BIDANG KEGIATAN :
MK BIOKIMIA PANGAN
Dibuat oleh :
Tesalonika C. Lalopua
HALAMAN PENGESAHAN
d. Universitas/ : Prisma
Latar Belakang
Tujuan
Metode Percobaan
Ditiriskan
Diamati perubahan warna kecoklatan pada menit ke 0’, 15’, 30’, 45’, 60’
HASIL PENGAMATAN
Tabel 1. Hasil pengamatan intensitas warna kecoklatan irisan buah pisang pada
menit ke-0, 15, 30, 45, 60 ulangan 1 dan ulangan 2
Menit ke-
Perlakuan 0’ 15’ 30’ 45’ 60’
1 2 1 2 1 2 1 2 1 2
Kontrol ++
- + ++ + ++ +++ ++ +++ ++
+
Pisau karat ++
- - ++ ++ +++ +++ +++ +++ +++
+
Asam askorbat
- - + + ++ + +++ ++ +++ ++
0.1%
Asam askorbat 1% - - - + + + ++ ++ ++ ++
Asam asetat 0.1% - - ++ + ++ + +++ ++ +++ ++
Asam asetat 1% - - + + + + +++ ++ +++ ++
Asam sitrat 0.1% - - ++ + ++ + ++ ++ ++ ++
Larutan
- - - - - - - - - -
metabisulfit 0.5M
Larutan sirup gula
- - + + + + ++ ++ ++ ++
20%
Air mendidih - - ++ ++ ++ ++ ++ +++ ++ +++
Tabel 2. Hasil pengamatan intensitas warna coklat irisan kentang pada menit
ke0, 15, 30, 45, 60
Menit ke-
1 2 1 2 1 2 1 2 1 2
Kontrol - - ++ + ++ ++ +++ ++ +++ +++
Pisau karat - - + + ++ + +++ ++ ++ ++
Asam askorbat 0.1% - - - - - - - - - -
Asam askorbat 1% - - - - - - - - - -
Asam asetat 0.1% - - - - - - - - - -
Asam asetat 1% - - - - - - - - - -
Asam sitrat 0.1% - - - - - - - - - +
5
Air mendidih - - - - - - + + + ++
sayuran dan juga pada jus buah untuk pencoklatan dan reaksi oksidatif lainnya.
Asam askorbat bertindak sebagai antioksidan karena oksigen akan mengoksidasi
askorbat bukan senyawa fenolik sehingga dapat menghambat atau menurunkan
terjadinya reaksi pencoklatan. Dalam percobaan ini digunakan dua macam
konsentrasi asam askorbat yaitu asam askorbat dengan konsentrasi 0.1% dan
asam askorbat dengan konsentrasi 1.0 %. Buah pir yang direndam dengan asam
askorbat konsentrasi 0.1 % sudah mulai tampak kecoklatan pada menit ke-15
sedangkan buah pir yang direndam dengan asam askorbat 1.0 % baru tampak
kecoklatan pada menit ke-45. Hal ini menunjukkan bahwa semakin tinggi
konsentrasi asam askorbat yang digunakan maka makin efektif penghambatan
pencoklatannya. Bila dibandingkan dengan kontrol, penggunaan asam askorbat
0.1% tidak efektif karena sama-sama mulai coklat pada menit ke-15. Namun,
penggunaan asam askorbat 1.0% terbukti efektif karena seperti telah diketahui
pencoklatan baru mulai terjadi pada menit ke-45. Kenaikan intensitas
pencoklatan pada ulangan 1 lebih lambat dibanding ulangan 2 karena ulangan 2
merendam irisan pir dengan asam askorbat yang terlalu banyak (lebih dari 30
ml).
Asam asetat merupakan asam organik kuat. Asam asetat menghambat
pencoklatan dengan cara menurunkan pH lingkungan sampai pH-nya di bawah
3, sementara pH optimum PPO pada buah pir adalah sekitar 5-7. Oleh sebab itu
PPO tersebut menjadi inaktif. Asam asetat yang digunakan juga ada dua macam
yaitu asam asetat dengan konsentrasi 0.1% dan 1.0%. Buah pir yang direndam
dengan asam asetat 0.1% lebih cepat mengalami pencoklatan dibandingkan
dengan buah pir yang direndam pada asam asetat 1.0%. Buah pir yang direndam
dengan asam asetat 0.1% mulai coklat pada menit ke-15 sedangkan buah pir
yang direndam dengan asam asetat 1.0% baru coklat pada menit ke-45. Dapat
disimpulkan bahwa konsentrasi asam asetat dapat mempengaruhi keefektifan
penghambatan pencoklatan pada buah pir. Sedangkan apabila dibandingkan
dengan potongan buah pir yang menjadi kontrol (tidak diberi perlakuan sama
sekali) asam asetat dengan konsentrasi 0.1% tidak efektif dalam menghambat
pencoklatan karena sama seperti buah pir yang menjadi kontrol yang sudah
mulai terjadi pencoklatan pada menit ke-15. Namun, ini tidak berlaku pada
penggunaan asam asetat 1.0% karena mampu menghambat pencoklatan sehingga
pencoklatan baru mulai terjadi pada menit ke-45. Kenaikan intensitas
pencoklatan pada ulangan 1 lebih cepat dibanding ulangan 2 karena irisan pir
ulangan 1 lebih tipis dibanding irisan ulangan 2 sehingga oksigen yang diserap
daging buah pir lebih banyak.
Asam sitrat merupakan senyawa intermediet dari asam organik yang
berbentuk kristal atau serbuk putih. Sifat-sifat asam sitrat antara lain: mudah
larut dalam air, spiritus, dan ethanol, tidak berbau, rasanya sangat asam, serta
jika dipanaskan akan meleleh kemudian terurai yang selanjutnya terbakar sampai
menjadi arang. Asam sitrat merupakan agen pengkelat. Asam sitrat menghambat
terjadinya pencoklatan karena dapat mengkompleks ion tembaga yang dalam hal
ini berperan sebagai katalis dalam reaksi pencoklatan. Selain itu, asam sitrat juga
dapat menghambat pencoklatan dengan cara menurunkan pH seperti halnya pada
asam asetat sehingga enzim PPO menjadi inaktif (Winarno, 1997). Pada
percobaan ini, larutan asam sitrat yang digunakan hanya satu macam konsentrasi
yaitu 1.0%. Hasil dari perendaman buah pir dengan asam sitrat mulai tampak
berwarna coklat pada menit ke-45. Dapat disimpulkan bahwa asam sitrat
merupakan inhibitor yang cukup efektif untuk reaksi pecoklatan karena pada
buah pir yang menjadi kontrol, pencoklatan sudah mulai tampak pada menit ke-
15. Pada tabel terlihat bahwa intensitas warna kecoklatan ulangan 2 mulai terjadi
pada menit ke-45 sedangkan pada ulangan 1 tidak terjadi reaksi pencoklatan. Hal
ini mungkin disebabkan karena pengamatan intensitas warna setiap orang
berbeda.
Penambahan larutan metabisulfit 0.5 M sebagai senyawa antibrowning
bekerja dengan cara membentuk ikatan disufida dengan enzim PPO sehingga
menghambat pengikatan dengan oksigen. Selain itu sulfit juga dapat bereaksi
dengan quinon yang dihasilkan dari oksidasi senyawa fenolik sehingga
menghambat polimerisasi quinon membentuk pigmen melanin (coklat).
Dengan adanya metabisulfit buah dan bahan pangan tampak lebih segar,
cerah, dan lambat sekali mengalami pencoklatan (Margono, 1993).
Berdasarkan tabel pengamatan terlihat bahwa larutan ini paling baik dalam
menghambat reaksi pencoklatan karena hingga menit ke-60 tidak terjadi
reaksi pencoklatan buah pir pada kedua kelompok.
Larutan sirup gula juga dapat berfungsi untuk menghambat terjadinya
pencoklatan enzimatik karena larutan gula dapat memberikan lapisan atau
mantel sehingga mencegah permukaan buah dapat kontak dengan oksigen.
Cara ini merupakan cara tertua yang digunakan untuk mencegah reaksi
pencoklatan (http://www.umaine.edu/NSFGK
12/images/PDFs/browning2.pdf). Di samping itu, larutan gula dapat
menurunkan pH lingkungan sehingga enzim PPO ini menjadi inaktif.
Semakin tinggi konsistensi pemanis dalam suatu larutan menyebabkan pH
menurun, hal ini disebabkan karena gula mempunyai sifat coolingeffect
(Winarno, 1997).
Pada percobaan ini, larutan sirup gula yang digunakan adalah larutan
sirup gula dengan konsentrasi 20%. Berdasarkan perbandingan antara buah
pir kontrol dengan buah pir yang direndam dengan larutan sirup gula 20%,
dapat disimpulkan bahwa larutan sirup gula efektif untuk menghambat
pencoklatan karena buah pir yang direndam dengan larutan sirup gula baru
mulai berwarna kecoklatan pada menit ke-45 sedangkan buah pir yang
menjadi kontrol sudah mulai tampak coklat pada menit ke-15. Pada ulangan 1
dan 4 tidak terlihat perbedaan, intensitas warna coklat mulai terlihat pada
waktu yang sama yaitu menit ke-45.
Perendaman buah pir dengan menggunakan air mendidih juga dapat
mencegah terjadinya reaksi pencoklatan. Proses ini disebut dengan blansir.
Air mendidih ini menyebabkan protein pada enzim PPO sehingga
menyebabkan PPO terdenaturasi dan menjadi inaktif. Pada suhu 80 0C
setengah dari aktivitas total fenolase hilang kemudian pada suhu 90 0C hampir
keseluruhan aktivitas fenolase hilang. Pada percobaan ini, air mendidih
menghambat terjadinya reaksi pencoklatan sehingga warna kecoklatan baru
mulai tampak pada menit ke-45 sedangkan buah pir yang bertindak sebagai
kontrol sudah mulai menampakkan warna kecoklatan pada menit ke-15. Pada
9
ulangan 1 dan 4, reaksi pencoklatan mulai terjadi pada menit ke-45 tetapi
pada ulangan 2 sudah terjadi kenaikan intensitas warna coklat menjadi
hampir separuh permukaan daging buah setelah menit ke-60. Perbedaan ini
disebabkan karena kesalahan ulangan 2 yang langsung memasukkan irisan
pir lebih cepat 30 detik setelah air mendidih dibandingkan ulangan 1.
Perlakuan pemotongan buah pir dengan menggunakan pisau karat dapat
mempercepat reaksi pencoklatan karena terdapat senyawa logam Fe pada
karat yang akan mengkatalisis reaksi dengan oksigen. Pada tabel dapat dilihat
bahwa intensitas warna coklat pada ulangan 1 dan 4 mengalami kenaikan
yang sama seiring dengan pertambahan waktu.
5. Kesimpulan
Kontribusi Penulis
Pendanaan
Konflik kepentingan
Referensi
1. Martinez, MV; Whitaker, JR Biokimia dan pengendalian pencoklatan
enzimatik. Tren Ilmu Makanan. Teknologi. 1995 , 6 , 195–200. [ Google
Cendekia ] [ CrossRef ]
2. Marshall, Bpk; Kim, J.; Wei, C. Pencoklatan Enzimatik pada Buah, Sayuran dan
Makanan Laut ; FAO: Roma, Italia, 2000; P. 49. [ Google Cendekia ]
3. Whitaker, JR; Lee, CY Kemajuan terbaru dalam kimia pencoklatan enzimatik:
Sebuah gambaran umum. Dalam Pencoklatan Enzimatik dan
Pencegahannya ; Publikasi ACS: American Chemical Society: Washington, DC,
AS, 1995; hlm.2–7. [ Beasiswa Google ]
4. Maillard, L. Aksi asam amino pada gula. Pembentukan melanoidin secara
metodis. CR Akademik. Sains. 1912 , 154 , 66–68. [ Beasiswa Google ]
5. Queiroz, C.; Mendes Lopes, ML; Fialho, E.; Valente-Mesquita, VL Polifenol
oksidase: Karakteristik dan mekanisme pengendalian pencoklatan. Makanan
Rev.Int. 2008 , 24 , 361–375. [ Google Cendekia ] [ CrossRef ]
23
39. Gautama, S.; Sharma, A. Pemurnian dan karakterisasi polifenol oksidase (PPO) dari
terung ( Solanum melongena ).Kimia Makanan. 2012 , 134 , 1855–1861. [ Beasiswa
Google ]
40. Rojas-Graü, MA; Sobrino-López, A.; Soledad Tapia, M.; Martín-Belloso, O.
Penghambatan pencoklatan pada irisan apel 'Fuji' yang baru dipotong oleh bahan
anticoklat alami. J. Ilmu Pangan. 2006 , 71 , S59–S65. [ Google Cendekia ]
[ CrossRef ]
41. Nicolas, J.; Richard-Lupakan, F.; Goupy, P.; Amiot, MJ; Aubert, S. Reaksi
pencoklatan enzimatik pada apel dan produk apel. Kritik. Pendeta Ilmu
Makanan. Nutrisi. 1994 , 34 , 109–157. [ Google Cendekia ] [ CrossRef ]
42. Chen, Y.-H.; Lu, P.-J.; Hulme, C.; Shaw, AY Sintesis agen penginduksi apoptosis
pengkelat tembaga yang diturunkan dari asam kojat. medis. kimia. Res. 2013 , 22 ,
995–1003. [ Google Cendekia ] [ CrossRef ]
43. Nak, SM; Bulan, KD; Lee, CY Efek penghambatan berbagai zat anti browning pada
irisan apel. Kimia Makanan. 2001 , 73 , 23–30. [ Google Cendekia ] [ CrossRef ]
44. De la Rosa, L.; Alvarez-Parrilla, E.; Moyers, E.; Villegas, M.; Ayala-Zavala,
JF; Hernández, J.; Ruiz-Cruz, S.; Aguilar, G. Mekanisme penghambatan
pencoklatan enzimatik jus apel oleh ekstrak madu Palo Fierro (desert ironweed) dan
senyawa alami lainnya. Ilmu Makanan LWT. Teknologi. 2011 , 44 , 269–
276. [ Google Cendekia ] [ CrossRef ]
45. Tinello, F.; Lante, A. Evaluasi aktivitas anti browning dan antioksidan pada anggur
mentah yang diperoleh selama penjarangan tandan. Australia. J. Anggur Anggur
Res. 2017 , 23 , 33–41. [ Google Cendekia ] [ CrossRef ]
46. Ding, C.-K.; Chachin, K.; Ueda, Y.; Wang, CY Penghambatan pencoklatan
enzimatik loquat oleh senyawa sulfhidril. Kimia Makanan. 2002 , 76 , 213–
218. [ Google Cendekia ] [ CrossRef ]
47. Suhonthara, S.; Kaewka, K.; Theerakulkait, C. Efek penghambatan ekstrak dedak
padi dan senyawa fenoliknya terhadap aktivitas polifenol oksidase dan pencoklatan
pada pure kentang dan apel. Kimia Makanan. 2016 , 190 , 922–927. [ Google
Cendekia ] [ CrossRef ] [ PubMed ]
48. Huang, S.-J.; Lin, S.-Y.; Wang, T.-T.; Hsu, F.-C. Menggabungkan asam asetat dan
etanol sebagai pengobatan anti-pencoklatan untuk perubahan warna pantat selada
melalui represi aktivitas dan ekspresi fenilalanin amonia lyase. Biol
Pascapanen. Teknologi. 2020, 164, 111151. [Google Scholar] [CrossRef]
49. Ibrahim, R.; Osman, A.; Saari, N.; Abdul Rahman, R. Pengaruh perlakuan anti
kecoklatan terhadap kualitas penyimpanan kubis abon yang diolah minimal. J.
Pertanian Pangan. Mengepung. 2004, 2, 54–58. [Google Scholar]
50. Bala, T.; Prasad BL, V.; Sastri, M.; Kahaly, MU; Waghmare, Interaksi UV berbagai
ion logam dengan gugus asam karboksilat: Sebuah studi
kuantitatif. J.Fisika. kimia. Sebuah tahun 2007, 111, 6183–6190. [Google
Scholar] [CrossRef]
51. Pizzocaro, F.; Torreggiani, D.; Gilardi, G. Penghambatan polifenoloksidase apel
(PPO) oleh asam askorbat, asam sitrat, dan natrium klorida. J. Proses
Pangan. Pertahankan. 1993, 17, 21–30. [Google Scholar] [CrossRef]
52. Socol, C.; Vandenberghe, L.; Rodrigues, C.; Pandey, A. Perspektif baru untuk
produksi dan aplikasi asam sitrat. Teknologi Pangan. Bioteknologi. 2006, 44, 141–
149. [Google Scholar]
53. Hodgkinson, A. Oxalate Content of Foods and Nutrition in Oxalic Acid in Biology
and Medicine; Academic Press: London, UK, 1977; pp. 196–197. [Google Scholar]
54. Hithamani, G.; Medappa, H.; Arugakeerthy, C.; Ramalakshmi, K.; Raghavarao, K.
Pengaruh adsorben dan pengasaman terhadap pencoklatan enzimatik sari tebu. J.
Ilmu Pangan. Teknologi. 2018 ,55, 4356–4362. [Google Scholar] [CrossRef]
55. Mi Bulan, K.; Kim Muda, C.; Yeul Ma, J.; Lee, B. Senyawa terkait Xanthone
sebagai bahan tambahan makanan anti browning dan antioksidan. Kimia
Makanan. 2019 ,274, 345–350. [Google Scholar] [CrossRef]
56. Bulan, KM; Lee, B.; Cho, Minggu; Lee, BS; Kim, CY; Ma, JY Swertiajaponin
sebagai anti browning dan antioksidan flavonoid. Kimia Makanan. 2018 ,252, 207–
214. [Google Scholar] [CrossRef]
57. Lee, B.; Bulan, KM; Lim, JS; Taman, Y.; Kim, DH; Nak, S.; Jeong, HO; Kim,
DH; Lee, EK; Chung, KW; dkk. 2-(3,4-dihydroxybenzylidene)malononitrile sebagai
senyawa anti-melanogenik baru. Target Onco 2017 , 8 , 91481–91493. [Google
Scholar] [CrossRef][Green Version]
58. Griffiths, G.; Trueman, L.; Crowther, T.; Thomas, B.; Smith, B. Onions—A global
benefit to health. Phytother. Res. 2002, 16, 603–615. [Google Scholar] [CrossRef]
59. Lee, M.K.; Kim, Y.M.; Kim, N.Y.; Kim, G.N.; Kim, S.H.; Bang, K.S.; Park, I.
Prevention of browning in potato with a heat-treated onion extract. Biosci.
Biotechnol. Biochem. 2002, 66, 856–858. [Google Scholar] [CrossRef] [PubMed]
60. Kim, M.J.; Kim, C.Y.; Park, I. Prevention of enzymatic browning of pear by onion
extract. Food Chem. 2005, 89, 181–184. [Google Scholar] [CrossRef]
61. Lee, B.; Seo, J.D.; Rhee, J.K.; Kim, C.Y. Heated apple juice supplemented with
onion has greatly improved nutritional quality and browning index. Food
Chem. 2016, 201, 315–319. [Google Scholar] [CrossRef] [PubMed]
62. Chaisakdanugull, C.; Theerakulkait, C.; Wrolstad, R.E. Pineapple juice and its
fractions in enzymatic browning inhibition of banana [Musa (AAA Group) Gros
Michel]. J. Agric. Food Chem. 2007, 55, 4252–4257. [Google Scholar] [CrossRef]
[PubMed]
63. Lozano-de-Gonzalez, P.G.; Barrett, D.M.; Wrolstad, R.E.; Durst, R.W. Enzymatic
browning inhibited in fresh and dried apple rings by pineapple juice. J. Food
Sci. 1993, 58, 399–404. [Google Scholar] [CrossRef]
64. Woo, K.S.; Hwang, I.G.; Kim, T.M.; Kim, D.J.; Hong, J.T.; Jeong, H.S. Changes in
the antioxidant activity of onion (Allium cepa) extracts with heat treatment. Food
Sci. Biotechnol. 2007, 16, 828–831. [Google Scholar]
65. Burlando, B.; Clericuzio, M.; Cornara, L. Moraceae plants with tyrosinase
inhibitory activity: A review. Mini Rev. Med. Chem. 2017, 17, 108–121. [Google
Scholar] [CrossRef]
66. Adhikari, A.; Devkota, H.P.; Takano, A.; Masuda, K.; Nakane, T.; Basnet, P.;
Skalko-Basnet, N. Screening of Nepalese crude drugs traditionally used to treat
hyperpigmentation: In vitro tyrosinase inhibition. Int. J. Cosmet. Sci. 2008, 30, 353–
360. [Google Scholar] [CrossRef]
67. Paudel, P.; Seong, S.H.; Wagle, A.; Min, B.S.; Jung, H.A.; Choi, J.S. Antioxidant
and anti-browning property of 2-arylbenzofuran derivatives from Morus alba Linn
root bark. Food Chem. 2020, 309, 125739. [Google Scholar] [CrossRef]
68. Szente, L.; Szejtli, J. Cyclodextrins as food ingredients. Trends Food Sci.
Technol. 2004, 15, 137–142. [Google Scholar] [CrossRef]
69. López-Nicolás, J.M.; Rodríguez-Bonilla, P.; García-Carmona, F. Cyclodextrins and
antioxidants. Crit. Rev. Food Sci. Nutr. 2014, 54, 251–276. [Google Scholar]
[CrossRef] [PubMed]
70. López-Nicolás, J.M.; García-Carmona, F. Use of cyclodextrins as secondary
antioxidants to improve the color of fresh pear juice. J. Agric. Food Chem. 2007, 55,
6330–6338. [Google Scholar] [CrossRef] [PubMed]
71. López-Nicolás, J.M.; Núñez-Delicado, E.; Sánchez-Ferrer, Á.; García-Carmona, F.
Kinetic model of apple juice enzymatic browning in the presence of cyclodextrins:
The use of maltosyl-β-cyclodextrin as secondary antioxidant. Food
Chem. 2007, 101, 1164–1171. [Google Scholar] [CrossRef]
72. López-Nicolás, J.M.; Pérez-López, A.J.; Carbonell-Barrachina, Á.; García-
Carmona, F. Use of natural and modified cyclodextrins as inhibiting agents of peach
juice enzymatic browning. J. Agric. Food Chem. 2007, 55, 5312–5319. [Google
Scholar] [CrossRef] [PubMed]
73. Núñez-Delicado, E.; Serrano-Megías, M.; Pérez-López, A.J.; López-Nicolás, J.M.
Polyphenol oxidase from dominga table grape. J. Agric. Food Chem. 2005, 53,
6087–6093. [Google Scholar] [CrossRef]
27
74. Honisch, C.; Osto, A.; Dupas de Matos, A.; Vincenzi, S.; Ruzza, P. Isolation of a
tyrosinase inhibitor from unripe grapes juice: A spectrophotometric study. Food
Chem. 2020, 305, 125506. [Google Scholar] [CrossRef] [PubMed]
75. Rangkadilok, N.; Sitthimonchai, S.; Worasuttayangkurn, L.; Mahidol, C.;
Ruchirawat, M.; Satayavivad, J. Evaluation of free radical scavenging and
antityrosinase activities of standardized longan fruit extract. Food Chem.
Toxicol. 2007, 45, 328–336. [Google Scholar] [CrossRef]
76. Prasad, K.N.; Yang, B.; Shi, J.; Yu, C.; Zhao, M.; Xue, S.; Jiang, Y. Enhanced
antioxidant and antityrosinase activities of longan fruit pericarp by ultra-high-
pressure-assisted extraction. J. Pharm. Biomed. Anal. 2010, 51, 471–477. [Google
Scholar] [CrossRef]
77. Redondo, D.; Venturini, M.E.; Oria, R.; Arias, E. Inhibitory effect of microwaved
thinned nectarine extracts on polyphenol oxidase activity. Food Chem. 2016, 197,
603–610. [Google Scholar] [CrossRef]
78. Martínez-Hernández, G.B.; Castillejo, N.; Artés-Hernández, F. Effect of fresh–cut
apples fortification with lycopene microspheres, revalorized from tomato by-
products, during shelf life. Postharvest Biol. Technol. 2019, 156, 110925. [Google
Scholar] [CrossRef]
79. Rakariyatham, K.; Zhou, D.; Rakariyatham, N.; Shahidi, F. Sapindaceae
(Dimocarpus longan and Nephelium lappaceum) seed and peel by-products:
Potential sources for phenolic compounds and use as functional ingredients in food
and health applications. J. Funct. Foods 2020, 67, 103846. [Google Scholar]
[CrossRef]
80. Martín, B.; Torregrosa, A.; Garcia Brunton, J. Post-bloom thinning of peaches for
canning with hand-held mechanical devices. Sci. Hortic. 2010, 125, 658–665.
[Google Scholar] [CrossRef]
81. Zheng, H.-Z.; Kim, Y.-I.; Chung, S.-K. A profile of physicochemical and
antioxidant changes during fruit growth for the utilisation of unripe apples. Food
Chem. 2012, 131, 106–110. [Google Scholar] [CrossRef]
82. Moco, S.; Capanoglu, E.; Tikunov, Y.; Bino, R.J.; Boyacioglu, D.; Hall, R.D.;
Vervoort, J.; De Vos, R.C.H. Tissue specialization at the metabolite level is
perceived during the development of tomato fruit. J. Exp. Bot. 2007, 58, 4131–4146.
[Google Scholar] [CrossRef] [PubMed][Green Version]
AMA Style
Moon KM, Kwon E-B, Lee B, Kim CY. Recent Trends in Controlling the Enzymatic
Browning of Fruit and Vegetable Products. Molecules. 2020; 25(12):2754.
https://doi.org/10.3390/molecules25122754
Chicago/Turabian Style
Moon, Kyoung Mi, Eun-Bin Kwon, Bonggi Lee, and Choon Young Kim. 2020. "Recent
Trends in Controlling the Enzymatic Browning of Fruit and Vegetable
Products" Molecules 25, no. 12: 2754. https://doi.org/10.3390/molecules25122754
Article Metrics
Article Access Statistics
Article access statisticsArticle Views8. Sep9. Sep10. Sep11.
Sep12. Sep13. Sep14. Sep15. Sep16. Sep17. Sep18.
Sep19. Sep20. Sep21. Sep22. Sep23. Sep24. Sep25.
Sep26. Sep27. Sep28. Sep29. Sep30. Sep1. Oct2. Oct3.
Oct4. Oct5. Oct6. Oct7. Oct8. Oct9. Oct10. Oct11. Oct12.
Oct13. Oct14. Oct15. Oct16. Oct17. Oct18. Oct19. Oct20.
Oct21. Oct22. Oct23. Oct24. Oct25. Oct26. Oct27. Oct28.
Oct29. Oct30. Oct31. Oct1. Nov2. Nov3. Nov4. Nov5. Nov6.
Nov7. Nov8. Nov9. Nov10. Nov11. Nov12. Nov13. Nov14.
Nov15. Nov16. Nov17. Nov18. Nov19. Nov20. Nov21.
Nov22. Nov23. Nov24. Nov25. Nov26. Nov27. Nov28.
Nov29. Nov30. Nov1. Dec2. Dec3. Dec4. Dec5. Dec6.
Dec0k5k10k15k20k25k
For more information on the journal statistics,
click here.
Multiple requests from the same IP address are
counted as one view.
Molekul , EISSN 1420-3049, Diterbitkan oleh
MDPI
RSS Peringatan Konten
Informasi lebih lanjut
Pedoman
Inisiatif MDPI
Ikuti MDPI
LinkedInFacebookTwitter
Berlangganan untuk menerima pemberitahuan rilis terbitan dan buletin dari jurnal
MDPI
KESIMPULAN