Anda di halaman 1dari 7

Nama : Mutmainnah Djahidin

Kelas : PAI 2

Nim : 211010060
Matkul : Eduparenting Islam
Tugas Resume:

Tugasnya mencari kasus di sekeliling kita baik nyata maupun melalui era digital.
Materinya:
1. pola komunikasi orang tua dan anak

2. gaya orang tua dalam mendidik anak


3. pendidikan anak di era digital
4. kenakalan anak dan penanggulangan nya

5. dinamika pengasuhan dalam keluarga


kemudian membandingkan dengan pola pengasuhan yang islami, merujuk pada Al-
Quran dan Hadis.

1. Kasus Nyata: Pengaruh Stres dan Keseimbangan Kerja-Keluarga terhadap Pola


Komunikasi Orang Tua dan Anak
Irfan (Ayah) dan Mutma (Anak) menghadapi tekanan keseimbangan antara
pekerjaan dan keluarga. Ayah, sebagai seorang profesional dengan jadwal padat,
seringkali merasa stres dan kurang waktu untuk berkomunikasi dengan Anaknya.
Konflik muncul karena stres Ayahnya memengaruhi kualitas komunikasi mereka, dan
Anaknya merasa diabaikan.
Pola Komunikasi Orang Tua-Anak:

a. Kurangnya Waktu Berkualitas: Irfan merasa kesulitan menemukan waktu untuk


berbicara dan terlibat dalam kegiatan keluarga dengan anaknya karena tekanan
pekerjaan.
b. Ketidaksepahaman Terhadap Masalah Remaja: anaknya merasa kesulitan membuka
diri kepada ayahnya tentang masalah remaja karena kurangnya waktu dan kehadiran
emosional ayahnya.
c. Stres dan Komunikasi yang Terganggu: Stres irfan dari pekerjaan menyebabkan
ketegangan dan kurangnya kesabaran dalam berkomunikasi dengan anaknya.
Pola Pengasuhan Islam:

a. Prioritas Keluarga (Hadis): Rasulullah SAW menekankan pentingnya memberikan


waktu dan perhatian kepada keluarga. irfan dapat mencari solusi untuk menjaga
keseimbangan antara pekerjaan dan keluarga sesuai dengan ajaran Islam.
b. Komunikasi Terbuka (Al-Qur'an 4:135): Islam mendorong komunikasi terbuka dalam
keluarga. ayah dan anak dapat saling berbicara secara terbuka tentang perasaan mereka
dan mencari solusi bersama.
c. Menenangkan Hati (Al-Qur'an 13:28): Islam memberikan pedoman untuk
menenangkan hati. irfan dapat mencari cara untuk mengelola stresnya dengan bantuan
kegiatan yang memberikan ketenangan dan dukungan keluarga.
Tantangan dan Solusi:

• Tantangan: Kurangnya Waktu Berkualitas. irfan merasa sulit menemukan waktu untuk
berinteraksi dengan anaknya.
• Solusi: ayah dan anak dapat membuat jadwal khusus untuk beraktivitas bersama,
bahkan jika hanya sesederhana makan malam bersama atau berbicara selama beberapa
menit setiap hari.
• Tantangan: Ketidaksepahaman Terhadap Masalah Remaja. mutma merasa sulit
membuka diri kepada ayahnya tentang masalah remaja.
• Solusi: irfan dapat menciptakan suasana di mana anaknya merasa nyaman berbicara,
dan irfan dapat meningkatkan pemahamannya tentang masalah remaja dengan
membaca atau mencari saran dari sumber-sumber yang tepercaya.
• Tantangan: Stres dan Komunikasi yang Terganggu. Stres irfan menyebabkan
ketegangan dalam komunikasi keluarga.
• Solusi: irfan dapat mencari dukungan dari anggota keluarga atau profesional untuk
mengelola stresnya, sehingga komunikasi dengan anaknya menjadi lebih santai dan
produktif.
Kesimpulan:

Dengan memahami dan mengelola tantangan stres dan keseimbangan kerja-


keluarga, ayah dan anak dapat meningkatkan pola komunikasi mereka. Dengan
merujuk pada ajaran Islam, mereka dapat menemukan cara untuk memprioritaskan
keluarga dan membangun hubungan yang kuat dan sehat.
2. Resume Kasus Nyata: Kekerasan Orang Tua Dalam Mendidik Anak (Pola Asuh
Otoriter)

Dalam lingkungan sekitar, terdapat kasus seorang anak, Mutma, yang mengalami
kekerasan fisik ini bersifat mengekang, menuntut dan tidak memberi
kebebasan kepada anaknya. Orang tua Mutma, Ayah Irfan dan Ibu Sauriah, seringkali
menggunakan hukuman fisik sebagai metode pengajaran dan kontrol perilaku. Mutma
tampak tertutup, ketakutan, dengan gejala kecemasan yang muncul. Prestasi
akademiknya menurun, dan hubungan sosialnya terganggu.
Gaya Orang Tua Dalam Mendidik Anak:
Ayah Irfan menggunakan pola komunikasi otoriter, di mana dia memberikan
perintah tanpa memberikan penjelasan atau mendengarkan pendapat Mutma. Ibu
Sauriah , di sisi lain, sering mengekspresikan ketidakpuasannya secara agresif pasif
melalui sindiran atau ekspresi wajah tanpa berkomunikasi secara terbuka.
Pola Pengasuhan Islami:
Dalam Islam, pola pengasuhan menekankan pada kasih sayang, pemahaman, dan
komunikasi yang baik antara orang tua dan anak. Al-Qur'an dan Hadis menyarankan
untuk memberikan pendidikan dengan lembut dan memberikan teladan yang baik.
Sebagai contoh, dalam Al-Qur'an (Luqman 31:13), disebutkan, "Dan (ingatlah juga)
ketika Luqman berkata kepada anaknya, di waktu ia memberi pelajaran kepadanya, 'Hai
anakku, janganlah kamu menyekutukan Allah. Sesungguhnya menyekutukan (Allah)
adalah benar-benar kezaliman yang besar.'"
Tantangan dan Solusi:

a. Tantangan:
• Ketidakpahaman Ajaran Islam: Orang tua mungkin tidak sepenuhnya memahami
ajaran Islam tentang pengasuhan.
• Pola Komunikasi Turun Temurun: Orang tua mungkin mengalami pengasuhan yang
keras dalam keluarga mereka dan melanjutkannya tanpa menyadari dampak
negatifnya.
b. Solusi:
• Pendidikan Agama: Memberikan pendidikan agama yang baik kepada orang tua untuk
memastikan pemahaman yang benar tentang ajaran Islam.
• Konseling Keluarga: Menggunakan pendekatan konseling untuk membantu orang tua
memahami akar masalah dan mencari solusi bersama.
• Pelatihan Komunikasi: Memberikan pelatihan komunikasi kepada orang tua untuk
meningkatkan keterampilan komunikasi mereka, termasuk mendengarkan dan
memberikan penghargaan terhadap pendapat anak.
Kesimpulan:
Kekerasan anak dalam kasus ini mencerminkan ketidakselarasan antara pola
komunikasi orang tua dan nilai-nilai pengasuhan Islami. Tantangan utama melibatkan
pemahaman yang kurang baik terhadap ajaran Islam dan pengaruh pola pengasuhan
turun temurun. Solusinya melibatkan pendidikan agama, konseling keluarga, dan
pelatihan komunikasi untuk menciptakan lingkungan yang lebih sesuai dengan nilai-
nilai kasih sayang dan pemahaman dalam Islam. Dengan demikian, integrasi antara
prinsip-prinsip Islam dan pengasuhan yang baik dapat membentuk keluarga yang sehat
dan penuh kasih sayang.
3. Kasus Nyata: Pengaruh Media Sosial Terhadap Perkembangan Sosial dan
Emosional Anak
Sauriah (Ibu) memiliki putri remaja, Mutma (Anak), yang aktif menggunakan
media sosial. Anaknya menghabiskan banyak waktu di platform tersebut, berinteraksi
dengan teman-teman sebaya dan mengonsumsi berbagai konten. Tantangan muncul
ketika Ibunya melihat perubahan dalam perilaku dan suasana hati anaknya, serta adanya
ketidakseimbangan dalam interaksi sosial dan perkembangan emosionalnya.
Pendidikan Anak di Era Digital:

• Keseimbangan Penggunaan Media Sosial: Hal tersebut menekankan pentingnya


menjaga keseimbangan antara penggunaan media sosial dan interaksi di dunia nyata.
Anak perlu memahami bahwa interaksi langsung dengan orang lain dan pengembangan
keterampilan sosialnya memiliki nilai yang tinggi.
• Pendidikan Etika Digital: cerita ini mencakup pembelajaran etika digital, termasuk
bagaimana berperilaku secara etis di dunia maya. Anak perlu memahami implikasi etika
dari perilaku online, seperti mencari validasi atau paparan pada konten yang tidak sehat.
• Literasi Media dan Pengawasan Orang Tua: literasi media akan membahas pentingnya
memahami dan mengevaluasi konten online. Orang tua memiliki peran penting dalam
memberikan pengawasan yang bijak dan membimbing anak-anak dalam menggunakan
media sosial dengan tepat.
• Pendidikan Karakter dalam Konteks Teknologi: Melibatkan pembangunan karakter
anak, termasuk ketahanan emosional dan kemampuan untuk memahami dampak konten
online pada diri mereka. Orang tua perlu terlibat aktif dalam membentuk karakter anak
dalam konteks teknologi.
• Keterampilan Kritis dan Pemecahan Masalah: Mencakup pengembangan keterampilan
kritis dan pemecahan masalah untuk membantu anak-anak menyaring dan menilai
informasi secara online. Ini dapat membantu anak-anak mengatasi tantangan yang
muncul dari paparan konten online yang negatif.
Pola Pengasuhan Islam:
a. Keseimbangan Antara Dunia Digital dan Realitas (Al-Qur'an 18:7): Islam menyarankan
keseimbangan antara dunia digital dan realitas. Sauriah dapat membimbing mutma
untuk menjaga keseimbangan yang sehat antara interaksi online dan offline.
b. Pentingnya Etika Online (Hadis): Rasulullah SAW mendorong etika dalam
berkomunikasi. sauriah dapat mengajarkan Anaknya untuk berperilaku secara etis di
dunia maya.
c. Pentingnya Pengawasan dan Pendidikan (Al-Qur'an 20:114): Islam memberikan
pentingnya pengawasan dan pendidikan. Sauriah dapat memastikan bahwa Anaknya
memahami risiko dan manfaat media sosial melalui dialog terbuka dan pendidikan yang
berkesinambungan.
Tantangan dan Solusi:

• Tantangan: Ketergantungan pada "Likes" dan Validasi Online. mutma mencari validasi
dan perhatian melalui media sosial.

• Solusi: Sauriah atau ibunya dapat membimbing mutma untuk menilai nilai dirinya
bukan dari jumlah "likes", tetapi dari kualitas hubungan dan prestasinya di dunia nyata.
• Tantangan: Paparan Konten Negatif. mutma terpapar pada konten yang dapat
merugikan persepsinya terhadap dirinya sendiri.
• Solusi: Sauriah dapat membantu anaknya mengembangkan keterampilan kritis untuk
menyaring dan mengevaluasi konten online, serta membimbingnya untuk fokus pada
aspek positif dalam kehidupan.
• Tantangan: Perubahan dalam Kualitas Interaksi Sosial. Interaksi langsung mutma
dengan teman-teman dan keluarga mengalami penurunan.
• Solusi: Sauriah dapat merencanakan kegiatan keluarga atau acara sosial untuk
meningkatkan interaksi langsung, dan mengajak Anaknya untuk terlibat secara aktif.
Kesimpulan:

Dengan pendekatan yang penuh pengertian, Sauriah dapat membantu mutma mengelola
penggunaan media sosialnya dengan bijak. Dengan merujuk pada nilai-nilai Islam, mereka
dapat bekerja bersama untuk membentuk pola penggunaan media sosial yang sehat,
memastikan perkembangan sosial dan emosional mutma tetap positif dalam menghadapi
dunia digital yang terus berkembang.
4. Resume Studi Kasus: Kenakalan Anak dan Penanggulangannya

dalam Perspektif Pengasuhan Islam Faisal, seorang remaja berusia 15 tahun, terlibat
dalam perilaku kenakalan. Orang tuanya, Yusuf dan Amina, berasal dari keluarga perkotaan
yang sibuk dan menghadapi kesulitan dalam mengawasi Faisal.

Kenakalan Anak:
a. Perilaku Menantang: Faisal terlibat dalam perilaku menantang di sekolah, termasuk bolos
dan berbicara kasar kepada guru dan teman-temannya.

b.Penggunaan Narkoba: Faisal tertangkap menggunakan narkoba, memperburuk


perilakunya dan membuat orang tua khawatir.
Penanggulangan:
a.Konseling Psikologis: Mengajukan bantuan dari seorang psikolog untuk mengidentifikasi
akar permasalahan dan memberikan dukungan emosional.
b. Bimbingan Agama: Mencari bimbingan agama dan konseling dari seorang ulama untuk
memberikan pemahaman nilai-nilai Islam kepada Faisal.
Pola Pengasuhan Islam:

a. Peran Orang Tua Sebagai Pendidik: Islam menekankan bahwa orang tua adalah pendidik
utama, termasuk pendidikan moral dan spiritual anak-anak.
b. Bimbingan Agama: Mendorong pencarian bimbingan agama dan konseling sebagai
bagian dari solusi untuk masalah kompleks.
Tantangan dan Solusi:
a. Tantangan Peran Orang Tua yang Sibuk: Solusinya adalah menjadwalkan waktu khusus
untuk berkomunikasi dan melibatkan diri dalam kehidupan Faisal.
b.Tantangan Pengaruh Lingkungan: Menciptakan lingkungan yang positif dengan
memperkenalkan teman-teman yang baik dan mengawasi pergaulan Faisal.
Studi kasus ini menyoroti kompleksitas penanganan kenakalan anak. Pendekatan holistik,
termasuk bimbingan agama, konseling psikologis, dan keterlibatan aktif orang tua,
mencerminkan integrasi nilai-nilai Islam dalam penanganan masalah keluarga .

5. Studi Kasus: Tantangan Pengasuhan dalam Keluarga dan Pendekatan Islami

Ahmad (45 tahun) dan Nur (38 tahun) adalah pasangan suami istri dengan dua anak, Aisha
(10 tahun) dan Zaid (15 tahun). Keluarga ini menghadapi tantangan dalam dinamika
pengasuhan yang berkaitan dengan komunikasi yang terputus, perbedaan nilai antara orang tua
dan anak-anak, serta paparan pada budaya luar yang dapat memengaruhi perkembangan anak-
anak.
Tantangan dalam Dinamika Pengasuhan:

a. Komunikasi yang Terputus: Aisha dan Zaid merasa kesulitan berbicara terbuka kepada
orang tua mereka tentang masalah pribadi atau pergaulan mereka.
b. Perbedaan Nilai dan Generasi: Ahmad dan Nur memiliki pandangan dan nilai-nilai
yang berbeda dengan Aisha dan Zaid, menciptakan kesenjangan dalam pemahaman dan
perspektif.
c. Paparan pada Budaya Sekuler: Zaid terpapar pada budaya sekuler di sekolah dan media,
yang dapat bertentangan dengan nilai-nilai keluarga mereka.
Pola Pengasuhan Islami:
a. Komunikasi Terbuka (Al-Qur'an 2:197): Islam mendorong komunikasi terbuka antara
anggota keluarga. Ahmad dan Nur dapat merujuk pada prinsip ini untuk menciptakan
lingkungan di mana anak-anak merasa nyaman berbicara tentang masalah mereka.
b. Pendidikan dan Pembinaan (Al-Qur'an 31:13): Orang tua dalam Islam memiliki
tanggung jawab untuk mendidik dan membina anak-anak. Ahmad dan Nur dapat fokus
pada pendidikan dan pembinaan nilai-nilai Islam kepada anak-anak mereka.
c. Pentingnya Konsistensi (Hadis): Rasulullah SAW menekankan pentingnya konsistensi
dalam pengasuhan. Ahmad dan Nur dapat berusaha konsisten dalam menerapkan nilai-
nilai keluarga dan prinsip-prinsip Islam.
Solusi dan Perubahan:

a. Solusi: Membuka Saluran Komunikasi. Ahmad dan Nur dapat mengadakan waktu
reguler untuk berbicara dengan Aisha dan Zaid, menciptakan lingkungan di mana anak-
anak merasa aman untuk berbagi.
b. Solusi: Pendidikan Nilai-nilai Islam. Keluarga dapat terlibat dalam kegiatan
pembelajaran bersama, membaca bersama Al-Qur'an, dan membahas nilai-nilai yang
dianut Islam.
c. Solusi: Pemahaman Terhadap Budaya Sekuler. Ahmad dan Nur dapat melibatkan diri
secara aktif dalam kehidupan sekolah anak-anak dan mengajarkan mereka keterampilan
kritis untuk menyaring nilai-nilai yang tidak sesuai dengan ajaran Islam.
Kesimpulan:
Dengan mengadopsi pendekatan Islami dalam dinamika pengasuhan keluarga, Ahmad dan
Nur dapat mengatasi tantangan yang dihadapi dan menciptakan lingkungan keluarga yang lebih
harmonis. Komunikasi terbuka, pendidikan nilai-nilai Islam, dan pemahaman terhadap budaya
sekuler dapat membantu membangun fondasi yang kuat untuk perkembangan anak-anak
mereka sesuai dengan ajaran Islam.

Anda mungkin juga menyukai