Anda di halaman 1dari 5

KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA

Kekerasan dalam Rumah Tangga adalah setiap perbuatan terhadap seseorang


terutama perempuan, yang berakibat timbulnya kesengsaraan atau penderitaan secara
fisik, seksual, psikologis, dan/atau penelantaran rumah tangga termasuk ancaman untuk
melakukan perbuatan, pemaksaan, atau perampasan kemerdekaan secara melawan
hukum dalam lingkup rumah tangga.

Penelantaran rumah tangga adalah seseorang yang menelantarkan orang dalam


lingkup rumah tangganya, padahal menurut hukum yang berlaku baginya atau karena
persetujuan atau perjanjian ia wajib memberikan kehidupan, perawatan, atau
pemeliharaan kepada orang tersebut. Selain itu, penelantaran juga berlaku bagi setiap
orang yang mengakibatkan ketergantungan ekonomi dengan cara membatasi dan/atau
melarang untuk bekerja yang layak di dalam atau di luar rumah sehingga korban berada
di bawah kendali orang tersebut.

Kekerasan terhadap perempuan, yaitu setiap tindakan kekerasan berdasarkan


jender yang menyebabkan, atau dapat menyebabkan kerugian atau penderitaan fisik,
seksual, atau psikologis terhadap perempuan, termasuk ancaman untuk melaksanakan
tindakan tersebut dalam kehidupan masyarakat dan pribadi

Tindak kekerasan rumah tangga : adalah memberikan penderitaan baik secara


fisik maupun mental di luar batas-batas tertentu terhadap orang lain yang berada di
dalam satu rumah ; seperti terhadap pasangan hidup, anak, atau orang tua ; dan tindak
kekerasan tersebut dilakukan di dalam rumah.
1. KEKERASAN FISIK
Kekerasan fisik adalah perbuatan yang mengakibatkan rasa sakit, jatuh sakit atau luka
berat

A. Kekerasan Fisik Berat, berupa penganiayaan berat seperti menendang; memukul,


menyundut; melakukan percobaan pembunuhan atau pembunuhan dan semua
perbuatan lain yang dapat mengakibatkan :
a. Cedera berat
b. Tidak mampu menjalankan tugas sehari-hari
c. Pingsan
d. Luka berat pada tubuh korban dan atau luka yang sulit disembuhkan atau yang
menimbulkan bahaya mati
e. Kehilangan salah satu panca indera.
f. Mendapat cacat.
g. Menderita sakit lumpuh.
h. Terganggunya daya pikir selama 4 minggu lebih
i. Gugurnya atau matinya kandungan seorang perempuan
j. Kematian korban.

B. Kekerasan Fisik Ringan, berupa menampar, menjambak, mendorong, dan perbuatan


lainnya yang mengakibatkan:
a. Cedera ringan
b. Rasa sakit dan luka fisik yang tidak masuk dalam kategori berat

C. Melakukan repitisi kekerasan fisik ringan dapat dimasukkan ke dalam jenis kekerasan
berat.

2. KEKERASAN PSIKIS:
Kekerasan psikis adalah perbuatan yang mengakibatkan ketakutan, hilangnya rasa
percaya diri, hilangnya kemampuan untuk bertindak, rasa tidak berdaya, dan/atau
penderitaan psikis berat pada seseorang.

A. Kekerasan Psikis Berat, berupa tindakan pengendalian, manipulasi, eksploitasi,


kesewenangan, perendahan dan penghinaan, dalam bentuk pelarangan, pemaksaan dan
isolasi sosial; tindakan dan atau ucapan yang merendahkan atau menghina; penguntitan;
kekerasan dan atau ancaman kekerasan fisik, seksual dan ekonomis; yang masing-
masingnya bisa mengakibatkan penderitaan psikis berat berupa salah satu atau beberapa
hal berikut:
a. Gangguan tidur atau gangguan makan atau ketergantungan obat atau disfungsi seksual
yang salah satu atau kesemuanya berat dan atau menahun.
b. Gangguan stress pasca trauma.
c. Gangguan fungsi tubuh berat (seperti tiba-tiba lumpuh atau buta tanpa indikasi medis)
d. Depresi berat atau destruksi diri
e. Gangguan jiwa dalam bentuk hilangnya kontak dengan realitas seperti skizofrenia dan
atau bentuk psikotik lainnya
f. Bunuh diri

B. Kekerasan Psikis Ringan, berupa tindakan pengendalian, manipulasi, eksploitasi,


kesewenangan, perendahan dan penghinaan, dalam bentuk pelarangan, pemaksaan, dan
isolasi sosial; tindakan dan atau ucapan yang merendahkan atau menghina; penguntitan;
ancaman kekerasan fisik, seksual dan ekonomis;yang masing-masingnya bisa
mengakibatkan penderitaan psikis ringan, berupa salah satu atau beberapa hal di bawah
ini:
a. Ketakutan dan perasaan terteror
b. Rasa tidak berdaya, hilangnya rasa percaya diri, hilangnya kemampuan untuk
bertindak
c. Gangguan tidur atau gangguan makan atau disfungsi seksual
d. Gangguan fungsi tubuh ringan (misalnya, sakit kepala, gangguan pencernaan tanpa
indikasi medis)
e. Fobia atau depresi temporer

3. KEKERASAN SEKSUAL:
Kekerasan seksual adalah setiap perbuatan yang berupa pemaksaan hubungan seksual,
pemaksaan hubungan seksual dengan cara tidak wajar dan/atau tidak disukai,
pemaksaan hubungan seksual dengan orang lain untuk tujuan komersial dan/atau tujuan
tertentu.

A. Kekerasan Seksual Berat, berupa:


a. Pelecehan seksual dengan kontak fisik, seperti meraba, menyentuh organ seksual,
mencium secara paksa, merangkul serta perbuatan lain yang menimbulkan rasa
muak/jijik, terteror, terhina dan merasa dikendalikan.
b. Pemaksaan hubungan seksual tanpa persetujuan korban atau pada saat korban tidak
menghendaki.
c. Pemaksaan hubungan seksual dengan cara tidak disukai, merendahkan dan atau
menyakitkan.
d. Pemaksaan hubungan seksual dengan orang lain untuk tujuan pelacuran dan atau
tujuan tertentu.
e. Terjadinya hubungan seksual dimana pelaku memanfaatkan posisi ketergantungan
korban yang seharusnya dilindungi.
f. Tindakan seksual dengan kekerasan fisik dengan atau tanpa bantuan alat yang
menimbulkan sakit, luka,atau cedera.

B. Kekerasan Seksual Ringan, berupa pelecehan seksual secara verbal seperti komentar
verbal, gurauan porno, siulan, ejekan dan julukan dan atau secara non verbal, seperti
ekspresi wajah, gerakan tubuh atau pun perbuatan lainnya yang meminta perhatian
seksual yang tidak dikehendaki korban bersifat melecehkan dan atau menghina korban.

C. Melakukan repitisi kekerasan seksual ringan dapat dimasukkan ke dalam jenis


kekerasan seksual berat.

4. KEKERASAN EKONOMI:

A. Kekerasan Ekonomi Berat, yakni tindakan eksploitasi, manipulasi dan pengendalian


lewat sarana ekonomi berupa:
a. Memaksa korban bekerja dengan cara eksploitatif termasuk pelacuran.
b. Melarang korban bekerja tetapi menelantarkannya.
c. Mengambil tanpa sepengetahuan dan tanpa persetujuan korban, merampas dan atau
memanipulasi harta benda korban.

B. Kekerasan Ekonomi Ringan, berupa melakukan upaya-upaya sengaja yang menjadikan


korban tergantung atau tidak berdaya secara ekonomi atau tidak terpenuhi kebutuhan
dasarnya.

Delik.

Terdapat beberapa tindakan yang dapat dikategorikan sebagai KDRT oleh UU Nomor 23 tahun 2004
ini, yaitu kekerasan fisik, kekerasan psikis, kekerasan seksual, dan penelantaran rumah tangga. Mengacu pada
undang-undang ini, tidak semua tindak KDRT termasuk delik aduan. Beberapa tindak KDRT dapat
dikategorikan sebagai delik biasa. KDRT yang merupakan delik aduan diatur dalam Pasal 51 hingga Pasal 53
UU Nomor 23 Tahun 2004. Jika merujuk pada ketentuan pasal-pasal tersebut, tindak pidana KDRT yang
termasuk delik aduan meliputi, tindak pidana kekerasan fisik yang dilakukan oleh suami terhadap istri atau
sebaliknya yang tidak menimbulkan penyakit atau halangan untuk menjalankan pekerjaan jabatan atau mata
pencaharian atau kegiatan sehari-hari, tindak pidana kekerasan psikis yang dilakukan oleh suami terhadap istri
atau sebaliknya yang tidak menimbulkan penyakit atau halangan untuk menjalankan pekerjaan jabatan atau mata
pencaharian atau kegiatan sehari-hari, tindak pidana kekerasan seksual berupa pemaksaan hubungan seksual
yang dilakukan oleh suami terhadap istri atau sebaliknya.
Selain ketiganya, tindak KDRT yang lain termasuk dalam delik biasa. Artinya, polisi tetap dapat dapat
melakukan penyidikan dan penuntutan terhadap tindak pidana KDRT yang terjadi walaupun tidak ada aduan
dari korban atau laporan yang telah dibuat dicabut.
Jika melihat apa yang terjadi terhadap Lesti kekerasan fisik yang dilakukan oleh Rizky Billar telah
menimbulkan penyakit atau halangan untuk menjalankan pekerjaan jabatan atau mata pencaharian atau kegiatan
sehari-hari, karena Lesti sempat dirawat beberapa hari di Rumah Sakit. Artinya secara hukum unsur pasal yang
dikenakan adalah Pasal 44 Ayat (1) UU No. 23 Tahun 2004 tentang Penghapusan KDRT. Jadi meskipun Lesti
telah mencabut laporan masih ada kemungkinan kasus KDRT yang menjerat Rizky Billar bakal dilanjutkan oleh
penyidik meski telah dilakukan restorative justice. Sebab, pasal 44 Ayat (1) yang dikenakan pada Billar
merupakan delik biasa bukan delik aduan.

Jadi menurut UU No. 23 Tahun 2004 tentang Penghapusan KDRT, KDRT bisa dikategorikan sebagai
delik aduan atau delik biasa, indikator penilaiannya diukur dari dampak kekerasan yang ditimbulkan pada
korban, ada yang tidak meninggalkan luka, meninggalkan luka, bahkan ada yang sampai mengakibatkan
disabilitas (cacat fisik). Jadi Pasal 44 Ayat (1) merupakan delik biasa, bukan delik aduan. Untuk delik biasa
penuntutan dapat atau harus dilakukan ketika penegak hukum mengetahui adanya tindak pidana.
Pengetahuan tersebut bisa dikarenakan laporan masyarakat, pengaduan atau laporan korban, atau
diketahui sendiri oleh penegak hukum. Sedangkan delik aduan, penuntutan hanya dapat dilakukan dalam hal ada
pengaduan dari korban. sehingga delik biasa bisa tetap berjalan meskipun tidak adanya penuntutan dari pihak
korban atau pelapor telah mencabut laporannya

Tindak pidana kekerasan fisik yang dilakukan oleh suami terhadap istri atau sebaliknya yang tidak
menimbulkan penyakit atau halangan untuk menjalankan pekerjaan jabatan atau mata pencaharian atau
kegiatan sehari-hari;

Tindak pidana kekerasan psikis yang dilakukan oleh suami terhadap istri atau sebaliknya yang
tidak menimbulkan penyakit atau halangan untuk menjalankan pekerjaan jabatan atau mata pencaharian
atau kegiatan sehari-hari;

Tindak pidana kekerasan seksual berupa pemaksaan hubungan seksual yang dilakukan oleh suami
terhadap istri atau sebaliknya.

Anda mungkin juga menyukai