Anda di halaman 1dari 24

LAPORAN

SURVEY PEMAHAMAN PEMUDA DAYAK TENTANG POLITIK

Disusun oleh :
1. Yoga Agustiawan 2330207030091
2. Gio Hermawan 2330307030156
3. Novitha Trinata 2330307030157
4. Zenty Maya Adelia Julianty 2330307030158
5. Elsa Delvia 2330307030159
6. Sulvio Berceloni 2330307030160

JURUSAN ILMU PEMERINTAHAN


FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS PALANGKARAYA
2023
PENGANTAR
Politik mungkin sudah tak asing lagi di Indonesia. Polemik politik yang bermacam macam sering
menjadi daya tarik tersendiri di masyarakat khususnya untuk para kaum muda
Indonesia. Kaum milenial sering disebut pula sebagai cikal bakal penurus bangsa. Kaum
muda sangat dibutuhkan bagi kemakmuran bangsa karena diharapkan para kaum muda ini
mempunyai ide-ide yang kreatif untuk bisa merubah bangsa Indonesia menjadi lebih baik.
Namun, sering kali juga kaum muda sekarang menjadi sasaran bagi pemain politik. Anak
muda selalu diperebutkan politikus. Mendekati anak muda dengan segala cara, demi meraup
suara para pemilih pemula. Cara pemikiran kaum muda yang belum matang dan terkesan
masih labil sering dimanfaatkan. Terkadang pemikiran awam tentang politik oleh anak muda
malah dijadikan point emas bagi mereka. Padahal pemuda bukan hanya sekedar tampilan,
muda berarti juga kaya dengan berbagai terobosan. Apalagi anak muda yang notabeni
berperan sebagai pemeran paradigma pembangunan bangsa yang senantiasa mengedepankan
etika yang tercantum pada nilai-nilai luhur pancasila.Anak muda jangan hanya dianggap
nambang suara belaka, tapi gunakanlah suara anak muda sebagai penyambung aspirasi demi
pembangunan bangsa ini agar tetap dengan nilai – nilai yang terkandung dalam pancasila itu
sendiri.
METODOLOGI

Mengunakan metode penelitian kuantitatif, yaitu metode survei.

 Populasi survei ini adalah pemuda Dayak yang ada di kalimantang Tengah khusunya kota
Palangkaraya, yakni yang sudah berumur 18 tahun sampai dengan 35 tahun.
 Dari populasi itu dipilih secara random 26 responden.
 Responden terpilih diwawancarai lewat tatap muka oleh pewawancara yang telah dilatih.
 Margin of eror dari 26 responden tersebut sebesar +/- 1.7% .
 Quality control terhadap hasil wawancara dilakukan secara random sebesar 50% dari
total sampel oleh supervisor dengan kembali mendatangi responden terpilih. Dalam
quality control tidak ditemukan kesalahan.
VALIDASI RESPONDEN

JENIS KELAMIN POPULASI

LAKI-LAKI 22 RESPONDEN

PEREMPUAN 4 RESPONDEN

UMUR POPULASI
18-24 TAHUN 25 RESPONDEN
24-35 TAHUN 1 RESPONDEN

PROFESI POPULASI
PELAJAR/MAHASISWA 20 RESPONDEN
PNS/ASN 2 RESPONDEN
WIRASWASTA/WIRAUSAHA 2 RESPONDEN
LAINNYA 2 RESPONDEN
setuju : 10 responden
sangat setuju : 6 responden
netral : 10 responden

setuju : 7 responden
sangat setuju : 3 responden
netral : 15 responden
tidak setuju : 1 responden
Setuju: 3 responden
Sangat setuju : 5 responden
Netral : 15 responden
Tidak setuju : 3 responden

Setuju : 13 responden
Sangat setuju : 7 responden
Netral : 6 responden
Setuju : 5 responden
Sangat setuju : 3 responden
Netral : 17 responden
Tidak setuju : 1 responden

Setuju : 5 responden
Netral : 15 responden
Tidak setuju : 5 responden
Sangat tidak setuju : 1 responden
Setuju : 11 responden
Sangat setuju : 4 responden
Netral : 6 responden
Tidak setuju : 5 responden

Setuju : 7 responden
Sangat setuju : 5 responden
Netral : 10 responden
Tidak setuju : 4 responden
setuju : 7 responden
sangat setuju : 7 responden
netral : 10 responden
tidak setuju : 2

Setuju : 12 responden
Sangat setuju : 3 responden
Netral : 9 responden
Tidak setuju : 2 responden
Setuju : 13 responden
Sangat setuju : 4 responden
Netral : 9 responden

Setuju : 11 responden
Sangat setuju : 3 responden
Netral : 9 responden
Tidak setuju : 2 responden
Sangat tidak setuju : 1 responden
Setuju : 5 responden
Sangat setuju ; 2 responden
Netral : 14 responden
Tidak setuju : 5 responden

Setuju : 5 responden
Sangat setuju :3responden
Netral : 14 responden
Tidak setuju : 3 responden
Sangat tidak setuju : 1 responden
Setuju : 5 responden
Sangat setuju : 2 responden
Netral : 8 responden
Tidak setuju : 8 responden
Sangat tidak setuju : 3 responden

Setuju : 4 responden
Sangat setuju : 2 responden
Netral : 14 responden
Tidak setuju : 5 responden
Setuju : 8 responden
Sangat setuju : 11 responden
Netral : 7 responden

Setuju : 13 responden
Sangat setuju : 4 responden
Netral : 9 responden
Setuju : 6 responden
Sangat setuju : 8 responden
Netral : 6 responden
Tidak setuju : 1 responden

Setuju : 12 responden
Sangat setuju : 8 responden
Netral : 6 responden
Setuju : 7 responden
Sangat setuju : 4 responden
Netral : 15 responden

Setuju : 13 responden
Sangat setuju : 5 responden
Netral : 8 responden
Setuju : 12 responden
Sangat setuju : 7 responden
Netral : 7 responden

Setuju : 10 responden
Sangat setuju : 7 responden
Netral : 8 responden
Tidak setuju : 1 responden
Setuju : 11 responden
Sangat setuju : 8 responden
Netral : 7 responden
RESPONDEN
KESIMPULAN
politik selama ini belum banyak menyentuh generasi muda. Generasi muda masih sering
ditempatkan sebagai objek politik daripada sebagai subjek politik, sehingga kondisi tersebut
menciptakan generasi Z dan generasi milenial yang mengalami apatisme terhadap dunia politik.
Kehadiran anak muda di panggung politik selama ini tidak sepenuhnya merepresentasikan
eksistensi generasi itu sendiri, karena lebih banyak ditopang oleh faktor politik kekerabatan.
Fenomena ini lebih tepat disebut sebagai “kebangkitan politik semu” generasi Z dan milenial.
Padahal kesadaran politik generasi Z dan milenial akan mampu membawa perubahan politik
bangsa yang lebih baik. Oleh sebab itu pendidikan politik generasi muda perlu dilakukan sebagai
upaya meningkatkan kesadaran, keterlibatan, dan partisipasi mereka dalam ranah politik dan
kebijakan. Pendidikan politik yang efektif bagi generasi muda adalah pendidikan politik yang
dilakukan dengan “learning by doing” bukan sekedar sosialisasi formal. Model pendidikan
politik anak muda terbaik adalah “dari anak muda, oleh anak muda, dan untuk anak muda”.
Aktivitas voluntarisme politik generasi muda merupakan representasi dari karakteristik
pendidikan politik yang sesuai dengan generasi Z dan milenial. Model Pendidikan politik yang
cocok untuk generasi ini adalah pendidikan politik berbasis pada media digital, sesuai dengan
karakteristik sebagai net generation. Bentuknya adalah aktivisme kerelawanan (voluntarisme)
karena cocok dengan tipikal milenial yang sangat menghargai individu dan independen tanpa
terikat struktur.
 Secara umum, pemuda umur 18-35 tahun mengerti dan dapat memberikan suaranya
tentang isu-isu sosial politik bangsa. Ketika ditanya tentang berbagai hal penting dalam
ranah publik, pemuda yang menjadi responden survei menunjukkan sikapnya dengan
jelas.
 Pertama, ketertarikan pemuda Dayak untuk mempelajari politik dan dampaknya. Rata
rata responden memilih tertarik untuk mempelajari politik dan dampaknya pada
Masyarakat, yang mana artinya responden memiliki ketertarikan terhadap politik.
 Sangat penting bagi pemuda untuk memiliki kepemahaman dasar tentang politik. Karena
dengan pemahaman tersebut, pemuda dapat berperan aktif dalam aktivitas politik
disekitarnya.
 Kedua, dilihat dari hasil survei maka bisa ketahui bahwa beberpa responden secara rutin
mengikuti berita tentang politik. Dan juga pemuda sangat familiar denga partai politik
yang ada di Indonesia.
 Salah satu masalah yang penting adalah pemuda merasa bahwa suaranya tidak terlalu
prnting dalam pengambilan keputusan politik, padahal mayoritas pemuda adalah
indicator utama dalam menciptakan bangsa yang lebih baik dan Sejahtera.
 kurangnya berpartisipasi dalam kegiatan politik salah satunya adalah berkampanye,
pemuda sekarang jarang sekali terlihat dikegiatan tersebut,padahal dalam kegiatan
tersebut bisa menambah pemahaman dan pengalaman dalam berpolitik.
 politisi harus lebih memperhatikan kekhawatiran dan kebutuhan kaum muda untuk
mendorong dan memberi semangat supaya bisa menggapai kemajuan terutama di politik
 Dengan keterlibatan pemuda dalam pembentukkan masa depan bangsa, maka akan
tercipta sebuah bangsa yang sesuai dengan generasi pemuda saat ini.
 Sebagaimana dipahami bahwa pemuda saat ini akrab dengan penggunaan internet dan
media sosial, hasil survei ini mengkonfirmasi hal tersebut. Mayoritas mengakses berita
politik secara daring, terutama media sosial. Selain mengakses, mereka juga aktif
berkomentar dan cukup banyak yang membagikan berita politik tersebut. Hal ini
menunjukkan bahwa anak muda cukup terlibat dalam isu-isu politik, yakni secara daring.
 Kaum muda juga harus berkaloborasi dengan generasi tua, kaloborasi yang dimaksud
adalah mempelajari bagaimana kerja politik sebelumnya, sehingga generasi muda dapat
memperbaiki kerja politik sebelumnya yang dianggap tidak sesuai dengan generasi muda.

Anda mungkin juga menyukai