Anda di halaman 1dari 41

MODUL PRAKTIKUM FISIKA DASAR

PERCOBAAN I
AEROMETER

A. TUJUAN
1. Menggunakan Aerometer Nicholson N, Aerometer yang bermassa tetap
M.
2. Menentukan massa jenis zat cair dan zat padat dengan menggunakan
aerometer.

B. ALAT DAN BAHAN


1. Aerometer Nicholsotyn
2. Aerometer yang bermassa tetap M
3. Neraca teknis, batu timbang
4. Butir-butir zat padat
5. Tiga bejana yang berisi zat cair
6. Termometer

C. KONSEP DASAR
1. Aerometer Nicholson

Gambar 1. Aerometer Nicholson

3 |FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS PROKLAMASI 45 YOGYAKARTA


MODUL PRAKTIKUM FISIKA DASAR

Bila aerometer N dimasukkan ke dalam zat cair dan pada pinggan atas PA
diletakkan beban W1, aerometer tercelup sampai T, maka berlaku persamaan gaya
sebagai berikut:

W1 + WN = VN ρ1 g ………………………………………….(1)

atau dalam persamaan massa

m1 + mN = Vn, ρ1 …………………………………………….(2)

Dimana :
WN = Berat aerometer N.
VN = Volume aerometer.
g = Percepatan gravitasi
ρ1 = Massa jenis zat cair
m = Massa

Bila aerometer N dimasukkan ke dalam zat cair lain, kemudian sehingga


harus ditambahkan beban W2 agar aerometer tercelup sampai T. maka dari
persamaan (2) dapat diturunkan menjadi:

ρ1 = …………………………………………….(3)

Selain itu, aerometer juga dapat digunakan untuk menentukan massa jenis zat
padat. Dan dipenuhi oleh persamaan :

k= ……………………………………..(4)

4 |FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS PROKLAMASI 45 YOGYAKARTA


MODUL PRAKTIKUM FISIKA DASAR

Dimana :
ρk = massa jenis zat padat k yang akan ditentukan
= massa jenis zat cair yang diketahui
m = massa yang ditambahkan pada PA agar N tercelup sampai T (tanpa zat
padat k)
mp = massa yang ditambahkan pada PA, agar tercelup sampai T dengan zat
padat k pada PB.

2. Aerometer yang berberat tetap

Gambar 2. Aerometer tetap

Pada aerometer M, tangkainya dianggap berbentuk silinder dan


mempunyai pembagian skala. Alat ini hanya digunakan untuk menentukan massa
jenis zat cair saja. Bila M dimasukkan ke dalam suatu zat cair, maka M akan
tercelup sampai skala ke n. jadi berat M sama dengan keatas.

WM = Vn ρ g ………..……………..(5)

5 |FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS PROKLAMASI 45 YOGYAKARTA


MODUL PRAKTIKUM FISIKA DASAR

Dimana :
WM = massa aerometer
Vn = volume aerometer yang tercelup di bawah garis ke n
ρ = massa jenis zat cair
g = percepatan gravitasi

Dengan menggunakan sifat silindris tangkai M,

Vn = Vo + n v …………….……(6)
Dimana :
Vo = konstan
n v = volume silinder

ρo = ………………..……….(7)

Jika aerometer M di masukkan ke berbagai zat cair, maka akan diperoleh harga n
yang berbeda. Sehingga dapat diperoleh hubungan :

……………………….(8)

Dimana:
ρx = massa jenis zat cair yang akan ditentukan
ρ1, ρ2 = massa jenis zat cair 1 dan 2 yang telah diketahui
n1, n2 = penunjukan skala n pada zat cair 1 dan 2
nx = skala n pada zat cair yang akan ditentukan

D. PERCOBAAN
1. Dengan Aerometer Nicholson
a. Timbang aerometer N dengan neraca teknis
b. Tambahkan anak timbangan seberat 15 dan 20 gr dalam pinggan bawah
PB, agar selalu tegak dalam zat cair, selanjutnya bagian ini dianggap dari
bagian aerometer.
c. Masukan N dalam air, letakkan beban W1 dalam PA sehingga N tercelup
sampai T.

6 |FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS PROKLAMASI 45 YOGYAKARTA


MODUL PRAKTIKUM FISIKA DASAR

d. Catat temperatur zat cair beban WN dan W1.


e. Masukkan N ke dalam zat cair X. Berilah beban W2 pada PA yang dapat
membuat N tercelup sampai T.
f. Catatlah temperatur zat cair X dan W2.
g. Masukkan N ke dalam zat cair yang rapat massanya diketahui.
h. Tambahkan beban W0 dalam PA agar N tercelup sampai T.
i. Singkirkan W0. Letakkan PA sejumlah zat padat k, yang rapat massanya
akan ditentukan.
j. Tambahkan Wp di PA agar N tercelup sampai T.
k. Pindahkan zat cair k, dari PA ke PB.
l. Untuk membuat N tercelup sampai T, pada PA harus diberi beban Wn.
m. Catat temperatur zat cair.

2. Bagian aerometer yang berbeban tetap.


a. Masukkan aerometer M dalam zat cair 1 kemudian zat cair 2 yang masing-
masing telah diketahui massa jenisnya yaitu ρ1 dan ρ2.
b. Catat n1 dan n2 catat temperatur masing-masing zat cair.
c. Masukkan M ke dalam zat cair X yang akan ditentukan rapat massanya ρx
d. Catat posisi nx dan temperaturnya.

E. LAPORAN
1. Tentukan volume aerometer Nicholson dan ketelitiannya pakailah
persamaan (2)
2. Hitunglah ρx dengan ketelitiannya.
3. Hitunglah ρk beserta ketelitiannya.
4. Apakah kita sebaiknya menggunakan banyak atau sedikit zat padat k
dalam menentukan ρk, terangkan!
5. Hitunglah ρx dengan ketelitiannya, apakah arti V0 dan V dari hasil yang
didapat?
6. Gambarlah grafik dari ρk sebagai fungsi dari n berdasarkan rumus (5).

F. PUSTAKA
Sears – Zemansky, college Physics

7 |FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS PROKLAMASI 45 YOGYAKARTA


MODUL PRAKTIKUM FISIKA DASAR

PERCOBAAN II
MODULUS ELASTISITAS
A. TUJUAN
1. Membedakan pengertian tegangan dan regangan.
2. Menentukan modulus elastisitas (E) dari berbagai zat padat dengan cara
pelenturan.

B. ALAT DAN BAHAN


1. Statif
2. Klem penjepit
3. Kait
4. Skala
5. Beban
6. Batang uji

C. KONSEP DASAR
Pada beberapa bahasan mengenai gaya, benda yang mengalami gaya
dianggap tidak mengalami perubahan bentuk. Namun, kenyataannya setiap benda
akan mengalami perubahan bentuk apabila diberikan gaya pada benda tersebut.
Pada benda elastis, akan terjadi pertambahan panjang yang merupakan akibat dari
adanya gaya yag bekerja pada benda tersebut. Benda ini berlaku hampir pada
semua materi padat, tetapi hanya pada suatu batas tertentu. Apabila benda yang
terjadi terlalu besar, maka benda pun akan meregang dengan sangat besar
sehingga tidak menutup kemungkinan benda tersebut akan patah. Gaya luar yang
dikerjakan pada benda tersebut mengkibatkan terjadinya perubahan bentuk benda
(deformasi) yang tidak melebihi batas proporsional. Sedangkan pada benda
plastis, jika benda tersebut diberi gaya maka akan mengalami pertambahan
panjang dan jika gaya yang bekerja pada benda tersebut dihilangkan, maka benda
tidak dapat kembali ke bentuk semula.
Sebenarnya dalam kehidupan kita sehari-hari, kita sering mempraktikan
ilmu-ilmu fisika, baik yang sudah kita pelajari maupun yang belum kita pelajari.
Namun seringnya kita tidak menyadari dan tidak paham akan hal itu. Sebagai

8 |FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS PROKLAMASI 45 YOGYAKARTA


MODUL PRAKTIKUM FISIKA DASAR

contoh hal yang berhubungan dengan fisika yang sering kita temui dalam
kehidupan sehari-hari adalah sebuah karet gelang yang kita rentangkan, jika kita
lepaskan akan kembali ke bentuknya semula. Itulah yang menandakan adanya
sifat elastis benda yang kita kenal dengan keelastisitasan. Semua benda nyata, jika
diberi gaya, akan berubah dibawah pengaruh gaya yang bekerja padanya.
Perubahan bentuk atau volume tersebut ditentukan oleh gaya antarmolekulnya.
Untuk membedakan kedua jenis bahan benda antara benda elastis dan
benda plastis , maka didefinisikan suatu sifat bahan yang disebut elastisitas. Jadi,
elastisitas merupakan salah satu mekanik bahan yang dapat menunjukkan
kekuatam, ketahanan, dan kekakuan bahan tersebut terhadap gaya luar yang
diterapkan pada bahan tersebut. Nilai keelastisitasan ini disebut juga modulus
elastisitas.

1. Elastisitas
Sifat elastis atau elastisitas adalah kemampuan suatu benda untuk kembali
ke bentuk awalnya segera setelah gaya luar yang diberikan kepada benda itu
dihilangkan. Seperti pada sebuah pegas yang digantungi dengan beban pada salah
satu sisi ujungnya, akan kembali ke bentuk semula jika beban tersebut kita ambil
kembali. Contoh lainnya adalah ketapel dan karet gelang jika kita rentangkan
maka akan terjadi pertambahan panjang pada kedua benda tersebut, tapi jika gaya
yang bekerja pada kedua benda tersebut dihilangkan, maka kedua benda tersebut
akan kembali ke bentuk semula.
Sebuah benda dapat dikatakan elastis sempurna jika gaya penyebab
perubahan bentuk hilang maka benda akan kembali ke bentuk semula. Benda yang
bersifat elastis sempurna yaitu mempunyai batas-batas deformasi yang disebut
limit elastik sehingga jika melebihi dari limit elastik maka benda tidak akan
kembali ke bentuk semula.

9 |FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS PROKLAMASI 45 YOGYAKARTA


MODUL PRAKTIKUM FISIKA DASAR

Gambar 1. Pegas

Benda yang tidak elastis adalah benda yang tidak kembali ke bentuk
awalnya saat gaya dilepaskan, misalnya saja pada adonan kue. Bila kita menekan
adonan kue, bentuknya akan berubah, tetapi saat gaya dilepaskan dari adonan kue
tersebut, maka adonan kue tidak dapat kembali ke bentuk semula.
Perbedaan antara sifat elastis dan plastis adalah pada tingkatan dalam
besar atau kecilnya deformasi yang terjadi. Dalam pembahasan sifat elastik pada
benda perlu diasumsikan bahwa benda-benda tersebut mempunyai sifat-sifat
berikut:
 Homogen artinya setiap bagian benda mempunyai kerapatan yang
sama.
 Isotropik artinya pada setiap titik pada benda mempunyai sifatsifat fisis
yang sama ke segala arah.

Deformasi pada benda akan menyebabkan perubahan bentuk tetapi tidak


ada perubahan volume, dan benda yang.mengalami kompresi akan terjadi
perubahan volume tetapi tidak terjadi deformasi. Nilai keelastisitasan ini disebut
juga modulus elastisitas.

10 |FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS PROKLAMASI 45 YOGYAKARTA


MODUL PRAKTIKUM FISIKA DASAR

2. Tegangan
Tegangan (stress) didefinisikan sebagai gaya yang diperlukan oleh benda
untuk kembali ke bentuk semula. Atau gaya F yang diberikan pada benda dibagi
dengan luas penampang A tempat gaya tersebut bekerja.
Tegangan dirumuskan oleh:

Tegangan = atau σ =

Tegangan merupakan sebuah besaran skalar dan memiliki satuan N/m²


atau Pascal (Pa). F adalah gaya (N), dan A adalah luas penampang (m2).
Selain itu, Tegangan dapat dikelompokkan menjadi :

a. Tegangan normal
Tegangan normal yaitu intensitas gaya normal per unit luasan.
Tegangan normal dibedakan menjadi tegangan normal tekan atau kompresi
dan tegangan normal tarik. Apabila gaya-gaya dikenakan pada ujung-ujung
batang sedemikian rupa sehingga batang dalam kondisi tertarik, maka terjadi
tegangan tarik pada batang, jika batang dalam kondisi tertekan maka terjadi
tegangan tekan.

b. Tegangan geser
Tegangan geser adalah gaya yang bekerja pada benda sejajar dengan
penampang.

c. Tegangan volume
Tegangan volume adalah gaya yang bekerja pada suatu benda yang
menyebabkan terjadinya perubahan volume pada benda tersebut tetapi tidak
menyebabkan bentuk benda berubah.

3. Regangan
Perubahan relatif dalam ukuran atau bentuk suatu benda karena pemakaian
tegangan disebut regangan (strain). Regangan adalah suatu besaran yang tidak
memiliki dimensi karena rumusnya yaitu meter per meter. Definisi regangan

11 |FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS PROKLAMASI 45 YOGYAKARTA


MODUL PRAKTIKUM FISIKA DASAR

berdasarkan rumusnya adalah perubahan panjang ΔL dibagi dengan panjang awal


benda L . Secara matematis dapat ditulis:

Regangan = atau e =

Bahan-bahan logam biasanya diklasifikasikan sebagai bahan liat (ductile)


atau bahan rapuh (brittle). Bahan liat mempunyai gaya regangan (tensile strain)
relatif besar sampai dengan titik kerusakan seperti baja atau aluminium.
Sedangkan bahan rapuh mempunyai gaya regangan yang relative kecil sampai
dengan titik yang sama. Batas regangan 0,05 sering dipakai untuk garis pemisah
diantara kedua kelas bahan ini. Besi cor dan beton merupakan contoh bahan
rapuh.

4. Modulus Elastisitas
Modulus elatisitas suatu benda dapat dihitung melalui pemberian beban
sebagai tegangan yang diberikan pada benda tersebut dan mengamati penunjukan
oleh garis rambut sebagai regangannya. Besar pelenturan (f) ditentukan melalui
persamaan matematis sebagai berikut:

Dari rumus pelenturan diatas dapat ditentukan persamaan matematis


Modulus Elastisitasnya:

Keterangan:
E = Modulus elastisitas
B = berat beban (dyne)
L = Panjang batang antara dua tumpuan (cm)
f = pelenturan (cm)
b = lebar batang (cm)
h = tebal batang (cm)

12 |FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS PROKLAMASI 45 YOGYAKARTA


MODUL PRAKTIKUM FISIKA DASAR

5. Hukum Hooke
Hubungan antara tegangan dan regangan erat kaitannya dalam teori
elastisistas. Apabila hubungan antara tegangan dan regangan dilukiskan dalam
bentuk grafik, dapat diketahui bahwa diagram tegangan-regangan berbeda-beda
bentuknya menurut jenis bahannnya. Hal ini membuktikan bahwa keelastisitasan
benda dipengaruhi bahan dari bendanya. Dapat kita ambil contoh grafik
keelastisitasan suatu logam kenyal.

Pada bagian awal kurva, tegangan dan regangan bersifat proporsional


sampai titik a tercapai. Hubungan proporsional antara tegangan dan regangan
dalam daerah ini sesuai dengan Hukum Hooke.
Dikutip dari buku Fisika untuk SMA Kelas XI (Marthen Kanginan : 2004),
hukum Hooke dinamakan sesuai dengan nama pencetusnya yaitu Robert Hooke,
seorang arsitek yang ditugaskan untuk membangun kembali gedung-gedung di
London yang mengalami kebakaran pada tahun 1666. Beliau menyatakan bahwa:

“Jika gaya tarik tidak melampaui batas elastisitas pegas, maka


pertambahan panjang pegas berbanding lurus (sebanding) dengan gaya
tariknya.”

13 |FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS PROKLAMASI 45 YOGYAKARTA


MODUL PRAKTIKUM FISIKA DASAR

Pernyataan tersebut di atas dikenal dengan nama hukum Hooke, dan dapat
ditulis melalui persamaan:

D. PERCOBAAN
Persiapan percobaan

1. Untuk panjang L, masing-masing m kali (beberapa batang yang diberi oleh


asisten)
2. Ukur lebar (b) dan tebal (n) batang masing-masing (p) dan (n) tempat
untuk diambil rata-ratanya.
3. Timbanglah masing-masing beban.
4. Letakkan batang diatas tumpuan, letakkan tumpuan k dengan kaitnya kira-
kira di tengah-tengah batang.
5. Letakkan skala sehingga menempel pada permukaan kait.
6. Baca kedudukan skala dalam keadaan beban nol.
7. Tambahkan beban, setiap kali satu beban baca kedudukan skala.
8. Kurangi beban, tiap kali pengurangan baca kedudukan skala.
Catatan : m dan n ditentukan oleh asisten demikian juga jumlah beban.

E. LAPORAN
1. Hitungkah modulus elastisitas untuk tiap-tiap batang.
2. Beri pembahasan percobaan ini (sumber kesalahan, ketelitian percobaan,
panjang h, jumlah beban dan sebagainya).
3. Perlukah menghitung panjang batang? Terangkan!

Catatan : dalam menghitung E buat misalnya B = 1,5 kg dan ambil rata-


rata dari pelenturannya (f) untuk tiap B, kemudian B = 2 kg, 2,5 kg dan
seterusnya.

14 |FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS PROKLAMASI 45 YOGYAKARTA


MODUL PRAKTIKUM FISIKA DASAR

F. PUSTAKA
Giancoli, Douglas C. 1998. Fisika Edisi Kelima Jilid 1. Erlangga : Jakarta.
Kanginan, Marthen.2004. Fisika untuk SMA Kelas XI. Bandung: Erlangga
Zaida. 2008. Petunjuk Praktikum Fisika Dasar. Bandung: Fakultas
Teknologi Industri Pertanian Universitas Padjadjaran
http://www.mahasiswasibuk.co.cc/1_9_Modulus-Elastisitas.html Minggu,
31 Oktober 2010 12:30 WIB

15 |FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS PROKLAMASI 45 YOGYAKARTA


MODUL PRAKTIKUM FISIKA DASAR

PERCOBAAN III
MODULUS PUNTIR

A. TUJUAN
1. Memahami sifat elastis bahan di bawah pengaruh puntiran.
2. Menentukan modulus puntir suatu bahan .

B. ALAT DAN BAHAN


1. Kit modulus puntir,
2. Batang silinder logam besi dan kuningan,
3. Meteran,
4. Satu set beban (5 buah beban masing-masing ±0,5 kg dan dasar beban),
5. Mikrometer sekrup,
6. Jarum penunjuk 2 buah.

C. KONSEP DASAR
Batang yang ditarik oleh suatu gaya dikatakan berada di bawah tegangan
merenggang (tensile stress). Bentuk tegangan lainnya adalah tegangan menekan
(compressive stress), yang merupakan lawan dari tensile stress, dan tegangan
memuntir (shear stress) yang terdiri dari dua gaya yang sama tetapi arahnya
berlawanan dan tidak segaris (lihat Gambar 1).

Gambar 1. Tipe-tipe tegangan (a) merenggang (b) menekan (c) memuntir

16 |FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS PROKLAMASI 45 YOGYAKARTA


MODUL PRAKTIKUM FISIKA DASAR

Untuk tegangan memuntir kita dapat tulis persamaannya sebagai berikut :

dimana ΔL adalah pertambahan panjang, L0 adalah panjang mula-mula dan A


adalah luas dari permukaan dimana gaya F itu bekerja. Dalam regangan geser dan
memuntir, gaya F bekerja sejajar dengan permukaan A, sedangkan ΔL tegak lurus
terhadap L0. Tetapan G adalah modulus puntir (shear modulus), atau juga dikenal
sebagai konstanta proposionalitas (1/G).

Gambar 2. Suatu batang silinder dengan ujung tetap A dipuntir di C

Gambar 2 mengilustrasikan kasus batang silinder yang diberi puntiran.Jika


suatu batang silinder yang salah satu ujungnya dijepit tetap pada posisi A seperti
dalam gambar, sedangkan ujung lainnya dipuntir dengan torsi T, maka modulus
geser/modulus puntir batang tersebut dapat ditentukan dari hubungan:

dengan R adalah jari-jari batang silinder dan L adalah jarak antara ujung tetap
(titik A) ke tempat sudut puntir α (titik C). Gaya torsi T di sini dihasilkan dari
beban yang digantungkan pada ujung bebas. Jika jari-jari roda pemutar adalah r

17 |FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS PROKLAMASI 45 YOGYAKARTA


MODUL PRAKTIKUM FISIKA DASAR

dan beban yang digantungkan adalah sebesar m maka torsi yang dihasilkan adalah
sebesar

D. PERCOBAAN
Sebatang logam silindris diteguhkan di salah satu ujungnya (di titik
A) dan dipuntir di ujung lainnya (di titik B) oleh sebuah gaya torsi.
Besarnya sudut puntir α ditunjukkan oleh suatu alat penunjuk yang
dilekatkan pada batang pada posisi tertentu. Dari besarnya α , modulus
puntir G batang logam dapat ditentukan.

Gambar 3. Gambar alat untuk menentukan modulus puntir

Prosedur percobaan
1. Ukurlah diameter batang logam yang akan ditentukan modulus puntirnya
dan ukur pula diameter roda pemutar.
2. Masukkan satu ujung batang ke dalam penjepit diam dan ujung lain ke
dalam penjepit pemuntir. Kemudian pasanglah jarum pengamat sudut
puntir pada jarak tertentu dari penjepit diam. Catat jarak tersebut dari
ujung penjepit diam ke jarum pengamat.
3. Bebani roda pemutar dengan dasar beban (penggantung beban) dan buat
jarum penunjuk skala pada posisi 0o.
4. Bebanilah roda pemutar berturut-turut dengan beban yang tersedia. Setiap
penambahan beban adalah 0,5 kg. Setelah beberapa saat catatlah sudut

18 |FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS PROKLAMASI 45 YOGYAKARTA


MODUL PRAKTIKUM FISIKA DASAR

puntir yang ditunjukkan oleh jarum penunjuk pada setiap penambahan


beban untuk α1 dan α2. Nilai α1 dan α2 dibaca dengan melihat jarum
penunjuk yang menandakan nilai simpangan pada busur derajat. Lakukan
penambahan beban sampai 5 kali (berarti sampai 2,5 kg).
5. Setelah semua beban digantungkan, kurangilah berturut-turut beban
tersebut dengan 0,5 kg setiap kali pengurangan. Tunggu beberapa saat,
kemudian catat kedudukan jarum pengamat sudut puntir untuk setiap
pengurangan beban. .

E. LAPORAN
1. Buatlah grafik α terhadap massa beban lalu regresi dan dapatkan
persamaan garisnya. Data yang diolah adalah sebagai berikut :
2. Logam besi : nilai α1 dan α2 terhadap massa beban dengan penambahan
beban,
3. Logam kuningan : nilai α1 dan α2 terhadap massa beban dengan
penambahan dan pengurangan beban.
4. Tentukan nilai modulus puntir untuk masing-masing bahan dari hasil
regresi menggunakan persamaan (2) dan (3).
5. Bagaimana pengaruh α1 dan α2 dalam pengukuran untuk penentuan
modulus puntir tiap bahan ?Jelaskan jawaban Anda dan apa maksud
digunakannya 2 letak sudut yang berbeda pada percobaan ini.
6. Apakah terdapat perbedaan antara pengurangan dan penambahan beban
pada percobaan ini ? Jelaskan jawaban Anda dan apa maksud
dilakukannya penambahan/pengurangan beban pada percobaan ini.
7. Bagaimana pengaruh α1 dan α2 dalam pengukuran untuk penentuan
modulus puntir tiap bahan ? Jelaskan jawaban Anda dan apa maksud
digunakannya 2 letak sudut yang berbeda pada percobaan ini.
8. Apakah terdapat perbedaan antara pengurangan dan penambahan beban
pada percobaan ini ? Jelaskan jawaban Anda dan apa maksud
dilakukannya penambahan/pengurangan beban pada percobaan ini.

19 |FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS PROKLAMASI 45 YOGYAKARTA


MODUL PRAKTIKUM FISIKA DASAR

9. Bandingkan hasil modulus puntir yang Anda dapat dengan nilai referensi
berikut dan jelaskan analisis anda! Besi : (7,5-8,5 Dyne/cm2); Kuningan :
(3,5-4,5 Dyne/cm2)

F. PUSTAKA
Halliday, D., Resnick, R., Walker, J., Fundamentals of Physics, John
Wiley & Sons, 1997.

20 |FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS PROKLAMASI 45 YOGYAKARTA


MODUL PRAKTIKUM FISIKA DASAR

PERCOBAAN 4
MOMEN INERSIA

A. TUJUAN
1. Memahami peran momen inersia pada gerak rotasi benda tegar
2. Menentukan momen inersia dari benda tegar secara teori dan eksperimen.

B. ALAT DAN BAHAN


1. Statif dilengkapi tali untuk ayunan torsi,
2. Satu set keping logam berbentuk piringan silinder dan segi empat,
3. Jangka sorong dan mikrometer sekrup,
4. Stopwatch,
5. Neraca teknis

C. KONSEP DASAR
1. Sistem benda tegar

Gambar 1. Sistem benda getar


Gambar 1 memperlihatkan dua titik massa dengan massa m1 dan m2
yang dihubungkan oleh batang ringan (tak bermassa), sehingga m1 dan m2
membentuk suatu benda tegar.
Ujung kiri batang di O diberi sumbu yang tegak lurus pada bidang
gambar sehingga batang dapat berotasi pada sumbu tersebut. Jika jarak m1 dan
m2 ke sumbu di O masing-masing adalah r1 dan r2dan batang mengalami gerak
rotasi dengan kecepatan sudut ω, maka kecepatan tangensial adalah m1

21 |FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS PROKLAMASI 45 YOGYAKARTA


MODUL PRAKTIKUM FISIKA DASAR

dan v2 kecepatan tangensial m2. Energi kinetik dari kedua titik massa
adalah

dengan I = (m1r12 + m2r22) disebut momen inersia dari m1 dan m2


terhadap sumbu rotasi di O.

Energi kinetik dari m1 dan m2 yang disebabkan oleh gerak rotasinya


disebut energi kinetik rotasi dan dinyatakan dengan :
2
Iω (4)

2. Penentuan momen inersia secara teori

Untuk menentukan momen inersia dari keping logam berbentuk segi


empat secara teori, dapat dilakukan dengan cara mengukur panjang, lebar dan
tebal dari keping dan juga menimbang massanya. Jika panjang a, lebar b, tebal c,
dan massanya M (Gambar 2), momen inersia untuk sumbu rotasi yang melalui
pusat massa dan tegak lurus terhadap penampangnya adalah

Ic = (5)

Gambar 2. Keping segi empat

Dapat dibuktikan pula bahwa momen inersia keping untuk sumbu rotasi yang
melalui pusat massa dan sejajar dengan panjang a adalah

Ia = (6)

22 |FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS PROKLAMASI 45 YOGYAKARTA


MODUL PRAKTIKUM FISIKA DASAR

Untuk sumbu rotasi yang melalui pusat massa dan sejajar lebar b, momen
inersianya adalah

Ib = (7)

Untuk keping lingkaran, momen inersia untuk sumbu rotasi yang tegak
lurus terhadap penampangnya (Gambar 3) dapat ditentukan dari

Is = (8)

dimana M adalah massa keping dan R jari-jari silinder.

Gambar 3. Keping lingkaran.

Jika suatu keping lingkaran atau silinder berotasi pada sumbu rotasi yang
melalui pusat massa dan sejajar dengan garis diameter keping (Gambar 3), momen
inersianya adalah

(9)

dimana M massa silinder, R jari-jari silinder dan L panjang silinder.


Jadi pada prinsipnya, momen inersia dari suatu benda yang berbentuk
sederhana dapat ditentukan secara teoritis jika massa M dan ukuran-ukuran
geometrisnya dapat diukur. Tentunya benda yang akan ditentukan tersebut harus
memiliki rapat massa yang bersifat serba sama (homogen).

23 |FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS PROKLAMASI 45 YOGYAKARTA


MODUL PRAKTIKUM FISIKA DASAR

3. Penentuan momen inersia secara eksperimen

Momen inersia benda juga dapat ditentukan secara eksperimen, yaitu


dengan menggantungkan benda pada tali dan digantungkan pada statif, seperti
dalam Gambar 4. Jika benda diberi sedikit simpangan dari posisi setimbangnya
dengan cara memutar benda (dengan sudut kecil), maka tali akan terpuntir. Jika
benda dilepaskan, maka benda akan mengalami gerak harmonik anguler (sudut),
disebabkan oleh momen gaya puntir dari tali. Perioda T dari gerak harmonik
anguler benda ini adalah

T = 2π√ (10)

Gambar 4. Penentuan momen inersia secara eksperimen.

K: tetapan momen gaya puntiran dari kawat


I = IB + IK
B: momen inersia dari benda
K: momen inersia dari tali

24 |FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS PROKLAMASI 45 YOGYAKARTA


MODUL PRAKTIKUM FISIKA DASAR

Jika dua buah benda dengan momen inersia masing-masing I1 dan I2 secara
berturut-turut digantungkan pada tali yang sama, maka perioda gerak harmonik
angulernya masing-masing diberikan oleh

T1 = 2π √ (11)

T2 = 2π √ (12)

Dari kedua persamaan ini jika I1, T1, I2 dan T2 diketahui, maka IK dan K
dapat ditentukan. Sebaliknya jika IK dan K telah diketahui, cara ini dapat dipakai
untuk menentukan momen inersia benda yang lain dengan mengukur perioda dari
gerak harmonik angulernya.

D. PERCOBAAN
1. Persiapan percobaan

a. Ukurlah panjang dan lebar keping segi empat masing-masing 5 kali


pada tempat yang berbeda dengan menggunakan jangka sorong.

b. Ukurlah tebal keping segi empat 5 kali pada tempat yang berbeda
dengan menggunakan mikrometer sekrup.

c. Ukurlah diameter silinder 5 kali pada tempat yang berbeda dengan


jangka sorong dan juga ukurlah tebalnya 5 kali pada tempat yang
berbeda dengan mikrometer sekrup.

d. Timbanglah masing-masing keping dengan neraca teknis untuk me-


nentukan massa masing-masing keping.

25 |FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS PROKLAMASI 45 YOGYAKARTA


MODUL PRAKTIKUM FISIKA DASAR

2. Tahapan percobaan

a. Gantungkan keping segi empat pada kawat sehingga garis lurus per-
panjangan kawat melalui pusat massa keping dan sejajar panjang
kepingnya (Gambar 4b).
b. Berilah simpangan sudut pada keping dan kemudian lepaskan. Catatlah
waktu yang diperlukan untuk melakukan 10 getaran penuh (10T).
c. Gantungkan keping segi empat kepada kawat sehingga garis lurus
perpanjangan kawat melalui pusat massa keping dan sejajar dengan
lebar b. Kemudian lakukanlah seperti pada tugas 2.
d. Lakukan seperti pada tugas 1 dan tugas 2 dengan kawat sejajar tebal c
dari keping (Gambar 4a).
e. Gantungkan keping silinder sehingga kawat menembus pusat massa
silinder, dan lakukanlah kemudian seperti pada tugas 2 (Gambar 4c).
f. Gantungkan keping silinder sehingga diameternya berimpit dengan
kawat, dan kemudian lakukanlah seperti pada tugas 2 (Gambar 4d).

E. LAPORAN
1. Hitung momen inersia secara teoritis menggunakan persamaan yang ada
untuk masing-masing benda dan posisi.
2. Hitung periode getaran masing-masing percobaan
3. Tentukan nilai Ik dan K dengan cara substitusi/eliminasi dari 2 persamaan
periode T dengan menggunakan data keping piringan silinder.
4. Pergunakan persamaan T untuk mendapatkan momen inersia segiempat
untuk semua posisi dengan menggunakan nilai Ik dan K yang telah
diperoleh sebelumnya.
5. Bandingkan nilai momen inersia I untuk segiempat hasil eksperimen
terhadap nilai teori.
6. Selidiki keberlakuan teorema sumbu tegak untuk keping segiempat secara
teori dan eksperimen !
7. Jelaskan faktor yang menyebabkan perbedaan antara nilai eksperimen dan
teori dan manakah yang lebih presisi atau valid antara perhitungan secara
teori atau eksperimen. Jelaskan !

26 |FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS PROKLAMASI 45 YOGYAKARTA


MODUL PRAKTIKUM FISIKA DASAR

8. Jelaskan pengaruh momen inersia terhadap rotasi benda tegar !

F. PUSTAKA
Giancoli, D.C., Physics Principles with Applications, Prentice-Hall, Inc.,
1991.

27 |FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS PROKLAMASI 45 YOGYAKARTA


MODUL PRAKTIKUM FISIKA DASAR

PERCOBAAN 5
TETAPAN PEGAS DAN GRAVITASI

A. TUJUAN
1. Menentukan tetapan pegas dengan menggunakan hukum hooke.
2. Menentukan massa efektif pegas.
3. Menentukan percepatan gravitasi dengan pegas dan pipa U.

B. ALAT DAN BAHAN


1. Statif dengan pegas dan skala baca.
2. Ember dan beban tambahan.
3. Stopwatch.
4. Neraca teknis.
5. Pipa U dengan skala,

C. KONSEP DASAR
Setiap gerak yang terjadi secara berulang dalam selang waktu yang sama
disebut gerak periodik. Karena gerak ini terjadi secara teratur maka disebut juga
sebagai gerak harmonik/harmonis. Apabila suatu partikel melakukan gerak
periodik pada lintasan yang sama maka geraknya disebut osilasi/getaran. Bentuk
yang sederhana dari gerak periodik adalah benda yang berosilasi pada ujung
pegas. Karenanya kita menyebutnya gerak harmonis sederhana. Banyak jenis
gerak lain (osilasi dawai, roda keseimbangan arloji, atom dalam molekul, dan
sebagainya) yang mirip dengan jenis gerakan ini, sehingga pada kesempatan ini
kita akan membahasnya secara mendetail.
Dalam kehidupan sehari-hari, gerak bolak-balik benda yang bergetar
terjaditidak tepat sama karena pengaruh gaya gesekan. Ketika kita memainkan
gitar, senar gitar tersebut akan berhenti bergetar apabila kita menghentikan
petikan. Demikian juga bandulyang berhenti berayun jika tidak digerakkan secara
berulang. Hal ini disebabkan karena adanya faktor redaman. Gaya gesekan
menyebabkan benda-benda tersebut berhenti berosilasi. Jenis getaran seperti ini
disebut getaran harmonic teredam. Walaupun kita tidak dapat menghindari
gesekan, kita dapat meniadakan efek redaman dengan menambahkan energi ke

28 |FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS PROKLAMASI 45 YOGYAKARTA


MODUL PRAKTIKUM FISIKA DASAR

dalam sistem yang berosilasi untuk mengisi kembali energi yang hilang akibat
gesekan, salah satu contohnya adalah pegas dalam arloji yang sering kita pakai.
Pada kesempatan ini kita hanya membahas gerak harmonik sederhana secara
mendetail, karena dalam kehidupan sehari-hari terdapat banyak jenis gerak yang
menyerupai sistem ini.

GERAK HARMONIS SEDERHANA


Gerak harmonis sederhana yang dapat dijumpai dalam kehidupan sehari-
hari adalah getaran benda pada pegas dan getaran benda pada ayunan sederhana.

 Gerak Harmonis Sederhana pada Ayunan


Ketika beban digantungkan pada ayunan dan tidak diberikan gaya maka
benda akan diam di titik kesetimbangan B. jika beban ditarik ke titik A dan
dilepaskan, maka beban akan bergerak ke B, C, lalu kembali lagi ke A. Gerakan
beban akan terjadi berulang secara periodik, dengan kata lain beban pada ayunan
di atas melakukan gerak harmonik sederhana.

 Besaran Fisika pada Gerak Harmonik Sederhana pada Ayunan


Sederhana Periode (T)
Benda yang bergerak harmonis sederhana pada ayunan sederhana
memiliki periode alias waktu yang dibutuhkan benda untuk melakukan suatu
getaran secara lengkap. Benda melakukan getaran secara lengkap apabila benda
mulai bergerak dari titik dimana benda tersebut dilepaskan dan kembali lagi ke
titik tersebut..
Pada pegas juga ada prinsip-prinsip tertentu sebagaimana berikut ini :
a. Bila pada sebuah pegas dikerjakan sebuah gaya, maka pertambahan
panjang pegas akan sebanding dengan gaya itu. Hal tersebut
dinyatakan dengan hukun sebagai berikut :
F = -k x …………….(1)

29 |FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS PROKLAMASI 45 YOGYAKARTA


MODUL PRAKTIKUM FISIKA DASAR

Gambar 1. Pegas menggunakan hukum hooke

Dengan membuat grafik antara pertambahan beban m dengan

perpanjangan x, akan dapat ditentukan harga n dimana : n = , bila pegas

digantungi suatu beban berat, dan ditari sedikit melampaui titik


setimbangnya, kemudian dilepaskan, akan bergetar. Maka dari penurunan
persamaan gerak harmonis diperoleh persamaan:

T = 2π√ ………….(2)

Dimana M’ = MBEBAN + Member + Mefektif pegas


Dengan menggunakan persamaan 1 dan persamaan 2 diperoleh

T= ………………..(3)

b. Zat cair dalam pipa U dapat bergerak. Ini disebabkan karena gaya
gravitasi oleh kelebihan massa jenis zat cair pada salah satu kakinya.

Dengan analogi getar n pegas.


Gambar 2. Pipa U

30 |FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS PROKLAMASI 45 YOGYAKARTA


MODUL PRAKTIKUM FISIKA DASAR

Waktu getarnya dapat ditulis sebagai berikut :

T = 2π √ …………………(4)

Dimana L = panjang lajur zat cair

D. PERCOBAAN
1. Tetapan Pegas
a. Timbang massa ember, pegas dan beban-beban tambahan m.
Penimbangan beban dilakukan berurutan (m1) (m1 + m2) (m1 + m2 +
m3) dan seterusnya.
b. Gantungkan ember kosong pada pegas, catatlah kedudukan jarum
penunjuk pada skala.
c. Tambahkan keping beban m1 ke dalam ember, tunggu beberapa saat,
catat penunjukkan jarum dalam bentuk tabel.
d. Tambahkan lagi m2, catat penunjukkan jarum demikian seterusnya
sampai beban tambahan habis.
e. Setelah semua keping dimasukkan, kurangilah keping-keping beban
tadi, sekali lagi catat tiap penunjukkan jarum. Setiap
pencatatan/pembacaan dilakukan beberapa saat dilakukan beberapa
saat kemudian.
f. Ulangi percobaan ini dengan pegas yang lain (tanyakan asisten)
g. Ember kosong digunakan pada pegas, kemudian digetarkan. Usahakan
ayunan ember tidak bergoyang kekiri-kekanan dan simpangannya
jangan terlalu besar. Tentukan waktunya untuk 20 ayunan.
h. Tambahkan keping beban m, ayunkan kembali dan catat waktunya
untuk 20 ayunan. Lakukan serupa dengan tambahan beban yang lain
(m1 + m2) (m1 + m2 + m3) dan seterusnya. Buatlah dalam suatu tabel.

31 |FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS PROKLAMASI 45 YOGYAKARTA


MODUL PRAKTIKUM FISIKA DASAR

2. Pipa U
a. Isi pipa U dengan zat cair sampai setengah jam kakinya.
b. Untuk menggeturkan zat cair miringkan pipa dan tutup salah satu
kakinya.
c. Tegakkan kembali pipa dan lepaskan tutupnya, zat cair akan
bergetarnya harus cepar-cepat diamati. Lakukan beberapa kali.
d. Ukur panjang laju zat cair dengan tali (benang)
e. Buat tabel pengantar antara T dam L.

E. LAPORAN
1. Tetapan Pegas
a. Tentukan n rata-rata dari hasil perhitungan, yaitu perbandingan antara
simpangan x terhadap tiap pembebanan m.
b. Buatlah grafik antara simpangan x terhadap pembebanan m. tentukan
nilai n dari grafik dan bandingkan dengan hasil VI, A.1.
c. Benarkan f grafis sebanding dengan x? tunjukkan!
d. Buatlah grafik antara T2 terhadap mbeban, dan dari grafik ini tentukanlah
g dan mefektif pegas dan nilai k (ingat T adalah periode = waktu untuk 1
ayunan penuh).
e. Tentukan batasan nilai ini.
2. Pipa U
a. Dari pengamatan buatlah grafik antara T2 terhadap I.
b. Tentukan g dari gravitasi diatas.
c. Bandingkan hasil percobaan ini harga setempat
d. Sebutkan sebab-sebab simpangan.

F. PUSTAKA
Halliday, D., Resnick, R., Walker, J., Fundamentals of Physics,
John Wiley & Sons, 1997.

32 |FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS PROKLAMASI 45 YOGYAKARTA


MODUL PRAKTIKUM FISIKA DASAR

PERCOBAAN 6
KALORIMETER

A. TUJUAN
1. Menentukan energi yang dihasilkan oleh pencampuran dua sistem yang
berbeda Temperatur.
2. Menentukan Hukum Kekekalan energi.

B. ALAT DAN BAHAN


1. Kalorimeter, 2 buah
2. Thermometer
3. Balance
4. Air panas dan Air dingin

C. KONSEP DASAR
Jika suatu zat menerima atau melepaskan kalor maka temperatur zat
tersebut akan berubah. Besar perubahan temperatur pada benda dapat ditentukan
besarnya sesuai dengan besarnya kalor yang diserap atau yang dilepas benda.
Ketika dua sistem atau benda dengan suhu yang berbeda saling kontak,
energi dalam bentuk panas ditransfer dari sistem yang lebih panas ke sistim yang
lebih dingin. Transfer panas ini akan meningkatkan suhu dari sistem yang dingin
dan menurunkan suhu dari sistem yang lebih panas. Pada akhirnya kedua sistem
akan mencapai suhu menengah, dan perpindahan panas berhenti.
Satuan standar untuk mengukur perpindahan panas adalah kalori. Kalori
didefinisikan sebagai jumlah energi yang dibutuhkan untuk menaikkan suhu satu
gram air dari 14,5 ° C sampai 15,5 ° C. Namun, untuk tujuan kita, kita dapat
menggeneralisasi definisi ini dengan hanya mengatakan bahwa kalori adalah
jumlah energi yang dibutuhkan untuk menaikkan suhu satu gram air setiap satu
derajat Celsius (variasi dengan suhu sedikit).
Ketika sebuah benda diberi panas, suhunya secara umum akan meningkat.
Ini karena panas yang diberikan digunakan untuk meningkatkan energi kinetik

33 |FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS PROKLAMASI 45 YOGYAKARTA


MODUL PRAKTIKUM FISIKA DASAR

rerata partikel-partikel penyusun benda tadi. Hubungan antara perubahan suhu


dengan jumlah panas yang diberikan, untuk daerah perubahan suhu yang tidak
terlalu besar, dapat dituliskan sebagai
Q = C ∆T

dengan C adalah kapasitas panas benda tersebut, yang bergantung pada jumlah
zat/massa benda, C = c n, dengan c adalah kapasitas panas jenis benda (terkadang
sebagai ganti n adalah m massa zat).
Besarnya kapasitas panas jenis tergantung pada jenis bendanya, dan dapat
pula berbeda untuk suhu yang berbeda. Tetapi kebanyakan zat memiliki nilai c
yang tetap pada daerah rentang perubahan suhu tertentu. Nilai c juga bergantung
pada proses terjadinya transfer panas. Misalnya pada gas, kapasitas panas jenis
pada tekanan tetap cp dan pada volume tetap cV , berbeda nilainya.
Kalor jenis adalah jumlah kalor yang diperlukan 1 kg bahan untuk
menaikkan suhu sebesar 10oC. Kalorimeter adalah suatu bejana yang terbuat dari
logam (BK) diselubungi oleh bejana pelindung (BP) yang menyekat terjadinya
pertukaran kalor dengan lingkungannya.
Ketika kalorimeter dipanaskan dengan menggunakan air dingin, maka
kapasitas kalorimeter dapat dititung dengan menggunakan hubungan
Qlepas = Qterima
Ckalorimeter.∆T + mair panas.Cair panas.∆T = mbahan.Cbahan.∆T

Gambar 1. Kalorimeter

34 |FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS PROKLAMASI 45 YOGYAKARTA


MODUL PRAKTIKUM FISIKA DASAR

Percobaan ini didasari oleh Azaz Black yang menyatakan bahwa :


1. Apabila dua benda yang suhunya berbeda dicampur, maka benda yang
lebih panas melepas kalor kepada benda yang lebih dingin sampai suhu
keduanya sama.
2. Banyaknya kalor yang dilepas benda yang lebih panas = banyaknya kalor
yang diterima benda yang lebih dingin.
3. Sebuah benda untuk menurunkan ∆T akan melepas kalor yang sama
besarnya dengan banyaknya kalor yang dibutuhkan benda itu untuk
menaikkan suhunya sebesar ∆T juga.

Dalam percobaan ini, Anda akan menggabungkan massa air yang


bersuhu panas dan dingin. Menggunakan definisi kalori, Anda akan dapat
menentukan jumlah energi panas yang ditransfer dalam membawa air
panas dan dingin dengan suhu akhir yang umum mereka, dan dengan
demikian menentukan apakah energi panas adalah kekal dalam proses ini.

D. PERCOBAAN
1. Tentukan massa kalorimeter kosong, Mcal. Catat hasil Anda pada Tabel.
2. Isi kalorimeter sekitar 1/3 penuh dengan air dingin. Ukurlah massa
kalorimeter dan air bersama-sama untuk menentukan Mcal + air dingin.
catat hasil Anda.
3. Isi kalorimeter kedua sekitar 1/3 penuh dengan air panas. Air harus paling
tidak bersuhu 20°C di atas suhu kamar. Timbang kalorimeter dan air
bersama-sama untuk menentukan Mcal + air panas. Catat hasil Anda
4. Ukur suhu air panas (Tpanas) dan air dingin (Tdingin), dan catat hasilnya.
5. Segera setelah mengukur suhu, tambahkan air panas ke air dingin dan
aduk dengan termometer sampai suhu stabil. Catat suhu akhir campuran
(Takhir)
6. Ukurlah massa akhir dari kalorimeter dan air dicampur (Makhir).
7. Ulangi prosedur ini dua kali dengan massa air yang berbeda pada
temperatur yang berbeda. (Anda dapat mencoba menambahkan air dingin
untuk panas bukannya panas ke dingin).

35 |FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS PROKLAMASI 45 YOGYAKARTA


MODUL PRAKTIKUM FISIKA DASAR

Dari data, buatlah perhitungan yang diperlukan untuk menentukan massa

air dingin dan air panas (Mair dingin dan Mair panas), dan juga perubahan suhu

yang dialami oleh masing-masing (ΔTdingin dan ΔTpanas). Dengan Menggunakan

persamaan di bawah, hitunglah ΔHdingin dan ΔHpanas

ΔHdingin = (Mair dingin) (ΔTdingin)

ΔHpanas = (Mair panas) (ΔTpanas).

E. LAPORAN
1. Manakah yang memiliki energi panas, dua cangkir air sebelum mereka
dicampur bersama-sama atau setelah mereka dicampur? Apakah energi
kekal?
2. Diskusikan setiap sumber yang tidak diinginkan kehilangan panas atau
keuntungan yang mungkin memiliki efek pada percobaan.
3. Jika 200 g air pada 85°C ditambahkan ke 150 g air pada 15°C, bagaimana
temperatur kesetimbangan akhir campuran?

F. PUSTAKA
Halliday, D., Resnick, R., Walker, J., Fundamentals of Physics,
John Wiley & Sons, 1997.

36 |FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS PROKLAMASI 45 YOGYAKARTA


MODUL PRAKTIKUM FISIKA DASAR

PERCOBAAN 7
SISTEM LENSA DAN CACAT BAYANGAN

A. TUJUAN
1. Menentukan jarak fokus.
2. Mengamati dan memahami sifat pembiasan cahaya pada lensa.
3. Mengamati cacat bayangan (aberasi) dan penyebabnya.
4. Mengurangi terjadinya cacat-cacat bayangan.

B. ALAT DAN BAHAN


1. Lensa positif kuat (tanda ++)
2. Lensa positif lemah (tanda +)
3. Lensa negatif (tanda -)
4. Benda yang berupa anak panah
5. Lampu pijar untuk benda
6. Layar untuk menangkap bayangan
7. Diafragma
8. Bangku optic
9. Kabel-kabel penghubung dan sumber tegangan listrik

C. KONSEP DASAR
Lensa merupakan suatu benda bening yang dibatasi oleh dua permukaan
bidang lengkung atau salah satunya datar. Pembagian lensa berdasarkan
banyaknya penyusupan yaitu:
1. Lensa tunggal dengan dua permukaan pembiasan.
2. Lensa gabungan dengan permukaan pembiasan lebih.
Berdasarkan jenisnya, lensa terbagi atas:

a. Lensa cembung (lensa + atau konveks)


Lensa cembung adalah lensa konvergen yang bersifat
mengumpulkan sinar. Selain itu, lensa cembung juga merupakan lensa +
karena dapat mengumpulkan bayangan yang bisa ditangkap layar dan
nyata. Kombinasi lensa cembung yaitu: bikonveks (cembung-cembung)

37 |FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS PROKLAMASI 45 YOGYAKARTA


MODUL PRAKTIKUM FISIKA DASAR

dan plankonveks (cekung-cembung). Sinar-sinar utama pada lensa


cembung adalah sebagai berikut:
1). Sinar datang sejajar pada sumbu utama lensa dibiaskan melalui titik
fokus aktif f.
2). Sinar datang melalui titik fokus pasif f dibiaskan sejajar sumbu utama.
3). Sinar datang melalui titik pusat optik O diteruskan tanpa membias.
Bayangan yang dibentuk adalah: nyata, terbalik dan diperbesar.

Gambar 1. Lensa cembung

b. Lensa cekung (lensa – atau konkaf)


Lensa cekung disebut juga sebagai lensa divergen yang bersifat
menyebarkan sinar. Selain itu, lensa cekung juga merupakan lensa -, karena
tidak dapat membentuk bayangan yang bisa ditangkap layar dan memiliki
harga fokus negatif. Kombinasi lensa cekung yaitu: bikonkav (cekung-
cekung), plankonkav (datar-cekung) dan konvek konkav (cembung-cekung).
Sinar-sinar utama pada lensa cekung:
1) Sinar datang sejajar sumbu utama dibiaskan seolah-olah berasal dari
titik fokus aktif f.
2) Sinar datang seolah-olah menuju ketitik fokus pasif F.

Bentuk permukaan cembung memiliki permukaan yang


melengkung keluar. Bentuk permukaan cekung memiliki permukaan yang
cekung kedalam. Sedangkan bentuk permukaan datar memiliki permukaan
yang datar. Berdasarkan bentuk permukaan ini, maka ada lensa yang kedua

38 |FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS PROKLAMASI 45 YOGYAKARTA


MODUL PRAKTIKUM FISIKA DASAR

lensanya memiliki permukaan yang cembung, lensa yang kedua


permukaannya cekung dan ada yang memiliki salah satu permukaannya yang
cekung dan yang lain permukaannya cembung (cekung-cembung atau
cembung-cekung) dan cekung atau datar.

Dalam sifat lensa dan cacat bayangan ada persamaan-persamaan yang


berlaku antara lain sebagai berikut:

1. Menentukan jarak fokus F lensa positif (konvergen)


Sebuah benda O diletakkan di sebelah kiri lensa positif dan bayangan
O1 yang terbentuk disebelah kanan dapat diamati pada sebuah layar. Jika
pembesaran bayangan (perbandingan panjang O1 dan O) dan L = jarak antara
benda dan bayangan (layar), maka jarak fokus lensa F dapat ditentukan dari
persamaan:

f= ……………………………………………….(1)

atau

f= ………………………………………………(2)

Jika : S1 jarak bayangan (layar) terhadap lensa dan m pembesaran bayangan.


Cara lain untuk menentukan jarak fokus f sebuah lensa positif adalah
sebagai berikut:
Sebuah benda O diletakkan pada jarak L dari layar, kemudian lensa
positif akan ditentukan jarak fokusnya digeser-geserkan antara benda dan

39 |FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS PROKLAMASI 45 YOGYAKARTA


MODUL PRAKTIKUM FISIKA DASAR

layar, sehingga diperoleh kedudukan (misalnya kedudukan 1 dan 2) dimana


lensa pada masing-masing kedudukan tersebut dapat memberikan bayangan
yang jelas dari benda O pada layar. Bayangan yang satu diperbesar dan yang
lain diperkecil. Jika e jarak antara dua kedudukan lensa yang dapat
memberikan bayangan yang jelas pada layar, maka jarak fokus f dari lensa
menurut Bassel dapat ditentukan dengan rumus :

f= ……………………………………………..(3)

2. Menentukan jarak fokus lensa negative (difergen)


Dengan pertolongan lensa positif dapat dibuat sebuah bayangan dari
benda layar. Tempatkan lensa negatif yang akan ditentukan jarak fokusnya
antara lensa positif dan layar, bayangan pada layar oleh lensa positif
merupakan benda terhadap lensa negatif dengan jarak benda s, jarak antara
lensa negatif dan layar. Maka jarak layar dengan lensa negatif ke layar dalam
hal ini merupakan jarak bayangan S1. Jarak fokus lensa negatif dapat
ditentukan dengan persamaan:

f= …………………………………………………(4)

3. Jarak fokus lensa bersusun


Jika dua lensa tipis dengan jarak fokus masing-masing f1 dan f2
digabungkan (dirapatkan) maka diperoleh satu lensa bersusun yang jarak
fokus f dapat ditentukan dengan persamaan:
1/f = 1/f1 – 1/f2 ………………………………………….(5)

4. Cacat bayangan
Rumus – rumus persamaan lensa telah diberikan diatas diturunkan
syarat hanya berlaku untuk sinar paraksial. Jika syarat tersebut tidak dipenuhi
akan terjadi cacat – cacat bayangan (aberasi).

40 |FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS PROKLAMASI 45 YOGYAKARTA


MODUL PRAKTIKUM FISIKA DASAR

D. JALANNYA PERCOBAAN
1. Menentukan jarak fokus lensa
a. Ukuran tinggi (panjang) anak panah yang dipergunakan sebagai benda.
b. Susunlah sistem optik berurutan sebagai berikut:
1). Benda dengan lampu dibelakangnya
2). Lensa positif lemah (tanda +)
3). Layar
c. Ambillah jarak kelayar lebih besar dari 1 meter
d. Ukur dan catatlah jarak benda kelayar
e. Geser-geserkan lensa sehingga didapat bayangan yang jelas pada layar
f. Catat kedudukan lensa dan ukuran tinggi bayangan pada layar
g. Geserkan lagi kedudukan lensa sehingga didapat bayangan jelas yang
lain. (jarak benda layar L jangan dirubah)
h. Ulangi percobaan no. c sampai no. g beberapa kali (ditentukan oleh
asisten) dengan layar L yang berbeda.
i. Ulangi percobaan yang no. b sampai no. h untuk lensa positif kuat
(tanda ++)
j. Untuk menentukan jarak lensa negatif buatlah bayangan jelas dari
benda pada layar dengan pertolongan lensa negatif.
k. Kemudian letakkan lensa negatif antara lensa positif. Ukur jarak lensa
negatif kelayar.
l. Geserlah layar sehingga terbentuk bayangan yang jelas pada layar.
Untuk jarak lensa negatif kelayar.
m. Ulangi langkah no. j sampai no. m beberapa kali (ditentukan asisten)
n. Untuk menentukan jarak focus lensa bersusun, rapatkan lensa positif
kuat (tanda ++) dengan lensa positif (tanda +) serapat mungkin.
o. Gunakan cara bassel untuk menentukan jarak fokus lensa bersusun
tersebut. Ulangi beberapa kali dengan harga L yang berubah – ubah.
2. Mengamati Bayangan
a. Untuk mengamati aberasi khromatik gunakan lensa positif kuat dan
lampu pijar sebagai benda (anak panah sebagai benda disingkirkan)

41 |FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS PROKLAMASI 45 YOGYAKARTA


MODUL PRAKTIKUM FISIKA DASAR

b. Geser – geserlah layar maka anda akan dapat mengamati bahwa suatu
kedudukan akan terdapat bayangan dengan tepi merah dan kedudukan
lain dengan tepi biru.
c. Cacat masing – masing kedudukan lensa yang memberikan bayangan
dengan tepi yang berbeda – beda warna.
d. Pasang diafragma di depan lampu pijar. Ulangi langkah no. 2 dan catat
apa yang terjadi pada bayangan dari lampu.
e. Ulangi langkah no. 4 dengan menggunakan diafragma yang berbeda.
f. Untuk mengamati astigmatisme letakan lensa miring terhadap sumbu
system benda dan layar. Letakan kaca baur (benda) didepan lampu.
g. Geser – geserlah layar, dan amatilah bayangan dari benda.
h. Kemudian letakan diafragma didepan (kaca baur) dan geser – geserlah
lagi layar. Perubahan apa yang terjadi pada bayangan dari benda.
E. LAPORAN
Semua hasil pengukuran dan perhitungan dibawah ini supaya diberi
ketidakpastiannya dengan menggunakan teori kesalahan:
1. Hitunglah jarak fokus lensa positif lemah dan lensa positif dengan
persamaan (3)
2. Hitung pula dengan memakai persamaan (2)
3. Terangkan cara mana yang lebih teliti
4. Hitunglah jarak fokus lensa negatif dengan menggunakan persamaan (4)
5. Hitung jarak fokus gabungan (bersusun) dari langkah 1-n dan 1-o dengan
menggunakan rumus Bassel
6. Hitung jarak fokus bersusun dengnan menggunakan rumus 1/f = 1/f1 + 1/f2
dimana f1 dan f2 = hasil dari perhitungan pada bagian E.
7. Sesuaikah hasil perhitungan dari E – 5 dan E – 6 terangkan jawabannya.
8. Terangkan terjadinya aberasi kromatik dan astigmagtima pada langkah D –
2
9. Mengapa jika digunakan disfragma yang kecil cacat – cacatnya dapat
dikurangi
10. Adakah cara lain untuk mengurangi cacat bayangan? Terangkan!
11. Bila anda belum menjawab no. 5 harap dijawab disini.

42 |FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS PROKLAMASI 45 YOGYAKARTA


MODUL PRAKTIKUM FISIKA DASAR

F. PUSTAKA
Halliday, D., Resnick, R., Walker, J., Fundamentals of Physics,
John Wiley & Sons, 1997.

43 |FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS PROKLAMASI 45 YOGYAKARTA

Anda mungkin juga menyukai