A. Identitas
1. Nama :
2. Umur :
3. Alamat :
4. Agama :
5. Pendidikan Terakhir :
B. Pertanyaan-pertanyaan
- Pertanyaan Umum
2. Jenis barang apa saja yang anda jual di pasar Terapung Lok Baintan?
5. Dari jam berapa dan sampai jam berapa anda berjualan di pasar
yang lain?
5. Bagaimana menurut anda jika ada pedagang lain yang menjual barang
anda sehari-hari?
1. Apakah transaksi jual beli yang anda lakukan sudah sesuai dengan
syariat Islam?
2. Apakah barang yang anda jual sudah sesuai dengan syariat Islam?
anda jual?
adanya cacat atau rusak agar tidak terjadi kecurangan dalam transaksi
jual beli?
8. Apa yang anda lakukan saat barang dagangan anda dalam kondisi
Nama : Jumiati
Umur : 50 tahun
Agama : Islam
buahan seperti jeruk, pisang dan jambu. Ibu Jumiati biasanya mendapatkan buah-
buahan tersebut dengan memetik dari kebun beliau sendiri. Ibu Jumiati berjualan
setiap hari dari jam 06.00 WITA sampai 09.00 WITA dengan menggunakan alat
transportasi perahu (Jukung) dan beliau sudah menggeluti usaha ini kurang lebih
(seratus ribu rupiah) sampai dengan Rp 200.000 ( dua ratus ribu rupiah ) per
harinya.
persatu perahu para pembeli, biasanya yang membeli barang dagangan beliau
adalah orang kampung yang membeli buah di pasar Terapung Lok Baintan dan
dijual kembali di pasar lain. Ibu Jumiati tidak memiliki strategi khusus dalam
dagangannya ini banyak yang mau membeli karena kualitas buah-buahan yang
dijualnya cukup bagus karena langsung dipetik dari kebunnya sendiri. Ibu Jumiati
sudah mempunyai konsumen tetap jadi diantara beliau dan para konsumen
tersebut sudah mengetahui harga buah yang ibu jumiati jual, jadi tidak ada
pembeli yang menawar buah-buah beliau dengan sangat murah ataupun
sebaliknya. Ibu Jumiati juga punya citra baik dengan para pedagang yang lain
karena sering menolong sesama penjual saat sedang berjualan seperti sering
memberi makanan kepada pedagang yang lain. Ibu Jumiati juga tidak terlalu
dibawah harga pasaran, karena menurut beliau harga jual buah yang beliau
harga jualnya maka tidak akan mendapatkan keuntungan bahkan bisa merugi. Ibu
cukup hanya untuk memenuhi kebutuhannya sehari-hari saja, ibu Jumiati adalah
tulang punggung keluarga karena suami beliau sudah meninggal dimana ibu
Jumiati harus menghidupi ketiga anak beliau dan hanya satu yang sudah
berkeluarga.
Ibu Jumiati dalam melakukan transaksi jual beli sudah sesuai dengan
syariat Islam karena selalu menerapkan akad jual beli kepada calon pembelinya,
barang yang beliau jual pun sudah sesuai dengan syariat Islam karena barang yang
ibu Jumiati jual adalah barang dari hasil kebunnya sendiri sehingga dipastikan
tidak bercampur dengan barang yang berbahaya untuk kesehatan tubuh sehingga
buah-buahan yang beliau petik selalu dalam keadaan segar dan tidak pernah
menjual buah-buahan tersebut dalam keadaan layu atau busuk karena sehabis
dipetik pada sore hari maka akan langsung di jual pada ke esokan harinya. Ibu
Jumiati mengaku tidak pernah mendapatkan komplain dari pembeli yang membeli
buah-buahan dari beliau, karena ibu jumiati selalu memperhatikan kualitas barang
Ibu Jumiati dalam menetapkan harga juga sudah sesuai dengan harga yang
ada di pasaran, ibu Jumiati tidak pernah menaikkan harga walaupun kualitas
barang yang beliau jual sangat bagus, karena menurut ibu Jumiati apabila harga
jualnya dinaikkan maka tidak akan laku dan apabila harga jualnya diturunkan
pendapatannya untuk bersedekah atau berinfak, tetapi untuk zakat beliau tidak
pernah lagi mengeluarkan zakat dari hasil berjualan, padahal waktu dulu beliau
selalu berzakat setiap tahunnya, alasan beliau tidak mengeluarkan zakat lagi
karena sekarang buah-buahan yang beliau tanam sering mati dan gagal panen
yang beliau tanam, hingga akhirnya hanya sedikit buah-buahan yang ibu Jumiati
Apabila ada buah-buahan yang beliau jual dalam keadaan kurang bagus
seperti ada yang busuk atau layu, maka akan beliau pisahkan di keranjang lain dan
akan ibu Jumiati jual dengan harga yang lebih murah karena kualitas buahnya
yang kurang bagus. Calon pembeli pun biasanya sudah mengetahui terlebih
dahulu apabila ada buah-buahan yang letaknya terpisah dengan keranjang yang
lain maka buah-buahan tersebut kualitasnya kurang bagus dari buah yang lainnya.
Ibu Jumiati juga selalu berlaku jujur dalam menjual barang dagangannya,
menurut beliau jujur dalam berdagang adalah hal yang sangat penting karena
dengan kejujuran akan membuat calon pembeli merasa senang dan percaya untuk
melakukan transaksi jual beli dengan beliau. Ibu Jumiati juga mengungkapkan
tidak pernah buah-buahan yang beliau jual tidak laku, karena menurut beliau
buah-buahan yang dijual tersebut kualitasnya cukup bagus dan banyak diminati
oleh para calon pembeli yang ada di Pasar Terapung Lok Baintan.
RESPONDEN 2
Nama : Arbainah
Umur : 40
Agama : Islam
Kalimantan. Ibu Arbainah berjualan setiap hari dari jam 06.00 WITA sampai jam
10.00 WITA dan sudah berjualan selama kurang lebih 20 (dua puluh) tahun. Ibu
lebih Rp. 50.000 (Lima Puluh Ribu Rupiah) per harinya, apabila banyak yang
beli, beliau bisa mendapatkan Rp. 700.000 (Tujuh Ratus Ribu Rupiah) per
harinya, tapi bisa juga barang jualan beliau tidak ada yang laku sama sekali
kepada calon pembeli dengan ramah tamah dan sopan santun agar para pembeli
tersebut merasa nyaman dan mau membeli barang dagangan yang beliau
tawarkan. Strategi Ibu Arbainah dalam menjual barang dagangannya bisa dibilang
cukup unik, beliau akan membawa calon pembeli untuk menaiki perahu yang di
gunakan sambil menawarkan barang yang beliau jual, bahkan Ibu Arbainah
banyak memberi Souvenir seperti gelang, peci, tas untuk para calon pembeli agar
mereka merasa nyaman dan senang apabila melakukan transaksi jual beli
dengannya. Ibu Arbainah juga menganggap baik apabila ada pembeli yang
menawar harga barang beliau dengan sangat murah karena menurut ibu Arbainah
itu adalah hak dari setiap pembeli, apabila harga tersebut cocok maka beliau akan
menjualnya, tetapi apabila harga tersebut tidak cocok maka barang tersebut tidak
akan dijual. Ibu Arbainah juga mempunyai hubungan yang sangat baik dengan
penjual yang lain, karena menurut beliau rezeki seseorang sudah ada yang
mengatur walaupun beliau tidak laku beliau tidak iri dengki kepada penjual yang
lain bahkan beliau sering membantu pedagang yang lain apabila meminta
pertolongan atau dalam keadaan susah. Ibu Arbainah mengungkapkan apabila ada
para penjual lain yang menurunkan harga dibawah harga pasaran, maka beliau
pun juga akan menjual barang dagangannya dibawah harga pasaran, bahkan beliau
sering menjual dengan harga modal dan tidak mendapatkan keuntungan sama
sekali, karena menurut ibu Arbainah menurunkan harga dibawah harga pasaran
adalah perbuatan yang tidak baik karena akan merugikan pedagang yang lain
Pasar Terapung Lok Baintan hanya cukup untuk keperluan sehari-hari, apabila
dalam satu hari dagangan beliau banyak yang laku maka bisa untuk menabung
Transaksi jual beli yang dilakukan oleh ibu Arbainah juga sudah sesuai
dengan syariat Islam, dimana ibu Arbainah dalam melakukan transaksi jual
belinya menggunakan akad sesuai dengan ketentuan Syariat Islam, apabila ada
pembeli yang belum paham dengan akad jual beli sesuai syariat Islam, maka akan
beliau jelaskan kepada calon pembeli tersebut, tidak hanya itu, barang dagangan
yang beliau jual pun sudah sesuai dengan syariat Islam, tidak mengandung bahaya
kualitas barang yang dijual, apabila ada barang yang cacat atau rusak, maka akan
beliau tinggal dirumah dan tidak akan dijual lagi. Sebaliknya apabila ada barang
yang ibu Arbainah jual terdapat cacat atau rusak beliau siap bertanggung jawab
dan siap untuk mengganti rugi apabila ada pembeli yang membeli barang tersebut
dengan kualitas barang tersebut, apabila kualitas barang tersebut bagus maka akan
beliau jual dengan harga yang lebih tinggi, sebaliknya apabila kualitas barang
tersebut biasa saja maka akan beliau jual dengan harga pasaran. Ibu Arbainah juga
masjid, sekolah ataupun pesantren, ibu Arbainah selama dua tahun terakhir tidak
pernah mengeluarkan zakat lagi, karena setiap tahun penghasilan yang didapatkan
mengeluarkan zakat.
dengan jujur kualitas barang yang beliau jual, misalkan barang tersebut
kualitasnya kurang bagus, maka akan beliau sampaikan kepada calon pembeli,
yang ibu Arbainah jualkan. Jujur dalam berdagang menurut Ibu Arbainah adalah
sebuah kewajiban, karena menurut beliau apabila seseorang tidak jujur dalam
transaksi jual beli maka orang lain pun tidak akan percaya lagi dengan kita,
menurut ibu Arbainah jujur dan kepercayaan adalah modal sangat penting bagi
para pedagang untuk membangun sebuah bisnis yang baik dan berkah. Apabila
ada barang yang tidak laku hari ini, ibu Arbainah akan menjualnya lagi besok,
apabila ada barang yang dalam keadaan kurang bagus seperti terdapat cacat atau
rusak maka akan beliau tinggal dirumah dan tidak dijual lagi sehingga barang
yang dijual kembali adalah barang yang masih dalam kualitas bagus.
RESPONDEN 3
Nama : Wati
Umur : 45
Agama : Islam
setiap hari dari jam 06.00 WITA sampai dengan 09.00 WITA sedangkan untuk
hari sabtu dan minggu sampai jam 10.00 WITA dan ibu Wati sudah berjualan
sekitar kurang lebih 5 (lima) tahun. Ibu Wati menggunakan alat transportasi
Terapung Lok Baintan. Pendapatan sehari-hari yang diperoleh ibu Wati tidak
menentu, dalam sehari ibu Wati bisa memperoleh Rp. 30.000 (Tiga Puluh Ribu
Rupiah) sedangkan untuk hari sabtu dan minggu ibu Wati bisa memperoleh
pendapatan sebesar Rp. 50.000 (Lima Puluh Ribu Rupiah) per harinya. Ibu Wati
membuat sendiri untuk nasi bungkusnya sedangkan kuenya sendiri ibu Wati
membelinya dari orang kampung yang ada di sekitar rumah beliau dan
para wisatawan yang baru datang menggunakan kapal. Ibu Wati dalam
menawarkan barang dagangannya mempunyai cara jualan yang unik, beliau saat
sedang berjualan sering menggunakan pantun untuk menarik minat pembeli agar
mau membeli barang dagangan yang beliau jual. Apabila ada calon pembeli yang
menawar barang dagangan ibu Wati dengan sangat murah, biasanya yang ibu
Wati lakukan adalah dengan menjelaskan harga produksi nasi bungkus tersebut,
seperti harga beras, harga ikan dan harga barang pokok lainnya, sehingga calon
pembeli mengetahui berapa pengeluaran yang beliau pakai untuk membuat nasi
bungkus tersebut. Ibu Wati sangat menjaga hubungan baik dengan para pedagang
yang lain, bahkan beliau sering tolong menolong dengan pedagang yang lain
apabila dalam keadaan susah, apabila pedagang lain ada yang tidak laku, maka ibu
Wati akan turut serta menawarkan barang dagangan penjual tersebut ke para
pembeli, Perilaku ibu Wati tersebut membuat beliau mempunyai hubungan yang
sangat baik dengan pedagang yang lain. Pada saat menjual nasi bungkus, ada
beberapa pedagang yang menjatuhkan harga jualannya dengan tujuan agar bisa
laku walaupun untungnya sangat sedikit, Ibu Wati sendiri tidak pernah menjual
barang dagangannya dibawah harga pasaran, karena menurut beliau harga jual
yang sekarang sudah sangat sedikit keuntungannya, apabila dijual dengan harga
yang sangat murah maka tidak akan mendapatkan keuntungan bahkan akan
merugi. Pendapatan ibu Wati yang didapatkan dari berjualan nasi bungkus dan
kue di pasar Terapung Lok Baintan hanya cukup untuk memenuhi kebutuhan
keluarga sehari-hari saja, menurut beliau kita harus selalu bersyukur berapapun
pendapatan yang kita dapatkan dalam mencari rezeki, karena rezeki yang kita
dapatkan sudah diatur oleh Allah SWT jadi kita hanya bisa berusaha dan selalu
Ibu Wati juga sangat memperhatikan akad dalam melakukan transaksi jual
beli, ibu Wati selalu mengingatkan calon pembeli agar selalu melakukan akad jual
beli apabila bertransaksi dengan beliau, bahkan ibu Wati selalu mengajarkan
kepada calon pembeli yang belum terbiasa melakukan akad transaksi jual beli
secara Syariat Islam, Nasi bungkus yang ibu Wati jual pun sangat beliau
perhatikan, tidak pernah ibu Wati berbuat curang kepada calon pembeli, karena
nasi bungkus yang dijual adalah buatan ibu Wati sendiri sehingga selalu
diperhatikan dari bahan pokoknya hinga cara membuatnya. Selama ibu Wati
berdagang nasi bungkus tidak pernah ada pembeli yang komplain kepada beliau,
karena ibu Wati selalu menjaga barang dagangan beliau dengan sangat baik.
Harga nasi bungkus yang dijual oleh ibu Wati sudah sesuai dengan harga
pasaran, ibu wati menjual nasi bungkus tersebut dengan harga Rp. 10.000
(sepuluh ribu rupiah) kepada wisatawan yang ada di kapal, sedangkan harga jual
untuk orang kampung atau masyarakat sendiri hanya Rp. 5.000 (lima ribu rupiah)
saja. Ibu Wati juga sering memberi sedekah atau infaq dari hasil berjualan nasi
bungkus, karena menurut beliau sedekah adalah jalan bagi seorang pedagang agar
Ibu Wati juga selalu menerapkan sifat jujur dalam melakukan transaksi
jual beli, saat menawarkan barang dagangannya beliau tidak pernah melebih-
lebihkan apalagi sampai berdosa, karena menurut ibu Wati kejujuran itu sangat
penting, tetapi kejujuran tersebut tergantung dari diri masing-masing, bahkan ibu
Wati sering memberikan nasehat kepada anak-anak beliau agar selalu bersifat
jujur, karena dengan sifat jujur kita akan hidup tenang dan selalu bahagia. Apabila
nasi bungkus yang ibu Wati jual banyak yang tidak laku, maka beliau akan bawa
pulang dan akan dibagikan kepada tetangga yang ada di samping rumah atau
Nama : Helliyanti
Umur : 45
Agama : Islam
yang ibu beliau jual biasanya jeruk, pisang dan sirsak. Ibu Helliyanti sendiri
biasanya suami ibu Helliyanti yang akan mencari buah-buahan tersebut dan akan
dijual kembali pada keesokan harinya. Ibu Helliyanti berjualan setiap hari dengan
WITA sampai jam 08 : 00 WITA dan beliau sudah berjualan selama kurang lebih
9 (sembilan) tahun. Pendapatan bersih yang ibu Helliyanti peroleh per harinya
Lima puluh Ribu Rupiah) perhari nya. Sedangkan untuk modal itu sendiri sebesar
ke pasar terapung, ibu Helliyanti sudah ditunggu oleh pembeli yang ingin
membeli buah dengan beliau. Ibu Helliyanti dalam berjualan selalu berperilaku
sopan santun dalam menawarkan barang dagangannya, beliau pun juga menata
buah-buahannya juga dengan rapi dan cantik sehingga membuat para pembeli
tertarik untuk melihat barang dagangan yang beliau jual. Ibu Helliyanti tidak
pernah mendapatkan tawaran yang sangat rendah dari para pembelinya, karena
masing, kecuali buah-buahan yang beliau jual dalam keadaan layu, maka ibu
Helliyanti akan menjualnya dengan harga yang lebih murah. Ibu Helliyanti juga
punya hubungan baik dengan penjual yang lain, sehingga antara beliau dan
pedagang lain yang menjatuhkan harga agar bisa cepat laku terjual, beliau juga
sering menjatuhkan harga apabila buah-buahan yang beliau jual dalam keadaan
layu sehingga mengharuskan ibu Helliyanti untuk menjauhkan harga jual agar
bisa laku terjual. Penghasilan yang beliau dapatkan dari berjualan di Pasar
Terapung Lok Baintan cukup untuk menghidupi keluarga beliau, dimana ibu
Helliyanti mempunyai 4 (empat) orang anak dan hasil dari berjualan tersebut
mencukupi untuk menghidupi ke 4 (empat) anak beliau dan juga untuk keperluan
sehari-hari.
Ibu Helliyanti selalu memperhatikan akad jual beli dalam transaksi jual
belinya agar transaksi jual beli yang beliau lakukan menjadi sah dan mendapatkan
keberkahan dari Allah SWT. Buah-buahan yang beliau jual pun juga sudah sesuai
dengan Syariat Islam, karena sehabis suami beliau membeli buah-buahan tersebut
dari orang lain, Ibu Helliyanti langsung menjualnya pada keesokan harinya.
beliau jual, apabila ada buah yang rasanya asam atau masih mentah maka akan
beliau taruh di wadah yang lain, sehingga antara buah yang manis dan yang asam
atau buah yang sudah matang dan yang masih mentah otomatis sudah beliau
pisahkan di wadah yang lain dengan harga jual yang berbeda. Ibu Helliyanti juga
memisahkan buah-buahan yang besar dan yang kecil sehingga para pembeli bisa
memilih untuk membeli buah yang besar atau yang kecil, apabila ada buah-
buahan yang busuk maka buah tersebut akan beliau tinggal di rumah dan tidak
akan beliau jual. Saat melakukan transaksi ibu Helliyanti juga transparan dalam
kualitas barang dagangan yang beliau jual sehingga sudah saling percaya antara
harga beli buah tersebut. Apabila harga beli buah tersebut mahal maka ibu
Helliyanti akan menaikkan harga jualnya, tetapi apabila harga beli buah tersebut
murah maka beliau akan menjualnya dengan harga yang normal sesuai dengan
harga pasaran. Ibu Helliyanti pun selalu menyisihkan keuntungan yang beliau
apabila ada buah-buahan tersebut belum matang atau ada yang rusak maka beliau
Menurut ibu Helliyanti jujur dalam berdagang itu perlu sekali, karena
apabila kita tidak jujur, maka bisnis yang kita jalankan tidak akan berkah dan
kemungkinan besar kita juga akan dicurangi oleh orang lain apabila kita tidak
jujur. Apabila buah-buahan yang beliau jual tidak laku maka ibu Helliyanti akan
jual lagi pada keesokan harinya, apabila terdapat kerusakan di buah tersebut,
seperti layu maka akan beluai pisahkan dengan buah yang masih segar dan akan
ibu Helliyanti jual dengan wadah (bungkalang) terpisah dengan harga yang
berbeda.
RESPONDEN 5
Nama : Hadariah
Umur : 42 Tahun
Agama : Islam
Ibu Hadariah adalah penjual beras, gas elpiji dan camilan rumahan, ibu
Hadariah sudah berjualan di Pasar Terapung Lok Baintan kurang lebih selama 11
(sebelas) tahun. Ibu Hadariah berjualan dari jam 06 : 00 WITA sampai dengan
jam 09.00 WITA dengan menggunakan alat transportasi perahu (jukung) untuk
membeli dengan orang kampung dan dijualkan kembali di pasar Terapung Lok
Baintan. Ibu hadariah mendapatkan penghasilan kotor per harinya nya kurang
lebih sebesar Rp 500.000 (Lima Ratus Ribu Rupiah) dengan keuntungan kurang
persatu para pembeli baik itu orang kampung ataupun para wisatawan yang
menggunakan kapal. Ibu Hadariah adalah orang yang selalu suka bercanda dan
sopan dalam menjual barang dagangannya sehingga cukup banyak pembeli yang
ingin membeli dagangan beliau. Apabila ada calon pembeli yang menawar jualan
beliau dengan sangat murah, ibu Hadariah akan mempersilahkan pembeli tersebut
untuk membandingkan harga dan kualitas barang yang beliau jual dengan
pedagang yang lain. Menurut ibu Hadariah barang dagangan yang beliau jual
mempunyai kualitas yang bagus dan beliau tidak mau menjual dengan harga yang
sangat murah karena hal tersebut akan membuat beliau rugi dan akan cepat
bangkrut. Ibu Hadariah juga mempunyai hubungan baik dengan penjual yang lain,
bahkan apabila ada penjual yang dagangannya tidak laku, ibu Hadariah akan ikut
menawarkan barang dagangan penjual tersebut. Menurut beliau apabila kita saling
membantu satu sama lain maka Allah SWT akan membantu kita juga dalam
urusan rizki dan kata beliau rizki seseorang tidak akan pernah tertukar karena
apabila ada pedagang lain yang menjual barang dagangannya dibawah harga
berjualan di Pasar Terapung Lok Baintan hanya cukup untuk keperluan sehari-
sehari saja, tetapi selain berjualan di Pasar Terapung ibu Hadariah juga berjualan
di depan rumah beliau setelah selesai berjualan di Pasar Terapung Lok Baintan.
Ibu hadariah selalu menggunakan akad jual beli apabila melakukan
transaksi, beliau juga mengajarkan akad jual beli seperti “tukarlah” dan “juallah”.
Barang yang ibu Hadariah jual pun sudah sesuai dengan Syariat Islam tidak
beliau jual, misalkan ada beras yang basah terkena air maka akan beliau jemur
terlebih dahulu dan setelah selesai dijemur maka akan beliau pilih beras mana
yang masih layak untuk dijual kembali. Ibu Hadariah akan bertanggung jawab
apabila ada terdapat barang yang beliau jual tidak sesuai dengan apa yang beliau
jelaskan sewaktu transaksi jual beli, ibu Hadariah pun siap untuk ganti rugi
terhadap barang yang beliau jual apabila tidak sesuai dengan ekspektasi pembeli.
Harga jual yang ibu Hadariah tetapkan sudah sesuai dengan harga pasaran,
beliau tidak bisa menjual barang dagangannya dengan harga yang tinggi atau
rendah, karena harga yang beliau tetapkan sudah menjadi harga pasaran di Pasar
Terapung Lok Baintan. Ibu Hadariah juga selalu bersedekah apabila ada
ada barang dagangan yang beliau jual dalam keadaan kurang baik akan beliau
bahwa perilaku seseorang akan berbalik kembali kepada orang tersebut, apabila
pedagang tersebut jujur maka akan kembali kepada dirinya, begitu pula apabila
pedagang tersebut tidak jujur maka akan kembali kepada pedagang tersebut. Ibu
Hadariah akan menjual kembali barang yang tidak laku hari ini pada ke esokan
harinya, apabila ada barang yang sudah tidak layak untuk dijual maka akan beliau
tinggal dirumah. Menurut ibu Hadariah barang yang beliau jual tersebut dalam
tiga hari sudah habis terjual sehingga ibu Hadariah akan membeli lagi barang
dagangan beliau di pasar lain untuk dijualkan kembali di pasar Terapung Lok
Baintan.
RESPONDEN 6
Umur : 45 Tahun
Agama : Islam
Ibu Ida adalah seorang pedagang nasi bungkus. Ibu Ida membuat sendiri
nasi bungkus yang beliau jual dengan lauk seperti ayam, telur dan ikan. Ibu Ida
sudah berjualan kurang lebih selama 2 (dua) tahun dan beliau berjualan dengan
pasar Terapung dari pukul 06 : 00 WITA sampai jam 08 : 00 WITA, dan bahkan
yang didapatkan ibu Ida tidak menentu, apabila laku sampai habis ibu Ida bisa
bungkus kepada para wisatawan yang mencari makan untuk sarapan pagi. Ibu Ida
selalu berusaha agar nasi bungkusnya selalu laku terjual. Apabila tidak laku. maka
ibu Ida akan mencoba menawarkan nasi bungkusnya dengan cara meminta kepada
para wisatawan untuk membeli nasi bungkus dari beliau dan dibagikan kembali
kepada pedagang lain dengan alasan belum sarapan pagi. Ibu Ida menjelaskan
apabila menjual nasi bungkusnya kepada para wisatawan, ibu Ida akan
menjualnya dengan harga Rp 10.000 (sepuluh ribu rupiah) tetapi apabila beliau
menjualnya dengan orang kampung atau sesama pedagang, maka ibu Ida akan
menjualnya dengan harga Rp 5.000 (lima ribu rupiah) saja. Menurut ibu Ida
penghasilan yang didapatkan dari berjualan nasi bungkus ini tidak terlalu banyak
keuntungannya, apabila laku terjual semua, ibu Ida bias mendapatkan keuntungan
kurang lebih Rp 50.000 (lima puluh ribu rupiah) tetapi apabila dagangannya
masih banyak tersisa maka keuntungan yang beliau dapatkan sangat sedikit dan
bahkan merugi apabila dagangannya sangat sedikit terjual. Ibu Ida sendiri
mempunyai hubungan baik dengan pedagang yang lain, hanya ada beberapa
pedagang yang hubungannya kurang baik dengan beliau karena saling berebut
pembeli terutama sesama pedagang nasi bungkus. Ibu Ida sering berebut dengan
para pedagang yang lain untuk bisa menawarkan barang dagangannya kepada
wisatawan agar laku terjual, tidak jarang nasi bungkus ibu Ida basah terkena
gelombang kapal dan perahu pedagang yang lain, sehingga membuat nasi
bungkus beliau tidak bisa dijual lagi. Ibu Ida sendiri tidak mempermasalahkan
apabila ada pedagang lain yang menjual barang dagangannya dibawah harga
pasaran terutama pedagang nasi bungkus yang lain, karena ibu Ida sendiri pun
juga melakukan hal yang sama, karena menurut beliau berjualan nasi bungkus
harus laku terjual pada hari itu juga, jadi bagaimanapun juga harus terjual walau
dengan harga yang sangat murah dan sangat sedikit mendapatkan keuntungan.
Pendapatan yang didapatkan ibu Ida sendiri hanya bisa untuk belanja sehari-hari
dan sisanya digunakan untuk modal membuat nasi bungkus kembali. Ibu Ida
hanya berjualan di Pasar Terapung Lok baintan apabila sudah selesai berjualan ibu
Ida menjadi ibu rumah tangga, sedangkan suami beliau sendiri bekerja sebagai
buruh bangunan.
Ibu Ida dalam melakukan transaksi selalu menggunakan akad jual beli agar
menjadi sah menurut syariat Islam, tetapi apabila ada pembeli non muslim atau
orang dari luar daerah yang belum terbiasa dengan akad jual beli, ibu Ida tidak
akan menjelaskan akad jual beli, tetapi hanya mengatakan kalimat terima kasih
kepada pembeli tersebut. Dagangan yang dijual oleh ibu Ida pun juga sudah sesuai
dengan Syariat Islam dimana ibu Ida sendiri yang membuat nasi bungkusnya,
beliau membuat nasi bungkus tersebut sekitar jam 03 : 00 WITA subuh dan
kualitas barang yang beliau jual, sering sekali ibu Ida menjual nasi bungkusnya
dalam keadaan basah terkena gelombang, ibu Ida sendiri pun sering
menggunakan lauk seadanya dan porsi nasi yang cukup sedikit. Ibu Ida paham
sekali apabila ada pembeli yang merasa kurang puas dengan nasi bungkus yang
beliau jual, ibu Ida mengatakan keterbatasan modal dan keuntungan yang sedikit
membuat beliau harus membuat nasi bungkus dengan modal yang cukup terbatas
sehingga membuat nasi bungkus ibu Ida mempunyai kekurangan dalam hal porsi
Harga nasi bungkus yang ibu Ida jual sudah sesuai dengan harga pasaran
nasi bungkus di Pasar Terapung Lok Baintan. Ibu Ida saat menjual nasi bungkus
kepada para wisatawan satu porsi nasi bungkus dijual sebesar Rp 10.000 (sepuluh
ribu rupiah) tetapi apabila ada para penjual lain atau orang kampung yang ingin
membeli nasi bungkus beliau, maka ibu Ida akan menjualnya sebesar Rp 5.000
(lima ribu rupiah) saja. Ibu Ida mengaku selama menjalankan bisnis ini
penghasilannya kurang banyak, hal itu membuat beliau tidak sering mengeluarkan
sedekah, infak maupun wakaf karena banyak keperluan rumah tangga yang harus
dibiayai, ibu Ida hanya seminggu sekali untuk mengeluarkan sedekah sedangkan
untuk zakat sendiri ibu Ida tidak pernah mengeluarkannya karena tidak pernah
sampai nisabnya.
Menurut ibu Ida jujur itu sangatlah penting karena jujur itu adalah jalan
untuk seorang pebisnis meraih kesuksesan, tetapi menurut ibu Ida menerapkan
sifat jujur itu sangatlah sulit karena menurut beliau berjualan di pasar Terapung
Lok Baintan sangatlah susah dengan banyaknya pedagang nasi bungkus yang
berjualan di pasar Terapung Lok Baintan sehingga agar nasi bungkusnya laku
terjual beliau terpaksa untuk berbohong. Apabila barang yang beliau jual tidak
semuanya laku terjual maka akan dibawa pulang untuk dimakan kembali atau
RESPONDEN 7
Umur : 40 Tahun
Agama : Islam
Ibu Rahmah merupakan seorang penjual nasi bungkus, nasi bungkus yang
di jual ibu Rahmah merupakan buatan beliau sendiri dengan lauk pauk beragam
seperti ikan, ayam dan telur. Ibu Rahmah berjualan dari jam 06 : 00 WITA sampai
beliau sudah berjualan kurang lebih selama 5 (lima) tahun. Penghasilan yang
diperoleh ibu Rahmah perharinya bisa mencapai Rp 100. 000 (Seratus Ribu
Rupiah) sampai dengan Rp 200. 000 (Dua Ratus Ribu Rupiah) tergantung berapa
persatu perahu para wisatawan yang baru saja datang dari kota Banjarmasin, ibu
Rahmah menghampiri setiap kapal yang baru datang dengan menawarkan nasi
bungkus kepada para wisatawan yang ada di kapal tersebut. Selain menawarkan
barang dagangannya ibu Rahmah pun juga sering berpantun untuk menghibur
para wisatawan yang datang ke pasar Terapung Lok Baintan, Tak jarang para
wisatawan tersebut merasa terhibur dan mau membeli nasi bungkus yang beliau
jual. Ibu Rahmah sudah mempunyai harga tetap saat menjual nasi bungkusnya
kepada pembeli, ibu Rahmah menjual nasi bungkusnya dengan harga Rp 10.000
(sepuluh ribu rupiah) kepada para wisatawan dan Rp 5.000 (lima ribu rupiah)
kepada masyarakat sekitar atau kepada penjual yang lain, apabila ada yang
menawar dibawah harga tersebut maka ibu Rahmah akan menolaknya karena
harga tersebut sudah wajar di pasar Terapung Lok Baintan. Ibu Rahmah
mempunyai hubungan baik dengan pedagang yang lain terutama pedagang nasi
bungkus, meskipun begitu, ibu Rahmah beberapa kali berselisih paham dengan
pedagang nasi bungus yang lain karena saling berebut pembeli yang sama, tapi
tidak berselang lama mereka saling meminta maaf dan menjalin hubungan yang
baik lagi. Menurut ibu Rahmah, pedagang yang ada di pasar Terapung Lok
Baintan sering berselisih paham karena apabila para wisatawan yang datang ke
pasar Terapung Lok Baintan jumlahnya sedikit maka akan saling berebut untuk
bisa menjual barang dagangannya agar bisa laku pada hari itu, sehingga tidak
jarang karena saling berebut membuat para pedagang sering bersilisih paham
bahkan juga saling adu mulut, tetapi setelah selesai berjualan mereka akan saling
meminta maaf karena mereka sadar bahwa tujuan mereka berjualan di pasar
pedagang lain yang menjual barang dagangannya dibawah harga pasaran, karena
menurut ibu Rahmah harga jual nasi bungkus beliau sudah sangat sedikit
berjualan kembali pada keesokan harinya. Pendapatan yang diperoleh ibu Rahmah
sangatlah kecil, apalagi pendapatan yang beliau dapatkan digunakan untuk modal
sebesar Rp 20.000 (dua puluh ribu rupiah) sampai Rp 40.000 (empat puluh ribu
mempunyai suami yang bekerja sebagai buruh bangunan yang dapat membantu
Ibu Rahmah selalu menggunakan akad jual beli dalam menjual barang
dagangannya, apalagi ibu Rahmah selalu mengajarkan kepada para pembeli yang
tidak terbiasa menggunakan akad jual beli secara syariat Islam. Menurut ibu
Rahmah akad jual beli sangatlah penting karena dengan akad jual beli akan
membuat suatu usaha semakin bertambah berkah. Ibu Rahmah juga cukup
memperhatikan nasi bungkus yang beliau jual, seperti lauknya yang membeli di
pasar, nasi yang dimasak sendiri hingga membungkus nasi pun sendiri, sehingga
nasi bungkus yang beliau jual sudah sesuai dengan syariat Islam.
Ibu Rahmah juga selalu memperhatikan nasi bungkus yang dijual seperti
ukuran lauk, porsi nasi yang cukup banyak hingga tambahan menu yang lain
sehingga wisatawan yang yang membeli nasi bungkus dari beliau merasa puas
dengan isi dan menu nasi bungkus tersebut. Selama ibu Rahmah berjualan nasi
bungkus, jarang sekali ada pembeli yang merasa tidak puas dengan nasi bungkus
yang dibelinya, hal itu dikarenakan ibu Rahmah selalu memperhatikan barang
harga pasaran yang ada di pasar Terapung Lok Baintan dan tidak bisa dinaikkan
atau diturunkan lagi, apabila dinaikkan maka akan sulit untuk menjualnya karena
kemahalan, dan apabila diturunkan maka akan rugi apabila dijual dengan harga
yang sangat murah. Ibu Rahmah juga sering bersedekah dan sering memberi
kepada pedagang yang lain, misalkan ada nasi bungkus yang tidak laku maka akan
dibagikan beliau kepada pedagang yang lain, ibu Rahmah juga sering
membagikan nasi bungkus beliau kepada tetangga yang ada disamping rumah.
barang yang beliau jual, seperti jenis beras yang dipakai, jenis lauk yang
digunakan hingga menu apa saja yang ada di dalam nasi bungkus tersebut.
Apabila ada nasi bungkus yang beliau jual dalam keadaan kurang bagus seperti
terkena air, maka ibu Rahmah akan memisahkannya dengan nasi bungkus yang
yamg masih bagus dan tidak akan menjualnya dan akan beliau bawa pulang untuk
di makan.
Kejujuran adalah kunci utama agar menjadi pedagang yang sukses, maka
dari itu ibu Rahmah selalu berpegang teguh kepada kejujuran, hal itu membuat
nasi bungkus yang ibu Rahmah jual jarang sekali tidak laku karena beliau sering
menerapkan kejujuran dalam melakukan transaksi jual beli. Apabila ada nasi
bungkus yang tidak laku maka akan ibu Rahmah berikan kepada orang lain atau
akan beliau bawa pulang dan akan di makan sendiri sisanya dengan keluarga yang
ada di rumah.
RESPONDEN 8
Nama : Marzuki
Umur : 52 Tahun
Agama : Islam
yang dijual beliau antara lain baju khas pasar Terapung, Tas manik, sarung tenun,
Taman cahaya Bumi Selamat Martapura. Bapak Marzuki berjualan setiap hari dari
dari jam 00:60 WITA sampai dengan jam 00:90 WITA dimana bapak Marzuki
rupiah) sampai dengan Rp 100.000 (seratus ribu rupiah) per harinya, dan apabila
persatu kapal (klotok) yang baru datang ke pasar Terapung Lok Baintan. Dimana
target pasar beliau adalah para wisatawan yang berkunjung ke pasar Terapung
Lok Baintan. Bapak Marzuki akan menawarkan dengan menjelaskan barang yang
beliau jual, bahkan sering beliau menjelaskan dengan menghibur para pembeli
Lok Baintan, Apabila ada calon pembeli yang menawar harga dagangan beliau
dengan sangat murah, maka bapak Marzuki akan menolaknya dengan halus dan
beliau akan meminta calon pembeli tersebut untuk menawar dengan harga yang
normal. Bapak Marzuki juga mempunyai hubungan yang baik dengan pedagang
yang lain, beliau juga sangat suka menolong bahkan tidak jarang beliau sering
perahu atau kapal yang lain, bapak Marzuki juga sering menolong pedagang yang
lain dengan ikut menawarkan barang jualan pedagang tersebut apabila tidak laku
sama sekali. Banyak orang yang suka dengan cara bapak Marzuki berdagang
bahkan beliau tidak pernah berselisih paham dengan pedagang yang lain, sehingga
banyak pedagang lain yang senang dengan beliau. Penghasilan yang bapak
penghasilan yang bapak Marzuki dapatkan juga mampu merenovasi rumah yang
beliau tempati dan bahkan mampu menabung untuk berangkat pergi haji dengan
istri. Bapak Marzuki mengatakan penghasilan yang beliau dapatkan setiap hari
akan beliau bagi menjadi 2 (dua), setengahnya akan beliau gunakan untuk
keperluan modal dan setengahnya lagi untuk keperluan keluarga dan apabila ada
sisanya maka akan beliau tabung untuk keperluan di waktu mendatang, walaupun
pendapatan bapak Marzuki tidak seberapa tetapi beliau mampu menabung dan
jual beli, akad jual beli yang beliau gunakan adalah akad (Tukarlah) dan (Juallah)
yang kebiasaan dipakai di masyarakat Banjar. Apabila ada pembeli yang tidak
terbiasa dengan akad tersebut maka akan beliau ajarkan agar sama-sama
menggunakan akad jual beli. Barang yang bapak Marzuki jualpun sudah sesuai
dengan syariat Islam dimana barang yang dijual oleh beliau adalah barang yang
tidak bertentangan dengan ajaran Islam, cara memperolehnya pun beliau dapatkan
setelah selesai berjualan dan sampai di rumah, bapak Marzuki akan memeriksa
barang dagangan beliau apakah ada barang yang tidak bagus seperti terkena air
atau ada yang rusak, apabila ada barang yang terkena air maka akan beliau jemur
dan setelah dijemur maka istri beliau akan menyusunnya kembali di wadah yang
sering bapak Marzuki gunakan untuk berjualan. Bapak Marzuki tidak pernah
mendapatkan komplain atau keluhan dari para pembelinya karena barang yang
dengan pedagang souvenir yang lain, karena menurut beliau apabila terlalu murah
maka akan sedikit keuntungan yang beliau dapatkan, dan apabila ada pembeli
yang menawar dengan harga wajar maka akan beliau jual, tetapi apabila ada
pembeli yang menawar terlalu rendah maka akan bapak Marzuki tolak dan beliau
akan mencari pembeli yang lain. Bapak Marzuki juga selalu memberikan sedekah
terutama di Majelis rutin yang beliau ikuti dan selalu bersedekah apabila ada
Bapak Marzuki selalu jujur dalam menjelaskan barang yang beliau jual,
Barang yang beliau jual mempunyai kualitas yang bagus sehingga dalam
menjelaskan barang yang bapak Marzuki jual pun relatif mudah diterima para
pembeli. Bapak Marzuki selalu menjaga kondisi barang yang beliau jual agar
kualitasnya tetap bagus. Apabila saat berjualan sedang turun hujan maka bapak
Marzuki akan menutupnya dengan terpal panjang yang sudah beliau bawa mulai
dari rumah dan apabila ada barang jualan beliau yang basah terkena hujan maka
akan bapak Marzuki jemur apabila sudah sampai rumah dan akan dijual kembali
keesokan harinya.
suatu usaha, dimana beliau selalu menerapkan sifat jujur dalam melakukan
keuntungan karena menurut beliau jual beli dengan kejujuran adalah suatu
keberkahan bagi si penjual tersebut. Menurut bapak Marzuki apabila ada barang
yang tidak laku terjual hari ini maka akan beliau jual pada keesokan harinya,
karena menurut bapak Marzuki barang yang dijual adalah barang yang tahan
lama, sehingga apabila tidak laku terjual tidak akan layu ataupun rusak dan dapat
RESPONDEN 9
Agama : Islam
Bapak Hafi adalah seorang penjual souvenir sama seperti bapak Marzuki,
dimana barang yang dijual oleh bapak Hafi seperti Baju khas pasar Terapung,
tasbih fukaha, peci, tas manik, minyak wangi, gantungan kunci, dompet manik
dan juga minyak urut. Bapak Hafi berangkat dari jam 06:00 WITA sampai dengan
jam 09:00 WITA dengan menggunakan alat transportasi kapal kecil (sabora) dan
sudah berjualan kurang lebih selama 6 (enam) tahun. Bapak Hafi mendapatkan
pendapatan sebesar Rp 50.000 (Lima puluh Ribu Rupiah) sampai dengan Rp.
wisatawan yang baru datang dengan menggunakan kapal, tidak jarang beliau
saling berebut dengan pedagang yang lain untuk bisa menjual barang
dagangannya. Bapak Hafi mempunyai kelebihan dari pada yang lain, dimana
beliau menggunakan perahu bermesin kecil untuk berjualan sehingga selalu lebih
dulu sampai ketempat pembeli dibandingkan dengan pedagang lain yang hanya
menggunakan perahu biasa. Bapak Hafi sering mendapati para pembeli yang
menawar harga barang dagangan beliau dengan sangat murah, apabila tawaran
tersebut sudah mendapatkan keuntungan walaupun sedikit maka akan beliau jual,
tetapi apabila tawaran tersebut tidak mendapatkan keuntungan maka tidak akan
beliau jual. Bapak Hafi juga mempunyai hubungan yang baik dengan pedagang
yang lain, tetapi ada kejadian dimana pernah terjadi perselisihan antara beliau
dengan penjual yang lain karena saling berebut dalam menjual barang dagangan
dengan sangat murah maka beliau akan menjauhi pedagang tersebut dan akan
mencari pembeli yang lain, karena menurut bapak Hafi apabila dijual dibawah
sebagai penjual di pasar Terapung Lok Baintan tentu belum dapat memenuhi
kebutuhan beliau dan keluarga sehari-hari, apalagi beliau mempunyai istri dan dua
anak yang masih kecil, sehingga bapak Hafi juga mempunyai pekerjaan lain diluar
Transaksi yang bapak Hafi lakukan selalu menerapkan akad jual beli,
sehingga sudah sesuai dengan syariat Islam. Barang yang beliau jual pun sudah
sesuai dengan syariat Islam, dimana bapak Hafi membeli barang dagangannya
tersebut di pasar Martapura dan dijual kembali di pasar Terapung Lok Baintan.
Kualitas barang yang dijual bapak Hafi mempunyai kualitas barang yang
bagus, apalagi barang yang beliau jual adalah barang olahan tangan para pengrajin
yang ada di Martapura sehingga secara kualitas sudah terjamin dari segi kekuatan
barang tersebut, apabila ada barang yang rusak maka akan ditinggal dirumah dan
tidak akan beliau jual. Selama berjualan di pasar Terapung Lok Baintan tidak
pernah beliau mendapatkan komplain atas barang yang beliau jual, itu
menandakan barang yang bapak Hafi jual mempunyai kualitas yang bagus dan
pasar, dimana beliau tidak pernah menaikkan atau menurunkan harga secara
signifikan. Bapak Hafi juga suka bersedekah untuk membangun masjid, pesantren
Bapak Hafi selalu jujur dalam menjual barang dagangannya, tidak pernah
membeli barang dari beliau. Apabila ada barang dagangan bapak Hafi yang dalam
keadaan kurang bagus seperti terkena air maka akan beliau jemur sesudahnya
sampai di rumah dan setelah kering maka akan dijual kembali pada keesokan
harinya. Kejujuran adalah hal yang paling utama dalam menjalankan suatu usaha,
karena beliau berprinsip apabila tidak jujur dalam berdagang maka usaha tersebut
tidak akan mendapatkan keberkahan dari Allah SWT. Apabila barang dagangan
beliau tidak laku pada hari ini, maka akan beliau jual kembali pada keesokan
harinya, karena barang yang beliau jual tersebut bisa bertahan lama dibandingkan
RESPONDEN 10
Umur : 35 Tahun
Agama : Islam
berjualan di pasar Terapung Lok Baintan kurang lebih selama 3 (tiga) tahun. Ibu
Bayah berjualan dari jam 06 : 00 WITA sampai dengan jam 08 : 00 WITA dengan
penghasilan dari berjualan nasi bungkus tidak menentu, apabila semua nasi
bungkus beliau terjual semuanya, maka ibu Bayah bisa mendapatkan penghasilan
sebesar Rp 200.000 (Dua Ratus Ribu Rupiah), tetapi apabila tidak sampai habis
bungkusnya kepada para wisatawan yang ada di dalam kapal tersebut, apabila nasi
bungkus yang beliau jual masih banyak tersisa, pauknya, sehingga pembeli
mengetahui lauk yang ada di dalam nasi bungkus tersebut. Apabila ada pembeli
yang menawar nasi bungkus beliau dengan murah, ibu Bayah akan menjualnya
apabila sudah melebihi dari modal awal, apabila belum melebihi dari modal awal
maka beliau tidak akan menjualnya. Saat berjualan nasi bungkus tidak jarang ibu
bayah harus berebut dengan pedagang yang lain untuk menjualkan barang
berdesakan untuk menjual nasi bungkusnya. Ibu Bayah akan menurunkan harga
jual nasi bungkusnya apabila ada penjual lain yang menjual nasi bungkusnya
dibawah harga apasaran dan masih mendapatkan keuntungan, karena menurut ibu
tersebut. Tetapi apabila pedagang lain tidak menurunkan harga jualnya maka ibu
Bayah pun juga tidak akan menurunkan harga jual nasi bungkusnya. Pendapatan
sehari-hari yang didapatkan ibu Bayah dari berjualan nasi bungkus di pasar
Terapung Lok Baintan sangatlah pas-pasan, selain berjualan nasib bungkus ibu
Bayah juga berjualan makanan ringan di depan rumah beliau setelah berjualan di
Ibu Bayah selalu menerapkan akad jual beli dalam transaksi jual belinya,
tapi tak jarang juga ibu Bayah tidak sempat menggunakan akad jual beli karena
banyaknya penjual yang ikut berjualan di samping beliau. Nasi bungkus yang
dijual ibu Bayah pun juga sudah sesuai dengan syariat Islam, dimana nasi
bungkus tersebut ibu Bayah buat sendiri sehingga dipastikan barang dagangan
Ibu Bayah membuat nasi bungkus tersebut dari jam 04 : 00 WITA pagi,
sehingga nasi bungkus tersebut tidak akan basi walaupun sampai siang. Ibu Bayah
juga selalu membuat lauk pauknya dengan beragam seperti ikan, ayam, telur
dengan tambahan menu yang lain seperti tahu, tempe, dan yang lainnya. Ibu
Bayah pernah satu kali mendapatkan komplain dari pembeli karena di dalam nasi
bungkus yang beliau jual pernah terdapat rambut yang ikut masuk ke dalam nasi
Ibu Bayah dalam menetapkan harga sudah sesuai dengan harga pasaran di
pasar tersebut, dimana untuk para wisatawan yang berada di kapal, ibu Bayah
akan menjualnya dengan harga Rp 10.000 (sepuluh ribu rupiah) dan untuk
pembeli yang terdiri dari penjual lain dan masyarakat desa ibu Bayah akan
menjualnya dengan harga Rp 5.000 (lima ribu rupiah) saja. Ibu Bayah akan
bersedekah apabila nasi bungkus yang beliau jual banyak laris terjual, tetapi
apabila sedikit terjual maka beliau akan menyimpannya untuk modal membuat
digunakan, tambahan menu lain di dalamnya hingga jenis beras yang digunakan,
sehingga para pembeli mengetahui dengan detail nasi bungkus yang beliau jual.
Apabila ada nasi bungkus yang dalam keadaan kurang bagus, seperti terkena air
dari gelombang sungai, maka beliau akan menjualnya dengan harga yang sangat
murah tetapi abaila tidak laku maka akan di makan sendiri oleh beliau.
Jujur itu sangat penting dalam transaksi jual beli, menurut ibu Bayah jujur
dalam berdagang adalah kunci untuk menuju usaha yang berkah dan pastinya akan
mendapatkan penghasilan yang halal karena jujur dalam berdagang. Apabila ada
barang dagangan beliau yang tidak terjual hari ini, maka ibu Bayah akan
menjualnya kembali dengan orang kampung yang ada di daerah beliau, apabila
masih tersisa maka akan beliau bawa pulang dan akan beliau makan atau beliau