tersebut. Saat handphone korban dibuka, pelaku melihat
beberapa chat dari lawan jenis yang mengomentari foto dan meminta nomor
orang yang mengalami dampak negatif akibat suatu kejadian yang dilakukan
50
oleh pihak lain tanpa adanya keinginan dari korban. Hal ini disebabkan
lemah oleh masyarakat dan tidak bisa melawan apabila berhadapan dengan
tersebut. Dalam konteks ini, peran korban juga memiliki pengaruh yang
emosi dengan baik, serta adanya pola perilaku yang tidak sehat. Selain itu,
peran korban dalam kasus kekerasan pacaran tidak boleh diabaikan. Ada
situasi di mana korban menjadi tidak mampu untuk melawan atau melarikan
diri, terjebak dalam siklus kekerasan yang sulit untuk diputuskan, atau
beberapa faktor internal dan faktor eksternal yang dapat mempengaruhi hal
tersebut terjadi.
1. Faktor Internal atau faktor pemicu yang berasal dari dalam diri
korban.
berbahaya.
pola yang tidak sehat dan merasa tidak ada jalan keluar. Rasa takut,
satu kali dan tidak akan terjadi lagi. Kemudian membuat korban
adalah kesalahannya.
pasangan mereka.
1. pengaruh lingkungan
menyadari bahwa hal itu sebenarnya tidak pantas dan tidak sehat.
untuk diputus.
merasa itu adalah bagian dari norma dan dapat diterima sebagai
Faktor budaya ini berakar pada cara berpikir dan tradisi yang telah
perilaku agresif laki-laki dapat dilihat sebagai hal yang wajar dan
bahkan dihargai.
Selain itu, faktor sosial berperan penting dalam persepsi hubungan
mencari pertolongan.
tidak berdaya dan korban tidak memiliki dukungan yang cukup untuk
siklus penganiayaan dan tidak tahu bagaimana keluar dari situasi yang
menyedihkan tersebut.
dapat keluar dari hubungan yang tidak sehat tersebut. Mereka tidak
cinta yang sehat. Perasaan rendah diri ini membuat korban sulit
Kota
perlindungan setiap warga negaranya. Hal ini tertera dalam pasal 28 I ayat (4)
hal ini juga dijelaskan dalam pasal 28 G ayat (1) Undang-Undang Dasar
kekuasaannya, serta berhak atas rasa aman dan perlindungan dari ancaman
ketakutan untuk berbuat atau tidak berbuat sesuatu yang merupakan hak
asasi.”52
4.3 bs
51
52
DAFTAR PUSTAKA
A. Buku
Fajar, Mukti. 2013. Dualisme Penelitian Hukum Normatif Dan Empiris.
Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Hasan, Hamzah. 2022. Nilai-Nilai Viktimologi Dalam Hukum Pidana Islam.
Jakarta: Sejahtera Kita.
Ishaq. 2017. Metode Penelitian Hukum Dan Penulisan Skripsi, Tesis, Serta
Disertasi. Bandung: Alfabeta.
Kamus Besar Bahasa Indonesia.
Kenedi, John. 2020. Perlindungan Saksi Dan Korban (Studi Perlindungan
Hukum Korban Kejahatan Dalam Sistem Peradilan Pidana Di
Indonesia). Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Lestari, Ria. dkk. (tth.) Buku Panduan Pendampingan Dasar Kasus
Kekerasan Terhadap Perempuan. Bandung: Lembaga Bantuan Hukum.
B. Jurnal
Abdullah, Rahmat Hi. “Tinjauan Viktimologis Terhadap Tindak Pidana
Perdagangan Orang (Human Trafficking).” Jurnal Yustika 22, no. 1
(2019).
https://www.neliti.com/id/publications/323577/tinjauan-viktimologis-
terhadap-tindak-pidana-perdagangan-orang-human-trafficking (diakses 8
Februari, 2023).
C. Undang-Undang
Undang-Undang Nomor 31 Tahun 2014 Tentang Perlindungan Saksi dan
Korban
Pasal 351, Pasal 352, Pasal 354 Kitab Undang-Undang Hukum Pidana
D. Skripsi
E. Website
Komisi Nasional Anti Kekerasan Terhadap Perempuan, “Pelucuran CATAHU
Komnas Perempuan 2022” Komnas Perempuan, 2022.
https://komnasperempuan.go.id/kabar-perempuan-detail/peluncuran-
catahu-komnas-perempuan-2022. (diakses 9 Februari, 2022).
Viktimologi, “Penjelasan Viktimologi”
http://langit11.blogspot.com/2015/04/penjelasan-viktimologi.html?m=1.
(diakses 22 Februari, 2023)
Wikipedia. “Pengertian Perempuan”
https://commons.m.wikipedia.org/wiki/Commons:WikiKaleidoskopp_2.0
(diakses 7 Februari, 2023)