Anda di halaman 1dari 20

PROPOSAL PENELITIAN TINDAKAN KELAS (PTK)

UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN PERKEMBANGAN


BAHASA MELALUI BERMAIN PERAN (ROLE PLAYING) DAN
TEBAK KATA/HURUF
TAHUN PELAJARAN 2022/2023

DISUSUN OLEH :

NAMA : RISTI LESTARI


NIM : 857323037

PROGRAM SARJANA PENDIDIKAN GURU PENDIDIKAN ANAK USIA DINI


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS TERBUKA
2022
A. JUDUL PENELITIAN

“Upaya Meningkatkan Kemampuan Perkembangan Bahasa Melalui


Bermain Peran (Role Playing) Dan Tebak Kata/Huruf”

B. BIDANG KAJIAN
Pengembangan Bahasa (Menerima dan Menyampaikan Bahasa,
Keaksaraan)

C. PENDAHULUAN
Pendidikan anak usia dini diyakini menjadi dasar bagi penyiapan sumber
daya manusia yang berkualitas di masa datang. Oleh karena itu layanan PAUD
harus dirancang dengan seksama dengan memperhatikan perkembangan
anak, perubahan ilmu pengetahuan dan teknologi serta budaya yang
berkembang.

Pemberlakuan Undang-undang Republik Indonesia Nomor 32 tahun 2004


tentang Pemerintahan Daerah menuntut pelaksanaan otonomi daerah dan
wawasan demokrasi dalam penyelenggaraan pendidikan. Pengelolaan
pendidikan yang semula bersifat sentralistik berubah menjadi desentralistik.
Desentralisasi pengelolaan pendidikan dengan diberikannya wewenang
kepada sekolah untuk menyusun kurikulumnya mengacu pada Undang-
undang Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, yaitu
pasal 3 tentang fungsi dan tujuan pendidikan nasional dan pasal 35 tentang
standar nasional pendidikan. Juga adanya tuntutan globalisasi dalam bidang
pendidikan yang memacu agar hasil pendidikan nasional dapat bersaing.

Mengacu pada standar nasional pendidikan, sebagai pendidik perlu


memahami bagaimana cara meningkatkan kemampuan perkembangan anak,
khususnya perkembangan bahasa dalam proposal pengajuan PTK ini.
Perkembangan bahasa adalah suatu proses perubahan di mana anak belajar
mengenal, memakai, dan menguasai tingkat yang lebih tinggi dari berbagai
aspek bahasa dan berbicara (Asrori, 2020, hlm. 44). Perkembangan
kemampuan bahasa bertujuan agar anak mampu berkomunikasi secara lisan
dengan lingkungannya.

Perkembangan bahasa terdiri dari (1) menerima bahasa, (2) mengungkapkan


bahasa, dan (3) keaksaraan. Kegiatan melalui TEBAK KATA/HURUF dan
bermain peran dimaksudkan untuk melatih kemampuan perkembangan
bahasa anak yang mencakup tiga aspek diatas.

Berdasarkan penelitian yang dilakukan di KB Wardah pada tahun pelajaran


2022/2023 pada anak menunjukkan keterlambatan dalam perkembangan
bahasa dari kegiatan bermain peran dan kartu huruf/kata dalam pra siklus
dari 10 anak terdapat 8 anak yang hasilnya belum berkembang. Hal ini
ditandai dengan adanya beberapa masalah yaitu :
1. Kegiatan stimulus untuk perkembangan bahasa sering dilakukan tapi
dengan cara yang kurang tepat sehingga anak tidak terstimulasi dengan
baik.
2. Perbedaan signifikan dalam penggunaan bahasa di lingkungan sekolah dan
di lingkungan rumah.
3. Beberapa anak belum dapat menyampaikan perasaannya dengan tepat
melalui penyampaian bahasa, bahkan beberapa anak ketakutan untuk
mengungkapkannya.
4. Kurangnya komunikasi anak dengan orang tua yang bekerja

Dari empat masalah yang teridentifikasi di atas maka saya sebagai penulis
bermaksud melakukan upaya/tindakan untuk memperbaiki kondisi tersebut,
melalui Pemantapan Kemampuan Profesional dengan judul

“UPAYA PENINGKATAN KEMAMPUAN PERKEMBANGAN BAHASA ANAK


MELALUI BERMAIN PERAN DAN TEBAK KATA/HURUF”
D. PERUMUSAN DAN PEMECAHAN MASALAH

Berdasarkankan permasalahan yang di kemukakan di atas, maka masalah


dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut :

“BAGAIMANA MENINGKATKAN KEMAMPUAN PERKEMBANGAN BAHASA ANAK


KELOMPOK B MELALUI TEBAK KATA/HURUF DAN BERMAIN PERAN DI KB
WARDAH”

E. TUJUAN PENELITIAN
a. Tujuan Umum
1. memperbaiki dan meningkatkan kualitas pembelajaran serta
membantu memberdayakan guru dalam memecahkan masalah
pembelajaran di sekolah,
2. Mengidentifikasi, menemukan solusi, dan mengatasi masalah
pembelajaran di kelas agar pembelajaran bermutu.
3. Memperbaiki dan meningkatkan mutu praktik pembelajaran yang
dilaksanakan guru demi tercapainya tujuan pembelajaran.
4. Membuat inovasi-inovasi baru dalam pembelajaran dan
menuangkannya dalam pelaksanaan pembelajaran terhadap anak.
b. Tujuan Khusu
Meningkatkan keterampilan kemampuan pengembangan bahasa anak di
KB Wardah.

F. MANFAAT PENELITIAN
1. Bagi Guru
a. Sebagi refleksi untuk perbaikan dalam kegiatan pembelajaran
b. Guru dapat berkembang secara professional dan lebih percaya diri
c. Guru dapat berperan aktif dalam inovasi-inovasi kegiatan
pembelajaran di Sekolah
2. Bagi Anak
a. Meningkatkan kemampuan perkembangan anak
b. Anak lebih termotivasi dalam kegiatan pembelajaran
3. Bagi Sekolah
a. Meningkatkan kualitas pendidikan untuk anak
b. Penanggulangan masalah belajar siswa dan perbaikan kesalahan
konsep
c. Menumbuhkan iklim kerjasama yang kondusif antara sesame guru
G. KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS TINDAKAN

Penelitian Tindakan Kelas


PTK (Penelitian Tindakan Kelas) adalah penelitian yang dilakukan oleh
guru didalam kelasnya sendiri melalui refleksi diri, dengan tujuan untuk
memperbaiki kinerjanya sebagai guru, sehingga hasil belajar siswa menjadi
meningkat.
Karakteristik PTK adalah sebagai berikut :
 Adanya masalah dalam PTK dipicu oleh munculnya kesadaran pada diri
guru bahwa praktik yang dilakukannya selama ini di kelas mempunyai
masalah yang perlu diselesaikan. Contoh : didalam kelas terdapat anak
yang belum bisa menguasai aktifitas motorik kasar (berjalan jigjag,
melompat, berjalan dipapan titian) anak cenderung malas melakukan
aktifitas tersebut karena takut jatuh, maka guru membuat rancangan
penelitian tindakan kelas untuk menstimulasi anak tersebut secara
perlahan.
 Mengumpulkan data, guru mengumpulkan data dari lapangan, objek atau
sumber lainnya termasuk refleksi diri. Contoh tindakan : guru melakukan
refleksi terlebih dahulu pada apa yang kurang dalam cara menyampaikan
materi pembelajaran terahadap anak dan melakukan perbaikan sehingga
anak menjadi lebih tertarik pada aktifitas pembelajaran yang kita
sampaikan, lalu observasi kepada anak dan orang tua untuk menentukan
langkah yang tepat.
 Dilakukan dalam konteks kelas, focus penelitian adalah kegiatan
pembelajaran. Contoh tindakan : guru menyiapkan materi dan media
untuk menstimulasi anak dalam aktifitas yang telah guru fokuskan untuk
diteliti
Guru dianggap paling tepat melakukan PTK, karena :
1) Untuk menilai kinerjanya guru mempunyai otonomi sendiri.
2) Orang yang paling akrab dan paling memahami situasi kelas adalah guru
sendiri.
3) Interaksi antara guru dan siswa berlangsung baik.
4) Berbagai kegiatan inovatif yang bersifat pengembangan selalu melibatkan
guru, sehingga guru akan mampu melakukan penelitian dikelasnya

Manfaat PTK untuk guru adalah :


1) Untuk memperbaiki pembelajaran yang selama ini dilakukan.
2) Mengembangkan kemampuan guru untuk menilai dan memperbaiki
kinerja secara profesional.
3) Berkembangnya profesionalitas guru dapat menumbuhkan kepercayaan
diri yang besar.
4) Kesempatan untuk berperan aktif meningkatkan pengetahuan dan
keterampilan diri.
Manfaat PTK bagi siswa adalah:
Memperbaiki kualitas proses pembelajaran dengan sasaran akhir
memperbaiki hasil belajar siswa. Kesalahan dan kesulitan dalam proses
pembelajaran (baik strategi, teknik, konsep, dan lain-lain) akan dengan cepat
dianalisis dan didiagnosis, sehingga kesalahan- kesalahan yang terjadi dapat
segera diperbaiki. Maka pembelajaran akan mudah dilaksanakan dan hasil
pembelajaran siswa diharapkan meningkat. (Romansah, 2013) dalam
(Patonah,2017)
Manfaat PTK bagi sekolah adalah:
Sekolah akan mengalami perubahan/perbaikan yang lebih pesat
karena mampu menanggulangi berbagai masalah belajar siswa dan perbaikan
kesalahan konsep. Sekolah juga akan mempunyai guru yang berpotensi dan
profesional dalam mengelola kelas. (Mujahadah, 2014) dalam (Patonah,
2017)
Langkah-langkah dalam PTK
Merencanakan

Refleksi Melakukan
Tindakan

Mengamati

Karakteristik Anak Usia Dini

Karakter adalah watak, sifat atau hal-hal yang sangat mendasar pada diri
seseorang, yang membedakan dengan lainnya. Anak-anak usia dini memiliki
karakter yang beragam.
Mengutip dari How To Adult serta modul Hakikat Anak Usia Dini karya Dr.
Sri Tatminingsih, M.Pd dan Iin Cintasih, S.Pd., M.Pd, berikut beberapa
karakteristik yang dimiliki anak usia dini:
1. Bersifat unik
Setiap anak berbeda, . Masing-masing dari mereka memiliki ciri, minat,
kesukaan, latar belakang, dan budaya yang berbeda, sehingga tak ada
yang dapat dikatakan 'mirip'. Keunikan anak juga dapat dilihat dari
kemampuan, cara belajar, dan hal-hal yang mampu menarik
perhatiannya. Meski dalam satu kelompok anak mempelajari sesuatu
dengan cara yang sama dan terprediksi, mereka tetap unik karena punya
pola perkembangan yang berbeda satu sama lainnya.
2. Bersifat spontan
Anak usia dini tak pandai berpura-pura, . Biasanya mereka cenderung
bersikap spontan dan apa adanya. Anak juga tak akan berpikir untuk
mengungkapkan apa yang dirasakan, dan yang dipikiran tanpa
memperdulikan pendapat orang lain.
3. Ceroboh
Dengan sifat spontan yang dimilikinya, anak juga cenderung tak
mempertimbangkan tindakan yang akan diambil. Jika ingin sesuatu, dia
akan melakukannya saat itu juga meskipun hal tersebut akan
melukainya.
4. Aktif dan energik
Bukan hal aneh jika melihat anak usia dini memiliki energi yang tak ada
habisnya, Mereka akan terus bergerak ke sana ke mari dan hanya diam
saat tertidur.
5. Egois
Anak usia dini akan memikirkan apapun berdasarkan cara pandang dan
pengetahuannya, Dia juga menganggap apapun yang disukai dan
diinginkan menjadi miliknya.
6. Pemarah
Perkembangan emosional dan sosial anak usia dini belum stabil. Dia bisa
marah dengan mudah dan mengekspresikannya dengan bebas.
"Anak mungkin lebih sering marah, lebih cepat merasa frustrasi, atau
mungkin terlalu bersemangat dibandingkan dengan teman-temannya.
Meskipun tidak ada yang salah dengan anak yang terlalu emosional, hal
itu dapat membuat hidup mereka sedikit lebih sulit," kata psikoterapis
Amy Morin, LCSW, dikutip dari Very Well Family.
7. Penasaran
Rasa ingin tahu anak usia dini begitu besar, . Dia akan selalu bertanya
dan mencari tahu jawaban dari segala hal yang membuatnya penasaran.
Anak usia dini dengan rasa penasaran yang tinggi ini bagus, sehingga dia
akan selalu menambah dan mengembangkan kemampuan kognitifnya
dengan lebih baik.
Oleh karena itu, sebagai orang tua, kita harus berhati-hati saat menjawab
pertanyaan anak. Jangan sampai jawaban yang kita berikan dipahami
dengan salah paham dan diaplikasi dalam kesehariannya.
8. Kemampuan mengingat terbatas
Secara intelektual, anak usia dini akan sadar akan dunia yang dijalani.
Dia akan mengingat objek yang menarik perhatiannya, menjadi akrab
dan mengetahui bagian tubuh, serta siapa saja yang menjadi anggotanya.
Meskipun rentang ingatan anak usia dini masih terbatas, bisa
membantunya dengan mengingatkannya berulang kali.
9. Berjiwa petualang
Dengan rasa penasaran yang tinggi, hal ini membuat anak usia dini
memiliki minat untuk mengeksplor benda dan lingkungan sekitarnya.
"Objek apa pun dalam jangkauan anak akan menjadi permainan untuk
eksplorasi," kata ahli parenting serta terapis anak dan keluarga, Meri
Wallace LCSW, dikutip dari Psychology Today.
10. Memiliki imajinasi dan fantasi yang tinggi
Perlu untuk diketahui bahwa daya imajinasi dan fantasi anak usia dini
sangat tinggi, . Sehingga tidak perlu menganggap anak sebagai
pembohong atau pembual, ya. Agar anak tak salah persepsi dengan
pikirannya, perlu membimbingnya dan mengingatkan hal-hal yang
sebenarnya.
11. Mahir berkata-kata
Anak usia dini akan punya kemampuan untuk lebih mahir dalam
mengucapkan kata-kata, . Mereka akan sangat pandai mengoceh dan
meniru suara-suara seperti anjing atau kucing. Saat kemampuannya
semakin berkembang, anak akan mulai membentuk lebih banyak kalimat
setiap kali berbicara.
12. Mudah frustrasi dan tidak sabar
Di usianya yang masih dini, anak cenderung mudah putus asa, frustrasi,
dan mudah kehabisan kesabaran terhadap sesuatu yang dianggapnya
sulit, . Saat sesuatu membuat anak tak nyaman, anak akan segera
meninggalkannya dan mencari hal baru yang lebih menyenangkan.
13. Sulit diajak fokus
Rentang perhatian anak usia dini tidak terlalu panjang, biasanya hanya
berkisar 10 menit saja. Oleh sebab itulah mengapa ia tidak bisa diam dan
sulit diajak fokus pada kegiatan yang membutuhkan ketenangan.
Jika sesuatu yang dilakukan terlalu monoton, maka anak akan selalu
cepat mengalihkan perhatian pada kegiatan lainnya, kecuali jika kegiatan
tersebut sangat menyenangkan.

Perkembangan Bahasa
Beberapa ahli telah membahas bahasa dan struktur bahasa dalam disiplin
filsafat bahasa sekitar abad ke – 18. Pada awalnya, ada beberapa pendapat
yang berbeda tentang arti bahasa. Aliran sofisme memandang bahasa
sebagai suatu perjanjian yang sifatnya disengaja antara masyarakat,
sedangkan aliran stoijin memandang bahasa sebagai suatu kemampuan
yang bersifat alamiah. Adapun tokoh yang lain, seperti Plato dan
Aristoteles mengartikan bahasa sebagai interaksi antara kedua pendapat
tersebut (Monks, Knoers, dan Haditono, 1984).
Badudu (1989) menyatakan bahasa adalah alat penghubung atau
komunikasi antara anggota masyarakat yang terdiri atasindividu-individu
yang menyatakan fikiran, perasaan dan keinginannya. Bahasa sebagai
suatu system lambing bunyi yang bersifat arbitier (manasuka) digunakan
masyarakat dalam rangka bentuk kerjasama , berinteraksi dan
mengidentifikasi diri.
Kemampuan bahasa dipelajari dan diperoleh anak usia dini secara alamiah
untuk beradaptasi dengan lingkungannya. Sebagai alat sosialisasi, bahasa
sebagai cara merespon orang lain.
Bromley (1992) menyebutkan empat aspek bahasa, yaitu menyimak,
berbicara, membaca, dan menulis. Anak menerima dan mengekspresikan
bahasa dengan berbagai cara. Keterampilan menyimak dan membaca
merupakan keterampilan bahasa reseptif karena dalam keterampilan ini
makna bahasa diperoleh dan di proses melalui symbol visual verbal.
Ketika anak menyimak dan membaca, mereka memahami bahasa
berdasarkan konsep pengetahuan dan pengalaman mereka. Dengan
demikian menyimak dan membaca juga merupakan proses pemahaman
(comprehending process). Berbicara dan menulis merupakan keterampilan
bahasa ekspresif yang melibatkan pemindahan arti melalui symbol visual
dan verbal yang di proses dan di ekpresikan anak. Ketika anak berbicara
dan menulis mereka menyusun bahasa dan mengkonsep arti. Dengan
demikian berbicara dan menulis adalah proses penyusunan (compasing
process).
Teori Nativistik
Para ahli nativistik meyakini bahwa kemampuan berbahasa sebagaimana
halnya kemampuan berjalan, merupakan bagian dari perkembangan
manusia yang dipengaruhi oleh kematangan otak. Linguist Chomsky
(1957) pertama menyakini komunikasi imiah bahwa anak-anak
bertanggung jawab untuk belajar bahasa mereka sendiri
Teori Behavioristik
Ada beberapa ahli behavioristic yang berpendapat bahwa bahasa
merupakan masalah respon (Skinner, 1957) dan sebuah imitasi (Bandura,
1997) Skinner menggunakan teori stimulus respons dalam meneragkan
perkembangan bahasa.
BERMAIN PERAN (ROLE PLAYING)
Pengertian Bermain Bermain merupakan kegiatan setiap saat yang
dilakukan oleh anak-anak, terlebih anak usia dini. Bahkan pembelajaran
pada lembaga pendidikan anak usia dini menerapkan kegiatan bermain
dimana bermain yang dilakukan yaitu bermain sambil belajar, jadi bukan
sekedar bermain tetapi juga belajar untuk mengembangkan
perkembangan anak agar berkembang menjadi lebih baik lagi. Selain
dengan bermain dapat mengembangkan perkembangan anak, anak
menjadi senang ketika melakukan semua kegiatannya. Hal ini diperkuat
oleh pernyataan yang menjelaskan bahwa bermain merupakan hakikat
dari setiap anak yang tidak dapat dilepas. Bermain merupakan kegiatan
yang dilakukan menggunakan alat dan melakukan kegiatan (permainan)
baik secara sendiri maupun bersama temantemannya, sehingga
mendatangkan kegembiraan, rasa senang, dan asyik bagi anak. Sependapat
dengan hal itu, menurut Scott G. Eberle (2014: 219) bahwa bermain
memiliki unsur humor, keterampilan, kepura-puraan, fantasi, kontes, dan
perayaan yang semuanya merupakan simulasi selektif dari variabilitas
paradox. Piaget (Hurlock, 1978: 320) mengatakan bahwa bermain terdiri
atas tanggapan yang diulang sekedar untuk kesenangan fungsional. Anak
tidak hanya memperoleh kesenangan melainkan juga memperoleh
keterampilan sosial. Bermain merupakan media fundamental untuk
memperoleh keterampilan sosial (Bailey, 2010). Terdapat beberapa
tahapan bermain yang sesuai untuk
Pengertian Bermain Peran Bermain peran dilakukan oleh anak karena
permainan ini melibatkan dunia khayal atau fantasi mereka, sehingga
dengan bermain peran anak akan mencurahkan kemampuan berpikir
fantasinya dengan baik dan menyenangkan. Bermain peran sangat dekat
dengan dunia anak. Tahapan bermain Piaget yang menjelaskan bahwa
anak-anak yang berusia 5 tahun dan usia sekolah berpartisipasi dalam
bermain peran atau yang disebut sebagai tahapan bermain konstruktif.
Bermain peran mendominasi permainan, dan peserta menggunakan
properti, kreatifitas, serta imajinasi. Tahapan permainan ini memerlukan
interaksi sosial (Dietze, 2006: 130). Dengan bermain peran, anak-anak
dapat belajar berbagai hal yang ada di sekitar lingkungan anak. Piaget,
Vigotsky, dan Bruner mengindikasikan bahwa anak-anak akan
mengembangkan kemampuan representative ketika bermain (Dietze,
2006: 118). Seperti yang dijelaskan oleh Hurlock (1978: 329) bahwa
bermain peran merupakan bentuk bermain aktif anak-anak melalui
perilaku dan bahasa yang jelas, berhubungan dengan meteri atau situasi
yang seolah-olah hal tersebut mempunyai atribut yang lain daripada yang
sebenarnya. Bermain peran dapat digunakan sebagai salah satu metode
pembelajaran yang mengajarkan kepada anak untuk sabar menunggu
giliran, mendapatkan giliran, dan berbagi (Bilmes, 2012: 153). Bersama
dengan definisi tersebut, anak-anak harus memiliki motivasi belajar yang
baik sehingga dalam bermain peran dapat berjalan dengan lancar. Tidak
hanya itu, definisi bermain peran juga dijelaskan dalam jurnal Lindsey
(2013: 86) yang menjelaskan bahwa bermain peran atau pura-pura
merupakan perilaku simbolik dengan penuh menyenangkan seolah-olah
itu adalah hal yang lain. Dilanjutkan oleh Hughes (2010: 106) bahwa
bermain peran termasuk tindakan pikiran dan bukan hanya perilaku
ketika niat untuk bermain peran secara terbuka. Bermain peran dapat
dikatakan menjadi kegiatan soliter, ketika anak membagi fantasi dunianya
dengan alat peraga, miniatur, atau mengimajinasikan seperti temannya.
Bermain peran merupakan bermain yang menggunakan imajinasi atau
daya khayal dengan memakai bahasa atau berpura-pura seolah bertingkah
laku seperti benda, situasi, dan bidang tertentu yang di dunia nyata tidak
pernah dilakukan. Oleh karena itu, bermain peran melibatkan dunia
khayal anak. Metode ini sangat cocok diterapkan pada pendidikan anak
usia dini karena daya khayal atau imajinasi anak masih baik untuk
dikembangkan. Senada dengan pendapat sebelumnya, Sugihartono (2007:
83) menjelaskan bahwa metode bermain peran merupakan metode
pembelajaran melalui pengembangan imajinasi dan penghayatan peserta
didik dengan cara memerankan tokoh. Pada saat bermain peran, anak-
anak melakukan permainan peran karena dipengaruhi oleh fantasinya
dengan memerankan suatu kegiatan yang seolah-olah hal tersebut
sungguhan (Ahmadi & Sholeh, 2005: 107). Bermain peran sangat dekat
dengan dunia anak prasekolah, dengan bermain peran anak-anak dapat
memerankan berbagai peran sosial seperti menjadi polisi, dokter, dan lain
sebagainya, hal ini sangat penting dilakukan untuk mengekspor peran
gender pada anak (Sroufe, Cooper, & DeHart, 2000: 388). Bermain peran
dilakukan dengan memainkan peran-peran yang berbeda dari karakter
anak itu sendiri dan mendekatkan dengan peran-peran dalam kehidupan
sosial anak. Berbeda dengan definisi di atas, Yaumi (2012: 116)
mendefinisikan bahwa bermain peran merupakan suatu metode yang
digunakan untuk menyelidiki isu-isu yang terdapat dalam situasi sosial
yang kompleks. Berdasarkan beberapa pengertian di atas dapat
disimpulkan bahwa bermain peran adalah bermain simbolik yang
dilakukan dengan menggunakan alat-alat yang sesungguhnya atau
menggunakan peraga/tiruan dengan menggunakan daya khayal pada
anak. Bermain peran merupakan suatu metode pembelajaran yang
melibatkan peserta didik secara langsung untuk memerankan suatu cerita
pada kehidupan nyata. Bermain peran berpengaruh terhadap kemampuan
berbicara dan motivasi belajar anak.
Manfaat Bermain Peran
Manfaat dalam bermain peran yaitu anak dapat menghayati dan
menghargai perasaan orang lain, belajar bagaimana membagi tanggung
jawab, mengambil keputusan dalam keadaan yang spontan, dan
merangsang anak untuk berpikir serta memecahkan masalah (Djamarah,
& Zain, 2006: 88). Bermain peran memiliki beberapa manfaat, antara lain:
1. Simple imitation of adults. Mudah mengimitasi atau mencontoh hal-hal
yang dilakukan orang dewasa layaknya kehidupan orang dewasa.
2. Intensification of a real life role, anak bermain dengan lebih intensif
seperti memerankan kehidupan nyata yang diketahui oleh anak-anak.
3. Reflecting home relationship and life experience, ketika bermain peran
anak tidak menyadari bahwa dirinya menampakkan informasi yang
baik tentang kehidupan nyata sehingga dengan bermain peran akan
menunjukkan bagaimana kehidupan anak tersebut dengan karakter
yang muncul pada anak.
4. Expretion ugent need, bermain peran juga dapat dilakukan untuk
memberikan pembelajaran atau pemahaman kepada anak mengenai
hal-hal penting.
5. Serves as an outlet for forbidden impuses, anak-anak yang memiliki
karakter impulsive agresif pada kehidupan nyata dapat mengambil
peran dengan agresif yang tinggi atau memiliki rasa ingin tahu yang
tinggi terhadap sesuatu yang dapat dilakukan dalam kegiatan bermain
peran.
6. Allos for the revesal of roles, kegiatan sehari-hari anak juga dapat
digunakan sebagai salah satu bahan dalam bermain peran dengan cara
mengenalkan hal-hal apa saja yang seharusnya dilakukan di rumah
seperti membantu ibu dan sebagainya (Hughes, 2010: 111-112).
Borya (2013: 39) menjelaskan bahwa menggunakan kegiatan bermain
peran dapat lebih mudah dilakukan,berarti, dan menarik ketertarikan
anak. Hal ini jelas bahwa dalam bermain peran sebetulnya mudah untuk
dilakukan oleh anak serta memiliki hal yang menarik untuk dilakukan.
Tidak hanya itu, kegiatan bermain peran bermanfaat memprediksi
ekspresi emosi, pengetahuan emosi, dan regulasi emosi (Lindsey &
Colwell, 2013).
TEBAK KATA/HURUF
Manfaat penggunaan kartu kata dapat mengembangkan kemampuan
berbahasa siswa menurut maimunah hasan adalah yaitu dapat membaca
permulaan dengan mudah, membantu siswa dalam mengenal huruf, kosa
kata dan gambar, mengembangkan daya ingat otak kanan, dan
memperbanyak perbendaharaan kata pada anak (Yasbiati, 2017: 54).

H. RENCANA DAN PROSEDUR PENELITIAN

a. Subjek, Tempat, dan Waktu Serta Pihak Yang Membantu Penelitian


1. Subjek Penelitian
Subjek penelitian adalah anak Kelompok B Usia 5 – 6 tahun di KB Wardah
Jumlah anak pada kelompok Usia ini sebanyak 10 orang,

NO NAMA JK Tgl.Lahir

1 Alfara Baitu Syfa Putri P 2016-11-23

2 Alkantara Kautsar L 2017-12-29


3 Alwi Febrian L 2017-02-25
4 Anindita Khairinisa P 2017-01-18
5 Arjuna Al Habsyi L 2017-07-14
6 Athafariez Rifqi Nugraha L 2017-10-01
7 Byantara Cakra L 2017-07-21
8 Darrell Atharazka Rizulian L 2016-08-27
9 Keyla Putrianugrah P 2016-09-20
NO NAMA JK Tgl.Lahir
10 Mika Nurkamila P 2016-02-22
11 Muhamad Desta Afrian L 2017-04-06
12 Rafka Wildan Maulana L 2016-10-30
13 Rasty Adinda Rizky P 2017-03-25
14 Reisa Nurbaeti P 2017-04-30

2. Lokasi Penelitian
Nama Lembaga : KB Wardah
Alamat : Jl.Mayjen HE.Sukma KM.17 Cikalang Rt.02/06
Desa/Keluran : Caringin
Kecamatan : Caringin
Kabupaten : Bogor
3. Waktu dan lama tindakan

Bidang
Hari/Tanggal Tema
Pengembangan
Jumat, 25 November
Bahasa/Reseptif Profesi
2022
Senin s/d Rabu
Bahasa/Reseptif
28 November – 30 Profesi
Bermain Peran
November 2022

Senin s/d Rabu Bahasa/Keaksaraan


Profesi
05-07 Desember 2022 Bermain kata/huruf

b. Prosedur/ langkah-langkah PTK yang akan dilaksanakan


Prosedur Pelaksanaan Penelitian Tindakan Kelas
Dalam melaksanakan Penelitian Tindakan Kelas ada empat tahapan yang
harus di siapkan yaitu: merencanakan, melakukan tindakan, tugas
mengamati, dan melakukan refleksi. Selama pelaksanaan kegiatan
berlangsung, peneliti di bantu di bimbing oleh teman sejawat. Dalam
kesempatan ini ibu Hj.Nurrosidah, S.Pd yang bertujuan membimbing,
mengoreksi, mengamati serta memberi masukan terhadap rancangan
satu siklus, RPPH dan instrumen perbaikan
1. Rencana

Siklus 1 Siklus II
Membuat RPPH 1 macam-macam Profesi Membuat RPPH 1 macam-macam profesi
“Guru” “Polisi”
Melaksanakan RPPH I Melaksanakan RPPH 2
Bermain Peran : Ayo Sekolah Tebak Huruf : Bermain Estafet Tebak Huruf
Metode : kelompok Awal dari sebuah kata
Merefleksikan kegiatan pengembangan Metode: kelompok (tutorial-anak
yang sudah dilakukan mengikuti)
Merencanakan instrumen perbaikan Merefleksikan kegiatan pengembangan yang
sudah dilakukan
Merencanakan instrumen perbaikan
Membuat RPPH 2 macam-macam Profesi Membuat RPPH 2 macam-macam profesi
“ Koki/Chef/tukang masak “ “ Petani “
Melaksanakan RPPH 2 Melaksanakan RPPH 2
Bermain Peran : Memasak Tebak Kata : Bermain menyusun sebuah
Metode: kelompok kata
Merefleksikan kegiatan pengembangan yang Metode: kelompok
sudah dilakukan Merefleksikan kegiatan pengembangan yang
Merencanakan instrumen perbaikan sudah dilakukan
Merencanakan instrumen perbaikan
Membuat RPPH 3 macam-macam profesi Membuat RPPH 3 Desa
“ Pedagang “ “ Kerbau “
Melaksanakan RPPH 3 Melaksanakan RPPH 3
Bermain peran : Berjualan Tebak Kata : menebak kata dari bidang
Metode: kelompok profesi melalui gerakan secara bergiliran
Merefleksikan kegiatan pengembangan yang Metode: kelompok
sudah dilakukan Merefleksikan kegiatan pengembangan yang
Merencanakan instrumen perbaikan yang sudah dilakukan
Merencanakan instrumen perbaikan

1. Pelaksanaan Tindakan
Pelaksanaan penelitian tindakan kelas ini dilakukan di Kelompok B KB Wardah,
dengan jumlah 14 anak. Pada waktu penelitian dilaksanakan pada hari Senin -
Jum’at disekolah pukul 07.30-10.30.
Guru membuat Rencana Program Pembelajaran Harian (RPPH) yang di ketahui
dan ditanda tangani oleh Kepala Sekolah KB Wardah. Setelah itu guru
menyiapkan instrumen perbaikan selama 1 siklus berlangsung.
Pada saat dikelas peneliti membawa catatan untuk menilai hasil sementara
kegiatan anak. Peneliti juga menyiapkan dokumentasi sebagai bukti
terlaksananya kegiatan.
2. Pengamatan/Tehnik Pengumpulan Data/Instrumen
a. Observasi (pengamatan/pengumpulan data instrumen)
Dalam penelitian observasi atau pengamatan digunakan untuk
mengumpulkan data kualitatif dengan cara mengamati proses belajar
mengajar anak dari mulai kegiatan pra siklus, siklus I sampai siklus II,
Hasil observasi yang didapat akan didiskusikan dengan teman
sejawat/supervisor , kemudian hasil dari pra siklus tersebut digunakan
untuk menyusun rencana tindakan siklus 1 dan hasil dari pengamatan siklus
1 akan digunakan untuk menyusun rencana kegiatan siklus 2.
b. Catatan Harian dan Wawancara
Selain menggunakan observasi,peneliti juga menggunakan Catatan Harian
Guru dan wawancara kepada anak dan orang tua, catatan harian merupakan
catatan yang dibuat guru tentang perkembangan anak setiap harinya,
3. Refleksi
Refleksi adalah kegiatan merenung atau mengingat serta menghubungkan
kinerja mengajar yang telah dilakukan, sedang, atau akan terjadi dalam
melakukan pengajaran agar menyadari kekuatan dan kelemahan yang dimiliki
oleh guru dalam kegiatan pengembangan pembelajaran yang dikelolanya serta
berusaha untuk mencari solusi penyelesaiannya.
Dari hasil refleksi yang telah dilakukan,peneliti akan menemukan bahwa dalam
kegiatan menggunting dengan berbagai teknik dan media pada Anak Usia Dini
terdapat kekuatan dan kelemahan diantaranya.
I. JADWAL PENELITIAN
Berikut jadwal waktu penelitian

Bidang
Hari/Tanggal Tema
Pengembangan
Jumat, 25 November
Bahasa/Reseptif Profesi
2022
Senin s/d Rabu
Bahasa/Reseptif
28 November – 30 Profesi
Bermain Peran
November 2022

Senin s/d Rabu Bahasa/Keaksaraan


Profesi
05-07 Desember 2022 Bermain kata/huruf

J. BIAYA PENELITIAN

Berdasarkan tahapan penelitian yang ada maka perencanaan rincian


anggaran biaya untuk kegiatan penelitian sebagai berikut:

No Rincian Biaya

1 Menyusun Program Rp 240.000,-


2 Membuat Alat Peraga Rp 300.000,-
3 Membuat LKA Rp 250.000,-
4 Menyusun Intrument Rp 100.000,-
5 Menyusun Tindakan Rp 78.000,-
6 Melakukan Tindakan Rp 122.000,-
7 Membuat Hasil Penelitian Rp 150.000,-
8 Pengadaan Laporan Rp 300.000,-
9 Bimbingan Rp 150.000,-
Total biaya Rp 1.690.000,-
Terbilang : Satu Juta Enam Ratus Sembilan Puluh Ribu Rupiah
K. PERSONALIA PENELITIAN

Personalia yang terlibat dalam penelitian adalah mereka yang sesuai dengan
bidangnya benar-benar dapat menyediakan waktu untuk kegiatan penelitian ini,
yang terdiri dari
a. Peneliti
Nama Lengkap : Risti Lestari
Jenis Kelamin : Perempuan
NIM : 857323037
Fakultas : FKIP
Perguruan Tinggi : Universitas Terbuka
Jabatan Sekarang : Guru Kelas
Tempat Penelitian : KB Wardah
Waktu Yang Disediakan : 9 Jam / Minggu
DAFTAR PUSTAKA

IG.A.K.Wardani, Kuswaya Wihardit. Penelitian Tindakan Kelas (IDIK4008): Tangerang.

Universitas Terbuka

Annisa Afani. Karakteristik Anak Usia Dini : Jakarta. Haibunda/Parenting.Kenali

Nurbiana, dkk. Metode Pengembangan Bahasa (PAUD4106): Tengerang.

Universitas Terbuka

Anda mungkin juga menyukai