Anda di halaman 1dari 37

PEDOMAN WAWANCARA

PENERAPAN ETIKA BISNIS ISLAM DALAM TRANSAKSI JUAL BELI

PADA PEDAGANG DI PASAR TERAPUNG LOK BAINTAN

A. Identitas

1. Nama :

2. Umur :

3. Alamat :

4. Agama :

5. Pendidikan Terakhir :

B. Pertanyaan-pertanyaan

- Pertanyaan Umum

1. Sudah berapa lama anda berdagang di pasar Terapung lok Baintan?

2. Jenis barang apa saja yang anda jual di pasar Terapung Lok Baintan?

3. Dari mana anda mendapatkan barang yang anda jual di pasar

Terapung Lok Baintan?

4. Alat transportasi apa yang anda gunakan saat berjualan di pasar

Terapung lok baintan?

5. Dari jam berapa dan sampai jam berapa anda berjualan di pasar

Terapung Lok Baintan?

6. Berapa pendapatan perharinya yang anda peroleh dari berjualan di

pasar Terapung Lok Baintan?


- Pertanyaan Transaksi Jual Beli

1. Bagaimana cara anda dalam menawarkan barang dagangan yang anda

jual kepada calom pembeli?

2. Bagaimana strategi anda dalam menarik minat pelanggan agar barang

dagangan anda bisa laku terjual?

3. Bagaimana sikap anda saat ada pembeli yang menawar barang

dagangan anda dengan sangat murah?

4. Bagaimana cara anda dalam menjaga hubungan baik dengan pedagang

yang lain?

5. Bagaimana menurut anda jika ada pedagang lain yang menjual barang

dagangannya dibawah harga pasaran?

6. Apakah pekerjaan anda saat ini dapat memenuhi kebutuhan keluarga

anda sehari-hari?

- Pertanyaan Etika Bisnis Islam

1. Apakah transaksi jual beli yang anda lakukan sudah sesuai dengan

syariat Islam?

2. Apakah barang yang anda jual sudah sesuai dengan syariat Islam?

3. Apakah anda selalu memperhatikan kualitas barang dagangan yang

anda jual?

4. Bagaimana tanggapan anda jika ada pembeli yang mengaku tidak

puas dengan barang yang anda jual?


5. Apakah anda dalam menetapkan harga sudah sesuai dengan harga

yang ada di pasaran?

6. Selama berjualan di pasar Terapung Lok Baintan, apakah ada

keuntungan yang anda sisihkan untuk orang lain seperti zakat,

sedekah, infak wakaf dan sebagainya?

7. Apakah anda jujur dalam menjelaskan barang dagangan anda seperti

adanya cacat atau rusak agar tidak terjadi kecurangan dalam transaksi

jual beli?

8. Apa yang anda lakukan saat barang dagangan anda dalam kondisi

yang kurang baik?

9. Apakah kejujuran itu perlu dalam berdagang?

10. Bagaimana tanggapan anda apabila ada terdapat barang dagangan

anda yang tidak terjual hari ini?


RESPONDEN 1

Nama : Jumiati

Umur : 50 tahun

Alamat : Desa Paku Alam

Agama : Islam

Pendidikan terakhir : SMA

Ibu Jumiati adalah pedagang buah-buahan. Ibu Jumiati menjual buah-

buahan seperti jeruk, pisang dan jambu. Ibu Jumiati biasanya mendapatkan buah-

buahan tersebut dengan memetik dari kebun beliau sendiri. Ibu Jumiati berjualan

setiap hari dari jam 06.00 WITA sampai 09.00 WITA dengan menggunakan alat

transportasi perahu (Jukung) dan beliau sudah menggeluti usaha ini kurang lebih

selama 10 (sepuluh) tahun. Pendapatan yang beliau peroleh mencapai Rp 100.000

(seratus ribu rupiah) sampai dengan Rp 200.000 ( dua ratus ribu rupiah ) per

harinya.

Ibu Jumiati menjual barang dagangannya dengan cara menghampiri satu-

persatu perahu para pembeli, biasanya yang membeli barang dagangan beliau

adalah orang kampung yang membeli buah di pasar Terapung Lok Baintan dan

dijual kembali di pasar lain. Ibu Jumiati tidak memiliki strategi khusus dalam

menarik minat pelanggan agar mau membeli barang dagangannya, menurutnya

dagangannya ini banyak yang mau membeli karena kualitas buah-buahan yang

dijualnya cukup bagus karena langsung dipetik dari kebunnya sendiri. Ibu Jumiati

sudah mempunyai konsumen tetap jadi diantara beliau dan para konsumen

tersebut sudah mengetahui harga buah yang ibu jumiati jual, jadi tidak ada
pembeli yang menawar buah-buah beliau dengan sangat murah ataupun

sebaliknya. Ibu Jumiati juga punya citra baik dengan para pedagang yang lain

karena sering menolong sesama penjual saat sedang berjualan seperti sering

memberi makanan kepada pedagang yang lain. Ibu Jumiati juga tidak terlalu

mementingkan apabila ada penjual lain yang menjual barang dagangannya

dibawah harga pasaran, karena menurut beliau harga jual buah yang beliau

tawarkan sudah sangat sedikit keuntungannya sehingga apabila beliau turunkan

harga jualnya maka tidak akan mendapatkan keuntungan bahkan bisa merugi. Ibu

Jumiati juga menjelaskan bahwa pendapatannya dari berjualan buah-buahan

cukup hanya untuk memenuhi kebutuhannya sehari-hari saja, ibu Jumiati adalah

tulang punggung keluarga karena suami beliau sudah meninggal dimana ibu

Jumiati harus menghidupi ketiga anak beliau dan hanya satu yang sudah

berkeluarga.

Ibu Jumiati dalam melakukan transaksi jual beli sudah sesuai dengan

syariat Islam karena selalu menerapkan akad jual beli kepada calon pembelinya,

barang yang beliau jual pun sudah sesuai dengan syariat Islam karena barang yang

ibu Jumiati jual adalah barang dari hasil kebunnya sendiri sehingga dipastikan

tidak bercampur dengan barang yang berbahaya untuk kesehatan tubuh sehingga

sehat untuk dikonsumsi.

Ibu Jumiati juga selalu memperhatikan kualitas barang dagangannya,

buah-buahan yang beliau petik selalu dalam keadaan segar dan tidak pernah

menjual buah-buahan tersebut dalam keadaan layu atau busuk karena sehabis

dipetik pada sore hari maka akan langsung di jual pada ke esokan harinya. Ibu
Jumiati mengaku tidak pernah mendapatkan komplain dari pembeli yang membeli

buah-buahan dari beliau, karena ibu jumiati selalu memperhatikan kualitas barang

yang beliau jual.

Ibu Jumiati dalam menetapkan harga juga sudah sesuai dengan harga yang

ada di pasaran, ibu Jumiati tidak pernah menaikkan harga walaupun kualitas

barang yang beliau jual sangat bagus, karena menurut ibu Jumiati apabila harga

jualnya dinaikkan maka tidak akan laku dan apabila harga jualnya diturunkan

maka tidak akan mendapatkan keuntungan. Ibu Jumiati juga menyisihkan

pendapatannya untuk bersedekah atau berinfak, tetapi untuk zakat beliau tidak

pernah lagi mengeluarkan zakat dari hasil berjualan, padahal waktu dulu beliau

selalu berzakat setiap tahunnya, alasan beliau tidak mengeluarkan zakat lagi

karena sekarang buah-buahan yang beliau tanam sering mati dan gagal panen

dikarenakan air yang semakin tinggi sehingga menenggelamkan buah-buahan

yang beliau tanam, hingga akhirnya hanya sedikit buah-buahan yang ibu Jumiati

bisa petik untuk di jualkan ke Pasar Terapung Lok Baintan.

Apabila ada buah-buahan yang beliau jual dalam keadaan kurang bagus

seperti ada yang busuk atau layu, maka akan beliau pisahkan di keranjang lain dan

akan ibu Jumiati jual dengan harga yang lebih murah karena kualitas buahnya

yang kurang bagus. Calon pembeli pun biasanya sudah mengetahui terlebih

dahulu apabila ada buah-buahan yang letaknya terpisah dengan keranjang yang

lain maka buah-buahan tersebut kualitasnya kurang bagus dari buah yang lainnya.

Ibu Jumiati juga selalu berlaku jujur dalam menjual barang dagangannya,

menurut beliau jujur dalam berdagang adalah hal yang sangat penting karena
dengan kejujuran akan membuat calon pembeli merasa senang dan percaya untuk

melakukan transaksi jual beli dengan beliau. Ibu Jumiati juga mengungkapkan

tidak pernah buah-buahan yang beliau jual tidak laku, karena menurut beliau

buah-buahan yang dijual tersebut kualitasnya cukup bagus dan banyak diminati

oleh para calon pembeli yang ada di Pasar Terapung Lok Baintan.

RESPONDEN 2

Nama : Arbainah

Umur : 40

Alamat : Lok Baintan

Agama : Islam

Pendidikan Terakhir : Madrasah Ibtidaiyyah

Ibu Arbainah adalah pedagang buah-buahan dan aksesoris souvenir khas

Kalimantan. Ibu Arbainah berjualan setiap hari dari jam 06.00 WITA sampai jam

10.00 WITA dan sudah berjualan selama kurang lebih 20 (dua puluh) tahun. Ibu

Arbainah mendapatkan buah-buahan tersebut dari memetiknya di kebun beliau

sendiri sedangkan untuk barang aksesoris souvenirnya sendiri beliau membelinya

di pasar Martapura. Ibu Arbainah menggunakan alat transportasi perahu (Jukung)

saat menjualkan barang dagangannya. Pendapatan yang beliau peroleh kurang

lebih Rp. 50.000 (Lima Puluh Ribu Rupiah) per harinya, apabila banyak yang

beli, beliau bisa mendapatkan Rp. 700.000 (Tujuh Ratus Ribu Rupiah) per

harinya, tapi bisa juga barang jualan beliau tidak ada yang laku sama sekali

sehingga tidak mendapatkan uang sepeserpun pada hari tersebut.


Ibu Arbainah menjual barang dagangannya dengan cara menawarkan

kepada calon pembeli dengan ramah tamah dan sopan santun agar para pembeli

tersebut merasa nyaman dan mau membeli barang dagangan yang beliau

tawarkan. Strategi Ibu Arbainah dalam menjual barang dagangannya bisa dibilang

cukup unik, beliau akan membawa calon pembeli untuk menaiki perahu yang di

gunakan sambil menawarkan barang yang beliau jual, bahkan Ibu Arbainah

banyak memberi Souvenir seperti gelang, peci, tas untuk para calon pembeli agar

mereka merasa nyaman dan senang apabila melakukan transaksi jual beli

dengannya. Ibu Arbainah juga menganggap baik apabila ada pembeli yang

menawar harga barang beliau dengan sangat murah karena menurut ibu Arbainah

itu adalah hak dari setiap pembeli, apabila harga tersebut cocok maka beliau akan

menjualnya, tetapi apabila harga tersebut tidak cocok maka barang tersebut tidak

akan dijual. Ibu Arbainah juga mempunyai hubungan yang sangat baik dengan

penjual yang lain, karena menurut beliau rezeki seseorang sudah ada yang

mengatur walaupun beliau tidak laku beliau tidak iri dengki kepada penjual yang

lain bahkan beliau sering membantu pedagang yang lain apabila meminta

pertolongan atau dalam keadaan susah. Ibu Arbainah mengungkapkan apabila ada

para penjual lain yang menurunkan harga dibawah harga pasaran, maka beliau

pun juga akan menjual barang dagangannya dibawah harga pasaran, bahkan beliau

sering menjual dengan harga modal dan tidak mendapatkan keuntungan sama

sekali, karena menurut ibu Arbainah menurunkan harga dibawah harga pasaran

adalah perbuatan yang tidak baik karena akan merugikan pedagang yang lain

bahkan membuat pedagang lain harus menurunkan harga barang dagangannya


agar bisa bersaing dan laku terjual. Pendapatan ibu Arbainah dari berjualan di

Pasar Terapung Lok Baintan hanya cukup untuk keperluan sehari-hari, apabila

dalam satu hari dagangan beliau banyak yang laku maka bisa untuk menabung

dan dijadikan modal kembali.

Transaksi jual beli yang dilakukan oleh ibu Arbainah juga sudah sesuai

dengan syariat Islam, dimana ibu Arbainah dalam melakukan transaksi jual

belinya menggunakan akad sesuai dengan ketentuan Syariat Islam, apabila ada

pembeli yang belum paham dengan akad jual beli sesuai syariat Islam, maka akan

beliau jelaskan kepada calon pembeli tersebut, tidak hanya itu, barang dagangan

yang beliau jual pun sudah sesuai dengan syariat Islam, tidak mengandung bahaya

dan tidak dilarang dalam agama.

Ibu Arbainah dalam menjual barang dagangannya selalu memperhatikan

kualitas barang yang dijual, apabila ada barang yang cacat atau rusak, maka akan

beliau tinggal dirumah dan tidak akan dijual lagi. Sebaliknya apabila ada barang

yang ibu Arbainah jual terdapat cacat atau rusak beliau siap bertanggung jawab

dan siap untuk mengganti rugi apabila ada pembeli yang membeli barang tersebut

dalam keadaan yang tidak bagus.

Ibu Arbainah dalam menetapkan harga jual suatu barang disesuaikan

dengan kualitas barang tersebut, apabila kualitas barang tersebut bagus maka akan

beliau jual dengan harga yang lebih tinggi, sebaliknya apabila kualitas barang

tersebut biasa saja maka akan beliau jual dengan harga pasaran. Ibu Arbainah juga

sering bersedekah kepada orang yang membutuhkan seperti untuk pembangunan

masjid, sekolah ataupun pesantren, ibu Arbainah selama dua tahun terakhir tidak
pernah mengeluarkan zakat lagi, karena setiap tahun penghasilan yang didapatkan

beliau selalu menurun sehingga tidak sampai lagi hitungannya untuk

mengeluarkan zakat.

Ibu Arbainah dalam melakukan transaksi jual beli selalu menjelaskan

dengan jujur kualitas barang yang beliau jual, misalkan barang tersebut

kualitasnya kurang bagus, maka akan beliau sampaikan kepada calon pembeli,

sehingga calon pembeli tersebut mengetahui bagaimana kondisi barang dagangan

yang ibu Arbainah jualkan. Jujur dalam berdagang menurut Ibu Arbainah adalah

sebuah kewajiban, karena menurut beliau apabila seseorang tidak jujur dalam

transaksi jual beli maka orang lain pun tidak akan percaya lagi dengan kita,

menurut ibu Arbainah jujur dan kepercayaan adalah modal sangat penting bagi

para pedagang untuk membangun sebuah bisnis yang baik dan berkah. Apabila

ada barang yang tidak laku hari ini, ibu Arbainah akan menjualnya lagi besok,

apabila ada barang yang dalam keadaan kurang bagus seperti terdapat cacat atau

rusak maka akan beliau tinggal dirumah dan tidak dijual lagi sehingga barang

yang dijual kembali adalah barang yang masih dalam kualitas bagus.

RESPONDEN 3

Nama : Wati

Umur : 45

Alamat : Lok Baintan

Agama : Islam

Pendidikan Terakhir : SMP


Ibu Wati adalah pedagang Nasi bungkus dan kue, Ibu Wati berjualan

setiap hari dari jam 06.00 WITA sampai dengan 09.00 WITA sedangkan untuk

hari sabtu dan minggu sampai jam 10.00 WITA dan ibu Wati sudah berjualan

sekitar kurang lebih 5 (lima) tahun. Ibu Wati menggunakan alat transportasi

perahu (jukung) dalam melakukan aktivitas kegiatan jual belinya di pasar

Terapung Lok Baintan. Pendapatan sehari-hari yang diperoleh ibu Wati tidak

menentu, dalam sehari ibu Wati bisa memperoleh Rp. 30.000 (Tiga Puluh Ribu

Rupiah) sedangkan untuk hari sabtu dan minggu ibu Wati bisa memperoleh

pendapatan sebesar Rp. 50.000 (Lima Puluh Ribu Rupiah) per harinya. Ibu Wati

membuat sendiri untuk nasi bungkusnya sedangkan kuenya sendiri ibu Wati

membelinya dari orang kampung yang ada di sekitar rumah beliau dan

menjualnya kembali ke Pasar Terapung Lok Baintan.

Ibu Wati dalam menjual barang dagangannya dengan cara menawarkan ke

para wisatawan yang baru datang menggunakan kapal. Ibu Wati dalam

menawarkan barang dagangannya mempunyai cara jualan yang unik, beliau saat

sedang berjualan sering menggunakan pantun untuk menarik minat pembeli agar

mau membeli barang dagangan yang beliau jual. Apabila ada calon pembeli yang

menawar barang dagangan ibu Wati dengan sangat murah, biasanya yang ibu

Wati lakukan adalah dengan menjelaskan harga produksi nasi bungkus tersebut,

seperti harga beras, harga ikan dan harga barang pokok lainnya, sehingga calon

pembeli mengetahui berapa pengeluaran yang beliau pakai untuk membuat nasi

bungkus tersebut. Ibu Wati sangat menjaga hubungan baik dengan para pedagang

yang lain, bahkan beliau sering tolong menolong dengan pedagang yang lain
apabila dalam keadaan susah, apabila pedagang lain ada yang tidak laku, maka ibu

Wati akan turut serta menawarkan barang dagangan penjual tersebut ke para

pembeli, Perilaku ibu Wati tersebut membuat beliau mempunyai hubungan yang

sangat baik dengan pedagang yang lain. Pada saat menjual nasi bungkus, ada

beberapa pedagang yang menjatuhkan harga jualannya dengan tujuan agar bisa

laku walaupun untungnya sangat sedikit, Ibu Wati sendiri tidak pernah menjual

barang dagangannya dibawah harga pasaran, karena menurut beliau harga jual

yang sekarang sudah sangat sedikit keuntungannya, apabila dijual dengan harga

yang sangat murah maka tidak akan mendapatkan keuntungan bahkan akan

merugi. Pendapatan ibu Wati yang didapatkan dari berjualan nasi bungkus dan

kue di pasar Terapung Lok Baintan hanya cukup untuk memenuhi kebutuhan

keluarga sehari-hari saja, menurut beliau kita harus selalu bersyukur berapapun

pendapatan yang kita dapatkan dalam mencari rezeki, karena rezeki yang kita

dapatkan sudah diatur oleh Allah SWT jadi kita hanya bisa berusaha dan selalu

berdoa agar rezeki kita selalu lancar dan terus bertambah.

Ibu Wati juga sangat memperhatikan akad dalam melakukan transaksi jual

beli, ibu Wati selalu mengingatkan calon pembeli agar selalu melakukan akad jual

beli apabila bertransaksi dengan beliau, bahkan ibu Wati selalu mengajarkan

kepada calon pembeli yang belum terbiasa melakukan akad transaksi jual beli

secara Syariat Islam, Nasi bungkus yang ibu Wati jual pun sangat beliau

perhatikan, tidak pernah ibu Wati berbuat curang kepada calon pembeli, karena

nasi bungkus yang dijual adalah buatan ibu Wati sendiri sehingga selalu

diperhatikan dari bahan pokoknya hinga cara membuatnya. Selama ibu Wati
berdagang nasi bungkus tidak pernah ada pembeli yang komplain kepada beliau,

karena ibu Wati selalu menjaga barang dagangan beliau dengan sangat baik.

Harga nasi bungkus yang dijual oleh ibu Wati sudah sesuai dengan harga

pasaran, ibu wati menjual nasi bungkus tersebut dengan harga Rp. 10.000

(sepuluh ribu rupiah) kepada wisatawan yang ada di kapal, sedangkan harga jual

untuk orang kampung atau masyarakat sendiri hanya Rp. 5.000 (lima ribu rupiah)

saja. Ibu Wati juga sering memberi sedekah atau infaq dari hasil berjualan nasi

bungkus, karena menurut beliau sedekah adalah jalan bagi seorang pedagang agar

bisnisnya bisa sukses di suatu hari nanti.

Ibu Wati juga selalu menerapkan sifat jujur dalam melakukan transaksi

jual beli, saat menawarkan barang dagangannya beliau tidak pernah melebih-

lebihkan apalagi sampai berdosa, karena menurut ibu Wati kejujuran itu sangat

penting, tetapi kejujuran tersebut tergantung dari diri masing-masing, bahkan ibu

Wati sering memberikan nasehat kepada anak-anak beliau agar selalu bersifat

jujur, karena dengan sifat jujur kita akan hidup tenang dan selalu bahagia. Apabila

nasi bungkus yang ibu Wati jual banyak yang tidak laku, maka beliau akan bawa

pulang dan akan dibagikan kepada tetangga yang ada di samping rumah atau

beliau makan sendiri bersama keluarga.


RESPONDEN 4

Nama : Helliyanti

Umur : 45

Alamat : Desa Sungai Bujur

Agama : Islam

Pendidikan Terakhir : SMA

Ibu Helliyanti adalah seorang penjual buah-buahan. jenis buah-buahan

yang ibu beliau jual biasanya jeruk, pisang dan sirsak. Ibu Helliyanti sendiri

mendapatkan buah-buahan tersebut dengan membeli dari orang-orang kampung,

biasanya suami ibu Helliyanti yang akan mencari buah-buahan tersebut dan akan

dijual kembali pada keesokan harinya. Ibu Helliyanti berjualan setiap hari dengan

menggunakan perahu kecil (jukung) dimana beliau berangkat dari jam 06 : 00

WITA sampai jam 08 : 00 WITA dan beliau sudah berjualan selama kurang lebih

9 (sembilan) tahun. Pendapatan bersih yang ibu Helliyanti peroleh per harinya

sebesar Rp 100.000 (Seratus Ribu Rupiah) sampai dengan Rp 150.000 (Seratus

Lima puluh Ribu Rupiah) perhari nya. Sedangkan untuk modal itu sendiri sebesar

Rp 1000.000 (Satu Juta Rupiah).

Ibu Helliyanti mempunyai banyak langganan, sehingga saat sudah sampai

ke pasar terapung, ibu Helliyanti sudah ditunggu oleh pembeli yang ingin

membeli buah dengan beliau. Ibu Helliyanti dalam berjualan selalu berperilaku

sopan santun dalam menawarkan barang dagangannya, beliau pun juga menata

buah-buahannya juga dengan rapi dan cantik sehingga membuat para pembeli

tertarik untuk melihat barang dagangan yang beliau jual. Ibu Helliyanti tidak
pernah mendapatkan tawaran yang sangat rendah dari para pembelinya, karena

penjual buah-buahan di pasar tersebut sudah mempunyai harganya masing-

masing, kecuali buah-buahan yang beliau jual dalam keadaan layu, maka ibu

Helliyanti akan menjualnya dengan harga yang lebih murah. Ibu Helliyanti juga

punya hubungan baik dengan penjual yang lain, sehingga antara beliau dan

penjual yang lain tidak pernah bermusuh-musuhan karena sudah mempunyai

langganan masing-masing. IBu Helliyanti tidak pernah merasa terganggu dengan

pedagang lain yang menjatuhkan harga agar bisa cepat laku terjual, beliau juga

sering menjatuhkan harga apabila buah-buahan yang beliau jual dalam keadaan

layu sehingga mengharuskan ibu Helliyanti untuk menjauhkan harga jual agar

bisa laku terjual. Penghasilan yang beliau dapatkan dari berjualan di Pasar

Terapung Lok Baintan cukup untuk menghidupi keluarga beliau, dimana ibu

Helliyanti mempunyai 4 (empat) orang anak dan hasil dari berjualan tersebut

mencukupi untuk menghidupi ke 4 (empat) anak beliau dan juga untuk keperluan

sehari-hari.

Ibu Helliyanti selalu memperhatikan akad jual beli dalam transaksi jual

belinya agar transaksi jual beli yang beliau lakukan menjadi sah dan mendapatkan

keberkahan dari Allah SWT. Buah-buahan yang beliau jual pun juga sudah sesuai

dengan Syariat Islam, karena sehabis suami beliau membeli buah-buahan tersebut

dari orang lain, Ibu Helliyanti langsung menjualnya pada keesokan harinya.

Ibu Helliyanti juga selalu memperhatikan kualitas buah-buahan yang

beliau jual, apabila ada buah yang rasanya asam atau masih mentah maka akan

beliau taruh di wadah yang lain, sehingga antara buah yang manis dan yang asam
atau buah yang sudah matang dan yang masih mentah otomatis sudah beliau

pisahkan di wadah yang lain dengan harga jual yang berbeda. Ibu Helliyanti juga

memisahkan buah-buahan yang besar dan yang kecil sehingga para pembeli bisa

memilih untuk membeli buah yang besar atau yang kecil, apabila ada buah-

buahan yang busuk maka buah tersebut akan beliau tinggal di rumah dan tidak

akan beliau jual. Saat melakukan transaksi ibu Helliyanti juga transparan dalam

menjelaskan barang dagangannya. Pelanggan beliau pun sudah tahu dengan

kualitas barang dagangan yang beliau jual sehingga sudah saling percaya antara

satu sama lain.

Ibu Helliyanti dalam menetapkan harga jual sudah disesuaikan dengan

harga beli buah tersebut. Apabila harga beli buah tersebut mahal maka ibu

Helliyanti akan menaikkan harga jualnya, tetapi apabila harga beli buah tersebut

murah maka beliau akan menjualnya dengan harga yang normal sesuai dengan

harga pasaran. Ibu Helliyanti pun selalu menyisihkan keuntungan yang beliau

dapatkan untuk bersedekah dan infaq setiap harinya.

Ibu Helliyanti dalam menjelaskan barang dagangannya selalu jujur,

apabila ada buah-buahan tersebut belum matang atau ada yang rusak maka beliau

akan menjelaskannya kepada calon pembelinya, bahkan ibu Helliyanti sudah

memisahkan buah-buahan yang kurang bagus dengan buah-buahan yang baik

sehingga pembeli mengetahui kualitas buah yang beliau jual.

Menurut ibu Helliyanti jujur dalam berdagang itu perlu sekali, karena

apabila kita tidak jujur, maka bisnis yang kita jalankan tidak akan berkah dan

kemungkinan besar kita juga akan dicurangi oleh orang lain apabila kita tidak
jujur. Apabila buah-buahan yang beliau jual tidak laku maka ibu Helliyanti akan

jual lagi pada keesokan harinya, apabila terdapat kerusakan di buah tersebut,

seperti layu maka akan beluai pisahkan dengan buah yang masih segar dan akan

ibu Helliyanti jual dengan wadah (bungkalang) terpisah dengan harga yang

berbeda.

RESPONDEN 5

Nama : Hadariah

Umur : 42 Tahun

Alamat : Desa Lok Baintan

Agama : Islam

Pendidikan Terakhir : SMA

Ibu Hadariah adalah penjual beras, gas elpiji dan camilan rumahan, ibu

Hadariah sudah berjualan di Pasar Terapung Lok Baintan kurang lebih selama 11

(sebelas) tahun. Ibu Hadariah berjualan dari jam 06 : 00 WITA sampai dengan

jam 09.00 WITA dengan menggunakan alat transportasi perahu (jukung) untuk

berjualan sehari-hari. Ibu Hadariah mendapatkan barang dagangannya dengan

membeli dengan orang kampung dan dijualkan kembali di pasar Terapung Lok

Baintan. Ibu hadariah mendapatkan penghasilan kotor per harinya nya kurang

lebih sebesar Rp 500.000 (Lima Ratus Ribu Rupiah) dengan keuntungan kurang

lebih Rp 50.000 (Lima puluh Ribu Rupiah) per harinya.

Ibu Hadariah menjual barang dagangannya dengan cara menghampiri satu

persatu para pembeli baik itu orang kampung ataupun para wisatawan yang
menggunakan kapal. Ibu Hadariah adalah orang yang selalu suka bercanda dan

sopan dalam menjual barang dagangannya sehingga cukup banyak pembeli yang

ingin membeli dagangan beliau. Apabila ada calon pembeli yang menawar jualan

beliau dengan sangat murah, ibu Hadariah akan mempersilahkan pembeli tersebut

untuk membandingkan harga dan kualitas barang yang beliau jual dengan

pedagang yang lain. Menurut ibu Hadariah barang dagangan yang beliau jual

mempunyai kualitas yang bagus dan beliau tidak mau menjual dengan harga yang

sangat murah karena hal tersebut akan membuat beliau rugi dan akan cepat

bangkrut. Ibu Hadariah juga mempunyai hubungan baik dengan penjual yang lain,

bahkan apabila ada penjual yang dagangannya tidak laku, ibu Hadariah akan ikut

menawarkan barang dagangan penjual tersebut. Menurut beliau apabila kita saling

membantu satu sama lain maka Allah SWT akan membantu kita juga dalam

urusan rizki dan kata beliau rizki seseorang tidak akan pernah tertukar karena

sudah ada jalannya masing-masing. Ibu Hadariah menanggapi dengan santai

apabila ada pedagang lain yang menjual barang dagangannya dibawah harga

pasaran, karena menurut beliau pedagang yang menjual barang dagangannya

dibawah harga pasaran akan sulit untuk mengembangkan bisnisnya dan

kemungkinan besar akan gulung tikar karena tidak mendapatkan keuntungan

dalam menjalankan bisnisnya. Pendapatan yang ibu Hadariah dapatkan dari

berjualan di Pasar Terapung Lok Baintan hanya cukup untuk keperluan sehari-

sehari saja, tetapi selain berjualan di Pasar Terapung ibu Hadariah juga berjualan

di depan rumah beliau setelah selesai berjualan di Pasar Terapung Lok Baintan.
Ibu hadariah selalu menggunakan akad jual beli apabila melakukan

transaksi, beliau juga mengajarkan akad jual beli seperti “tukarlah” dan “juallah”.

Barang yang ibu Hadariah jual pun sudah sesuai dengan Syariat Islam tidak

bercampur dengan apapun sehingga aman untuk diperjual belikan.

Ibu Hadariah juga selalu memperhatikan kualitas barang dagangan yang

beliau jual, misalkan ada beras yang basah terkena air maka akan beliau jemur

terlebih dahulu dan setelah selesai dijemur maka akan beliau pilih beras mana

yang masih layak untuk dijual kembali. Ibu Hadariah akan bertanggung jawab

apabila ada terdapat barang yang beliau jual tidak sesuai dengan apa yang beliau

jelaskan sewaktu transaksi jual beli, ibu Hadariah pun siap untuk ganti rugi

terhadap barang yang beliau jual apabila tidak sesuai dengan ekspektasi pembeli.

Harga jual yang ibu Hadariah tetapkan sudah sesuai dengan harga pasaran,

beliau tidak bisa menjual barang dagangannya dengan harga yang tinggi atau

rendah, karena harga yang beliau tetapkan sudah menjadi harga pasaran di Pasar

Terapung Lok Baintan. Ibu Hadariah juga selalu bersedekah apabila ada

penghasilan lebih dari berjualan untuk keperluan agama seperti pembangunan

masjid, sekolah dan yang lainnya

Ibu Hadariah selalu jujur dalam menjelaskan barang dagangannya, apabila

ada barang dagangan yang beliau jual dalam keadaan kurang baik akan beliau

sampaikan kepada calon pembeli. Ibu Hadariah mengungkapkan bahwa kejujuran

merupakan sebuah kewajiban bagi setiap pedagang. Ibu Hadariah menjelaskan

bahwa perilaku seseorang akan berbalik kembali kepada orang tersebut, apabila

pedagang tersebut jujur maka akan kembali kepada dirinya, begitu pula apabila
pedagang tersebut tidak jujur maka akan kembali kepada pedagang tersebut. Ibu

Hadariah akan menjual kembali barang yang tidak laku hari ini pada ke esokan

harinya, apabila ada barang yang sudah tidak layak untuk dijual maka akan beliau

tinggal dirumah. Menurut ibu Hadariah barang yang beliau jual tersebut dalam

tiga hari sudah habis terjual sehingga ibu Hadariah akan membeli lagi barang

dagangan beliau di pasar lain untuk dijualkan kembali di pasar Terapung Lok

Baintan.

RESPONDEN 6

Nama : Ida Nurhayati

Umur : 45 Tahun

Alamat : Desa Paku Alam

Agama : Islam

Pendidikan Terakhir : SMP

Ibu Ida adalah seorang pedagang nasi bungkus. Ibu Ida membuat sendiri

nasi bungkus yang beliau jual dengan lauk seperti ayam, telur dan ikan. Ibu Ida

sudah berjualan kurang lebih selama 2 (dua) tahun dan beliau berjualan dengan

menggunakan alat transportasi perahu (jukung). Ibu Ida berangkat berjualan ke

pasar Terapung dari pukul 06 : 00 WITA sampai jam 08 : 00 WITA, dan bahkan

bisa sampai jam 09 : 00 WITA apabila dagangannya belum habis. Penghasilan

yang didapatkan ibu Ida tidak menentu, apabila laku sampai habis ibu Ida bisa

mendapatkan penghasilan sebesar Rp 250.000 (Dua Ratus Lima puluh Ribu


Rupiah) per harinya, tetapi apabila dagangannya tidak habis, ibu Ida hanya

mendapatkan Rp 100.000 sampai Rp 150.000 saja perharinya.

Ibu Ida menjual barang dagangannya dengan cara menawarkan nasi

bungkus kepada para wisatawan yang mencari makan untuk sarapan pagi. Ibu Ida

selalu berusaha agar nasi bungkusnya selalu laku terjual. Apabila tidak laku. maka

ibu Ida akan mencoba menawarkan nasi bungkusnya dengan cara meminta kepada

para wisatawan untuk membeli nasi bungkus dari beliau dan dibagikan kembali

kepada pedagang lain dengan alasan belum sarapan pagi. Ibu Ida menjelaskan

apabila menjual nasi bungkusnya kepada para wisatawan, ibu Ida akan

menjualnya dengan harga Rp 10.000 (sepuluh ribu rupiah) tetapi apabila beliau

menjualnya dengan orang kampung atau sesama pedagang, maka ibu Ida akan

menjualnya dengan harga Rp 5.000 (lima ribu rupiah) saja. Menurut ibu Ida

penghasilan yang didapatkan dari berjualan nasi bungkus ini tidak terlalu banyak

keuntungannya, apabila laku terjual semua, ibu Ida bias mendapatkan keuntungan

kurang lebih Rp 50.000 (lima puluh ribu rupiah) tetapi apabila dagangannya

masih banyak tersisa maka keuntungan yang beliau dapatkan sangat sedikit dan

bahkan merugi apabila dagangannya sangat sedikit terjual. Ibu Ida sendiri

mempunyai hubungan baik dengan pedagang yang lain, hanya ada beberapa

pedagang yang hubungannya kurang baik dengan beliau karena saling berebut

pembeli terutama sesama pedagang nasi bungkus. Ibu Ida sering berebut dengan

para pedagang yang lain untuk bisa menawarkan barang dagangannya kepada

wisatawan agar laku terjual, tidak jarang nasi bungkus ibu Ida basah terkena

gelombang kapal dan perahu pedagang yang lain, sehingga membuat nasi
bungkus beliau tidak bisa dijual lagi. Ibu Ida sendiri tidak mempermasalahkan

apabila ada pedagang lain yang menjual barang dagangannya dibawah harga

pasaran terutama pedagang nasi bungkus yang lain, karena ibu Ida sendiri pun

juga melakukan hal yang sama, karena menurut beliau berjualan nasi bungkus

harus laku terjual pada hari itu juga, jadi bagaimanapun juga harus terjual walau

dengan harga yang sangat murah dan sangat sedikit mendapatkan keuntungan.

Pendapatan yang didapatkan ibu Ida sendiri hanya bisa untuk belanja sehari-hari

dan sisanya digunakan untuk modal membuat nasi bungkus kembali. Ibu Ida

hanya berjualan di Pasar Terapung Lok baintan apabila sudah selesai berjualan ibu

Ida menjadi ibu rumah tangga, sedangkan suami beliau sendiri bekerja sebagai

buruh bangunan.

Ibu Ida dalam melakukan transaksi selalu menggunakan akad jual beli agar

menjadi sah menurut syariat Islam, tetapi apabila ada pembeli non muslim atau

orang dari luar daerah yang belum terbiasa dengan akad jual beli, ibu Ida tidak

akan menjelaskan akad jual beli, tetapi hanya mengatakan kalimat terima kasih

kepada pembeli tersebut. Dagangan yang dijual oleh ibu Ida pun juga sudah sesuai

dengan Syariat Islam dimana ibu Ida sendiri yang membuat nasi bungkusnya,

beliau membuat nasi bungkus tersebut sekitar jam 03 : 00 WITA subuh dan

langsung dijual pada pagi harinya.

Ibu Ida dalam menjual barang dagangannya kurang memperhatikan

kualitas barang yang beliau jual, sering sekali ibu Ida menjual nasi bungkusnya

dalam keadaan basah terkena gelombang, ibu Ida sendiri pun sering

menggunakan lauk seadanya dan porsi nasi yang cukup sedikit. Ibu Ida paham
sekali apabila ada pembeli yang merasa kurang puas dengan nasi bungkus yang

beliau jual, ibu Ida mengatakan keterbatasan modal dan keuntungan yang sedikit

membuat beliau harus membuat nasi bungkus dengan modal yang cukup terbatas

sehingga membuat nasi bungkus ibu Ida mempunyai kekurangan dalam hal porsi

dan lauk yang digunakan.

Harga nasi bungkus yang ibu Ida jual sudah sesuai dengan harga pasaran

nasi bungkus di Pasar Terapung Lok Baintan. Ibu Ida saat menjual nasi bungkus

kepada para wisatawan satu porsi nasi bungkus dijual sebesar Rp 10.000 (sepuluh

ribu rupiah) tetapi apabila ada para penjual lain atau orang kampung yang ingin

membeli nasi bungkus beliau, maka ibu Ida akan menjualnya sebesar Rp 5.000

(lima ribu rupiah) saja. Ibu Ida mengaku selama menjalankan bisnis ini

penghasilannya kurang banyak, hal itu membuat beliau tidak sering mengeluarkan

sedekah, infak maupun wakaf karena banyak keperluan rumah tangga yang harus

dibiayai, ibu Ida hanya seminggu sekali untuk mengeluarkan sedekah sedangkan

untuk zakat sendiri ibu Ida tidak pernah mengeluarkannya karena tidak pernah

sampai nisabnya.

Menurut ibu Ida jujur itu sangatlah penting karena jujur itu adalah jalan

untuk seorang pebisnis meraih kesuksesan, tetapi menurut ibu Ida menerapkan

sifat jujur itu sangatlah sulit karena menurut beliau berjualan di pasar Terapung

Lok Baintan sangatlah susah dengan banyaknya pedagang nasi bungkus yang

berjualan di pasar Terapung Lok Baintan sehingga agar nasi bungkusnya laku

terjual beliau terpaksa untuk berbohong. Apabila barang yang beliau jual tidak
semuanya laku terjual maka akan dibawa pulang untuk dimakan kembali atau

dibagikan kepada tetangga yang ada di samping rumah.

RESPONDEN 7

Nama : Siti Rahmah

Umur : 40 Tahun

Alamat : Desa Sungai Bakung

Agama : Islam

Pendidikan Terakhir : SMA

Ibu Rahmah merupakan seorang penjual nasi bungkus, nasi bungkus yang

di jual ibu Rahmah merupakan buatan beliau sendiri dengan lauk pauk beragam

seperti ikan, ayam dan telur. Ibu Rahmah berjualan dari jam 06 : 00 WITA sampai

jam 08 : 00 WITA dengan menggunakan alat transportasi perahu (jukung) dan

beliau sudah berjualan kurang lebih selama 5 (lima) tahun. Penghasilan yang

diperoleh ibu Rahmah perharinya bisa mencapai Rp 100. 000 (Seratus Ribu

Rupiah) sampai dengan Rp 200. 000 (Dua Ratus Ribu Rupiah) tergantung berapa

banyaknya nasi bungkus yang terjual pada hari itu.

Ibu Rahmah menjual nasi bungkusnya dengan cara mendatangi satu

persatu perahu para wisatawan yang baru saja datang dari kota Banjarmasin, ibu

Rahmah menghampiri setiap kapal yang baru datang dengan menawarkan nasi

bungkus kepada para wisatawan yang ada di kapal tersebut. Selain menawarkan

barang dagangannya ibu Rahmah pun juga sering berpantun untuk menghibur

para wisatawan yang datang ke pasar Terapung Lok Baintan, Tak jarang para
wisatawan tersebut merasa terhibur dan mau membeli nasi bungkus yang beliau

jual. Ibu Rahmah sudah mempunyai harga tetap saat menjual nasi bungkusnya

kepada pembeli, ibu Rahmah menjual nasi bungkusnya dengan harga Rp 10.000

(sepuluh ribu rupiah) kepada para wisatawan dan Rp 5.000 (lima ribu rupiah)

kepada masyarakat sekitar atau kepada penjual yang lain, apabila ada yang

menawar dibawah harga tersebut maka ibu Rahmah akan menolaknya karena

harga tersebut sudah wajar di pasar Terapung Lok Baintan. Ibu Rahmah

mempunyai hubungan baik dengan pedagang yang lain terutama pedagang nasi

bungkus, meskipun begitu, ibu Rahmah beberapa kali berselisih paham dengan

pedagang nasi bungus yang lain karena saling berebut pembeli yang sama, tapi

tidak berselang lama mereka saling meminta maaf dan menjalin hubungan yang

baik lagi. Menurut ibu Rahmah, pedagang yang ada di pasar Terapung Lok

Baintan sering berselisih paham karena apabila para wisatawan yang datang ke

pasar Terapung Lok Baintan jumlahnya sedikit maka akan saling berebut untuk

bisa menjual barang dagangannya agar bisa laku pada hari itu, sehingga tidak

jarang karena saling berebut membuat para pedagang sering bersilisih paham

bahkan juga saling adu mulut, tetapi setelah selesai berjualan mereka akan saling

meminta maaf karena mereka sadar bahwa tujuan mereka berjualan di pasar

Terapung Lok Baintan adalah sama-sama mencari rezeki untuk menghidupi

keluarganya masing-masing. Ibu Rahmah tidak terlalu memikirkan apabila ada

pedagang lain yang menjual barang dagangannya dibawah harga pasaran, karena

menurut ibu Rahmah harga jual nasi bungkus beliau sudah sangat sedikit

keuntungannya, apabila beliau menjual dibawah harga pasaran maka


kemungkinan besar ibu Rahmah akan mengalami kerugian sehingga tidak dapat

berjualan kembali pada keesokan harinya. Pendapatan yang diperoleh ibu Rahmah

sangatlah kecil, apalagi pendapatan yang beliau dapatkan digunakan untuk modal

membuat nasi bungkus kembali. Ibu Rahmah hanya memperoleh keuntungan

sebesar Rp 20.000 (dua puluh ribu rupiah) sampai Rp 40.000 (empat puluh ribu

rupiah) saja perharinya. Untuk menghidupi keluarganya sehari-hari, ibu Rahmah

mempunyai suami yang bekerja sebagai buruh bangunan yang dapat membantu

untuk memenuhi kebutuhan keluarga sehari-hari.

Ibu Rahmah selalu menggunakan akad jual beli dalam menjual barang

dagangannya, apalagi ibu Rahmah selalu mengajarkan kepada para pembeli yang

tidak terbiasa menggunakan akad jual beli secara syariat Islam. Menurut ibu

Rahmah akad jual beli sangatlah penting karena dengan akad jual beli akan

membuat suatu usaha semakin bertambah berkah. Ibu Rahmah juga cukup

memperhatikan nasi bungkus yang beliau jual, seperti lauknya yang membeli di

pasar, nasi yang dimasak sendiri hingga membungkus nasi pun sendiri, sehingga

nasi bungkus yang beliau jual sudah sesuai dengan syariat Islam.

Ibu Rahmah juga selalu memperhatikan nasi bungkus yang dijual seperti

ukuran lauk, porsi nasi yang cukup banyak hingga tambahan menu yang lain

sehingga wisatawan yang yang membeli nasi bungkus dari beliau merasa puas

dengan isi dan menu nasi bungkus tersebut. Selama ibu Rahmah berjualan nasi

bungkus, jarang sekali ada pembeli yang merasa tidak puas dengan nasi bungkus

yang dibelinya, hal itu dikarenakan ibu Rahmah selalu memperhatikan barang

dagangan yang beliau jual kepada calon pembelinya.


Harga nasi bungkus yang dijual oleh ibu Rahmah pun sudah sesuai dengan

harga pasaran yang ada di pasar Terapung Lok Baintan dan tidak bisa dinaikkan

atau diturunkan lagi, apabila dinaikkan maka akan sulit untuk menjualnya karena

kemahalan, dan apabila diturunkan maka akan rugi apabila dijual dengan harga

yang sangat murah. Ibu Rahmah juga sering bersedekah dan sering memberi

kepada pedagang yang lain, misalkan ada nasi bungkus yang tidak laku maka akan

dibagikan beliau kepada pedagang yang lain, ibu Rahmah juga sering

membagikan nasi bungkus beliau kepada tetangga yang ada disamping rumah.

Ibu Rahmah merupakan orang yang sangat transparan dalam menjelaskan

barang yang beliau jual, seperti jenis beras yang dipakai, jenis lauk yang

digunakan hingga menu apa saja yang ada di dalam nasi bungkus tersebut.

Apabila ada nasi bungkus yang beliau jual dalam keadaan kurang bagus seperti

terkena air, maka ibu Rahmah akan memisahkannya dengan nasi bungkus yang

yamg masih bagus dan tidak akan menjualnya dan akan beliau bawa pulang untuk

di makan.

Kejujuran adalah kunci utama agar menjadi pedagang yang sukses, maka

dari itu ibu Rahmah selalu berpegang teguh kepada kejujuran, hal itu membuat

nasi bungkus yang ibu Rahmah jual jarang sekali tidak laku karena beliau sering

menerapkan kejujuran dalam melakukan transaksi jual beli. Apabila ada nasi

bungkus yang tidak laku maka akan ibu Rahmah berikan kepada orang lain atau

akan beliau bawa pulang dan akan di makan sendiri sisanya dengan keluarga yang

ada di rumah.
RESPONDEN 8

Nama : Marzuki

Umur : 52 Tahun

Alamat : Sungai Tandipah Rt 003

Agama : Islam

pendidikan Terakhir : Pondok pesantren Darussalam Martapura

Bapak Marzuki adalah seorang penjual souvenir Pasar Terapung, Barang

yang dijual beliau antara lain baju khas pasar Terapung, Tas manik, sarung tenun,

dan peci. Beliau mendapatkan barang-barang tersebut dengan membeli di Pasar

Taman cahaya Bumi Selamat Martapura. Bapak Marzuki berjualan setiap hari dari

dari jam 00:60 WITA sampai dengan jam 00:90 WITA dimana bapak Marzuki

berjualan di pasar Terapung dengan menggunakan perahu (jukung). Bapak

Marzuki mendapatkan penghasilan rata-rata sebesar Rp 50.000 (lima puluh ribu

rupiah) sampai dengan Rp 100.000 (seratus ribu rupiah) per harinya, dan apabila

dagangannya banyak yang laku bapak Marzuki bisa mendapatkan Rp 500.000

(lima ratus ribu rupiah).

Bapak Marzuki menjual barang dagangannya dengan mendatangi satu

persatu kapal (klotok) yang baru datang ke pasar Terapung Lok Baintan. Dimana

target pasar beliau adalah para wisatawan yang berkunjung ke pasar Terapung

Lok Baintan. Bapak Marzuki akan menawarkan dengan menjelaskan barang yang

beliau jual, bahkan sering beliau menjelaskan dengan menghibur para pembeli

dengan menggunakan pantun untuk menarik perhatian calon pembeli sehingga

mau membeli barang dagangan beliau. Bapak Marzuki menjual barang


dagangannya sudah disesuaikan dengan harga pasaran yang ada di pasar Terapung

Lok Baintan, Apabila ada calon pembeli yang menawar harga dagangan beliau

dengan sangat murah, maka bapak Marzuki akan menolaknya dengan halus dan

beliau akan meminta calon pembeli tersebut untuk menawar dengan harga yang

normal. Bapak Marzuki juga mempunyai hubungan yang baik dengan pedagang

yang lain, beliau juga sangat suka menolong bahkan tidak jarang beliau sering

menolong pedagang yang perahunya tenggelam di sungai karena terbentur dengan

perahu atau kapal yang lain, bapak Marzuki juga sering menolong pedagang yang

lain dengan ikut menawarkan barang jualan pedagang tersebut apabila tidak laku

sama sekali. Banyak orang yang suka dengan cara bapak Marzuki berdagang

bahkan beliau tidak pernah berselisih paham dengan pedagang yang lain, sehingga

banyak pedagang lain yang senang dengan beliau. Penghasilan yang bapak

Marzuki dapatkan dari berjualan di pasar Terapung sangatlah berkecukupan,

bahkan penghasilan yang bapak Marzuki dapatkan mampu menghidupi keluarga

beliau, bahkan mampu menyekolahkan anak beliau sampai ke perguruan tinggi,

penghasilan yang bapak Marzuki dapatkan juga mampu merenovasi rumah yang

beliau tempati dan bahkan mampu menabung untuk berangkat pergi haji dengan

istri. Bapak Marzuki mengatakan penghasilan yang beliau dapatkan setiap hari

akan beliau bagi menjadi 2 (dua), setengahnya akan beliau gunakan untuk

keperluan modal dan setengahnya lagi untuk keperluan keluarga dan apabila ada

sisanya maka akan beliau tabung untuk keperluan di waktu mendatang, walaupun

pendapatan bapak Marzuki tidak seberapa tetapi beliau mampu menabung dan

berhasil membuat kehidupan keluarga beliau berkecukupan.


Transaksi yang dilakukan oleh bapak Marzuki selalu menggunakan akad

jual beli, akad jual beli yang beliau gunakan adalah akad (Tukarlah) dan (Juallah)

yang kebiasaan dipakai di masyarakat Banjar. Apabila ada pembeli yang tidak

terbiasa dengan akad tersebut maka akan beliau ajarkan agar sama-sama

menggunakan akad jual beli. Barang yang bapak Marzuki jualpun sudah sesuai

dengan syariat Islam dimana barang yang dijual oleh beliau adalah barang yang

tidak bertentangan dengan ajaran Islam, cara memperolehnya pun beliau dapatkan

dengan membelinya di pasar Martapura.

Bapak Marzuki selalu memperhatikan kualitas barang yang beliau jual,

setelah selesai berjualan dan sampai di rumah, bapak Marzuki akan memeriksa

barang dagangan beliau apakah ada barang yang tidak bagus seperti terkena air

atau ada yang rusak, apabila ada barang yang terkena air maka akan beliau jemur

dan setelah dijemur maka istri beliau akan menyusunnya kembali di wadah yang

sering bapak Marzuki gunakan untuk berjualan. Bapak Marzuki tidak pernah

mendapatkan komplain atau keluhan dari para pembelinya karena barang yang

beliau jual selalu diperhatikan.

Bapak Marzuki dalam menetapkan harga sedikit lebih tinggi dibandingkan

dengan pedagang souvenir yang lain, karena menurut beliau apabila terlalu murah

maka akan sedikit keuntungan yang beliau dapatkan, dan apabila ada pembeli

yang menawar dengan harga wajar maka akan beliau jual, tetapi apabila ada

pembeli yang menawar terlalu rendah maka akan bapak Marzuki tolak dan beliau

akan mencari pembeli yang lain. Bapak Marzuki juga selalu memberikan sedekah
terutama di Majelis rutin yang beliau ikuti dan selalu bersedekah apabila ada

kegiatan di masjid kampung yang beliau tinggali.

Bapak Marzuki selalu jujur dalam menjelaskan barang yang beliau jual,

Barang yang beliau jual mempunyai kualitas yang bagus sehingga dalam

menjelaskan barang yang bapak Marzuki jual pun relatif mudah diterima para

pembeli. Bapak Marzuki selalu menjaga kondisi barang yang beliau jual agar

kualitasnya tetap bagus. Apabila saat berjualan sedang turun hujan maka bapak

Marzuki akan menutupnya dengan terpal panjang yang sudah beliau bawa mulai

dari rumah dan apabila ada barang jualan beliau yang basah terkena hujan maka

akan bapak Marzuki jemur apabila sudah sampai rumah dan akan dijual kembali

keesokan harinya.

Kejujuran adalah pondasi utama bagi bapak Marzuki dalam menjalankan

suatu usaha, dimana beliau selalu menerapkan sifat jujur dalam melakukan

transaksi jual beli, bapak Marzuki selalu mengutamakan kejujuran dibandingkan

keuntungan karena menurut beliau jual beli dengan kejujuran adalah suatu

keberkahan bagi si penjual tersebut. Menurut bapak Marzuki apabila ada barang

yang tidak laku terjual hari ini maka akan beliau jual pada keesokan harinya,

karena menurut bapak Marzuki barang yang dijual adalah barang yang tahan

lama, sehingga apabila tidak laku terjual tidak akan layu ataupun rusak dan dapat

dijual kembali pada keesokan harinya.

RESPONDEN 9

Nama : Muhammad Hafi


Umur : 33 Tahun

Alamat : Sungai Tandipah RT 003

Agama : Islam

Pendidikan Terakhir : pondok pesantren Darussalam Martapura

Bapak Hafi adalah seorang penjual souvenir sama seperti bapak Marzuki,

dimana barang yang dijual oleh bapak Hafi seperti Baju khas pasar Terapung,

tasbih fukaha, peci, tas manik, minyak wangi, gantungan kunci, dompet manik

dan juga minyak urut. Bapak Hafi berangkat dari jam 06:00 WITA sampai dengan

jam 09:00 WITA dengan menggunakan alat transportasi kapal kecil (sabora) dan

sudah berjualan kurang lebih selama 6 (enam) tahun. Bapak Hafi mendapatkan

pendapatan sebesar Rp 50.000 (Lima puluh Ribu Rupiah) sampai dengan Rp.

100.000 (Seratus Ribu Rupiah) per harinya.

Bapak Hafi menjual bang dagangannya dengan cara menghampiri

wisatawan yang baru datang dengan menggunakan kapal, tidak jarang beliau

saling berebut dengan pedagang yang lain untuk bisa menjual barang

dagangannya. Bapak Hafi mempunyai kelebihan dari pada yang lain, dimana

beliau menggunakan perahu bermesin kecil untuk berjualan sehingga selalu lebih

dulu sampai ketempat pembeli dibandingkan dengan pedagang lain yang hanya

menggunakan perahu biasa. Bapak Hafi sering mendapati para pembeli yang

menawar harga barang dagangan beliau dengan sangat murah, apabila tawaran

tersebut sudah mendapatkan keuntungan walaupun sedikit maka akan beliau jual,

tetapi apabila tawaran tersebut tidak mendapatkan keuntungan maka tidak akan

beliau jual. Bapak Hafi juga mempunyai hubungan yang baik dengan pedagang
yang lain, tetapi ada kejadian dimana pernah terjadi perselisihan antara beliau

dengan penjual yang lain karena saling berebut dalam menjual barang dagangan

masing-masing. Apabila ada pedagang lain yang menjual barang dagangannya

dengan sangat murah maka beliau akan menjauhi pedagang tersebut dan akan

mencari pembeli yang lain, karena menurut bapak Hafi apabila dijual dibawah

harga pasaran tidak akan mendapatkan keuntungan dan susah untuk

mengembangkan usaha bahkan bisa mengakibatkan kebangkrutan. Pekerjaan

sebagai penjual di pasar Terapung Lok Baintan tentu belum dapat memenuhi

kebutuhan beliau dan keluarga sehari-hari, apalagi beliau mempunyai istri dan dua

anak yang masih kecil, sehingga bapak Hafi juga mempunyai pekerjaan lain diluar

sebagai penjual di pasar Terapung Lok-Baintan.

Transaksi yang bapak Hafi lakukan selalu menerapkan akad jual beli,

sehingga sudah sesuai dengan syariat Islam. Barang yang beliau jual pun sudah

sesuai dengan syariat Islam, dimana bapak Hafi membeli barang dagangannya

tersebut di pasar Martapura dan dijual kembali di pasar Terapung Lok Baintan.

Kualitas barang yang dijual bapak Hafi mempunyai kualitas barang yang

bagus, apalagi barang yang beliau jual adalah barang olahan tangan para pengrajin

yang ada di Martapura sehingga secara kualitas sudah terjamin dari segi kekuatan

barang tersebut, apabila ada barang yang rusak maka akan ditinggal dirumah dan

tidak akan beliau jual. Selama berjualan di pasar Terapung Lok Baintan tidak

pernah beliau mendapatkan komplain atas barang yang beliau jual, itu

menandakan barang yang bapak Hafi jual mempunyai kualitas yang bagus dan

nyaman untuk dipakai para pembelinya.


Bapak Hafi menetapkan harga sudah sesuai dengan harga yang ada di

pasar, dimana beliau tidak pernah menaikkan atau menurunkan harga secara

signifikan. Bapak Hafi juga suka bersedekah untuk membangun masjid, pesantren

dan juga memberi untuk keperluan agama yang lainnya.

Bapak Hafi selalu jujur dalam menjual barang dagangannya, tidak pernah

beliau melebih-lebihkan apalagi sampai membohongi para pembeli yang ingin

membeli barang dari beliau. Apabila ada barang dagangan bapak Hafi yang dalam

keadaan kurang bagus seperti terkena air maka akan beliau jemur sesudahnya

sampai di rumah dan setelah kering maka akan dijual kembali pada keesokan

harinya. Kejujuran adalah hal yang paling utama dalam menjalankan suatu usaha,

karena beliau berprinsip apabila tidak jujur dalam berdagang maka usaha tersebut

tidak akan mendapatkan keberkahan dari Allah SWT. Apabila barang dagangan

beliau tidak laku pada hari ini, maka akan beliau jual kembali pada keesokan

harinya, karena barang yang beliau jual tersebut bisa bertahan lama dibandingkan

dengan jenis jualan yang lainnya.

RESPONDEN 10

Nama : Nur Bayah

Umur : 35 Tahun

Alamat : Sungai Bakung

Agama : Islam

Pendidikan Terakhir : SMP


Ibu Bayah adalah seroang penjual nasi bungkus. Ibu bayah sudah

berjualan di pasar Terapung Lok Baintan kurang lebih selama 3 (tiga) tahun. Ibu

Bayah berjualan dari jam 06 : 00 WITA sampai dengan jam 08 : 00 WITA dengan

menggunakan alat transportasi perahu (jukung). Ibu Bayah mendapatkan

penghasilan dari berjualan nasi bungkus tidak menentu, apabila semua nasi

bungkus beliau terjual semuanya, maka ibu Bayah bisa mendapatkan penghasilan

sebesar Rp 200.000 (Dua Ratus Ribu Rupiah), tetapi apabila tidak sampai habis

terjual maka beliau bisa mendapatkan penghasilan kurang lebih sebesar Rp

100.000 ( Seratus Ribu Rupiah).

Ibu Bayah menjual barang dagangannya dengan cara menghampiri kapal

yang membawa wisatawan. Ibu Bayah akan mencoba menawarkan nasi

bungkusnya kepada para wisatawan yang ada di dalam kapal tersebut, apabila nasi

bungkus yang beliau jual masih banyak tersisa, pauknya, sehingga pembeli

mengetahui lauk yang ada di dalam nasi bungkus tersebut. Apabila ada pembeli

yang menawar nasi bungkus beliau dengan murah, ibu Bayah akan menjualnya

apabila sudah melebihi dari modal awal, apabila belum melebihi dari modal awal

maka beliau tidak akan menjualnya. Saat berjualan nasi bungkus tidak jarang ibu

bayah harus berebut dengan pedagang yang lain untuk menjualkan barang

dagangannya, bahkan ibu Bayah pernah tercebur ke sungai karena saling

berdesakan untuk menjual nasi bungkusnya. Ibu Bayah akan menurunkan harga

jual nasi bungkusnya apabila ada penjual lain yang menjual nasi bungkusnya

dibawah harga apasaran dan masih mendapatkan keuntungan, karena menurut ibu

Bayah apabila tidak diturunkan harganyamaka akan sulit bersaing dengan


pedagang yang lain, sehingga tidak banyak mendapatkan penghasilan di hari

tersebut. Tetapi apabila pedagang lain tidak menurunkan harga jualnya maka ibu

Bayah pun juga tidak akan menurunkan harga jual nasi bungkusnya. Pendapatan

sehari-hari yang didapatkan ibu Bayah dari berjualan nasi bungkus di pasar

Terapung Lok Baintan sangatlah pas-pasan, selain berjualan nasib bungkus ibu

Bayah juga berjualan makanan ringan di depan rumah beliau setelah berjualan di

pasar Terapung Lok Baintan.

Ibu Bayah selalu menerapkan akad jual beli dalam transaksi jual belinya,

tapi tak jarang juga ibu Bayah tidak sempat menggunakan akad jual beli karena

banyaknya penjual yang ikut berjualan di samping beliau. Nasi bungkus yang

dijual ibu Bayah pun juga sudah sesuai dengan syariat Islam, dimana nasi

bungkus tersebut ibu Bayah buat sendiri sehingga dipastikan barang dagangan

beliau sudah sesuai dengan syariat Islam.

Ibu Bayah membuat nasi bungkus tersebut dari jam 04 : 00 WITA pagi,

sehingga nasi bungkus tersebut tidak akan basi walaupun sampai siang. Ibu Bayah

juga selalu membuat lauk pauknya dengan beragam seperti ikan, ayam, telur

dengan tambahan menu yang lain seperti tahu, tempe, dan yang lainnya. Ibu

Bayah pernah satu kali mendapatkan komplain dari pembeli karena di dalam nasi

bungkus yang beliau jual pernah terdapat rambut yang ikut masuk ke dalam nasi

bungkus tersebut, sehingga nasi bungkus tersebut tidak jadi di makan.

Ibu Bayah dalam menetapkan harga sudah sesuai dengan harga pasaran di

pasar tersebut, dimana untuk para wisatawan yang berada di kapal, ibu Bayah

akan menjualnya dengan harga Rp 10.000 (sepuluh ribu rupiah) dan untuk
pembeli yang terdiri dari penjual lain dan masyarakat desa ibu Bayah akan

menjualnya dengan harga Rp 5.000 (lima ribu rupiah) saja. Ibu Bayah akan

bersedekah apabila nasi bungkus yang beliau jual banyak laris terjual, tetapi

apabila sedikit terjual maka beliau akan menyimpannya untuk modal membuat

nasi bungkus kembali.

Ibu Bayah selalu jujur dalam menjelaskan barang dagangannya, dalam

menawarkan nasi bungkusnya, ibu Bayah selalu menjelaskan lauk yang

digunakan, tambahan menu lain di dalamnya hingga jenis beras yang digunakan,

sehingga para pembeli mengetahui dengan detail nasi bungkus yang beliau jual.

Apabila ada nasi bungkus yang dalam keadaan kurang bagus, seperti terkena air

dari gelombang sungai, maka beliau akan menjualnya dengan harga yang sangat

murah tetapi abaila tidak laku maka akan di makan sendiri oleh beliau.

Jujur itu sangat penting dalam transaksi jual beli, menurut ibu Bayah jujur

dalam berdagang adalah kunci untuk menuju usaha yang berkah dan pastinya akan

mendapatkan penghasilan yang halal karena jujur dalam berdagang. Apabila ada

barang dagangan beliau yang tidak terjual hari ini, maka ibu Bayah akan

menjualnya kembali dengan orang kampung yang ada di daerah beliau, apabila

masih tersisa maka akan beliau bawa pulang dan akan beliau makan atau beliau

bagikan kepada tetangga yang ada di samping rumah.

Anda mungkin juga menyukai