Anda di halaman 1dari 4

THEORI KULTIVASI : KEGADUHAN POLITIK DAN PERILAKU

MASYARAKAT

Budi Purwanto
1
Mahasiswa sekolah pascasarjana Universitas Persada Indonesia-YAI
e-mail: budip3@gmail.com

ABSTRAK

Tindakan bodoh dan konyol cepat direplikasi setiap orang, kemampuan melihat (visual) lebih dulu ada
sebelum manusia mampu berbicara dan menulis, kemampuan merekam dan menyimpan kejadian pada acara
ditelevisi lebih kuat dan mudah diingat kembali, maka jadilah politikus, insan pers serta pemilik media yang
unggul. Uji teori kulvitasi nyata dan terbukti benar.
Keyword: replikasi, visual, politikus, media, pers

1. Pendahuluan dampak komersial bagi pasar dan khalayak di


Munculnya media televisi dalam Amerika, dimana pada tahun 1954, 55 persen
kehidupan manusia menghadirkan peradaban baru, rumah tangga di Amerika telah memiliki perangkat
khususnya dalam proses komunikasi dan informasi televisi Walaupun diseminasi televisi telah
yang bersifat massa. Globalisasi informasi dan menjangkau pasar sampai akhir tahun 1960 an,
komunikasi setiap media massa jelas melahirkan aktivitas riset tertinggi terjadi pada tahun 1990 an
suatu efek sosial yang bermuatan perubahan nilai- karena adanya khalayak yang semakin fragmented,
nilai sosial budaya. Televisis sebagai media yang dan awal munculnya digitalisasi. Dampak medium
muncul belakangan di bandingkan media cetak dan televisi melalui program acara berita kriminal, jenis
radio, ternyata memberikan nilai yang spektakuler film action, shooting dan pembunuhan mampu
dari sisi pergaulan hidup manusia saat ini (Dadi memengaruhi agresivitas khalayak, serta persepsi
ahman & Nova yohana,2007). Dari analisis negatif khalayak terhadap dunia atas kumulatif efek
tersebut diperoleh berbagai temuan menarik dan melalui tayangan televise (Ido Prijana Hadi, 2007)
orisinal, yang kemudian banyak mengubah Dari berbagai temuan dan pendapat para
keyakinan orang tentang relasi antara televisi dan ahli, selanjutnya mendorong penulis untuk mencari
khalayaknya termasuk berbagai efek yang tahu lebih dalam apa sesungguhnya yang terjadi
mnyertainya. Karena konteks penelitian ini dengan kondisi tentang “gaduhnya politik jelang
dilakukan dalam kaitan marakn dan merebaknya pilkada” yang diliput media massa televisi dan di
acara kekerasan di televisi dan diduga sajikan dalam bentuk tayangan acara, yang
meningkatnya angka kejahatam masyarakat, maka selanjutnya menjadi konsumsi massa di segala
dugaan temuan penelitian ini lebih terkait dengan lapisan, bahkan sajian dengan sensor mutu acara
efek kekerasan di media televisi terhadap persepsi yang rendah.
khalayaknya (penonton) tentang dunia tempat
mereka tinggal (Saefudin & Antar venus, 2007). 2. Literature review.
Televisi berbeda dari media massa lainnya, Pada paper ini, penulis ingin mengetahui
televises memproduksi berbagai macam acara, tentang kebenaran teori kultivasi, karenanya
dimana pesan pesan yang disampaikannya penulis mencari literature yang selanjutnya di
membentuk citra realitas yang begitu logis, yang jadikan rujukan dalam paper ini. serta dilakukan
kemudian disampaikan kepada khalayak luas, cross checking dari beberapa literature (berikut)
televisi ditonton pemirsanya dengan tingkat supaya dapat digunakan dan menguatkan pokok
selektivitas yang rendah dimana diduga agenda masalah, yaitu dengan menempatkan perilaku
masyarakat dalam menyaksiskan acara televisi massa yang merupakan hasil replikasi dari apa
menjadi semacam ritual (rutinitas pada jam yang pernah ditonton dalam acara televisi dimana
tertentu), karenanya televisi (melalui pesan dalam para politukus bertindak sebagai aktornya, Berikut
acara) yang di sajikan mengkonstruksi cara literature (penelitian terdahulu) yang dimaksud.
pandang baru tentang dunia kehidupan, bahkan di
anggap semacam ideology baru bagi masyarakat Dmitri Williams, 2006: With an understanding of
(Nova Yulianti, 2005). the content in hand, it was appropriate to proceed
Periode efek televisi mulai muncul tahun with hypotheses and research questions. The
1948 1990 an ketika Perang Dunia Kedua usai study’s first hypothesis addressed the possibility
tahun 1945. Hadirnya media televisi memberi that an immersive online game such as AC2 would
change players’ perceptions of the real world 4. Diskusi dan pembahasan
around them chiefly because it contains human Pembuat keanehan di negeri ini salah
characters and repetitive violence. satunya berasal dari entitas politik. Sejumlah tokoh
Jensen et al, dalam Hey Yeung Lau, 2015: It yang disebut kaum elit politik calon pemimpin
is examined that viewers watching a TV legal daerah dan negara telah menciptakan beragam
drama program were more likely to endorse to false keanehan di hadapan rakyat. Mulai dari sikap,
beliefs than those viewers exposed to the program pernyataan, dan tindakan baik secara pribadi
immediately. maupun berkelompok (redaksi Indonesia,2016).
Hampir tidak pernah(jarang sekali) ditemui pelaku
George Gerbner, 1998: The question of which politik saling memuji dan menyatakan pengakuan
come first is misleading and irrelevant. people are keunggulan serta keberhasilan lawan politiknya.
born into symbolic environment with television as Yang terjadi Justru sebaliknya, yang muncul adalah
its mainstream. Children begin viewing several pengkerdilan, penghinaan atau pembusukan atas
years before they begin reading and well before keberhasilan dan keunggulan lawan yang nyata-
they can even talk. nyata dirasakan rakyat. sayangnya rakyat yang
sejatinya pemilik kekuasaan justru (sebagian
Jon Hammermeister et.al, 2005: Much kelompok) ikut-ikutan berperilaku seperti perilaku
attention has been paid to the amount of time politikus. Hal ini berbeda sama sekali dengan
Americans spend watching television. Cultivation entitas olah raga yang dapat memuji lawan
theory has been important in exploring behavioral mainnya meskipun team-nya mengalami kekalahan
effects of television viewing for many years. (kompasiana, 2016).
However, psychosocial health has received much Politik gaduh seakan merupakan trend,
less scrutiny in relation to television viewing time. dimana hal ini terjadi sejak revormasi tahun 1998.
3. Proposisi yang di ajukan. Hingga saat ini menjadi fenomena dan bahkan
topic “gaduh” menjadi topic utama di media
Berdasarkan penjelasan pada pendahuluan mainstream.
dan literatur yang didipilih, penulis mengajukan Pendidikan politik dan kebebasan pers
konsep penelitian untuk paper ini adalah sebagai yang lepas kendali (belum sinergi) menjadi petaka
berikut : besar di Negara yang belum siap. Bahkan di
Tabel 3.1: Gambar model yang di ajukan Negara liberal sekalipun, dalam melakukan
penyiaran perlu tata krama, sehingga effect yang
ditimbulkan dapat dikendalikan (etika publikasi
Perilaku politikus siaran langsung).
Beberapa kejadian Politik yang membuat
gaduh dengan skala nasional yang menjadi
trending di media TV Nasional misalnya yang
dimuat juga pada laman media on line, seperti
sebagai-berikut,
Tayangan media TV
(1) http://www.aktual.com/pengusaha-ngeluh-
gaduh-politik-berkepanjangan-ini-
komentar-apindo/
(2) http://www.aktual.com/soal-freeport-
Replikasi tindakan oleh lingstra-gaduh-politik-bisa-berdampak-
masyarakat penonton TV terhadap-investasi
(3) http://politik.rmol.co/read/2017/09/20/307
983/Gaduh-Politik,-KNPI-Beri-Catatan-
Sumber: Penelitian 2017 Untuk-Para-Elite-

Berdasar teori Kultivasi, Perilaku politikus yang Dari data tersebut, mencengangkan bahkan
ditanyangkan dan di saksiskan oleh pemirsa dibaca beberapa di antaranya ditayangkan secara langsung
sebagai tindakan nyata, dan diduga mampu (Live) oleh TV nasional, dan kutipan tayangannya
mempengaruhi mental serta diduga mampu di ulang-ulang (lebih dari satu minggu waktu
mendorong memirsanya mereplikasi apa yang telah tayang) media mainstream televise nasional
disaksikan di dalam tayangan ( Perilaku gaduh, (seluruhnya) menjadikan kasus ini sebagai head
membuat bibit gaduh, kemudian memanen line, tentu hal ini membuat imajinasi public
kegaduhan) (pemirsa Televisi) yang menikmati tontonan seperti
ritual dipaksa menyaksikan.
bahwa Hipotesisnya adalah membahas budaya lokal sangat penting dalam mengeksplorasi
kemungkinan seperti permainan online yang efek perilaku penonton televise. selama bertahun-
mendalam dalam tayangan televisi (akan) tahun. Kesehatan psikososial mendapat sedikit
mengubah persepsi pemain tentang dunia nyata perhatian dalam kaitannya dengan waktu menonton
di sekitar mereka (pemirsa) karena mengandung televise (Hammermeister et.al, 2005).
karakter manusia dan kekerasan berulang (Dmitri Bahwa kondisi kesehatan psychology
Williams, 2006). Pada uji keadaan dan kondisi mendapat penanganan dan perhatian lebih sedikit,
bahwa manusia cenderung melakukan perbuatan Kejadian penting yang terjadi di ruang
melalui dan dengan contoh yang telah ada, pernah publik/masyarakat (heterogen) akan mampu
di lihat, didengar, dan disaksikan sehingga (bila) menyajikan replikasi yang bahaya. Ini
tidak dilakukan secara spontan saat di saksikan menunjukkan bahwa teori kultivasi akan berlaku
(umunya anak-anak tidak meniru secara langsung pada tayangan televisi, sehingga mampu meracuni
jika dalam pengawasan), tetapi untuk pemirsa perilaku, memberi materi ajar untuk mereplikasi
televisi yang telah merekam keadaan yang viral sehingga bahaya laten tontonan yang membuat
serta di tayangkan secara berulang oleh (di dalam gaduh tidak berhenti pada satu generasi, bahkan
otak kecil), pada ketika yang berbeda dapat mampu di deliver antar generasi melalui kotak
mereplikasi kejadian yang telah tersimpan dalam ajaib yang bernama televisi.
memory yang dimiliki tersebut serta bisa saja Analisis kultivasi merupakan salah satu
mereplikasi disaat si empunya memori dalam bagian dari tiga strategi keadaan dari kejadian
keadaan tertentu (misal: dalam keadaan yang mirip yang lebih besar, yaitu keadaan (dimana)
dengan kejadian yang pernah di lihat, didengar, dan membahas Indikator Kultural. Tiga strategi
disaksikan) pemahaman yang perlu dilakukan untuk
pada uji yang berbeda bahwa, pemirsa pengembangan keadaan tersebut misalnya sebagai
yang menonton program drama hukum di Televisi berikut,
cenderung mendukung keyakinan yang salah
daripada pemirsa yang terlibat langsung dalam
program tersebut (Jensen et al, dalam Hey Yeung Institutional process (analisa proses),
Lau, 2015). merupakan strategi yang mengangkat
Review tiap kasus yg di tonton, misalnya tentang tekanan dan keterbatasan yang
banyak kejadian (pelanggaran hukum) dimana dapat mempengaruhi bagaimana pesan
kejahatan merupakan hasil rekayasa atau replikasi, media yang dipilih, dihasilkan, dan
bahkan dengan motif yang setara dan hampir sama, disebarkan;
ini semakin menguatkan bahwa orang-orang Message system (analisa sistem pesan),
(pemirsa) yang terpapar dari tontonan televisi merupakan strategi yang mengangkat
dengan tema ”tindak-kejahatan”, beberapa untuk mengukur dan memantau gambaran
berperilaku yang nyaris sama, ini membuktikan umum dalam acara televisi.
bahwa teori kultivasi memang benar dan terjadi. Cultivation (Analisa kultivasi), merupakan
Manusia dilahirkan dilingkungan strategi ungkapan yang mempelajari apa
“simbolis” dengan televisi sebagai mainstream. dan bagaimana televisi membantu
Anak-anak mulai dapat melihat beberapa tahun menghasilkan konsepsi penonton (tentang)
sebelum mereka dapat membaca, bahkan sebelum kenyataan, Prespektif kultivasi pada awal
mereka dapat berbicara. Tindakan anak-anak perkembangannya lebih memfokuskan
dimulai dari tindakan meniru, dan teori ini benar kajian pada studi televisi dan khalayak.
terbukti, Dapat dibayangkan, tiap orang
dapat berinteraksi meskipun secara verbal serta Menilik beberapa ulasan diatas, berikut
pendengaran yang memiliki keterbatasan, oleh penajaman tentang kejadian yang ada berdasar
karena karena yang bersangkutan pernah melihat beberapa pendalaman dari asumsi dari teori
dan berinteraksi terhadap lingkungan sekitar maka kultivasi, masing masing adalah
dapat saja merekonstruksi keadaan. Kasus ini
membuktikan bahwa, siapapun yang pernah Pervasive (menyebar dan hampir dimiliki
melihat, maka akan mmapu mereplikasi apa yang seluruh keluarga), bahwa gaduh politik baik itu
pernah dilihatnya, hal ini terjadi karena” naluri seting atau benar keadaannya masuk ke ruang
survival” manusia. Dapat di prediksi, jika gaduh privat (tiap individu), hal ini membuat semua orang
politik yang menjadi tontonan, maka suatu ketika mengetahui dan menjadi perbincangan public,
akan melanjutkan kegaduhan, meskipun dalam artinya hal ini bermula di ruang terbatas
porsi yang berbeda, karena tindakan ini hanya (organisasi), menyebar ke ruang privat kecil
replikasi saja dan begitu mudah untuk di tiru, (individu/keluarga), dan meluas ke ruang public
perhatian harus diberikan kepada orang orang uang (menjadi perbincangan massa)
dalam sejumlah waktunya dihabiskan untuk Assesible (dapat diakses tanpa memerlukan
menonton televisi. Teori kultivasi dan kemampuan literasi atau keahlian lain), dimana
berita gaduh politik ini disiarkan berulang kali, George Gerbner, Cultivation analysis: an
bahkan dengan mudah di akses ke ruang privat dan overview, mass communication &
public (di jaringan TV dan internet), sehingga society, scholarly milestone,1998
mudah di konsumsi secara luas. H.A.Saefudin dan Antar Venus, Cultivation
Coherent (mempersentasikan pesan dengan theory, Mediator vol.8 no.1, 2007
dasar yang sama tentang masyarakat melintasi Ido Prijana Hadi, cultivation theory: sebuah
program dan waktu). Bahwa keadaan gaduh politik perspektif teoritik dalam analisis
menjadi meluas dan menjadi rahasia umum (tiap televisi, journal scriptura, vol.1 no.1,
orang mengetahui). Menjadi pesan luas dengan 2007
dasar berita yang equal, dan disiarkan berulang. Jon Hammermeister & Barbara Brock et.al.
Aplikasi kultivasi dalam prakteknya Life Without TV? Cultivation
tergambar dengan beberapa kejadian berikut: Theory and Psychosocial Health
Characteristics of Television-Free
Efek tayangan televisi, pecandu berat televise Individuals and TheirTelevision-
akan menganggap bahwa apa yang terjadi di Viewing Counterparts, health
televisi itulah dunia sesungguhnya. Pada teori communication, 2005
Kultivasi memusatkan perhatian pada pengaruh Lau, hey yeung, cultivation effect of
media komunikasi, (khususnya televisi). Televisi television broadcasting and online media,
merupakan sarana utama masyarakat untuk belajar Online Communication Research
tentang dunia, orang-orangnya, nilai-nilainya serta Centre, Department of Journalism and
adat kebiasaannya karena tontonan di televise Communication Hong Kong Shue Yan
umumnya dianggap seperti kejadian sesungguhnya. University , Hong Kong , China
Nova Yuliati, televise dan Fenomena
Simpulan Kekerasan perspektif teori
Teori kultivasi dimana pengaruh tontonan Kultivasi,Mediator vo.6, no1,
televisi dapat direplikasi oleh setiap orang yang 2005
pernah melihat, mendengar dan menyaksikannya
adalah nyata dan dapat di uji, dimana tindakan
politikus yang membuat gaduh serta ditayangkan
melalui mass media televisi adalah teruji “turut
serta menyuburkan perilaku gaduh di masyarakat”,
karenanya butuh kedewasaan sebagai politikus,
sebagai pers dan sebagai editor khususnya untuk
tayangan yang menyeret pemirsa kepada gaya
replikasi pada kondisi waktu yang tidak terduga
nantinya (case replikasi negative).
Teori kultivasi dapat di implementasikan
kepada keadaan dan arah replikasi yang positive,
misalnya siaran televisi yang mampu menunjukkan
perilaku elegant dari insan politukus, atau acara
apapun yang sifatnya dapat menyuburkan tindakan
nyata yang membangun, positifisme dan ini
membutuhkan mental serta moral politikus, insan
pers serta kepedulian pemilik media televisi yang
unggul, tidak hanya mengejar ratting tetapi
kepedulian membangun sumberdaya manusis
Indonesia yang cerdas dan berahlak melelui
tayangan yang beretika.

5. DAFTAR PUSTAKA:

Dadi ahmadi dan Nova yohana, kekerasan di


televise:perspektif Kultivasi,
Mediator vol.8 no.1, 2007
Dmitri Williams, Virtual Cultivation: Online
Worlds, Offline Perceptions, Journal
of Communication, 2006

Anda mungkin juga menyukai