Gambaran Coated Tonguedi Masyarakat
Gambaran Coated Tonguedi Masyarakat
net/publication/346305172
CITATION READS
1 7,589
3 authors:
Wahyu Hidayat
Universitas Padjadjaran
44 PUBLICATIONS 72 CITATIONS
SEE PROFILE
All content following this page was uploaded by Nanan Nuraeny on 25 November 2020.
E-mail: nanan.nuraeny@fkg.unpad.ac.id
Abstrak
Perhatian terhadap kesehatan rongga mulut sangat perlu karena sebagai bagian dari
tubuh, rongga mulut memegang peranan penting diantaranya untuk pengunyahan, penelanan,
dan bicara. Sebagian anggota masyarakat di lingkungan perkotaan telah memiliki kesadaran
dalam menjaga kesehatan gigi dan mulutnya karena didukung oleh tersedianya berbagai
fasilitas kesehatan dan dipengaruhi pula oleh tingkat pendidikan dan sosioekonomi
masyarakatnya, tetapi sebagian kecil dari mereka ternyata masih berada dalam kondisi
kesehatan gigi dan mulut yang cukup memprihatinkan. Kebersihan rongga mulut yang kurang
dijaga dengan baik dapat menyebabkan timbulnya infeksi pada jaringan keras seperti gigi,
dan jaringan lunak seperti gusi, dan lidah. Berikut pada makalah ini akan disampaikan ulasan
teoritis yang terkait dengan beberapa hasil penelitian yang penulis telah lakukan sebelumnya.
Hasil penelitian terdahulu menunjukkan adanya permasalahan dalam kesehatan gigi dan
mulut masyarakat berupa ditemukannya kondisi coated tongue pada kelompok usia muda,
dewasa, maupun lanjut usia. Kondisi tersebut secara klinis terjadi pada bagian permukaan
lidah yang ditutupi oleh suatu selaput pseudomembran yang terjadi akibat penumpukan
debris atau sisa makanan, sel-sel keratin yang tidak terdeskuamasi, dan dapat ditemukan
adanya mikroorganisme seperti bakteri maupun jamur. Peran dokter gigi sebagai tenaga
kesehatan di masyarakat sangat diperlukan untuk menciptakan kesehatan gigi dan mulut
masyarakat yang baik, termasuk usaha pengotimalannya melalui sosialisasi menjaga
kebersihan lidah.
Abstract
Attention to oral health is necessary because as part of the body, the oral cavity plays
an important role such as for mastication, swallowing, and talk. Some members of the urban
community have awareness in maintaining their dental and oral health because it is
supported by the availability of various health facilities and is influenced by the education
and socioeconomic level of the community, but a few of them are still in a quite apprehensive
oral hygiene condition. Poorly guarded oral hygiene can lead to infection of hard tissues
such as teeth, and soft tissues such as tongue. This paper will delivered reviews from our
previous research related with coated tongue. The results indicate the existence of oral health
problems of the community as coated tongue that found in young, adult, and elderly group.
The condition is clinically occurring on the surface of the tongue covered by a
pseudomembranous membrane that results from debris or food debris, unresolved keratin
cells, and microorganisms such as bacteria and fungi can be found. The role of dentist as a
health worker in the community is necessary to create good oral health in community,
including optimization efforts through socialization to maintain the tongue hygiene.
Pendahuluan
Kebersihan rongga mulut yang kurang dijaga dengan baik dapat menyebabkan
timbulnya infeksi pada jaringan keras seperti gigi, dan jaringan lunak seperti lidah. Salah satu
kondisi yang dapat ditemukan pada hampir setiap orang adalah kondisi coated tongue, yaitu
kondisi klinis yang terjadi pada bagian permukaan lidah yang ditutupi oleh suatu selaput
pseudomembran yang terjadi akibat penumpukan debris atau sisa makanan, sel-sel keratin
yang tidak terdeskuamasi, dan dapat ditemukan adanya mikroorganisme seperti bakteri
maupun jamur. Kondisi coated tongue mungkin dapat berkembang menjadi suatu lesi mulut
yang lebih berat yaitu sebagai suatu infeksi jamur seperti kandidiasis oral terutama tipe
kandidiasis pseudomembran akut (oral thrush). Candida sp, sebagai flora normal dalam
rongga mulut dapat ditemukan pada apusan dari suatu coated tongue tetapi mungkin belum
ditemukan adanya suatu hifa, begitu pula mikroorganisme lainnya seperti bakteri yang dapat
menyebabkan infeksi pada gigi maupun gusi. Kebersihan mulut/ Oral hygiene (OH) yang
buruk ditandai dengan adanya plak, karang gigi ataupun karies gigi dapat mendukung untuk
Hasil mapping data yang penulis telah lakukan sejak tahun 2015 menunjukkan
gambaran kesehatan gigi dan mulut, khususnya kondisi mukosa mulut terbanyak ditemukan
pada kategori usia anak, muda, dewasa, dan lanjut usia yaitu berupa coated tongue.
Permasalahan tersebut perlu mendapat perhatian bersama agar tidak berkembang menjadi
suatu kondisi yang lebih berat seperti munculnya lesi kandidiasis mulut.
Telaah Pustaka
Nama lain dari coated tongue adalah furred tongue. Coated tongue atau lidah
berselaput merupakan penampilan klinis kelainan lidah yang tampak pada dorsum lidah
seperti tertutupi oleh suatu lapisan yang biasanya berwarna putih atau warna lain sesuai
dengan jenis makanan yang dikonsumsi. Selaput ini terdiri dari papila filiformis yang tampak
seperti memanjang, sehingga akan memberikan gambaran seperti selaput tebal pada lidah dan
akan menahan debris serta pigmen yang berasal dari makanan,minuman, dan permen. Pada
individu yang normal, lidah dilapisi oleh suatu mukus, sel epitel yang terdeskuamasi,
Pada keadaan normal, lidah mengalami keratinisasi yang akan terdeskuamasi ketika
terjadi friksi dengan makanan, palatum, dan gigi geligi rahang atas. Lapisan ini akan
digantikan oleh sel epitel yang baru di bawahnya. Ketika pergerakan dari lidah ini terbatas
karena manifestasi penyakit atau kondisi rongga mulut yang tidak normal, maka papila
filiformis akan tampak seperti pemanjangan sehingga bakteri seperti golongan streptococcus
ataupun jamur Candida albicans akan menempel pada papila tersebut. Papila filiformis yang
tampak memanjang inilah yang memberikan gambaran lidah berselaput ataupun berambut,
sehingga dapat menjadi tempat retensi debris, pigmentasi oleh makanan, rokok, dan permen.
Coated tongue sendiri paling sering terjadi pada daerah dorsum lidah bagian tengah. Kelainan
ini bersifat asimtomatik, tetapi efek sampingnya adalah halitosis dan ambang pengecapan
Etiologi dari coated tongue masih belum diketahui secara pasti. Faktor predisposisi
yang dapat menimbulkan terjadinya coated tongue diantaranya terdapat lesi dalam rongga
mulut yang terasa sakit, kebersihan rongga mulut yang buruk, dehidrasi, konsumsi obat-
obatan, diet makanan yang lunak.3 Beberapa faktor lainnya yang dapat mengakibatkan
terjadinya coated tongue adalah konsumsi obat-obatan baik secara lokal maupun sistemik,
sehingga dapat menyebabkan perubahan pada flora normal dalam rongga mulut. Termasuk
didalamnya penggunaan obat-obatan antibiotik sistemik, agen topikal yang dapat bersifat
mengoksidasi rongga mulut seperti hidrogen peroksida (H2O2), serta penggunaan obat kumur
adanya gangguan lambung dan saluran pencernaan, gangguan pada saluran pencernaan,
keadaan lemah karena penyakit sistemik, keadaan demam, serta sakit parah (bed rest total)
menyebabkan xerostomia (dry mouth) pada rongga mulut, dan pergerakan lidah menjadi
berkurang sehingga mempermudah terjadinya coated tongue. Keadaan rongga mulut yang
tidak bergigi, ataupun diet makanan lunak pada pengguna gigi tiruan lepasan, oral hygiene
yang buruk, keadaan berpuasa, febrile, keadaan dehidrasi, dapat menjadi faktor predisposisi
Keadaan normal lidah dilapisi oleh lapisan mukus, sel-sel epitel yang mengalami
deskuamasi, dan kotoran yang berasal dari sisa makanan. Seseorang yang sehat lidahnya
selalu bergerak dan saliva mengalir secara normal, maka lapisan putih yang terbentuk
biasanya tipis, tetapi bila seseorang lidahnya kurang bergerak, cairan saliva kurang dan
adanya demam akan memungkinkan terbentuknya lapisan berwarna putih dan cukup tebal
pada lidah.4
Keratin yang terbentuk di atas lidah terdeskuamasi dan ikut tertelan ketika kita sedang
menelan makanan. Biasanya, jumlah keratin yang dihasilkan adalah sama dengan jumlah
yang terdeskuamasi, dan lidah akan tampak normal. Jika keseimbangan ini sedang terganggu,
maka akan menghasilkan keadaan yang disebut dengan coated tongue. Hal ini mungkin
disebabkan oleh keratin yang tidak terdeskuamasi dengan cepat, seperti terlihat pada orang-
orang yang memakan makanan lebih lembut dan kurang abrasif, terutama pada pemakai gigi
tiruan.2,4
Coated tongue juga dapat terbentuk akibat keratin diproduksi lebih cepat daripada
yang dapat terdeskuamasi dan tertelan bersama makanan yang dimakan. Peningkatan
produksi keratin biasanya disebabkan oleh iritasi lidah yang berlebihan akibat dari minum
minuman panas atau merokok tembakau. Akumulasi keratin pada papilla filiformis (taste
buds) dari lidah memberikan gambaran lidah yang berubah warna menjadi keputihan (coated
tongue).4,5
Coated tongue memberikan gambaran klinis seperti lidah yang tertutupi oleh selaput
yang dapat berwarna putih, coklat, ataupun hitam. Pewarnaan ini tergantung dari pigmen
yang masuk. Warna dari coated tongue adalah akibat dari faktor-faktor instrinsik yaitu
organisme kromogenik yang dikombinasikan dengan faktor-faktor ekstrinsik bisa dari warna
dari makanan, minuman, tembakau dari rokok, dan permen.5 Terkadang coated tongue dapat
disertai dengan terjadinya pigmentasi lidah berupa pewarnaan kehitaman ataupun kecoklatan,
Coated tongue biasanya melibatkan dua pertiga posterior bagian dorsum lidah, mulai
dari dekat foramen caecum dorsum lidah yang menyebar ke lateral dan anterior. Pada
keadaan coated tongue papila filiformisnya terlihat seperti mengalami pemanjangan dapat
mencapai panjang beberapa milimeter, hal ini disebabkan karena tidak terdeskuamasinya
epitel berkeratin yang terdapat di papila filiformis. Oleh sebab itu, lidah akan tampak seperti
selaput tebal dan terbungkus.2 Biasanya keadaan lidah berselaput ini tanpa gejala, tetapi bila
keadaan ini bertambah parah dapat membuat ketidaknyamanan dalam rongga mulutnya
Pembahasan
Beberapa penelitian untuk mengetahui prevalensi coated tongue telah dilakukan, yaitu
terhadap populasi lanjut usia (rentang usia 70-80 tahun) pada tahun 2015, dengan hasil dari
20 lansia ditemukan sebanyak 55% mengalami coated tongue (Gambar 1).6 Penelitian lainnya
pada tahun 2016 dilakukan terhadap kelompok usia anak sekolah dasar (usia 6-12 tahun)
menunjukkan sebanyak 56% dari total 134 anak,7 dan hasil penelitian terhadap kelompok
usia muda/remaja yaitu usia 15-16 tahun, sebanyak 113 (85%) murid sekolah SMA Kelas 1
mengalami coated tongue (Gambar 2)8, dan pada kelompok rentang usia 40-80 tahun yaitu
pada populasi pasien program pengelolaan penyakit kronis (Prolanis) Puskesmas Ujung
Hasil penelitian yang telah dilakukan menunjukkan bahwa adanya permasalahan yang
cukup mewakili di masyarakat Kota Bandung khususnya untuk berbagai kelompok usia.
Kondisi coated tongue yang cukup ringan pada sebagian orang tidak menyebabkan keluhan
yang berarti tetapi pada sebagian lainnya tampak kondisi klinis coated tongue yang cukup
berat sehingga menimbulkan keluhan yang mengganggu seperti bau mulut, hilangnya rasa
kecap, mulut terasa pahit, dan bahkan muncul rasa perih, atau panas pada permukaan lidah.
Beberapa faktor risiko yang diketahui dapat mempengaruhi munculnya coated tongue adalah
usia, diet lunak, kebersihan mulut, dan kondisi sistemik seperti hipertensi dan diabetes
melitus, yang dapat mempengaruhi berkembangnya kondisi coated tongue kearah infeksi
Penanganan yang efektif untuk kondisi coated tongue adalah penggunaan tongue
scraper/ pembersih lidah (Gambar 4) yang bertujuan untuk menghilangkan sel keratin di
permukaan lidah, disamping debris/sisa makanan yang menempel. Instruksi penyikatan lidah
dilakukan sesuai indikasi, jika permukaan lidah telah bersih maka tindakan pembersihan lidah
dapat dihentikan karena proses fisiologis dengan mekanisme self cleansing yang terjadi di
rongga mulut akan dapat menjaga kebersihan rongga mulut selama faktor risiko dapat
mensosialisasikan informasi yang tepat dari kalangan klinisi terutama dokter gigi bagi
masyarakat. Baik praktisi maupun akademisi kesehatan terutama di bidang Kedokteran Gigi
diharapkan dapat membantu rencana penyebaran informasi terkait hal ini sehingga usaha
Kesimpulan
Coated Tongue sebagai salah satu lesi mulut yang sering ditemukan di masyarakat,
hasil riset yang dilakukan di wilayah Jawa Barat dalam kurun waktu dua tahun terakhir
menunjukkan jumlah yang cukup besar sehingga perlu mendapat perhatian bersama
meskipun bukan sebagai suatu kondisi yang berbahaya tetapi deteksi lesi dan penanganannya
sejak awal, dapat mengoptimalisasi kesehatan rongga mulut, untuk menghindari timbulnya
Daftar Pustaka
1. Field, A. and Longman, L. 2003. Tyldesley’s Oral Medicine. 5th ed. Inggris: Oxford
University Press.
2. Greenberg, M.S; M. Glick. 2008. Burket’s Oral Medicine Diagnosis and Treatment.
http://www.exodontia.info/files/Am_Acad_Oral_Maxillofacial_Pathology_2005._Hairy
_Coated_Tongue_Patient_Information.pdf
5. Langlais, R P. and C.S. Miller. 2000. Atlas Berwarna Kelainan Rongga Mulut Yang
6. Nuraeny N, Sari KI. Profil Lesi Mulut pada Kelompok Lanjut Usia di Panti Sosial
Tresna Wreda Senjarawi Bandung. Majalah Kedokteran Gigi Indonesia. 2016; 2(2):74-
9.
dalam Perawatan Kesehatan Gigi dan Mulut Masyarakat Desa Balingbing dan Desa
Frekuensi Lesi Oral pada Siswa Kelas 1 SMA Negeri 24 Bandung. Program Book
9. Nanan Nur’aeny, Indah Suasani Wahyuni, Kartika Indah Sari. Prevalensi Lesi Oral
pada Pasien Hipertensi dan Diabetes Melitus di Puskesmas Ujung Berung Bandung.
10. Nanan Nur’aeny, Indah Suasani Wahyuni, Wahyu Hidayat, Kartika Indah Sari. Faktor
Risiko Coated Tongue pada Pasien Lanjut Usia di Puskesmas Ujung Berung Bandung.