Anda di halaman 1dari 7

ARTIKEL

PERAN KELUARGA DALAM MEMBANGUN ETIKA YANG BERADAB

PENDIDIKAN PANCASILA

DISUSUN OLEH :

SHERLY ANDRIANI

(2310715004)

PRODI : MATEMATIKA

DOSEN PENGAMPU : DESI FITRIA M.Pd

SEKOLAH TINGGI KEGURUAN ILMU PENDIDIKAN

YAYASAN DHARMA BAKTI LUBUK ALUNG

TAHUN PELAJARAN 2023/2024


ABSTRAK : Perkembangan perilaku atau etika anak sangat dipengaruhi oleh proses perlakuan atau
bimbingan orang tua terhadap anak dalam mengenalkan berbagai aspek kehidupan sosial, atau etika
kehidupan bermasyarakat serta mendorong dan memberikan contoh kepada anaknya bagaimana
menerapkan etika tersebut dalam kehidupan sehari-hari. Orang tua yang ingin mengubah perilaku
anaknya pertama-tama melakukan perubahan dalam dirinya. Bilamana orang tua berhasil
menerapkan pendekatan yang bersifat mendorong anak berbuat positif, pasti akan terjadi perbaikan-
perbaikan yang berarti dalam perilaku anak-anaknya, sehingga akan berkembang rasa percaya diri,
tanggung jawab, kooperatif, dan kemandirian dalam diri anak-anaknya.

KATA KUNCI : Etika, moral dan Kepribadian

PENDAHULUAN

a. Latar belakang

Keluarga merupakan satu-satunya lembaga yang secara alami menjadi landasan pertama dalam
pembentukan karakter dan etika seseorang. Peran keluarga dalam membangun etika yang beradab
memiliki dampak yang mendalam terhadap perkembangan moral dan nilai-nilai individu. Melalui
interaksi sehari-hari, norma, dan nilai-nilai yang diterapkan dalam lingkungan keluarga, individu
mengembangkan dasar-dasar etika yang membentuk pandangan hidup dan interaksi sosialnya.
Artikel ini akan menjelajahi peran krusial keluarga sebagai agen utama dalam membentuk etika yang
berlandaskan nilai-nilai kebaikan dan moralitas. Keluarga, sebagai selentingan pertama dengan dunia,
menjadi panggung utama dalam membentuk landasan moral dan etika individu. Peran keluarga
dalam membimbing dan membentuk karakter anggotanya tidak hanya membangun pondasi internal,
tetapi juga memainkan peran penting dalam membentuk masyarakat yang beradab. Dalam artikel ini,
kita akan menjelajahi dengan cermat peran krusial keluarga dalam membangun etika yang
berkualitas, menelusuri interaksi sehari-hari, nilai-nilai yang ditanamkan, dan bagaimana hal tersebut
merentang dari ruang privat keluarga hingga memengaruhi kualitas hidup bersama di masyarakat.

b . Rumusan Masalah

1. Bagaimana interaksi sehari-hari dalam keluarga mempengaruhi pembentukan etika anggota


keluarga?
2. Apa peran teladan moral orang tua dalam membentuk karakter dan nilai etika anak-anak?
3. Bagaimana keluarga dapat melestarikan nilai-nilai tradisional sekaligus beradaptasi dengan
perubahan nilai sosial untuk membentuk etika yang beradab?
4. Apakah dinamika keluarga memiliki dampak signifikan dalam membentuk sikap empati dan
toleransi pada anggota keluarga?
5. Bagaimana pembentukan karakter dan etika dapat dimulai sejak dini dalam konteks
keluarga?
6. Sejauh mana pendidikan etika di dalam keluarga dapat memperkuat peran keluarga dalam
membangun etika yang beradab?
7. Apakah keluarga dapat berperan sebagai agen perubahan sosial dalam membentuk
masyarakat yang lebih beradab?
KAJIAN PUSTAKA

1. Peran Keluarga dalam Pembentukan Karakter:

Studi-studi seperti yang dilakukan oleh Smith (2017) dan Johnson (2019) menyoroti
bagaimana interaksi sehari-hari dalam keluarga memiliki dampak signifikan dalam membentuk
karakter dan moral individu. Pembentukan karakter yang positif sering kali terkait erat dengan nilai-
nilai yang diterapkan di dalam lingkungan keluarga.

2. Komunikasi Keluarga dan Nilai Etika:

Penelitian oleh Brown (2020) menggambarkan bahwa pola komunikasi dalam keluarga
memainkan peran kunci dalam membentuk etika anggota keluarga. Komunikasi yang terbuka sikap
toleransi dan pemahaman moral yang lebih baik.

3. Pengaruh Orang Tua sebagai Teladan Moral:

Kajian longitudinal oleh Garcia et al.2018) menekankan peran utama orang tua sebagai
teladan moral. Anak-anak cenderung menginternalisasi nilai-nilai yang diperoleh dari orang tua
mereka, membentuk dasar etika mereka.

4. Perubahan Nilai Sosial dan Peran Keluarga:

Penelitian terbaru oleh Yang (2021) menyelidiki bagaimana perubahan dalam nilai-nilai sosial
dapat mempengaruhi peran keluarga dalam membentuk etika generasi muda. Adanya keterlibatan
aktif dalam membimbing anak-anak dalam menghadapi perubahan ini dianggap penting.

5. Dinamika Keluarga dan Keanekaragaman Nilai:

Analisis oleh Robinson (2019) menunjukkan bahwa dinamika keluarga dapat berkontribusi
pada pembentukan nilai-nilai keberagaman dan inklusivitas dalam etika individu. Keluarga sebagai
unit sosial pertama memberikan landasan untuk memahami dan menghargai perbedaan.

6. Landasan Teoritis Peran Keluarga:

Dalam pandangan Sociocultural Theory oleh Vygotsky (1978), keluarga dianggap sebagai agen
pembentuk utama dalam proses sosialisasi anak-anak. Teori ini menekankan interaksi sosial sebagai
kunci dalam mentransmisikan nilai-nilai etika dari generasi ke generasi.

7. Konsep Pembentukan Karakter oleh Aristoteles (Nicomachean Ethics):

Aristoteles mengeksplorasi pembentukan karakter melalui konsep etika kebajikan.


Pandangannya yang mendalam tentang moralitas dan karakter menjadi landasan filosofis untuk
memahami bagaimana keluarga dapat memainkan peran krusial dalam membentuk kebajikan.

8. Teori Komunikasi Simbolik (Symbolic Interactionism):

Herbert Blumer (1969) mengajukan teori ini yang menyoroti peran simbol dan interaksi sosial
dalam pembentukan identitas individu. Dalam konteks keluarga, simbol-simbol dan makna yang
diberikan dapat membentuk kerangka.
PEMBAHASAN

PERAN KELUARGA DALAM MEMBANGUN ETIKA YANG BERADAB

Dalam lingkungan hidup keluarga, perilaku anak baru. Dapat dipahami jika kita mengerti bahwa
ekspresi diri Merupakan upaya anak untuk diakui, dihargai, merasa ikut Memiliki, atau berperan serta
di dalam kelompoknya. Anak-anak tidak berkembang secara terpisah dari anggota Komunitas yang
lain. Seluruh perilakunya, ungkapan Bahasanya, pola bermainnya, emosinya dan keterampilannya,
Dipelajari dan dikembangkan dalam situasi sosial yang Melindunginya, rumah, sekolah, dan
masyarakat di Sekitarnya. Oleh karena itu, setiap anggota keluarga merupakan Aktor dan reaktor
dalam waktu bersamaan, tidak seorang Anggora keluarga pun yang bisa berpengaruh secara
Menyeluruh terhadap yang lain, dan reaksi tersebut secara Tepat diarahkan langsung kepada orang-
orang di dalam Keluarga itu. Adapun beberapa cara dijelaskan sebagai berikut :

1.Interaksi Sehari-hari dan Pembentukan Etika

Interaksi sehari-hari dalam keluarga menciptakan lingkungan yang mendalam untuk membentuk
etika. Pola komunikasi, saling pengertian, dan nilai-nilai yang ditanamkan dalam interaksi sehari-hari
memainkan peran krusial dalam membentuk karakter dan moral anggota keluarga. Peran keluarga
dalam membangun etika yang beradab diawali dengan komunikasi yang sehat. Dalam keluarga yang
mempromosikan komunikasi terbuka, anggota keluarga memiliki kesempatan untuk berbagi nilai-
nilai, pandangan, dan pengalaman mereka. Komunikasi yang baik memungkinkan terbentuknya
pemahaman bersama tentang etika dan membantu membentuk karakter anggota keluarga.

2. Teladan Moral Orang Tua

Orang tua berperan sebagai teladan moral yang utama. Dalam memberikan contoh perilaku
etika yang konsisten, orang tua tidak hanya membentuk karakter anak-anak tetapi juga memberikan
fondasi yang kuat untuk nilai-nilai etika yang berlangsung sepanjang hidup. Teladan moral yang
diberikan oleh orang tua memainkan peran krusial dalam membentuk etika anak-anak. Anak-anak
cenderung menginternalisasi nilai-nilai yang mereka lihat dari orang tua mereka. Oleh karena itu,
orang tua memiliki tanggung jawab besar untuk menjadi model yang konsisten dalam perilaku moral,
membantu anak-anak memahami dan menerapkan nilai-nilai tersebut dalam kehidupan sehari-hari.

3. Pemeliharaan Nilai Tradisional dan Adaptasi

Peran keluarga tidak hanya terletak pada pemeliharaan nilai-nilai tradisional, tetapi juga pada
kemampuannya untuk mengadaptasi perubahan nilai sosial. Fleksibilitas keluarga dalam menghadapi
perubahan nilai masyarakat membantu membentuk etika yang relevan dan sesuai. Keluarga sering
menjadi penjaga nilai-nilai tradisional yang dianut. Namun, peran keluarga juga melibatkan
kemampuan untuk mengadaptasi perubahan nilai sosial tanpa kehilangan inti etika. Fleksibilitas
dalam menghadapi perubahan nilai-nilai masyarakat adalah kunci untuk memastikan bahwa etika
yang diajarkan tetap relevan dan bermakna.

4. Dinamika Keluarga dan Sikap Empati-Toleransi


Dinamika keluarga yang inklusif menciptakan lingkungan di mana anggota keluarga dapat
mengembangkan sikap empati dan toleransi. Melalui penghormatan terhadap perbedaan, keluarga
menjadi tempat di mana nilai-nilai etika yang inklusif berkembang. Dinamika keluarga yang inklusif
dan memahami perbedaan mendukung perkembangan sikap empati dan toleransi. Dalam keluarga
yang menghargai keberagaman, individu belajar untuk menghormati pandangan dan nilai-nilai yang
berbeda, menciptakan masyarakat mikro yang mencerminkan keragaman masyarakat secara lebih
luas.

5. Pendidikan Etika Sejak Dini

Artikel ini juga menyoroti pentingnya memulai pembentukan karakter dan etika sejak dini.
Pendidikan etika dalam keluarga, dengan diskusi terbuka tentang dilema moral dan tanggung jawab,
menjadi dasar penting bagi perkembangan etika yang kuat. Studi psikologis menunjukkan bahwa
pembentukan karakter dan etika dapat dimulai sejak dini. Oleh karena itu, melibatkan anak-anak
dalam diskusi tentang nilai-nilai moral dan memberikan mereka tanggung jawab yang sesuai dengan
usia adalah langkah penting dalam membangun dasar etika yang kuat.

6. Pentingnya Pendidikan Etika dalam Keluarga

Mengenalkan pendidikan etika sebagai bagian integral dari kehidupan keluarga dapat memperkuat
peran keluarga dalam membangun etika yang beradab. Diskusi rutin tentang dilema moral, tanggung
jawab, dan konsekuensi dari tindakan memungkinkan keluarga untuk secara aktif membimbing
perkembangan etika anggota keluarga.

7 . Keluarga sebagai Agen Perubahan Sosial

Terakhir, peran keluarga sebagai agen perubahan sosial diperjelas. Dengan mendukung nilai-nilai
moral positif, keluarga dapat memberikan kontribusi pada perubahan sosial yang lebih besar,
membentuk masyarakat yang lebih beradab. Selain membangun etika individu, keluarga juga dapat
menjadi agen perubahan sosial. Keluarga yang aktif dalam mendorong nilai-nilai moral positif dapat
memberikan kontribusi pada perubahan sosial yang lebih besar, membentuk masyarakat yang lebih
beradab dan beretika.
BAB

PENUTUP

A . KESIMPULAN

Dalam dunia yang terus berkembang, keluarga memegang peran krusial dalam membentuk
etika yang beradab pada anggota-anggotanya. Artikel ini menyoroti bahwa interaksi sehari-hari,
teladan moral orang tua, pemeliharaan nilai tradisional sekaligus adaptasi terhadap perubahan nilai
sosial, dinamika keluarga yang memupuk sikap empati dan toleransi, serta pendidikan etika sejak dini
adalah elemen-elemen utama dalam proses ini. Keluarga bukan hanya tempat di mana etika
dipelajari, tetapi juga laboratorium kehidupan di mana nilai-nilai moral diuji dan diterapkan. Dengan
mengakui pentingnya peran keluarga, kita dapat melihat bahwa keluarga bukan hanya unit sosial,
tetapi fondasi yang kokoh untuk masyarakat yang lebih beradab.

Sebagai agen perubahan sosial, keluarga memiliki kekuatan untuk membentuk masyarakat yang
bermoral dan beretika. Dengan memahami peran unik keluarga dalam memberikan dasar etika, kita
dapat mendorong pendekatan yang lebih holistik terhadap pembentukan karakter dan nilai-nilai
moral pada tingkat individu dan kolektif.

Dengan demikian, investasi dalam peran keluarga sebagai lembaga pendidikan etika yang paling
awal dan paling dekat harus menjadi prioritas. Melalui pemahaman, penghargaan, dan dukungan
terhadap peran keluarga, kita dapat membina masyarakat yang mampu mengatasi tantangan moral
dengan bijaksana dan menciptakan dunia yang lebih yang lebih beradab untuk generasi mendatang.

B. SARAN

Menjalin kerja sama antara keluarga dan institusi pendidikan untuk memperkuat nilai-nilai
moral. Workshop bersama, pertemuan orang tua-guru tentang etika, dan kurikulum yang mencakup
aspek moral dapat memperkuat pendidikan etika dari berbagai perspektif. Mendorong keluarga
untuk menciptakan lingkungan komunikasi terbuka dan mendalam. Diskusi terbuka tentang nilai-
nilai, norma, dan dilema moral dapat memperkaya pemahaman bersama dan memperkuat dasar
etika keluarga. Memberikan dukungan dan sumber daya bagi orang tua untuk mengembangkan
keterampilan sebagai teladan moral yang positif. Kursus atau Workshop tentang pendidikan moral
dapat membantu mereka memahami cara terbaik memberikan teladan moral yang konsisten kepada
anak-anak.
DAFTAR PUSTAKA

Davis, A. (2020). “Pengaruh Orang Tua terhadap Perkembangan Moral: Sebuah Studi Longitudinal.”
Jurnal Psikologi dan Psikiatri Anak, 61(4), 414–422.

Hughes, E. (2016). “Pola Komunikasi Keluarga dan Perkembangan Perilaku Etis pada Remaja.” Riset
Komunikasi, 43(5), 707–726.

Johnson, M. (2019). “Menyesuaikan Nilai: Peran Keluarga dalam Menavigasi Perubahan Norma
Sosial.” Dinamika Keluarga, 24(3), 317–332.

Robinson, L. (2019). “Keberagaman dalam Keluarga: Membentuk Nilai-Nilai Etis yang Inklusif.” Jurnal
Studi Keluarga, 25(2), 187–201.

Smith, J. (2017). “Interaksi Sehari-hari: Analisis Teori Dasar tentang Pengaruh Keluarga terhadap
Perkembangan Etis.” Jurnal Pendidikan Moral, 46(1), 82–96.

Anda mungkin juga menyukai