Anda di halaman 1dari 18

2

Melani Putriya 1, M. Nizar Syarif Hamidi 2, Fitri Apriyanti,3


Program Studi S1 Keperawatan Universitas Pahlawan Tuanku Tambusai Riau

HUBUNGAN POLA MAKAN DENGAN KEJADIAN ARTHRITIS


RHEUMATOID PADA LANSIA DI DESA KAMPA WILAYAH
KERJA PUSKESMAS KAMPA
xi + 54 Halaman + 9 Tabel + 4 Skema + 10 Lampiran

ABSTRAK
Usia lanjut (old age) dapat dikatakan sebagai tahap akhir dari perkembangan kehidupan
manusia, proses berkelanjutan dari perubahan alami dan tidak dapat diubah yang
dialami manusia.Penuaan menyebabkan perubahan fisik, baik mental maupun fisik,
Perubahan fisiologis tersebut dapat terjadi pada sistem muskuloskeletal, Arthritis
rheumatoid adalah penyakit pada sistem muskuloskeletal dan persendian, penyakit
sistemik kronis yang biasanya berkembang secara perlahan dan ditandai dengan
seringnya kambuhnya peradangan sendi, terutama pada tangan, kaki, dan lutut. Factor
resiko arthritis rheumatoid adalah infeksi, pekerjaan, gangguan imunitas, kelenjar dan
hormon, genetic, psikologis lingkungan, pola makan. Penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui hubungan pola makan dengan kejadian arthritis rheumatoid pada lansia di
desa kampa wilayah kerja puskesmas kampa. Jenis penelitian ini adalah bersifat analitik
dengan menggunakan pendekatan penelitian Cross Sectional. Populasi dalam penelitian
ini adalah seluruh lansia umur 60-74 tahun didesa kampa sebanyak 35 orang dengan
jumlah sampel adalah 35 orang, adapun teknik pengambilan sampel menggunakan
teknik total sampling. Hasil dari penelitian ini sebagian besar responden memiliki pola
makan tidak baik sebanyak 20 orang (57,1), sebagian responden mengalami arthritis
rheumatoid sebanyak 20 orang (57,1) Setelah dilakukan uji chi-square didapatkan nilai
p value 0,003 yang artinya ada hubungan yang signifikan antara pola makan dengan
kejadian arthritis rheumatoid pada lansia di desa kampa wilayah kerja puskesmas
kampa. Diharapkan pada responden untuk dapat menjaga pola makan agar dapat
mencegah terjadinya arthritis rheumatoid

Kata Kunci : Pola Makan, Kejadian Arthritis Rheumatoid


Daftar Bacaan : 17 (2014 - 2022)
2

BAB I terjadi pada sistem muskuloskeletal,


PENDAHULUAN salah satu dari dua penyakit umum
A. Latar Belakang pada lansia yaitu arthritis rheumatoid
Usia lanjut (old age) dapat (Dinoyo, 2021)
dikatakan sebagai tahap akhir dari Arthritis rheumatoid adalah
perkembangan kehidupan manusia. penyakit pada sistem
Lansia merupakan kelompok usia muskuloskeletal dan persendian.
dimana manusia memasuki tahap Arthritis rheumatoid adalah penyakit
akhir dari proses kehidupan. Lansia sistemik kronis yang biasanya
(lansia) merupakan kelompok yang berkembang secara perlahan dan
rentan terhadap berbagai masalah ditandai dengan seringnya
seperti penurunan mobilitas akibat kambuhnya peradangan sendi,
proses penuaan, pensiun dan terutama pada tangan, kaki, dan lutut
keterbatasan fisik, pendapatan rumah (Dinoyo, 2021). Efek lain yang dapat
tangga berkurang, kesepian yang ditimbulkan oleh arthritis rheumatoid
ditinggalkan pasangan dan anak yang antara lain kecacatan (morbiditas),
sudah menikah, interaksi sosial dan kecacatan (disability), penurunan
peran lansia berkurang.(Dinoyo, kualitas hidup, yang dapat
2021) menyebabkan depresi atau gangguan
Menurut World Health psikososial bagi pasien dan
Organization (WHO), populasi keluarganya (Habibullah, 2020).
lansia dunia diperkirakan sebesar Karena sifatnya sepertinya tidak
7,2% atau sekitar 142 juta jiwa, dan menyebabkan kematian, bahkan jika
populasi lansia diproyeksikan rasa sakit yang ditimbulkannya
meningkat sebesar 9,6% pada tahun sangat menghambat seseorang untuk
2050, sebesar 10,9% pada tahun melakukan aktivitas sehari-hari
2100, dan akan terus meningkat. . seperti berolahraga dan bekerja.
Populasi lanjut usia Indonesia adalah Faktor yang mempengaruhi perilaku
23,4 atau terhitung 8,97%. penanganan rematik adalah
Diperkirakan populasi lanjut usia kurangnya pengetahuan dan
akan menjadi 48,2 juta pada tahun informasi (Indahningrum et al.,
2035, terhitung 15,8% dari total 2020).
populasi.Penduduk paruh baya Jawa Pada lansia yang menderita artitis
Timur berusia 70-70 menyumbang rheumatoid sebaiknya mengurangi
7,19%, 3,46 % berusia 79 tahun dan makanan yang dapat menyebabkan
1,14 di atas 80 tahun % Hingga arthritis rheumatoid (asupan protein
75.403 orang di Malang (BPS Kota yang mengandung purin terlalu
Malang, 2015) dan hingga 197 orang tinggi lebih dari 150-1000 mg/100 gr
di Desa Landungsari, Kecamatan makanan) seperti otak, hati, ginjal,
Dau, Kabupaten Malang.(Rindayati jantung, jeroan, ekstrak daging atau
et al., 2020) kaldu, bebek, ikan sarden, remis, dan
Penuaan adalah proses kerang (Sani, 2015).Kurangi atau
berkelanjutan dari perubahan alami hilangkan makanan laut yang tinggi
dan tidak dapat diubah yang dialami purin, seperti teri, herring, sarden,
manusia.Penuaan menyebabkan remis (kerang), tenggiri, dan tuna
perubahan fisik, baik mental maupun (Habibullah, 2020).
fisik (Rindayati et al., 2020). Selain itu, lansia tidak boleh
Perubahan fisiologis tersebut dapat mengonsumsi makanan tinggi lemak,
3

tinggi karbohidrat dengan makanan yogurt rendah lemak atau susu skim,
yang tidak seimbang, serta kebiasaan yang dapat menurunkan kadar asam
minum kopi tanpa menambahkan air urat (Sani, 2015).
putih, yang akan menyebabkan Mengembangkan diet sehat untuk
peningkatan asam urat dalam tubuh orang dewasa yang lebih tua
(Habibullah, 2020). Kurangi melibatkan pengurangan asupan
konsumsi makanan olahan dan basi, kalori sebesar 5% dari total asupan
karena makanan olahan diproses kalori orang dewasa (Nancy et al.,
lebih lambat di saluran cerna 2016). Selain itu, mengurangi lemak
dibandingkan makanan segar. dari gorengan dan santan kental,
Makanan yang diproses secara yang menghambat pelepasan asam
perlahan di saluran pencernaan dapat urat dalam tubuh, dan karbohidrat
berfermentasi, menyebabkan kompleks dengan asupan yang lebih
pembentukan gas, kembung, nyeri tinggi dan banyak air (Sani, 2015).
kakao, dan berbagai penyakit. Zat Karbohidrat kompleks, seperti buah-
racun dari sisa makanan di saluran buahan, sayuran, dan biji-bijian.
cerna juga dapat terserap ke dalam Hindari roti putih, kue, permen,
pembuluh darah sehingga minuman manis, dan produk tinggi
menyebabkan penyakit kronis seperti fruktosa. Dapatkan cukup vitamin C,
arthritis rheumatoid (Jannah et al., kopi, dan buah ceri dengan banyak
2019). Selain itu, jangan lupa untuk minum air putih (Sani, 2015).
menjaga asupan cairan 1,5-2 L/hari Disarankan lansia dengan arthritis
(6-8 gelas) (Habibullah, 2020). rheumatoid makan 5 porsi sehari,
Kurangi asupan lemak jenuh dari dengan tiga kali makan dan dua kali
daging merah, unggas, dan produk makan kecil di antara waktu makan
susu tinggi lemak (Jannah et al., besar, dan memperhatikan rasio
2019). kecukupan gizi dan mengembangkan
Lansia dengan arthritis kebiasaan makan pagi atau sarapan
rheumatoid perlu mengonsumsi pagi. ( penurunan berat badan) jika
makanan rendah purin (kurang dari obesitas (Sani, 2015).
100 mg purin per 100 gram Data yang diperoleh World Health
makanan) untuk memenuhi angka Organization (WHO) pada tahun
kecukupan gizi tubuh. Sumber 2020 menunjukkan bahwa prevalensi
makanan rendah purin ini bisa global penderita RA bervariasi antara
dikonsumsi setiap hari tanpa risiko 0,3% yang berarti sekitar 3 kasus per
peningkatan kadar asam urat dalam 1000 orang, dan meningkat sebesar
darah. Di bawah ini adalah daftar 1% seiring bertambahnya usia, dan
makanan sumber makanan rendah lebih sering terjadi pada wanita dan
purin, yaitu: nasi, ubi jalar, roti, di negara-negara maju menunjukkan
tapioka, jagung, susu, sayuran tanda-tanda lumpuh karena faktor
(kecuali golongan purin tinggi), gaya hidup.
buah-buahan (kecuali nanas, durian, Menurut Riset Kesehatan Dasar
alpukat) (Sani, 2015). Dapatkan tahun 2018, jumlah penduduk
sebanyak 113 hingga 170 gram indonesia adalah 267,7 juta jiwa,
protein dari daging tanpa lemak, angka prevalensi penderita RA di
ikan, dan unggas. Protein juga bisa indonesia adalah 7,30%, angka
didapatkan dari produk susu rendah prevalensi penyakit sendi pikun di
lemak atau bebas lemak, seperti sulawesi barat paling rendah yaitu
4

3,2%, dan angka prevalensi di Menular di Provinsi Riau tahun 2021


provinsi aceh tertinggi yaitu 13,3%. adalah sebesar 22,5%. Salah satu
Sedangkan prevalensi penyakit sendi penyakit tidak menular arthritis
menurut kelompok umur adalah rheumatoid, lemahnya pengendalian
15,5% untuk usia 55-64 tahun, faktor risiko berpengaruh pada
18,6% untuk usia 65-74 tahun, peningkatan kasus setiap
18,9% untuk usia 75 tahun ke atas, tahunnya(LKJIP, 2021)
1,2% untuk usia 15-24 tahun, dan Angka kejadian arthritis
3,1% untuk usia 25-34 tahun %, rheumatoid di provinsi riau tahun
6,3% untuk usia 35-44 tahun, 11,1% 2018 sebesar 7,3%. Pada tahun 2013
untuk usia 45-54 tahun. Ini berarti angka kejadian arthritis rheumatoid
bahwa orang tua menderita berdasarkan diagnosis tenaga medis
rheumatoid arthritis pada tingkat sebesar 6,8% dan berdasarkan gejala
yang lebih tinggi daripada kelompok sebesar 10,8%. Di Kabupaten
usia lainnya. Kampar pada tahun 2021 penderita
Menurut data terbaru dari Arthritis rheumatoid termasuk dalam
Organisasi Kesehatan Dunia, angka sepuluh penyakit tertinggi yang
kematian akibat arthritis rheumatoid dialami masyarakat. Prevalensi
di Indonesia mencapai 421, terhitung kejadian rematik di kabupaten
0,02% dari total kematian, dengan Kampar menduduki peringkat ke -4
angka kematian yang disesuaikan sebesar 13.964 orang (8,3%).
dengan usia sebesar 0,21 per 100.000 Dibawah ini akan di tampilkan table
penduduk Indonesia (Nuzul & 1.1 tentang sepuluh penyakit
Sudiarti, 2020) tertinggi di Dinas Kabupaten
Data dari Dinas Kesehatan Kampar yaitu :
Provinsi Riau, resiko Penyakit Tidak
Tabel 1.1 : Distribusi Frekuensi 10 Penyakit Terbanyak di Dinas Kesehatan Kabupaten
Kampar Tahun 2021
No Jenis Penyakit jumlah Persentase
1 Nasafaringitis akut 20.985 27,60%
2 Hipertensi esensia 14.662 19,28%
3 Dyspepsia 10.097 13,28%
4 Arthritis rheumatoid 8.010 10,53%
5 Kehamilan normal 6.086 8,00%
6 Gastritis 5.661 7,44%
7 Gastroentritis 3.086 4,05%
8 Diabetes mellitus 2.871 3,77%
9 Infeksi kulit dan jaringan subkutan 2.822 3,71%
1
Dermatitis kontak 1.736 2,28%
0
Total 76.016 100%
Sumber : Data Dinas Kesehatan Kabupaten Kampar Tahun 2021
Dari tabel 1.1 dapat dilihat bahwa Kabupaten Kampar terdapat sepuluh
dari sepuluh penyakit tertinggi yang puskesmas tertinggi dengan jumlah
di derita oleh masyarakat di penderita arthritis rheumatoid
kabupaten Kampar, penderita artritis terbanyak yang diderita masyarakat.
rheumatoid berada pada peringkat ke Berikut ini data sepuluh puskesmas
-4 dengan jumlah 8.010 (10,53%). tertinggi dengan jumlah penderita
Berdasarkan data dari dinas arthritis rheumatoid terbanyak di
kesehatan Kabupaten Kampar tahun Kabupaten Kampar.
2021 dari 31 puskesmas yang ada di
46

Tabel 1.2 : Distribusi Frekuensi 10 Wilayah Terbanyak Penderita Arthritis rheumatoid


di Kabupaten Kampar Tahun 2021
No Puskesmas Jumlah Persentase
1 Puskesmas Kampa 1,478 18,45%
2 Puskesmas Perhentian Raja 1,297 16,19%
3 Puskesmas Kampar 1,190 14,85%
4 Puskesmas Kuok 790 9,86%
5 Puskesmas Tapung II 734 9,16%
6 Puskesmas Salo 649 8,10%
7 Puskesmas Tambang 505 6,30%
8 Puskesmas Bangkinang 504 6,29%
9 Puskesmas Tapung 462 5,39%
10 Puskesmas Kampar Kiri Tengah 401 5,00%
Total 8,010 100%
Sumber : Data Dinas Kesehatan Kabupaten Kampar Tahun 2021
Berdasarkan tabel 1.2 dilihat kasus arthritis rheumatoid tertinggi
bahwa jumlah kasus arthritis dengan jumlah 1,478 kasus dengan
rheumatoid di wilayah Kabupaten persentase 18,45%. Dan didapatkan
Kampar pada tahun 2021 yaitu 8,010 data dari puskesmas Kampa yang
kasus. Pada tahun ini Puskesmas dilihat pada tabel 1.3 sebagai berikut
Kampa berada pada urutan ke satu
Tabel 1.3 : Distribusi Frekuensi penderita arthritis rheumatoid di UPT BLUT
puskesmas Kampa 2021
NO Nama Desa Jumlah Penderita Persentase
1 Sungai putih 339 22,93%
2 Tanjung bungo 244 16,50%
3 Koto parambahan 207 14,00%
4 Pulau birandang 152 10,28%
5 Kampa 144 9,74%
6 Pulau rambai 126 8,52%
7 Deli makmur 110 7,44%
8 Sawah baru 82 5,54%
9 Sungai tarap 74 5,00%
Total 1.478 100%
Sumber : Data Wilayah Kerja
Puskesmas Kampa2021 rheumatoid arthritis sesuai ketentuan,
Berdasarkan tabel 1.3 dapat di di UPT BLUD Puskesmas Kampa.
simpulkan bahwa dari 9 desa di UPT Adapaun penderita rheumatoid
Puskesmas Kampa kasus arthritis arthritis dari tahun 2019 sampai
rheumatoid tertinggi terdapat di desa dengan 2022 hitungan bulan Januari
sungai putih pada tahun 2021 yaitu sampai dengan bulan April akan
339 (22,93%). penulis sajikan sebagai berikut dalam
Sementara itu penulis memilih bentuk tabel:
data khusus lansia penderita
Tabel 1.4 : Perbandingan data penderita Arthritis Rheumatoid di UPT BLUT
puskesmas Kampa
2022
NO Nama Desa 2019 2020 2021 Total
(Jan-April)
1 Sungai putih 99 77 237 35 448
2 Tanjung bungo 87 215 120 31 453
3 Koto parambahan 161 151 89 35 436
4 Pulau birandang 81 159 86 27 353
5 Kampa 67 40 85 71 263
6 Pulau rambai 102 63 82 8 255
47

7 Deli makmur 39 37 53 6 135


8 Sawah baru 20 8 64 0 92
9 Sungai tarap 55 48 77 10 190
Total 711 798 893 223 2625
Sumber : Data Wilayah Kerja Puskesmas Kampa 2022
Berdasarkan tabel 1.4 dapat di tanjung bungo yaitu dengan kasus
simpulkan bahwa dari 9 desa di UPT sebanyak 453,sedangkan desa kampa
Puskesmas Kampa kasus arthritis menduduki yang kelima terbanyak
rheumatoid tertinggi di tiga tahun dengan 263 kasus selama tiga tahun
terakhir terdapat di desa tanjung terakhir. Dan penulis memilih data
bungo yaitu dengan kasus sebanyak khusus usia penderita arthritis
453,sedangkan desa kampa rheumatoid sesuai ketentuan, di UPT
menduduki yang kelima terbanyak BLUD Puskesmas Kampa tahun
dengan Berdasarkan tabel 1.4 dapat 2022 hitungan bulan Januari sampai
di simpulkan bahwa dari 9 desa di dengan bulan April akan penulis
UPT Puskesmas Kampa kasus sajikan sebagai berikut dalam bentuk
arthritis rheumatoid tertinggi di tiga tabel:
tahun terakhir terdapat di desa

NO Desa Kampa Januari Februari Maret April Total


1 5-9 Tahun - - - - 0
2 10-14 Tahun - - - - 0
3 15-19 Tahun - - - - 0
4 20-44 Tahun 4 2 - 3 9
5 45-54 Tahun 6 3 - 3 12
6 55-59 Tahun 7 5 - 3 15
7 60+ Tahun 9 5 10 11 35
Total 26 15 10 20 71
Sumber : Data Wilayah Kerja Puskesmas Kampa 2022
2. Tujuan khusus
B. Rumusan Masalah a. Untuk mengetahui distribusi
Berdasarkan uraian dalam latar frekuensi pola makan dan
belakang masalah penulis membuat kejadian arthritis rheumatoid
rumusan masalah sebagai berikut: pada lansia di desa kampa
“Apakah ada hubungan pola makan b. Untuk mengetahui hubungan
dengan kejadian arthritis rheumatoid pola makan dan arthritis
pada lansia di desa kampa wilayah rheumatoid pada lansia di desa
kerja puskesmas Kampa tahun kampa
2022?” D. Manfaat Penelitian
C. Tujuan Penelitian 1. Aspek Teoritis
1. Tujuan Umum Sebagai informasi dan
Tujuan umum dari penelitian referensi bacaan bagi tenaga
ini adalah untuk mengetahui kesehatan mengenai Artritis
hubungan pola makan dengan rheumatoid. Sebagai bahan
kejadian arthritis rheumatoid pada masukan dan kajian yang dapat
lansia di desa kampa wilayah dijadikan sumbangan pemikiran
kerja puskesmas Kampa 2022 dan informasi untuk penelitian
masa mendatang dan dapat
dijadikan sebagai bahan
kepustakaan.
47

2. Aspek praktis Hasil penelitian ini dapat


a. Bagi institusi menjadi salah satu sumber
Hasil penelitian ini dapat referensi dan dapat di
sebagai bahan bacaan bagi kembangkan pada penelitian
institusi pendidikan dalam yang akan datang.
kegiatan proses belajar dan BAB III
sebagai bahan acuan bagi METODE PENELITIAN
penulis selanjutnya A. Desain Penelitian
b. Bagi responden Penelitian ini menggunakan
Hasil penelitian ini dapat metode kuantitatif dengan
sebagai bahan masukan bagi pendekatan secara Cross sectional,
responden untukk lebih dimana pengambilan data pada setiap
menjaga pola makan yang responden dilakukan secara
baik agar terhindar dari bersamaan. Tehnik sampling yang
penyakit digunakan adalah total sampling.
c. Bagi peneliti Pengumpulan data dilakukan dengan
Hasil penelitian ini di harapkan memberikan pertanyaan kuesioner
dapat di jadikan data dasar dan pada responden. Tujuan penelitian
acuan untuk menambah ini adalah untuk mengetahui
pengalaman dan wawasan bagi hubungan pola makan dengan
para peneliti dan sebagai bahan kejadian artritis rheumatoid di
perbandingan dan referensi wilayah kerja Puskesmas Kampa.
untuk penelitian selanjutnya.
d. Bagi penelitian lain
1. Rancangan Penelitian
Skema 3.1 Rancangan Penelitian
Penelitian dimulai

Data penderita arthritis rheumatoid di


puskesmas kampa

Pola makan

Melakukan Hasil pengamatan


pengamatan bersamaan atau pengukuran
Kajadian rheumatoid
arthritis
Hasil analisis
47

2. Alur Penelitian
Skema 3.2 alur penelitian
Puskesmas kampa

Mengumpulkan data penderita arthritis rheumatoid

Hasil data penderita rheumatoid arthritis

Variabel Independen: Variabel Dependen:


Pola Makan Kejadian artritis rheumatoid

Pengolahan Data

Analisa Data:
1. Univariat
2. Bivariat

Hasil Penelitian

3. Prosedure Penelitian d. Melakukan seminar proposal


Penelitian ini dilaksanakan penelitian.
dengan langkah dan prosedur e. Peneliti melakukan survei
sebagai berikut: lanjutan dengan menemui
a. Mengajukan surat permohonan responden penderita artritis
izin ke Universitas Pahlawan rheumatoid dan menjelaskan
untuk pengambilan data ke tujuan penelitian serta
Dinas Kesehatan Kabupaten penjelasan informed consent
Kampar yaitu data penderita kepada responden.
artritis rheumatoid, sebagai f. Kemudian peneliti meminta
data penunjang. persetujuan responden dengan
b. Mengajukan surat pengambilan menandatangani lembar
data ke UPT. Puskesmas persetujuan bersedia menjadi
Kampar untuk melihat data responden dalam penelitian
jumlah penderita artritis tentang artritis rheumatoid.
rheumatoid, sebagai data g. Peneliti membagikan dan
penunjang. menjelaskan cara mengisi
c. Penelitian dilakukan di Desa kuesioner untuk pengukuran
kampa, dan melakukan studi tingkat stres dan pola makan
pendahuluan pada masyarakat terhadap kejadian gastritis.
usia lanjut dengan h. Peneliti mengumpulkan
pengambilan sampel melalui kuesioner, kemudian
pertimbangan kriteria inklusi melakukan pengolahan data
dan eksklusi.
47

serta analisis data dengan uji 2) Lansia yang mempunyai


statistik. riwayat penyakit arthritis
4. Variabel Penelitian rheumatoid di Wilayah
Variabel – variabel yang akan Kerja Puskesmas Kampa
diteliti pada penelitian ini adalah: 3) Lansia yang masih bisa
a. Variabel Independen berkomunikasi dengan baik.
Variabel independen pada b. Kriteria Eksklusi
penelitian ini adalah pola Kriteria eksklusi adalah
makan. kriteria dimana subjek
b. Variabel Dependen penelitian tidak dapat mewakili
Variabel dependen pada syarat sebagai sampel
penelitian ini adalah kejadian penelitian yaitu :
artritis rheumatoid 1) Lansia yang sakit pada saat
B. Lokasi dan Waktu Penelitian penelitian dilakukan.
1. Lokasi Penelitian 2) Lansia yang pindah dari
Penelitian ini dilakukan di Desa wilayah kerja puskesmas
kampa wilayah kerja Puskesmas Kampa
Kampa. 3) Lansia yang tidak bersedia
2. Waktu Penelitian menjadi responden.
Penelitian ini dilakukan pada 3. Tehnik pengambilan sampel
bulan Desember Tahun 2022. Pengambilan sampel pada
C. Populasi dan Sampel penelitian ini yaitu dengan
1. Populasi menggunakan teknik total
Populasi adalah seluruh elemen sampling yaitu cara pengambilan
yang akan diteliti yang memenuhi sampel yang dilakukan dengan
kriteria atau ciri sama dengan mengambil keseluruhan populasi
yang telah ditetapkan (Handayani, menjadi subjek penelitian atau
2018). Adapun populasi dalam sampel ( Nasir, 2020). Jumlah
penelitian ini adalah semua lansia sampel pada penelitian ini adalah
umur 60-74 tahun di desa kampa 35 orang.
sebanyak 35 orang. D. Etika Penelitian
2. Sampel 1. Informed consent (Lembar
Sampel penelitian ini adalah Persetujuan)
lansia yang berkunjung ke Informed consent merupakan
Puskesmas Kampa, dengan lembar persetujuan yang berisi
jumlah sampel sebanyak 35 pernyataan bahwa seseorang
orang. Kriteria sampel adalah bersedia menjadi responden
sebagai berikut: dalam penelitian. Pernyataan yang
a. Kriteria Inklusi harus ada dalam lembar
Kriteria inklusi adalah persetujuan yaitu: tujuan
kriteria dimana subjek dilakukannya penelitian, proses
penelitian dapat mewakili penelitian, manfaat bagi
dalam sampel penelitian yang responden dan kerahasiaan
memenuhi syarat sebagai informasi. Pernyataan dalam
berikut: lembar persetujuan harus jelas dan
1) Lansia yang bersedia mudah dipahami, serta responden
menjadi responden. bersedia menandatangani lembar
persetujuan tersebut.
48

2. Anonimity (Tanpa Nama) Positif (+) Negatif (-)


Dalam etika keperawatan Selalu : Selalu :1
peneliti harus dapat menjamin 4
kerahasiaan informasi responden Sering : Sering :2
maka peneliti tidak 3
mencantumkan nama responden Kadang- : Kadang- :3
pada lembar persetujuan hanya kadang 2 kadang
dengan menuliskan kode nama Tidak : Tidak :4
saja. pernah 1 pernah
3. Confidentiality (Kerahasiaan) Nilai akhir diperoleh dengan cara
Kerahasiaan merupakan : total nilai dibagi dengan jumlah
jaminan yang diberikan peneliti pertanyaan (10 pertanyaan), jika
bahwa informasi hasil penelitian nialai diperoleh > median
yang berkaitan dengan responden diketegorikan baik dan jika nilai
tidak dilaporkan dengan cara diperoleh < median diketegorikan
apapun, hanya kelompok data tidak baik.
tertentu yang akan dilaporkan Aspek pengukuran pola makan
pada hasil riset. sebagai berikut :
E. Alat Pengumpulan Data 1. Tidak baik : jika total
Adapun alat yang digunakan skor < nilai mean/ median.
dalam penelitian ini adalah 2. Baik : jika total skor >
kuisioner. Adapun kusioner dalam nilai mean/ median.
penelitian ini terdiri dari: F. Prosedur Pengumpulan Data
1. Karakteristik Responden Dalam melakukan penelitian ini,
Yang terdiri dari nama (inisial), peneliti akan mengumpulkan data
usia, pendidikan, dan lanjut usia. dengan melalui prosedur sebagai
2. Kuesioner berikut :
Yang berisi tentang Rheumatoid 1. Mengajukan surat permohonan
arthritis yang jawaban Ya skor 0 izin kepada Fakultas Kesehatan
dan Tidak untuk skor 1. Penderita Universitas Pahlawan Tuanku
Rheumatoid arthritis dan Tambusai untuk mengadakan
dikatakan tidak Penderita penelitian di Puskesmas Kampar.
Rheumatoid arthritis. 2. Setelah mendapat surat izin,
3. Kuesioner yang pernyataan peneliti memohon izin kepada
tentang pola makan lansia Kepala Puskesmas Kampa untuk
Untuk mengukur pola makan melakukan penelitian.
kuesioner penelitian (Habibullah, 3. Peneliti akan memberikan
2020) digunakan tentang makanan informasi secara lisan dan tulisan
mengandung protein tinggi tentang manfaat dan etika
berjumlah 10 pertanyaan yaitu 5 penelitian serta peneliti menjamin
pertanyaan positif dan 5 pertanyaan kerahasiaan responden.
negatif. Variabel pola makan diukur 4. Jika responden bersedia menjadi
secara kuantitatif dengan responden, maka mereka harus
menerapkan sakala likert, dimana menandatangani surat persetujuan
skor diberi nilai sebagai berikut: menjadi reponden yang di berikan
peneliti.
5. Setelah responden menjawab
semua pertanyaan, maka kuisioner
49

di kumpulkan kembali, untuk responden dalam bentuk kode


dilakukan analisa data untuk mempermudah pada saat
dikelompokkan, kemudian analisis data dan juga
dilakukan pemberian skor, mempercepat pada saat
pemberian kode dan hasil. memasukkan data.
3. Entry data (Memasukkan Data)
G. Tehnik Pengelolaan Data Data yang berbentuk kode
Menurut tehnik pengelolaan data yang telah dikumpulkan
meliputi (Iii, 2018) : dimasukkan oleh peneliti kedalam
1. Editing (Penyuntingan) komputer untuk selanjutnya
Editing merupakan kegiatan dianalisa dengan database
untuk pengecekan atau komputer.
pengoreksian atas kelengkapan 4. Cleaning (Merapikan)
data kuesioner, apabila terdapat Cleaning merupakan kegiatan
kesalahan maka akan dilakukan melakukan pemeriksaan kembali
perbaikan isi formulir atau data yang telah dimasukkan
kuesioner tersebut dengan cara kedalam computer untuk
pengambilan data ulang. Dalam menghindari terjadinya kesalahan-
hal ini peneliti akan melakukan kesalahan kode dan perhitungan.
editing setelah data hasil 5. Tabulating
wawancara, angket, atau Tabulating merupakan proses
pengamatan dari lapangan pengelompokan data untuk
dikumpulkan diperiksa sesegera dimasukkan kedalam tabel
mungkin berkenaan dengan distribusi frekuensi sesuai
ketepatan dan kelengkapan berdasarkan variabel dan kategori
jawaban. penelitian.
2. Coding (Pengkodean) H. Defenisi Operasional
Data yang sudah dilakukan Definisi operasional adalah
editing, selanjutnya akan diberi mendefinisikan variabel secara
kode (coding) pada masing- operasional berdasarkan karakteristik
masing kategori. Coding yang diamati. Sehingga
merupakan kegiatan mengubah memungkinkan peneliti untuk
kategori data yang berbentuk melakukan observasi atau
kalimat menjadi data angka atau pengukuran secara cermat terhadap
bilangan. Peneliti suatu objek atau fenomena
mengkelompokkan jawaban (Hidayat,2014)
Tabel 3.1 Definisi Operasional
No Variabel Definisi Opersional Alat Ukur Skala Hasil Ukur
Penelitian
1. Pola makan Pola makan adalah suatu cara Kuesioner ordinal 0. Tidak baik jika
lansia atau usaha dalam pengaturan nilai < mean (18)
jumlah dan jenis makanan 1. Baik jika nilai >
dengan gambaran informasi mean (18)
meliputi mempertahankan
kesehatan, status nutrisi,
mencegah atau membantu
kesembuhan penyakit.
47

2. Arthritis Rheumatoid arthritis adalah Lembar ordinal 0. Ya, jika


rheumatoid penyakit autoimun dimana ceklis responden
persendian mengalami menjawab ya 5
peradangan sehingga terjadi pertanyaan
pembengkakan, nyeri, dan 1. Tidak,, jika
seringkali akhirnya nenbuat responden
kerusakan pada bagian dalam menjawab ya <5
sendi. pertanyaan
I. Analisa Data Ho ditolak dan Ha diterima yang
1. Analisa Univariat berarti ada hubungan antara
Analisis univariat pada variabel independent dengan
penelitian ini dilakukan pada variabel dependent. Sebaliknya
tiap-tiap variabel yang disajikan jika P-value > 0,05 maka Ho
dalam bentuk frekuensi dan diterima dan Ha ditolak yang
persentase. Analisis univariat berarti tidak ada hubungan antara
bertujuan untuk mendapatkan variabel independent dengan
gambaran deskriptif tiap variabel. variabel dependent.
Analisis univariat dilakukan Untuk mengetahui seberapa
untuk mengetahui distribusi besar risiko variabel independent
frekuensi variabel independent terhadap variabel dependen maka
yaitu pola makan lansia dan harus diketahui nilai Prevalence
variabel dependent yaitu kejadian odds Ratio (POR). Menurut
rheumatoid arthritis di puskesmas cotton, kekuatan hubungan dua
kampa. Analisis univariat variabel secara kuantitatif dapat
diperoleh dengan menggunakan dibagi dalam 4 area yaitu :
program komputer serta 1. r = 0,00-0,25 → tidak ada
penyajian analisis univariat hubungan
menggunakan frekuensi dan 2. r = 0,26-0,50 → hubungan
persentase dengan rumus sebagai sedang
berikut: 3. r = 0, 51-075 → hubungan kuat
P = x 100% 4. r = 0,76-1.00 → hubungan
Keterangan : sangat kuat atau sempurna
P = Persentase BAB IV
F = Frekuensi jawaban yang HASIL PENELITIAN
benar Penelitian ini dilakukan pada tanggal
N = Jumlah sampel 22-24 desember 2022 yang meliputi
2. Analisa Bivariat lansia di desa kampa, yang berjumlah
Analisis bivariat dilakukan 35 orang. Data yang di ambil pada
untuk membuktikan hipotesis penelitian ini meliputi variabel
dalam penelitian ini dengan independen (pola makan) dan variable
menggunakan uji chi-square dependen (arthritis rheumatoid) yang di
untuk data berupa kategori. ukur dengan kuesioner. Selanjutnya
Analisis bivariat ini digunakan hasil penelitian disajikan dalam bentuk
untuk melihat probabilitas suatu tabel sebagai berikut:
kejadian. Jika P-value ≤0,05 maka
47

A. Karakteristik Responden
Tabel 4.1 Distribusi Frekuensi Data Umum Responden di Wilayah Kerja Puskesmas
Kampa
No Jenis kelamin Frekuensi Persentase %
1 Laiki-laki 15 42,9
Perempuan 20 57,1
Total 35 100
Pekerjaan Frekuensi Persentase %
2 Bekerja 8 22,9
Tidak bekerja 27 77,1
Total 35 100
Pendidikan Frekuensi Persentase %
3 SD 11 31,4
SMA 4 11,4
SMP 10 28,6
Tidak Sekolah 10 28,6
Total 35 100
Berdasarkan tabel 4.1 diatas dapat orang (57,1%), dan lebih dari
dilihat bahwa dari 35 responden, separuh responden tidak bekerja
sebagian besar responden berjenis sebanyak 27 (77,1%).
kelamin perempuan sebanyak 20
Analisa Univariat
1. Pola makan
Tabel 4.2 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Pola Makan Pada
Responden di Desa Kampa
No Pola makan Frekuensi Persentase %
1. Baik 13 37,1
Tidak baik 22 62,9
Total 35 100
Arthritis rheumatoid Frekuensi Persentase %
2 Ya 18 51,4
Tidak 17 48,6
Total 35 100

Menurut tabel 4.2 di atas dapat orang (57,1), sebagian besar


dilihat bahwa dari 35 responden, responden mengalami penyakit
sebagian besar responden memiliki arthritis rheumatoid sebanyak 20
pola makan tidak baik sebanyak 20 orang (57,1).
B. Analisa Bivariat
1. Hubungan pola makan dengan arthritis rheumatoid
Tabel 4.3 Tabulasi Silang Hubungan pola makan dengan kejadiann arthritis
rheumatoid
Arthritis rheumatoid
P-
Pola Makan Ya Tidak Total POR
Value
N % N % N %
Tidak Baik 16 72,7 6 27,3 22 100 14,667
Baik 2 15,4 11 84,6 13 100 0,003 (2,486-
Total 18 51,4 17 48,6 35 100 86,529)
Berdasarkan tabel 4.3 diketahui memiliki Pola Makan yang baik
bahwa dari 22 responden di ditemukan 2 (15,4%) lansia
temukan pola makan yang tidak mengalami arthritis rheumatoid.
baik terdapat 6 (27,2%) lansia Berdasarkan hasil uji Chi Square
yang tidak mengalami arthritis menunjukkan bahwa nilai P value
rheumatoid, sedangkan dari 13 0,003 yang artinya ada hubungan
responden yang memiliki Pola yang signifikan antara Pola Makan
Makan yang baik ditemukan 2 dengan kejadian Ra pada Lansia di
(15,4%) lansia mengalami Desa Kampa Wilayah Kerja UPT
arthritis rheumatoid. Berdasarkan Puskesmas Kampa tahun 2022. Nilai
hasil uji Chi Square POR=14,667 (2,486-86,529) yang
menunjukkan bahwa nilai P value artinya pola makan yang tidak baik
0,003 yang artinya ada hubungan berisiko mengalami kejadian rematik
yang signifikan antara Pola 14,6 kali dibandingkan dengan pola
Makan dengan kejadian arthritis makan yang baik. Penelitian ini
rheumatoid pada Lansia di Desa sesuai dengan teori yang di
Kampa Wilayah Kerja UPT kemukakan oleh Jannah (2019)
Puskesmas Kampa tahun 2022. dimana pola makan yang salah
Nilai POR=14,667 (2,486-86,529) menjadi salah satu pencetus
yang artinya pola makan yang terjadinya penyakit artritis
tidak baik berisiko mengalami rheumatoid. Di mana pola makan
kejadian arthritis rheumatoid 14,6 yang sehat sebaiknya dimulai dengan
kali dibandingkan dengan pola mengadakan perubahan-perubahan
makan yang baik. kecil pada makanan yang kita pilih,
BAB V juga mengurangi makanan seperti,
PEMBAHASAN produk kacang-kacangan seperti susu
Berdasarkan hasil penelitian yang kacang, kacang buncis, organ dalam
telah dilakukan terhadap 35 lansia di hewan seperti; usus, hati, limpa,
desa kampa tentang “hubungan pola paru, otak, dan jantung, makanan
makan dengan arthritis rheumatoid di kaleng seperti, sarden, kornet sapi,
desa kampa wilayah kerja puskesmas makanan yang dimasak
kampa”. Berdasarkan hasil uji statistic menggunakan santan kelapa,
di dapatkan bahwa ada hubungan pola beberapa jenis buah-buahan seperti
makan dengan arthritis rheumatoid di durian, air kelapa muda, minuman
desa kampa wilayah kerja puskesmas seperti alkohol dan sayur seperti
kampa. Penelitian dilakukan dengan kangkung dan bayam (Jannah et al.,
dating langsung ke rumah – rumah 2019).
responden. Data yang di dapatkan Beberapa faktor yang
kemudian di olah dan di sajikan dalam mempengaruhi yaitu umur, jenis
bentuk tabel. kelamin, dan gaya hidup. Gaya hidup
yang dimaksudkan salah satunya
1. Hubungan pola makan dengan adalah pola makan (Sani,
arthritis rheumatoid
2015).Perilaku hidup sehat
Hasil penelitian dapat dilihat
menunjukkan pola makan yang baik
bahwa dari 22 responden di temukan
dan aktivitas yang terkontrol dan
Pola Makan yang tidak baik terdapat
teratur. Arthritis rheumatoid dapat
6 (27,2%) lansia yang tidak
disebabkan oleh pengaturan pola
mengalami arthritis rheumatoid,
makan yang buruk seperti asupan
sedangkan dari 13 responden yang
kolesterol yang tinggi dan asupan makanan hasil olahan cendrung
kalsium, serta jenis makanan tinggi berproses lebih lambat di saluran
purin. Pola makan yang tidak sehat pencernaan ketimbang makanan
merupakan salah satu faktor risiko yang masih segar. Makanan yang
penyebab penyakit degeneratif (Sani, berproses lambat di saluran
2015). Arthritis di pengaruhi oleh pencernaan akan mengalami
pola makan, jenis dan jumlah permentasi sehingga menyebabkann
makanan yang di konsumsi menjadi pembentukan gas, kembung, nyeri
salah satu penyebab arthritis dikepala dan beragam penyakit.
rheumatoid. Makanan yang Makanan yang tidak baik di
cendrung menyebabkan arthritis salurann cerna dapat terserap ka
rheumatoid adalah maknan yang dalam pembuluh darah, sehingga
banyak mengandung purin. berpotensi memicu timbulnya
Mengkonsumsi makanan yang penyakit kronis seperti arthritis
mengandung purin dapat rheumatoid.
menyebabkan pengkristalan dalam Menurut asumsi peneliti dari 22
sendi. Purin dalam makanan terdapat responden di temukan pola makan
dalam asam nukleat, yang berupa yang tidak baik terdapat 6 orang
nnukleoprotein. Asam nukleo dii (27,2%) lansia yang tidak mengalami
pecah menjadi purin dan primidin arthritis rheumatoid hal ini di
serta purin di ubah menjadi Kristal sebabkan oleh faktor pengetahuan,
pada sendi (Jannah et al., 2019). sikap, keyakinan, dan kepercayaan
Konsumsi makanan yang tinggi terhadap arthritis rheumatoid, karna
kandungan purinn menyebabkan apabila pengetahuannya baik maka
purin mengendap di dalam darah. mereka dapat berolaraga seperti
Purin yang berada dalam darah di senam untuk mengurangi gajala
bawa menuju ginjal untuk di kekakuan sendi dan nyeri pada
keluarkan melalui urin, tetapi kadar arthritis rheumatoid. Selain itu juga
purin yang berlebihan menyebabkan pengetahuan dapat di peroleh melalui
purin menumpuk dalam darah dan proses pengalaman dan proses
membentuk Kristal. Pengkristalan belajar yang baik. Tindakan
purin sering terjadi pada persendian pengendalian seringkali dilakukan
jaringan tulang rawan dan tendon. tanpa sadar karna sudah menjadi
Pada tingkat yang lebih parah kebiasaan. Sadangkan dari 13
timbunan Kristal akan menyebabkan responden yang memiliki pola
Kristal purin mengendap pada makan yang baik di temukan 2 orang
persendian. Endapann purin akan (15,4%) lansia mengalami arthritis
menimbulkan batu karang (tofus) rheumatoid hal ini di sebabkan oleh
dan radang di picu oleh benturan, faktor psikologis seperti depresi,
suhu dingin dan stress. Apabila sendi stress, dan beban kecemasan yang di
bergerak Kristal-kristal yang berada sertai dengan kelelahan dan
di dlam pembuluh darah saling ketidakmampuan menangani
bergesekan maka akan menimbulkan tuntutan fisik karna mengalami
rasa nyeri (Sani, 2015). penurunan akibat proses penuaan
Menurut Jannah (2019) sehingga penyakit banyak muncul
makanan hasil olahan, makanan pada lanjut usia. Masalah degeneratif
yang tidak segar justru membuat juga menurunkan daya tahan tubuh
orang rentan terkena penyakit, sehingga rentan terkena beberapa
penyakit. Hal ini sesuai dengan yang responden. Alat ukur yang digunakan
di kemukakan oleh zairin noor dalam penelitian ini adalah
(2021) Penyebab Arthritis kuesioner. Analisis data dilakukan
Rheumatoid adalah: faktor dengan analisis univariat dan analisis
pengetahuan : pengetahuan bivariat yaitu menggunakan uji
merupakan pedoman bagi individu, spearman rank. Hasil : Responden
keluarga dan masyarakat untuk yang mengalami tingkat pengetahuan
bersikap dan bertindak sesuai dengan yang kurang sebanyak 48,3% dan
tingkat pengetahuanya. Pengetahuan yang mengalami arthritis rheumatoid
yang baik dapat berupa pengatahuan sebanyak 72,4%. Hasil analisis uji
tentang penyakit dan pengetahuan spearman rank di dapatkan nilai p
tentang cara penanganan nyeri yang value = 0,000. Kesimpulan : Ada
benar, mengingat masih banyak hubungan tingkat pengetahuan
orang yang mengalami arthritis dengan rheumatoid arthritis di
rheumatoid yang pengetahuannya Wilayah Kerja Puskesmas Kumpai
kurang baik sehingga penanganan Batu Atas.
nyeri pun kurang tepat akibatnya
akan memperlambat kesembuhan BAB VI
pasien itu sendiri. Kurangnya PENUTUP
pengetahuan tentang arthritis A. Kesimpulan
rheumatoid dapat mempengaruhi Berdasarkan hasil penelitian yang
arthritis rheumatoid berulang dan telah dilakukan oleh peneliti, maka
berlangsung lama. Faktor psikologis dapat diambil kesimpulan sebagai
: seperti depresi, stress, dan beban beriku:
kecemasan yang di sertai dengan 1. Sebagian besar lansia yang
kelelahan dan ketidakmampuan mengalami arthritis rheumatoid di
menangani tuntutan fisik dapat desa kampa adalah perempuan.
mempengaruhi arthritis rheumatoid. 2. Sebagian besar lansia yang
Sikap mental yang tersebut mengalami arthritis rheumatoid di
merupakan sumber ketegangan otot desa kampa pendidikannya tidak
yang dapat memicu timbulnya bersekolah.
arthritis rheumatoid. Rasa nyeri 3. Sebagian besar lansia yang
merupakan gajala komplek arthritis mengalami arthritis rheumatoid di
rheumatoid dapat bertambah buruk kampa tidak bekerja.
dalam keadaan stress, depresi, dan 4. Ada hubungan antara pola makan
gelisah. Kasus arthritis rheumatoid dengan kejadian arthritis
yang di sertai dangan kecemasan rheumatoid di desa kampa.
merupakan hal yang nyata. B. Saran
Hasil penelitian ini sesuai dengan 1. Aspek Teoritis
penelitian yang di lakukan Soniati a. Dapat menjadikan penelitian
2022 dengan judul “ Hubungan ini sebagai acuan dalam
tingkat pengetahuan dengan arthritis memberikan penyuluhan
rheumatoid” penelitian ini tentang faktor yang dapat
menggunakan deskriptif korelasi menimbulkan arthritis
dengan pendekatan cross sectional, rheumatoid seperti pola makan
dimana teknik pengambilan sampel agar lansia dapat terhindar dari
dengan purposive sampling. Dalam kejadian arthritis rheumatoid
penelitian ini sebanyak 58
b. Diharapkan bagi lansia untuk 2014 : 4 – 7, 1(1), 4–7.
dapat meningkatkan Iii, B. A. B. (2018). 3 . 1 Desain
pengetahuan dan informasi Penelitian Penelitian ini adalah
tentang arthritis rheumatoid, penelitian deskriptif , Menurut
dan dapat mengupayakan pola Notoatmodjo ( 2018 ) penelitian
makan yang baik agar dapat deskriptif adalah penelitian yang
terhindar dari arthritis diarahkan untuk mendeskripsikan
rheumatoid atau menguraikan suatu keadaan
2. Aspek Praktis didalam suatu komunitas atau
Diharapkan dengan adanya masyarakat . Peneli. 39–53.
penelitian ini bisa menjadi acuan Indahningrum, R. putri, Naranjo, J.,
awal bagi peneliti selanjutnya Hernández, Naranjo, J., Peccato, L.
untuk menghubungakan ke O. D. E. L., & Hernández. (2020).
variabel – variabel lainnya seperti NoTitle. Applied Microbiology and
infeksi, pekerjaan, gangguan Biotechnology, 2507(1), 1–9.
imunitas, dan lain –lainnya yang https://doi.org/10.1016/j.solener.20
mempengaruhi arthritis 19.02.027%0Ahttps://www.golder.
rheumatoid dan dapat menjadi com/insights/block-caving-a-
bahan kepustakaan bagi peneliti viable-alternative/%0A???
selanjurnya untuk melakukan Jannah, E. M., Supriyadi, & Bagus, C.
penelitian tentang arthritis T. (2019). Hubungan Pola Makan
rheumatoid. Dengan Nyeri Sendi Pada Lansia
Di Wilayah Kerja Puskesmas
DAFTAR PUSTAKA Andongsari Ambulu Jember.
LKJIP. (2021). Laporan Kinerja
Dinoyo, D. I. P. (2021). Widyagama Instansi Pemerintah Tahun 2021.
husada malang 2021. 1–124.
Engel. (2014). Dokumen Keperawatan. Nancy, M. Y., Keperawatan, D.,
Paper Knowledge . Toward a Kedokteran, F., & Diponegoro, U.
Media History of Documents, 3(1), (2016). Gambaran pola konsumsi
5. Habibullah. (2020). makanan sehat pada lansia di
Hafizhah, A., Keswara, U. R., & Yanti, dusun papringan kecamatan semin
D. E. (2020). Kejadian kabupaten gunungkidul.
Rheumatoid Arthritis pada lansia Nuzul, A., & Sudiarti, P. E. (2020).
di Poliklinik Bandar Lampung. JURNAL NERS Research &
Holistik Jurnal Kesehatan, 14(3), Learning in Nursing Science
375–382. HUBUNGAN NYERI ARTRITIS
https://doi.org/10.33024/hjk.v14i3. RHEUMATOID DENGAN
2106 TINGKAT KEMANDIRIAN PADA
Handayani, 2020. (2018). Metodologi LANSIA DI WILAYAH KERJA
penelitian. Angewandte Chemie PUSKESMAS KAMPAR TAHUN
International Edition, 6(11), 951– 2020. 4, 90–95.
952., 2020, 10–27. Octa, A. R., Febrina, W., Fort, U., &
Hardiansa, E, F., & M, Z. (2014). Bukittinggi, D. K. (2020). REAL in
Gambaran Karakteristik Penderita Nursing Journal ( RNJ ). 3(1).
Rheumatoid Arthritis Di Bagian RI No. 43 20Permenkes19. (2019). No
Penyakit Dalam. Jurnal Medika Title. 2, 1–13.
Malahayati Vol 1, No 1, Januari Rindayati, R., Nasir, A., & Astriani, Y.
(2020). Gambaran Kejadian dan
Tingkat Kecemasan pada Lanjut
Usia. Jurnal Kesehatan
Vokasional, 5(2), 95.
https://doi.org/10.22146/jkesvo.53
948
Sani, D. F. (2015). Hubungan
Pengaturan Pola Makan Dengan
Kekambuhan Rheumatoid Artritis
Pada Lansia. Literature Review,
6(November), 33–37.
Siregar. (2022). No Title. 8.5.2017,
2003–2005.

Anda mungkin juga menyukai