Anda di halaman 1dari 18

HUBUNGAN POLA MAKAN DENGAN KEJADIAN ARTHRITIS

RHEUMATOID PADA LANSIA DI DESA KAMPA WILAYAH


KERJA PUSKESMAS KAMPA

Melani Putriy1, M. Nizar Syarif Hamidi2, Fitri Apriyanti3


Program Studi S1 Keperawatan Universitas Pahlawan Tuanku Tambusai Riau

ABSTRAK
Usia lanjut (old age) dapat dikatakan sebagai tahap akhir dari perkembangan kehidupan
manusia, proses berkelanjutan dari perubahan alami dan tidak dapat diubah yang
dialami manusia.Penuaan menyebabkan perubahan fisik, baik mental maupun fisik,
Perubahan fisiologis tersebut dapat terjadi pada sistem muskuloskeletal, Arthritis
rheumatoid adalah penyakit pada sistem muskuloskeletal dan persendian, penyakit
sistemik kronis yang biasanya berkembang secara perlahan dan ditandai dengan seringnya
kambuhnya peradangan sendi, terutama pada tangan, kaki, dan lutut. Factor resiko arthritis
rheumatoid adalah infeksi, pekerjaan, gangguan imunitas, kelenjar dan hormon, genetic,
psikologis lingkungan, pola makan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan
pola makan dengan kejadian arthritis rheumatoid pada lansia di desa kampa wilayah kerja
puskesmas kampa. Jenis penelitian ini adalah bersifat analitik dengan menggunakan
pendekatan penelitian Cross Sectional. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh lansia
umur 60-74 tahun didesa kampa sebanyak 35 orang dengan jumlah sampel adalah 35
orang, adapun teknik pengambilan sampel menggunakan teknik total sampling. Hasil
dari penelitian ini sebagian besar responden memiliki pola makan tidak baik sebanyak 20
orang (57,1), sebagian responden mengalami arthritis rheumatoid sebanyak 20 orang (57,1)
Setelah dilakukan uji chi-square didapatkan nilai p value 0,003 yang artinya ada hubungan
yang signifikan antara pola makan dengan kejadian arthritis rheumatoid pada lansia di
desa kampa wilayah kerja puskesmas kampa. Diharapkan pada responden untuk dapat
menjaga pola makan agar dapat mencegah terjadinya arthritis rheumatoid

Kata Kunci : Pola Makan, Kejadian Arthritis Rheumatoid

ABSTRACK
Old age can be said to be the final stage of life development
humans, a continuous process of natural and irreversible changes experienced
by humans. Aging causes physical changes, both mental and physical. These
physiological changes can occur in the musculoskeletal system. Rheumatoid
arthritis is a disease of the musculoskeletal system and joints, a chronic systemic
disease that usually develops slowly and is characterized by frequent
recurrences of joint inflammation, especially in the hands, feet and knees. Risk
factors for rheumatoid arthritis are infection, work, immune disorders, glands
and hormones, genetics, environmental psychology, diet. This study aims to
determine the relationship between diet and the incidence of rheumatoid arthritis
in the elderly in Kampa village, the Kampa health center working area. This type
of research is analytical in nature using a cross sectional research approach.
The population in this study were all 35 elderly people aged 60-74 years in
Kampa village with a sample size of 35 people. The sampling technique used a
total sampling technique. The results of this study were that most of the
respondents had bad eating patterns, 20 people (57.1), some respondents had
rheumatoid arthritis, 20 people (57.1). After carrying out the chi-square test, the
p value was 0.003, which means there is a significant relationship. There is a
significant relationship between diet and the incidence of rheumatoid arthritis in
the elderly in Kampa village, the Kampa health center working area. It is hoped
that respondents will be able to maintain their diet in order to prevent the
occurrence of rheumatoid arthritis

Keywords: Diet, Incidence of Rheumatoid Arthritis

1
BAB I terjadi pada sistem muskuloskeletal,
PENDAHULUAN salah satu dari dua penyakit umum
A. Latar Belakang pada lansia yaitu arthritis rheumatoid
Usia lanjut (old age) dapat (Dinoyo, 2021)
dikatakan sebagai tahap akhir dari Arthritis rheumatoid adalah
perkembangan kehidupan manusia. penyakit pada sistem muskuloskeletal
Lansia merupakan kelompok usia dan persendian. Arthritis rheumatoid
dimana manusia memasuki tahap akhir adalah penyakit sistemik kronis yang
dari proses kehidupan. Lansia (lansia) biasanya berkembang secara perlahan
merupakan kelompok yang rentan dan ditandai dengan seringnya
terhadap berbagai masalah seperti kambuhnya peradangan sendi,
penurunan mobilitas akibat proses terutama pada tangan, kaki, dan lutut
penuaan, pensiun dan keterbatasan (Dinoyo, 2021). Efek lain yang dapat
fisik, pendapatan rumah tangga ditimbulkan oleh arthritis rheumatoid
berkurang, kesepian yang ditinggalkan antara lain kecacatan (morbiditas),
pasangan dan anak yang sudah kecacatan (disability), penurunan
menikah, interaksi sosial dan peran kualitas hidup, yang dapat
lansia berkurang.(Dinoyo, menyebabkan depresi atau gangguan
2021) psikososial bagi pasien dan
Menurut World Health keluarganya (Habibullah, 2020).
Organization (WHO), populasi lansia Karena sifatnya sepertinya tidak
dunia diperkirakan sebesar menyebabkan kematian, bahkan jika
7,2% atau sekitar 142 juta jiwa, dan rasa sakit yang ditimbulkannya
populasi lansia diproyeksikan sangat menghambat seseorang untuk
meningkat sebesar 9,6% pada tahun melakukan aktivitas sehari-hari seperti
2050, sebesar 10,9% pada tahun berolahraga dan bekerja. Faktor yang
2100, dan akan terus meningkat. . mempengaruhi perilaku penanganan
Populasi lanjut usia Indonesia adalah rematik adalah kurangnya
23,4 atau terhitung 8,97%. pengetahuan dan informasi
Diperkirakan populasi lanjut usia (Indahningrum et al.,
akan menjadi 48,2 juta pada tahun 2020).
2035, terhitung 15,8% dari total Pada lansia yang menderita artitis
populasi.Penduduk paruh baya Jawa rheumatoid sebaiknya mengurangi
Timur berusia 70-70 menyumbang makanan yang dapat menyebabkan
7,19%, 3,46 % berusia 79 tahun dan arthritis rheumatoid (asupan protein
1,14 di atas 80 tahun % Hingga yang mengandung purin terlalu
75.403 orang di Malang (BPS Kota tinggi lebih dari 150-1000 mg/100 gr
Malang, 2015) dan hingga 197 orang makanan) seperti otak, hati, ginjal,
di Desa Landungsari, Kecamatan jantung, jeroan, ekstrak daging atau
Dau, Kabupaten Malang.(Rindayati et kaldu, bebek, ikan sarden, remis, dan
al., 2020) kerang (Sani, 2015).Kurangi atau
Penuaan adalah proses hilangkan makanan laut yang tinggi
berkelanjutan dari perubahan alami
purin, seperti teri, herring, sarden,
dan tidak dapat diubah yang dialami
manusia.Penuaan menyebabkan remis (kerang), tenggiri, dan tuna
perubahan fisik, baik mental maupun (Habibullah, 2020).
fisik (Rindayati et al., 2020). Selain itu, lansia tidak boleh
Perubahan fisiologis tersebut dapat mengonsumsi makanan tinggi lemak,

2
tinggi karbohidrat dengan makanan yogurt rendah lemak atau susu skim,
yang tidak seimbang, serta kebiasaan yang dapat menurunkan kadar asam
minum kopi tanpa menambahkan air urat (Sani, 2015).
putih, yang akan menyebabkan Mengembangkan diet sehat untuk
peningkatan asam urat dalam tubuh orang dewasa yang lebih tua
(Habibullah, 2020). Kurangi melibatkan pengurangan asupan kalori
konsumsi makanan olahan dan basi, sebesar 5% dari total asupan kalori
karena makanan olahan diproses orang dewasa (Nancy et al.,
lebih lambat di saluran cerna 2016). Selain itu, mengurangi lemak
dibandingkan makanan segar. dari gorengan dan santan kental,
Makanan yang diproses secara yang menghambat pelepasan asam urat
perlahan di saluran pencernaan dapat dalam tubuh, dan karbohidrat
berfermentasi, menyebabkan kompleks dengan asupan yang lebih
pembentukan gas, kembung, nyeri tinggi dan banyak air (Sani, 2015).
kakao, dan berbagai penyakit. Zat Karbohidrat kompleks, seperti buah-
racun dari sisa makanan di saluran buahan, sayuran, dan biji-bijian.
cerna juga dapat terserap ke dalam Hindari roti putih, kue, permen,
minuman manis, dan produk tinggi
pembuluh darah sehingga
fruktosa. Dapatkan cukup vitamin C,
menyebabkan penyakit kronis seperti kopi, dan buah ceri dengan banyak
arthritis rheumatoid (Jannah et al., minum air putih (Sani, 2015).
2019). Selain itu, jangan lupa untuk Disarankan lansia dengan arthritis
menjaga asupan cairan 1,5-2 L/hari rheumatoid makan 5 porsi sehari,
(6-8 gelas) (Habibullah, 2020). dengan tiga kali makan dan dua kali
Kurangi asupan lemak jenuh dari makan kecil di antara waktu makan
daging merah, unggas, dan produk besar, dan memperhatikan rasio
susu tinggi lemak (Jannah et al., kecukupan gizi dan mengembangkan
2019). kebiasaan makan pagi atau sarapan
Lansia dengan arthritis rheumatoid pagi. ( penurunan berat badan) jika
perlu mengonsumsi makanan rendah obesitas (Sani, 2015).
purin (kurang dari Data yang diperoleh World Health
100 mg purin per 100 gram Organization (WHO) pada tahun
makanan) untuk memenuhi angka 2020 menunjukkan bahwa prevalensi
kecukupan gizi tubuh. Sumber global penderita RA bervariasi antara
makanan rendah purin ini bisa 0,3% yang berarti sekitar 3 kasus per
dikonsumsi setiap hari tanpa risiko 1000 orang, dan meningkat sebesar
peningkatan kadar asam urat dalam 1% seiring bertambahnya usia, dan
darah. Di bawah ini adalah daftar lebih sering terjadi pada wanita dan
makanan sumber makanan rendah di negara-negara maju menunjukkan
purin, yaitu: nasi, ubi jalar, roti, tanda-tanda lumpuh karena faktor gaya
tapioka, jagung, susu, sayuran (kecuali hidup.
golongan purin tinggi), buah-buahan Menurut Riset Kesehatan Dasar
(kecuali nanas, durian, alpukat) (Sani, tahun 2018, jumlah penduduk
2015). Dapatkan sebanyak 113 hingga indonesia adalah 267,7 juta jiwa, angka
170 gram protein dari daging tanpa prevalensi penderita RA di indonesia
lemak, ikan, dan unggas. Protein juga adalah 7,30%, angka
bisa didapatkan dari produk susu prevalensi penyakit sendi pikun di
rendah lemak atau bebas lemak, sulawesi barat paling rendah yaitu
seperti

3
3,2%, dan angka prevalensi di provinsi Menular di Provinsi Riau tahun 2021
aceh tertinggi yaitu 13,3%. Sedangkan adalah sebesar 22,5%. Salah satu
prevalensi penyakit sendi menurut penyakit tidak menular arthritis
kelompok umur adalah rheumatoid, lemahnya pengendalian
15,5% untuk usia 55-64 tahun, faktor risiko berpengaruh pada
18,6% untuk usia 65-74 tahun, peningkatan kasus setiap
18,9% untuk usia 75 tahun ke atas, tahunnya(LKJIP, 2021)
1,2% untuk usia 15-24 tahun, dan Angka kejadian arthritis
3,1% untuk usia 25-34 tahun %, rheumatoid di provinsi riau tahun
6,3% untuk usia 35-44 tahun, 11,1% 2018 sebesar 7,3%. Pada tahun 2013
untuk usia 45-54 tahun. Ini berarti angka kejadian arthritis rheumatoid
bahwa orang tua menderita rheumatoid berdasarkan diagnosis tenaga medis
arthritis pada tingkat yang lebih sebesar 6,8% dan berdasarkan gejala
tinggi daripada kelompok usia lainnya. sebesar 10,8%. Di Kabupaten
Menurut data terbaru dari Kampar pada tahun 2021 penderita
Organisasi Kesehatan Dunia, angka Arthritis rheumatoid termasuk dalam
kematian akibat arthritis rheumatoid sepuluh penyakit tertinggi yang
di Indonesia mencapai 421, terhitung dialami masyarakat. Prevalensi
0,02% dari total kematian, dengan kejadian rematik di kabupaten Kampar
angka kematian yang disesuaikan menduduki peringkat ke -4 sebesar
dengan usia sebesar 0,21 per 100.000 13.964 orang (8,3%). Dibawah ini
penduduk Indonesia (Nuzul & Sudiarti, akan di tampilkan table
2020) 1.1 tentang sepuluh penyakit
Data dari Dinas Kesehatan tertinggi di Dinas Kabupaten Kampar
Provinsi Riau, resiko Penyakit Tidak yaitu :
Tabel 1.1 : Distribusi Frekuensi 10 Penyakit Terbanyak di Dinas Kesehatan Kabupaten
Kampar Tahun 2021
No Jenis Penyakit jumlah Persentase
1 Nasafaringitis akut 20.985 27,60%
2 Hipertensi esensia 14.662 19,28%
3 Dyspepsia 10.097 13,28%
4 Arthritis rheumatoid 8.010 10,53%
5 Kehamilan normal 6.086 8,00%
6 Gastritis 5.661 7,44%
7 Gastroentritis 3.086 4,05%
8 Diabetes mellitus 2.871 3,77%
9 Infeksi kulit dan jaringan 2.822 3,71%
1 subkutan
Dermat it is kontak 1.736 2,28%
0
Total 76.016 100%
Sumber : Data Dinas Kesehatan Kabupaten Kampar Tahun 2021
Dari tabel 1.1 dapat dilihat bahwa Kabupaten Kampar terdapat sepuluh
dari sepuluh penyakit tertinggi yang puskesmas tertinggi dengan jumlah
di derita oleh masyarakat di penderita arthritis rheumatoid
kabupaten Kampar, penderita artritis terbanyak yang diderita masyarakat.
rheumatoid berada pada peringkat ke Berikut ini data sepuluh puskesmas
-4 dengan jumlah 8.010 (10,53%). tertinggi dengan jumlah penderita
Berdasarkan data dari dinas arthritis rheumatoid terbanyak di
kesehatan Kabupaten Kampar tahun Kabupaten Kampar.
2021 dari 31 puskesmas yang ada di

4
Tabel 1.2 : Distribusi Frekuensi 10 Wilayah Terbanyak Penderita Arthritis rheumatoid
di Kabupaten Kampar Tahun 2021
No Puskesmas Jumlah Persentase
1 Puskesmas Kampa 1,478 18,45%
2 Puskesmas Perhentian Raja 1,297 16,19%
3 Puskesmas Kampar 1,190 14,85%
4 Puskesmas Kuok 790 9,86%
5 Puskesmas Tapung II 734 9,16%
6 Puskesmas Salo 649 8,10%
7 Puskesmas Tambang 505 6,30%
8 Puskesmas Bangkinang 504 6,29%
9 Puskesmas Tapung 462 5,39%
10 Puskesmas Kampar Kiri Tengah 401 5,00%
Total 8,010 100%
Sumber : Data Dinas Kesehatan Kabupaten Kampar Tahun 2021
Berdasarkan tabel 1.2 dilihat bahwa kasus arthritis rheumatoid tertinggi
jumlah kasus arthritis rheumatoid di dengan jumlah 1,478 kasus dengan
wilayah Kabupaten Kampar pada persentase 18,45%. Dan didapatkan
tahun 2021 yaitu 8,010 kasus. Pada data dari puskesmas Kampa yang
tahun ini Puskesmas Kampa berada dilihat pada tabel 1.3 sebagai berikut
pada urutan ke satu
Tabel 1.3 : Distribusi Frekuensi penderita arthritis rheumatoid di UPT BLUT
puskesmas Kampa 2021
NO Nama Desa Jumlah Penderita Persentase
1 Sungai putih 339 22,93%
2 Tanjung bungo 244 16,50%
3 Koto parambahan 207 14,00%
4 Pulau birandang 152 10,28%
5 Kampa 144 9,74%
6 Pulau rambai 126 8,52%
7 Deli makmur 110 7,44%
8 Sawah baru 82 5,54%
9 Sungai tarap 74 5,00%
Total 1.478 100%
Sumber : Data Wilayah Kerja
Puskesmas Kampa2021 rheumatoid arthritis sesuai ketentuan,
Berdasarkan tabel 1.3 dapat di di UPT BLUD Puskesmas Kampa.
simpulkan bahwa dari 9 desa di UPT Adapaun penderita rheumatoid arthritis
Puskesmas Kampa kasus arthritis dari tahun 2019 sampai dengan 2022
rheumatoid tertinggi terdapat di desa hitungan bulan Januari sampai dengan
sungai putih pada tahun 2021 yaitu
bulan April akan penulis sajikan
339 (22,93%).
sebagai berikut dalam bentuk tabel:
Sementara itu penulis memilih
data khusus lansia penderita
Tabel 1.4 : Perbandingan data penderita Arthritis Rheumatoid di UPT BLUT
puskesmas Kampa
2022
NO Nama Desa 2019 2020 2021 Total
(Jan-April)
1 Sungai putih 99 77 237 35 448
2 Tanjung bungo 87 215 120 31 453
3 Koto parambahan 161 151 89 35 436
4 Pulau birandang 81 159 86 27 353
5 Kampa 67 40 85 71 263
6 Pulau rambai 102 63 82 8 255

5
7 Deli makmur 39 37 53 6 135
8 Sawah baru 20 8 64 0 92
9 Sungai tarap 55 48 77 10 190
Total 711 798 893 223 2625
Sumber : Data Wilayah Kerja Puskesmas Kampa 2022
Berdasarkan tabel 1.4 dapat di tanjung bungo yaitu dengan kasus
simpulkan bahwa dari 9 desa di UPT sebanyak 453,sedangkan desa kampa
Puskesmas Kampa kasus arthritis menduduki yang kelima terbanyak
rheumatoid tertinggi di tiga tahun dengan 263 kasus selama tiga tahun
terakhir terdapat di desa tanjung terakhir. Dan penulis memilih data
bungo yaitu dengan kasus sebanyak khusus usia penderita arthritis
453,sedangkan desa kampa menduduki rheumatoid sesuai ketentuan, di UPT
yang kelima terbanyak dengan BLUD Puskesmas Kampa tahun
Berdasarkan tabel 1.4 dapat 2022 hitungan bulan Januari sampai
di simpulkan bahwa dari 9 desa di dengan bulan April akan penulis
UPT Puskesmas Kampa kasus arthritis sajikan sebagai berikut dalam bentuk
rheumatoid tertinggi di tiga tahun tabel:
terakhir terdapat di desa

NO Desa Kampa Januari Februari Maret April Total


1 5-9 Tahun - - - - 0
2 10-14 Tahun - - - - 0
3 15-19 Tahun - - - - 0
4 20-44 Tahun 4 2 - 3 9
5 45-54 Tahun 6 3 - 3 12
6 55-59 Tahun 7 5 - 3 15
7 60+ Tahun 9 5 10 11 35
Total 26 15 10 20 71
Sumber : Data Wilayah Kerja Puskesmas Kampa 2022
2. Tujuan khusus
B. Rumusan Masalah a. Untuk mengetahui distribusi
Berdasarkan uraian dalam latar frekuensi pola makan dan
belakang masalah penulis membuat kejadian arthritis rheumatoid
rumusan masalah sebagai berikut: pada lansia di desa kampa
“Apakah ada hubungan pola makan b. Untuk mengetahui hubungan
dengan kejadian arthritis rheumatoid pola makan dan arthritis
pada lansia di desa kampa wilayah rheumatoid pada lansia di desa
kerja puskesmas Kampa tahun kampa
2022?” D. Manfaat Penelitian
C. Tujuan Penelitian 1. Aspek Teoritis
1. Tujuan Umum Sebagai informasi dan referensi
Tujuan umum dari penelitian bacaan bagi tenaga kesehatan
ini adalah untuk mengetahui mengenai Artritis rheumatoid.
hubungan pola makan dengan Sebagai bahan masukan dan kajian
kejadian arthritis rheumatoid pada yang dapat dijadikan sumbangan
pemikiran
lansia di desa kampa wilayah
dan informasi untuk penelitian
kerja puskesmas Kampa 2022
masa mendatang dan dapat
dijadikan sebagai bahan
kepustakaan.

6
2. Aspek praktis Hasil penelitian ini dapat menjadi
a. Bagi institusi salah satu sumber referensi dan
Hasil penelitian ini dapat dapat di kembangkan pada
sebagai bahan bacaan bagi penelitian yang akan datang.
institusi pendidikan dalam BAB III
kegiatan proses belajar dan
sebagai bahan acuan bagi
METODE PENELITIAN
A. Desain Penelitian
penulis selanjutnya Penelitian ini menggunakan
b. Bagi responden metode kuantitatif dengan pendekatan
Hasil penelitian ini dapat
secara Cross sectional, dimana
sebagai bahan masukan bagi
pengambilan data pada setiap
responden untukk lebih
responden dilakukan secara bersamaan.
menjaga pola makan yang
Tehnik sampling yang digunakan
baik agar terhindar dari
adalah total sampling. Pengumpulan
penyakit
data dilakukan dengan memberikan
c. Bagi peneliti
pertanyaan kuesioner pada responden.
Hasil penelitian ini di harapkan
Tujuan penelitian ini adalah untuk
dapat di jadikan data dasar dan
mengetahui hubungan pola makan
acuan untuk menambah
dengan kejadian artritis rheumatoid
pengalaman dan wawasan bagi
di wilayah kerja Puskesmas Kampa.
para peneliti dan sebagai bahan
perbandingan dan referensi untuk
penelitian selanjutnya.
d. Bagi penelitian lain
1. Rancangan Penelitian

Skema 3.1 Rancangan Penelitian


Penelitian dimulai

Data penderita arthritis rheumatoid di


puskesmas kampa

Pola makan
Melakukan Hasil pengamatan
pengamatan bersamaan atau pengukuran
Kajadian rheumatoid
arthritis

7
2. Alur Penelitian
Skema 3.2 alur penelitian

Puskesmas kampa

Mengumpulkan data penderita arthritis rheumatoid

Hasil data penderita rheumatoid arthritis

Variabel Independen: Variabel Dependen:


Pola Makan Kejadian artritis rheumatoid

Pengolahan Data

Analisa Data:
1. Univariat
2. Bivariat

Hasil Penelitian

3. Prosedure Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan d. Melakukan seminar proposal
dengan langkah dan prosedur penelitian.
sebagai berikut: e. Peneliti melakukan survei
a. Mengajukan surat permohonan lanjutan dengan menemui
izin ke Universitas Pahlawan responden penderita artritis
untuk pengambilan data ke Dinas rheumatoid dan menjelaskan
Kesehatan Kabupaten Kampar tujuan penelitian serta penjelasan
yaitu data penderita artritis informed consent kepada
rheumatoid, sebagai data responden.
penunjang. f. Kemudian peneliti meminta
b. Mengajukan surat pengambilan persetujuan responden dengan
data ke UPT. Puskesmas Kampar menandatangani lembar
untuk melihat data jumlah persetujuan bersedia menjadi
penderita artritis rheumatoid, responden dalam penelitian
sebagai data penunjang. tentang artritis rheumatoid.
c. Penelitian dilakukan di Desa g. Peneliti membagikan dan
kampa, dan melakukan studi menjelaskan cara mengisi
pendahuluan pada masyarakat kuesioner untuk pengukuran
usia lanjut dengan pengambilan tingkat stres dan pola makan
sampel melalui terhadap kejadian gastritis.
pertimbangan kriteria inklusi h. Peneliti mengumpulkan
dan eksklusi. kuesioner, kemudian melakukan
pengolahan data

8
serta analisis data dengan uji 2) Lansia yang mempunyai
statistik. riwayat penyakit arthritis
4. Variabel Penelitian rheumatoid di Wilayah Kerja
Variabel – variabel yang akan Puskesmas Kampa
diteliti pada penelitian ini adalah: 3) Lansia yang masih bisa
a. Variabel Independen berkomunikasi dengan baik.
Variabel independen pada b. Kriteria Eksklusi
penelitian ini adalah pola makan. Kriteria eksklusi adalah
b. Variabel Dependen kriteria dimana subjek penelitian
Variabel dependen pada tidak dapat mewakili syarat
penelitian ini adalah kejadian sebagai sampel penelitian yaitu :
artritis rheumatoid 1) Lansia yang sakit pada saat
B. Lokasi dan Waktu Penelitian penelitian dilakukan.
1. Lokasi Penelitian 2) Lansia yang pindah dari
Penelitian ini dilakukan di Desa wilayah kerja puskesmas
kampa wilayah kerja Puskesmas Kampa
Kampa. 3) Lansia yang tidak bersedia
2. Waktu Penelitian menjadi responden.
Penelitian ini dilakukan pada 3. Tehnik pengambilan sampel
bulan Desember Tahun 2022. Pengambilan sampel pada
C. Populasi dan Sampel penelitian ini yaitu dengan
1. Populasi menggunakan teknik total sampling
Populasi adalah seluruh elemen yaitu cara pengambilan sampel yang
yang akan diteliti yang memenuhi dilakukan dengan mengambil
kriteria atau ciri sama dengan keseluruhan populasi menjadi
yang telah ditetapkan (Handayani, subjek penelitian atau sampel (
2018). Adapun populasi dalam Nasir, 2020). Jumlah sampel pada
penelitian ini adalah semua lansia penelitian ini adalah
umur 60-74 tahun di desa kampa 35 orang.
sebanyak 35 orang. D. Etika Penelitian
2. Sampel 1. Informed consent (Lembar
Sampel penelitian ini adalah Persetujuan)
lansia yang berkunjung ke Informed consent merupakan
Puskesmas Kampa, dengan jumlah lembar persetujuan yang berisi
sampel sebanyak 35 orang. pernyataan bahwa seseorang
Kriteria sampel adalah sebagai bersedia menjadi responden dalam
berikut: penelitian. Pernyataan yang harus
a. Kriteria Inklusi ada dalam lembar persetujuan yaitu:
Kriteria inklusi adalah kriteria tujuan dilakukannya penelitian,
dimana subjek penelitian dapat proses penelitian, manfaat bagi
mewakili dalam sampel responden dan kerahasiaan
penelitian yang memenuhi syarat informasi. Pernyataan dalam lembar
sebagai berikut: persetujuan harus jelas dan mudah
1) Lansia yang bersedia dipahami, serta responden bersedia
menjadi responden. menandatangani lembar persetujuan
tersebut.

9
2. Anonimity (Tanpa Nama) Positif (+) Negatif (-)
Dalam etika keperawatan Selalu : Selalu :1
peneliti harus dapat menjamin 4
kerahasiaan informasi responden Sering : Sering :2
maka peneliti tidak 3
mencantumkan nama responden Kadang- : Kadang- :3
pada lembar persetujuan hanya kadang 2 kadang
dengan menuliskan kode nama Tidak : Tidak :4
saja. pernah 1 pernah
3. Confidentiality (Kerahasiaan) Nilai akhir diperoleh dengan cara

Kerahasiaan merupakan : total nilai dibagi dengan jumlah


jaminan yang diberikan peneliti pertanyaan (10 pertanyaan), jika nialai
bahwa informasi hasil penelitian diperoleh > median
yang berkaitan dengan responden diketegorikan baik dan jika nilai
tidak dilaporkan dengan cara diperoleh < median diketegorikan
apapun, hanya kelompok data tidak baik.
tertentu yang akan dilaporkan Aspek pengukuran pola makan
pada hasil riset. sebagai berikut :
E. Alat Pengumpulan Data 1. Tidak baik : jika total
Adapun alat yang digunakan skor < nilai mean/ median.
dalam penelitian ini adalah 2. Baik : jika total skor >
kuisioner. Adapun kusioner dalam nilai mean/ median.
penelitian ini terdiri dari: F. Prosedur Pengumpulan Data
1. Karakteristik Responden Dalam melakukan penelitian ini,
Yang terdiri dari nama (inisial), peneliti akan mengumpulkan data
usia, pendidikan, dan lanjut usia. dengan melalui prosedur sebagai
2. Kuesioner berikut :
Yang berisi tentang Rheumatoid 1. Mengajukan surat permohonan
arthritis yang jawaban Ya skor 0 izin kepada Fakultas Kesehatan
dan Tidak untuk skor 1. Penderita Universitas Pahlawan Tuanku
Rheumatoid arthritis dan Tambusai untuk mengadakan
dikatakan tidak Penderita penelitian di Puskesmas Kampar.
Rheumatoid arthritis. 2. Setelah mendapat surat izin,
3. Kuesioner yang pernyataan peneliti memohon izin kepada
tentang pola makan lansia Kepala Puskesmas Kampa untuk
Untuk mengukur pola makan melakukan penelitian.
kuesioner penelitian (Habibullah, 3. Peneliti akan memberikan
2020) digunakan tentang makanan informasi secara lisan dan tulisan
mengandung protein tinggi tentang manfaat dan etika penelitian
berjumlah 10 pertanyaan yaitu 5 serta peneliti menjamin kerahasiaan
pertanyaan positif dan 5 pertanyaan responden.
negatif. Variabel pola makan diukur 4. Jika responden bersedia menjadi
secara kuantitatif dengan responden, maka mereka harus
menerapkan sakala likert, dimana menandatangani surat persetujuan
skor diberi nilai sebagai berikut: menjadi reponden yang di berikan
peneliti.
5. Setelah responden menjawab
semua pertanyaan, maka kuisioner

10
di kumpulkan kembali, untuk responden dalam bentuk kode untuk
dilakukan analisa data mempermudah pada saat analisis
dikelompokkan, kemudian data dan juga mempercepat pada
dilakukan pemberian skor, saat memasukkan data.
pemberian kode dan hasil. 3. Entry data (Memasukkan Data)
Data yang berbentuk kode
G. Tehnik Pengelolaan Data yang telah dikumpulkan
Menurut tehnik pengelolaan data dimasukkan oleh peneliti kedalam
meliputi (Iii, 2018) : komputer untuk selanjutnya
1. Editing (Penyuntingan) dianalisa dengan database
Editing merupakan kegiatan komputer.
untuk pengecekan atau 4. Cleaning (Merapikan)
pengoreksian atas kelengkapan data Cleaning merupakan kegiatan
kuesioner, apabila terdapat melakukan pemeriksaan kembali
kesalahan maka akan dilakukan data yang telah dimasukkan
perbaikan isi formulir atau kedalam computer untuk
kuesioner tersebut dengan cara menghindari terjadinya kesalahan-
pengambilan data ulang. Dalam kesalahan kode dan perhitungan.
hal ini peneliti akan melakukan 5. Tabulating
editing setelah data hasil Tabulating merupakan proses
wawancara, angket, atau pengelompokan data untuk
pengamatan dari lapangan dimasukkan kedalam tabel distribusi
dikumpulkan diperiksa sesegera frekuensi sesuai berdasarkan
mungkin berkenaan dengan variabel dan kategori penelitian.
ketepatan dan kelengkapan H. Defenisi Operasional
jawaban. Definisi operasional adalah
2. Coding (Pengkodean) mendefinisikan variabel secara
Data yang sudah dilakukan operasional berdasarkan karakteristik
editing, selanjutnya akan diberi yang diamati. Sehingga
kode (coding) pada masing- masing memungkinkan peneliti untuk
kategori. Coding merupakan melakukan observasi atau pengukuran
kegiatan mengubah kategori data secara cermat terhadap suatu objek
yang berbentuk kalimat menjadi atau fenomena (Hidayat,2014)
data angka atau bilangan. Peneliti
mengkelompokkan jawaban
Tabel 3.1 Definisi Operasional
No Variabel Definisi Opersional Alat Ukur Skala Hasil Ukur
Penelitian
1. Pola makan Pola makan adalah suatu cara Kuesioner ordinal 0. Tidak baik jika
lansia atau usaha dalam pengaturan nilai < mean (18)
jumlah dan jenis makanan 1. Baik jika nilai >
dengan gambaran informasi mean (18)
meliputi mempertahankan
kesehatan, status nutrisi,
mencegah atau membantu
kesembuhan penyakit.

11
2. Arthritis Rheumatoid arthritis adalah Lembar ordinal 0. Ya, jika
rheumatoid penyakit autoimun dimana ceklis responden
persendian mengalami menjawab ya 5
peradangan sehingga terjadi pertanyaan
pembengkakan, nyeri, dan 1. Tidak,, jika
seringkali akhirnya nenbuat responden
kerusakan pada bagian dalam menjawab ya <5
sendi. pertanyaan
I. Analisa Data Ho ditolak dan Ha diterima yang
1. Analisa Univariat berarti ada hubungan antara variabel
Analisis univariat pada independent dengan variabel
penelitian ini dilakukan pada dependent. Sebaliknya jika P-value
tiap-tiap variabel yang disajikan > 0,05 maka Ho diterima dan Ha
dalam bentuk frekuensi dan ditolak yang berarti tidak ada
persentase. Analisis univariat hubungan antara variabel
bertujuan untuk mendapatkan independent dengan variabel
gambaran deskriptif tiap variabel. dependent.
Analisis univariat dilakukan untuk Untuk mengetahui seberapa
mengetahui distribusi frekuensi besar risiko variabel independent
variabel independent yaitu pola terhadap variabel dependen maka
makan lansia dan variabel harus diketahui nilai Prevalence
dependent yaitu kejadian odds Ratio (POR). Menurut
rheumatoid arthritis di puskesmas cotton, kekuatan hubungan dua
kampa. Analisis univariat diperoleh variabel secara kuantitatif dapat
dengan menggunakan program dibagi dalam 4 area yaitu :
komputer serta penyajian analisis 1. r = 0,00-0,25 → tidak ada
univariat menggunakan frekuensi hubungan
dan persentase dengan rumus 2. r = 0,26-0,50 → hubungan
sebagai berikut: sedang
P = x 100% 3. r = 0, 51-075 → hubungan kuat
Keterangan : 4. r = 0,76-1.00 → hubungan
P = Persentase sangat kuat atau sempurna
F = Frekuensi jawaban yang BAB IV
benar HASIL PENELITIAN
N = Jumlah sampel Penelitian ini dilakukan pada tanggal
2. Analisa Bivariat 22-24 desember 2022 yang meliputi
Analisis bivariat dilakukan lansia di desa kampa, yang berjumlah
untuk membuktikan hipotesis dalam 35 orang. Data yang di ambil pada
penelitian ini dengan menggunakan penelitian ini meliputi variabel
uji chi-square untuk data berupa independen (pola makan) dan variable
kategori. Analisis bivariat ini dependen (arthritis rheumatoid) yang di
digunakan untuk melihat ukur dengan kuesioner. Selanjutnya
probabilitas suatu kejadian. Jika P- hasil penelitian disajikan dalam bentuk
value ≤0,05 maka tabel sebagai berikut:

12
A. Karakteristik Responden
Tabel 4.1 Distribusi Frekuensi Data Umum Responden di Wilayah Kerja Puskesmas
Kampa
No Jenis kelamin Frekuensi Persentase %
1 Laiki-laki 15 42,9
Perempuan 20 57,1
Total 35 100
Pekerjaan Frekuensi Persentase %
2 Bekerja 8 22,9
Tidak bekerja 27 77,1
Total 35 100
Pendidikan Frekuensi Persentase %
3 SD 11 31,4
SMA 4 11,4
SMP 10 28,6
Tidak Sekolah 10 28,6
Total 35 100
Berdasarkan tabel 4.1 diatas dapat orang (57,1%), dan lebih dari
dilihat bahwa dari 35 responden, separuh responden tidak bekerja
sebagian besar responden berjenis sebanyak 27 (77,1%).
kelamin perempuan sebanyak 20
Analisa Univariat
1. Pola makan
Tabel 4.2 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Pola Makan Pada
Responden di Desa Kampa
No Pola makan Frekuensi Persentase %
1. Baik 13 37,1
Tidak baik 22 62,9
Total 35 100
Arthritis rheumatoid Frekuensi Persentase %
2 Ya 18 51,4
T i d ak 17 48,6
Total 35 100
Menurut tabel 4.2 di atas dapat orang (57,1), sebagian besar
dilihat bahwa dari 35 responden, responden mengalami penyakit
sebagian besar responden memiliki arthritis rheumatoid sebanyak 20
pola makan tidak baik sebanyak 20 orang (57,1).
B. Analisa Bivariat
1. Hubungan pola makan dengan arthritis rheumatoid
Tabel 4.3 Tabulasi Silang Hubungan pola makan dengan kejadiann arthritis
rheumatoid
Arthritis rheumatoid
Pola Makan Ya Tidak Total P- POR
Value
N % N % N %
Tidak Baik 16 72,7 6 27,3 22 100 14,667
Baik 2 15,4 11 84,6 13 100 0,003 (2,486-
Total 18 51,4 17 48,6 35 100 86,529)

13
Berdasarkan tabel 4.3 diketahui memiliki Pola Makan yang baik
bahwa dari 22 responden di ditemukan 2 (15,4%) lansia mengalami
temukan pola makan yang tidak arthritis rheumatoid. Berdasarkan hasil
baik terdapat 6 (27,2%) lansia uji Chi Square menunjukkan bahwa
yang tidak mengalami arthritis nilai P value
rheumatoid, sedangkan dari 13 0,003 yang artinya ada hubungan yang
responden yang memiliki Pola signifikan antara Pola Makan dengan
Makan yang baik ditemukan 2 kejadian Ra pada Lansia di Desa
(15,4%) lansia mengalami arthritis Kampa Wilayah Kerja UPT Puskesmas
rheumatoid. Berdasarkan hasil uji Kampa tahun 2022. Nilai POR=14,667
Chi Square menunjukkan bahwa (2,486-86,529) yang artinya pola
nilai P value makan yang tidak baik berisiko
0,003 yang artinya ada hubungan mengalami kejadian rematik
yang signifikan antara Pola 14,6 kali dibandingkan dengan pola
Makan dengan kejadian arthritis makan yang baik. Penelitian ini
rheumatoid pada Lansia di Desa sesuai dengan teori yang di kemukakan
Kampa Wilayah Kerja UPT oleh Jannah (2019) dimana pola makan
Puskesmas Kampa tahun 2022. yang salah menjadi salah satu
Nilai POR=14,667 (2,486-86,529) pencetus terjadinya penyakit artritis
yang artinya pola makan yang rheumatoid. Di mana pola makan yang
tidak baik berisiko mengalami sehat sebaiknya dimulai dengan
kejadian arthritis rheumatoid 14,6 mengadakan perubahan-perubahan
kali dibandingkan dengan pola kecil pada makanan yang kita pilih,
makan yang baik. juga mengurangi makanan seperti,
BAB V produk kacang-kacangan seperti susu
PEMBAHASAN kacang, kacang buncis, organ dalam
Berdasarkan hasil penelitian yang hewan seperti; usus, hati, limpa,
telah dilakukan terhadap 35 lansia di desa paru, otak, dan jantung, makanan
kampa tentang “hubungan pola makan kaleng seperti, sarden, kornet sapi,
dengan arthritis rheumatoid di desa makanan yang dimasak menggunakan
kampa wilayah kerja puskesmas kampa”. santan kelapa, beberapa jenis buah-
Berdasarkan hasil uji statistic di buahan seperti durian, air kelapa muda,
dapatkan bahwa ada hubungan pola minuman seperti alkohol dan sayur
makan dengan arthritis rheumatoid di seperti kangkung dan bayam (Jannah
desa kampa wilayah kerja puskesmas et al.,
kampa. Penelitian dilakukan dengan 2019).
dating langsung ke rumah – rumah Beberapa faktor yang
responden. Data yang di dapatkan mempengaruhi yaitu umur, jenis
kemudian di olah dan di sajikan dalam kelamin, dan gaya hidup. Gaya hidup
bentuk tabel. yang dimaksudkan salah satunya
1. Hubungan pola makan dengan adalah pola makan (Sani,
arthritis rheumatoid 2015).Perilaku hidup sehat
Hasil penelitian dapat dilihat menunjukkan pola makan yang baik
bahwa dari 22 responden di temukan dan aktivitas yang terkontrol dan
Pola Makan yang tidak baik terdapat teratur. Arthritis rheumatoid dapat
6 (27,2%) lansia yang tidak mengalami disebabkan oleh pengaturan pola
arthritis rheumatoid, sedangkan dari makan yang buruk seperti asupan
13 responden yang

14
kolesterol yang tinggi dan asupan makanan hasil olahan cendrung
kalsium, serta jenis makanan tinggi berproses lebih lambat di saluran
purin. Pola makan yang tidak sehat pencernaan ketimbang makanan
merupakan salah satu faktor risiko yang masih segar. Makanan yang
penyebab penyakit degeneratif (Sani, berproses lambat di saluran
2015). Arthritis di pengaruhi oleh pencernaan akan mengalami
pola makan, jenis dan jumlah makanan permentasi sehingga menyebabkann
yang di konsumsi menjadi salah satu pembentukan gas, kembung, nyeri
penyebab arthritis rheumatoid. dikepala dan beragam penyakit.
Makanan yang cendrung Makanan yang tidak baik di
menyebabkan arthritis rheumatoid salurann cerna dapat terserap ka
adalah maknan yang banyak dalam pembuluh darah, sehingga
mengandung purin. Mengkonsumsi berpotensi memicu timbulnya penyakit
makanan yang mengandung purin kronis seperti arthritis rheumatoid.
dapat menyebabkan pengkristalan Menurut asumsi peneliti dari 22
dalam sendi. Purin dalam makanan responden di temukan pola makan
terdapat dalam asam nukleat, yang yang tidak baik terdapat 6 orang
berupa nnukleoprotein. Asam nukleo (27,2%) lansia yang tidak mengalami
dii pecah menjadi purin dan primidin arthritis rheumatoid hal ini di sebabkan
serta purin di ubah menjadi Kristal oleh faktor pengetahuan, sikap,
pada sendi (Jannah et al., 2019). keyakinan, dan kepercayaan terhadap
Konsumsi makanan yang tinggi arthritis rheumatoid, karna apabila
kandungan purinn menyebabkan pengetahuannya baik maka mereka
purin mengendap di dalam darah. Purin dapat berolaraga seperti senam untuk
yang berada dalam darah di bawa mengurangi gajala kekakuan sendi dan
menuju ginjal untuk di keluarkan nyeri pada arthritis rheumatoid. Selain
melalui urin, tetapi kadar purin yang itu juga pengetahuan dapat di peroleh
berlebihan menyebabkan purin melalui proses pengalaman dan
menumpuk dalam darah dan proses belajar yang baik. Tindakan
membentuk Kristal. Pengkristalan pengendalian seringkali dilakukan
purin sering terjadi pada persendian tanpa sadar karna sudah menjadi
jaringan tulang rawan dan tendon. kebiasaan. Sadangkan dari 13
Pada tingkat yang lebih parah responden yang memiliki pola makan
timbunan Kristal akan menyebabkan yang baik di temukan 2 orang (15,4%)
Kristal purin mengendap pada lansia mengalami arthritis rheumatoid
persendian. Endapann purin akan hal ini di sebabkan oleh faktor
menimbulkan batu karang (tofus) psikologis seperti depresi, stress, dan
dan radang di picu oleh benturan, suhu beban kecemasan yang di sertai dengan
dingin dan stress. Apabila sendi kelelahan dan ketidakmampuan
bergerak Kristal-kristal yang berada menangani tuntutan fisik karna
di dlam pembuluh darah saling mengalami penurunan akibat proses
bergesekan maka akan menimbulkan penuaan sehingga penyakit banyak
rasa nyeri (Sani, 2015). muncul pada lanjut usia. Masalah
Menurut Jannah (2019) makanan degeneratif juga menurunkan daya
hasil olahan, makanan yang tidak tahan tubuh sehingga rentan terkena
segar justru membuat orang beberapa
rentan terkena penyakit,

15
penyakit. Hal ini sesuai dengan yang responden. Alat ukur yang digunakan
di kemukakan oleh zairin noor dalam penelitian ini adalah
(2021) Penyebab Arthritis Rheumatoid kuesioner. Analisis data dilakukan
adalah: faktor pengetahuan : dengan analisis univariat dan analisis
pengetahuan merupakan pedoman bagi bivariat yaitu menggunakan uji
individu, keluarga dan masyarakat spearman rank. Hasil : Responden
untuk bersikap dan bertindak sesuai yang mengalami tingkat pengetahuan
dengan tingkat pengetahuanya. yang kurang sebanyak 48,3% dan yang
Pengetahuan yang baik dapat berupa mengalami arthritis rheumatoid
pengatahuan tentang penyakit dan sebanyak 72,4%. Hasil analisis uji
pengetahuan tentang cara penanganan spearman rank di dapatkan nilai p
nyeri yang benar, mengingat masih value = 0,000. Kesimpulan : Ada
banyak orang yang mengalami arthritis hubungan tingkat pengetahuan
rheumatoid yang pengetahuannya dengan rheumatoid arthritis di
kurang baik sehingga penanganan Wilayah Kerja Puskesmas Kumpai
nyeri pun kurang tepat akibatnya Batu Atas.
akan memperlambat kesembuhan
pasien itu sendiri. Kurangnya BAB VI
pengetahuan tentang arthritis PENUTUP
rheumatoid dapat mempengaruhi A. Kesimpulan
arthritis rheumatoid berulang dan Berdasarkan hasil penelitian yang
berlangsung lama. Faktor psikologis telah dilakukan oleh peneliti, maka
: seperti depresi, stress, dan beban dapat diambil kesimpulan sebagai
kecemasan yang di sertai dengan beriku:
kelelahan dan ketidakmampuan 1. Sebagian besar lansia yang
menangani tuntutan fisik dapat mengalami arthritis rheumatoid di
mempengaruhi arthritis rheumatoid. desa kampa adalah perempuan.
Sikap mental yang tersebut merupakan 2. Sebagian besar lansia yang
sumber ketegangan otot yang dapat mengalami arthritis rheumatoid di
memicu timbulnya arthritis desa kampa pendidikannya tidak
rheumatoid. Rasa nyeri merupakan bersekolah.
gajala komplek arthritis rheumatoid 3. Sebagian besar lansia yang
dapat bertambah buruk dalam keadaan mengalami arthritis rheumatoid di
stress, depresi, dan gelisah. Kasus kampa tidak bekerja.
arthritis rheumatoid yang di sertai 4. Ada hubungan antara pola makan
dangan kecemasan merupakan hal dengan kejadian arthritis
yang nyata. rheumatoid di desa kampa.
Hasil penelitian ini sesuai dengan B. Saran
penelitian yang di lakukan Soniati 1. Aspek Teoritis
2022 dengan judul “ Hubungan tingkat a. Dapat menjadikan penelitian
pengetahuan dengan arthritis ini sebagai acuan dalam
rheumatoid” penelitian ini memberikan penyuluhan tentang
menggunakan deskriptif korelasi faktor yang dapat menimbulkan
dengan pendekatan cross sectional, arthritis rheumatoid seperti pola
dimana teknik pengambilan sampel makan agar lansia dapat terhindar
dengan purposive sampling. Dalam dari kejadian arthritis rheumatoid
penelitian ini sebanyak 58

16
b. Diharapkan bagi lansia untuk 2014 : 4 – 7, 1(1), 4–7.
dapat meningkatkan pengetahuan Iii, B. A. B. (2018). 3 . 1 Desain
dan informasi tentang arthritis Penelitian Penelitian ini adalah
rheumatoid, dan dapat penelitian deskriptif , Menurut
mengupayakan pola makan Notoatmodjo ( 2018 ) penelitian
yang baik agar dapat terhindar deskriptif adalah penelitian yang
dari arthritis rheumatoid diarahkan untuk mendeskripsikan
2. Aspek Praktis atau menguraikan suatu keadaan
Diharapkan dengan adanya didalam suatu komunitas atau
penelitian ini bisa menjadi acuan masyarakat . Peneli. 39–53.
awal bagi peneliti selanjutnya untuk Indahningrum, R. putri, Naranjo, J.,
menghubungakan ke variabel – Hernández, Naranjo, J., Peccato, L.
variabel lainnya seperti infeksi, O. D. E. L., & Hernández. (2020).
pekerjaan, gangguan imunitas, dan NoTitle. Applied Microbiology and
lain –lainnya yang mempengaruhi Biotechnology, 2507(1), 1–9.
arthritis rheumatoid dan dapat https://doi.org/10.1016/j.solener.20
menjadi bahan kepustakaan bagi 19.02.027%0Ahttps://www.golder.
peneliti selanjurnya untuk com/insights/block-caving-a-
melakukan penelitian tentang viable-alternative/%0A???
arthritis rheumatoid. Jannah, E. M., Supriyadi, & Bagus, C.
T. (2019). Hubungan Pola Makan
DAFTAR PUSTAKA Dengan Nyeri Sendi Pada Lansia Di
Wilayah Kerja Puskesmas
Dinoyo, D. I. P. (2021). Widyagama Andongsari Ambulu Jember.
husada malang 2021. LKJIP. (2021). Laporan Kinerja
Engel. (2014). Dokumen Keperawatan. Instansi Pemerintah Tahun 2021.
Paper Knowledge . Toward a 1–124.
Media History of Documents, 3(1), Nancy, M. Y., Keperawatan, D.,
5. Habibullah. (2020). Kedokteran, F., & Diponegoro, U.
Hafizhah, A., Keswara, U. R., & Yanti, (2016). Gambaran pola konsumsi
D. E. (2020). Kejadian Rheumatoid makanan sehat pada lansia di
Arthritis pada lansia di dusun papringan kecamatan semin
Poliklinik Bandar Lampung. kabupaten gunungkidul.
Holistik Jurnal Kesehatan, 14(3), Nuzul, A., & Sudiarti, P. E. (2020).
375–382. JURNAL NERS Research &
https://doi.org/10.33024/hjk.v14i3. Learning in Nursing Science
2106 HUBUNGAN NYERI ARTRITIS
Handayani, 2020. (2018). Metodologi RHEUMATOID DENGAN TINGKAT
penelitian. Angewandte Chemie KEMANDIRIAN PADA LANSIA DI
International Edition, 6(11), 951– WILAYAH KERJA PUSKESMAS
952., 2020, 10–27. KAMPAR TAHUN
Hardiansa, E, F., & M, Z. (2014). 2020. 4, 90–95.
Gambaran Karakteristik Penderita Octa, A. R., Febrina, W., Fort, U., &
Rheumatoid Arthritis Di Bagian Bukittinggi, D. K. (2020). REAL in
Penyakit Dalam. Jurnal Medika Nursing Journal ( RNJ ). 3(1).
Malahayati Vol 1, No 1, Januari RI No. 43 20Permenkes19. (2019). No
Title. 2, 1–13.
Rindayati, R., Nasir, A., & Astriani, Y.

17
(2020). Gambaran Kejadian dan
Tingkat Kecemasan pada Lanjut Usia.
Jurnal Kesehatan Vokasional, 5(2),
95. https://doi.org/10.22146/jkesvo.53
948
Sani, D. F. (2015). Hubungan Pengaturan
Pola Makan Dengan Kekambuhan
Rheumatoid Artritis Pada Lansia.
Literature Review,
6(November), 33–37.
Siregar. (2022). No Title. 8.5.2017,
2003–2005.

18

Anda mungkin juga menyukai