Anda di halaman 1dari 16

SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP)

“TOILET TRAINING PADA ANAK”


DI RUANG SERUNI RAUD DR. MOHAMAD SOEWANDHIE SURABAYA

Pembimbing Akademik : Nety Mawarda Hatmanti, S.Kep.Ns., M.Kep.


Pembimbing Klinik : Maya Cristia Y., S.Kep., Ns.

Disusun oleh Kelompok:


1 1120023097 YUSUF DWI TRISTANTO
2 1120023099 ISTIKOMAH
3 1120023124 PURNIAWAN
4 1120023101 WAHYU MUZAIYYIN NINGSIH
5 1120023104 MARDLIYAH
6 1120023126 INA RIZHANTI
7 1120023111 SITI MUDAYANAH

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN


FAKULTAS KEPERAWATAN DAN KEBIDANAN
UNIVERSITAS NAHDATUL ULAMA SURABAYA
2023
LEMBAR PENGESAHAN

SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP)


“TOILET TRAINING PADA ANAK”
DI RUANG SERUNI RAUD DR. MOHAMAD SOEWANDHIE SURABAYA

1 1120023097 YUSUF DWI TRISTANTO


2 1120023099 ISTIKOMAH
3 1120023124 PURNIAWAN
4 1120023101 WAHYU MUZAIYYIN NINGSIH
5 1120023104 MARDLIYAH
6 1120023126 INA RIZHANTI
7 1120023111 SITI MUDAYANAH

Mengetahui,
Pembimbing Akademik Pembimbing klinik

Nety Mawarda Hatmanti, S.Kep.Ns., M.Kep Maya Cristia Y., S.Kep., Ns


NPP .1105812 NIP. 199106102020122001

iii
KATA PENGANTAR

Puji dan Syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat
Rahmat-Nya sehinngga SAP terkait toilet training pada anak untuk memenuhi tugas
kegiatan praktik profesi Keperawatan anak program pendidikan profesi ners
Fakultas Keperawatan dan Kebidanan Universitas Nahdatul Ulama Surabaya.
Dalam penelitian SAP ini, kami berusaha menyajikan bahan dan bahasa
yang sederhana, singkat, serta mudah dipahami oleh pembaca. Kami menyadari
bahwa SAP ini jauh dari kata sempurna dan terdapat kekurangan dalam penulisan,
sehingga kami mengharapkan kritik dan saran positif dari berbagai pihak untuk
perbaikan di masa yang akan datang.

Surabaya, 29 November 2023

iii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................ ii


DAFTAR ISI ......................................................................................................... iii
BAB 1 SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP) .............................................1
1.1. Analisa Situasi ........................................................................................... 1
1.2. Tujuan ........................................................................................................ 3
1.3. Isi Materi ................................................................................................... 3
1.4. Metode ....................................................................................................... 4
1.5. Media ......................................................................................................... 4
1.6. Pengorganisasian ....................................................................................... 4
1.7. Kegiatan Pembelajaran .............................................................................. 5
BAB 2 LAMPIRAN MATERI ............................................................................ 6
2.1 Definisi ...................................................................................................... 6
2.2 Cara Toilet Training pada Anak ................................................................. 6
2.3 Pengkajian Masalah Toilet Training .......................................................... 7
2.4 Kesiapan Anak ........................................................................................... 8
2.5 Program Simulasi dalam Toilet Training ................................................... 9
2.6 Dampak Toilet Training ........................................................................... 10
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................ 11

iii
BAB 1

SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP)

Pokok Pembahasan : Toilet Training Pada Anak


Sub Pokok Pembahasan : Definisi toilet training, Cara toilet training, Masalah
toilet training yang terjadi pada anak, Kesiapan
anak dalam toilet training, Program simulasi dalam
toilet training, Dampak toilet training
Sasaran : Keluarga di Ruang Seruni RSUD Dr. Mohamad
Soewandhie Surabaya
Hari/Tanggal : Sabtu, 29 November 2023
Tempat : Ruang Seruni RSUD Dr. Mohamad Soewandhie
Penyuluh : Kelompok
1.1. Analisa Situasi

Usia toddler merupakan periode usia 12 sampai 36 bulan. Masa ini


adalah masa eksplorasilingkungan dimana anak berusaha mencari tahu
semua yang terjadi dan bagaimana mengontrol orang lain melalui
perilaku temperamen, negativisme dan keras kepala (Musfiroh dan
Wisudaningtyas, 2014). Pada usia tersebut, fase kehidupan yang unik,
dan berada pada masa proses perubahan berupa pertumbuhan,
perkembangan, pematangan dan penyempurnaan, baik pada aspek
jasmani maupun rohaninya yang berlangsung seumur hidup, bertahap
danberkesinambungan (Mulyasa, 2012). Pada anak usia toddler
mengalami tiga fase yaitu: fase autonomi (anak dapat mengambil
inisiatif sendiri dan mampu melakukan semuanya sendiri, namun lebih pada
menunjukkan keinginannya sendiri menolak sesuatu yang tidak
dikehendaki dan mencoba sesuatu yang diinginkan), fase anal (anak
memasuki masa toilet training), dan fase pra operasional (anak mulai
mampu membuat penilaian sederhana terhadap objek dan kejadian di
sekitarnya (Musfiroh &Wisudaningtyas, 2014).
Terdapat beberapa penelitian menunjukkan adanya kegagalan toilet
training yang terjadi di wilayah perkotaan Indonesia. Salah satunya

1
adalah penelitian yang dilakukan oleh Windiani dan Soetjiningsih (2008)
mengenai prevalensi enuresis atau mengompol pada anak TKusia 4,7-
5,7 tahun di Kotamadya Denpasar, yaitu 10,9%. Berdasarkan hasil
penelitian yangdilakukan oleh Andriyani et al. (2014) pada ibu yang
mempunyai anak usia prasekolah di TK II Dustira di Wilayah Kota Cimahi
menunjukkan dari 60 responden, 24 (40%) ibu mempunyai anakyang belum
berhasil melakukan toilet training dan 31 (51%) responden mempunyai
pengetahuanyang kurang tentang penerapan toilet training pada anak.
Data statistik menunjukkan bahwa 90%dari anak-anak antara usia 24-30
bulan berhasil diajari menggunakan toilet dengan rata-rata usia27-28 bulan,
80% anak-anak mendapat kesuksesan tidak buang air kecil dimalam
hari (enuresis)antara usia 30-42 bulan dengan rata-rata usia 33 bulan
(Warner, 2007).
Permasalahan yang sering terjadi ketika anak tidak mau melakukan
BAB atau BAKmenuju toilet adalah disebabkan karena pengetahuan ibu
yang masih kurang tentang pelaksanaantoilet training. Toilet training
tidak sama dengan membawa anak ke toilet, tetapi melatih anak
mengontrol BAB atau BAK dan melakukannya sendiri. Sedangkan yang
banyak dilakukan oleh para orang tua sejak anak masih bayi adalah
membawa anak ke toilet dengan menggendongnya supaya anak BAB
atau BAK sehingga anak tidak mandiri dalam melakukannya (Suririnah,
2010). Dampak orang tua tidak menerapkan toilet training pada anak
diantaranya adalah anak menjadi keras kepala dan susah untuk diatur. Selain
itu anak tidak mandiri dan masih membawa kebiasaanmengompol hingga
besar. Toilet training yang tidak diajarkan sejak dini akan membuat
orang tua semakin sulit untuk mengajarkan pada anak ketika anak
bertambah usianya (Hidayat, 2012).
Toilet training secara umum dapat dilaksanakan pada setiap anak yang
sudah mulai memasuki fase kemandirian pada anak. Suksesnya toilet
training tergantung pada kesiapan yang ada padadiri anak dan keluarga,
seperti kesipan fisik dimana kemampuan anak secara fisik sudah kuat
danmampu. Hal ini dapat ditunjukan anak mampu duduk atau berdiri

2
sehingga memudahkan anak untuk dilatih buang air besar dan kecil,
demikian juga kasiapan psikologis di mana anakmembutuhkan suasana
yang nyaman agar mampu mengontrol dan konsentrasi dalam
meragsanguntuk buang air besar atau kecil. Persaipan intelektual pada anak
juga dapat membantu dalam proses buang air besar dan kecil. Hal ini data
ditunjukkan apabila anak memahami arti buang besar atau kecil sangat
memudahkan proses dalam pengontrolan, anak dapat mengetahui kapan
saatnya buang air kecil dan kapan saatnya buang air besar, kesiapan tersebut
akan menjadikan diri anak selalu mempunyai kamandirian dalam
mengontrol khususnya buang air kecil dan buangair besar (toilet training).
Pelaksaan toilet training dapat dimulai sejak dini untuk melatih
responsterhadap kemampuan untuk buang air kecil dan buang air besar.
Maka dari itu, kelompok bertujuan untuk memberikan Pendidikan
kesehatan mengenai “Toilet Training” yang tujuannya agar keluarga lebih
mengetahui mengenai kemandirian pada anak untuk BAK/BAB.
1.2. Tujuan
1. Tujuan Instruksional Umum
Setelah dilakukan penyuluhan mengenai “Toilet Training” kepada
sasaran keluarga pasien di ruang Seruni diharapkan peserta dapat
menambah pengetahuan tentang toilet training.
2. Tujuan Intruksional Khusus
Setelah dilakukan penyuluhan tentang “Toilet Training” diharapkan
sasaran dapat :
1) Memahami tentang toilet training
2) Memahami cara toilet training pada anak
3) Memahami masalah toilet training yang terjadi pada anak
4) Memahami kesiapan anak dalam toilet training
5) Memahami program simulasi dalam toilet training
6) Memahami dampak toilet training
1.3. Isi Materi
1. Definisi toilet training
2. Cara toilet training

3
3. Masalah toilet training yang terjadi pada anak
4. Kesiapan anak dalam toilet training
5. Program simulasi dalam toilet training
6. Dampak toilet training
1.4. Metode
Metode yang digunakan dalam kegiatan PKRS mengenai “Toilet Training”
ini adalah penyuluhan secara tatap muka dengan metode ceramah dan
diskusi interaktif tanya jawab.
1.5. Media
Media yang digunakan adalah leaflet dan power point.
1.6. Pengorganisasian
1. Pembuatan SAP : Mardliyah
2. Pembuatan Poster : Yusuf Dwi Tristanto
3. Pembuatan Leaflet: Siti Mudayanah
4. Pembuatan LPJ : Istikomah
5. MC dan Moderator : Ina Rizhsanti

Uraian Tugas
1) Membukan acara menyuluhan, memperkenalkan diri dan tim kepada
peserta
2) Mengatur proses dan lama penyuluhan
3) Menutup acara penyuluhan
4) Memoderatori saat acara penyuluhan berlangsung
5) Sebagai penghubung antara pemateri dan peserta
6) Menyimpulkan hasil materi yang disampaikan
6. Pemateri : Wahyu Muzaiyyin Ningsih

Uraian Tugas
1) Menjelaskan materi penyuluhan dengan jelas dan dengan bahasa
yang mudah dipahami oleh peserta
2) Memotivasi peserta untuk tetap aktif dan memperhatikan proses
penyuluhan
3) Memotivasi peserta untuk betanya

4
7. Sie Perlengkapan dan Dokumentasi : Purniawan
Uraian Tugas
1) Menyiapkan peralatan dan perlengkapan yang dibutuhkan
2) Mengumpulkan audience di tempat penyuluhan
3) Melakukan absensi untuk para audience
4) Melakukan dokumentasi disetiap kegiatan
5) Membuat you tube
8. Peserta : Pasien dan keluarga di Ruang Seruni RSUD Dr. Mohamad
Soewandhie

1.7. Kegiatan Pembelajaran


No. Acara Waktu Kegiatan Penyuluhan Evaluasi
1. Pembukaan 5 Menit 1 Mengucap salam Menjawab dan
2 Memperkenalkan diri mendengarkan
3 Menyapa peserta penyuluhan
4 Membuka acara
2 Isi 10 Menit 1 Menjelaskan tentang definisi Mendengarkan
toilet training dan
2 Menjelaskan cara toilet training memperhatikan
3 Menjelaskan pengkajian materi yang
masalah toilet training disampaikan
4 Menjelaskan tentang kesiapan
anak
5 Menjelaskan tentang program
simulasi toilet training
6 Menjelaskan dampak toilet
training
3. Diskusi 10 Menit Tanya jawab Peserta bertanya
3. Diskusi 10 Menit Tanya jawab Peserta bertanya
4. Penutup 10 Menit 1 Menyimpulkan hasil Menjawab salam
penyuluhan
2 Menutup acara penyuluhan
3 Memberi salam

5
1.8. EVALUASI
1. Evaluasi Kerja Kelompok

a. Semua anggota saling berkoordinasi terkait isi dari poster dan leaflet

penyuluhan terkait “Toilet Training” yang akan digunakan sebagai media

penyuluhan kesehatan pada pasien. Diskusi kelompok dilaksanakan melalui

grup WhatsApp.

b. Semua anggota kelompok melakukan penyuluhan kesehatan tentang “Toilet

Training” di Ruang Seruni RSUD dr. M. Soewandhie

2. Evaluasi Proses Diskusi

Semua anggota kelompok aktif dalam diskusi terkait tema, sub tema, dan

konsep yang akan digunakan dalam pembuatan poster dan leaflet. Diskusi dan

koordinasi tugas kelompok dilakukan melalui grup WhatsApp.

3. Evaluasi Hasil

a. Semua anggota kelompok melakukan penyuluhan kesehatan “Toilet Training”

kepada pasien dan keluarga di ruang seruni RSUD dr. M.Soewandhie

b. Informasi terkait penyuluhan kesehatan dapat tersampaikan dengan baik.

c. Terdapat feedback berupa pertanyaan dan tanggapan dari partisipan mengenai kegiatan

penyuluhan.

6
BAB 2
LAMPIRAN MATERI

2.1 Definisi
Toilet training merupakan kemampuan serta ketrampilan fisik
dan motorik yang harusdiajarkan pada anak yang berusia 3 tahun (Santrock,
1987)Menurut Wong (1999), toilet training merupakan tugas utama pada
usia toodler, yaitu berupa kemampuan dalam mengontrol spincter anal
maupun uretra dan biasanya dapatdikerjakan setelah anak bisa berjalan dan
mungkin pada usia 18 24 bulanToilet Training merupakan latihan moral
pertama yang bisa diterima oleh anak, dan halini mungkin akan tetap
berlangsung sampai akhir usia toodler (Rifai, 1993.
2.2 Cara Toilet Training pada Anak
Banyak cara yang dapat dilakukan oleh orang tua dalam melatih anak untuk
buang air besar dan kecil, diantaranya:
1. Teknik lisan
Usaha untuk melatih anak dengan cara memberikan instruksi pada anak
dengan kata-kata sebelum atau sesudah buang air kecil dan besar. Cara
ini kadang-kadang merupakan hal biasa yang dilakukan orang tua akan
tetapi apabila kita perhatikan bahwa teknik lisan ini mempunyai nilai
yang cukup besar dalam memberikan rangsangan untuk buang air besar
dimana dengan lisan ini penerapan psikologis pada anak akan semakin
matang dan akhitnya anak mampu dengan baik dalam melaksanakan
buang air kecil dan buang air besar.
2. Teknik modeling
Usaha untuk melatih anak dalam melakukan buang air besar dengan
ncara meniru untuk buanh air besar atau memberikannya contoh. Cara
ini juga dapat dilakukan dengan memberikan contoh-contoh buang ait
besar yang benar. Dampak yang jelek pada car aini adalah apabila
contoh yang diberikan salah sehingga akan dapat diperlihatkan pada
anak akhirnya anak juga mempunyai kebiasan yang salah.
2.3 Pengkajian Masalah Toilet Training
1. Pengkajian Fisik
Pengkajian fisik ini meliputi kemampuan motorik kasar seperti berjalan,

7
duduk, meloncat dankemampuan motorik halus seperti mampu
melepas celana sendiri. Kemampuan motorik iniharus mendapat
perhatian karena kemampuan untuk buang air besar ini lancer dan
tidaknyadapat ditunjang dari kesiapan fisik sehingga ketika anak
berkeinginan untuk buang air kecil dan besar sudah mempu dan siap
untuk melaksanakan. Selain itu, yang harus dikaji adalah pola buang air
besar yang sudah teratur, sudah tidak mengompol setelah tidur, dan lain-
lain.

2. Pengkajian Psikologis

Pengkajian psikologis yang dapat dilakukan adalah gambaran


psikologis pada anak ketika akanmelakukan buang air kecil dan besar
seperti anak tidak rewel ketika akan buang air besar, anaktidak
menamgis sewaktu buang air besar atau kecil, ekspresi wajah
menunjukkan kegembiraandan ingin melakukan secara sendiri, anak
sabar dan sudah mau tetap tinggal di toilet selama 5-10menit tanparewel
atau meninggalkannya, adanya keingintahuan kebiasaan toilet training
padaorang dewasa atau saudaranya, adanya ekspresi untuk
menyenangkan pada orang tuanya.
3. Pengkajian Intelektual
Pengkajian intelektual pada latihan buang air besar dan kecil antara lain
kemampuan anak untuk mengerti buang air kecil atau besar,
kemampuan mengkomunikasikan buang air kecil dan besar, anak akan
menyadari timbulnya buang air besar dan kecil, kemampuan kognitif
untuk meniru perilaku yang tepat seperti buang air kecil dan besar pada
tempatnya serta etika dalam buang air besar dan kecil.
Dalam melakukan pengkajian kebutuhan buang air kecil dan besar,
terdapat beberapa hal yang perlu diperhatikan selama toilet training,
diantaranya :
1) Hindari pemakaian popok sekali pakai atau diaper dimana anak akan
merasa aman
2) Ajari anak mengucapkan kata-kata yang khas berhubungan dengan
BAB

8
3) Mendorong anak melakukan rutinitas ke kamar mandi seperti cuci
muka saat bangun tidur, cuci tangan, cuci kaki, dan lain sebagainya
4) Jangan marah bila anak gagal dalam melakukan toilet training
2.4 Kesiapan Anak
1. Kesiapan Fisik
1) Mampu mengontrol reflei spincter anal dan uretram biasanya pada
usia 18-24 bulan
2) Mampu menahan buang air kecil selama 2 jam, berkurangnya
frekuensi mengompol
3) Kebiasaan buang air besar sudah rutin
4) Gerakan motoric halus: mampu untuk duduk dan berjalan, mampu
melepas baju sendiri
2. Kesiapan Mental
1) Mengenali keinginan untuk berkemih dan buang air besar
2) Mampu berkomunikasi verbal maupun nonverbal dalam
mengungkapkan keinginan untuk berkemih dan buang air besar
3) Perkembangan kognitif : mampu meniru dan mengikuti perintah
3. Kesiapan Psikologis
1) Mampu mengungkapkan keinginan untuk memabahagiakan orang
tua
2) Mampu duduk atau jongkokk di toilet selama 5 sampai 10 menit
tanpa bolak balik berdiri
3) Mempunyai rasa keinginan tahan tentang kebiasaan buang air kecil
4) Tidak betah bila celana basa dan bila basah segera minta ganti
4. Kesiapan Orang Tua
1) Mampu mengenali kebiasaan anak
2) Menyediakan waktu untuk mengajarkan toilet training
3) Tidak sedang menghadapi stress perubahan seperti : perceraian,
pindah rumah dan adanya sibling baru
2.5 Program Simulasi dalam Toilet Training
1. Anak usia 1- 2,5 tahun tahun
1) Perilaku Anak
- Mampu untuk duduk, jalan, dan berdiri
- Bisa jalan maju dan mundur
9
- Menaiki kursi
- Manahan BAK sampai 2 jam
- Mempu menyatakan keinginan untuk berkemih
2) Kegiatan Orang Tua
- Kaji perilaku dan aspek psikologis yang menunjukkan kesiapan
anak dalam toilet training
- Ajarkan pada anak untuk BAK pada waktu yang rutin (pada saat
bangun tidur, setelah makan, dan sebelum tidur)
- Dampingi anak pada saat di toilet
- Mulai belajarkan anak untuk memakai celana, jangan lagi
menggunakan diapers
- Pergunakan kata-kata konsisten yang menandakan keinginan
untuk berkemih
- Berikan pujian bila anak berhasil dana toilet training
- Hindari pemberian hukuman atau pemaksaan
2. Anak usia 3 tahun
1) Perilaku Anak
- Hilangkan kebiasaan mengompol
- Mampu untuk duduk sendiri atau jongkok di toilet
2) Kegiatan Orang Tua
- Ajarkan kepada anak untuk berkemih sebelum tidur
- Jangan berikan minuman yang berlebihan sebelum tidur
- Ajarkan kebiasaan untuk menggunakan toilet dibanding
menggunakan “potty chair”
3. Anak usia 3 – 3,5 tahun
1) Perilaku Anak
- Berusaha untuk cebok sendiri walaupun gagal
- Mampu untuk memakai atau melepas baju sendiri
- Mampu mengguyur toilet setelah digunakan
- Mampu menjaga kesebersihan diri dalam berkemih
2) Kesiapan Orang Tua
- Tawarkan untuk menggunakan tisu atau dicebok setelah
berkemih
- Ajarkan cara cebok yang benar
10
- Gunakan baju yang mudah dipakai dan dilepaskan
- Berikan kebebasan untuk membersihkan dirinya setelah
berkemih
2.6 Dampak Toilet Training
Dampak yang paling umum dalam kegagalan toilet training seperti adanya
perlakuan atau aturan yang ketat bagi orang tua kepada anaknya yang
dapat mengganggu kepribadian anak atau cenderrung bersifat retentive
dimana anak cenderung bersikap keras Kapala bahkan kikir. Hal ini dapat
dilakukan oleh orang tua apabila sering memarahi anak pada saat buang
air besar atau kecil, atau melarang anak saat berpergian. Bila orang tua
santa dalam memberikan aturan dalam toilet training maka anak akan
dapat mengalami kepribadian ekspresif dimana anak lebih tega, cenderung
ceroboh, suka membuat gara-gara, emosional, dan seenaknya dalam
melakukan kegiatan sehari-hari.

11
DAFTAR PUSTAKA

MALIYA, M. A., & Kustiningsih, K. (2016). Pengaruh Modeling Video Terhadap


Perilaku IbuDalam Melatih Toilet Training Pada Anak Usia 1-3 Tahun Di
Dusun SanggrahanCondongcatur (Doctoral dissertation, Universitas'
Aisyiyah Yogyakarta.
Wiwi Mardiahet alSENTRI: Jurnal Riset Ilmiah|1024Edukasi ToiletTraining
terhadap Perilaku Ibu dan Kemampuan Toilet Training Anak Usia 18-
36Bulan. Jurnal Kesehatan Komunitas, 5(2), 49-55
Ekayani, L. P. K., Kusumaningsih, F. S., & Astini, P. S. (2015). Efektivitas
Penyuluhan DenganAudio Visual Terhadap Keberhasilan Toilet
Training Pada Anak Umur 2-3 Tahun.Banjar: FK Udayana.
Kartika, U. (2016). Efektivitas TeknikOral dan Teknik Modelling terhadap
Keberhasilan ToiletTraining pada Toddler. Jurnal Keperawatan Soedirman,
11(1), 1-6.
Musfiroh, M., & Wisudaningtyas, B. L. (2014). Penyuluhan Terhadap Sikap
Ibu dalamMemberikan Toilet Training pada Anak. Jurnal Kesehatan
Masyarakat, 9(2), 157–166. Patriyani, R. E. H., & Rahayu, S. (2017).
Soetjiningsih. 1995. Tumbuh Kembang Anak. Jakarta. Buku Kedokteran EGC.
Supartini. 2004. Konsep Dasar Keperawatan Anak. Jakarta. Buku Kedokteran EGC.
Suririnah.2010. Buku Pintar Merawat Anak dan Balita. Jakarta: Gramedia.
Utami, R. B., Nurhayati, R., & Putri, A. S. S. (2021). Health Education About
Toilet Training On[14]Maternal Behavior In The Application of
Toilet Training In Preschool Children.STRADA Jurnal Ilmiah
Kesehatan, 10(1), 1194-1200.

12

Anda mungkin juga menyukai