C. Melakukan repitisi kekerasan fisik ringan dapat dimasukkan ke dalam jenis kekerasan
berat.
2. KEKERASAN PSIKIS:
Kekerasan psikis adalah perbuatan yang mengakibatkan ketakutan, hilangnya rasa
percaya diri, hilangnya kemampuan untuk bertindak, rasa tidak berdaya, dan/atau
penderitaan psikis berat pada seseorang.
3. KEKERASAN SEKSUAL:
Kekerasan seksual adalah setiap perbuatan yang berupa pemaksaan hubungan seksual,
pemaksaan hubungan seksual dengan cara tidak wajar dan/atau tidak disukai,
pemaksaan hubungan seksual dengan orang lain untuk tujuan komersial dan/atau tujuan
tertentu.
B. Kekerasan Seksual Ringan, berupa pelecehan seksual secara verbal seperti komentar
verbal, gurauan porno, siulan, ejekan dan julukan dan atau secara non verbal, seperti
ekspresi wajah, gerakan tubuh atau pun perbuatan lainnya yang meminta perhatian
seksual yang tidak dikehendaki korban bersifat melecehkan dan atau menghina korban.
4. KEKERASAN EKONOMI:
Delik.
Terdapat beberapa tindakan yang dapat dikategorikan sebagai KDRT oleh UU Nomor 23 tahun 2004
ini, yaitu kekerasan fisik, kekerasan psikis, kekerasan seksual, dan penelantaran rumah tangga. Mengacu pada
undang-undang ini, tidak semua tindak KDRT termasuk delik aduan. Beberapa tindak KDRT dapat
dikategorikan sebagai delik biasa. KDRT yang merupakan delik aduan diatur dalam Pasal 51 hingga Pasal 53
UU Nomor 23 Tahun 2004. Jika merujuk pada ketentuan pasal-pasal tersebut, tindak pidana KDRT yang
termasuk delik aduan meliputi, tindak pidana kekerasan fisik yang dilakukan oleh suami terhadap istri atau
sebaliknya yang tidak menimbulkan penyakit atau halangan untuk menjalankan pekerjaan jabatan atau mata
pencaharian atau kegiatan sehari-hari, tindak pidana kekerasan psikis yang dilakukan oleh suami terhadap istri
atau sebaliknya yang tidak menimbulkan penyakit atau halangan untuk menjalankan pekerjaan jabatan atau mata
pencaharian atau kegiatan sehari-hari, tindak pidana kekerasan seksual berupa pemaksaan hubungan seksual
yang dilakukan oleh suami terhadap istri atau sebaliknya.
Selain ketiganya, tindak KDRT yang lain termasuk dalam delik biasa. Artinya, polisi tetap dapat dapat
melakukan penyidikan dan penuntutan terhadap tindak pidana KDRT yang terjadi walaupun tidak ada aduan
dari korban atau laporan yang telah dibuat dicabut.
Jika melihat apa yang terjadi terhadap Lesti kekerasan fisik yang dilakukan oleh Rizky Billar telah
menimbulkan penyakit atau halangan untuk menjalankan pekerjaan jabatan atau mata pencaharian atau kegiatan
sehari-hari, karena Lesti sempat dirawat beberapa hari di Rumah Sakit. Artinya secara hukum unsur pasal yang
dikenakan adalah Pasal 44 Ayat (1) UU No. 23 Tahun 2004 tentang Penghapusan KDRT. Jadi meskipun Lesti
telah mencabut laporan masih ada kemungkinan kasus KDRT yang menjerat Rizky Billar bakal dilanjutkan oleh
penyidik meski telah dilakukan restorative justice. Sebab, pasal 44 Ayat (1) yang dikenakan pada Billar
merupakan delik biasa bukan delik aduan.
Jadi menurut UU No. 23 Tahun 2004 tentang Penghapusan KDRT, KDRT bisa dikategorikan sebagai
delik aduan atau delik biasa, indikator penilaiannya diukur dari dampak kekerasan yang ditimbulkan pada
korban, ada yang tidak meninggalkan luka, meninggalkan luka, bahkan ada yang sampai mengakibatkan
disabilitas (cacat fisik). Jadi Pasal 44 Ayat (1) merupakan delik biasa, bukan delik aduan. Untuk delik biasa
penuntutan dapat atau harus dilakukan ketika penegak hukum mengetahui adanya tindak pidana.
Pengetahuan tersebut bisa dikarenakan laporan masyarakat, pengaduan atau laporan korban, atau
diketahui sendiri oleh penegak hukum. Sedangkan delik aduan, penuntutan hanya dapat dilakukan dalam hal ada
pengaduan dari korban. sehingga delik biasa bisa tetap berjalan meskipun tidak adanya penuntutan dari pihak
korban atau pelapor telah mencabut laporannya
Tindak pidana kekerasan fisik yang dilakukan oleh suami terhadap istri atau sebaliknya yang tidak
menimbulkan penyakit atau halangan untuk menjalankan pekerjaan jabatan atau mata pencaharian atau
kegiatan sehari-hari;
Tindak pidana kekerasan psikis yang dilakukan oleh suami terhadap istri atau sebaliknya yang
tidak menimbulkan penyakit atau halangan untuk menjalankan pekerjaan jabatan atau mata pencaharian
atau kegiatan sehari-hari;
Tindak pidana kekerasan seksual berupa pemaksaan hubungan seksual yang dilakukan oleh suami
terhadap istri atau sebaliknya.