Anda di halaman 1dari 7

Jurnal Sains Riset (JSR)

ISSN 2088-0952

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN EXPERIENTIAL LEARNING


UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN MENULIS CERPEN

Lindawati

SMP Negeri 1 Muara Tiga Kab.Pidie


lw4960211@gmail.com

ABSTRAK

Penelitian Tindakan Kelas (PTK) ini bertujuan untuk meningkatkan keterampilan menulis cerpen
berdasarkan pengalaman pribadi bagi siswa kelas IX-E di SMP Negeri 1 Muara Tiga Kabupaten
Pidie. Pelaksanaan (PTK) ini menggunakan dua siklus dengan melalui 3 tahapan yaitu, (1)
Briefing, yaitu tahap proses pengarahan pada individu atau kelompok sebelum melakukan
pembelajaran, (2) Activity, yaitu tahap dimana individu atau kelompok melaksankan kegiatan
sesuai dengan briefing yang telah diberikan, dan (3) Mereview, adalah tahap dimana siswa dibantu
pengajar melihat dan memandang secara kritis dampak dari kegiatan, lalu menarik kesimpulan
dari pengalaman atau kegiatan tersebut. Hasil analisis data yang diperoleh dari hasil pengamatan
dan tes siswa diperoleh dari dokumen penilaian proses pembelajaran dan secara individu
menunjukkan bahwa dengan menggunakan model pembelajaran Experiential Learning, dapat
meningkatkan keterampilan siswa menulis cerpen. Hasil rata-rata tes menulis cerpen pada siklus
I diperoleh hasil rata-rata sebesar 65 kemudian pada siklus II diperoleh hasil rata-rata sebesar 77
dengan ketuntasan klasikal 85,7%. Berdasarkan hal tersebut diharapkan guru dapat menerapkan
Model Pembelajaran Experential Learning dengan perencanaan dan pelaksanaan yang baik agar
kemampuan keterampilan menulis cerpen siswa dapat meningkat.
Kata Kunci: Model Pembelajaran Experiential Learning, Keterampilan Menulis, Cerpen

PENDAHULUAN Muara Tiga khususnya di kelas IX-E,


Latar Belakang berkaitan dengan kemampuan menulis
Pembelajaran bahasa Indonesia siswa. Ternyata peneliti menemukan bahwa
mengajarkan dan melatih siswa untuk dapat siswa kurang mampu dalam menulis cerpen
membaca, menulis, menyimak, berbicara, karena kegiatan menulis cerpen dianggap
dan mengapresiasi karya sastra. Dalam sukar.Siswa dianggap kurang mampu
permasalahan ini, peneliti merasa tertarik menyampaikan ide-ide kreatif mereka dalam
melakukan penelitian mengenai bentuk tulisan sehingga hasil yang diperoleh
keterampilan menulis. Keterampilan dalam menulis cerpen tidak sesuai dengan
menulis merupakan salah satu keterampilan yang diharapkan. Dengan kata lain, hasil
berbahasa yang sangat penting untuk yang dicapai siswa rendah.
dikuasai karena keterampilan tersebut sangat Gejala serupa juga terjadi ketika
dibutuhkan dalam komunikasi. Menulis melaksanakan proses pembelajaran, dimana
adalah kegiatan yang produktif dan masih banyak siswa yang belum mampu
ekspresif. Akan tetapi, keterampilan ini tidak menulis cerpen dengan baik dikarenakan
pembelajaran cerpen masih dilakukan secara
dapat diperoleh secara alamiah. tradisional, yaitu guru masih menggunakan
Keterampilan menulis tersebut harus metode ceramah dalam penyampaian serta
dipelajari dan dilatih dengan sungguh- kurangnya motivasi dan cara guru untuk
sungguh dan dibekali dengan keterampilan meningkatkan kreativitas siswa. Oleh karena
berbahasa lainnya seperti keterampilan itu, siswa tidak dapat menyalurkan bakat dan
membaca dan menyimak. keterampilannya dalam menulis cerpen
Peneliti menemukan masalah pada dengan baik, bahkan membuat minat siswa
saat melakukan observasi di SMP Negeri 1 berkurang untuk mempelajari sastra.

Jurnal Sains Riset | Volume 9, Nomor 2, Agustus 2019 32


Jurnal Sains Riset (JSR)
ISSN 2088-0952

Padahal berdasarkan Kurikulum 2013 pembelajaran experiential learning dalam


dalam bidang studi bahasa Indonesia meningkatkan keterampilan menulis cerpen
pembelajaran menulis cerpen merupakan pada siswa kelas IX-E SMP Negeri 1 Muara
kompetensi dasar yang harus dikuasai siswa Tiga Tahun Pembelajaran 2018-2019.
kelas IX SMP. Keberhasilan siswa dalam
menerima pelajaran ini sangat diharapkan KAJIAN PUSTAKA
dalam pencapaian standar kompetensi yang Model Pembelajaran Eksperiential
telah ditentukan agar siswa dapat Learning
meningkatkan kualitasnya dalam kegiatan Soekamto, dkk (dalam Trianto,
menulis cerpen. 2007:5) menyatakan: “Model pembelajaran
Situasi tersebut menuntut guru untuk adalah kerangka konseptual yang
mencari model pembelajaran yang tepat, melukiskan prosedur yang sistematis dalam
guna merangsang dan meningkatkan mengorganisasikan pengalaman belajar
kemampuan siswa dalam menulis cerpen. untuk mencapai tujuan belajar tertentu, dan
Model pembelajaran Experiential Learning berfungsi sebagai pedoman bagi perancang
bisa dijadikan pilihan sebagai salah satu pembelajaran dan pengajar dalam
model pembelajaran yang dapat digunakan merencanakan aktivitas belajar mengajar”.
untuk mengatasi permasalahan yang telah Experiential Learning adalah model
dijelaskan sebelumnya. pembelajaran yang diciptakan oleh David
Dalam maknanya Experiential Kolb pada tahun 1984, model pembelajaran
Learning secara sederhana dapat diartikan ini diujicobakan oleh David Kolb pertama
sebagai pembelajaran melalui pengalaman, sekali di sebuah universitas di Amerika.
dalam pengertian siswa diarahkan untuk David Kolb memberikan asumsi bahwa
belajar melalui proses mengalami sendiri pembelajaran yang efektif bila didalamnya
topik yang sedang dipelajarinya. Dengan terdiri dari 4 elemen yaitu: (1) adanya
pembelajaran model ini membuat siswa pengalaman konkrit (experience) yang dapat
belajar secara aktif dan dengan personalisasi berupa aktifitas outdoor maupun permainan
yang kemudian dituangkan kedalam bentuk kelompok, (2) kemudian tahap kedua adalah
tulisan. Berdasarkan uraian diatas maka reflection yaitu masing-masing individu
penulis tertarik untuk melakukan penelitian berusaha untuk belajar dan refleksi dari
dengan judul “Penerapan Model pengalaman yang baru saja diperoleh (3)
Pembelajaran Experiential Learning untuk yang selanjutnya tahap ketiga adalah konsep
Meningkatkan Keterampilan Menulis (concluding) yaitu peserta menggunakan
Cerpen pada siswa kelas IX-E SMP Negeri teori untuk memperoleh kesimpulan dari
1 Muara Tiga Tahun Pembelajaran pengalaman yang diperolehnya. (4) dan
2018/2019” tahap keempat adalah action plan (planning)
yaitu peserta menguji hasil pembelajaran
Rumusan Masalah yang telah dikembangkan. Untuk
Berdasarkan latar belakang masalah di mengujinya maka dilakukanlah percobaan
atas, maka rumusan masalah di dalam atau latihan hingga ditemukan suatu
penelitian ini adalah “Bagaimana penerapan kesimpulan pada situasi baru.
model pembelajaran experiential learning Dari hasil pemikirannya tersebut maka
untuk meningkatkan keterampilan menulis dikembangkanlah sebuah model
cerpen pada siswa kelas IX-E SMP Negeri 1 pembelajaran yang dikenal dengan
Muara Tiga Tahun Pembelajaran 2018- Experiential Learning. Experiential
2019.” Learning ini adalah suatu model
pembelajaran yang mengaktifkan siswa
Tujuan Penelitian untuk membangun pengetahuan dan
Tujuan penelitian ini adalah untuk keterampilan serta nilai-nilai juga sikap
mengetahui pelaksanaan model melalui pengalamannya secara langsung.

Jurnal Sains Riset | Volume 9, Nomor 2, Agustus 2019 33


Jurnal Sains Riset (JSR)
ISSN 2088-0952

Selanjutnya Hamalik (2003:222) kelompok sebelum melakukan


mengatakan ”Pengajaran berdasarkan pembelajaran.
pengalaman (Experiential Learning) 2. Activity adalah tahap individu/kelompok
memberi kepada siswa seperangkat atau melaksanakan kegiatan sesuai dengan
serangkaian situasi belajar dalam bentuk briefing yang telah diberikan.
keterlibatan pengalaman sesungguhnya 3. Mereview adalah tahap saat siswa
yang dirancang oleh guru”. dibantu pengajar melihat dan
Sejalan dengan itu Jhonson dalam memandang secara kritis (apa,
Arends (2008:7) mendeskripsikan mengapa, dampak yang terjadi) dari
Experiential Learning sebagai berikut: kegiatan, lalu menarik kesimpulan dari
Experiential learning adalah pengajaran pengalaman/kegiatan tersebut yang
yang didasarkan pada tiga asumsi, (1) belajar nantinya akan diterapkan dalam
yang paling baik adalah bila siswa terlibat kehidupannya. Untuk mempermudah
secara pribadi dalam pengalaman belajarnya, proses review, Carl Roger
(2) pengetahuan harus ditemukan siswa (www.wordpress.com) mengemukakan,
sendiri agar memiliki arti, (3) dan komitmen pengajar dapat menggunakan proses:
siswa terhadap belajar dalam keadaan paling WHAT ----- SO WHAT ------ WHAT NEXT
tinggi bila siswa bebas dan berusaha secara 1. WHAT
aktif untuk mencapainya dalam rangka kerja Tahap-tahap yang perlu dilakukan
tertentu.” yaitu:
Dari pendapat di atas dapat a. Tahap kejadian, yaitu tahap
disimpulkan bahwa model pembelajaran individu/kelompok menghadirkan
Experiential Learning adalah suatu strategi kembali kejadian/pengalaman yang telah
atau perencanaan yang digunakan sebagai dialami dari kegiatan yang telah mereka
pedoman pembelajaran yang mengaktifkan lalui. Dengan cara pengajar menunjuk
dan mendorong pembelajar untuk salah seorang siswa untuk menceritakan
membangun pengetahuan dan keterampilan apa yang dialami dan dirasakannya
serta nilai- nilai juga sikap melalui selama proses belajar berlangsung.
pengalamannya secara langsung dengan b. Tahap latar belakang dan dampak, yaitu
memberi para siswa seperangkat atau tahap pengajar menanyakan kepada
individu/kelompok, kenapa hal itu terjadi
serangkaian situasi belajar dalam bentuk
dan dampak apa yang timbul.
keterlibatan pengalaman sesungguhnya yang
2. SO WHAT
dirancang oleh guru.
Fase ini adalah fase untuk mencari
Kerangka kerja model pembelajaran
makna atau manfaat dibalik kegiatan.
Experiential Learning adalah suatu sistem Pengajar mengajak siswa untuk melihat
yang di dalamnya terdapat tahapan-tahapan secara kritis apa yang terjadi dan dampak
pengerjaan dan pelaksanaan. Ada tiga yang ditimbulkannya, lalu dikonfrontasikan
tahapan yang terdapat di dalam kerangka dengan nilai-nilai yang dimilikinya, yang
kerja model pembelajaran Experiential akhirnya membuat kesimpulan sehingga
Learning. David Kolb (1984: 25-34) menjadi pembelajaran yang bermakna.
mengemukakan ke tiga tahapan itu yakni, Dengan cara siswa dibagi ke dalam beberapa
briefing, activity, dan preview. peran pengamat dan pemain. Pengamat
diminta untuk memberi tanggapan atas apa
saja yang diungkapkan oleh pemain tersebut.
3. WHAT NEXT
Briefing Activity Preview
Fase ini adalah fase ketika pembelajar
merencanakan penerapan pelajaran yang
1. Briefing adalah tahap proses diperoleh dari kejadian/pengalaman yang
pengarahan pada individu atau terjadi.

Jurnal Sains Riset | Volume 9, Nomor 2, Agustus 2019 34


Jurnal Sains Riset (JSR)
ISSN 2088-0952

Menulis Cerpen alur, (4) latar yang ditampilkan, (5) diksi dan
Semi (1990:8) mengatakan “Menulis gaya bahasa, (6) sudut pandang yang
atau mengarang pada hakekatnya digunakan, (7) kepaduan antarunsur
merupakan pemindahan pemikiran atau pembangun cerpen.
perasaan ke dalam bentuk lambang-lambang
bahasa”. Teknik Analisis Data
Menurut Kosasih (2004:431) “Cerpen Data hasil tes tulis dianalisis dengan
adalah karangan pendek yang berbentuk menghitung persentase ketuntasan secara
prosa. Dalam cerpen dipisahkan sepenggal individual dalam membuat cerpen.
kehidupan tokoh, yang penuh pertikaian, Menghitung persentase dengan langkah-
peristiwa yang mengharukan atau langkah sebagai berikut:
menyenangkan, dan mengandung kesan a. Merekap nilai yang diperoleh siswa
yang tidak mudah dilupakan” b. Menghitung nilai masing-masing aspek
Dengan kata lain dapat disimpulkan c. Menghitung nilai rata-rata,
bahwa cerpen adalah karangan pendek yang d. Menghitung persentase nilai.
berbentuk prosa. Menceritakan sebuah Data hasil belajar siswa terdiri atas
konflik secara singkat dan lugas, namun data hasil belajar siklus I dan siklus II.
memiliki unsur-unsur sastra yang menarik. Analisa data hasil belajar setiap siklus
Materi ini diajarkan dengan menggunakan ditinjau secara individual dari KKM
langkah kerja model experiental leaning. (Kriteria Ketuntasan Minimal) yang
Yaitu Briefing, Activity dan Review ditetapkan sekolah.

METODE PENELITIAN Prosedur Penelitian


Setting Penelitian Jenis penelitian yang dilakukan oleh
Penelitian ini dilaksanakan di SMP peneliti yaitu penelitian tindakan kelas, yang
Negeri 1 Muara Tiga Kabupaten Pidie. lazim disebut PTK. Dengan demikian,
Penelitian dilakukan mulai bulan Agustus penelitian ini sifatnya berbasis kelas, karena
s/d Oktober atau selama 3 (tiga) bulan. dilakukan dengan melibatkan komponen
Pelaksanaannya pada Semester I (satu) yang terdapat di dalam proses belajar
Tahun Ajaran 2018/2019. mengajar di dalam kelas, materi pelajaran,
Dalam penelitian ini yang menjadi dan metode pembelajaran.
subjek penelitian adalah siswa kelas IX-E Tujuan dari penelitian ini tidak lain
SMP Negeri 1 Muara Tiga pada tahun adalah untuk memperbaiki pembelajaran
pelajaran 2018/2019 yang terdiri dari 28 menulis dan meningkatkan kemampuan
orang siswa. menulis cerpen siswa dengan menggunakan
model pembelajaran experiential learning.
Instrumen Penelitian Diharapkan dari penelitian ini hasil belajar
Bentuk instrumen tes yaitu tes menulis dapat lebih maksimal.
cerpen. Tes menulis cerpen adalah tes yang Empat tahapan digunakan secara
menuntut siswa untuk menulis cerpen. Tes sistematis dalam proses penelitian ini, dan
ini bertujuan mengetahui kemampuan siswa diterapkan dalam dua siklus, yaitu proses
dalam menulis cerpen dengan menggunakan tindakan siklus I dan proses tindakan siklus
model pembelajaran experiential learning. II. Keempat tahapan dalam sebuah PTK
Alat tes menulis cerpen berupa lembar yaitu: Perencanaan, Tindakan, Pengamatan
tugas berisi perintah kepada siswa untuk dan Refleksi. Namun dalam hal ini, peneliti
menulis cerpen. Waktu yang digunakan memerlukan kajian awal berupa renungan
untuk menulis cerpen adalah 60 menit. atau refleksi awal sebagai studi pendahuluan
Kriteria penilaian menulis cerpen meliputi : sebelum melakukan perencanaan penelitian.
(1) tema dan amanat yang disampaikan, (2) Hal ini dimaksudkan untuk mengetahui
tokoh dan penokohannya, (3) penyusunan semua gejala atau informasi tentang situasi

Jurnal Sains Riset | Volume 9, Nomor 2, Agustus 2019 35


Jurnal Sains Riset (JSR)
ISSN 2088-0952

situasi yang relevan dengan topik penelitian. cerpen melalui model pembelajaran
Dengan demikian dalam tahap perencanaan, experiential learning. Tahap ini meliputi
uraian selengkapnya dijelaskan di bawah ini. beberapa bagian, antara lain: (1) guru
memberikan materi tentang cerpen dan
unsur-unsur pembangun cerpen, (2) guru
Proses Tindakan Siklus I memberikan langkah-langkah dalam
Proses penelitian tindakan kelas dalam menulis cerpen, (3) guru mendemostrasikan
siklus I terdiri dari empat tahap, yaitu cara menulis cerpen dari pengalaman pribadi
perencanaan, tindakan, pengamatan, dan (4) guru berkeliling untuk memberikan
refleksi. Proses penelitian tersebut dapat bimbingan kepada siswa yaitu mengarahkan
diuraikan sebagai berikut: siswa untuk dapat menemukan ide cerita dan
1. Perencanaan merumuskannya ke dalam tema kemudian,
Tahap ini dimulai dengan refleksi siswa diarahkan untuk menentukan siapa
awal. Kegiatan yang dilakukan berupa tokoh utamanya, apa masalahnya, siapa
tokoh antagonisnya, bagaimana latarnya dari
renungan atau pemikiran terhadap mana awal ceritanya, dan bagaimana cerita
wawancara dengan guru mata pelajaran ditutup, (5) hasil pekerjaan siswa
Bahasa dan Sastra Indonesia kelas IX-E dikumpulkan, (6) salah satu siswa
SMP NEGERI 1 MUARA TIGA. Kegiatan membacakan hasil pekerjaan itu untuk
dilanjutkan dengan perencanaan dijadikan contoh, (7) siswa yang lain
pembelajaran yang dilakukan sebagai upaya menanggapi hasil pekerjaan temannya.
memecahkan segala permasalahan yang 3. Pengamatan
dilakukan yang telah ditemukan pada Pengamatan atau yang sering disebut
refleksi awal, dan segala hal yang perlu observasi dilakukan selama
prosespembelajaran berlangsung. Dalam
dilakukan pada tahap tindakan. Dengan pengamatan ini, akan diungkap segala
adanya perencanaan, tindakan pembelajaran peristiwa yang berhubungan dengan
yang dilakukan akan lebih terarah dan pembelajaran, baik aktivitas siswa selama
sistematis. melakukan kegiatan pembelajaran maupun
Langkah-langkah proses perencanaan respon siswa terhadap metode danmedia
ini antara lain: (1) menyusun rencana pembelajaran. Pengambilan data dilakukan
pelaksanaan pembelajaran yang berisi melalui tes. Dalam proses pengamatan ini,
langkah-langkah yang dilakukan guru di data diperoleh melalui beberapa cara,
samping bentuk-bentuk kegiatan yang antaralain (1) tes tertulis untuk mengetahui
dilakukan siswa dalam rangka implementasi kemampuan menulis cerpen siswa serta
tindakan perbaikan tindakan yang telah peningkatannya setelah melakukan selama
direncanakan, (2) mempersiapkan fasilitas dua siklus,
dan sarana pendukung yang diperlukan di 4. Refleksi
kelas, seperti media pembelajaran dan alat Refleksi di dalam PTK adalah upaya
peraga, (3)menganalisis data mengenai untuk mengkaji apa yang telah terjadi,apa
proses dan hasil tindakan perbaikan, (4) yang telah dihasilkan atau yang belum
melakukan simulasi (bermain peran)
pelaksanaan tindakan untuk menguji berhasil dituntaskan dengan
keterlaksanaan rancangan, sehingga dapat tindakanperbaikan yang telah dilakukan.
menumbuhkan kepercayaan diri dalam Hasil refleksi digunakan untuk
pelaksanaan yang sebenarnya. menetapkanlangkah lebih lanjut dalam
2. Tindakan upaya mencapai tujuan PTK. Dengan kata
Tindakan yang dilakukan peneliti lain refleksi merupakan pengkajian terhadap
dalam meneliti proses pembelajaran menulis keberhasilan atau kegagalan dalam
cerpen dengan menggunakan model mencapai tujuan.
pembelajaran experiential learning pada Pada tahap ini yang dilakukan oleh
siklus I ini sesuai tindakan dengan
perencanaan yang telah disusun. peneliti yaitu menganalisis hasil tes. Setelah
Tahap pelaksanaan yaitu tahap dianalisis akan terlihat permasalahan atau
melakukan kegiatan pembelajaran menulis muncul pemikiran baru yang

Jurnal Sains Riset | Volume 9, Nomor 2, Agustus 2019 36


Jurnal Sains Riset (JSR)
ISSN 2088-0952

memerlukantindakan baru, sehingga perlu Siklus II


perencanaan ulang dan tindakan ulang. Hasil tes siklus II adalah hasil tes
Siklus II menulis cerpen dengan model pembelajaran
Siklus II merupakan tindak lanjut dari experiential learning yang kedua setelah
diadakan perbaikanperbaikanpembelajaran
siklus I yang bertujuan mengupayakan pada siklus I. Adapun kriteria penilaiannya
perbaikan dan peningkatan yang telah masih sama,yaitu meliputi enam aspek, (1)
dicapai pada siklus sebelumnya aspek tema dan amanat, (2) aspek tokoh
danpenokohan, (3) aspek alur, (4) aspek
HASIL DAN PEMBAHASAN latar, (5) aspek diksi dan gaya bahasa,
Hasil Penelitian (6)aspek sudut pandang.
Siklus I
Deskripsi pembelajaran pada Siklus I Tabel 4 Hasil Menulis Cerpen pada Siklus II
yaitu berupa keterampilan siswa dalam
menulis cerpen setelah mengikuti RENTANG
KATEGORI FREKUENSI
pembelajaran melalui model pembelajaran NILAI
experiential learning. Jumlah siswa yang Sangat baik 85 – 100 5
mengikuti siklus I berjumlah 28 siswa. Hasil Baik 70 – 84 19
tes pembelajaran menulis cerpen pada siklus Cukup 55 – 69 3
I dapat dilihat pada tabel 5 berikut. Kurang 40 – 54 1
Sangat 0 – 39 -
Tabel 3 Hasil Menulis Cerpen pada Siklus I kurang
Jumlah 28
RENTANG
KATEGORI FREKUENSI
NILAI Data pada tabel di atas menunjukkan
keterampilan siswa kelas IX-E SMP
NEGERI 1 MUARA TIGA dalam menulis
Sangat baik
85 – 100 - cerpen dengan menggunakan model
Baik
70 – 84 5 pembelajaran experiential learning selama
Cukup
55 – 69 19 siklus II. Rata-rata skor yang dicapai sebesar
Kurang
40 – 54 4 76,64 dan termasuk dalam kategori baik
Sangat
0 –39 -
kurang dengan ketuntasan klasikal 85,7% dimana
24 orang siswa tuntas. Hal ini menunjukkan
bahwa target yang ingin dicapai oleh peneliti
Jumlah 28 (rata-rata klasikal 75) telah tercapai
Perolehan hasil tes menulis cerpen pada
Pada tabel 1 menunjukkan hasil tes siklus II dapat dilihat pada tabel diatas. Pada
keterampilan menulis cerpen secara tabel tersebut dapat dilihat siswa yang
menyeluruh mencapai rata-rata 65 dan memperoleh nilai sangat baik berjumlah 5
termasuk ke dalam kategori cukup. Rata-rata siswa atau sebanyak 18% dari jumlah
tersebut menunjukkan adanya peningkatan keseluruhan siswa, siswa yang mendapat
rata-rata skor siswa dalam menulis cerpen nilai baik berjumlah 19 siswa atau sebanyak
melalui model pembelajaran experiential 68% dari jumlah keseluruhan siswa. Siswa
learning. Walaupun sudah ada peningkatan, yang mendapat nilai cukup berjumlah 3
tetapi hasil yang ada belum maksimal.
siswa atau sebanyak 11% dari jumlah
Hanya 5 siswa atau 17,85% dari jumlah
keseluruhan siswa yang mencapai kategori keseluruhan siswa, dan siswa yang
baik, dan 19 siswa atau 67,86% dari jumlah mendapat nilai kurang hanya 1 siswa atau
keseluruhan siswa yang mencapai kategori 3% dari jumlah keseluruhan siswa, dan
cukup, 4 siswa atau 14,28% dari jumlah sangat kurang tidak ada (0%). Berdasarkan
keseluruhan siswa yang mencapai kategori perolehan hasil ini, dapat diartikan bahwa
kurang. keterampilan siswa SMP NEGERI 1

Jurnal Sains Riset | Volume 9, Nomor 2, Agustus 2019 37


Jurnal Sains Riset (JSR)
ISSN 2088-0952

MUARA TIGA sudah dapat dikatakan baik Selain itu, peneliti memberikan saran,
karena rata-rata skor yang diperoleh siswa sebelum melakukanpenelitian, peneliti
dalam menulis cerpen pada siklus II ini lain hendaknya mempersiapkan segala
sudah berada dalam kategori baik. Hasil sesuatu yangberkaitan dengan proses
Tes Siklus I dan Siklus II menunjukan penelitian dengan matang agar dalam
adanya perubahan keterampilan siswa SMP melakukan penelitian kesalahan-
Negeri 1 Muara Tiga dari kategori Cukup kesalahan teknis dapat diminimalisir.
menjadi kategori Baik.
DAFTAR PUSTAKA
KESIMPULAN DAN SARAN
Simpulan Arends, Richard I. 2008. Learning to Teach.
Berdasarkan hasil penelitian dan Yogyakarta: Pustaka Belajar.
pembahasan, peneliti menyimpulkan bahwa
Keterampilan menulis cerpen siswa kelas Arikunto, Suharsimi, 2005. Manajemen
IX-E SMP Negeri 1 Muara Tiga mengalami Penelitian. Jakarta: PT. Rineka
peningkatan setelah mengikuti pembelajaran Cipta.
menulis cerpen dengan menggunakan model
pembelajaran experiential learning. Hasil Carl Roger (www.wordpress.com) diakses
rata-rata tes menulis cerpen pada siklus I 20 agustus 2018
diperoleh hasil rata-rata sebesar 65
kemudian pada siklus II diperoleh hasil rata- Hamalik, Oemar. 2008. Proses Belajar
rata sebesar 77 (hasil pembulatan ke atas dari Mengajar. Jakarta: P.T. Bumi
76,64) dengan ketuntasan klasikal 85,7%. Aksara
Perolehan hasil rata-rata nilai tes menulis
cerpen ini menunjukkan bahwa John Luckner dan Reldan Nadler
pembelajaran menulis cerpen dengan http://www.learningfromexperien
menggunakan model pembelajaran ce.com/images/uploads/process-
experiential learning pada siswa kelas IX-E of-experiential-learning.pdf.
SMP NEGERI 1 MUARA TIGA dapat diakses 20 agustus 2018
meningkat dan berhasil. Perubahan tersebut
ditunjukkan dengan perilaku siswa yang Kolb, David A. 1984. Experiential
lebih serius dan bersemangat Learning: Experience as The
dalammengikuti proses pembelajaran Source of Learning and
menulis cerpen. Development.Western Reserve
University: New Jersev
Saran
Berdasarkan simpulan hasil penelitian Kosasih, E. 2004. Kompetensi
tersebut, peneliti memberikan saran sebagai Ketatabahasaan Dan
berikut: Kesusastraan Cermat Berbahasa
1. Guru bahasa dan sastra Indonesia dapat Indonesia. Bandung: Yrama
menggunakan model pembelajaran Widia.
experiential learning dalam
membelajarkan menulis cerpenkepada Semi, Atar. 1990. Menulis Efektif. Padang :
siswa karena model pembelajaran Angkasa Raya
experiential learning ini
dapatmeningkatkan keterampilan siswa Trianto. 2007. Model-model Pembelajaran
dalam menulis cerpen dan dapat Inovatif Berorientasi
memotivasi siswa menulis cerpen. Konstruktivistik. Jakarta: Prestasi
2. Peneliti lain dapat melakukan penelitian Pustaka Publisher.
yang serupa dengan model yangberbeda.

Jurnal Sains Riset | Volume 9, Nomor 2, Agustus 2019 38

Anda mungkin juga menyukai