Anda di halaman 1dari 10

lO MoARcP SD| 33894102

MAKALAH
AHKAMUM MIM ASSAKINAH
Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah “TAJWID”
Dosen Pengampu Dedi Susanto S.Pd.I. MM.

Disusun Oleh: Farid Amrullah: 23.11.19.01.008

SEMESTER 1A
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM JURUSAN
TARBIYAH
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM (STAI) AL -HAUDL
KETAPANG TAHUN 2023
lO MoARcPSD| 33894102

KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-
Nya sehingga saya dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul Hukum Bacaan
Mim Mati atau Sukun.

Adapun tujuan dari penulisan dari makalah ini adalah untuk memenuhi tugas dari
Dr. H. Achmadih Rojalih, MA pada mata kuliah Al Qur’an Qira’at. Selain itu, makalah
ini juga bertujuan untuk menambah wawasan tentang pengunaan huruf Mim Mati atau
Sukun dalam pembacaan ayat Al Qur’an bagi para pembaca dan juga bagi penulis.

Saya mengucapkan terima kasih kepada Bapak Dedi Susanto S.Pd.I. MM selaku
dosen mata kuliah Tajwid yang telah memberikan tugas ini sehingga dapat menambah
pengetahuan dan wawasan. Saya juga mengucapkan terima kasih kepada Bapak yang
telah membagi sebagian pengetahuan sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini.
lO MoA RcPS D| 33894102

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Al-Qur’an adalah kalamullah yang diturunkan kepada Nabi Muhammad Saw melalui Malaikat
Jibril, sebagai mukjizat dan rahmat bagi alam semesta. Di dalamnya mengandung petunjuk, pedoman, dan
pelajaran bagi siapa yang mempercayainya serta mengamalkannya, sungguh mulianya Al-Qur’an sehingga
hanya dengan membaca saja sudah termasuk ibadah, apalagi dengan merenungkan makna yang tersimpan
di dalamnya. Bukan hanya itu, Al-Quran juga kitab suci terakhir yang diturunkan Allah Swt, yang isinya
mencakup segala pokok-pokok syariat yang terdapat dalam kitab-kitab suci yang diturunkan sebelumnya.
Karena itu, setiap orang yang mempercayai AlQuran, akan bertambah cinta kepadanya, cinta untuk
membacanya, untuk mempelajari dan memahaminya serta pula untuk mengamalkan dan mengajarkannya.
Oleh karena itu, seorang muslim dianjurkan membaca Al-Qur’an dan mengamalkan isi kandungannya
dalam kehidupan sehari-hari. Dalam hal membaca Al-Qur’an tentunya itu bukan hal yang biasa, karena
salah satu cara agar seseorang bisa membaca Al-Qur’an dengan baik adalah dengan mengetahui dan
menguasai ilmu tajwid dan ghorib sebagai bagian dari ulumul Qur’an yang perlu dipelajari.

Rumusan Masalah

1. Bagaimana cara membaca huruf bacaan saat bertemu mim mati/sukun?


2. Bagaimana posisi bibir saat mengucapkan huruf bacaan mim mati/sukun?
3. Apa yang dimaksud hukum bacaan mim mati?
4. Apa saja huruf-huruf mim mati/sukun?
5. Apa saja jenis bacaan huruf min mati/sukun?

Tujuan Masalah
Tujuan dibuatnya makalah ini adalah untuk mengetahui, mempelajari, dan menambah wawasan tentang
proses belajar Hukum Bacaan Huruf Tebal atau Tafkhim dalam Al Qur’an
BAB II
PEMBAHASAN
Hukum bcaan mim sukun merupakan aturan membaca mim mati saat bertemu dengan berbagai jenis huruf
hijaiyah.

Kenyataannya, cara membaca bisa berbeda-beda. Sebagai seorang muslim dan pembelajar al Qur’an.
Tentunya Anda wajib untuk menghafal kaidahnya sekaligus mengaplikasikan hukum bacaan tersebut.

Macam Hukum Mim Sukun

Terdapat 3 (tiga) macam hukum mim mati. Dimana ketiga tersebut memiliki kaidah yang berbeda dalam
.
cara membacanya. Anda perlu mengetahui dan memahami seluruh macamnya
Ikhfa Syafawi
Mungkin bagi Anda yang belum begitu akrab dengan bahasa Arab. Ikhfa itu memiliki makna
bahasa <menyamarkan=, sedangkan syafawi itu <bibir=.

Dlam ilmu tajwid, ikhfa syafawi merujuk pada keadaan dimana mim mati bertemu dengan hurub
ba’. Bila Anda menemukan bacaan tersebut, maka Anda harus menyamarkan pengucapan huruf
mim matinya. Samar bukan berarti dihilangkan, melainkan antara ada dan tiada. Sambil
menyamarkan bacaan min, Anda juga harus menahan bacaan tersebut sebanyak 2 harakat sekaligus
membaaca dengan ghunnah (dengung). Sekilas terlihat mirip dengan Iqlab cara membacanya,
namun sebenarnya tidak selalu begitu.

Dalam iqlab, semua ulama sepakat bahwa cara membacanya dengan merapatkan bibit. Hal tersebut
berbeda pada kasus ikhfa syafawi.

Dikalangan ahli tajwid, terdapat 2 (dua) madzhab penggunaan bibir saat membaca ikhfa ini, yakni:

• Mazhab yang membacanya dengan merapatkan bibir dengan ringan ketika membaca ikhfa
syafawi. Golongan ini diinisiasi oleh seorang ulama bernama Ibnu Ghalbun (wafat 399 H)
dalam kitab at Tazkirah fi al Qiraat ats Tsaman.
lO MoARcP SD| 33894102

• Mazhab yang membacanya dengan membuka sedikit lubang kecil antara kedua bibir saat
membaca mim mati. Aliran ini tokohnya adalah Syaikh Rizq Khalil Habbah (wafat 1425
H)

• Mana yang lebih kuat (rajih)?


• Paling ideal memang Anda mengkajinya sendiri, akan tetapi disekitar kita umumnya paling
banyak menggunakan madzhab merapatkan bibir atau kerap yang disebut cara furjah.

Idhgam Mimi/Mitslain
Dalam khazanah Arab, idgham memiliki arti memasukan. Sementara mitslain
memiliki arti yang sama atau huruf yang sama.
Secara istilah, hal tersebut merujuk pada keadaan dimana mim mati bertemu dengan
mim hidup.
Lain halnya saat membaca ikhfa syafawi yang mana menyamarkan bacaan
mim, saat membaca idgham mimi Anda malah jutru harus melafalkan min dengan
secara jelas. Bahkan saat membacanya selayaknya mentasyidi mim mati itu. Selain itu
juga, Anda perlu membacanya beserta menampakkan ghunnah Berikut .
Terkadang, ada beberapa orang yang keliru menyamakan idghom mitslain atau mini ini
dengan idgham mutamasilain. Padahal, kedua hukum bacan tersebut memiliki perbedaan
dalam beberapa faktor.

Setidaknya, ada dua perbedaan utamanya. Melihat dari segi pembeda


• Idgham mitslain hanya saat mim mati bertemu mim hidup
• Idgham mutamasilain terjadi saat huruf hijaiyah yang sama diluar mim mati bertemu
seperti ta sukun bertemu dengan ta hidup
Melihat dari segi panduan baca

• Idgham mitslain membaca dengan ghunnah atau berdengung


• Idghom mutamasilain membacanya tanpa menggunakan ghunnah atau biasa saja.

Namun terkadang, kesalahan umum dalam membaca al quran adalah kurang ditahan saat
membacanya. Saat hal tersebut dilakukan, maka akan seolah-olah antara idgham mitslain dan
mutamasialan cara membacanya menjadi sama.

Idzhar Syafawi
Hukum mim mati terakhir yaitu idzhar syafawi. Dalam bahasa Arab, idzhar memiliki arti
jelas, sedangkan syafawi memiliki arti bibir. Hukum idzhar syafawi dapat terjadi bila ada huruf
mim mati bertemu dengan huruf selain bad an mim hidup.
Bila saat membaca al quran Anda menjumpai hukum bacaan ini. Maka Anda cukup
membcanya dengan jelas persis sesuai dengan makhorijul hurufnya, tanpa dengung atau
menyamarkannnya.
lO MoARcP SD| 33894102

Orang orang kadang menyebut juga mim ini dengan sebutan mim sakinah. Hal penting yang perlu
Anda garis bawahi ketika membacanya antara lain:
· Kadang jika tak hati hati, kerap terdengar suara pantulan pada mim. Padahal, sebaiknya ini
Anda hindari.
· Memang, ketika mim mati bertemu dengan 26 huruf selain ba dan mim semuanya harus
dibaca jelas. Namun ada perhatian khusus pada kasus mimmati bertemu dengan huruf fa
atau wa. Membacanya harus lebih jelas lagi.
· Tentu saja meskipun banyak hurufnya, tapi idzhar ini mudah dihafal. Pasalnya, patokannya
hanya pengecualian dari huruf idgham mimi beserta ikhfa syafawi.

HUKUM MAD
Mad menurut istilah para Qurro’ ialah memanjangkan suaranya huruf mad. Huruf mad itu
ada 3 yaitu alif, waw dan ya’ dengan syarat harus mati dan jatuh setelah harokat yang munasabah:
waw setelah dhommah, ya’ setelah kasroh dan alif setelah fathah.27
Adapun mad itu ada 2 macam yaitu:
1. Mad Ashli/Mad Thobi’I (Panjang bunyi suaranya 2 harkat/2 detik)
Hukum bacaan disebut mad thobi’i apabila huruf yang dipanjangkan bunyi suaranya
berupa:

Alif mati sesudah huruf yang berbaris fathah ( ) Misalnya:

Wau mati sesuadah huruf yang berbaris dhommah


Misalnya:

Ya mati sesudah huruf yang berbaris kasroh


Misalnya:

Keterangan:
Harkat ialah gerakan bilangan atau ketukan irama yang sederhana cepatnya, dalam ruas
lagu/bunyi suara not musik. Maka 1 alif = 2 harkat panjang bunyi suaranya. Agar mudah
menghitungnya, maka lipatkan jari tangan satu persatu untuk setiap harkat. Mad Thobi’i tersebut
terdapat dalam berbagai surah, diantaranya:
Surah Al-Kahfi ayat 38:
dibaca pendek karena asalnya dibaca
Jadi yang berarti saya harus dibaca pendek:
Kecuali bila diwaqafkan/berhenti, maka dibaca panjang seperti
lO MoA RcP S D| 33894102

Alif tersebut bukan untuk mad, tetapi untuk menyatakan bahwa huruf WAUnya berbaris
fathah. Kalimat-kalimat tersebut harus dibaca pendek.1 Juga terdapat dalam surah dibawah ini.
1) Surah Ad Dahr ayat 4 dibaca

(Menurut Qiro’at Hafs dan Warasy) yaitu terdapat dalam kalimat berikut ini:

Dibaca demikian karena Alif yang terletak disana bukan untuk mad, tetapi untuk tempat
Hamzah (Jadi dibaca pendek, tidak panjang). Sedangkan kalimat berikut tidak dibaca panjang
bunyi suara “U” nya dan tidak jelas/samar bunyinya, karena Wau nya itu bukan untuk tanda
mad , tetapi sebagai tanda Hamzah yang berbaris dhommah.
2. Mad Far’i
Adapun mad far’I ini ada 13 macam yaitu:
1) Mad Wajib Muttashil
Berkata Imam Ibnul Jazariy Rohimahullah:
Yakni: Apabila huruf mad bertemu hamzah yang masih dalam satu kalimah maka
namanya mad wajib muttashil. 2 Cara membacanya dipanjangkan 5 harkat.

2) Mad Jaiz Munfashil


Mad Jaiz Munfashil yaitu huruf mad di satu kalimat bertemu dengan Hamzah di
kalimat berikutnya.3 Cara membacanya dipanjangkan 2 harkat , boleh 4 dan 6 harkat.
Misalnya

3. Mad ‘Aridl Lissukun


Apabila huruf mad bertemu sukun yang baru datang karena waqof, maka
namanya mad ‘aridl lisukun.4 Cara membaca suara dipanjangkan 2 harkat, 4 dan 6
harkat. Apabila kalimat tidak diwaqafkan/berhenti, maka tidak menjadi Mad ‘Aridl
Lissukun, tetapi menjadi Mad Thabi'i. Panjangnya 2 harkat.
Misalnya :
4. Mad Badal
Apabila ada hamzah berada pada sebelum huruf mad yang dalam satu kalimah,
maka namanya mad badal, terbaca panjang satu alif ( 2 harokat) menurut selain imam
Warsy (bacaan imam Warsy 1,2,3 alif). Bernama mad badal (pergantian) sebab mad
ini asalnya hamzah. Kaidahnya apabila ada hamzah dua berkumpul dalam satu
lO MoARcP SD| 33894102

kalimah dan yang sani mati maka yang sani harus diganti huruf mad yang mujanasah
dengan huruf sebelumnya, menjadi mad badal namanya.5
Misalnya :
Ya" dan "wau" itu sebagai pengganti/Badal daripada "Hamzah" yang dihilangkan.
Dan asalnya :

5. Mad Iwadl
Mad Iwadl yaitu apabila pada akhir kalimatnya/hurufnya bertanda saksi tanwin
"Fathatain" dan diwaqafkan/berhenti, maka dibaca panjang 2 harkat.6 Misalnya :

Kecuali kalimat yang huruf terakhirnya "TA' MARBUTHOH" yang bertanda saksi
Fathah/Fathatain, Dhommah/Dhomatain, Kasroh/Kasrotain. Apabila
diwaqafkan/berhenti tidak menjadi Mad-'Iwadl, tetapi "Ta' Marbutho" itu dibaca
"HA"

6. Mad Lazim Mutsaqqol Kalimi

Adapun Mad Lazim Mutsaqqol Kalimi yaitu Mad Thabi'i bertemu dengan huruf
yang bertasydid. Cara membacanya dipanjangkan 6 harkat.7 Misalnya :

7. Mad Lazim Mukhofaf Kalimi

Mad Lazim Mukhofaf Kalimi yaitu Mad Badal bertemu dengan huruf
bersukun/mati.
Cara membacanya dipanjangkan 6 harkat.35
Misalnya :
8. Mad Lazim Harfi Musyba'

Mad Lazim Harfi yaitu huruf-huruf yang ada pada permulaan dalam Al Qur'an.
Cara membacanya panjang bunyi suaranya 6 harkat.8 Dan
huruf tersebut ada 8 yaitu :
lO MoA RcPS D| 33894102

9. Mad Lazim Mukhofaf Harfi


Mad Lazim Mukhofaf Harfi yaitu huruf-huruf yang ada pada permulaan surat dalam
Al Qur'an. Cara membacanya dipanjangkan 2 harkat.9 Huruf Mad
Lazim Mukhofaf Harfi ada 5 yaitu :

Misalnya :
Keterangan : Dalam kalimat HAA-MIIM dan YAA -SIIN, maka HA'-Nya dibaca 2 harkat
dan mimnya dibaca 6 harkat. Demikian pula kalimat YAA-SIIN, maka YA'Nya dibaca 2
harkat dan Sin-nya dibaca 6 harkat.

10. Mad Layin


Mad Layin yaitu huruf Wau sukun/mati atau ya dan sesudahnya huruf yang berfathah,
kemudian huruf yang bertanda saksi hidup.
Mad Layin ini terjadi apabila diwaqafkan/berhenti, dan apabila membacanya tidak
diwaqafkan maka tidak menjadi Mad Layin/tidak panjang bunyi suara tersebut.
Cara membacanya bunyi suara dipanjangkan 2 s/d 6 harkat. 10 Misalnya :

11. Mad Shilah


Mad Shilah ada 2 macam yaitu :
1) Mad Shilah Qoshiiroh

Mad Shilah Qoshiiroh yaitu apabila ada HA' kata ganti orang/benda ketiga
berada sesudah huruf yang berharokat. Bertanda saksi Dhommah terbalik atau
Kasroh tegak. Cara membacanya dipanjangkan sampai 1 Alif atau 2 harokat atau
seperti panjang mad Thobi'i, demikian itu jika tidak didahului huruf mati/sukun
atau tidak dihubungkan dengan huruf lain berikutnya.11 Misalnya :
2) Mad Shilah Thowiilah

Adapun Mad Shilah Thowiilah yaitu bila Mad Shilah Qoshiiroh bertemu
dengan Hamzah. Karena HA' dhomir bertemu dengan huruf "Hamzah".
Panjang bunyi suaranya 2 harkat.12 Misalnya
12. Mad Far’i
Mad Far’i yaitu Mad Badal bertemu dengan huruf yang bertasydid dan untuk
membedakan antara kalimat istifham/pertanyaan (pokok kalimat) dan sebutan/berita.
lO MoARcP SD| 33894102

Cara membacanya bunyi suara dipanjangkan 6 harkat. 13 Misalnya :

13. Mad Tamkiin


Mad Tamkiin yaitu 2 huruf "YA" bertemu dalam satu kalimat, yang pertama bertanda
saksi Kasroh serta bertasydid dan yang kedua/YA' tersebut bertanda saksi sukun, dan berikut
nya huruf bertanda saksi hidup. Cara membacanya dipanjangkan 2 sampai 6 harkat.42
Misalnya :
BAB III PENUTUP
lO MoARcP SD| 33894102

3.1 Kesimpulan
Ahkamul Huruf merupakan bagian dari ilmu tajwid yang mempelajari tentang hukum
bacaan Al-Qur’an secara tepat dan benar. Ahkamul huruf artinya hukum hukum tertentu bagi
tiap-tiap huruf atau hubungan antara huruf. Dalam Ahkamul Huruf ini ada begitu banyak
pembagiannya, diantaranya :
1. Hukum Nun Sukun dan Tanwin
2. Hukum Mim dan Nun Bertasydid
3. Hukum Lam dan Ro
4. Lam Ta'rif
5. Hukum Mim sukun/Min mati
6. Qolqolah
7. Bacaan panjang (Mad)

3.2 Saran
Bacalah Al Qur'an dengan menggunakan ilmu tajwid dan dalam membacanya haruslah
Tartil tidak usah terlalu terburu-buru. Karena dapat merusak makna dari bacaan Al Quran.

DAFTAR PUSTAKA

Hanafi, Ust.2005. Pelajaran Tajwid Praktis dan Lengkap. Jakarta: Bintang Indonesia.
Maftuh Basthul birri, 2019. Tajwid Jazariyyah, Standar Bacaan Al-Qur’an, Kediri:
Madrasah Murottilil Qur’anil Karim, Pon. Pes. Lirboyo.
Sjafi’i, A. Mas’ud, 1967. Pelajaran Tajwid. Bandung: PT.MG. Semarang.

Sun Choirol Ummah, Marzuki, 2020. Dasar-Dasar Ilmu Tajwid, Yogyakarta:

DIVA Press

Anda mungkin juga menyukai