Dosen Pengampu :
Dr. Asrin Lubis, M.Pd.
Disusun Oleh :
Nama : Rahel Valentina Br Tarigan
NIM : 4233111065
Kelompok : 4
Kelas : 23 B Pendidikan Matematika
PENDIDIKAN MATEMATIKA
JURUSAN MATEMATIKA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
2023
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan yang Maha Esa yang telah
melimpahkan berkat kesehatan kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas
case method “Kalkulus Pernyataan : Analisis Logika Proposisional” pada mata kuliah
Himpunan dan Logika. Penulis mengucapkan terima kasih kepada bapak Dr. Asrin
Lubis,M.Pd. selaku dosen pengampu mata kuliah Himpunan dan Logika. Penulis juga
berterima kasih kepada semua anggota kelompok yang ikut serta dalam penyelesaian tugas
case method di mata kuliah Himpunan dan Logika.
Selain itu, penulis berharap semoga laporan case method analisis pemecahan masalah
himpunan, relasi, dan fungsi ini dapat bermanfaat bagi semua pembaca dan menambah
pengetahuan umum.
Oleh karena itu, penulis berharap supaya para pembaca dapat memberikan kritik dan
saran yang membangun dan dapat menjadikan laporan ini menjadi jauh lebih baik lagi.
Penulis mohon maaf jika ada kesalahan dalam penulisan laporan case method ini.
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR…………………………………………………………………… i
DAFTAR ISI…………………………………………………………………………….. ii
BAB 1 PENGANTAR…………………………………………………………………… 1
A. Latar belakang case method……………………………………………………… 1
B. Tujuan case method……………………………………………………………… 2
C. Manfaat case method…………………………………………………………….. 2
BAB II REVIEW BUKU TERKAIT TEORI ATAU KONSEP PENDUKUNG………. 3
A. Ringkasan………………………………………………………………………… 3
B. Keunggulan buku………………………………………………………………… 5
C. Kelemahan buku…………………………………………………………………. 6
D. Implikasi buku…………………………………………………………………… 7
BAB III RINGKASAN ARTIKEL/HASIL PENELITIAN PENDUKUNG…………… 8
A. Keunggulan artikel/hasil penelitian……………………………………………… 8
B. Keunggulan artikel ……………………………………………………………… 9
C. Kelemahan jurnal……………………………………………………………….. 9
D. Implikasi artikel…………………………………………………………………. 10
BAB IV ORGINALITAS ISU DAN KONTEKS SOSIAL DARI PENYELESAIAN
KASUSNYA…………………………………………………………………………… 11
BAB V PERANGKAT YANG DIBUTUHKAN UNTUK MELAKUKAN OBSERVASI
TERHADAP PENYELESAIAN KASUS……………………………………………… 12
BAB VI IDE TURUNAN DAN KONTEKS SOSIALNYA…………………………… 13
BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN ……………………………………………… 14
BAB VII DAFTAR PUSTAKA ………..……………………………………………… 15
ii
BAB I
PENGANTAR
1
B. Tujuan Case Method
1. Untuk pemenuhan tugas ata kuliah himpunan dan logika.
2. Untuk memperluas wawasan tentang himpunan, relasi dan fungsi.
3. Mengetahui isi bacaan buku dan artikelyang dibahas.
4. Menyelesaikan masalah yang diberikan.
2
BAB II
REVIEW BUKU TERKAIT TEORI ATAU KONSEP
PENDUKUNG
3
Subbab 4.2
Salah satu "kebenaran" atau "kepalsuan" yang diberikan pada suatu pernyataan
adalah nilai kebenarannya. Seringkali kita menyingkat "kebenaran" menjadi T dan
"kepalsuan" menjadi F. Jika P dan Q adalah pernyataan, kemudian, dengan
menggunakan arti kata penghubung sehari-hari, masing-masing adalah sebuah
pernyataan.
Berdasarkan arti umum “tidak”, jika suatu pernyataan benar, maka negasinya
salah, dan sebaliknya. Misalnya, jika S adalah keadaan yang benar (memiliki nilai
kebenaran T) “Bulan adalah satelit bumi,” maka--S salah (memiliki nilai kebenaran
F). Berdasarkan konvensi, konjungsi dua pernyataan benar jika, dan hanya jika, kedua
pernyataan penyusunnya benar. Misalnya, “3 adalah bilangan prima, dan 2 + 2 = 5”
salah karena “2 + 2 = 5” adalah pernyataan yang salah.
Setelah sepakat bahwa kata penghubung "atau" akan dipahami dalam
pengertian inklusif, penggunaan standar mengklasifikasikan disjungsi sebagai wlicn
palsu, dan hanya jika, kedua pernyataan konstituen salah. Penetapan nilai kebenaran
yang kita buat dapat diringkas secara ringkas melalui tabel kebenaran yang di
dalamnya ditampilkan penetapan nilai kebenaran untuk semua kemungkinan
penetapan nilai kebenaran pada pernyataan konstituen.
Subbab 4.3
Analisis hubungan logis antar kalimat yang hanya bergantung pada
komposisinya dari kalimat-kalimat penyusunnya dengan menggunakan kata
penghubung sentensial. Latar belakang analisis tersebut meliputi adanya rangkaian
kalimat awal (“kalimat prima”) dan dua asumsi berikut.
(i) Setiap kalimat prima merupakan pernyataan; yaitu, kalimat prima dapat diberi nilai
kebenaran.
(ii) Setiap kalimat yang dipertimbangkan terdiri dari kalimat-kalimat prima yang
menggunakan penghubung sentensial dan, untuk pemberian nilai kebenaran tertentu
pada kalimat-kalimat prima tersebut, menerima nilai kebenaran sesuai dengan tabel
kebenaran yang diberikan sebelumnya untuk negasi, konjungsi, dan seterusnya.
4
Misalkan ada sekumpulan kalimat berbeda yang tidak kosong dan kita
memperluas himpunan ini dengan menggabungkan secara tepat semua kalimat yang
dapat dibentuk dengan menggunakan, berulang kali dan dengan segala cara yang
mungkin, berbagai penghubung kalimat. Maka himpunan yang diperluas memiliki
properti berikut. Jika A dan B merupakan anggota, maka masing-masing anggota -i A,
A V B, A A B,A --* B, dan A-+ B.
Kita akan memanggil anggota kelas yang diperluas dengan rumus. Anggota
himpunan awal adalah rumus prima, dan anggota lainnya merupakan rumus
gabungan. Rumus-rumus prima yang terdapat pada suatu rumus komposit dikatakan
terkandung dalam rumus tersebut dan disebut komponen primanya. Untuk
menampilkan rumus gabungan secara jelas, digunakan tanda kurung. Namun, untuk
menghindari penggunaan tanda kurung yang berlebihan, konvensi yang diperkenalkan
sebelumnya akan digunakan.
Subbab 4.4
Dalam istilah praktis, teori inferensi ini berarti memberikan kriteria untuk
memutuskan secara mekanis apakah suatu rangkaian penalaran akan diterima. salah
berdasarkan bentuknya. Rantai penalaran hanyalah rangkaian pernyataan terbatas
yang diberikan untuk mendukung anggapan bahwa pernyataan terakhir dalam
rangkaian tersebut dapat disimpulkan dari pernyataan awal tertentu (premis). Dalam
keadaan sehari-hari, premis suatu kesimpulan dinilai benar (berdasarkan pengalaman,
eksperimen, atau keyakinan).
Penerimaan terhadap premis-premis kesimpulan sebagai benar dan prinsip-
prinsip yang digunakan dalam rangkaian penalaran dari premis-premis tersebut
sebagai kebenaran membuat seseorang menganggap kesimpulan yang ada sebagai
benar. Dalam teori matematika situasinya berbeda.
Di sini, kita hanya memikirkan kesimpulan-kesimpulan (yang disebut “teorema”
teori) yang dapat disimpulkan dari serangkaian pernyataan awal yang ditetapkan
(yang disebut “aksioma” teori) menurut aturan-aturan yang ditentukan oleh beberapa
sistem logika. Secara khusus, gagasan tentang kebenaran tidak berperan apa pun
dalam teori yang sebenarnya.
5
Subbab 4.5
Biasanya keadaan yang menyertai penyampaian suatu argumen antara lain
penonton mempunyai hak istimewa untuk menerima atau menolak anggapan bahwa
suatu pernyataan B merupakan akibat dari pernyataan A,, A2, , A,,,. Dalam kejadian
ini, orang yang berpikir sendiri ingin membuktikan bahwa B adalah konsekuensi dari
A atau argumennya tidak valid, yaitu dapat dilakukan penetapan nilai kebenaran pada
komponen prima yang ada sedemikian rupa sehingga secara bersamaan setiap A
menerima nilai T, dan B menerima nilai F.
Cara yang paling tepat untuk mengatasi permasalahan ini adalah sebagai
berikut: Asumsikan bahwa B mempunyai nilai F dan setiap A mempunyai nilai T, dan
menganalisis konsekuensi-konsekuensinya sejauh menyangkut penetapan nilai
kebenaran pada komponen-komponen prima. Analisis seperti itu akan menghasilkan
kontradiksi, yang membuktikan bahwa B adalah konsekuensi dari A, atau penugasan
pada setiap komponen prima sedemikian rupa sehingga semua asumsi terpenuhi, yang
membuktikan bahwa argumen tersebut tidak valid.
Metode di atas untuk membuktikan bahwa suatu formula merupakan
konsekuensi dari undercut lain yang dipromosikan pada bagian sebelumnya karena
prosesnya berlangsung sangat cepat. Namun, metode sebelumnya memiliki kelebihan
(setidaknya secara pedagogis).
B. Keunggulan Buku
1. Aspek Kelengkapan Sub Topik
Subbab 4.1
Pada subbab ini dibahas tentang pernyataan kalkulus. Dimana pada subbab ini
mengalami kelengkapan karena membahas tentang pernyataan kalkulus. Dimana
kalkulus adalah suatu cabang dari matematika yang mempelajari tentang perubahan
dan gerak.
Subbab 4.2
Pada subbab ini membahas tentang table kebenaran. Subbab ini sudah lengkap karena
menjelaskan bahwa Tabel kebenaran adalah tabel yang digunakan untuk menentukan
nilai kebenaran suatu pernyataan logika atau ekspresi logika. Tabel kebenaran
memetakan semua kemungkinan kombinasi nilai kebenaran untuk setiap variabel
6
dalam pernyataan atau ekspresi tersebut. Tabel kebenaran membantu dalam
menentukan nilai kebenaran dari pernyataan atau ekspresi logika, dan digunakan
dalam pembuktian, pemodelan, dan analisis dalam matematika dan ilmu komputer.
Subbab 4.3
Pada subbab ini membahas tentang keabsahan. Subbab ini sudah lengkap karena
menjelaskan bahwa untuk memastikan keabsahan dalam himpunan dan logika,
seringkali digunakan metode seperti pembuktian matematis, aturan logika, dan
analisis kritis. Ini melibatkan penggunaan konsep-konsep seperti kesetaraan,
konsistensi, implikasi, dan negasi untuk memvalidasi pernyataan atau argumen yang
diajukan. Selain itu, penting juga untuk menghindari kesalahan logika, seperti
penalaran yang melibatkan kesalahan penalaran sirkuler atau generalisasi yang tidak
akurat.
Subbab 4.4
Pada subbab ini membahas tentang konsekuensi. Subbab ini sudah lengkap karena
menjelaskan bahwa Rantai penalaran hanyalah rangkaian pernyataan terbatas yang
diberikan untuk mendukung anggapan bahwa pernyataan terakhir dalam rangkaian
tersebut dapat disimpulkan dari pernyataan awal tertentu (premis).
Subbab 4.5
Pada subbab ini membahas tentang aplikasi dari logika. Subbab inii sudah lengkap
karena telah menyediakan berbagai contoh ataupun pembahasan tentang aplikasi dari
logika seperti pengaplikasikan kepada suatu permasalahan. Dimana permasalahan
tersebut dibahas ataupun dipecahkan menggunakan berbagai cara.
7
Subbab 4.2
Subbab ini terkait dengan topic utama dimana table kebenaran termasuk dalam cara
menganalisis logika proposional.
Subbab 4.3
Subbab ini terkait dengan topic utama dimana keabsahan termasuk dalam cara
menganalisis logika proposional.
Subbab 4.4
Subbab ini terkait dengan topic utama dimana konsekuensi termasuk dalam cara
menganalisis logika proposional.
Subbab 4.2
Subbab ini terkait dengan topic utama dimana pengaplikasian logika termasuk dalam
cara menganalisis logika proposional.
5. Kelayakan Penyajian
Buku ini sangat layak untuk disajikan. Penyajian nya sangat berurutan
sehingga mudah untuk dipahami
8
C. Kelemahan Buku
1. Aspek Kelengkapan Sub Topik
Pada bagian sub topic memiliki kekurangan yaitu pada bagian pembahasan
keabsahan. Dimana keabsahan yang ada di dalam buku tidak dijelaskan secara
terperinci.
2. Aspek Keterkaitan Topik Utama
Kurang terkait di dalam buku dikarenakan masih ada beberapa sub topic yang
kurang kurang lengkap penjelasannya yaitu pada bagian pengertian.
3. Aspek Kelayakan Isi
Isi masih kurang layak karena belum disertakan beberapa gambar dan diagram. Nah
kalau di bagian table kebenaran, setidaknya disajikan beberapa gambar dan
dilengkapi dengan materi penuntun terhadap gambar.
4. Aspek Kelayakan Bahasa
Masih terdapat bahasa yang belum jelas. Yaitu pada bagian lambang, sebaiknya cara
membaca lambang juga dimasukkan kedalam materi karena banyak yang belum
mengerti cara membaca lambang dalam pernyataan kalkulus. Buku ini juga
menggunakan bahasa inggris sehingga mengurangi minat banyak orang untuk
membaca.
5. Aspek Kelayakan Penyajian
Penyajian masih tergolong kurang layak karena hanya disajikan semua kata – kata
tanpa ada suatu logo ataupun gambar. Sebaiknya disertai dengan berbagai gambar
dan mempunyai suatu terjemahan yang tidak berantakan sehingga menambah
wawasan serta daya tarik untuk membaca.
9
D. Implikasi Buku terhadap:
1. Teori/Konsep
Dalam tinjauan konseptual ini, kami sebagai pembaca dapat memperoleh
pengetahuan yang lebih luas lagi tentang analisis logika proposisional berdasarkan
konsep yang disajikan dalam buku.
10
BAB III
RINGKASAN ARTIKEL / HASIL PENELITIAN
PENDUKUNG
1. Modus Ponens: Jika pernyataan "Jika P, maka Q" (P → Q) dan pernyataan "P" telah
terbukti benar, maka kita dapat menyimpulkan bahwa pernyataan "Q" juga benar.
Contoh: Jika hujan turun (P → Q) dan memang hujan turun (P), maka kita bisa
menyimpulkan bahwa jalanan basah (Q).
2. Modus Tollens: Jika pernyataan "Jika P, maka Q" (P → Q) dan pernyataan "Tidak Q"
telah terbukti benar, maka kita dapat menyimpulkan bahwa pernyataan "Tidak P" juga benar.
Contoh: Jika Anda belajar dengan rajin (P → Q) dan Anda tidak sukses (Tidak Q), maka kita
bisa menyimpulkan bahwa Anda tidak belajar dengan rajin (Tidak P).
3. Silogisme Kategoris: Jika pernyataan "Semua A adalah B" (All A are B) dan pernyataan
"Semua B adalah C" (All B are C) telah terbukti benar, maka kita dapat menyimpulkan
bahwa pernyataan "Semua A adalah C" (All A are C) juga benar.
Contoh: Semua anjing adalah hewan (All dogs are animals) dan semua hewan adalah
makhluk hidup (All animals are living beings), maka kita bisa menyimpulkan bahwa semua
anjing adalah makhluk hidup (All dogs are living beings).
4. Modus Ponen Tolens: Jika pernyataan "Jika P, maka Q" (P → Q) dan pernyataan "Tidak
Q" telah terbukti benar, maka kita dapat menyimpulkan bahwa pernyataan "Tidak P" juga
benar.
Contoh: Jika hujan turun, maka jalanan basah (P → Q) dan jalanan tidak basah (Tidak Q),
maka kita bisa menyimpulkan bahwa hujan tidak turun (Tidak P).
11
5. Hukum Modus Syllogism: Jika pernyataan "Jika P, maka Q" (P → Q) dan pernyataan
"Jika Q, maka R" (Q → R) telah terbukti benar, maka kita dapat menyimpulkan bahwa
pernyataan "Jika P, maka R" (P → R) juga benar.
Contoh: Jika Anda belajar dengan rajin, maka Anda akan sukses (P → Q) dan jika Anda
sukses, maka Anda akan bahagia (Q → R), maka kita bisa menyimpulkan bahwa jika Anda
belajar dengan rajin, maka Anda akan bahagia (P → R).
B. Keunggulan Artikel
1. Kegayutan Antar Elemen
Temuan dijelaskan dengan baik dalam hal hubungan antara unsur-unsur jurnal ini,
dan materi di setiap paragraf saling terkait.
2. Originalitas Penemuan
Menurut kami, originalitas atau up-to-date penulisan jurnal sudah cukup.
3. Perbarui pertanyaan
Soal-soal yang diujikan oleh peneliti memudahkan review oleh pengajar dan siswa
sebagai bahan untuk menambah referensi mata kuliah.
4. Kohesi dan Koherensi Konten Penelitian
Ada kohesi yang baik dalam kohesi dan koherensi penelitian konten jurnal yang
sedang kita diskusikan. Dari setiap judul utama, materi dan penjelasannya singkat.
C. Kelemahan Jurnal
1. Interaksi antar elemen
Memiliki banyak kalimat dalam jurnal dapat membingungkan pembaca karena kata-
kata yang digunakan dalam jurnal mengharuskan pembaca untuk berpikir lebih
lama.
2. Originalitas penemuan
Kami tidak menemukan masalah dengan orisinalitas temuan jurnal.
3. Perbarui pertanyaan
Dilihat dari kekurangan masalah jurnal, kami rasa kekurangannya tidak banyak,
karena jika di update jurnal banyak masalah maka jurnal tersebut kurang baik bagi
12
pembaca. maka penjelasan permasalahan yang ada di jurnal segera memberikan
solusi untuk masalah tersebut.
4. Kohesi dan koherensi konten penelitian.
Tidak ada kekurangan utama dalam kohesi dan koherensi isi penelitian. Hanya saja
beberapa kalimat membutuhkan tingkat penalaran yang tinggi untuk dipahami.
D. Implikasi Artikel
1. Tinjauan Konseptual
Dalam tinjauan konseptual ini, kami sebagai pembaca dapat memperoleh
pengetahuan yang lebih luas lagi tentang logika proposisional berdasarkan konsep
yang disajikan dalam artikel.
2. Program Pembangunan Indonesia
Dengan menguasai materi dan memahami teori dengan benar serta penerapannya
dalam penerjemahan, seperti yang dijelaskan dalam artikel logika proposisional,
seseorang akan dapat menerapkannya dalam kegiatan belajar mengajar sehari-hari
terlebih pada siswa-siswi, mahasiswa-mahasiswi, guru, serta dosen yang
membutuhkannya di sekolah maupun di universitas.
3. Analisis Mahasiswa
Artikel tersebut memaparkan penjelasan masalah dalam penerapan model
pembelajaran berbasis masalah ataupun jurnal ini dapat digunakan sebagai referensi
untuk perguruan tinggi ataupun Universitas. Berdasarkan hasil penelitian yang telah
dijelaskan dalam jurnal ini, publikasi ini dapat dijadikan sebagai acuan bagi para
pendidik melalui hal-hal pendukung yang sudah terdapat tujuan dan arah tertentu
dalam mengimplementasikan desain sistem pembelajaran untuk pengembangan
bahan ajar.
13
BAB IV
ORIGINALITAS IDE DAN KONTEKS SOSIAL
DARI PENYELESAIAN KASUSNYA
KASUS :
Di sebuah pulau memiliki dua sifat manusia yaitu Ksatria (yang selalu mengatakan yang
sebenarnya) dan lawan mereka, Penipu (yang selalu berbohong). 4. Misalkan Anda bertemu
tiga orang, A, B, dan C. jika A mengatakan "Saya seorang penipu dan B adalah seorang
ksatria" dan B mengatakan "Tepat salah satu dari kami bertiga adalah seorang ksatria",
bagaimana Anda menentukan sifat dari A, B, dan C.
PENYELESAIAN:
Untuk menentukan sifat dari A, B, dan C, kita perlu menganalisis pernyataan mereka dengan
mempertimbangkan sifat Ksatria dan Penipu.
Jika A adalah seorang Penipu, ia berbohong dalam pernyataannya bahwa dia adalah seorang
Penipu. Sebaliknya, jika A adalah seorang Ksatria, ia selalu mengatakan yang sebenarnya,
jadi dia sebenarnya adalah seorang Penipu. Dalam kedua kasus tersebut, A menyatakan
bahwa B adalah seorang Ksatria. Jadi, tidak peduli apakah A adalah seorang Penipu atau
Ksatria, B haruslah seorang Ksatria.
Pernyataan B: "Tepat salah satu dari kami bertiga adalah seorang ksatria."
Jika B adalah seorang Penipu, ia berbohong dalam pernyataannya bahwa setidaknya salah
satu dari mereka adalah seorang Ksatria. Namun, kita telah memastikan bahwa B adalah
seorang Ksatria berdasarkan analisis pernyataan A. Jadi, B tidak bisa menjadi Penipu. Oleh
karena itu, B haruslah seorang Ksatria.
14
Sekarang, kita dapat menentukan sifat dari A dan C berdasarkan sifat B. Jika B adalah
seorang Ksatria, maka B selalu mengatakan yang sebenarnya. Jadi, jika A adalah seorang
Penipu, pernyataan A bahwa B adalah seorang Ksatria tidak mungkin benar. Oleh karena itu,
A tidak bisa menjadi Penipu dan haruslah seorang Ksatria. Dengan demikian, A adalah
seorang Ksatria, B adalah seorang Ksatria, dan C adalah seorang Penipu.
A = Ksatria
B = Ksatria
C = Penipu
15
BAB V
PERANGKAT YANG DIBUTUHKAN UNTUK MELAKUKAN INOVASI
TERHADAP PENYELESAIAN KASUS
16
BAB VI
IDE TURUNAN DAN KONTEKS SOSIALNYA
Ide turunan dalam logika proposisional merujuk pada metode atau aturan yang digunakan
untuk memperoleh kesimpulan dari premis-premis yang ada. Turunan dalam logika
proposisional dapat dilakukan menggunakan berbagai teknik seperti tabel kebenaran, hukum
logika, atau metode deduktif lainnya. Tujuan dari turunan ini adalah untuk memastikan
kesahihan dan kebenaran kesimpulan yang dihasilkan dari premis-premis yang diberikan.
Konteks sosial dalam logika proposisional berkaitan dengan penggunaan dan aplikasi logika
proposisional dalam konteks kehidupan sehari-hari dan interaksi sosial. Logika proposisional
dapat digunakan dalam berbagai konteks sosial seperti ilmu komputer, matematika, filsafat,
dan argumentasi dalam diskusi atau debat.
Dalam konteks ilmu komputer, logika proposisional sering digunakan dalam pemrograman
dan desain algoritma. Penerapan logika proposisional dalam konteks ini membantu dalam
analisis dan pemecahan masalah kompleks.
Dalam konteks filsafat, logika proposisional digunakan untuk menganalisis dan memahami
hubungan antara proposisi atau pernyataan dalam argumen filosofis. Logika proposisional
membantu dalam mengidentifikasi kesalahan dalam penalaran dan memperjelas pemahaman.
Dalam konteks argumentasi dan debat, logika proposisional digunakan untuk menguji
kebenaran dan kesahihan argumen. Logika proposisional membantu dalam mengidentifikasi
argumen yang valid dan tidak valid, serta membantu menghindari kesalahan penalaran.
17
Dalam keseluruhan, logika proposisional memberikan kerangka kerja yang sistematis dan
formal untuk menganalisis, memahami, dan mengomunikasikan proposisi atau pernyataan
dalam berbagai konteks sosial. Dengan menggunakan aturan-aturan turunan yang ditentukan,
logika proposisional membantu dalam membangun argumen yang kuat, konsisten, dan dapat
dipertanggungjawabkan.
18
BAB VII
PENUTUP
KESIMPULAN
Hasil yang dihasilkan dari logika proposisional memiliki beberapa sifat penting.
Pertama, hasil haruslah benar atau valid. Ini berarti bahwa hasil harus mengikuti aturan-
aturan logika proposisional dan harus konsisten dengan premis-premis yang ada. Jika premis-
premis valid, maka hasil yang dihasilkan juga harus valid. Kedua, hasil haruslah relevan
dengan premis-premis yang ada. Ini berarti bahwa hasil harus memperhitungkan semua
informasi yang terkandung dalam premis-premis dan tidak menyimpang dari konteks
argumen. Ketiga, hasil haruslah jelas dan dapat dipahami. hasil yang dihasilkan dari logika
proposisional harus disampaikan secara jelas dan mudah dipahami oleh para penerima
argumen.
Hasil dalam logika proposisional dapat digunakan untuk mendukung atau membantah
suatu argumen. Hasil yang valid dan relevan dapat memberikan dukungan kuat bagi argumen
yang sedang dibahas, sementara hasil yang tidak valid atau tidak relevan dapat mengurangi
kekuatan argumen.
19
DAFTAR PUSTAKA
Epstein, Lee, and Gary King. "The rules of inference." The University of Chicago Law
Review (2002): 1-133.
Rybakov, Vladimir V. "Rules of inference with parameters for intuitionistic logic." The
Journal of symbolic logic 57.3 (1992): 912-923.
20