Mengetahui,
Pembimbing Akademik Pembimbing klinik
iii
KATA PENGANTAR
Puji dan Syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat
Rahmat-Nya sehinngga SAP terkait toilet training pada anak untuk memenuhi tugas
kegiatan praktik profesi Keperawatan anak program pendidikan profesi ners
Fakultas Keperawatan dan Kebidanan Universitas Nahdatul Ulama Surabaya.
Dalam penelitian SAP ini, kami berusaha menyajikan bahan dan bahasa
yang sederhana, singkat, serta mudah dipahami oleh pembaca. Kami menyadari
bahwa SAP ini jauh dari kata sempurna dan terdapat kekurangan dalam penulisan,
sehingga kami mengharapkan kritik dan saran positif dari berbagai pihak untuk
perbaikan di masa yang akan datang.
iii
DAFTAR ISI
iii
BAB 1
1
adalah penelitian yang dilakukan oleh Windiani dan Soetjiningsih (2008)
mengenai prevalensi enuresis atau mengompol pada anak TKusia 4,7-
5,7 tahun di Kotamadya Denpasar, yaitu 10,9%. Berdasarkan hasil
penelitian yangdilakukan oleh Andriyani et al. (2014) pada ibu yang
mempunyai anak usia prasekolah di TK II Dustira di Wilayah Kota Cimahi
menunjukkan dari 60 responden, 24 (40%) ibu mempunyai anakyang belum
berhasil melakukan toilet training dan 31 (51%) responden mempunyai
pengetahuanyang kurang tentang penerapan toilet training pada anak.
Data statistik menunjukkan bahwa 90%dari anak-anak antara usia 24-30
bulan berhasil diajari menggunakan toilet dengan rata-rata usia27-28 bulan,
80% anak-anak mendapat kesuksesan tidak buang air kecil dimalam
hari (enuresis)antara usia 30-42 bulan dengan rata-rata usia 33 bulan
(Warner, 2007).
Permasalahan yang sering terjadi ketika anak tidak mau melakukan
BAB atau BAKmenuju toilet adalah disebabkan karena pengetahuan ibu
yang masih kurang tentang pelaksanaantoilet training. Toilet training
tidak sama dengan membawa anak ke toilet, tetapi melatih anak
mengontrol BAB atau BAK dan melakukannya sendiri. Sedangkan yang
banyak dilakukan oleh para orang tua sejak anak masih bayi adalah
membawa anak ke toilet dengan menggendongnya supaya anak BAB
atau BAK sehingga anak tidak mandiri dalam melakukannya (Suririnah,
2010). Dampak orang tua tidak menerapkan toilet training pada anak
diantaranya adalah anak menjadi keras kepala dan susah untuk diatur. Selain
itu anak tidak mandiri dan masih membawa kebiasaanmengompol hingga
besar. Toilet training yang tidak diajarkan sejak dini akan membuat
orang tua semakin sulit untuk mengajarkan pada anak ketika anak
bertambah usianya (Hidayat, 2012).
Toilet training secara umum dapat dilaksanakan pada setiap anak yang
sudah mulai memasuki fase kemandirian pada anak. Suksesnya toilet
training tergantung pada kesiapan yang ada padadiri anak dan keluarga,
seperti kesipan fisik dimana kemampuan anak secara fisik sudah kuat
danmampu. Hal ini dapat ditunjukan anak mampu duduk atau berdiri
2
sehingga memudahkan anak untuk dilatih buang air besar dan kecil,
demikian juga kasiapan psikologis di mana anakmembutuhkan suasana
yang nyaman agar mampu mengontrol dan konsentrasi dalam
meragsanguntuk buang air besar atau kecil. Persaipan intelektual pada anak
juga dapat membantu dalam proses buang air besar dan kecil. Hal ini data
ditunjukkan apabila anak memahami arti buang besar atau kecil sangat
memudahkan proses dalam pengontrolan, anak dapat mengetahui kapan
saatnya buang air kecil dan kapan saatnya buang air besar, kesiapan tersebut
akan menjadikan diri anak selalu mempunyai kamandirian dalam
mengontrol khususnya buang air kecil dan buangair besar (toilet training).
Pelaksaan toilet training dapat dimulai sejak dini untuk melatih
responsterhadap kemampuan untuk buang air kecil dan buang air besar.
Maka dari itu, kelompok bertujuan untuk memberikan Pendidikan
kesehatan mengenai “Toilet Training” yang tujuannya agar keluarga lebih
mengetahui mengenai kemandirian pada anak untuk BAK/BAB.
1.2. Tujuan
1. Tujuan Instruksional Umum
Setelah dilakukan penyuluhan mengenai “Toilet Training” kepada
sasaran keluarga pasien di ruang Seruni diharapkan peserta dapat
menambah pengetahuan tentang toilet training.
2. Tujuan Intruksional Khusus
Setelah dilakukan penyuluhan tentang “Toilet Training” diharapkan
sasaran dapat :
1) Memahami tentang toilet training
2) Memahami cara toilet training pada anak
3) Memahami masalah toilet training yang terjadi pada anak
4) Memahami kesiapan anak dalam toilet training
5) Memahami program simulasi dalam toilet training
6) Memahami dampak toilet training
1.3. Isi Materi
1. Definisi toilet training
2. Cara toilet training
3
3. Masalah toilet training yang terjadi pada anak
4. Kesiapan anak dalam toilet training
5. Program simulasi dalam toilet training
6. Dampak toilet training
1.4. Metode
Metode yang digunakan dalam kegiatan PKRS mengenai “Toilet Training”
ini adalah penyuluhan secara tatap muka dengan metode ceramah dan
diskusi interaktif tanya jawab.
1.5. Media
Media yang digunakan adalah leaflet dan power point.
1.6. Pengorganisasian
1. Pembuatan SAP : Mardliyah
2. Pembuatan Poster : Yusuf Dwi Tristanto
3. Pembuatan Leaflet: Siti Mudayanah
4. Pembuatan LPJ : Istikomah
5. MC dan Moderator : Ina Rizhsanti
Uraian Tugas
1) Membukan acara menyuluhan, memperkenalkan diri dan tim kepada
peserta
2) Mengatur proses dan lama penyuluhan
3) Menutup acara penyuluhan
4) Memoderatori saat acara penyuluhan berlangsung
5) Sebagai penghubung antara pemateri dan peserta
6) Menyimpulkan hasil materi yang disampaikan
6. Pemateri : Wahyu Muzaiyyin Ningsih
Uraian Tugas
1) Menjelaskan materi penyuluhan dengan jelas dan dengan bahasa
yang mudah dipahami oleh peserta
2) Memotivasi peserta untuk tetap aktif dan memperhatikan proses
penyuluhan
3) Memotivasi peserta untuk betanya
4
7. Sie Perlengkapan dan Dokumentasi : Purniawan
Uraian Tugas
1) Menyiapkan peralatan dan perlengkapan yang dibutuhkan
2) Mengumpulkan audience di tempat penyuluhan
3) Melakukan absensi untuk para audience
4) Melakukan dokumentasi disetiap kegiatan
5) Membuat you tube
8. Peserta : Pasien dan keluarga di Ruang Seruni RSUD Dr. Mohamad
Soewandhie
5
1.8. EVALUASI
1. Evaluasi Kerja Kelompok
a. Semua anggota saling berkoordinasi terkait isi dari poster dan leaflet
grup WhatsApp.
Semua anggota kelompok aktif dalam diskusi terkait tema, sub tema, dan
konsep yang akan digunakan dalam pembuatan poster dan leaflet. Diskusi dan
3. Evaluasi Hasil
c. Terdapat feedback berupa pertanyaan dan tanggapan dari partisipan mengenai kegiatan
penyuluhan.
6
BAB 2
LAMPIRAN MATERI
2.1 Definisi
Toilet training merupakan kemampuan serta ketrampilan fisik
dan motorik yang harusdiajarkan pada anak yang berusia 3 tahun (Santrock,
1987)Menurut Wong (1999), toilet training merupakan tugas utama pada
usia toodler, yaitu berupa kemampuan dalam mengontrol spincter anal
maupun uretra dan biasanya dapatdikerjakan setelah anak bisa berjalan dan
mungkin pada usia 18 24 bulanToilet Training merupakan latihan moral
pertama yang bisa diterima oleh anak, dan halini mungkin akan tetap
berlangsung sampai akhir usia toodler (Rifai, 1993.
2.2 Cara Toilet Training pada Anak
Banyak cara yang dapat dilakukan oleh orang tua dalam melatih anak untuk
buang air besar dan kecil, diantaranya:
1. Teknik lisan
Usaha untuk melatih anak dengan cara memberikan instruksi pada anak
dengan kata-kata sebelum atau sesudah buang air kecil dan besar. Cara
ini kadang-kadang merupakan hal biasa yang dilakukan orang tua akan
tetapi apabila kita perhatikan bahwa teknik lisan ini mempunyai nilai
yang cukup besar dalam memberikan rangsangan untuk buang air besar
dimana dengan lisan ini penerapan psikologis pada anak akan semakin
matang dan akhitnya anak mampu dengan baik dalam melaksanakan
buang air kecil dan buang air besar.
2. Teknik modeling
Usaha untuk melatih anak dalam melakukan buang air besar dengan
ncara meniru untuk buanh air besar atau memberikannya contoh. Cara
ini juga dapat dilakukan dengan memberikan contoh-contoh buang ait
besar yang benar. Dampak yang jelek pada car aini adalah apabila
contoh yang diberikan salah sehingga akan dapat diperlihatkan pada
anak akhirnya anak juga mempunyai kebiasan yang salah.
2.3 Pengkajian Masalah Toilet Training
1. Pengkajian Fisik
Pengkajian fisik ini meliputi kemampuan motorik kasar seperti berjalan,
7
duduk, meloncat dankemampuan motorik halus seperti mampu
melepas celana sendiri. Kemampuan motorik iniharus mendapat
perhatian karena kemampuan untuk buang air besar ini lancer dan
tidaknyadapat ditunjang dari kesiapan fisik sehingga ketika anak
berkeinginan untuk buang air kecil dan besar sudah mempu dan siap
untuk melaksanakan. Selain itu, yang harus dikaji adalah pola buang air
besar yang sudah teratur, sudah tidak mengompol setelah tidur, dan lain-
lain.
2. Pengkajian Psikologis
8
3) Mendorong anak melakukan rutinitas ke kamar mandi seperti cuci
muka saat bangun tidur, cuci tangan, cuci kaki, dan lain sebagainya
4) Jangan marah bila anak gagal dalam melakukan toilet training
2.4 Kesiapan Anak
1. Kesiapan Fisik
1) Mampu mengontrol reflei spincter anal dan uretram biasanya pada
usia 18-24 bulan
2) Mampu menahan buang air kecil selama 2 jam, berkurangnya
frekuensi mengompol
3) Kebiasaan buang air besar sudah rutin
4) Gerakan motoric halus: mampu untuk duduk dan berjalan, mampu
melepas baju sendiri
2. Kesiapan Mental
1) Mengenali keinginan untuk berkemih dan buang air besar
2) Mampu berkomunikasi verbal maupun nonverbal dalam
mengungkapkan keinginan untuk berkemih dan buang air besar
3) Perkembangan kognitif : mampu meniru dan mengikuti perintah
3. Kesiapan Psikologis
1) Mampu mengungkapkan keinginan untuk memabahagiakan orang
tua
2) Mampu duduk atau jongkokk di toilet selama 5 sampai 10 menit
tanpa bolak balik berdiri
3) Mempunyai rasa keinginan tahan tentang kebiasaan buang air kecil
4) Tidak betah bila celana basa dan bila basah segera minta ganti
4. Kesiapan Orang Tua
1) Mampu mengenali kebiasaan anak
2) Menyediakan waktu untuk mengajarkan toilet training
3) Tidak sedang menghadapi stress perubahan seperti : perceraian,
pindah rumah dan adanya sibling baru
2.5 Program Simulasi dalam Toilet Training
1. Anak usia 1- 2,5 tahun tahun
1) Perilaku Anak
- Mampu untuk duduk, jalan, dan berdiri
- Bisa jalan maju dan mundur
9
- Menaiki kursi
- Manahan BAK sampai 2 jam
- Mempu menyatakan keinginan untuk berkemih
2) Kegiatan Orang Tua
- Kaji perilaku dan aspek psikologis yang menunjukkan kesiapan
anak dalam toilet training
- Ajarkan pada anak untuk BAK pada waktu yang rutin (pada saat
bangun tidur, setelah makan, dan sebelum tidur)
- Dampingi anak pada saat di toilet
- Mulai belajarkan anak untuk memakai celana, jangan lagi
menggunakan diapers
- Pergunakan kata-kata konsisten yang menandakan keinginan
untuk berkemih
- Berikan pujian bila anak berhasil dana toilet training
- Hindari pemberian hukuman atau pemaksaan
2. Anak usia 3 tahun
1) Perilaku Anak
- Hilangkan kebiasaan mengompol
- Mampu untuk duduk sendiri atau jongkok di toilet
2) Kegiatan Orang Tua
- Ajarkan kepada anak untuk berkemih sebelum tidur
- Jangan berikan minuman yang berlebihan sebelum tidur
- Ajarkan kebiasaan untuk menggunakan toilet dibanding
menggunakan “potty chair”
3. Anak usia 3 – 3,5 tahun
1) Perilaku Anak
- Berusaha untuk cebok sendiri walaupun gagal
- Mampu untuk memakai atau melepas baju sendiri
- Mampu mengguyur toilet setelah digunakan
- Mampu menjaga kesebersihan diri dalam berkemih
2) Kesiapan Orang Tua
- Tawarkan untuk menggunakan tisu atau dicebok setelah
berkemih
- Ajarkan cara cebok yang benar
10
- Gunakan baju yang mudah dipakai dan dilepaskan
- Berikan kebebasan untuk membersihkan dirinya setelah
berkemih
2.6 Dampak Toilet Training
Dampak yang paling umum dalam kegagalan toilet training seperti adanya
perlakuan atau aturan yang ketat bagi orang tua kepada anaknya yang
dapat mengganggu kepribadian anak atau cenderrung bersifat retentive
dimana anak cenderung bersikap keras Kapala bahkan kikir. Hal ini dapat
dilakukan oleh orang tua apabila sering memarahi anak pada saat buang
air besar atau kecil, atau melarang anak saat berpergian. Bila orang tua
santa dalam memberikan aturan dalam toilet training maka anak akan
dapat mengalami kepribadian ekspresif dimana anak lebih tega, cenderung
ceroboh, suka membuat gara-gara, emosional, dan seenaknya dalam
melakukan kegiatan sehari-hari.
11
DAFTAR PUSTAKA
12