Anda di halaman 1dari 4

TUGAS MATA KULIAH

PENDIDKAN AGAMA ISLAM

Dosen: Indah Muliati,S.PdI.M.Ag

(Tugas 4)

Oleh :

Aulia Silfani

( 20130072 )

PROGRAM STUDI TEKNIK ELEKTRO INDUSTRI

UNIVERSITAS NEGERI PADANG

2020
A. Bagaimana posisi sunnah/hadis dalam Islam?

Hadits dalam hukum Islam dianggap sebagai mashdarun tsanin (sumber kedua)
setelah Al-Quran. Ia berfungsi sebagai penjelas dan penyempurna ajaran-ajaran Islam
yang disebutkan secara global dalam Al-Quran.

firman Allah ‘Azza wa Jalla dalam Qur’an surat an-nisa` ayat 59:

‫يا أّيها اّلذين امنوا أطيعوا هّللا وأطيعوا الرسول واولى األمر منكم فإن تنازعتم في شيء فرّد وه إلى هّللا‬

‫والرسول إن كنتم تؤمنون باهلل واليوم االخر‬

Artinya : “Wahai orang orang yang beriman, taatilah Allah dan taatilah RasulNya,
dan ulil Amri di antara kamu. Kemudian jika kamu berlainan pendapat tentang
sesuatu, maka kembalikanlah ia (masalah tersebut) kepada Allah (Al-Quran) dan
Rasul (Hadits) jika kamu benar benar beriman kepada Allah dan hari kemudian…..”
[8]

Jumhur ulama berpendapat bahwa Hadits berkedudukan sebagai sumber atau dalil
kedua setelah Al-Quran dan mempunyai kekuatan untuk ditaati serta mengikat untuk
semua umat Islam.
QS An-Nisa ayat 80

‫َّم ن ُيِط ِع ٱلَّرُس وَل َفَق ْد َأَطاَع ٱلَّلَه ۖ َوَم ن َتَو َّلٰى َف َم ٓا َأْر َس ْلَٰن َك َع َلْي ِه ْم َح ِف يًظا‬

Artinya:Barangsiapa yang mentaati Rasul itu, sesungguhnya ia telah mentaati Allah.


Dan barangsiapa yang berpaling (dari ketaatan itu), maka Kami tidak mengutusmu
untuk menjadipemelihara bagi mereka.

B. Bagaimana pendapat anda tentang pengamalan hadis dha’if dalam kehidupan


sehari-hari?

1. Hadis-hadis dhaif itu dipergunakan untuk menerangkan fadlilat-fadlilat amal


(fadhailul a’mal). pendapat ini dikatakan sebagian fuqaha dan ahli hadis, Imam
Ahmad, menerima hadis-hadis dhaif kalau berpautan dengan targhieb dan tarhib dan
menolaknya kalau berpautan dengan hukum. Diantara fuqoha yang berpendapat
begini, Ibnu ‘Abdil Barr.
2. Hadis dhaif itu sama sekali tidak boleh diamalkan, dalam hukum, targib dan lain-
lainnya. Inilah menurut iman-iman besar hadist seperti Al bukhari dan muslim dalam
muqaddimah shahihnya dengan tegas mencela mereka yang memegangi hadis dhaif.
Alasan adalah, agama ini diambil dari kitab dan sunah yang benar. Hadis dhaif, bukan
sunah yang benar (dapat diukur besar). Maka berpegang kepadanya, berarti
menambah agama dengan tidak berdasar kepada keterangan yang kuat.
3. Mempergunakan hadis dhaif, bila dalam sesuatu masalah tidak diperbolehkan hadis-
hadis shahih atau hasan. Pendapat ini disandarkan kepada Abu Daud, Demikian pula
pendapat Imam Ahmad, bila tiada diperboleh fatwa shahaby. Dan perlu ditegaskan,
bahwa menurut penerangan Al-Hafidh Ibnu Hajar Al Asqalany bahwa oleh ulama-
ulama yang mempergunakan hadis dhaif, mensyaratkan kebolehan mengambilnya itu
dengan tiga syarat:
a. Kelemahan hadis itu tiada seberapa. Maka yang hanya diriwayatkan oleh orang
yang tertuduh berdusta, tidak di pakai.
b. Petunjuk hadis itu di tunjuki oleh sesuatu dasar yang dipegangi, dengan arti bahwa
memeganginya tidak berlawanan dengan sesuatu dasar hukum yang sudah
dibenarkan.
c. Jangan dii’tiqadkan kala memegangnya, bahwa hadis itu benar dari Nabi. Hanya
dipergunakan sebagai ganti memegangi pendapat yang tidak berdasarkan nash sama
sekali.

C. Kenapa terjadi perbedaan pendapat diantara para ulama mengenai pemahaman


suatu hadis?
Perbedaan pendapat di kalangan ulama laksana sebuah taman yang dipenuhi aneka
bunga dengan berbagai warna dan bentuk. Taman tersebut terlihat indah dan tidak
membosankan. Berbeda kalau taman itu hanya berisi satu macam bunga saja, ia
terlihat monoton, kaku, dan tidak sedap untuk terus dipandang mata.
Allah berfirman dalam surat a-lmaidah ayat 48 :
‫َو َلْو َش اَء ُهَّللا َلَجَع َلُك ْم ُأَّم ًة َو اِح َد ًة َو َلِكْن ِلَيْبُلَو ُك ْم ِفي َم ا آَتاُك ْم َفاْسَتِبُقوا اْلَخْيَر اِت‬
Artinya: “Kalau Allah menghendaki, niscaya kamu dijadikan-Nya satu umat (saja),
tetapi Allah hendak menguji kamu terhadap karunia yang telah diberikan-Nya
kepadamu, maka berlomba-lombalah berbuat kebajikan.”
Seorang ulama bermazhab Syafi’i bernama Muhammad bin Abdul Rahman al-
Dimasyqi al-Syafi’i menegaskan bahwa perbedaan pendapat ulama merupakan rahmat
bagi umat. Sebab, mereka telah berijtihad dengan mengerahkan sekuat tenaga guna
mencari kebenaran. (Lihat Muhammad bin Abdul Rahman al-Dimasyqi, Rahmatul
Ummah fi Ikhtilafil Aimmah, Kairo: Al-Maktabah al-Taufiqiyyah, t.t.

D. Kenapa sunnah/hadis menjadi pegangan penting bagi umat Islam?


Karena sunnah dan hadist adalah pedoman dunia dan akhirat bagi umat
islam.Sunnah/hadist merupakan sumber ketentuan Islam yang kedua setelah Al-
Quran, yang merupakan penguat dan penjelas dari berbagai persoalan baik yang ada
di dalam al-Qur‟an maupun yang dihadapi dalam persoalan kehidupan kaum muslim
yang disampaikan dan dipraktikkan Nabi Muhammad SAW. Hadist menjadi
pegangan penting karena disamping memperkuat dan memperjelas berbagai persoalan
dalam Al-Quran, juga memberikan dasar pemikiran yang lebih konkret mengenai
penerapan berbagai aktivitas yang mesti dikembangkan dalam kerangka hidup dan
kchidupan umat Islam.

Anda mungkin juga menyukai