PERCOBAAN I
AEROMETER
A. TUJUAN
1. Menggunakan Aerometer Nicholson N, Aerometer yang bermassa tetap M.
2. Menentukan massa jenis zat cair dan zat padat dengan menggunakan
aerometer.
C. KONSEP DASAR
1. Aerometer Nicholson
Bila aerometer N dimasukkan ke dalam zat cair dan pada pinggan atas PA
diletakkan beban W1 , aerometer tercelup sampai T, maka berlaku persamaan gaya
sebagai berikut:
W1 + WN = VN ρ1 g ………………………………………….(1)
m1 + mN = VN ρ1 …………………………………………….(2)
Dimana :
WN = Berat aerometer N.(kg)
VN = Volume aerometer. (𝑚3 )
g = Percepatan gravitasi (𝑚⁄ 2 )
𝑠
𝑘𝑔
ρ1 = Massa jenis zat cair ( ⁄𝑚3 )
m = Massa (kg)
𝑚2 + 𝑚𝑁
ρ1 = 𝜌𝑎𝑖𝑟 …………………………………………….(3)
𝑚1 + 𝑚𝑁
Selain itu, aerometer juga dapat digunakan untuk menentukan massa jenis zat padat.
Dan dipenuhi oleh persamaan :
𝑚𝑜 + 𝑚𝑝
𝜌k = 𝜌𝑧𝑎𝑡 𝑐𝑎𝑖𝑟 ……………………………………..(4)
𝑚𝑞 + 𝑚𝑝
Dimana :
ρk = massa jenis zat padat k yang akan ditentukan
𝜌𝑧𝑎𝑡 𝑐𝑎𝑖𝑟 = massa jenis zat cair yang diketahui
WM = Vn ρ g ………..……………..(5)
Dimana :
WM = berat aerometer (kg)
Vn = volume aerometer yang tercelup di bawah garis ke n (𝑚3 )
𝑘𝑔
ρ = massa jenis zat cair ( ⁄𝑚3 )
Vn = Vo + n v …………….……(6)
Dimana :
Vo = konstan
n v = volume silinder
𝑚𝑀
ρo = ………………..……….(7)
𝑉𝑜 +𝑛 𝑣
Jika aerometer M di masukkan ke berbagai zat cair, maka akan diperoleh harga n
yang berbeda. Sehingga dapat diperoleh hubungan :
Dimana:
ρx = massa jenis zat cair yang akan ditentukan
ρ1, ρ2 = massa jenis zat cair 1 dan 2 yang telah diketahui
n1, n2 = penunjukan skala n pada zat cair 1 dan 2
nx = skala n pada zat cair yang akan ditentukan
D. PERCOBAAN
1. Dengan Aerometer Nicholson
a. Timbang aerometer N dengan neraca teknis
b. Tambahkan anak timbangan seberat 15 dan 20 gr dalam pinggan bawah PB,
agar selalu tegak dalam zat cair, selanjutnya bagian ini dianggap dari bagian
aerometer.
c. Masukan N dalam air, letakkan beban W1 dalam PA sehingga N tercelup
sampai T.
d. Catat temperatur zat cair beban WN dan W1 .
e. Masukkan N ke dalam zat cair X. Berilah beban W2 pada PA yang dapat
membuat N tercelup sampai T.
f. Catatlah temperatur zat cair X dan W2 .
g. Masukkan N ke dalam zat cair yang rapat massanya diketahui.
E. LAPORAN
1. Tentukan volume aerometer Nicholson dan ketelitiannya pakailah
persamaan (2)
2. Hitunglah ρx dengan ketelitiannya.
3. Hitunglah ρk beserta ketelitiannya.
4. Apakah kita sebaiknya menggunakan banyak atau sedikit zat padat k dalam
menentukan ρk , terangkan!
5. Hitunglah ρx dengan ketelitiannya, apakah arti V0 dan V dari hasil yang
didapat?
6. Gambarlah grafik dari ρk sebagai fungsi dari n berdasarkan rumus (5).
F. PUSTAKA
Sears – Zemansky, college Physics
PERCOBAAN II
MODULUS ELASTISITAS
A. TUJUAN
1. Membedakan pengertian tegangan dan regangan.
2. Menentukan modulus elastisitas (E) dari berbagai zat padat dengan cara
pelenturan.
C. KONSEP DASAR
Pada beberapa bahasan mengenai gaya, benda yang mengalami gaya
dianggap tidak mengalami perubahan bentuk. Namun, kenyataannya setiap benda
akan mengalami perubahan bentuk apabila diberikan gaya pada benda tersebut.
Pada benda elastis, akan terjadi pertambahan panjang yang merupakan akibat dari
adanya gaya yag bekerja pada benda tersebut. Benda ini berlaku hampir pada semua
materi padat, tetapi hanya pada suatu batas tertentu. Apabila benda yang terjadi
terlalu besar, maka benda pun akan meregang dengan sangat besar sehingga tidak
menutup kemungkinan benda tersebut akan patah. Gaya luar yang dikerjakan pada
benda tersebut mengkibatkan terjadinya perubahan bentuk benda (deformasi) yang
tidak melebihi batas proporsional. Sedangkan pada benda plastis, jika benda
tersebut diberi gaya maka akan mengalami pertambahan panjang dan jika gaya yang
bekerja pada benda tersebut dihilangkan, maka benda tidak dapat kembali ke bentuk
semula.
Sebenarnya dalam kehidupan kita sehari-hari, kita sering mempraktikan
ilmu-ilmu fisika, baik yang sudah kita pelajari maupun yang belum kita pelajari.
Namun seringnya kita tidak menyadari dan tidak paham akan hal itu. Sebagai
contoh hal yang berhubungan dengan fisika yang sering kita temui dalam kehidupan
sehari-hari adalah sebuah karet gelang yang kita rentangkan, jika kita lepaskan akan
kembali ke bentuknya semula. Itulah yang menandakan adanya sifat elastis benda
yang kita kenal dengan keelastisitasan. Semua benda nyata, jika diberi gaya, akan
berubah dibawah pengaruh gaya yang bekerja padanya. Perubahan bentuk atau
volume tersebut ditentukan oleh gaya antarmolekulnya.
Untuk membedakan kedua jenis bahan benda antara benda elastis dan
benda plastis , maka didefinisikan suatu sifat bahan yang disebut elastisitas. Jadi,
elastisitas merupakan salah satu mekanik bahan yang dapat menunjukkan
kekuatam, ketahanan, dan kekakuan bahan tersebut terhadap gaya luar yang
diterapkan pada bahan tersebut. Nilai keelastisitasan ini disebut juga modulus
elastisitas.
1. Elastisitas
Sifat elastis atau elastisitas adalah kemampuan suatu benda untuk kembali
ke bentuk awalnya segera setelah gaya luar yang diberikan kepada benda itu
dihilangkan. Seperti pada sebuah pegas yang digantungi dengan beban pada salah
satu sisi ujungnya, akan kembali ke bentuk semula jika beban tersebut kita ambil
kembali. Contoh lainnya adalah ketapel dan karet gelang jika kita rentangkan maka
akan terjadi pertambahan panjang pada kedua benda tersebut, tapi jika gaya yang
bekerja pada kedua benda tersebut dihilangkan, maka kedua benda tersebut akan
kembali ke bentuk semula.
Sebuah benda dapat dikatakan elastis sempurna jika gaya penyebab
perubahan bentuk hilang maka benda akan kembali ke bentuk semula. Benda yang
bersifat elastis sempurna yaitu mempunyai batas-batas deformasi yang disebut limit
elastik sehingga jika melebihi dari limit elastik maka benda tidak akan kembali ke
bentuk semula.
Gambar 1. Pegas
Benda yang tidak elastis adalah benda yang tidak kembali ke bentuk
awalnya saat gaya dilepaskan, misalnya saja pada adonan kue. Bila kita menekan
adonan kue, bentuknya akan berubah, tetapi saat gaya dilepaskan dari adonan kue
tersebut, maka adonan kue tidak dapat kembali ke bentuk semula.
Perbedaan antara sifat elastis dan plastis adalah pada tingkatan dalam besar
atau kecilnya deformasi yang terjadi. Dalam pembahasan sifat elastik pada benda
perlu diasumsikan bahwa benda-benda tersebut mempunyai sifat-sifat berikut:
Homogen artinya setiap bagian benda mempunyai kerapatan yang sama.
Isotropik artinya pada setiap titik pada benda mempunyai sifatsifat fisis
yang sama ke segala arah.
Deformasi pada benda akan menyebabkan perubahan bentuk tetapi tidak ada
perubahan volume, dan benda yang.mengalami kompresi akan terjadi perubahan
volume tetapi tidak terjadi deformasi. Nilai keelastisitasan ini disebut juga modulus
elastisitas.
2. Tegangan
Tegangan (stress) didefinisikan sebagai gaya yang diperlukan oleh benda
untuk kembali ke bentuk semula. Atau gaya F yang diberikan pada benda dibagi
dengan luas penampang A tempat gaya tersebut bekerja.
Tegangan dirumuskan oleh:
Gaya F
Tegangan = atau σ =
Luas Penampang A
Tegangan merupakan sebuah besaran skalar dan memiliki satuan N/m² atau
Pascal (Pa). F adalah gaya (N), dan A adalah luas penampang (m2 ).
Selain itu, Tegangan dapat dikelompokkan menjadi :
a. Tegangan normal
Tegangan normal yaitu intensitas gaya normal per unit luasan. Tegangan
normal dibedakan menjadi tegangan normal tekan atau kompresi dan tegangan
normal tarik. Apabila gaya-gaya dikenakan pada ujung-ujung batang
sedemikian rupa sehingga batang dalam kondisi tertarik, maka terjadi tegangan
tarik pada batang, jika batang dalam kondisi tertekan maka terjadi tegangan
tekan.
b. Tegangan geser
Tegangan geser adalah gaya yang bekerja pada benda sejajar dengan
penampang.
c. Tegangan volume
Tegangan volume adalah gaya yang bekerja pada suatu benda yang
menyebabkan terjadinya perubahan volume pada benda tersebut tetapi tidak
menyebabkan bentuk benda berubah.
3. Regangan
Perubahan relatif dalam ukuran atau bentuk suatu benda karena pemakaian
tegangan disebut regangan (strain). Regangan adalah suatu besaran yang tidak
memiliki dimensi karena rumusnya yaitu meter per meter. Definisi regangan
Pertambahan Panjang ∆𝐿
Regangan = atau e =
Panjang Mula−mula 𝐿0
4. Modulus Elastisitas
Modulus elatisitas suatu benda dapat dihitung melalui pemberian beban
sebagai tegangan yang diberikan pada benda tersebut dan mengamati penunjukan
oleh garis rambut sebagai regangannya. Besar pelenturan (f) ditentukan melalui
persamaan matematis sebagai berikut:
Keterangan:
E = Modulus elastisitas (𝑁⁄ 2 )
𝑚
B = berat beban (kilogram)
L = Panjang batang antara dua tumpuan (meter)
f = pelenturan (meter)
b = lebar batang (meter)
h = tebal batang (meter)
5. Hukum Hooke
Hubungan antara tegangan dan regangan erat kaitannya dalam teori
elastisistas. Apabila hubungan antara tegangan dan regangan dilukiskan dalam
bentuk grafik, dapat diketahui bahwa diagram tegangan-regangan berbeda-beda
bentuknya menurut jenis bahannnya. Hal ini membuktikan bahwa keelastisitasan
benda dipengaruhi bahan dari bendanya. Dapat kita ambil contoh grafik
keelastisitasan suatu logam kenyal.
D. PERCOBAAN
Persiapan percobaan
E. LAPORAN
1. Hitungkah modulus elastisitas untuk tiap-tiap batang.
2. Beri pembahasan percobaan ini (sumber kesalahan, ketelitian percobaan,
panjang h, jumlah beban dan sebagainya).
3. Perlukah menghitung panjang batang? Terangkan!
F. PUSTAKA
Giancoli, Douglas C. 1998. Fisika Edisi Kelima Jilid 1. Erlangga : Jakarta.
Kanginan, Marthen.2004. Fisika untuk SMA Kelas XI. Bandung: Erlangga
Zaida. 2008. Petunjuk Praktikum Fisika Dasar. Bandung: Fakultas Teknologi
Industri Pertanian Universitas Padjadjaran
http://www.mahasiswasibuk.co.cc/1_9_Modulus-Elastisitas.html Minggu, 31
Oktober 2010 12:30 WIB
PERCOBAAN III
VISKOSITAS
A. TUJUAN
1. Memahami konsep mekanika fluida mengenai viskositas (kekentalan).
2. Mengerti cara melakukan percobaan dan mempraktekannya dengan benar.
3. Menghitung koefisien kekentalan zat cair.
C. KONSEP DASAR
Setiap benda yang bergerak didalam fluida mendapat gaya gesekan yang
disebabkan oleh kekentalan fluida tersebut sebanding dengan kecepatan relatif
benda tersebut terhadap fluida atau
𝐹 = −𝑘𝑜𝑛𝑠𝑡𝑎𝑛𝑡𝑎 (1)
Khusus untuk benda yang berbentuk bola dan bergerak didalam fluida yang
sifat-sifatnya tetap, gaya gesek yang dialami adalah:
𝐹 = −6𝜋 𝜂 𝑟 𝑣 (2)
dimana F = gaya gesekan yang bekerja pada bola (N)
𝜂 = koefisien kekentalan fluida
r = jari-jari bola (m)
v = kecepatan relatif bola terhadap fluida (𝑚⁄𝑠 )
Persamaan (2) dikenal sebagai Hukum Stokes. Tanda negatif pada persamaan ini
menunjukkan arah F yang berlawanan dengan arah kecepatan v.
dengan 𝑣𝑠 = kecepatan sebenarnya dari bola, (𝑚⁄𝑠 ) jika syarat (a) dipenuhi
k = tetapan
R = jari-jari tabung (m)
Selanjutnya, karena 𝑣2 𝑇9 = 𝑣𝑇, akhirnya dapat diturunkan persamaan berikut:
E. LAPORAN
1. Tuliskan data-data yang akan diperoleh ke dalam tabel pengamatan
2. Hitung Tr2 untuk setiap jarak d
3. Hitunglah 𝜋 dengan menggunakan grafik tersebut.
4. Buktikan bahwa Tr2 mempunyai harga tetap untuk d yang sama dari
berbagai ukuran bola.
5. Hitunglah kembali harga 𝜋 setelah diadakan koreksi terhadap waktu.
6. Buatlah kesimpulan dan saran mengenai percobaan ini.
F. PUSTAKA
Halliday, D., Resnick, R., Walker, J., Fundamentals of Physics, John Wiley
& Sons, 1997.
PERCOBAAN 4
MOMEN INERSIA
A. TUJUAN
1. Memahami peran momen inersia pada gerak rotasi benda tegar
2. Menentukan momen inersia dari benda tegar secara teori dan eksperimen.
C. KONSEP DASAR
1. Sistem benda tegar
dan v 2 kecepatan tangensial m2 . Energi kinetik dari kedua titik massa adalah
Untuk menentukan momen inersia dari keping logam berbentuk segi empat
secara teori, dapat dilakukan dengan cara mengukur panjang, lebar dan tebal dari
keping dan juga menimbang massanya. Jika panjang a, lebar b, tebal c, dan
massanya M (Gambar 2), momen inersia untuk sumbu rotasi yang melalui pusat
massa dan tegak lurus terhadap penampangnya adalah
𝑀(𝑎2 + 𝑏2 )
Ic = (5)
12
Dapat dibuktikan pula bahwa momen inersia keping untuk sumbu rotasi yang
melalui pusat massa dan sejajar dengan panjang a adalah
𝑀(𝑏2 + 𝑐 2 )
Ia = (6)
12
Untuk sumbu rotasi yang melalui pusat massa dan sejajar lebar b, momen inersianya
adalah
𝑀(𝑎2 + 𝑐 2 )
Ib = (7)
12
Untuk keping lingkaran, momen inersia untuk sumbu rotasi yang tegak lurus
terhadap penampangnya (Gambar 3) dapat ditentukan dari
1
Is = 𝑀𝑅 2 (8)
2
Jika suatu keping lingkaran atau silinder berotasi pada sumbu rotasi yang
melalui pusat massa dan sejajar dengan garis diameter keping (Gambar 3), momen
inersianya adalah
(9)
𝐼
T = 2π√ (10)
𝐾
Jika dua buah benda dengan momen inersia masing-masing I1 dan I2 secara
berturut-turut digantungkan pada tali yang sama, maka perioda gerak harmonik
angulernya masing- masing diberikan oleh
𝐼1 + 𝐼𝐾
T1 = 2π √ (11)
𝐾
𝐼2 + 𝐼𝐾
T2 = 2π √ (12)
𝐾
D. PERCOBAAN
1. Persiapan percobaan
a. Ukurlah panjang dan lebar keping segi empat masing-masing 5 kali pada
tempat yang berbeda dengan menggunakan jangka sorong.
b. Ukurlah tebal keping segi empat 5 kali pada tempat yang berbeda
dengan menggunakan mikrometer sekrup.
2. Tahapan percobaan
a. Gantungkan keping segi empat pada kawat sehingga garis lurus per-
panjangan kawat melalui pusat massa keping dan sejajar panjang
kepingnya (Gambar 4b).
b. Berilah simpangan sudut pada keping dan kemudian lepaskan. Catatlah
waktu yang diperlukan untuk melakukan 10 getaran penuh (10T).
E. LAPORAN
1. Hitung momen inersia secara teoritis menggunakan persamaan yang ada
untuk masing-masing benda dan posisi.
2. Hitung periode getaran masing- masing percobaan
3. Tentukan nilai Ik dan K dengan cara substitusi/eliminasi dari 2 persamaan
periode T dengan menggunakan data keping piringan silinder.
4. Pergunakan persamaan T untuk mendapatkan momen inersia segiempat
untuk semua posisi dengan menggunakan nilai Ik dan K yang telah
diperoleh sebelumnya.
5. Bandingkan nilai momen inersia I untuk segiempat hasil eksperimen
terhadap nilai teori.
6. Selidiki keberlakuan teorema sumbu tegak untuk keping segiempat secara
teori dan eksperimen !
7. Jelaskan faktor yang menyebabkan perbedaan antara nilai eksperimen dan
teori dan manakah yang lebih presisi atau valid antara perhitungan secara
teori atau eksperimen. Jelaskan !
8. Jelaskan pengaruh momen inersia terhadap rotasi benda tegar !
F. PUSTAKA
Giancoli, D.C., Physics Principles with Applications, Prentice-Hall, Inc.,
1991.
PERCOBAAN 5
TETAPAN PEGAS DAN GRAVITASI
A. TUJUAN
1. Menentukan tetapan pegas dengan menggunakan hukum hooke.
2. Menentukan massa efektif pegas.
3. Menentukan percepatan gravitasi dengan pegas dan pipa U.
C. KONSEP DASAR
Setiap gerak yang terjadi secara berulang dalam selang waktu yang sama
disebut gerak periodik. Karena gerak ini terjadi secara teratur maka disebut juga
sebagai gerak harmonik/harmonis. Apabila suatu partikel melakukan gerak periodik
pada lintasan yang sama maka geraknya disebut osilasi/getaran. Bentuk yang
sederhana dari gerak periodik adalah benda yang berosilasi pada ujung pegas.
Karenanya kita menyebutnya gerak harmonis sederhana. Banyak jenis gerak lain
(osilasi dawai, roda keseimbangan arloji, atom dalam molekul, dan sebagainya)
yang mirip dengan jenis gerakan ini, sehingga pada kesempatan ini kita akan
membahasnya secara mendetail.
Dalam kehidupan sehari-hari, gerak bolak-balik benda yang bergetar
terjaditidak tepat sama karena pengaruh gaya gesekan. Ketika kita memainkan gitar,
senar gitar tersebut akan berhenti bergetar apabila kita menghentikan petikan.
Demikian juga bandulyang berhenti berayun jika tidak digerakkan secara berulang.
Hal ini disebabkan karena adanya faktor redaman. Gaya gesekan menyebabkan
benda-benda tersebut berhenti berosilasi. Jenis getaran seperti ini disebut getaran
harmonic teredam. Walaupun kita tidak dapat menghindari gesekan, kita dapat
meniadakan efek redaman dengan menambahkan energi ke dalam sistem yang
berosilasi untuk mengisi kembali energi yang hilang akibat gesekan, salah satu
contohnya adalah pegas dalam arloji yang sering kita pakai. Pada kesempatan ini
kita hanya membahas gerak harmonik sederhana secara mendetail, karena dalam
kehidupan sehari-hari terdapat banyak jenis gerak yang menyerupai sistem ini.
𝑀′
T = 2π√ ………….(2)
𝑘
b. Zat cair dalam pipa U dapat bergerak. Ini disebabkan karena gaya
gravitasi oleh kelebihan massa jenis zat cair pada salah satu kakinya.
Dengan analogi getar n pegas.
Gambar 2. Pipa U
Waktu getarnya dapat ditulis sebagai berikut :
𝐿
T = 2π √ …………………(4)
2𝑔
D. PERCOBAAN
1. Tetapan Pegas
a. Timbang massa ember, pegas dan beban-beban tambahan m.
Penimbangan beban dilakukan berurutan (m1 ) (m1 + m2 ) (m1 + m2 + m3 )
dan seterusnya.
b. Gantungkan ember kosong pada pegas, catatlah kedudukan jarum
penunjuk pada skala.
c. Tambahkan keping beban m1 ke dalam ember, tunggu beberapa saat,
catat penunjukkan jarum dalam bentuk tabel.
d. Tambahkan lagi m2 , catat penunjukkan jarum demikian seterusnya
sampai beban tambahan habis.
e. Setelah semua keping dimasukkan, kurangilah keping-keping beban
tadi, sekali lagi catat tiap penunjukkan jarum. Setiap
pencatatan/pembacaan dilakukan beberapa saat dilakukan beberapa saat
kemudian.
f. Ulangi percobaan ini dengan pegas yang lain (tanyakan asisten)
g. Ember kosong digunakan pada pegas, kemudian digetarkan. Usahakan
ayunan ember tidak bergoyang kekiri-kekanan dan simpangannya
jangan terlalu besar. Tentukan waktunya untuk 20 ayunan.
h. Tambahkan keping beban m, ayunkan kembali dan catat waktunya
untuk 20 ayunan. Lakukan serupa dengan tambahan beban yang lain (m1
+ m2 ) (m1 + m2 + m3 ) dan seterusnya. Buatlah dalam suatu tabel.
2. Pipa U
a. Isi pipa U dengan zat cair sampai setengah jam kakinya.
b. Untuk menggeturkan zat cair miringkan pipa dan tutup salah satu
kakinya.
c. Tegakkan kembali pipa dan lepaskan tutupnya, zat cair akan bergetarnya
harus cepar-cepat diamati. Lakukan beberapa kali.
d. Ukur panjang laju zat cair dengan tali (benang)
e. Buat tabel pengantar antara T dam L.
E. LAPORAN
1. Tetapan Pegas
a. Tentukan n rata-rata dari hasil perhitungan, yaitu perbandingan antara
simpangan x terhadap tiap pembebanan m.
b. Buatlah grafik antara simpangan x terhadap pembebanan m. tentukan
nilai n dari grafik dan bandingkan dengan hasil VI, A.1.
c. Benarkan f grafis sebanding dengan x? tunjukkan!
d. Buatlah grafik antara T2 terhadap mbeban , dan dari grafik ini tentukanlah
g dan mefektif pegas dan nilai k (ingat T adalah periode = waktu untuk 1
ayunan penuh).
e. Tentukan batasan nilai ini.
2. Pipa U
a. Dari pengamatan buatlah grafik antara T2 terhadap I.
b. Tentukan g dari gravitasi diatas.
c. Bandingkan hasil percobaan ini harga setempat
d. Sebutkan sebab-sebab simpangan.
F. PUSTAKA
Halliday, D., Resnick, R., Walker, J., Fundamentals of Physics, John
Wiley & Sons, 1997.
PERCOBAAN 6
KALORIMETER
A. TUJUAN
1. Menentukan energi yang dihasilkan oleh pencampuran dua sistem yang
berbeda Temperatur.
2. Menentukan Hukum Kekekalan energi.
C. KONSEP DASAR
Jika suatu zat menerima atau melepaskan kalor maka temperatur zat tersebut
akan berubah. Besar perubahan temperatur pada benda dapat ditentukan besarnya
sesuai dengan besarnya kalor yang diserap atau yang dilepas benda.
Ketika dua sistem atau benda dengan suhu yang berbeda saling kontak,
energi dalam bentuk panas ditransfer dari sistem yang lebih panas ke sistim yang
lebih dingin. Transfer panas ini akan meningkatkan suhu dari sistem yang dingin
dan menurunkan suhu dari sistem yang lebih panas. Pada akhirnya kedua sistem
akan mencapai suhu menengah, dan perpindahan panas berhenti.
Satuan standar untuk mengukur perpindahan panas adalah kalori. Kalori
didefinisikan sebagai jumlah energi yang dibutuhkan untuk menaikkan suhu satu
gram air dari 14,5 ° C sampai 15,5 ° C. Namun, untuk tujuan kita, kita dapat
menggeneralisasi definisi ini dengan hanya mengatakan bahwa kalori adalah
jumlah energi yang dibutuhkan untuk menaikkan suhu satu gram air setiap satu
derajat Celsius (variasi dengan suhu sedikit).
Ketika sebuah benda diberi panas, suhunya secara umum akan meningkat.
Ini karena panas yang diberikan digunakan untuk meningkatkan energi kinetik
rerata partikel-partikel penyusun benda tadi. Hubungan antara perubahan suhu
dengan jumlah panas yang diberikan, untuk daerah perubahan suhu yang tidak
terlalu besar, dapat dituliskan sebagai
Q = C ∆T
dengan C adalah kapasitas panas benda tersebut (Joule/°𝐶), yang bergantung pada
jumlah zat/massa benda, C = c n, dengan c adalah kapasitas panas jenis benda
(Joule/g°𝐶), (terkadang sebagai ganti n adalah m massa zat), ∆T= perubahan suhu
(°𝐶)
Besarnya kapasitas panas jenis tergantung pada jenis bendanya, dan dapat
pula berbeda untuk suhu yang berbeda. Tetapi kebanyakan zat memiliki nilai c yang
tetap pada daerah rentang perubahan suhu tertentu. Nilai c juga bergantung pada
proses terjadinya transfer panas. Misalnya pada gas, kapasitas panas jenis pada
tekanan tetap cp dan pada volume tetap cV , berbeda nilainya.
Kalor jenis adalah jumlah kalor yang diperlukan 1 kg bahan untuk
menaikkan suhu sebesar 10o C. Kalorimeter adalah suatu bejana yang terbuat dari
logam (BK) diselubungi oleh bejana pelindung (BP) yang menyekat terjadinya
pertukaran kalor dengan lingkungannya.
Ketika kalorimeter dipanaskan dengan menggunakan air dingin, maka
kapasitas kalorimeter dapat dititung dengan menggunakan hubungan
Qlepas = Qterima
Ckalorimeter.∆T + m air panas.cair panas.∆T = m bahan .cbahan .∆T
Gambar 1. Kalorimeter
D. PERCOBAAN
1. Tentukan massa kalorimeter kosong, Mcal. Catat hasil Anda pada Tabel.
2. Isi kalorimeter sekitar 1/3 penuh dengan air dingin. Ukurlah massa
kalorimeter dan air bersama-sama untuk menentukan Mcal + air dingin. catat
hasil Anda.
3. Isi kalorimeter kedua sekitar 1/3 penuh dengan air panas. Air harus paling
tidak bersuhu 20°C di atas suhu kamar. Timbang kalorimeter dan air
bersama-sama untuk menentukan Mcal + air panas. Catat hasil Anda
4. Ukur suhu air panas (Tpanas) dan air dingin (Tdingin ), dan catat hasilnya.
5. Segera setelah mengukur suhu, tambahkan air panas ke air dingin dan aduk
dengan termometer sampai suhu stabil. Catat suhu akhir campuran (Takhir)
6. Ukurlah massa akhir dari kalorimeter dan air dicampur (M akhir).
7. Ulangi prosedur ini dua kali dengan massa air yang berbeda pada temperatur
yang berbeda. (Anda dapat mencoba menambahkan air dingin untuk panas
bukannya panas ke dingin).
Dari data, buatlah perhitungan yang diperlukan untuk menentukan massa air
dingin dan air panas (Mair dingin dan Mair panas ), dan juga perubahan suhu yang
E. LAPORAN
1. Manakah yang memiliki energi panas, dua cangkir air sebelum mereka
dicampur bersama-sama atau setelah mereka dicampur? Apakah energi
kekal?
2. Diskusikan setiap sumber yang tidak diinginkan kehilangan panas atau
keuntungan yang mungkin memiliki efek pada percobaan.
3. Jika 200 g air pada 85°C ditambahkan ke 150 g air pada 15°C, bagaimana
temperatur kesetimbangan akhir campuran?
F. PUSTAKA
Halliday, D., Resnick, R., Walker, J., Fundamentals of Physics, John
Wiley & Sons, 1997.
PERCOBAAN 7
RANGKAIAN RESISTOR, HUKUM OHM DAN PEMBAGI TEGANGAN
A. TUJUAN
1) Mempelajari cara-cara merangkai resistor.
2) Mempelajari watak rangkaian resistor.
3) Mempelajari hubungan antara beda tegangan, kuat arus, dan resistansi.
4) Mempelajari rangkaian pembagi tegangan.
5) Mempelajari cara kerja rangkaian penyearah.
6) Mengamati bentuk gelombang keluaran.
7) Menyelidiki besar faktor riak dan regulasi tegangan.
B. ALAT-ALAT PERCOBAAN
Rangkaian Resistor, Hukum Ohm dan Pembagi Tegangan
a. Voltmeter (analog atau digital)
b. Amperemeter (analog atau digital)
c. Catu daya variabel
d. Beberapa resistor (minimal 5 buah)
e. Kabel-kabel penghubung
f. Papan rangkaian (dapat berupa Breadboard).
.
C. KONSEP DASAR
1. Rangkaian Resistor
Nilai resistansi suatu resistor yang tersedia di pasaran tidak mencakup
sembarang nilai yang diperlukan orang. Apabila seseorang ingin mendapatkan
resistor dengan resistansi tertentu yang tidak tersedia di pasaran, maka ia harus
merangkai sendiri dari resistor-resistor yang tersedia di pasaran. Atau
sebaliknya, orang dapat menggantikan serangkaian resistor dengan satu resistor
pengganti. Pada dasarnya rangkaian resistor dapat dikelompokkan menjadi
rangkaian-rangkaian seri, paralel atau delta-bintang.
Dua atau lebih resistor masing-masing dengan resistansi R1, R2, R3 … Ri
dirangkai secara seri. Rangkaian seri resistor-resistor tersebut dapat digantikan
Jika dua buah resistor R1 dan R2 dirangkai secara paralel, maka besar tahanan
penggantinya RP dapat dinyatakan sebagai
𝑅1 ∙ 𝑅2
𝑅𝑃 =
𝑅1 + 𝑅2
Sering dijumpai rangkaian resistor yang tidak dapat digolongkan ke dalam
rangkaian seri ataupun rangkaian paralel. Rangkaian tersebut memiliki tiga
ujung, seperti dapat dilihat pada gambar berikut :
Pada gambar di atas R1, R2 dan R3 membentuk konfigurasi delta atau segitiga,
sedangkan Rx, Ry dan Rz membentuk konfigurasi bintang atau Y. Kedua
konfigurasi tersebut dapat saling menggantikan, artinya konfigurasi delta dapat
digantikan dengan konfigurasi bintang atau sebaliknya. Hubungan nilai
resistansi antara kedua konfigurasi tadi adalah sebagai berikut :
𝑅2 ∙ 𝑅3 𝑅𝑥 ∙ 𝑅𝑦 + 𝑅𝑦 ∙ 𝑅𝑧 + 𝑅2 ∙ 𝑅𝑥
𝑅𝑥 = 𝑅1 =
𝑅1 + 𝑅2 + 𝑅3 𝑅𝑥
𝑅1 ∙ 𝑅3 𝑅𝑥 ∙ 𝑅𝑦 + 𝑅𝑦 ∙ 𝑅𝑧 + 𝑅2 ∙ 𝑅𝑥
𝑅𝑦 = 𝑅2 =
𝑅1 + 𝑅2 + 𝑅3 𝑅𝑦
𝑅1 ∙ 𝑅2 𝑅𝑥 ∙ 𝑅𝑦 + 𝑅𝑦 ∙ 𝑅𝑧 + 𝑅2 ∙ 𝑅𝑥
𝑅𝑧 = 𝑅3 =
𝑅1 + 𝑅2 + 𝑅3 𝑅𝑧
2. Hukum Ohm
Jika pada kedua ujung resistor dengan resistansi R dipasang beda
tegangan sebesar V, maka di dalam resistor tersebut mengalir arus sebesar I.
Hubungan ketiga besaran itu dikenal sebagai Hukum Ohm dan secara
matematis dituliskan seperti berikut :
D. LANGKAH-LANGKAH PERCOBAAN
Rangkaian Resistor, Hukum Ohm dan Pembagi Tegangan
a. Ambillah 5 buah resistor dengan nilai yang berbeda-beda dan masing-
masing berilah kode sebagai R1, R2, ..., R5. Catat kode warna dan ukurlah
resistansi setiap resistor dengan ohmmeter. Selanjutnya buatlah rangkaian
berikut
Variasilah tegangan dari catu daya untuk beberapa nilai (dari kecil semakin
besar) dan catatlah penunjukkan pada VR dan A pada kondisi yang
simultan. Ingat batas ukur pada A dan VR jangan sampai terlewati. Buatlah
grafik hubungan antara V dan I untuk resistor tertentu. Hasil pengamatan
yang diperoleh dapat dicatat dalam model tabel berikut ini.
R (terukur) = R (terbaca) =
VR A
No Vi Teoriti
s Terukur Teoritis Terukur
Dst.
c. Buatlah rangkaian pembegi tegangan seperti gambar di bawah ini :
Rx dan Ry dapat dipilih dari R1 s/d R5 . Ukurlah Va dan Vb. Bandingkan hasil
pengukuran itu dengan hasil perhitungan secara teoritis !. Hasil pengamatan
yang diperoleh dapat dimasukkan dalam model tabel berikut ini.
Va Vb
Rin Rx Ry
Teoritis Terukur Teoritis Terukur
Dst.
E. LAPORAN
Sesuai dengan langkah-langkah percobaan di atas, maka data yang harus
dicatat baik untuk rangkaian penyearah gelombang setengan maupun
rangkaian penyearah gelombang penuh masing- masing adalah :
F. PUSTAKA
Darmawan Djonoputro, B., Teori ketidakpastian, Penerbit ITB. 1984
University of Melbourne School of Physics, Physics 160 Laboratory Manual,
1995.