DISUSUN OLEH :
Nama :
Kelas :
NPP :
PRODI
FAKULTAS
INSTITUT PEMERINTAHAN DALAM NEGERI
2023
KATA PENGANTAR
Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha
Penyayang, kami mengucapkan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah
melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada kami sehingga kami
dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Merit Sistem & Spoil Sistem”.
Adapun makalah tentang Pengembangan Kepamongprajaan ini telah
kami usahakan semaksimal mungkin dan tentunya dengan bantuan berbagai
pihak, sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk itu kami
tidak lupa menyampaikan, menyampaikan banyak terimakasih kepada semua
pihak yang telah membantu kami dalam pembuatan makalah ini.
Namun tidak lepas dari semua itu, kami sadari sepenuhnya bahwa ada
kekurangan baik dari segi penyusunan bahasa maupun dari segi lainnya. Oleh
karena itu dengan lapang dada dan tangan terbuka kami membuka selebar-
lebarnya bagi pembaca yang ingin memberikan kritik dan saran kepada kami
sehingga kami dapat memperbaiki masalah ini.
Penulis mengharapkan semoga dari makalah tentang Pengembangan
Kepamongprajaan ini dapat diambil hikmah dan manfaatnya sehingga dapat
memberikan inspirasi kepada pembaca.
Penulis
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR i
DAFTAR ISI………………………...…………………………….................................…………………..ii
BAB I PENDAHULUAN 1
1.1 Latar Belakang 1
1.2 Rumusan Masalah 2
1.3 Tujuan 2
DAFTAR PUSTAKA 16
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1Latar Belakang
Merit sistem berawal pada zaman Dinasti Qin dan Han di China. Pada
dinasti ini, system merit dikenalkan melalui pendidikan dan pelatihan
kemudian disusul dengan seleksi bagi calon pejabat pemerintahan.
Pemerintahan pada Dinasti Qin dan Han menghadapi kesulitan yang
kompleks pada jaringan jabatan di pemerintahan hal tersebut karena
kekuasaan kerajaan yang begitu luas. Setelah dari China, akhirnya system
merit ini berkembang dan menyebar hingga ke British India dan dipergunakan
di abad ke-17 kemudian sampai pada daratan Eropa dan Amerika hingga
masuk pada negara Indonesia. Di awal kemerdekaan negara Indonesia
sampai saat ini telah mengenal dan melaksanakan system merit dalam
manajemen pemerintahan terutama pada sistem birokrasi di Indonesia.
Kompetensi calon pejabat pemerintah tersebut diartikan bahwa calon
pejabat pemerintah harus mempunyai keahlian dan profesionalisme sesuai
dengan kebutuhan jabatan yang akan dipangku nantinya. Kompetensi,
keahlian dan profesionalistik inilah yang menjadi pertimbangan utuma dalam
pegangkatan calon pejabat pemerintah. Sedangkan menurut Merriam-
Webster Dictionary system merit adalah system rekrutmen dan promosi
pegawai yang dilaksanakan berdasarkan kemampuan dalam melaksanakan
tugas, bukan dikarenakan adanya koneksi politik. System merit merupakan
kebalikan dari spoil system, yaitu sebuah system dimana jabatan
1
pemerintahan diisi oleh teman-teman, keluarga atau pendukung dari partai
yang berkuasa.
Penerapan system merit di Indonesia terutama dalam Manajemen
Aparatur Sipil negara telah diamanatkan dalam Undang-Undang No. 5 Tahun
2014 tentang Aparatur Sipil Negara (ASN). Kemudian pada tahun 2017 yang
lalu Komisi Aparatur Sipil Negara (KASN) menatapkan Peraturan KASN No. 5
Tahun 2017 tentang Penilaian Mandiri Penerapan Sistem Merit di Instansi
Pemerintah. Dalam peraturan tersebut berisi megenai kriteria dan tata cara
untuk menilai sejauh mana isntansi pemerintah telah menerapkan system
merit dalam Manajemen ASN. Penerapan dari system merit itu sendiri yaitu
untuk memastikan bahwa jabatan yang ada di birokrasi pemerintah disusuki
oleh pegawai yang memang memenuhi persyaratan kualifikasi dan juga
kompetensi. Sehingga tujuan dari pembangunan terutama pada bidang SDM
Aparatur untuk mewujudkan ASN yang profesioal, berkinerja tinggi,
berintegritas dan menjunjung tinggi netralitas dapat terwujudkan.
Atas dasar kepentingan hal itulah maka penulis memutuskan untuk
membuat makalah yang berjudul " Kelebihan dan kekurangan sistem merit
dan spoil sistem ini".
2
1.3 Tujuan Penulisan
3
BAB II
TINJAUAN TEORI
2.1 Pengertian Sistem Merit
4
10. Melindungi pegawai ASN dari intervensi politik dan tindakan
kesewenang-wenangan;
5
merit. Untuk memastikan sistem merit diterapkan di instansi Pemerintah,
KASN diberi kewenangan mengawasi setiap tahap pelaksanaan pengisian
JPT melalui seleksi terbuka. Pengawasan dilakukan:
6
memenuhi syarat tertentu, yang diangkat berdasarkan perjanjian kerja untuk
jangka waktu tertentu dalam rangka melaksanakan tugas pemerintahan.
Berdasarkan Undang- undang Nomor 5 Tahun 2014, eksistensi
Pegawai ASN berfungsi sebagai pelaksana kebijakan publik yg dibuat pejabat
pembina; pelayan Publik yang berkualitas dan profesional; dan perekat dan
pemersatu bangsa. Terbitnya UU ASN tersebut juga sebagai tombak
perubahankepegawaian yang mampu meningkatkan kualitas birokrasi. Hal itu
bisa dilihat dari rekrutmen yang dilakukan harus bisa mengontrol belanja
pegawai, penempatan pegawai yang memiliki integritas untuk mengurangi
kebocoran anggaran, penempatan pegawai yang berdasarkan kompetensi
yang dibutuhkanuntuk menjamin pencapaian kinerja. Sehingga anggaran
negara dapat digunakan sebesar-besarnya untuk pembangunan dan belanja
publik, secara efektif dan efisien.
Tujuan utama UU ASN ini antara lain yaitu independensi dan netralitas,
kompetensi, kinerja/produktivitas kerja, integritas, kesejahteraan, kualitas
pelayanan publik, serta pengawasan dan akuntabilitas. Prinsip dasar UU ASN
adalah memberlakukan “Sistem Merit”. Dimana Sistem merit ini adalah
kebijakan dan manajemen ASN yang berdasarkan pada kualifikasi,
kompetensi, dan kinerja, secara adil dan wajar dengan tanpa membedakan
latar belakang, politik, ras, warna kulit, agama, asal usul jenis kelamin, status
pernikahan, umur ataupun kondisi kecacatan. Sistem Merit dilakukan ini
dilakukan dengan seleksi dan promosi secara adil dan kompetitif,
menerapkan prinsip keadilan, penggajian, reward and punishment berbasis
kinerja, standar integritas dan perilaku untuk kepentingan publik, manajemen
SDM secara efektif dan efisien dan melindungi pegawai dari intervensi politik
dan dari tindakan semena-mena.
b. Pengertian Good Governance
Berdasarkan United Nation Development Program (UNDP: 2004), tata
kelola pemerintahan yang baik adalah:“Penggunaan wewenang ekonomi
politik dan administrasi untuk mengelola berbagai urusan negara pada setiap
7
tingkatannya dan merupakan instrumen kebijakan negara untuk mendorong
terciptanya kondisi kesejahteraan integritas, dan kohesivitas sosial dalam
masyarakat“. Sedangkan Koiman (2009:273) mengemukakan bahwa
governance adalah serangkaian proses interaksi sosial politik antara
pemerintah dengan masyarakat dalam berbagai bidang yang berkaitan
dengan kepentingan masyarakat dan intervensi pemerintah atas kepentingan-
kepentingan tersebut. Governance merupakan mekanisme-mekanisme,
prosesproses dan institusi-institusi melalui warga Negara yang
mengartikulasi kepentingan-kepentingan mereka, memediasi perbedaan-
perbedaan mereka serta menggunakan hak dan kewajiban legal mereka. Dari
beberapa pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa good governance
adalah sebuah tata pemerintahan, dimana terdapat penggunaan wewenang
ekonomi, politik, dan administrasi guna mengelola urusan-urusan negara
pada semua tingkatan.Tata pemerintahan tersebut mencakup seluruh proses
mekanisme dan lembaga-lembaga yang mana terdapat warga dan kelompok-
kelompok masyarakat yang salin mengutarakan kepentingan mereka, dengan
menggunakan hak-hak yang berdasarkan hukum, memenuhi semua
kewajiban dan menjembatani perbedaan-perbedaan diantara mereka.
2.3 Sistem Merit Dalam Kebijakan dan Manajemen ASN
8
4. Peraturan Ketua Komisi Aparatur Sipil Negara Nomor 5 Tahun 2017
tentang Penilaian Mandiri Penerapan Sistem Merit dalam Manajemen
Aparatur Sipil Negara (ASN) di Instansi Pemerintah
9
Partisipasi bermaksud untuk menjamin agar setiap kebijakan yang
diambil mencerminkan aspirasi masyarakat. Bentuk lain untuk
merangsang keterlibatan masyarakat adalah melalui perencanaan
partisipatif untuk menyiapkan agenda pembangunan, pemantauan,
evaluasi dan pengawasan secara partisipatif dan mekanisme
konsultasi untuk menyelesaikan isu sektoral.
10
masyarakat adalah kebutuhan yang paling mendesak yang tidak dapat
ditunda-tunda lagi. Dengan sistem merit, diharapkan juga politisasi birokrasi
mampu untuk dihapus. Rekrutmen pejabat birokrasi berdasarkan sistem
merit yaitu kemampuan. Jabatan birokrasi menjadi tersedia, setidaknya
dalam teori untuk seluruh masyarakat bukan kerabat penguasa belaka.
Sebagaimana awal dikenalnya sistem merit pada dinasti Qin dan Han di Cina.
Sistem tersebut dikembangkan agar jabatan di pemerintahan tidak hanya
diduduki oleh para bangsawan, namun juga penduduk pedesaan yang
mempunyai kemampuan.
11
yang dipersyaratkan untuk menduduki suatu jabatan tertentu. Bahkan
hubungan keluarga pada nepotism system semakin diperluas artinya sistem
ini selalu menekankan adanya persamaan daerah, sanak famili dan kawan
maupun persamaan perjuangan politik sebagai pertimbangan utama
menentukan pejabat, sementara patronange system menurut Agustino (2014)
merupakan konsep kekuasaan yang lahir dari hubungan yang tidak seimbang
antara patron di satu pihak dan klien di pihak yang lain. Ketidakseimbangan
ini pada dasarnya berkait erat dengan kepemilikan yang tidak sama atas
sumber daya dalam masyarakat. Karena itu, dalam fenomena seperti ini
interelasi telah diikat oleh kepentingan dan dimanipulasi oleh tujuan masing-
masing-walaupun kedua-duanya berada dalam kedudukan yang tidak
seimbang. Dalam konteks seperti Mashuri (2007) mengungkapkan bahwa:
“rekrutmen ini didasarkan atas keinginan untuk membantu pejabat yang
didudukkan pada suatu jabatan tertentu, dimana usaha membantu tersebut
didasarkan atas hubungan politik maupun hubungan keluarga. Sistem ini bisa
dikatakan perpaduan dua sistem rekrutmen sebelumnya (Spoil sytem dan
Nepotism System).
Tindakan rekrutmen pejabat birokrasi yang didasari berkat usungan
dan dukungan dari Parpol, tim sukses dan orang-orang dekatnya tanpa
memperhatikan kompetensi dan kemampuan yang dimiliki oleh pejabat
tersebut, tindakan tersebut dikenal dengan spoil system, nepotism system,
patronange system yaitu jabatan diberikan kepada orang yang ada
hubungannya dengan partai yang berkuasa atau dengan pemimpin tertingggi
yang berkuasa.
12
punya koneksi mudah dapat kerja/pengangkatan jabatan. Kelemahannya
tidak semua orang punya koneksi dan menimbulkan kecemburuan pada
orang yang tak punya koneksi politik
13
and party activities have often opposed such changes).
14
menyalahgunakan kekuasaan yang dimiliki dengan melakukan tekanan pada
eksekutif sesuai dengan kehendaknya. Dalam hal ini anggota legislatif
berusaha mencampuri dan mempengaruhi berbagai keputusan yang dibuat
eksekutif agar menguntungkan dirinya. Fakta ini diperkuat oleh Harrison
(dalam Afrianto dan Prasojo, 2020) bahwa keputusan strategis pada
dasarnya merupakan kompromi antara aturan dengan penyimpangan, adanya
keseimbangan antara kondisi eksternal dan internal. Dalam sejarahnya,
kondisi ini juga pernah dialami oleh Amerika sekitar tahun 1960-an di mana
aroma politik sangat kental khususnya dalam proses penempatan pegawai di
sektor publik.
Sistem merit pada proses rekrutmen pejabat birokrasi dengan
bentuk seleksi terbuka adalah suatu model perekrutan dimana calon kandidat
yang lulus seleksi benar-benar didasarkan pada kompetensi, keahlian,
kemampuan, dan pengalaman. Hal ini dimaksudkan agar rekrutmen pejabat
birokrasi dapat berjalan fair dan bukan secara Spoil system, nepotism system,
patronange system dan sebagaimnya, sehingga sistem merit menekankan
adanya keterbukaan (transparancy) dan keadilan (fairness) dalam
pengangkatan jabatan (MicCort, 2007).
15
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
16
target kinerja mereka juga telah sejalan dengan prinsip sistem merit yang
mengutamakan performa kinerja seorang pegawai dibandingkan koneksi
politik ataupun faktor-faktor terselubung lainnya sehingga tercipta
transparansi dan keadilan di dalam manajemen aparatur sipil negara. Akan
tetapi, penegakan peraturan pemberhentian aparatur sipil negara berdasarkan
kinerja ini masih belum maksimal. Pemerintah cenderung masih enggan
memberhentikan aparatur sipil negara yang tidak kompeten secara tegas.
Tentunya hal ini tidak sejalan dengan prinsip-prinsip sistem merit. Terkait
prinsip objektivitas dalam sistem merit, peraturan terkait pemberhentian
aparatur sipil negara masih memiliki beberapa celah yang dapat
dimanfaatkan oleh oknum yang tidak bertanggung jawab. Celah-celah seperti
penggunaan frasa pada peraturan yang dapat memiliki penafsiran ganda dan
peraturan yang mengandung pasal-pasal karet berpotensi menimbulkan
keberpihakan atau subjektivitas dalam pengambilan keputusan terkait
pemberhentian aparatur sipil negara.
17
3.2 Saran
18
DAFTAR PUSTAKA
Farell, G., Saputra, H. K., & Novid, I. (2018). Rancang Bangun Sistem Informasi
Pengarsipan Surat Menyurat (Studi Kasus Fakultas TeknikUnp).
JurnalTeknologi Informasi Dan Pendidikan (JTIP), 11(2), 56–62.
19