Jurnal Afta
Jurnal Afta
SKRIPSI
AGUSTUS 2022
AFTA ZAMANI
NIM. 18010002
ABSTRAK
Datangnya masa pensiun terkadang dipandang sebagai hilangnya aktivitas utama yang telah lama
ditekuni. Sebagian orang mempersepsikan pensiun sebagai akhir dari segalanya sehingga yang
terjadi adalah tidak stabilnya kondisi mental, kurang percaya diri, dan bekerja secara berlebihan
atas rasa inferior itu. Tanpa ada persiapan, ketidaksiapan tersebut muncul dalam bentuk berbagai
emosi negatif dan kerapkali menimbulkan kecemasan yang berlebihan. Penelitian ini bertujuan
untuk mengetahui hubungan postpower syndrome dengan tingkat kecemasan lansia pensiunan di
Kemukiman Reubee Kecamatan Kabupaten Pidie. Penelitian ini dilaksanakan di Kemukiman
Reubee Kecamatan Kabupaten Pidie pada tanggal 24 s/d 28 Agustus 2022. Penelitian ini
menggunakan desain analitik dengan pendekatan cross sectional dengan besar populasi 47 lansia
pensiunan di tempat penelitian tersebut. Instrumen penelitian menggunakan kuesioner dengan
metode pengumpulan data dengan melakukan wawancara terpimpin. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa post power syndrome yang dialami responden mayoritas berada pada
kategori ringan sedang sebanyak 26 orang (55,4%) dan kecemasan responden mayoritas berada
pada kategori kecemasan sedang yaitu sebanyak 21 orang (44,7%) Berdasarkan uji statistik chi
square didapatkan bahwa ada hubungan antara kecemasan dengan post power syndrome yang
dialami responden dengan nilai p-value 0,000< alpha 0,05. Disimpulkan bahwa didapatkan bahwa
ada hubungan antara kecemasan dengan post power syndrome. Diharapkan hasil penelitian ini
dapat menjadi bahan acuan bagi lansia dalam mengelola post power syndrome serta kecemasan
yang dialami setelah memasuki masa pensiun agar lansia dapat menjalani hidup yang lebih
berkualitas
PENDAHULUAN
Semakin meningkatnya jumlah lansia tentu akan menimbulkan permasalahan baru seperti:
masalah ekonomi, masalah sosial budaya, masalah kesehatan dan masalah psikologi. Tidak
jarang pada lansia menderita depresi dan kecemasan karena ketidaksiapan mental ketika
memasuki masa lansia selain itu, faktor lingkungan sering menyebabkan para lansia merasa
tersisih dari lingkungan keluarga dan masyarakat. Persoalan ini akan semakin rumit ketika
masalah ekonomi juga menjadi salah satu permasalahan yang dihadapi kelompok lansia umunya
tidak lagi memiliki penghasilan tetap karena memasuki masa pensiun dan tidak memiliki
penghasilan tambahan. Meskipun demikian, ada pula lansia yang telah mempersiapkan masa
tuanya dengan merintis usaha sebagai aktivitas sampingan (Paidi, 2017).
Pensiun dianggap sebagai tekanan oleh sebagian pegawai. Tekanan tersebut harus
mampu diatasi sebagai usaha penyesuaian. Jika usaha tersebut berhasil maka tidak akan
terjadi suatu masalah. Namun jika yang terjadi sebaliknya maka hal tersebut akan
menggangggu kehidupannya (Rosanti dan Krisnansari, 2016). Para pegawai yang telah
mempersiapkan masa pensiun dengan matang akan merasakan hari tua yang menyenangkan,
karena secara psikologis pada tahap ini mereka akan menikmati hasil dari apa yang telah
mereka kerjakan, dan menerima keadaan mereka dengan rasa tenang atas hilangnya beban
tanggung jawab selama bekerja dan menjabat suatu jabatan. Hal tersebut dikarenakan setelah
pensiun, individu telah terbebas dari rutinitas sebagai pegawai dimana tugas-tugas dan
tuntutan yang dilaksanakan tiap hari akan berkurang sehingga masa pensiun juga dianggap
sebagai bulan madu kedua, dan membuat individu mampu lebih dekat bersama anak dan
telah lama ditekuni. Sebagian orang mempersepsikan pensiun sebagai akhir dari segalanya
sehingga yang terjadi adalah tidak stabilnya kondisi mental, kurang percaya diri, dan bekerja
secara berlebihan atas rasa inferior itu. Tanpa ada persiapan, ketidaksiapan tersebut muncul
dalam bentuk berbagai emosi negatif. Emosi-emosi negatif tersebut antara lain berwujud
pemberontakan dalam batin disertai dengan agresi, perasaan eksplosif dan meledak-ledak,
tidak mampunya menerima kondisi yang baru, kekecewaan yang mendalam hingga hati
yang terluka, serta emosi-emosi tidak puas lainnya. Akibatnya, muncul berbagai
permasalahan seperti stres, keresahan batin, berbagai konflik psikis, perasaan takut dan
cemas dalam menghadapi masa depan,perasaan inferior ketika berhadapan dengan orang
lain, menjadi apatis terhadap lingkungan sosial, serta depresi yang diakibatkan oleh
Berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik Pidie tahun 2021 Jumlah Pada tahun
2020, jumlah penduduk Kabupaten Pidie sebanyak 435.275 jiwa. Dari jumlah tersebut
sebanyak 215.878 jiwa berjenis kelamin laki-laki dan 219.397 jiwa berjenis kelamin
perempuan. Sedangkan jumlah penduduk lansia atau usia>65 tahun sebanyak 6,91 % dari
Berdasarkan data dari BPS Pidie (2021) jumlah penduduk di kecamatan Delima
sebanyak 21.673 jiwa dengan jumlah penduduk laki-lakisebanyak 10.729 jiwa dan
perempuan sebanyak 10.944 jiwa. Sedang jumlah penduduk lansia sebanyak 1578 jiwa
dengan jumlah lansia laki-laki sebanyak 582 dan jumlah lansia perempuan sebanyak 996
jiwa. Berdasarkan data dari mukim Kemukiman Reubee jumlah penduduk 9486 jiwa dengan
jumlah Lansia sebanyak 800 jiwa, jumlah lansia pensiunan tahun 2022 sebanyak 57 orang.