Anda di halaman 1dari 48

Referat

DEAD ON ARRIVAL

DISUSUN OLEH :

AUFAN RIZMUAFA, S.Ked

IBNU ALI ASYAKIR, S.Ked

MUHAMMAD IRFAN NIZAM, S.Ked

RIZKY AMANDA, S.Ked

PEMBIMBING :

Dr. Chunin Widyaningsih, MKM

KEPANITERAAN KLINIK SENIOR

BAGIAN ILMU KEDOKTERAN FORENSIK DAN MEDIKOLEGAL

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS RIAU

RUMAH SAKIT BHAYANGKARA PEKANBARU

2023
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, puji dan syukur penulis sampaikan ke hadirat Allah Subhanahu wa Ta’ala
atas segala limpahan rahmat dan karunia Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan referat ini, yang
berjudul “DEAD ON ARRIVAL” Penulisan referat ini dimaksudkan sebagai salah satu tugas dalam
masa kepaniteraan klinik Ilmu Kedokteran Forensik dan Studi Medikolegal Fakultas Kedokteran
Universitas Riau.

Penulis menyadari referat ini terlaksana berkat bantuan dan dukungan dari berbagai pihak.
Oleh karena itu, dengan segala kerendahan hati, penulis menyampaikan terima kasih yang sebesar-
besarnya, kepada :

1. dr. Chunin Widyaningsih, MKM selaku dosen pembimbing referat.


2. Seluruh staf Rumah Sakit Bhayangkara Pekanbaru.
3. Teman-teman kepaniteraan klinik senior bagian Ilmu Kedokteran Forensik
dan Studi Medikolegal Fakultas Kedokteran Universitas Riau.

Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam pelaksanaan dan


penyusunan referat ini. Saran dan kritik yang membangun sangat penulis harapkan demi
kesempurnaan referat ini. Semoga referat ini bisa bermanfaat bagi banyak pihak.

Pekanbaru, Oktober 2023

Penulis

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR................................................................................................................ii
DAFTAR ISI............................................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN...........................................................................................................1
BAB II TINJAUAN PUSTAKA.................................................................................................1
2.1 Definisi Death on Arrival..................................................................................................1
2.2 Kematian Mendadak........................................................................................................1
2.2.1 Definisi Kematian mendadak.....................................................................................1
2.2.2 Mekanisme Kematian Mendadak...............................................................................1
2.2.3 Penyebab Kematian Mendadak.................................................................................4
2.3 Aspek Medikolegal...........................................................................................................7
2.4 Pengelolaan Death on Arrival............................................................................................8
2.4.1 Pemeriksaan Luar.....................................................................................................9
2.4.2 Pemeriksaan Dalam.................................................................................................10
2.4.3 Pemeriksaan Penunjang..........................................................................................18
BAB III ILUSTRASI KASUS..................................................................................................40
3.1 Ilustrasi Kasus...............................................................................................................20
BAB IV PEMBAHASAN........................................................................................................25
4.1 Pembahasan teknik pembuatan Visum et Repertum.......................................................25
4.2 Temuan pada pemeriksaan luar pada kasus dead on arrival...........................................27
BAB V KESIMPULAN...........................................................................................................40
BAB VI PENUTUP.................................................................................................................41
DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................................42

iii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kasus kematian seseorang dalam perjalanan menuju sarana kesehatan atau yang biasa
dikenal dengan istilah dead on arrival sering ditemukan dalam praktik dokter sehari-hari.
Dead on arrival merupakan istilah yang digunakan pada pasien yang meninggal secara klinis
sebelum sampai di rumah sakit. Dalam menangani kasus kematian mendadak seorang dokter
harus mampu menentukan apakah kematian tersebut merupakan kematian wajar (natural
sudden death) atau kematian tidak wajar (unnatural sudden death) serta penyebab kematian
mendadak.

Beberapa penelitian menunjukan bahwa penyebab kematian mendadak terbanyak


disebabkan oleh penyakit sistem kardiovaskular yaitu sudden cardiac arrest atau sudden
cardiac death. Penentuan cara dan sebab kematian seseorang dapat menjadi penting terkait
dengan kepentingan hukum. Dead on arrival bukanlah diagnosis, melainkan hanya
keterangan kematian sementara saat diperiksa pertama kali oleh dokter.

Dead on arrival belum dapat dikatakan termasuk kematian mendadak sebelum


ditegakkan sebab kematian pastinya melalui hasil otopsi klinis atau otopsi forensik. prosedur
yang medikolegal pada kasus dead on arrival adalah untuk menentukan apakah termasuk
kematian wajar atau tidak wajar. Maka dari itu diperlukan pemahaman yang baik bagi
seorang dokter tentang materi dead on arrival sehingga bisa mempraktikan pemanfaatan ilmu
kedokteran untuk kepentingan hukum serta keadilan.

1.2 Rumusan Masalah

Rumusan masalah pada referat ini adalah bagaimana peran kedokteran forensik pada
kasus Dead on Arrival (DOA) di Indonesia.

1.3 Tujuan Penulisan

1.3.1 Tujuan Umm

Mengetahui dan memahami peran forensik dalam kasus Dead on Arrival.

1.3.2 Tujuan Khusus

1
2

a. Mengetahui temuan pada pemeriksaan luar dan dalam pada kasus Dead on
Arriva.l
b. Mengetahui kriteria dalam menentukan kasus Dead on Arriva.l

1.4 Manfaat Penelitian

1) Dapat menambahkan pengetahuan penulis mengenai Dead on Arrival.


2) Dapat menjadi salah satu sumber referensi yang berkaitan dengan kasus kedokteran
forensik tentang Dead on Arrival.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi Death on Arrival

Dead On Arrival (DOA) adalah sebuah kondisi yang digunakan untuk menjelaskan
kondisi pasien yang ditemukan telah meninggal secara klinis ketika datang ke tenaga
profesional, termasuk responder awal diantaranya polisi, paramedis, dan tenaga medis
kegawatdaruratan atau pasien yang datang ke Instalasi Gawat Darurat dalam keadaan
meninggal dunia tanpa upaya resusitasi. Kondisi dead on arrival ini sering dikaitkan dengan
terjadinya kematian yang mendadak (sudden death). Kematian mendadak adalah kematian
alamiah yang terjadi tanpa diduga dan tejadi secara mendadak. Kematian ini terjadi hanya
disebabkan oleh penyakit bukan akibat trauma atau racun.1

2.2 Kematian Mendadak

2.2.1 Definisi Kematian mendadak

Menurut world Health Organization (WHO) yang dimaksud dengan kematian


mendadak yaitu suatu proses kematian yang terjadi dalam 24 jam semenjak gejala-gejala
timbul.2

2.2.2 Mekanisme Kematian Mendadak

1) Natural Sudden Death

Terminologi kematian mendadak dibatasi pada suatu kematian alamiah yang terjadi
tanpa diduga dan terjadi secara mendadak, mensinonimkan kematian mendadak dengan
terminologi ”sudden natural unexpected death”. Kematian alamiah di sini berarti kematian
hanya disebabkan oleh penyakit bukan akibat trauma atau racun .6

Kematian alamiah dapat dibagi menjadi dua kategori besar yaitu:6

1. Kematian yang terjadi dimana ada saksi mata dan keadaan dimana faktor fisik dan
emosi mungkin memainkan peran, juga dapat terjadi saat aktivitas fisik, dimana cara
mati dapat lebih mudah diterangkan atau kematian tersebut terjadi selama
perawatan/pengobatan yang dilakukan oleh dokter (attendaned physician).

3
4

2. Keadaan dimana mayat ditemukan dalam keadaan yang lebih mencurigakan seringnya
diakibatkan TKP nya atau pada saat orang tersebut meninggal tidak dalam perawatan
atau pengobatan dokter (unattendaned physician), terdapat kemungkinan hadirnya
saksi-saksi yang mungkin ikut bertanggung jawab terhadap terjadinya kematian.

Pada kematian alamiah kategori pertama, kematian alamiah dapat dengan lebih
mudah ditegakkan, dan kepentingan dilakukannya autopsi menjadi lebih kecil. Pada kematian
alamiah kategori kedua, sebab kematian harus benar-benar ditentukan agar cara kematian
dapat ditentukan dan kematian alamiah dan tidak wajar sedapat mungkin ditentukan dengan
cara apakah kekerasan atau racun ikut berperan dalam menyebabkan kematian.

Pada kematian alamiah kategori kedua, karena keadaan yang lebih mencurigakan,
polisi akan mengadakan penyidikan dan membuat surat permintaan visum et repertum. Pada
keadaan ini hasil pemeriksaan akan dituangkan dalam visum et repertum, dan persetujuan
keluarga akan menjadi prioritas yang lebih rendah dari kepentingan penegakan hukum.

Pada kematian mendadak alamiah, penyebab paling banyak yaitu ditemukan pada
sistem kardiovaskuler, walaupun tidak semua lesinya ditemukan pada jantung dan pembuluh
darah besar. Sebagai contoh antara lain, perdarahan otak masif, perdarahan subarachnoid,
kehamilan ektopik terganggu, hemoptisis, hematemesis dan emboli paru, dapat menyertai
penyakit jantung dan aneurisma aorta dalam menyebabkan kematian mendadak.6

2) Unnatural Sudden Death

Dikatakan meninggal tidak wajar apabila disebabkan oleh perlukaan akibat


pembunuhan, bunuh diri, atau kecelakaan.

2.2.3 Penyebab Kematian Mendadak

Penyebab kematian mendadak dapat diklasifikasikan menurut sistem tubuh, yaitu


sistem susunan saraf pusat, sistem kardiovaskular, sistem pernapasan, sistem gastrointestinal,
sistem hemopoietik, dan sistem endokrin.7

1. Sistem Kardiovaskular

Penyakit jantung (sudden cardiac death) merupakan 60% dari keseluruhan kasus
penyebab kematian mendadak. Sudden cardiac death adalah kematian tidak terduga karena
penyakit jantung yang didahului dengan atau tanpa gejala yang terjadi 1 jam sebelumnya. 8
5

Sudden cardiac death merupakan 91% dari semua kasus terbanyak pada kematian
mendadak.9 Pada penyakit kardiovaskular lebih dari 50% adalah penyakit jantung iskemik
akibat sklerosis koroner yang dapat mengakibatkan kematian mendadak.10 Sklerosis koroner
dapat dipengaruhi oleh berbagai faktor, seperti makanan berlemak, kebiasaan merokok,
diabetes melitus, stress psikis, hipertensi. Adanya sklerosis dengan lumen yang menyempit
hingga pin point sudah cukup untuk menegakkan diagnosis iskemik karena tidak semua
kematian pembuluh darah koroner disertai kelainan pada otot jantung. Sumbatan pada
pembuluh darah koroner merupakan awal dari munculnya berbagai penyakit kardiovaskular
yang dapat menyebabkan fibrilasi ventrikel, infark miokard, dan kematian.10

2. Sistem Respirasi

Kematian biasanya dapat melalui mekanisme perdarahan dan asfiksia. Perdarahan


dapat terjadi pada tuberkulosis paru, kanker paru, bronkiektasis, abses paru. Sedangkan
asfiksia dapat terjadi pada pneumonia, spasme pada saluran pernapasan, asma, penyakit paru
obstruktif kronis, aspirasi darah atau tersedak.10

3. Sistem Saraf Pusat

Masalah mati mendadak yang berhubungan dengan penyakit system saraf pusat
biasanya akibat dari perdarahan yang dapat terjadi pada subarachnoid atau intraserebral.
Perdarahan subarachnoid berhubungan dengan ruptur aneurisma. Pada umumnya, ruptur
terjadi karena adanya kelainan kongenital pada dinding pembuluh darah. Pada dewasa muda,
kematian mendadak karena adanya kelainan pada sistem saraf pusat akibat pecahnya
aneurisma serebri yang masih dapat diketahui lokasinya bila pemeriksaan pembuluh darah
otak dilakukan dengan teliti.7

Perdarahan subarachnoid dapat menyebabkan kolaps mendadak dan kematian yang


cepat. Tanda-tanda yang dapat muncul seperti sakit kepala, kaku kuduk beberapa hari atau
minggu sebelum ruptur yang mematikan tersebut. Pada otopsi ditemukan daerah perdarahan
pada bagian bawah otak. Kematian yang berkaitan dengan fungsi otak adalah kekacauan dari
batang otak dalam mengatur jantung dan pernapasan.7

Stroke adalah suatu sindroma akibat lesi vaskular regioner yang terjadi di daerah
batang otak, daerah subkortikal maupun kortikal. Lesi vaskuler tersebut dapat terjadi
tersumbatnya pembuluh darah (stroke iskemik) maupun pecahnya pembuluh darah (stroke
hemoragik).11
6

4. Sistem Pencernaan

Kematian dapat cepat terjadi pada kasus perdarahan akibat gastritis kronis atau ulkus
duodeni. Kematian mendadak juga dapat disebabkan oleh varises esofagus. Varises esofagus
sering merupakan komplikasi dari sirosis hepatis. Mekanisme terjadinya akibat dari
hipertensi portal yang disebabkan oleh kelainan intrahepar (virus hepatitis, sirosis bilier,
tumor primer maupun metastasis hepar, trombosis vena hepatika) menyebabkan sirkulasi
portal dalam hepar terbendung, sehingga tidak lancar. Sebagai kompensasinya, aliran portal
akan melalui pembuluh vena lain untuk masuk ke sirkulasi darah. Varises esofagus dapat
pecah, sehingga terjadi perdarahan ke dalam gastrointestinal.7

Ulkus peptikum dapat menyebabkan kematian mendadak. Lokasi usus mulai dari
bawah esofagus, lambung, dan duodenum bagian atas. Komplikasi pada ulkus peptikum yang
sering terjadi adalah perdarahan, perforasi, dan obstruksi. Jika perdarahan pada ulkus
peptikum banyak, maka akan menimbulkan hematemesis dan melena. Luka pada daerah
lambung lebih sering menyebabkan hematemesis, sedangkan luka pada duodenum akan
menyebabkan melena. Hematemesis dan melena sendiri akan memicu timbulnya syok
hipovolemik dan dapat berujung kematian.8

5. Sistem Hematopoietik

Ruptur dari limpa dapat menyebabkan kolaps dan mati mendadak. Ruptur limpa
dengan cepat dapat terjadi karena ruptur secara spontan atau akibat trauma. Hal ini terjadi
jika limpa terlibat dalam berbagai penyakit yang cukup berat, yaitu leukemia, malaria,
hemofilia.7

6. Sistem Endokrin

Penyakit pada sistem endokrin jarang berhubungan dengan kematian mendadak. Jika
ada, biasanya berhubungan dengan organ lain. Kelenjar endokrin pada pankreas jarang
berhubungan dengan kematian mendadak. Hipoglikemi merupakan sebab kematian yang
dapat terjadi karena tumor pankreas atau overdosis pemberian insulin. Pada hiperfungsi
maupun hipofungsi tiroid dapat menyebabkan mati mendadak karena efeknya terhadap
jantung. Pada pasien tirotoksikosis 50% mati mendadak dan tidak terduga tanpa adanya
kelainan infark miokard atau emboli pulmo. Perdarahan yang besar pada adenoma tiroid
dapat menyebabkan mati mendadak karena sumbatan akut dari trakea.7
7

2.3 Aspek Medikolegal

Pelaku pembunuhan akan melakukan suatu tindakan kejahatan dengan bersih yaitu
tanpa diketahui oleh keluarga, masyarakat dan pihak penyidik (polisi). Salah satu bentuk
modus pembunuhan dapat berupa kecelakaan atau meninggal diperjalanan ketika menuju
kerumah sakit (dead on arrival) dimana sebelumnya korban mengalami serangan suatu
penyakit (natural sudden death) atau modus lainya.12

Dokter sebagai seseorang yang ahli mempunyai kewenangan untuk memberikan surat
keterangan kematian harus bersikap sangat hati-hati dalam mengeluarkan dan
menandatangani surat kematian pada kasus kematian mendadak (sudden death) karena
dikhawatirkan kematian tersebut setelah diselidiki oleh pihak penyidik merupakan kematian
yang terjadi akibat suatu tindak pidana. Kesalahan prosedur atau kecerobohan yang dokter
lakukan dapat mengakibatkan dokter yang membuat dan menandatangani surat kematian
tersebut dapat terkena sangsi hukuman pidana.1 Maka dari itu ada beberapa prinsip yang
harus diketahui oleh dokter berhubungan dengan kematian mendadak akibat penyakit yaitu: 13

a. Apakah pada pemeriksaan luar jenazah terdapat adanya tanda-tanda kekerasan yang

jelas dan dapat diprediksi menyebabkan kematian?

b. Apakah pada pemeriksaan luar terdapat adanya tanda-tanda yang mengarah pada keracunan?

c. Apakah almarhum merupakan pasien yang rutin datang berobat ke tempat praktek atau
poliklinik di rumah sakit?

d. Apakah almarhum mempunyai penyakit kronis tetapi bukan merupakan penyakit tersering
penyebab natural sudden death?

Pada tahap medikolegal, setelah dipastikan penyebab kematian, pada kematian wajar
dokter akan menerbitkan surat kematian dan pada kematian tidak wajar dokter melaporkan
kepada polisi, polisi akan membuat Surat Pembuatan Visum (SPV) dan sebagai dokter
berkewajiban membuat VeR berdasarkan Pasal 133 KUHAP ayat 1 yaitu “Dalam hal
penyidik untuk kepentingan peradilan menangani seorang korban baik luka, keracunan
ataupun mati yang diduga karena peristiwa yang merupakan tindak pidana, ia berwenang
mengajukan permintaan keterangan ahli kepada ahli kedokteran kehakiman atau dokter dan
atau ahli lainnya”. Serta ayat 2 “Permintaan keterangan ahli sebagaimana dimaksud dalam
8

ayat (1) dilakukan secara tertulis, yang dalam surat itu disebutkan dengan tegas untuk
pemeriksaan luka atau pemeriksaan mayat dan atau pemeriksaan bedah mayat”. Permintaan
tersebut dilanjutkan dengan pasal 179 KUHAP ayat 1 yaitu “Setiap orang yang diminta
pendapatnya sebagai ahli kedokteran kehakirnan atau dokter atau ahli lainnya wajib
memberikan keterangan ahli demi keadilan”.13,14

Untuk meminimalisirkan dan mengetahui sejauh mana perjalanan penyakit atau


keadaan korban yang menyebabkan meninggal, dokter dapat melakukan pembadahan untuk
meneggakan diagnosis dan sesuai pada pasal 199 KUHAP ayat 2 “bedah mayat klinis
sebagaimana dimaksud pada ayat ditujukan untuk menegakkan diagnosis dan atau
menyimpulkan penyebab kematian”. Lalu dilanjutkan dengan pasal 121 KUHAP ayat 1
“Bedah mayat klinis dan bedah mayat anatomis hanya dapat dilakukan oleh dokter sesuai
dengan keahlian dan kewenangannya” dan ayat 2 yaitu “Dalam hal pada saat melakukan
bedah mayat klinis dan bedah mayat anatomis ditemukan adanya dugaan tindak pidana,
tenaga kesehatan wajib melaporkan kepada penyidik sesuai dengan peraturan perundang-
undangan”.14

2.4 Pengelolaan Death on Arrival

Penetapan Dead on Arrival (DOA) dilakukan dengan menggunakan pemeriksaan


dokter yaitu indicator GCS. Setelah dilakukan GCS, namun tidak bereaksi dilakukan
pemeriksaan pupil.

Sebuah kematian mendadak dapat mungkin dilaporkan kepada dokter umum dan hal
pertama yang paling penting untuk memastikan dan menentukan apakah kematian termasuk
wajar atau tidak wajar. Ketika mendapatkan pasien dengan kematian mendadak, hal pertama
yang dilakukan adalah mencari tau mengenai identitas korban, identifikasi mengenai riwayat
penyakit terdahulu, bukti-bukti penyakit jantung atau penyakit serius lalu menanyakan
kronologis meninggalnya pasien. Kemudian dokter umum memeriksa tanda-tanda pasti
kematian, seperti lebam mayat, kaku mayat, dan penurunan suhu tubuh. Namun, perlu
dipertimbangkan mengenai kemungkinan kematian tidak wajar. Sehingga tubuh pasien
dijauhkan dari manipulasi berlebihan karena bila pasien telah dicurigai sebagai korban
kematian yang tidak wajar, tempat ditemukannya korban dapat menjadi tempat kejadian
perkara. Selain itu, perlu diperhatikan barang-barang yang dibawa atau berada pasien, seperti
botol obat kosong, surat yang ditulis oleh korban sebelum kematian, dan sejenisnya. Dokter
9

umum harus dapat menentukan waktu kematian pasti. Waktu kematian dapat diperkirakan
berdasarkan kaku mayat, lebam mayat, dan penurunan suhu tubuh. Bila didapatkan
kecurigaan kematian yang tidak wajar, dokter wajib menginformasikan kepada keluarga dan
pihak yang berwajib. Setelah itu, pihak yang berwajib akan mengirimkan surat permintaan
visum dan dokter harus dapat meyakinkan keluarga korban agar dapat dilakukan pemeriksaan
forensik.15

Pada kasus kematian mendadak, autopsi dan pemeriksaan histopatologi merupakan


suatu keharusan. Sampel diambil dari semua organ yang dianggap terlibat dengan perjalanan
penyakit hingga menyebabkan kematian, juga kelainan pada organ yang tampak secara
makroskopik, walau mungkin kelainan tersebut tidak berhubungan langsung dengan
penyebab kematian. Setiap jenis organ dimasukkan pada wadahnya sendiri, menghindari bias
pembacaan mikroskopik. Eksisi sampel organ haruslah mencakup daerah yang normal dan
daerah yang kita curigai secara mikroskopik terjadi proses patologi. Informasi mengenai
temuan-temuan pada autopsi perlu disertakan dalam permintaan pemeriksaan histopatologi.
Sedangkan pada unnatural sudden death selain dilakukan autopsi forensik, dilakukan juga
pemeriksaan penunjang, seperti pemeriksaan laboratorium dan toksikologi.15

Pemeriksaan luar pada kasus curiga doa dilakukan pemeriksaan dengan menggunakan
indicator GCS

2.4.1 Pemeriksaan Luar

1. Pakaian

Pakaian mayat dicatat dengan teliti meliputi bahan, warna dasar, warna, corak atau
motif, bentuk atau model, ukuran, dan merek. Indentifikasi bila ada pengotoran atau robekan
dan bila ditemukan saku maka harus diperiksa isinya.4

2.Tanda-tanda Kematian

a. lebam mayat: lebam mayat dapat digunakan sebagai tanda pasti kematian yaitu
memperkirakan sebab kematian, misalnya lebam warna merah terang pada keracunan CO
atau CN, warna kecoklatan pada keracunan aniline, nitrit, nitrat, sulvonal; mengetahui
perubahan posisi mayat yang dilakukan setelah terjadinya lebam mayat yang menetap; dan
memperkiraan saat kematian.10
10

b. kaku mayat: dapat dipergunakan untuk menunjukkan tanda kematian dan memperkirakan
saat kematian. Kaku mayat dibuktikan dengan memeriksa persendian dan mulai tampak kira-
kira 2 jam setelah mati klinis, dimulai dari bagian luar tubuh (otot-otot kecil) ke arah dalam. 10

c. penurunan suhu tubuh: kecepatan penurunan suhu tubuh dipengaruhi oleh suhu keliling,
aliran dan kelembaban udara, bentuk tubuh, posisi tubuh dan pakaian. Selain itu suhu saat
mati perlu diketahui untuk perhitungan perkiraan saat kematian.10

2.4.2 Pemeriksaan Dalam

1. Pemeriksaan Lidah

Pada permukaan lidah, perhatikan adanya kelainan bekas gigitan baru atau lama.
Bekas gigitan yang berulang dapat ditemukan pada penderita epilepsi. Bekas gigitan ini dapat
pula terlihat pada penampang lidah. Pengirisan lidah sebaiknya tidak sampai teriris putus,
agar setelah selesai autopsi, mayat masih tampak berlidah utuh.

2. Pemeriksaan Tonsil

Perhatikan permukaan maupun penampang tonsil, adakah selaput, gambaran infeksi,


nanah dan sebagainya. Ditemukannya tonsilektomi kadang-kadang membantu dalam
identifikasi.

3. Pemeriksaan Kelenjar Gondok

Untuk melihat kelenjar gondok dengan baik, otot-otot leher terlebih dahulu dilepaskan
dari perlekatannya di sebelah belakang. Dengan pinset bergigi pada tangan kiri, ujung bawah
otot-otat leher dijepit dan sedikit diangkat, dengan gunting pada tangan kanan, otot leher
dibebaskan dari bagian posterior. Setelah otot leher ini terangkat, maka kelenjar gondok akan
tampak jelas dan dapat dilepaskan dari perlekatannya pada rawan gondok dan trakea.
Perhatikan ukuran dan beratnya. Periksa apakah permukaannya rata, catat warnanya, adakah
perdarahan berbintik atau resapan darah. Lakukan pengikisan di bagian lateral pada kedua
baga kelenjar gondok dan catat perangai penampang kelenjar ini.

4. Pemeriksaan Kerongkongan (Esofagus)

Esofagus dibuka dengan jalan menggunting sepanjang dinding belakang. Perhatikan


adanya benda-benda asing, keadaan selaput lendir serta kelainan yang mungkin ditemukan
11

(misalnya striktura, varises). Setelah selesai diperiksa, esofagus dilepaskan dari


perlekatannya dengan batang tenggorok mulai dari arah bawah.

5. Pemeriksaan Batang Tenggorok (Trakea)

Pemeriksaan dimulai pada mulut atas batang tenggorok, dimulai pada epiglotis.
Perhatikan adakah edema, benda, asing, perdarahan dan kelainan lain. Perhatikan pula pita
suata dan kotak suara. Pembukaan trakea dilakukan dengan melakukan pengguntingan
dinding belakang (bagian jaringan ikat pada cincin trakea) sampai mencapai cabang bronkus
kanan dan kiri. Perhatikan adanya benda asing, busa, darah, serta keadaan selaput lendirnya.

6. Pemeriksaan Tulang Lidah, Rawan Gondok (Kartilago Tiroidea), dan Rawan Cincin
(Kartilago Krikoidea)

Tulang lidah kadang-kadang ditemukan patah unilateral pada kasus pencekikan.


Tulang lidah terlebih dahulu dilepaskan dari jaringan sekitarnya dengan menggunakan pinset
dan gunting. Perhatikan adanya patah tulang, resapan darah. Rawan gondok dan rawan cincin
seringkali juga menunjukkan resapan darah pada kasus dengan kekerasan pada daerah leher
(pencekikan, penjeratan, gantung).

7. Pemeriksaan Arteri Karotis Interna

Arteri karotis komunis dan interna biasanya tertinggal melekat pada pemukaan depan
ruas tulang leher. Perhatikan adanya tanda kekerasan pada sekitar arteri ini. Buka pula arteri
ini, dengan menggunting dinding depannya dan perhatikan keadaan intima. Bila kekerasan
pada daerah leher mengenai arteri ini, kadang-kadang dapat ditemukan kerusakan pada
intima, di samping terdapatnya resapan darah pada permukaan luar arteri.

8. Pemeriksaan Kelenjar Kacangan (Timus)

Kelenjar kacang biasanya telah berganti menjadi thymic fat body pada orang dewasa,
namun kadang-kadang masih dapat ditemukan (status thymicolymphaticus). Kelenjar
kacangan melekat di permukaan depan kandung jantung. Pada permukaannya perhatikan
akan adanya perdarahan berbintik serta kemungkinan adanya kelainan lain.

9. Pemeriksaan Paru-Paru

Kedua paru masing-masing diperiksa tersendiri. Tentukan permukaan paru-paru. Pada


paru-paru yang mengalami emfisema, dapat ditemukan cekungan bekas penekanan iga.
12

Perhatikan warnanya, serta adanya bintik perdarahan atau bercak perdarahan akibat aspirasi
darah ke dalam alveoli (tampak pada permukaan paru-paru sebagai bercak berwama merah-
hitam dengan batas tegas), resapan darah, luka, buih, dan sebagainya. Perabaan paru-paru
yang normal terasa seperti meraba spons/karet busa. Pada paru-paru dengan proses
peradangan, perabaan dapat menjadi padat atau keras. Penampang paru-paru diperiksa setelah
melakukan pengirisan paru-paru yang dimulai dari apeks sampai ke basal, dengan tangan kiri
memegang paru-paru pada daerah hilus. Pada penampang paru ditentukan wamanya serta
dicatat kelainan yang mungkin ditemukan.

10. Pemeriksaan Jantung

Jantung dilepaskan dari pembuluh darah besar yang keluar/masuk ke jantung dengan
jalan memegang apeks jantung dan dengan kepalan tinju kanan mayat. Perhatikan akan
adanya resapan darah, luka atau bintik-bintik perdarahan. Pada autopsi jantung, ikuti
sistematika pemotongan dinding jantung yang dilakukan dengan ‘mengikuti’ aliran darah di
dalam jantung. Pertama-tama jantung diletakkan dengan permukaan ventral menghadap ke
atas. Posisi ini dipertahankan terus sampai autopsi jantung selesai. Vena kava superior dan
inferior dibuka dengan jalan menggunting dinding belakang vena-vena tersebut. Dengan
gunting buka pula aurikel kanan. Perhatikan akan adanya kelainan baik pada aurikel kanan
maupun atrium kanan. Dengan pisau panjang, masuki bilik jantung kanan sampai ujung pisau
menembus apeks di sisi kanan septum dengan mata pisau mengarah ke lateral, lakukan irisan
menembus tebal otot dinding sebelah kanan. Dengan demikian, rongga bilik jantung sebelah
kanan dapat terlihat.

Lakukan pengukuran lingkaran katup trikuspidal serta memeriksa keadaan katup,


apakah terdapat penebalan, benjolan atau kelaman lain. Tebal dinding bilik kanan diukur
dengan terlebih dahulu membuat irisan tegak lurus pada dinding belakang bilik kanan ini, 1
sentimeter di bawah katup. Irisan pada dinding depan bilik kanan dilakukan menggunakan
gunting, mulai dari apeks, menyusuri septum pada jarak setengah sentimeter, ke arah atas
menggunting dinding depan arteria pulmonalis dan memotong katup semilunaris pulmonal.
Katup diukur lingkarannya dan keadaan daun katupnya dinilai. Pembukaan serambi dan bilik
kiri dimulai dengan pengguntingan dinding belakang vv. pulmonales, yang disusul dengan
pembukaan aurikel kiri.

Dengan pisau panjang, apeks jantung sebelah kiri dari septum ditusuk, lalu diiris ke
arah lateral sehingga bilik kiri terbuka. Lakukan pengukuran lingkaran katup mitral serta
13

perulaian terhadap keadaan katup. Tebal otot jantung sebelah kiri diukur pada irisan tegak
yang dibuat 1 sentimeter di sebelah bawah katup pada dinding belakang. Dengan gunting,
dinding depan bilik kiri dipotong menyusun septum pada jarak ½ sentimeter, terus ke arah
atas, membuka juga dinding depan aorta dan memotong katup semilunaris aorta. Lingkaran
katup diukur dan daun katup dinilai. Pada daerah katup semilunaris aorta dapat ditemukan
dua muara a. koronaria, kiri dan kanan. Untuk memeriksa keadaan a. koronaria sama sekali
tidak boleh menggunakan sonde, karena ini akan dapat mendorong trombus yang mungkin
terdapat.

Pemeriksaan nadi jantung ini dilakukan dengan membuat irisan melintang sepanjang
jalannya pembuluh darah. A. koronaria kiri berjalan di sisi depan septum, dan a.koronaria
kanan ke luar dari dinding pangkal aorta ke arah belakang. Pada penampang irisan
diperhatikan tebal dinding arteri, keadaan lumen serta kemungkinan terdapatnya trombus.
Septum jantung dibelah untuk melihat kelainan otot, baik merupakan kelainan yaug bersifat
degeneratif maupun kelainan bawaan.

Nilai pengukuran pada jantung normal orang dewasa adalah sebagai berikut: ukuran
jantung sebesar kepalan tangan kanan mayat, berat sebesar 300 gram, ukuran lingkaran katup
serambi bilik kanan sekitar 11 cm, yang kiri sekitar 9,5 cm, lingkaran katup pulmonal sekitar
7 cm dan aorta sekitar 6,5 cm. Tebal otot bilik kanan 3-5 mm sedangkan yang kiri sekitar 14
mm.

11. Pemeriksaan Aorta Torakalis

Pengguntingan pada dinding belakang aorta torakalis dapat memperlihatkan


permukaan dalam aorta. Perhatikan kemungkinan terdapatnya deposit kapur, ateroma atau
pembentukan aneurisma. Kadang-kadang pada aorta dapat ditemukan tanda kekerasan
merupakan resapan darah atau luka. Pada kasus kematian bunuh diri dengan jalan
menjatuhkan diri dari tempat yang tinggi, bila korban mendarat dengan kedua kaki terlebih
dahulu, seringkali ditemukan robekan melintang pada aorta torakalis.

12. Pemeriksaan Aorta Abdominalis

Organ perut dan panggul diletakkan di atas meja potong dengan permukaan belakang
menghadap ke atas. Aorta abdominalis digunting dinding belakangnya mulai dari tempat
percabangan a. iliaka komunis kanan dan kiri. Perhatikan dinding aorta terhadap adanya
penimbunan perkapuran atau ateroma. Perhatikan pula muara dari pembuluh nadi yang
14

keluar dari aorta abdominalis ini, terutama muara a. renalis kanan dan kiri. Mulai pada
muaranya, a. renalis kanan dan kiri dibuka sampai memasuki ginjal. Perhatikan apakah
terdapat kelainan penyempitan dinding pembuluh darah yang mungkin merupakan dasar
dideritanya hipertensi renal oleh yang bersangkutan.

13. Pemeriksaan Anak Ginjal (Kelenjar Suprarenalis)

Kedua anak ginjal harus dicari terlebih dahulu sebelum dilakukan pemeriksaan lanjut
pada bloc alat rongga perut dan panggul. Hal ini perlu mendapat perhatian, karena bila telah
dilakukan pemeriksaan atau telah dilakukan pemisahan alat rongga perut dan panggul, anak
ginjal sukar ditemukan. Anak ginjal kanan terletak di bagian mediokranial dari kutub atas
ginjal kanan, tertutup oleh jaringan lemak, berada antara permukaan belakang hati dan
permukaan bawah diafragma. Untuk menemukan anak ginjal sebelah kanan ini, pertama-
tama digunting otot diafragma sebelah kanan.

Pada tempat yang disebutkan di atas, lepaskan dengan pinset dan gunting jaringan
lemak yang terdapat dan akan tampak anak ginjal yang berwarna kuning kecoklat-coklatan,
berbentuk trapesium dan tipis. Anak ginjal kemudian dibebaskan dari jaringan sekitamya dan
diperiksa terhadap kemungkinan terdapatnya kelainan ukuran, resapan darah dan sebagainya.

Anak ginjal kiri terletak di bagian mediokranial kiri kutub atas ginjal kiri, juga
tertutup dalam jaringan lemak, terletak antara ekor kelenjar liur perut (pankreas) dan
diafragma. Dengan cara yang sama seperti pada pengeluaran anak ginjal kanan, anak ginjal
kiri yang berbentuk bulan sabit tipis dapat dilepaskan untuk dilakukan pemeriksaan dengan
seksama. Pada anak ginjal yang normal, pengguntingan anak ginjal akan memberikan
penampang dengan bagian korteks dan medula yang tampak jelas.

14. Pemeriksaan Ginjal, Ureter, dan Kandung Kencing

Kedua ginjal masing diliputi oleh jaringan lemak yang dikenal sebagai kapsula
adiposa ginjal. Adanya trauma yang mengenai daerah ginjal seringkali menyebabkan resapan
darah pada kapsul ini. Dengan melakukan pengirisan di bagian lateral kapsula, ginjal dapat
dibebaskan.

Untuk pemeriksaan lebih lanjut, ginjal digenggam pada tangan kiri dengan pelvis
ginjal dan ureter terletak antara telunjuk dan jari tengah. Irisan pada ginjal dibuat dari arah
lateral ke medial, diusahakan tepat di bidang tengah sehingga penampang akan melewati
15

pelvis ginjal. Pada tepi insan, dengan menggunakan pinset bergigi, simpai ginjal dapat di
”cubit” dan kemudian dikupas secara tumpul. Pada ginjal yang normal, hal ini dapat
dilakukan dengan mudah. Pada ginjal yang mengalami peradangan, simpai ginjal mungkin
akan melekat erat dan sulit dilepaskan. Setelah simpai ginjal dilepaskan, lakukan terlebih
dahulu pemeriksaan terhadap permukaan ginjal. Adakah kelainan berupa resapan darah, luka-
luka ataupun kista-kista retensi.

Pada penampang ginjal, perhatikan gambaran korteks dan medula ginjal. Juga
perhatikan pelvis ginjal akan kemungkinan terdapatnya batu ginjal, tanda peradangan, nanah
dan sebagainya. Ureter dibuka dengan meneruskan pembukaan pada pelvis ginjal, terus
mencapai vesika urinaria. Perhatikan kemungkinan terdapatnya batu, ukuran penampang, isi
saluran serta keadaan mukosa. Kandung kencing dibuka dengan jalan menggunting dinding
depannya mengikuti bentuk huruf T. Perhatikan isi serta selaput lendirnya.

15. Pemeriksaan Hati dan Kandung Empedu

Pemeriksaan dilakukan terhadap permukaan hati, yang pada keadan biasa


menunjukkan permukaan yang rata dan licin, berwarna merah-coklat. Kadangkala pada
permukaan hati dapat ditemukan kelainan berupa jaringan ikat, kista kecil, permukaan yang
berbenjol-benjol, bahkan abses.

Pada perabaan, hati normal memberikan perabaan yang kenyal. Tepi hati biasanya
tajam. Untuk memeriksa penampang, buatlah 2 atau 3 irisan yang melintang pada punggung
hati sehingga dapat terlihat sekaligus baik bagian kanan maupun kiri. Hati yang normal
menunjukkan penampang yang jelas gambaran hatinya. Pada hati yang telah lama mengalami
perbendungan dapat ditemukan gambaran hati pala.

Pada kandung empedu diperiksa ukurannya serta diraba akan kemungkinan


terdapatnya batu empedu. Untuk mengetahui ada tidaknya sumbatan pada saluran empedu,
dapat dilakukan pemeriksaan dengan jalan menekan kandung empedu ini sambil
memperhatikan muaranya pada duodenum (papilla Vateri). Bila tampak cairan coklat hijau
keluar dari muara tersebut, ini menandakan saluran empedu tidak tersumbat. Kandung
empedu kemudian dibuka dengan gunting untuk memperlihatkan selaput lendirnya yang
seperti beludru berwarna hijau-kuning.

16. Pemeriksaan Limpa dan Kelenjar Getah Bening


16

Limpa dilepaskan dari sekitarnya. Limpa yang normal menunjukkan permukaan yang
berkeriput, berwama ungu dengan perabaan lunak kenyal. Buatlah irisan penampang limpa,
limpa normal mempunyai gambaran limpa yang jelas, berwama coklat-merah dan bila dikikis
dengan punggung pisau, akan ikut jaringan limpa. Jangan lupa mencatat ukuran dan berat
limpa. Catat pula bila ditemukan kelenjar getah bening regional yang membesar.

17. Pemeriksaan Lambung, Usus Halus, dan Usus Besar

Lambung dibuka dengan gunting pada kurvatura mayor. Perhatikan isi lambung dan
simpan dalam botol atau kantong plastik bersih bila isi lambung ini diperlukan untuk
pemeriksaan toksikologi atau pemeriksaan laboratorium lainnya. Selaput lendir lambung
disiram dan diperiksa terhadap kemungkinan adanya erosi, ulserasi, perdarahan/resapan
darah. Usus diperiksa akan kemungkinan terdapat darah dalam lumen serta kemungkinan
terdapatnya kelainan bersifat ulseratif, polip dan lain-lain.

16. Pemeriksaan Kelenjar Liur Perut (Pankreas)

Pertama-tama lepaskan lebih dahulu kelenjar liur perut ini dari sekitarnya. Kelenjar
liur perut yang normal mempunyai warna kelabu agak kekuningan dengan permukaan yang
berbelah-belah dan perabaan yang kenyal. Perhatikan ukuran serta beratnya. Catat bila ada
kelainan.

19. Pemeriksaan Otak Besar, Otak Kecil, dan Batang Otak

Perhatikan permukaan luar otak dan catat kelainan yang ditemukan. Adakah
perdarahan subdural, perdarahan subaraknoid, kontusio jaringan otak atau laserasi. Pada
edema serebri, girus otak akan tampak mendatar dan sulkus tampak menyempit. Perhatikan
pula akan kemungkinan terdapatnya tanda penekanan yang menyebabkan sebagian
permukaan otak menjadi datar. Pada daerah ventral otak, perhatikan keadaan sirkulus Willisi.
Nilai keadaan pembuluh darah pada sirkulus, adakah penebalan dinding akibat kelainan
ateroma, adakah penipisan dinding akibat aneurisma, adakah perdarahan. Bila terdapat
perdarahan hebat, usahakan agar dapat ditemukan sumber perdarahan tersebut. Perhatikan
pula bentuk serebelum. Pada keadaan peningkatan tekanan intrakranial akibat edema serebri
misalnya, dapat terjadi herniasi serebelum ke arah foramen magnum, sehingga bagian bawah
serebelum tampak menonjol dan edematous.
17

Pisahkan otak kecil dari otak besar dengan melakukan pemotongan pada pedunkulus
serebri kanan dan kiri. Otak kecil ini kemudian dipisahkan juga dari batang otak dengan
melakukan pemotongan pada pedunkulus serebeli. Otak besar diletakkan dengan bagian
ventral menghadap pemeriksa. Lakukan pemotongan otak besar secara koronal/melintang,
perhatikan penampang irisan. Tempat pemotongan haruslah sedemikian rupa agar struktur
penting dalam otak besar dapat diperiksa dengan teliti. Kelainan yang dapat ditemukan pada
penampang otak besar antara lain adalah: perdarahan pada korteks akibat kontusio serebri,
perdarahan berbintik pada substansi putih akibat emboli, keracunan barbiturat serta keadaan
lain yang menimbulkan hipoksia jaringan otak, infark jaringan otak, baik yang bilateral
maupun unilateral akibat gangguan pendarahan oleh arteri, abses otak, perdarahan
intraserebral akibat pecahnya a. lenticulostriata dan sebagainya.

Otak kecil diperiksa penampangnya dengan membuat suatu irisan melintang, catat
kelainan perdarahan, perlunakan dan sebagainya yang mungkin ditemukan. Batang otak diiris
melintang mulai daerah pons, medula oblongata sampai ke bagian proksimal medula spinalis.
Perhatikan kemungkinan terdapatnya perdarahan. Adanya perdarahan di daerah batang otak
biasanya mematikan.

20. Pemeriksaan Alat Kelamin Dalam (Genitalia Interna)

Pada mayat laki-laki, testis dapat dikeluarkan dari skrotum melalui rongga perut. Jadi
tidak dibuat irisan baru pada skrotum Perhatikan ukuran, konsistensi serta kemungkinan
terdapatnya resapan darah. Perhatikan pula bentuk dan ukuran dari epididimis. Kelenjar
prostat perhatikan ukuran serta konsistensinya.

Pada mayat wanita, perhatikan bentuk serta ukuran kedua indung telur, saluran telur
dan uterus sendiri. Pada uterus diperhatikan kemungkinan terdapatnya perdarahan, resapan
darah ataupun luka akibat tindakan abortus provokatus. Uterus dibuka dengan membuat
irisan berbentuk huruf T pada dinding depan, melalui saluran serviks serta muara kedua
saluran telur pada fundus uteri. Perhatikan keadaan selaput lendir uterus, tebal dinding, isi
rongga rahim serta kemungkinan terdapatnya kelainan lain.

21. Timbang dan catatlah berat masing-masing alat/organ.

Sebelum mengembalikan organ-organ (yang telah diperiksa secara makroskopik)


kembali ke dalam tubuh mayat, pertimbangkan terlebih dahulu kemungkinan diperlukannya
18

potongan jaringan guna pemeriksaan histopatologik atau diperlukannya organ guna


pemeriksaan toksikologik.

Potongan jaringan untuk pemeriksaan histopatologik diambil dengan tebal maksimal


5 mm. Potongan yang terlampau tebal akan mengakibatkan cairan fiksasi tidak dapat masuk
ke dalam potongan tersebut dengan sempurna. Usahakan mengambil bagian organ di daerah
perbatasan antara bagian yang normal dan yang mengalami kelainan. Jumlah potongan yang
diambil dari setiap organ agar disesuaikan dengan kebutuhan masing-masing kasus.
Potongan ini kemudian dimasukkan ke dalam botol yang berisi cairan fiksasi yang dapat
merupakan larutan formalin 10% (= larutan formaldehid 4%) atau alkohol 90-96%, dengan
jumlah cairan fiksasi sekitar 20-30 kali volume potongan jaringan yang diambil.

Jumlah organ yang perlu diambil untuk pemeriksaan toksikologi disesuaikan dengan
kasus yang dihadapi serta ketentuan laboratorium pemeriksa. Bahan yang diambil untuk
pemeriksaan toksikologi umumnya adalah urin, darah, isi lambung, dan organ-organ lain
seperti hati, ginjal, dan sebagainya tergantung dari jenis dugaan racunnya. Sedapat mungkin
setiap jenis organ ditaruh dalam botol tersendiri. Bila diperlukan pengawetan, agar digunakan
alkohol 90%. Pada pengiriman bahan untuk pemeriksaan toksikologik, contoh bahan
pengawet agar juga turut dikirimkan di samping keterangan klinik dan hasil sementara
autopsi atas kasus tersebut.

2.4.3 Pemeriksaan Penunjang

Pada kasus yang diduga kematian mendadak hampir semua pemeriksaan toksikologi
harus dilakukan. Tanpa pemeriksaan toksikologi penegakkan sebab kematian menjadi kurang
tajam. Pemeriksaan yang rutin dilakukan diantaranya:10

1. Pemeriksaan Darah

Pemeriksaan mikroskopis darah bertujuan untuk melihat morfologi sel-sel darah


merah. Cara ini tidak dapat dilakukan bila telah terjadi kerusakan pada sel-sel darah. Cara
pemeriksaannya darah yang masih basah atau baru mengering ditaruh pada kaca objek dan
ditambahkan satu tetes garam faal, kemudian ditutup dengan kaca penutup. Darah diambil
dengan semprit dan jarum yang bersih. Diambil 2 contoh darah masing masing sebanyak 50
ml dari jantung sebelah kanan dan kiri. Dua contoh darah tepi diambil masing-masing 30 ml
dari tempat yag berlainan, biasanya dari vena leher atau subaxila dari arteri femoralis.
Perhatikan warna darah pada intoksikasi dengan racun yang menimbulkan hemolisis (bias
19

ular, pirogalol, hodroquinon, dinitrofenol dan arsen) darah dan organ-organ dalam berwarna
coklat kemerahan gelap. Pada racun yang menimbulkan gangguan trombosit akan terdapat
banyak bercak perdarahan pada organ-organ. Bila terjadi keracunan yang cepat menimbulkan
kematian, misalnya sianida, alkohol, kloroform, maka darah dalam jantung dan pembuluh
darah besar tetap cair tidak terdapat bekuan darah.

1. Urin

Ambil 1 ml atau 2 ml urin dengan semprit dan jarum yang bersih, seluruh urin diambil
dari kandung kemih untuk pemeriksaan toksikologi. Urin dimasukkan ke dalam kontainer
kosong, kecuali bila ada penundaan pemeriksaan, dapat dimasukkan sodium azide.

2. Muntahan atau isi lambung

Muntahan dapat dimasukkan ke dalam kantung plastik yang dapat ditutup rapat, pada
autopsi isi lambung dapat dimasukkan ke dalam wadah yang sama dengan membuka
kurvatura minor dengan gunting. Laboratorium tertentu jugaakan meminta sampel dinding
lambung karena bubuk atau debris tablet dapat melekat pada lipatan lambung dengan
konsentrasi yang tinggi.

1. Feses

Isi rektum umumnya tidak diperlukan untuk analisa kecuali ada kecurigaan keracunan
logam berat, sampel sebanyak 20-30 gram dapat dimasukkan ke dalam wadah yang dapat
tertutup rapat.

2. Pemeriksaan rambut

Pemeriksaan laboratorium terhadap rambut dalam bidang forensik adalah untuk


membantu penentuan identitas seseorang, menunjukan keterkaitan antara seseorang yang
dicurigai dengan suatu kejahatan tertentu. Pemeriksaan makroskopis pada rambut dicatat
keadaan warnanya, panjangnya, bentuk, dan zat pewarna rambut. Untuk pemeriksaan
mikroskopisnya. Rambut dibersihkan dengan air, alkohol dan eter kemudian letakkan pada
kaca objek dan tetesi gliseril kemudian tutup dengan kaca penutup dengan cara ini dapat
dilihat gambaran medula dari rambut. Untuk melihat pola sisik dari rambut dibuat cetakan
rambut pada sehelai film selulosa dengan menteteskan asam asetat glacial, lalu letakan
rambut yang telah dibersihkan diatasnya dan ditekan menggunakan kaca objek.
20

3. Hati

Bahan yang penting untuk analisis tosikologi, diambil seluruh hati atau paling sedikit
500 gram untuk pemeriksaan histologik. Bila hanya sebagian hati yang diambil sebagai
sampel maka berat total hati harus dicantumkan dalam lembar permintaan pemeriksaan.
BAB III

ILUSTRASI KASUS

3.1 Ilustrasi Kasus

KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK


INDONESIA
DAERAH RIAU
RUMAH SAKIT BHAYANGKARA
PEKANBARU
Jl. Kartini No. 14 Pekanbaru Telp. 0761 (47691)

PRO JUSTITIA

VISUM ET REPERTUM
No: VER/ /XI/KES.3./2023/RSB

Yang bertanda tangan di bawah ini, Mohammad Tegar Indrayana, Dokter Spesialis Forensik dan
Medikolegal pada Rumah Sakit Bhayangkara Pekanbaru, menerangkan bahwa atas permintaan tertulis
dari Kepolisian Resor Kota Pekanbaru dengan nomor: B/409/IX/RES.3.3./2023/Reskrim, tertanggal
19 September 2023, maka dengan ini menerangkan bahwa pada tanggal 19 September 2023, sekira
pukul 21.10 WIB, bertempat di Instalasi Kedokteran Forensik dan Pemulasaran Jenazah Rumah Sakit
Bhayangkara Pekanbaru, telah dilakukan pemeriksaan luar dan pemeriksaan dalam (autopsi) atas
mayat yang menurut surat permintaan tersebut adalah sebagai berikut:
Nama : A.
Jenis Kelamin : Perempuan.
Umur : 5 Bulan.
Warga Negara : Indonesia.
Alamat : Jl. L

--------------------------------HASIL PEMERIKSAAN----------------------------------------------------------

PEMERIKSAAN LUAR MAYAT:

1. Label mayat: Tidak ada.


2. Pembungkus mayat:
a. 1 buah selimut berbahan wol, berwarna dasar biru, dengan motif bergambar kodok,
pohon, mawar, siput, bola dan matahari, serta tulisan “KEROPPI”, dengan kombinasi
warna hijau, merah, putih, kuning, hitam dan merah muda.
3. Perhiasan mayat: Tidak ada.
4. Pakaian mayat:
a. 1 buah kain singlet, berbahan kaos, berwarna dasar krem, tanpa merek.

20
21

b. 1 buah celana dalam, berbahan kaos, berwarna dasar merah muda, bergaris putih, tanpa
merek.
c. 1 buah pampers, berbahan plastik, berwarna putih, berisi feses berwarna kekuningan.
5. Benda di samping mayat: Tidak ada.
6. Kaku mayat: Terdapat pada sendi leher, sendi siku, sendi lutut, belum lengkap.
Lebam mayat: Ditemukan pada leher sisi belakang, di belakang telinga daerah tulang mastoid,
punggung, berwarna merah keunguan dan hilang dengan penekanan.
7. Mayat adalah seorang bayi berjenis kelamin perempuan, berusia sekira 5 bulan, warna kulit
kuning langsat, panjang tubuh 62 cm dengan berat 4250 gram, status gizi kurang berdasarkan
berat badan per umur menurut standar WHO.
8. Identitas khusus: tidak ditemukan.
9. Rambut kepala berwarna hitam, tumbuhnya lurus, panjang 4 cm. Alis mata berwarna hitam,
tumbuhnya lurus, Panjang 0,2 cm. Bulu mata berwarna hitam, tumbuh lentik, panjang 1 cm.
10. Mata kanan tertutup. Selaput bening mata kanan jernih, teleng mata kanan berwarna hitam
berdiameter 1 mm, warna tirai mata kanan berwarna cokelat, selaput bola mata kanan berwarna
putih, selaput kelopak mata kanan berwarna putih pucat.
Mata kiri tertutup. Selaput bening mata kiri jernih, teleng mata kiri berwarna hitam berdiameter
1 mm, warna tirai mata kiri berwarna cokelat, selaput bola mata kiri berwarna putih, selaput
kelopak mata kiri berwarna putih pucat.
11. Hidung kecil, telinga berbentuk oval, mulut terbuka 0,8 cm, lidah tidak terjulur dan tidak
tergigit.
12. Gigi geligi belum tumbuh.
13. Dari lubang mulut tidak keluar cairan, kedua lubang hidung tidak keluar cairan, lubang telinga
tidak keluar cairan, lubang kemaluan tidak keluar cairan dan lubang pelepasan keluar feses
berwarna kekuningan.
14. Luka-luka:
a. Pada dahi sebelah kanan, 4 cm dari garis pertengahan depan, 4 cm di atas sudut luar
mata, terdapat memar berwarna biru keunguan berukuran 0,3 cm x 0,3 cm.
b. Pada dahi sebelah kiri, 4 cm dari garis pertengahan depan, 3,2 cm di atas sudut luar mata,
terdapat memar berwarna merah berukuran 0,2 cm x 0,2 cm.
c. Pada batang hidung, tepat garis pertengahan depan, 2 cm di bawah sudut dalam mata
kanan, terdapat memar berwarna merah keunguan berukuran 0,1 cm x 0,5 cm.
d. Pada cuping hidung sebelah kanan, 0,5 cm dari garis pertengahan depan, 1,5 cm di atas
sudut bibir, terdapat luka lecet berukuran 0,1 cm x 0,5 cm.
e. Pada cuping hidung sebelah kiri, 1 cm dari garis pertengahan depan, 1,5 cm di atas sudut
bibir, terdapat luka lecet berukuran 0,5 cm x 0,2 cm.
f. Pada cuping telinga kanan sisi depan, terdapat memar berwarna merah berukuran 0,4 cm
x 0,3 cm.
g. Pada daerah pipi kanan, 5 cm dari garis pertengahan depan, 3,5 cm di bawah sudut luar
mata, terdapat luka lecet tekan, berwarna cokelat-kekuningan berukuran 0,5 cm x 0,3 cm.
h. Pada bibir atas sebelah kanan sisi dalam, 0,5 cm dari garis pertengahan depan, terdapat
memar berwarna ungu kehitaman berukuran 0,5 cm x 0,5 cm.
i. Pada dagu, tepat garis pertengahan depan, 1,5 cm di bawah sudut mulut, terdapat memar
berwarna kemerahan berukuran 1,5 cm x 0,5 cm.
j. Pada daerah rahang bawah sebelah kiri, 4 cm dari garis pertengahan depan, 5,5 cm di
bawah liang telinga, terdapat memar berwarna ungu kehitaman berukuran 0,5 cm x 0,5
cm.
15. Patah tulang: Tidak tampak dan tidak teraba adanya patah tulang.
22

16. Lain-lain:
a. Ditemukan tanda-tanda asfiksia (mati lemas), berupa:
1) Pada jaringan di bawah kuku jari-jari tangan tampak berwarna keunguan (sianosis).
b. Pemeriksaan antropometri:
1) Berat badan: 4250 gram.
2) Panjang badan kepala-tumit: 62 cm.
3) Panjang kepala-bokong: 44 cm.
4) Lingkar kepala oksipito-frontal: 42 cm.
5) Diameter dada (antero-posterior): 10 cm.
6) Diameter perut (antero-posterior): 8 cm.
7) Lingkar dada: 40 cm.
8) Lingkar perut: 33 cm.

PEMERIKSAAN DALAM MAYAT:


17. Jaringan lemak di bawah kulit berwarna kekuningan, daerah dada setebal 2 mm dan daerah
perut setebal 2 mm. Otot-otot berwarna cokelat muda, tipis. Sekat rongga badan kanan setinggi
sela iga ke 4 dan kiri setinggi iga ke 5.
Tulang dada: Utuh.
Iga-iga: Utuh.
18. Dalam rongga dada kanan tidak terdapat cairan atau darah. Dalam rongga dada kiri tidak
terdapat cairan atau darah. Kandung jantung tampak 1 jari pemeriksa di antara kedua paru,
berisi cairan berwarna kuning jernih.
19. Pada jaringan ikat di bawah kulit daerah leher tidak terdapat resapan darah.
Pada otot leher tidak terdapat resapan darah.
20. Perut: selaput dinding perut permukaan licin, berwarna merah kecoklatan. Otot dinding perut
berwarna cokelat muda, tipis. Dalam rongga perut tidak terdapat cairan atau resapan darah.
21. Lidah berwarna pucat, penampang berwarna kelabu kecokelatan. Tulang lidah utuh. Tulang
rawan gondok utuh. Tulang rawan cincin utuh. Kelenjar gondok berwarna merah keunguan,
perabaan kenyal, berat 1,27 gram. Kelenjar kacangan berwarna cokelat kemerahan, berat 26,70
gram. Kerongkongan dan batang tenggorokan tidak terdapat isi.
22. Jantung sebesar 1 kali tinju kanan mayat, cokelat kemerahan, terdapat bintik-bintik perdarahan,
perabaan kenyal, ukuran lingkar katup serambi kanan 4,8 cm, kiri 3,5 cm, pembuluh nadi paru
3,2 cm, batang nadi 2,5 cm, tebal otot bilik kanan 1 mm, kiri 4 mm. Pada pembuluh nadi
jantung tidak tampak penyempitan lumen, sekat jantung berwarna cokelat homogen, berat
jantung 28,04 gram.
23. Paru kanan terdiri atas 3 baga, berwarna kemerahan, perabaan kenyal spons, penampang
berwarna merah kecokelatan, pada pemijatan tidak keluar darah, berat 120 gram.
Paru kiri terdiri atas 2 baga, berwarna kemerahan, perabaan kenyal spons, penampang berwarna
merah kecokelatan, pada pemijatan tidak keluar darah, berat 100 gram.
24. Hati berwarna merah kecokelatan, permukaan licin, tepi hati sebelah kanan tumpul dan tepi
sebelah kiri lancip, perabaan kenyal, penampang berwarna merah kecokelatan, gambaran hati
jelas, berat 300 gram.
25. Kandung empedu: Tidak terdapat kelainan.
26. Limpa berwarna merah kehitaman, permukaan licin, perabaan kenyal, penampang berwarna
merah kehitaman, gambaran penampang limpa jelas dan pada pengikisan terikut jaringan, berat
20,28 gram.
27. Kelenjar liur perut: tidak terdapat kelainan.
23

28. Lambung berisi cairan kental berwarna putih, selaput lendir berwarna putih. Usus dua belas jari
tidak ada isi, usus halus tidak ada isi, usus besar berisi feses berwarna kekuningan.
29. Kelenjar anak ginjal kanan dan kiri tidak dapat dinilai.--------------------------------------------
30. Ginjal kanan simpai lemak tipis, simpai ginjal mudah dilepas, permukaan ginjal tampak rata
dan licin, warna merah kehitaman, penampang berwarna merah kehitaman, gambaran ginjal
jelas, piala ginjal kosong, saluran kemih tidak tersumbat, berat 26,92 gram.
Ginjal kiri simpai lemak tipis, simpai ginjal mudah dilepas, permukaan ginjal tampak rata dan
licin, warna merah kehitaman, penampang berwarna merah kehitaman, piala ginjal kosong,
gambaran ginjal kosong, gambaran ginjal jelas, saluran kemih tidak tersumbat, berat 22,63
gram.
31. Kandung kemih tidak berisi cairan.
32. Kulit kepala bagian dalam: Tidak terdapat resapan darah.
Tulang tengkorak: Utuh.
Selaput keras otak: Utuh.
a. Terdapat perdarahan di bawah selaput keras otak sebanyak 10 cc.
Selaput lunak otak: Utuh.
a. Pada permukaan otak besar baga kanan, terdapat perdarahan di bawah selaput lunak otak
sebanyak 2 buah, masing-masing berukuran 0,1 cm x 0,6 cm dan 0,5 cm x 0,3 cm.
b. Pada permukaan otak besar baga kiri, terdapat perdarahan di bawah selaput lunak otak
sebanyak 4 buah, masing-masing berukuran 1,5 cm x 1,6 cm dan 1,2 cm x 0,4 cm, 0,7
cm x 0,5 cm, 1,5 cm x 0,7 cm.
c. Pada permukaan otak besar baga kiri, pada gyri occipito-temporalis medialis et lateralis
terdapat memar otak berukuran 3,5 cm x 3 cm.
d. Pada permukaan otak kecil baga kanan, terdapat perdarahan di bawah selaput lunak otak
berukuran 1 cm x 0,6 cm.
Otak besar: pada permukaan tidak tampak penyempitan pada sulkus otak dan tidak tampak
pendataran pada gyrus otak, pada penampang tampak batas antara area abu-abu dan putih masih
jelas.
Otak kecil: pada permukaan tampak sedikit pelebaran pembuluh darah, pada penampang
tampak batas antara area abu-abu dan putih masih jelas
Berat otak: 350 gram.
33. Lain-lain: Tidak ada.
24

KESIMPULAN:
Pada pemeriksaan bayi, berjenis kelamin perempuan, berusia sekira 5 bulan, dengan status gizi kurang
ini, ditemukan memar pada dahi, hidung, bibir, rahang bawah sebelah kiri, dagu, cuping telinga kanan
dan otak besar; luka lecet pada hidung; luka lecet tekan pada pipi kanan; perdarahan di bawah selaput
keras otak, perdarahan di bawah selaput lunak otak besar dan otak kecil akibat kekerasan tumpul.
Selanjutnya ditemukan tanda-tanda mati lemas (asfiksia) berupa sianosis pada jaringan di bawah
ujung jari-jari tangan dan bintik-bintik perdarahan pada permukaan organ jantung.
Sebab mati mayat bayi ini akibat kekerasan tumpul pada daerah mulut dan rahang sehingga
menimbulkan mati lemas (asfiksia).
Berdasarkan pola dan gambaran luka yang ada pada tubuh korban, sesuai dengan kasus pembekapan.
Perkiraan saat kematian 2-12 jam sebelum pemeriksaan.

Demikianlah Visum et Repertum ini dibuat dengan sebenarnya, menggunakan keilmuan yang sebaik-
baiknya mengingat sumpah sesuai dengan Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana.

Pekanbaru, 23 September 2023


Dokter Pemeriksa

dr. Mohammad. Tegar Indrayana, Sp.FM


NIP. 19801112.200912.1.002
SIP. 470/05.04/DPMPTSP/IX/2023
25
BAB IV

PEMBAHASAN

4.1 Pembahasan teknik pembuatan Visum et Repertum.

PEMBAHASAN DASAR TEORI KESIMPULAN

PRO JUSTITIA PRO JUSTITIA Pada visum et repertum


Kata ini harus yang dibuat dikasus sudah
dicantumkan di kiri atas, sesuai dengan dasar teori
dengan demikian visum yaitu dicantumkan di kiri
et repertum tidak perlu atas.
bermeterai. Maksud
pencantuman kata "Pro
justitia" adalah sesuai
dengan artinya, yaitu
dibuat secara khusus
hanya untuk kepentingan
peradilan. Di bagian atas
tengah dapat dituliskan
judul surat tersebut, yaitu
: Visum et Repertum. 16

PENDAHULUAN PENDAHULUAN Pada bagian pendahuluan


Yang bertanda tangan di bawah Pada bagian pendahuluan ini sudah terdapat identitas
ini, Mohammad Tegar Indrayana, ini minimal memuat : pemohon visum et
Dokter Spesialis Forensik dan identitas pemohon visum repertum, tanggal dan
Medikolegal pada Rumah Sakit et repertum, tanggal dan pukul diterimanya
Bhayangkara Pekanbaru, pukul diterimanya permohonan visum et
menerangkan bahwa atas permohonan visum et repertum, identitas dokter
permintaan tertulis dari repertum, identitas dokter yang melakukan
Kepolisian Resor Kota Pekanbaru yang melakukan pemeriksaan, identitas
dengan nomor: pemeriksaan, identitas objek yang diperiksa :
B/409/IX/RES.3.3./2023/Reskrim objek yang diperiksa : nama, jenis kelamin, umur,
, tertanggal 19 September 2023, nama, jenis kelamin, bangsa, alamat, pekerjaan,
maka dengan ini menerangkan umur, bangsa, alamat, kapan dilakukan
bahwa pada tanggal 19 September pekerjaan, kapan pemeriksaan, dimana
2023, sekira pukul 21.10 WIB, dilakukan pemeriksaan, dilakukan pemeriksaan.
bertempat di Instalasi Kedokteran dimana dilakukan
Forensik dan Pemulasaran pemeriksaan. 16
Jenazah Rumah Sakit
Bhayangkara Pekanbaru, telah
dilakukan pemeriksaan luar dan
pemeriksaan dalam (autopsi) atas
mayat yang menurut surat
permintaan tersebut adalah
sebagai berikut:

26
Nama : By. A
Jenis Kelamin : Perempuan.
Umur : 5 Bulan.
Warga Negara : Indonesia.
Alamat : Jl. L

27
28

4.2 Temuan pada pemeriksaan luar pada kasus dead on arrival.

N TEMUAN DASAR TEORI PEMBAHASAN


O

1 1. Pemeriksaan
Melakukan Pada kasus ini tidak di catatkan
penetapan DOA
pemeriksaan pada rekam medis pemeriksaan
untuk menetapkan untuk menetapkan dead on
dead on arrival arrival pada korban, yang
pada korban. dimana seharusnya dicantumkan
pada rekam medis.

Pada kasus ini untuk label


II. Pemeriksaan luar Periksa label mayat
mayat diperiksa, sudah sesuai
ada atau tidak.16
Label mayat: Tidak ada dengan teori dan pada kasus ini
tidak ada label mayat.
Untuk pembahasan sudah sesuai
dengan teori.

2
Pembungkus mayat: Periksa tutup atau
Pada kasus ini tutup atau
bungkus mayat.16
a. 1 buah selimut berbahan bungkus mayat sudah diperiksa.
wol, berwarna dasar biru,
dengan motif bergambar sudah sesuai dengan teori.
kodok, pohon, mawar, Ketika diperiksa ditemukan satu
siput, bola dan matahari,
serta tulisan “KEROPPI”, buah selimut.
dengan kombinasi warna
hijau, merah, putih, kuning,
Untuk pembahasan sudah sesuai
hitam dan merah muda. dengan teori.

3 Perhiasan mayat: Tidak Periksa perhiasan


Pada kasus ini untuk perhiasan
ada. mayat. 16
mayat sudah diperiksa dan tidak
ditemukan perhiasan mayat.
Untuk pembahasan sudah sesuai
dengan teori.

4 Pakaian mayat:
Periksa pakaian Pada kasus ini untuk pakaian
29

a. 1 buah kain singlet, mayat (sebutkan mayat sudah diperiksa. Ketika


berbahan kaos, dengan lengkap, diperiksa ditemukan satu buah
berwarna dasar krem, jenis pakaian, warna singlet, satu buah celana dalam,
tanpa merek.
dasar, satu buah pampers.
b. 1 buah celana dalam,
berbahan kaos, corak, adanya
robekan
berwarna dasar Untuk pembahasan sudah sesuai
merah muda, bergaris dengan teori.
putih, tanpa merek.
c. 1 buah pampers,
berbahan plastik,
berwarna putih,
berisi feses berwarna
kekuningan.

5 Pada kasus ini untuk benda


Benda di samping Periksa benda di
disamping mayat sudah
mayat: Tidak ada. samping mayat. 16
diperiksa dan tidak ditemukan
benda disamping mayat.
Untuk pembahasan sudah sesuai
dengan teori.

6
Kaku mayat dan Periksa kaku mayat Pada kasus ini untuk kaku
lebam mayat: dan lebam mayat. 16
mayat dan lebam mayat sudah
diperiksa. Ketika diperiksa
Kaku mayat: Terdapat
ditemukan Kaku mayat yang
pada sendi leher, sendi
belum lengkap dan juga terdapat
siku, sendi lutut, belum
lebam mayat yang hilang
lengkap.
dengan penekanan.
Lebam mayat:
Untuk pembahasan sudah sesuai
Ditemukan pada leher
dengan teori.
sisi belakang, di
belakang telinga daerah
tulang mastoid,
punggung, berwarna
merah keunguan dan
hilang dengan
30

penekanan.

7 Mayat adalah seorang Periksa jenis Pada kasus ini, mayat adalah
bayi berjenis kelamin kelamin, ras, seorang bayi perempuan, berusia
perempuan, berusia sekira sekira 5 bulan, warna kulit kuning
perkiraan usia,
5 bulan, warna kulit langsat, panjang tubuh 62 cm dan
tinggi badan, warna
kuning langsat, panjang berat 4250 gram, status gizi kurang
kulit dan apabila
tubuh 62 cm dengan berat berdasarkan berat badan per umur
laki- laki periksalah
4250 gram, status gizi menurut standar WHO.
kurang berdasarkan berat apakah zakar
Untuk pembahasan sudah sesuai
badan per umur menurut disunat atau tidak. 16
dengan teori.
standar WHO.

8 Identitas khusus: Periksa identitas Pada kasus ini untuk identitas


Tidak ada. khusus (cacat khusus (cacat bawaan, tattoo,
bawaan, tattoo, jaringan parut) sudah dilakukan
jaringan parut). 16 dan tidak ada indentitas khusus.

9 Rambut, alis mata, Periksa rambut, alis Pada kasus ini untuk Rambut,
bulu mata, kumis dan mata, bulu mata alis mata, bulu mata, kumis
jenggot: (wrana, tumbuhnya dan jenggot sudah diperiksa
dan panjangnya) dan untuk pembahasan sudah
Rambut kepala berwarna
kalau laki- laki sesuai dengan teori.
hitam, tumbuhnya lurus,
panjang 4 cm. Alis mata periksa juga kumis
berwarna hitam, dan jenggot. 16
tumbuhnya lurus, Panjang
0,2 cm. Bulu mata
berwarna hitam, tumbuh
lentik, panjang 1 cm.

10 Mata kanan dan kiri:


Periksa keadaan Pada kasus ini mata kanan dan

1. Mata kanan tertutup. mata kanan kiri sudah diperiksa dan untuk

Selaput bening mata maupun kiri : pembahasan sudah sesuai

kanan jernih, teleng apakah terbuka dengan teori.


31

mata kanan berwarna atau tertutup,


hitam berdiameter 1 kornea (selaput
mm, warna tirai mata bening mata),
kanan berwarna pupil (teleng
cokelat, selaput bola mata), warna iris
mata kanan berwarna (tirai mata),
putih, selaput kelopak selaput bola mata,
mata kanan berwarna Selaput kelopak
putih pucat. mata. 16
2. Mata kiri tertutup.
Selaput bening mata
kiri jernih, teleng mata
kiri berwarna hitam
berdiameter 1 mm,
warna tirai mata kiri
berwarna cokelat,
selaput bola mata kiri
berwarna putih,
selaput kelopak mata
kiri berwarna putih
pucat.

11 Hidung, telinga, Periksa keadaan Pada kasus ini Hidung kecil,


mulut, lidah : hidung, telinga, telinga sudah diperiksa dan
mulut dan lidah. 16 untuk pembahasan sudah sesuai
Hidung kecil, telinga dengan teori.
berbentuk oval, mulut
terbuka 0,8 cm, lidah
tidak terjulur dan tidak
tergigit.

12 Gigi geligi: Belum Periksa gigi geligi.16 Pada kasus ini Gigi geligi sudah
tumbuh. diperiksa dan didapatkan bahwa
gigi geligi belum tumbuh.
32

13 Dari lubang mulut tidak Periksa ada tidaknya Pada kasus ini dari lubang
keluar cairan, kedua cairan / darah / mulut, lubang kedua hidung,
materi yang keluar lubang telinga kanan dan kiri,
lubang hidung tidak dari lubang mulut, kemaluan sudah diperiksa dan
keluar cairan, lubang lubang hidung, untuk pembahasan sudah sesuai
kedua lubang dengan teori.
telinga tidak keluar telinga, lubang
cairan, lubang kemaluan kemaluan dan
lubang pelepasan. 16
tidak keluar cairan dan
lubang pelepasan keluar
feses berwarna
kekuningan.

Pada kasus ini luka luka sudah


14 Luka-luka: Periksa luka-luka.
diperiksa dan ditemukan :
Deskripsi luka
a. Pada dahi sebelah secara umum sama memar pada dahi, hidung, bibir,
kanan, 4 cm dari garis dengan deskripsi rahang bawah sebelah kiri, dagu,
luka pada korban
pertengahan depan, 4 hidup. 16 cuping telinga kanan dan otak
cm di atas sudut luar besar; luka lecet pada hidung; luka
mata, terdapat memar lecet tekan pada pipi kanan.
berwarna biru
keunguan berukuran
0,3 cm x 0,3 cm.
b. Pada dahi sebelah kiri,
4 cm dari garis
pertengahan depan, 3,2
cm di atas sudut luar
mata, terdapat memar
berwarna merah
berukuran 0,2 cm x 0,2
cm.
c. Pada batang hidung,
tepat garis pertengahan
depan, 2 cm di bawah
sudut dalam mata
kanan, terdapat memar
berwarna merah
keunguan berukuran
0,1 cm x 0,5 cm.
d. Pada cuping hidung
33

sebelah kanan, 0,5 cm


dari garis pertengahan
depan, 1,5 cm di atas
sudut bibir, terdapat
luka lecet berukuran
0,1 cm x 0,5 cm.
e. Pada cuping hidung
sebelah kiri, 1 cm dari
garis pertengahan
depan, 1,5 cm di atas
sudut bibir, terdapat
luka lecet berukuran
0,5 cm x 0,2 cm.
f. Pada cuping telinga
kanan sisi depan,
terdapat memar
berwarna merah
berukuran 0,4 cm x 0,3
cm.
g. Pada daerah pipi kanan,
5 cm dari garis
pertengahan depan, 3,5
cm di bawah sudut
luar mata, terdapat
luka lecet tekan,
berwarna cokelat-
kekuningan berukuran
0,5 cm x 0,3 cm.
h. Pada bibir atas sebelah
kanan sisi dalam, 0,5
cm dari garis
pertengahan depan,
terdapat memar
berwarna ungu
kehitaman berukuran
0,5 cm x 0,5 cm.
i. Pada dagu, tepat garis
pertengahan depan, 1,5
cm di bawah sudut
mulut, terdapat memar
34

berwarna kemerahan
berukuran 1,5 cm x 0,5
cm.

Pada daerah rahang


bawah sebelah kiri, 4
cm dari garis
pertengahan depan, 5,5
cm di bawah liang
telinga, terdapat memar
berwarna ungu
kehitaman berukuran
0,5 cm x 0,5 cm.

15 Patah tulang: Tidak Periksa ada tidaknya Pada kasus ini Tidak tampak dan
tampak dan tidak teraba patah tulang. 16 tidak teraba adanya patah tulang.
adanya patah tulang. Untuk pembahasan sudah sesuai
dengan teori.
Pada kasus ini lain lain yang
16 Lain-lain: Periksa kondisi lain-
ditemukan : adanya tanda-tanda
lain seperti golongan
Ditemukan tanda-tanda darah, tanda-tanda asfiksia (mati lemas).
asfiksia (mati lemas), pembusukan,
perubahan warna
berupa: Pada jaringan di jaringan di bawah
bawah kuku jari-jari kuku. 16
tangan tampak berwarna
keunguan (sianosis).

Pemeriksaan
antropometri:
1. Berat badan: 4250
gram.
2. Panjang badan
kepala-tumit: 62 cm.
3. Panjang kepala-
bokong: 44 cm.
4. Lingkar kepala
oksipito-frontal: 42
cm.
5. Diameter dada
(antero-posterior): 10
35

cm.
6. Diameter perut
(antero-posterior): 8
cm.
7. Lingkar dada: 40 cm.
Lingkar perut: 33 cm.

4.3 Temuan pada pemeriksaan dalam pada kasus dead on arrival

NO PEMBAHASAN KESIMPULAN

Jaringan lemak di bawah kulit :


Pada bagian jaringan lemak
17
Berwarna kekuningan, daerah dada dibawah kulit telah diperiksa

setebal 2 mm dan daerah perut setebal 2 dan tidak terdapat kelainan.

mm. Otot-otot berwarna cokelat muda,


tipis. Sekat rongga badan kanan setinggi
sela iga ke 4 dan kiri setinggi iga ke 5.

Tulang dada: Utuh.


Iga-iga: Utuh.

16
Pada jaringan ikat di bawah kulit daerah Pada bagian jaringan ikat di bawah kulit
leher tidak terdapat resapan darah. dan otot leher telah diperiksa dan tidak
terdapat kelainan.
Pada otot leher tidak terdapat resapan
darah.

Pada bagian perut telah diperiksa


19 Perut: selaput dinding perut permukaan
dan tidak terdapat kelainan.
licin, berwarna merah kecoklatan. Otot
dinding perut berwarna cokelat muda,
tipis. Dalam rongga perut tidak terdapat
cairan atau resapan darah.
36

20
Lidah: Lidah berwarna pucat, penampang Pada bagian lidah telah diperiksa dan
berwarna kelabu kecokelatan. Tulang lidah tidak terdapat kelainan.
utuh. Tulang rawan gondok utuh. Tulang
rawan cincin utuh. Kelenjar gondok
berwarna merah keunguan, perabaan kenyal,
berat 1,27 gram. Kelenjar kacangan
berwarna cokelat kemerahan, berat 26,70
gram.

21 Jantung: Jantung sebesar 1 kali tinju kanan Pada bagian jantung telah diperiksa
mayat, cokelat kemerahan, terdapat bintik- dan tidak terdapat kelainan.
bintik perdarahan, perabaan kenyal, ukuran
lingkar katup serambi kanan 4,8 cm, kiri 3,5
cm, pembuluh nadi paru 3,2 cm, batang nadi
2,5 cm, tebal otot bilik kanan 1 mm, kiri 4
mm. Pada pembuluh nadi jantung tidak
tampak penyempitan lumen, sekat jantung
berwarna cokelat homogen, berat jantung
28,04 gram.

22
Paru kanan: Pada bagian paru kanan telah diperiksa
dan tidak terdapat kelainan.
Paru kanan terdiri atas 3 baga, berwarna
kemerahan, perabaan kenyal spons,
penampang berwarna merah kecokelatan,
pada pemijatan tidak keluar darah, berat
120 gram.

23 Paru kiri: Pada bagian paru kiri telah diperiksa dan


tidak terdapat kelainan.
Paru kiri terdiri atas 2 baga, berwarna
kemerahan, perabaan kenyal spons,
penampang berwarna merah kecokelatan,
pada pemijatan tidak keluar darah, berat 100
gram.

24
Limpa: Limpa berwarna merah kehitaman, Pada bagian limpa telah diperiksa dan
permukaan licin, perabaan kenyal, tidak terdapat kelainan.
penampang berwarna merah kehitaman,
gambaran penampang limpa jelas dan pada
pengikisan terikut jaringan, berat 20,28
37

gram.

25 Hati: Hati berwarna merah kecokelatan, Pada bagian hati telah diperiksa dan
permukaan licin, tepi hati sebelah kanan tidak terdapat kelainan.
tumpul dan tepi sebelah kiri lancip, perabaan
kenyal, penampang berwarna merah
kecokelatan, gambaran hati jelas, berat 300
gram.

26
Kelenjar liur perut: Tidak terdapat Pada bagian kelenjar liur perut telah
kelainan. diperiksa dan tidak terdapat kelainan.

27 Lambung: Lambung berisi cairan kental Pada bagian lambung telah diperiksa
berwarna putih, selaput lendir berwarna dan tidak terdapat kelainan.
putih. Usus dua belas jari tidak ada isi, usus
halus tidak ada isi, usus besar berisi feses
berwarna kekuningan.

28
Kelenjar anak ginjal kanan dan kiri: Pada bagian ini tidak bisa dinilai.
Tidak dapat dinilai.

29 Ginjal kanan dan kiri: Pada bagian ginjal telah diperiksa dan
tidak terdapat kelainan.
1. Ginjal kanan simpai lemak tipis,
simpai ginjal mudah dilepas,
permukaan ginjal tampak rata dan
licin, warna merah kehitaman,
penampang berwarna merah
kehitaman, gambaran ginjal jelas,
piala ginjal kosong, saluran kemih
tidak tersumbat, berat 26,92 gram.
2. Ginjal kiri simpai lemak tipis,
simpai ginjal mudah dilepas,
permukaan ginjal tampak rata dan
licin, warna merah kehitaman,
penampang berwarna merah
kehitaman, piala ginjal kosong,
gambaran ginjal kosong, gambaran
ginjal jelas, saluran kemih tidak
38

tersumbat, berat 22,63 gram.


30
Kandung kemih: Tidak berisi cairan Pada bagian ini tidak berisi cairan .

Pada pemeriksaan tulang tengkorak


31 Tulang tengkorak: utuh.
didapatkan tulang tengkorak utuh.

32 Selaput keras otak, selaput lunak Pada selaput keras otak, selaput lunak
otak, otak besar, otak kecil, batang otak, otak besar, otak kecil, batang
otak dan bilik otak: otak dan bilik otak sudah diperiksa
Kulit kepala bagian dalam: dan ditemukan perdarahan di bawah
Tidak terdapat resapan darah. selaput keras otak, perdarahan di bawah
Tulang tengkorak: Utuh. selaput lunak otak besar dan otak kecil.

Selaput keras otak: Utuh.


a. Terdapat perdarahan di bawah selaput
keras otak sebanyak 10 cc.
Selaput lunak otak: Utuh.

a. Pada permukaan otak besar baga


kanan, terdapat perdarahan di
bawah selaput lunak otak
sebanyak 2 buah, masing-
masing berukuran 0,1 cm x 0,6
cm dan 0,5 cm x 0,3 cm.
b. Pada permukaan otak besar baga
kiri, terdapat perdarahan di
bawah selaput lunak otak
sebanyak 4 buah, masing-
masing berukuran 1,5 cm x 1,6
cm dan 1,2 cm x 0,4 cm, 0,7 cm
x 0,5 cm, 1,5 cm x 0,7 cm.
39

c. Pada permukaan otak besar baga


kiri, pada gyri occipito-
temporalis medialis et lateralis
terdapat memar otak berukuran
3,5 cm x 3 cm.
d. Pada permukaan otak kecil baga
kanan, terdapat perdarahan di
bawah selaput lunak otak
berukuran 1 cm x 0,6 cm.
Otak besar: pada permukaan tidak
tampak penyempitan pada sulkus otak
dan tidak tampak pendataran pada
gyrus otak, pada penampang tampak
batas antara area abu-abu dan putih
masih jelas.
Otak kecil: pada permukaan tampak
sedikit pelebaran pembuluh darah, pada
penampang tampak batas antara area
abu-abu dan putih masih jelas.
Berat otak: 350 gram.

33. Lain-lain: Tidak ada. Pada pemeriksaan ini tidak ada.

34 KESIMPULAN Pada kesimpulan sudah sesuai dengan


Pada pemeriksaan bayi, berjenis kelamin
dasar teori.
perempuan, berusia sekira 5 bulan, dengan
status gizi kurang ini, ditemukan memar pada
dahi, hidung, bibir, rahang bawah sebelah kiri,
dagu, cuping telinga kanan dan otak besar;
luka lecet pada hidung; luka lecet tekan pada
pipi kanan; perdarahan di bawah selaput keras
otak, perdarahan di bawah selaput lunak otak
besar dan otak kecil akibat kekerasan tumpul.
Selanjutnya ditemukan tanda-tanda mati lemas
(asfiksia) berupa sianosis pada jaringan di
bawah ujung jari-jari tangan dan bintik-bintik
40

perdarahan pada permukaan organ jantung.


Sebab mati mayat bayi ini akibat kekerasan
tumpul pada daerah mulut dan rahang
sehingga menimbulkan mati lemas (asfiksia).
Berdasarkan pola dan gambaran luka yang ada
pada tubuh korban, sesuai dengan kasus
pembekapan.
Perkiraan saat kematian 2-12 jam sebelum
pemeriksaan.

Demikianlah Visum et Repertum ini dibuat


dengan sebenarnya, menggunakan keilmuan
yang sebaik-baiknya mengingat sumpah
sesuai dengan Kitab Undang-Undang Hukum
Acara Pidana.
BAB V

KESIMPULAN

Menurut UU No. 36 Tahun 2009 tentang kesehatan pasal 117, seseorang dinyatakan
mati apabila fungsi jantung-sirkulasi (kardiovaskular) dan sistem pernapasan terbukti telah
berhenti secara permanen, atau apabila kematian batang otak telah dapat dibuktikan. Secara
mendasar, kematian diakibatkan oleh rusaknya atau gagalnya fungsi salah satu dari tiga pilar
kehidupan manusia. Kegagalan fungsi tersebut, di antaranya gagalnya fungsi otak (Central
Nervous System) yang ditandai dengan kondisi koma, gagalnya fungsi jantung (Circulatory
System) yang ditandai dengan gejala sinkop/pingsan, dan gagalnya fungsi paru-paru
(Respiratory System) yang dapat mengakibatkan terjadinya suatu asfiksia.

Dead on arrival (DOA) adalah pasien yang meninggal sewaktu masih dalam
perjalanan ke rumah sakit atau pasien yang datang ke instalasi gawat darurat dalam keadaan
meninggal dunia tanpa upaya resusitasi. Definisi kematian mendadak menurut WHO adalah
kematian yang terjadi pada 24 jam sejak gejala- gejala timbul, sebagian besar kematian
terjadi dalam hitungan menit atau bahkan detik sejak gejala pertama timbul. Dalam
menetapkan dead on arrival pada kasus Anak A berusia 5 bulan yang datang ke IGD RS
Bhayangkara perlu dilakukan pemeriksaan fisik untuk menetapkan pasien adalah dead on
arrival atau tidak.

41
42
BAB VI

PENUTUP

Dead On Arrival (DOA) adalah sebuah kondisi yang digunakan untuk menjelaskan
kondisi pasien yang ditemukan telah meninggal secara klinis ketika datang ke tenaga
professional, termasuk responder awal diantaranya polisi, paramedis, dan tenaga medis
kegawatdaruratan atau pasien yang datang ke Instalasi Gawat Darurat dalam keadaan
meninggal dunia tanpa upaya resusitasi.

Kematian mendadak adalah suatu proses kematian yang terjadi dalam 24 jam
semenjak gejala-gejala timbul. Dead on arrival belum dapat dikatakan termasuk kematian
mendadak sebelum ditegakkan sebab kematian pastinya melalui hasil otopsi klinis atau otopsi
forensik.

Ketika mendapatkan pasien dengan kematian mendadak, hal pertama yang dilakukan
adalah mencari tahu dan menetapkan bahwa pasien masih hidup atau meninggal. Kemudian
dokter umum memeriksa tanda-tanda pasti kematian, seperti lebam mayat, kaku mayat, dan
penurunan suhu tubuh. Namun, perlu dipertimbangkan mengenai kemungkinan kematian
tidak wajar. Sehingga tubuh pasien dijauhkan dari manipulasi berlebihan karena bila pasien
telah dicurigai sebagai korban kematian yang tidak wajar, tempat ditemukannya korban dapat
menjadi tempat kejadian perkara. Selain itu, perlu diperhatikan barang-barang yang dibawa
atau berada pasien, seperti botol obat kosong, surat yang ditulis oleh korban sebelum
kematian, dan sejenisnya. Dokter umum harus dapat menentukan waktu kematian pasti.
Waktu kematian dapat diperkirakan berdasarkan kaku mayat, lebam mayat, dan penurunan
suhu tubuh. Bila didapatkan kecurigaan kematian yang tidak wajar, dokter wajib
menginformasikan kepada keluarga dan pihak yang berwajib. Setelah itu, pihak yang
berwajib akan mengirimkan surat permintaan visum dan dokter harus dapat meyakinkan
keluarga korban agar dapat dilakukan pemeriksaan forensik.

Pada kasus kematian mendadak, autopsi dan pemeriksaan histopatologi merupakan


suatu keharusan. Sampel diambil dari semua organ yang dianggap terlibat dengan perjalanan
penyakit hingga menyebabkan kematian, juga kelainan pada organ yang tampak secara
makroskopik, walau mungkin kelainan tersebut tidak berhubungan langsung dengan
penyebab kematian.

43
DAFTAR PUSTAKA

1. Suryani L, Zaidar Z. Aspek medikolegal dead on arrival. Tersedia di:


http://www.scribd.com/doc/119875322/forensik.

2. James JP, Jones R, Karch SB, Manlove J. Simpson’s forensic medicine. 13 th edition.
2011. p. 54.

3. Sharma RK. Concise textbook of forensic. 3rd edition. 2011. p 22-27.

4. Staf pengajar bagian kedokteran forensik FK UI. Teknik autopsi forensik. Jakarta:
bagian kedokteran forensik, fakultas kedokteran universitas Indonesia; 2000.

5. Kerkutanto. Aspek medikolegal pelayanan gawat darurat. Maj. Kedokt Indon,


Volum:57, nomor: 2, Pebuari 2007.

6. Payne-James J. Simpson’s Forensic Medicine. Thirteenth edition. New York: Arnold.


2011: 54-64.

7. Rahmawati ALM. Hubungan Antara Usia Dengan Prevalensi Dugaan Mati


Mendadak. Surakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret. 2010.

8. Moerdowo. Sekitar Masalah Serangan Jantung. Jakarta: Bharata Karya Aksara. 1984.

9. Wujoso, Hari. Pola Penyakit Penyebab Kematian Medadak Di Laboratorium Ilmu


Kedokteran Kehakiman Fakultas Kedokteran UNS Tahun 1990-1998. Surakarta :
Fakultas Kedokteran Universitas Negeri Surakarta. 2000.

10. Budiyanto, Arif. Ilmu Kedokteran Forensik. Jakarta: Bagian Kedokteran Forensik
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. 1997.

11. Sidharta P, Mardjono, M. Neurologi Klinis Dasar. Jakarta: Dian Rakyat. 2008. p :
290−2.

12. Olshaker JS, Jackson MC, Smock. Forensic Emergency Medicine. 2 nd edition.
Lippincott Williams & Wilkins. Philadelphia:2007. P. 55-71.

13. Draper R. Sudden death. 2011. Tersedia di: http://www.patient.co.uk/doctor/sudden-


death (diunduh 24 Desember 2017).

14. Kitab Undang-undang Hukum Acara Pidana (KUHAP).

15. Draper R, Willacy H. tersedia di: http://www. Patient.co.uk/doctor/suddendeath.


(diunduh: 24 Desember 2017).

16. Afandi D. Visum et Repertum Tata Laksana dan Teknik Pembuatan. Edisi Kedua
Death. Pekanbaru: Fakultas Kedokteran Universitas Riau; 2017.

44

Anda mungkin juga menyukai