(ISI BUKU) Logika 2018 Ok (6 Juli 2018)
(ISI BUKU) Logika 2018 Ok (6 Juli 2018)
1.1 Kompetensi
Mahasiswa diharapkan mampu menguasai dan mengembangkan ilmu pengetahuan
dasar, dengan logika yang dimiliki akan mampu memikirken sesuatu dengan menalar.
Dalam penalaran, manusia menggunakan logika untuk mengatur alur pemikiran serta
memisahkan hal yang benar dan yang salah. Dalam Bab ini akan dipelajari beberapa
pengetahuan dasar dari logika matematika sehingga mahasiswa mampu menjelaskan
pengertian dan pentingnya belajar logika, dasar-dasar logika, sejarah dan perkembangan
logika, jenis dan kegunaan logika, aliran-aliran dalam logika, fungsi dan kegunaan bahasa,
serta beberapa perbedaan antara bahasa umum dengan bahasa matematika.
_______________________________________________ 1
LOGIKA MATEMATIKA 2018
membuat materi itu menjadi sulit untuk dipelajari. Oleh karena itu penggunaan notasi harus
dijaga agar tidak menghilangkan kelengkapan makna kalimat yang diwakili.
Contoh (1.1):
Ada sebuah bilangan yang jika ditambah dengan 2 menghasilkan 5. Cari bilangan itu!
Masalah di atas dapat ditulis dengan kalimat yang lebih singkat (pendek):
“Selesaikan persamaan x 2 5 ”.
Ada beberapa catatan dalam penggunaan notasi diantaranya adalah: untuk menunjuk
obyek yang spesifik gunakan huruf / simbol tertentu, setiap huruf / simbol dapat digunakan
untuk mewakili suatu obyek, ada simbol-simbol tertentu yang mewakili obyek-obyek
tertentu.
Penggunaan simbul harus konsisten, sekali sebuah simbol sudah dipakai untuk
mewakili suatu obyek, harus digunakan secara konsisten untuk mewakili hanya obyek itu
saja. Logika simbolis merupakan logika formal yang cenderung bersifat teknis dan ilmiah.
Logika simbolis merupakan ilmu tentang bagaimana menyimpulkan yang sah (absah),
khususnya yang dikembangkan dengan penggunaan metode-metode matematika dan
dengan bantuan simbol-simbol khusus sehingga dapat terhindar dari makna arti ganda dari
bahasa sehari-hari.
Pemakaian simbol-simbol matematika itu untuk mewakili bahasa. Simbol-simbol itu
diolah sesuai dengan aturan-aturan yang diberlakukan di bidang matematika untuk
menetapkan apakah pernyataan bernilai benar atau salah. Demikian juga ketidakjelasan
berbahasa dapat dihindari dengan menggunakan simbol-simbol ini, karena setelah problem
diterjemahkan ke dalam notasi simbolik, penyelesaiannya menjadi bersifat sederhana
______________________________________________ 2
LOGIKA MATEMATIKA 2018
Pembuktian melalui deduksi adalah sebuah jalan pemikiran yang mengguna
kan argumen-argumen deduktif untuk beralih dari premis-premis yang ada, yang dianggap
benar, kepada kesimpulan-kesimpulan, yang mestinya benar apabila premis-premisnya
benar. Penalaran deduktif didukung oleh logika deduktif. Metode deduksi sifatnya pasti.
Berikut ini adalah contoh logika deduksi:
Contoh (1.3) argumen deduktif:
Premis 1 : Semua manusia fana (pasti akan mati). (premis mayor)
Premis 2 : Socrates adalah manusia (premis minor)
--------------------------------------------------------------
Kesimpulan : Sokrates pasti (akan) mati.
"Socrates pasti mati" adalah kesimpulan atau konsekuensi dari dua premis sebelumnya.
Jika premis 1 dan premis 2 benar, maka kesimpulannya juga benar.
Deduktif Induktif
Jika semua premis benar maka Jika premis benar, kesimpulan mungkin
kesimpulan pasti benar. benar, tetapi tak pasti benar.
Semua informasi atau fakta pada Kesimpulan memuat informasi yang tak
kesimpulan sudah ada, sekurangnya ada, bahkan secara implisit, dalam
secara implisit, dalam premis. premis.
______________________________________________ 3
LOGIKA MATEMATIKA 2018
1.4 Sejarah Logika dan Perkembangannya
______________________________________________ 4
LOGIKA MATEMATIKA 2018
kawannya berusaha mengadakan sistematisasi logika. Kemudian Lahirlah logika modern
dengan tokoh-tokoh seperti: Petrus Hispanus (1210 - 1278), Roger Bacon (1214 - 1292),
Raymundus Lullus (1232-1315) yang menemukan metode logika baru yang dinamakan Ars
Magna, yang merupakan semacam aljabar pengertian, William Ocham (1295-1349)
Pengembangan dan penggunaan logika Aristoteles secara murni diteruskan oleh
Thomas Hobbes (1588-1679) dengan karyanya Leviatan dan John Locke (1632-17040)
dalam An Essay Concerning Human Understanding. Francis Bacon (1561-1626)
mengembangkan logika induktif yang diperkenalkan dalam bukunya Novum Organum
Scientiarum. J.S. Mills (1806-1873) melanjutkan logika yang menekankan pada pemikiran
induksi dalam bukunya System of Logic.
Kemudian logika diperkaya dengan hadirnya pelopor-pelopor logika simbolik seperti:
Gottfried Wilhelm Leibniz (1646-1716) menyusun logika aljabar berdasarkan Ars
Magna dari Raymundus Lullus. Logika ini bertujuan menyederhanakan pekerjaan akal budi
dan lebih mempertajam kepastian.
George Boole (1815-1864), seorang matematikawan Inggris, merupakan peletak
dasar bagi sistem logika yang sekarang dikenal sebagai logika Boole dan merupakan
fondasi dari komputer modern.
John Venn (1834-1923) telah menulis tiga buku logika: The Logic of Chance, yang
memperkenalkan interpretasi frekuensi atau frekuensi teori probabilitas pada 1866,
Symbolic Logic yang memperkenalkan diagram Venn pada 1881, dan The Principles of
Empirical Logic pada tahun 1889.
Gottlob Frege (1848-1925) adalah seorang matematikawan ahli logika, dan filsuf
Jerman. Dia dianggap sebagai salah satu pendiri logika modern dan berkontribusi besar
dalam pengembangan matematika. Dia umumnya dianggap sebagai bapak filsafat analitik,
karena tulisan-tulisannya tentang filsafat bahasa dan matematika. Dalam bukunya yang
berjudul Begriffsschrif , eine der arithmetischen nachgebildete Formelsprache des reinen
Denkens , ia membuat terobosan baru dengan membuat perlakuan yang ketat dari konsep-
konsep fungsi dan variabel. Frege ingin menunjukkan bahwa matematika tumbuh dari
logika, tetapi dengan demikian, ia menciptakan teknik yang membawanya jauh melampaui
logika silogisme Aristotelian dan logika proposisional Stoic yang telah ia pelajari sebagai
logika tradisional.
Akibatnya, Frege menemukan logika predikat aksiomatik seperti variabel kuantifikasi
yang pada akhirnya dipakai dimana-mana dalam matematika dan logika, serta
memecahkan masalah perumuman ganda (multiple generality). Pada awalnya, logika
hanya menangani konstanta-konstanta logika dan konektor dan, atau, jika...maka...,
beberapa, dan semua. Namun iterasi dari operasi-operasinya, khususnya untuk kuantor
beberapa dan semua masih kurang dipahami. Bahkan perbedaan antara sepasang kalimat
seperti "setiap anak lelaki mencintai beberapa gadis" dan "beberapa gadis dicintai oleh
setiap anak laki-laki " masih sulit untuk dipahami. Dengan formalisme dari Frege, kita tidak
mengalami kesulitan untuk memahami pernyataan " setiap anak laki-laki mencintai
beberapa gadis yang mencintai beberapa anak laki-laki yang mencintai beberapa gadis ".
Lalu Chares Sanders (1839-1914), seorang filsuf Amerika Serikat yang pernah
mengajar di John Hopkins University, melengkapi logika simbolik dengan karya-karya
tulisnya. Ia memperkenalkan dalil Peirce (Peirce's Law) yang menafsirkan logika selaku
teori umum mengenai tanda (general theory of signs)
______________________________________________ 5
LOGIKA MATEMATIKA 2018
Puncak kejayaan logika simbolik terjadi pada tahun (1910 - 1913) dengan terbitnya
Principia Mathematica tiga jilid yang merupakan karya bersama Alfred North Whitehead
(1861-1914) dan Bertrand Arthur William Russel (1872-1970). Logika simbolik lalu
diteruskan oleh Ludwig Wittgenstein (1889-1951), Rudolf Carnap (1891-1970), Kurt Godel
(1906-1978), dan lain-lain.
______________________________________________ 6
LOGIKA MATEMATIKA 2018
Meningkatkan cinta akan kebenaran dan menghindari kesalahan-kesalahan berpkir,
kekeliruan, serta kesesatan.
Mampu melakukan analisis terhadap suatu kejadian.
Terhindar dari klenik, gugon-tuhon (bahasa Jawa)
Meningkatkan citra diri seseorang.
Pada abad kesembilan belas, George Boole (1815 - 1864) berhasil mengembangkan
Logika Simbolik. Bukunya yang berjudul Low of Though mengembangkan logika sebagai
sistem matematika yang abstrak. Logika Simbolik ini merupakan logika formal yang semata-
mata menelaah bentuk dan bukan isi dari apa yang dibicarakan.
______________________________________________ 7
LOGIKA MATEMATIKA 2018
Yang dimaksud bahasa sebagai alat komunikasi yang diciptakan dan digunakan
untuk mencapai tujuan. Dan diketahui bahwa tidak ada alat yang sempurna yang dapat
mencapai segala tujuan. Contohnya: gunting cukur hanya cocok untuk mencukur rambut,
tetapi tidak mampu untuk menggergaji pohon. Sebaliknya, gergaji sangat efisien untuk
memotong pohon, tetapi tidak akan digunakan untuk memotong rambut.
Bahasa umum dengan segala keunggulannya sebagai bahasa “pergaulan” tidak
cocok untuk menyajikan uraian-uraian matematika. Hal ini disebabkan karena bahasa
umum dipandang dari sudut ke-tepat-an mempunyai banyak kelemahan, diantaranya:
mempunyai sifat yang multivalen (arti ganda), samar-samar, tidak jelas, dan juga kurang
beraturan. Karena bahasa adalah amat penting, maka demi kelancaran perkembangan ilmu
matematika, jika perlu, bahasa matematika terpaksa menyimpang dari kaidah-kaidah
bahasa umum.
Contoh (1.2):
Kata “terbesar” atau “terkecil” di suatu kelompok mahasiswa mempunyai arti
mengungguli atau merendahi anggota-anggota lainnya. Sehingga jika dalam suatu kelas
semua mahasiswa mempunyai berat badan 65 kg, maka:
Dalam Bahasa umum dikatakan bahwa diantara semua mahasiswa tidak ada yang
mempunyai berat badan terbesar dan tidak ada yang terkecil. Dalam bahasa matematika
dikatakan bahwa jika semua unsur sama, maka semua unsur tersebut dikatakan “terbesar”
dan sekaligus “terkecil”.
Contoh (1.3):
Kata “sekitar gedung”, maka Dalam bahasa umum dimaksud adalah tempat-tempat
yang letaknya di dekat gedung tersebut. Dalam bahasa matematika adalah seluruh ruangan
gedung tersebut dimana suatu titik terletak disebut sekitar (neighbourhood) dari titik itu.
Contoh (1.4):
Jika diantara 1.000 mahasiswa ISTA terdapat 999 mahasiswa diantaranya
mempunyai sifat rajin, maka dalam bahasa umum dikatakan bahwa pada umumnya
mahasiswa ISTA tersebut semuanya rajin-rajin. Sedangkan dalam bahasa matematika,
pada umumnya mahasiswa ISTA tersebut tidak mempunyai sifat rajin.
Catatan: Jika ada (sekurang-kurangnya) satu anggota dalam suatu kelompok tidak
memiliki sifat rajin, maka bahasa matematika dikatakan bahwa pada umumnya sifat rajin
tidak dimiliki oleh para mahasiswa tersebut.
______________________________________________ 8
LOGIKA MATEMATIKA 2018
1.8 Soal-Soal Latihan (Tugas)
1. Buatlah rangkuman sejarah perkembangan logika
2. Carilah 10 contoh penyimpangan-penyimpangan bahasa matematika dengan
bahasa umum
===@@@@@===
______________________________________________ 9
LOGIKA MATEMATIKA 2018
BAB II
PROPOSISI DAN PENGGUNAANNYA
2.1. Kompetensi
Salah satu konsep dasar logika yang penting adalah logika proposisional. Setelah
mempelajari bab ini diharapkan mahasiswa mampu dan terampil dalam menggunakan
aljabar proposional dalam logika proposisional, menyajikan tabel nilai kebenaran suatu
negasi, disjungsi, konjungsi, implikasi, k onvers, invers, kontraposisi, dan biimplikasi. Serta
menguasai urut-urutan penggunaan kata hubung kalimat, menyusun ingkaran dari suatu
pernyataan, menyatakan apakah dua pernyataan merupakan ekivalen logis, serta
mengenali pernyataan yang berupa tautologi atau kontradiksi.
______________________________________________ 10
LOGIKA MATEMATIKA 2018
(2). 7 adalah bilangan genap,
(3). Penduduk Solo lebih banyak dari Jakarta,
(4). Jerman berada di Indonesia.
Kalimat (1), (2), (3) dan (4) di atas jelas merupakan suatu pernyataan karena memiliki
nilai benar saja atau salah saja. Pernyataan (1) bernilai benar, sedangkan pernyataan (2),
(3) dan (4) bernilai salah.
Untuk mempermudah pemahaman, suatu proposisi mempunyai tiga unsur yaitu
subyek, predikat dan kopula (penghubung antara subyek dan predikat). Misalnya “Semua
manusia adalah hamba Allah”. Disini subyeknya “Semua manusia “, predikatnya
“hamba Allah “, dan kopula (penghubung antara subyek dan predikat) kata “adalah”.
Kalimat yang mempunyai nilai benar saja atau salah saja juga disebut kalimat
deklaratif. Jadi proposisi (kalimat deklaratif) adalah suatu kalimat yang berarti yang
mempunyai nilai benar saja atau salah saja. Selanjutnya, semua kalimat yang dibicarakan
dalam buku ini hanya kalimat deklaratif dan sering disingkat sebagai “ kalimat” atau
“pernyataan” saja.
Notasi (lambang, symbol) yang digunakan dalam logika matematika disini adalah
huruf kecil p, q, r …. digunakan untuk menyatakan kalimat, sedangkan symbol B atau angka
1 menyatakan benar, dan S atau angka 0 menyatakan salah
Bernilai
benar
Proposisi
(kalimat deklaratif)
pernyataan
Bernilai
Kal. Berarti salah
______________________________________________ 11
LOGIKA MATEMATIKA 2018
4. Hasan adalah guru
Contoh (2.1):
(a) 31 < (13+7+9)
(b) Ini Bulan januari dan 19 < 7
(c) Jangan tidur di kelas
(d) x + y > 15
(e) x < y jika dan hanya jika y > x
(f) 3 + 7 = 10
(g) Kamu tinggal dimana?
(h) 4 adalah bilangan genap
Kalimat (a) dan (b) merupakan proposisi bernilai salah. Kalimat (c), (d), dan (g) bukan
proposisi, sebab kalimat (c) merupakan kalimat harapan/himbauan, kalimat (d) merupakan
kalimat tapi bukan proposisi, sedangkan (g) merupakan kalimat tanya. Kalimat (e), (f) dan
(h) merupakan proposisi bernilai benar
______________________________________________ 12
LOGIKA MATEMATIKA 2018
6) Tolong ambilkan sepatu itu. (Bukan kalimat deklaratif, bukan pernyataan)
7) Gedung itu sangat tinggi dan megah. (Kalimat deklaratif relatif nilainya tergantung
fakta, bukan pernyataan,)
8) Bagaimana kabarmu hari ini. (Bukan deklaratif, bukan pernyataan)
9) Cabe merah yang pedas disukai anak muda. (Bukan pernyataan)
10) Semoga cepat sembuh (nilainya tergantung fakta, bukan pernyataan)
Sering kali kita menjumpai pernyataan yang tidak dapat langsung ditentukan nilai
kebenarannya, karena nilainya masih bergantung pada nilai variabel yang belum ada.
Karena nilai bergantung pada peubahnya, maka kalimatnya bisa saja bernilai benar atau
salah. Kalimat yang seperti ini disebut kalimat terbuka (lebih rinci dibahas di bab 3). Jadi
kalimat terbuka adalah kalimat yang memuat peubah, sehingga belum dapat ditentukan
nilai kebenarannya.
Kalimat terbuka ini dapat diubah menjadi kalimat deklaratif (pernyataan) dengan cara
memberikan nilai tertentu pada peubahnya sehingga kalimatnya bernilai benar saja atau
salah saja. Berikut diberikan contoh kalimat yang belum mempunyai nilai kebenaran (bukan
kalimat deklaratif)
Contoh (2.4):
a. X adalah bilangan genap
b. 3x + 5 = 10
c. N adalah bilangan prima
d. Y + X < 9
e. Log n = 4
______________________________________________ 13
LOGIKA MATEMATIKA 2018
f. Ambil X = 2 dan Y = 8, sehingga kalimatnya menjadi “8 + 2 < 9” (pernyataan bernilai
salah)
d. Ambil n = 100, diperoleh log 100 = 4 (ini merupakan pernyataan salah)
______________________________________________ 14
LOGIKA MATEMATIKA 2018
Tabel 2.1 Lima operator logika proposisional
No Operator Logika Nama Simbol
1. Tidak/Bukan (NOT) Negasi a. ~ atau “ ”
2. Dan, (AND)
Konjungsi Λ
(tetapi, meskipun, juga, sedangkan, padahal)
3. Atau (OR) Disjungsi V
4. Jika/kalau… maka…. (IF THEN) Implikasi
Jika dan hanya jika (IF ONLY IF) Biimplikasi
Contoh (2.7)
1. Misal: p: Jakarta ibu kota RI (benar, atau B)
Maka ingkarannya: ~p: Tidak benar bahwa Jakarta ibu kota RI (salah atau S)
atau ~p: Jakarta bukan ibu kota RI (salah atau S)
2. Misal: q: zainal memakai kacamata (benar atau B)
Maka ingkarannya: ~q: Tidak benar bahwa zainal memakai kacamata (bernilai
salah atau S)
atau ~q: zainal tidak memakai kacamata (salah atau S)
______________________________________________ 15
LOGIKA MATEMATIKA 2018
3. Jika r: 2 + 3 < 6 (benar atau B)
maka ingkarannya: ~r: Tidak benar bahwa 2 + 3 < 6 (salah atau S)
atau ~r : 2 + 3 6 (salah atau S)
Perhatikan bahwa cara membuat ingkaran di atas, jangan membuat ingkaran yang
salah. Membentuk ingkaran suatu pernyataan dapat dengan menambahkan kata-kata tidak
benar bahwa di depan pernyataan aslinya, atau jika mungkin dengan menambah bukan
atau tidak di dalam pernyataan itu, tetapi untuk pernyataan-pernyataan tertentu tidak
demikian halnya.
2.5.2. Konjungsi
Konjungsi adalah pernyataan yang dibentuk dari dua pernyataan yang dirangkai
dengan operator logika “dan”, dinyatakan dengan symbol logika “∧”. Konjungsi merupakan
salah satu jenis pernyataan dalam logika matematika yang sering digunakan untuk
menganalisis kebenaran dalam kasus kepolisian, biasanya digunakan untuk membuktikan
suatu kejadian berdasarkan pernyataan-pernyataan yang muncul.
Dua buah pernyataan p dan q yang dihubungkan dengan operator logika “dan”
merupakan pernyataan majemuk yang disebut konjungsi dari pernyataan-pernyataan
semula, dan diberi simbol “p ∧ q”, dan dibaca “p dan q”. Dengan nilai kebenaran dinyatakan
pada tabel 2.3 berikut ini:
Tabel 2.3. Tabel nilai kebenaran Konjungsi
p q pq Dibaca
B B B Jika p benar dan q benar maka pq benar
B S S Jika p benar dan q salah maka pq salah
S B S Jika p salah dan q benar maka pq salah
S S S Jika p salah dan q salah maka pq salah
P Q
P Q = { x | p(x) g(x) }
______________________________________________ 16
LOGIKA MATEMATIKA 2018
Contoh (2.8):
Tentukan nilai kebenaran dari konjungsi berikut ini
1. 2 + 8 =10 dan ibu kota sumatera Utara adalah Medan
2. Bali dikenal sebagai pulau dewata dan 144 adalah bilangan kuadrat
3. 3 adalah bilangan prima dan 3 adalah bilangan ganjil
4. Ima anak pandai dan cekatan
5. 2 + 3 < 6 dan 3 habisdibagi 2
Pembahasan:
(1). Misal: p: 2 + 8 =10, bernilai benar
q: ibu kota sumatera Utara adalah Medan, bernilai benar
Maka p q bernilai benar
(2). Misal: p: Bali dikenal sebagai pulau dewata, bernilai benar
q :144 adalah bilangan kuadrat, bernilai benar
Maka p q bernilai benar
(3). Misal: p: 4 adalah bilangan ganjil bernilai salah
q: 3 adalah bilangan prima bernilai benar
Maka p q bernilai salah
(4). Misal: p: Ima anak pandai
q: cekatan
Maka p q bernilai benar jika ima bener2 anak pandai dan bener 2 anak cekatan
(5). Misal: p: 2 + 3 < 6, bernilai benar
q: 3 habis dibagi 2, bernilai salah
Maka p q bernilai salah
2.5.3. Disjungsi
Disjungsi adalah pernyataan yang dibentuk dari gabungan dua pernyataan tunggal
yang dihubungkan dengan operator logika “ atau “, dan dinyatakan dengan symbol logika “
“. Disjungsi merupakan salah satu jenis pernyataan dalam logika matematika dan konsep
logika lainnya, sering digunakan untuk menganalisis kebenaran dalam kasus kepolisian,
biasanya digunakan untuk membuktikan suatu kejadian berdasarkan pernyataan-
pernyataan yang muncul.
Dengan melihat tabel nilai kebenaran disjungsi yang diperoleh, suatu kebenaran
pernyataan akan dapat diselidiki. Terdapat dua jenis disjungsi yaitu (1). Disjungsi ekslusif
dan (2). Disjungsi Inklusif. Perhatikan pernyataan berikut ini
“Tobing seorang mahasiswa yang cerdas atau seorang yang berbakat atlit”.
Dalam membaca pernyataan tersebut akan timbul dua tafsiran yaitu:
(1). Tobing seorang mahasiswa yang cemerlang saja, atau seorang yang berbakat atlit
saja, tetapi tidak kedua-duanya,
(2). Tobing seorang mahasiswa yang cemerlang, atau seorang yang berbakat atlit,
mungkin kedua-duanya.
Tafsiran (1) disebut disjungsi eksklusif dan diberi simbol “∨”, dan tafsiran (2) disebut
disjungsi inklusif dan diberi simbol “∨"
______________________________________________ 17
LOGIKA MATEMATIKA 2018
Lebih jelasnya kita perhatikan bersama-sama definisi disjungsi inklusif dan disjungsi
eksekutif di bawah ini.
P Q
P Q = { x | p(x) g(x) }
______________________________________________ 18
LOGIKA MATEMATIKA 2018
Pada contoh (2) bilangan “asli” bisa saja merupakan bilangan cacah atau bilangan bulat,
atau bilangan cacah sekaligus bilangan bulat
Pada contoh (3) bisa saja aku tinggal di indonesia atau aku belajar bahasa inggris sejak
SMP, atau bisa aku tinggal di indonesia sekaligus belajar bahasa inggris sejak SMP
Contoh (2.10)
1. Rani naik pesawat terbang atau kapal laut
2. Akar dari bilangan rasional positif adalah rasional atau irrasional
3. Aku lahir di Surabaya atau di Bandung
Pembahasan:
Ketiga pernyataan di atas termasuk disjungsi eksklusif karena pernyataan yang
dimaksudkan adalah salah satu saja dan tidak mungkin terjadi dua-duanya.
Pada contoh (1), jika Rani naik pesawat, maka dia pasti tidak naik kapal laut atau juga
sebaliknya. Pada contoh ke (2), jika akar bilangan rasional positif adalah irrasional maka
pasti bukan rasional atau juga sebaliknya. Dan pada contoh ke (3) jika aku benar-benar
lahir di kota Surabaya pasti tidak mungkin sekaligus lahir di Bandung atau sebaliknya, (tidak
mungkin terjadi pada kedua kondisi yang berbarengan).
______________________________________________ 19
LOGIKA MATEMATIKA 2018
5. q merupakan syarat perlu bagi p
6. p disebut anteseden (hipotesis, yang terjadi dahulu)
7. q disebut konsekuen (konklusi)
Bila kita menganggap pernyataan p dan q sebagai suatu peristiwa, maka kita melihat
bahwa “Jika p maka q” dapat diartikan sebagai “Bilamana p terjadi maka q juga terjadi” atau
dapat juga, diartikan sebagai “Tidak mungkin peristiwa p terjadi, tetapi peristiwa q tidak
terjadi”. Agar lebih jelas pemahaman, perhatikan definisi berikut
Definisi (2.4):
Dua pernyataan p dan q di hubungkan dengan operator “ “ ditulis dengan symbol
logika “ p q “ dan disebut implikasi (pernyataan bersyarat satu arah). Implikasi p q
bernilai benar jika anteseden salah atau konsekuen benar.
Berbeda dengan pengertian implikasi sehari-hari. Maka pengertian implikasi disini
hanya ditentukan oleh nilai kebenaran dari anteseden dan konsekuennya saja, dan bukan
oleh ada atau tidak adanya hubungan isi antara anteseden dan konsekuen. Implikasi ini
disebut implikasi material. Sedang implikasi yang dijumpai dalam percakapan sehari-hari
disebut implikasi biasa (ordinary implication). Dengan tabel nilai kebenarannya dinyatakan
pada tabel 2.8 sebagai berikut:
Tabel 2.8. Tabel nilai kebenaran dari Implikasi
p q pq Dibaca
B B B Jika p benar maka q benar; maka p q bernilai benar
B S S Jika p benar maka q salah ; maka p q bernilai salah
S B B Jika p salah maka q benar; maka p q bernilai benar
S S B Jika p salah maka q salah ; maka p q bernilai benar
Pernyataan “p” disebut anteseden (hipotesa) dan pernyataan “q” disebut konsekuen
(konklusi). Implikasi bernilai salah jika anteseden benar dan konsekven salah
Catatan:
Kadang-kadang hubungan sebab akibat antara anteseden dan konsekuen tidak
harus selalu ada. Tetapi dalam hal proposisi yang bernilai benar, pernyataan bersyarat “p
q” mensyaratkan adanya hubungan antara anteseden dan konsekuen, yang sering
dikatakan implikasi logis. Untuk lebih jelasnya di bawah ini diberikan diagram venn untuk
implikasi
S
Q P
P Q benar, jika P Q
______________________________________________ 20
LOGIKA MATEMATIKA 2018
Suatu pernyataan dikatakan termasuk implikasi logis jika terdapat hubungan antara
pernyataan pertama (anteseden) dan pernyataan kedua (konsekuen). Jika pada implikasi
p(x) q(x), kalimat p(x) memuat kalimat q(x) dan setiap pergantian nialai x pada p
mempengaruhi kebenaran q(x), maka implikasi tersebut merupakan implikasi logis
Jika dikaitkan dengan himpunan, maka implikasi memiliki hubungan dengan
himpunan bagian. Jika penyelesaian kalimat terbuka p(x) dan q(x) pada himpunan
semesta S adalah P dan Q maka implikasi P Q benar, jika P Q yang digambarkan
pada gambar 2.4 di atas
Contoh (2.11)
Tentukan nilai kebenaran dari beberapa implikasi berikut
a. Jika 5 adalah bilangan genap, maka Medan ibukota Sumatra Utara
b. Jika 6 – 1 = 5, maka 5 adalah bilangan prima
c. jika burung mempunyai sayap maka 2 + 3 = 5
d. Jika 6 + 9 = 25 maka besi adalah benda cair
e. Jika 3 hanya habis dibagi 1 dan 3, maka 3 termasuk bilangan prima
Pembahasan
(a). Misal: p : 5 adalah bilangan genap (bernilai salah),
q : Medan ibukota Sumatra Utara (bernilai benar)
Maka implikasi p q bernilai benar
(b). Misal: p : 6 – 1 = 5 (bernilai benar), dan q : 5 adalah bilangan prima (bernilai benar)
Maka implikasi p q bernilai benar
(c). Misal: p : burung mempunyai sayap (bernilai benar), dan q : 2 + 3 = 7 (bernilai salah)
Maka implikasi p q bernilai salah
(d). Misal: p : 6 + 9 = 25 (bernilai salah), dan q : besi adalah benda cair (bernilai salah)
Maka implikasi p q (bernilai benar)
(e). Misal: p: 3 hanya habis dibagi 1 dan 3 (bernilai benar), dan q: 3 termasuk bilangan prima
(bernilai benar). Maka implikasi p q bernilai benar
Perhatikan contoh di atas yaitu soal nomer 5 atau e). “Jika 3 hanya habis dibagi 1
dan 3, maka 3 termasuk bilangan prima” ini merupakan implikasi logis karena pernyataan
pertama (anteseden) memuat pernyataan ke dua (konsekuen), dan nilai kebenaran
anteseden akan menyebabkan konsekuen bernilai benar
Contoh (2.13)
Implikasi: Jika suatu bendera adalah bendera Republik Indonesia maka benderanya
ada warna merahnya
______________________________________________ 22
LOGIKA MATEMATIKA 2018
Konvers: Jika benderanya ada warna merahnya maka bendera tersebut adalah
bendera RI. q p
Invers: Jika suatu bendera bukan bendera RI maka benderanya tidak ada warna
merahnya
Kontraposisi: Jika suatu bendera tidak ada warna merahnya maka bendera tersebut
bukan bendera RI.
S
P=Q
P Q benar, jika P = Q
Jika p(x) q(x) merupakan bi-implikasi logis, maka tiap-tiap penggantian nilai x
yang menyebabkan kalimat p(x) bernilai benar akan menyebabkan q(x) juga bernilai
benar. Begitu sebaliknya tiap-tiap penggantian nilai x yang menyebabkan kalimat q(x)
bernilai benar akan menyebabkan p(x) juga benar
Jika P dan Q adalah himpunan penyelesaian dari kalimat p(x) dan q(x), maka p(x) q(x)
akan bernilai benar jika P = Q
Contoh (2.14):
1. 20 + 7 = 27 jika dan hanya jika 27 bukan bilangan prima
2. 2 bilangan genap jika dan hanya jika 3 bilangan ganjil
3. 2 + 2 ≠ 5 jika dan hanya jika: 4 + 4 < 8
4. Surabaya ada di jawa barat jika dan hanya jika 2 3 = 6
Pembahasan
(1). Misal: p : 20 + 7 = 27 (bernilai benar)
q : 27 bukan bilangan prima (bernilai benar)
Maka pernyataan: 20 + 7 = 27 jika dan hanya jika 27 bukan bilangan prima
dinyatakan sebagai p q akan bernilai benar.
(2). Misal: p : 2 bilangan ganjil (bernilai salah)
q : 3 bilangan ganjil (bernilai benar)
Maka pernyataan: 2 bilangan genap jika dan hanya jika 3 bilangan ganjil dinyatakan
sebagai p q akan bernilai salah.
(3). Misal: p : 2 + 2 ≠ 5 (bernilai benar) dan q : 4 + 4 < 8 (bernilai salah)
Maka pernyataan: 2 + 2 ≠ 5 jika dan hanya jika: 4 + 4 < 8 dinyatakan sebagai p
q akan bernilai salah
(4). Misal: p : Surabaya ada di jawa barat (bernilai salah)
q : 23 = 6 (bernilai salah)
Maka pernyataan: Surabaya ada di jawa barat jika dan hanya jika 2 3 = 6 dinyatakan
sebagai p q akan bernilai benar
______________________________________________ 24
LOGIKA MATEMATIKA 2018
2.6. Urut-urutan Penggunaan Kata Hubung Kalimat.
Dalam penggunaan tata bahasa sehari-hari kita sering menjumpai pernyataan yang
menggunakan banyak kata hubung kalimat (operator logika), seperti misalnya:
“Saya akan berjalan kaki atau naik sepeda maka saya tidak akan terlambat kuliah”.
”Jika saya berjalan kaki atau naik sepeda, saya tidak akan terlambat mengikuti kuliah”.
“Saya berjalan kaki atau, jika saya naik sepeda maka saya tidak akan terlambat kuliah”.
Contoh (2.15):
1. ~ p ∨ q berarti (~ p) ∨ q merupaka kalimat disjungtif dengan negasi diselesaikan
terlebih dahulu.
2. p ∧ q r berarti (p ∧ q) r merupakan kalimat kondisional dengan tanda kurung
dikerjakan lebih dahulu
3. p q r berarti p (q r) merupakan kalimat bikondisional dengan implikasi
yang di tanda kurung diselesaikan terlebih dahulu
______________________________________________ 25
LOGIKA MATEMATIKA 2018
Tabel 2.11 Tabel ingkaran dari konjungsi
p q ~p ~q pq ~ (p ∧ q) ~p~q
B B S S B S S
B S S B S B B
S B B S S B B
S S B B S B B
Contoh (2.17)
Tentukan ingkaran dari pernyataan berikut
a) Exa anak yang rajin belajar atau suka olah raga
b) Aisya anak yang cantik atau sholeh
c) Niken hobi membaca atau menulis
d) Sembilan adalah bilangan prima atau ganjil
Pembahasan (ingkarannya):
a) Exa bukan anak yang rajin belajar dan tidak suka olah raga
b) Aisya bukan anak yang cantik dan tidak sholeh
______________________________________________ 26
LOGIKA MATEMATIKA 2018
c) Niken tidak hobi membaca dan tidak hobi menulis
d) Sembilan bukan bilangan prima dan bukan ganjil
Dari tabel 2.13 dapat diperoleh bahwa ingkaran dari ingkaran adalah ~ (~p ) p
atau p p (kolom pertama sama dengan kolom ke tiga)
Contoh (2.18)
Tentukan ingkaran dari ingkaran berikut
a) Pulau Bali dikenal sebagai pulau Dewata
b) 625 adalah bilangan kuadrat
c) 4 adalah faktor dari 12
d) Dua garis yang sejajar mempunyai titik potong
Pembahasan (ingkarannya):
a) Misal: p: Pulau Bali dikenal sebagai pulau Dewata
~p: Pulau Bali tidak dikenal sebagai pulau Dewata
Maka: ~ (~p): Pulau Bali tidak tidak dikenal sebagai pulau Dewata
Pulau Bali dikenal sebagai pulau Dewata
Jadi p p
b) Misal p: 625 adalah bilangan kuadrat
~p: 625 bukan bilangan kuadrat
Maka: ~ (~p): 625 bukan bukan bilangan kuadrat
625 adalah bilangan kuadrat
Jadi p p
c) Misal: p: 4 adalah faktor dari 12
~p : 4 bukan faktor dari 12
Maka: ~ (~p ): 4 bukan bukan faktor dari 12
4 adalah faktor dari 12
Jadi p p
d) Misal: p: Dua garis yang sejajar mempunyai titik potong
~p: Dua garis yang sejajar tidak mempunyai titik potong
Maka: ~ (~p ): Dua garis yang sejajar tidak tidak mempunyai titik potong.
Dua garis yang sejajar mempunyai titik potong
Jadi p p
______________________________________________ 27
LOGIKA MATEMATIKA 2018
2.7.4 Ingkaran dari Implikasi
Jika implikasi dari pernyataan p dan q ditulis dengan p q maka negasi (ingkaran)
dari implikasi tersebut dapat dituliskan sebagai ~ (p q) atau ditulis p q , dengan nilai
kebenarannya dapat disajikan dalam tabel 2.14 berikut ini:
Contoh (2.19 )
Tentukan ingkaran dari pernyataan berikut
a) Jika 9 adalah bilangan ganjil, maka 8 adalah bilangan genap
b) Jika 10 = 1, maka log 20 = 2
c) Jika 5 hanya habis dibagi 1 dan 5, maka 5 adalah bilangan prima
d) Jika x = 3, maka x2 = 9
Pembahasan (ingkarannya):
a) 9 adalah bilangan ganjil, dan 8 bukan bilangan genap
b) 10 = 1, dan log 20 2
c) 5 hanya habis dibagi 1 dan 5, dan 5 bukan bilangan prima
d) x = 3, dan x2 9
______________________________________________ 28
LOGIKA MATEMATIKA 2018
Contoh (2.20)
Tentukan ingkaran dari pernyataan berikut
a. 20 + 7 = 27 jika dan hanya jika 27 bukan bilangan prima.
b. Kambing hidup jika dan hanya jika bernafas
c. Eka rajin belajar jika dan hanya jika Eka tidak lulus Ujian Nasional
d. x2 – 4 = 0 tidak memiliki penyelesaian jika dan hanya jika ikan hidup di air”
e. 30 x 2 = 60 jika dan hanya jika 60 adalah bilangan ganjil
Pembahasan (ingkarannya):
a) 20 + 7 = 27 dan 27 bilangan prima, atau 20 + 7 27 dan 27 bukan bilangan prima
b) Kambing hidup dan tidak bernafas, atau Kambing tidak hidup dan bernafas
c) Eka rajin belajar dan Eka lulus Ujian Nasional, atau Eka tidak rajin belajar dan Eka
tidak lulus Ujian Nasional
d) x2 – 4 = 0 tidak memiliki penyelesaian dan ikan tidak hidup di air, atau x2 – 4 0
tidak memiliki penyelesaian dan ikan hidup di air
e) 30 x 2 = 60 dan 60 bukan bilangan ganjil atau 30 x 2 60 dan 60 adalah bilangan
ganjil
Contoh (2.21)
Tunjukan pernyataan di bawah ini merupakan tautology
a) [(p q) ∧ p] q
b) (p q) ( q p)
Pembahasan:
a) [(p q) ∧ p] q
______________________________________________ 29
LOGIKA MATEMATIKA 2018
p q p q (p q) ∧ p [(p q) ∧ p] q
B B B B B
B S S S B
S B B S B
S S B S B
b) (p q) ( q p)
p q p q qp (p q) ( q p)
B B B B B
B S B B B
S B B B B
S S S S B
Perhatikan hasil dari kolom terakhir pada tabel diatas, semuannya bernilai salah.
Jadi pernytaan p ∧ (~ p ∧ q) dan pernyataan p q p q merupakan kontradiksi
______________________________________________ 30
LOGIKA MATEMATIKA 2018
CATATAN:
Jika dijumpai kolom terakhir bukan dalam bentuk tautologi maupun kontradiksi,
maka disebut kontingensi.
Contoh (2.23)
Tentukan tabel berikut ini
a) ~ (p q) ∧ (p ∧ ~ q)
b) (p ∧ q) ~ p
Pembahasan
a) ~ (p q) ∧ (p ∧ ~ q)
p q ~q p q ~ (p q) p∧~q ~ (p q) ∧ (p ∧ ~ q)
B B S B S S S
B S B S B B B
S B S B S S S
S S B B S S S
b) (p q) ~ p
p q ~p pq (p q) ~ p
B B S B S
B S S B S
S B B B B
S S B S S
______________________________________________ 31
LOGIKA MATEMATIKA 2018
Sedangkan istilah ekuivalen logis diartikan sebagai ekuivalen secara logika, yang
selanjutnya disingkat ekuivalen saja. Lebih jelasnya perhatikan definisi berikut
Definisi : Dua buah pernyataan dikatakan ekivalen (ekivalen logis) jika dan hanya jika
kedua pernyataan itu mempunyai nilai kebenaran yang sama.
Ada dua cara dalam menentukan atau membuktikan dua pernyataan majemuk itu
ekuivalen. Pertama menggunakan tabel nilai kebenaran. Yang kedua dengan penurunan
rumus ataupun sifat-sifat yang ada.
Contoh (2.24)
Tunjukan bahwa pernyataan majemuk berikut ini merupakan tautology
~(p ~q) (~p ∧ ~q) ~p
Pembahasan:
a) Menggunakan penurunan rumus/sifat:
~(p ~q) (~p ∧ ~q) (~p ∧ q) (~p ∧ ~q)
~p ∧ ( q ~q) ~ p ∧ 1 ~ p
Karena kolom 8 nilai kebenarannya sama dengan kolom ke 2, maka dapat dinyatakan
bahwa ~(p ~q) (~p ∧ ~q) ~p
Misalnya dua pernyataan majemuk p dan q dikatakan ekuivalen logis, jika bi-
implikasi p ↔ q merupakan suatu tautology.
Pernyataan majemuk yang ekivalen disebut bersifat komutatif jika posisi dari
komponen pernyataannya merupakan kebalikan dari pernyataan semula. Dengan tabel
nilai kebenarannya disajikan dalam tabel 2.16 di bawah ini
Tabel 2.16a Sifat komutatif konjungsi
Konjungsi
p q p∧q↔q∧ p
p∧q q∧ p
B B B B B
B S S S B
S B S S B
S S S S B
______________________________________________ 32
LOGIKA MATEMATIKA 2018
Tabel 2.16b Sifat komutatif disjungsi
Disjungsi
p q pq↔q p
pq q p
B B B B B
B S B B B
S B B B B
S S S S B
2) Sifat Distributifitas
a. p ∧ (q r) (p ∧ q) (p ∧ r)
b. p (q ∧ r) (p q) ∧ (p r)
Pada pernyataan disjungsi dan konjungsi juga berlaku sifat distributifitas, dengan
nilai kebenarannya disajikan dalam tabel 2.17 di bawah ini
Tabel 2.17a Sifat distributifitas operator disjungsi terhadap konjungsi
p q r p ∧ (q r) (p ∧ q) (p ∧ r) p ∧ (q r) ↔ (p ∧ q) (p ∧ r)
B B B B B B
B B S B B B
B S B B B B
B S S S S B
S B B S S B
S B S S S B
S S B S S B
S S S S S B
p q r p (q ∧ r) (p q) ∧ (p r) p (q ∧ r) ↔ (p q) ∧ (p r)
B B B B B B
B B S S S B
B S B B B B
B S S S S B
S B B B S B
S B S S S B
S S B B S B
S S S S S B
3) Sifat Asosiatif
a. (p ∧ q) ∧ r p ∧ (q ∧ r)
b. (p q) r p (q r)
______________________________________________ 33
LOGIKA MATEMATIKA 2018
Pada pernyataan yang memuat disjungsi dan konjungsi berlaku juga sifat asosiiatif,
dengan nilai kebenarannya disajikan dalam tabel 2.18 di bawah ini
p q r (p ∧ q) ∧ r p ∧ (q ∧ r) (p ∧ q) ∧ r ↔ p ∧ (q ∧ r)
B B B B B B
B B S S S B
B S B S S B
B S S S S B
S B B S S B
S B S S S B
S S B S S B
S S S S S B
p q r (p q) p (q r) (p q) r ↔ p (q r)
r
B B B B B B
B B S B B B
B S B B B B
B S S B B B
S B B B B B
S B S B B B
S S B B B B
S S S S S B
______________________________________________ 34
LOGIKA MATEMATIKA 2018
6. Hukum Komplemen: a. p ∨ ~ p B ; ~ (~p) p
b. p ∧ ~ p S ; ~S B ; ~B S
7. Hukum De Morgan: a. ~ (p ∧ q) ~ p ∨ ~ q
b. ~ (p ∨ q) ~ p ∧ ~ q
3. Jika diketahui ” p: pelaut itu gagah” dan ”q: pelaut itu berbadan tiggi” , nyatakan
pernyataan berikut ini dalam bentuk simbolik menggunakan p dan q
a. Pelaut itu gagah dan tinggi badannya
b. Meskipun pelaut itu gagah tetapi tidak tinggi badannya
c. Pelaut itu tidak gagah tetapi tinggi badannya
d. Pelaut itu tidak gagah juga tidak tinggi badannya
e. Tidak benar bahwa pelaut itu gagah juga tinggi badannya
4. Jika diketahui ” r : gadis itu ramah” dan ”s : gadis itu cantik” , nyatakan pernyataan
berikut ini dalam bentuk simbolik menggunakan r dan s
a. Gadis itu ramah atau cantik
b. Gadis itu tidak ramah meskipun cantik
c. Gadis itu tidak cantik, tatapi ramah
d. Gadis itu tidak cantik atau tidak ramah
______________________________________________ 36
LOGIKA MATEMATIKA 2018
d. Tidak seorangpun hadir dalam pertemuan ini, tetapi dia tidak perduli
e. Setiap sudut merupakan sudut runcing, atau sudut siku-siku, atau sudut tumpul
atau sudut lurus.
f. Cuaca hari ini sangat panas tetapi tidak hujan.
g. Jika si do’i seorang pembohong dan ingkar janji, maka saya akan marah besar.
h. Tidak seorangpun terluka atas kejadian huru-hara (demo) di Yogyakarta.
i. Bima Sangaji membaca majalah atau koran tetapi bukan tex book.
j. Aisya anaknya pemalu, tetapi dia termasuk anak yang rajin, sholeh dan tangkas.
k. Tidak seorangpun dari Tari atau Agung ingin pergi berkemah
l. Ita akan lulus ujian hanya jika dia tidak mentraktir teman-temannya
m. Saya akan pergi jika kamu mengusir saya
n. Tidak seorang manusiapun bisa terbang
o. Tidk benar bahwa log 10 = 1 jika dan hanya jika 1 + 2 > 2
p. semua manusia yang bercita-cita tingi suka bekerja keras
q. Anda tidak dapat terdaftar sebagai pemilih dalam Pemilu jika anda berusi a di
bawah 17 tahun kecuali kalau anda sudah meni kah”
r. Taufik Hidayat pandai main bulu tangkis atau tennes.
s. Mudah-mudahan anda berhasil dalam meniti karier.
t. Berolahragalah secara teratur!
9. Tentukan ingkaran no 7
13. Jika ”p : saya akan datang”, ”q: saya di undang”, dan ”r: hari ini tidak hujan” . Tulislah
pernyataan verbal yang ditunjukan oleh simbol berikut ini,
a. q p e. (~p q) p
b. p ~q f. p (q r)
c. (p q) ~p g. p (q r)
______________________________________________ 37
LOGIKA MATEMATIKA 2018
d. (p~q) p h. ~p (~q~r)
b. p q p q
c. p q r q p r
d. p q q r
15. Periksa dengan menggunakan tabel kebenaran apakah proposisi berikut tautologi,
kontradikasi atau kontingensi.
a. p ~ p
b. ( p q) p
c. (p q) (p q)
d. p q p q
e. (p q) (~ q ~ p)
f. [(p ~ (q ~ r)) ~ q] (p r)
g. [(p q) ~ q] ~ p
h. [(p q) (q r)] (p r)
i. (p q) (q r) (p r)
j. [(p q) q r ] p r
______________________________________________ 38
LOGIKA MATEMATIKA 2018
BAB III
KUANTOR UNIVERSAL DAN EKSISTENSIAL
3.1. Kompetensi
Dalam membicarakan sesuatu masalah, perlu menetapkan suatu semesta
pembicaraan sebelum menyelesaikan masalahnya itu sendiri. Selanjutnya perlu pengertian
tentang kalimat terbuka, kuantor universal (umum) dan kuantor eksistensial sebagai konsep
dasar dalam penalaran di dalam logika matematika.
Pentingnya persiapan sebelum mempelajari pokok bahasan ini merupakan langkah
awal keberhasilan kompetensi yang diharapkan. Kuantor yang dibahas hanya salah satu
cara dalam merubah suatu pernyataan terbuka (yaitu kalimat yang belum punya nilai
kebenaran) menjadi suatu pernyataan deklaratif.
Contoh (3.1):
Suatu pernyataan “x2 + 1 = 0 mempunyai penyelesaian” .
Pernyataan tersebut tidak mempunyai nilai benar atau salah sebelum menentukan
semesta pembicaranya. Sebab benar salahnya pernyataan tersebut tergantung dari
semestanya. Misalnya kita ambil semesta pembicaranya himpunan bilangan-bilangan riil
(nyata), maka pernyataan di atas bernilai salah. Tetapi jika semesta pembicaranya
himpunan bilangan-bilangan kompleks, maka pernyataan bernilai benar.
______________________________________________ 39
LOGIKA MATEMATIKA 2018
3.3. Variabel dan Konstanta
Di dalam matematika, sering kali kita menjumpai pernyataan-pernyataan yang
memuat variabel dan konstanta. Misal jika semestanya himpunan bilangan-bilangan, maka
angka 5, angka angka 211 adalah suatu simbol untuk bilangan-bilangan yang didalam
semestanya. Simbol seperti itu disebut konstanta. Jadi konstanta adalah suatu simbol atau
tanda yang diucapkan atau ditulis untuk menunjukkan tentang anggota tertentu dari
semestanya.
Jika hendak berbicara tentang anggota sembarang dari semestanya, maka
diperlukan suatu tanda-tanda lain dari konstanta. Tanda demikian yang dimaksud adalah
variabel (atau perubah). Misalnya pernyataan 2x + 5 > 16 dalam semesta himpunan
bilangan-bilangan riil, maka x disebut variable dalam semestanya. Jadi variabel adalah
suatu simbol atau tanda yang digunakan untuk menunjuk pada anggota sembarang dari
semesta pembicaranya. Agar lebih paham perhatikan definisi berikut ini:
Definisi (3.1):
Variabel adalah simbol yang menunjukkan suatu anggota yang belum spesifik dalam
semesta pembicaraan. Sedangkan konstanta adalah simbol yang menunjukkan suatu
anggota tertentu (yang sudah spesifik) dalam semesta pembicaraan.
Contoh (3.2):
Misalnya pernyataan “Niken”, “Aisya” dan “Bima” adalah nama-nama orang, dimana
semestanya adalah himpunan orang-orang. Maka kata “Niken”, “Ais” dan “Bima” adalah
simbol untuk orang tersebut dan dikatakan konstata
Contoh (3.3):
Misalnya semesta pembicaranya terdiri atas mereka yang kuliah pada sebuah
universitas (perguruan tinggi) maka kata “mahasiswa” menunjuk pada anggota sembarang
dari semesta pembicaranya. Maka mahasiswa adalah suatu variabel
Contoh (3.4):
Perhatikan beberapa pernyataan dibawah ini, yang menunjuk pada anggota
sembarang dari semesta pembicaranya:
(a). Manusia itu anak yang cerdas
(b). Manusia memakai sepatu
(c). 4 + x = 7
(d). y < 5
Pembahasan:
Pernyataan (a), (b), (c), dan (d) belum mempunyai nilai, karena masih memuat
variabel. Suatu pernyataan mempunyai nilai benar atau salah tergantung pada kesesuaian
kalimat tersebut dengan keadaan sesungguhnya. Bernilai benar jika keadaan
sesungguhnya sesuai dengan realita yang ada, jika sebaliknya bernilai salah. Pernyataan
seperti ini biasanya disebut pernyataan faktual.
Jika pernyataan (a) manusia diganti Tony, maka pernyataannya menjadi “Toni itu
anak yang cerdas”. Pernyataan ini jelas bernilai benar saja atau salah saja, tergantung
realitasnya. Untuk pernyataan (b) menjadi “Tony memakai sepatu” merupakan pernyataan
yang lebih jelas nilainya, yaitu benar atau salah tergantung realitasnya. Pada pernyataan
(c) jika x diganti 3, akan bernilai benar. tetapi jika x diganti 4 akan bernilai salah. Demikian
______________________________________________ 40
LOGIKA MATEMATIKA 2018
juga untuk pernyataan (d) jika y diganti “0 atau 1, atau 2, atau 3, atau 4” akan bernilai benar,
jika semesta pembicaraannya himpunan bilangan cacah, tetapi jika semestanya himpunan
bilangan asli, maka pernyataan akan bernilai salah.
Kata-kata “manusia”, “x” dan “y” pada pernyataan diatas disebut variabel.
Sedangkan setelah diganti kata yaitu “Tony”, “3”, “4”, dan “0,1,2,3,4” disebut konstanta.
Jika semesta pembicaranya bilangan-bilangan maka variabel yang dimaksudkan
adalah variabel numerik. Dalam hal ini, variabel adalah tanda-tanda, yang biasanya dipilih
huruf kecil dari abjad “x”, “y” dan seterusnya.
______________________________________________ 41
LOGIKA MATEMATIKA 2018
Variabel yang terdapat dalam rangkaian tanda “p(x)” yakni x disebut variabel bebas,
sedangkan “p(x)” disebut pernyataan terbuka. Pernyataan “p(x)” kadang-kadang disebut
fungsi pernyataan, karena untuk setiap nilai a yang berada dalam semesta
pembicaraannya, maka p(a) merupakan pernyataan deklaratif.
Contoh (3.5):
Misalnya: fungsi pernyataan “p(x) = 1+ x > 5 ”
Pernyataan terbuka p(x) merupakan fungsi pernyatan pada himpunan A (= himpunan
bilangan asli). Tetapi p(x) bukan merupakan fungsi pernyataan pada K (himpunan
bilangan kompleks).
Contoh (3.6):
a) Jika semesta pembicaraannya A = himpunan bilangan asli
Maka p(x) = 1 + x > 5 bernilai benar untuk x = 5,6,7, ...
b) Jika semesta pembicaraannya A= himpunan bilangan asli
Maka q(x) = x + 3 < 1 bernilai salah, karena tidak ada nilai x yang menyebabkan
q(x) bernilai benar.
c) Jika semesta pembicaraannya A= himpunan bilangan asli
Maka r(x) = x + 3 > 1 bernilai benar untuk x = 1,2,3, ...
Ada cara yang lazim yang digunakan untuk merubah pernyataan terbuka “p(x)” ini
menjadi pernyataan deklaratif, yaitu dengan menambahkan suatu kuantor yang disebut
kuantor universal atau kuantor eksistensial di depan pernyataan “p(x)”.
______________________________________________ 42
LOGIKA MATEMATIKA 2018
Kata-kata semua atau terdapat diatas disebut dengan pernyataan berkuantor
(quantifier). Kuantor tersebut menunjukan banyaknya pengganti peubah x, sehingga
diperoleh suatu pernyataan berkuantor yang bernilai benar saja atau salah saja.
Jika p(x) adalah fungsi pernyataan pada suatu himpunan A, dimana himpunan A
adalah semesta pembicaraanya, maka notasi: “(x) (x A) p(x)” , “(x A) p(x)” , atau “x
p(x)” dapat dibaca sebagai “Untuk setiap x didalam himpunan A, sedemikian hingga x
mempunyai sifat p” merupakan pernyataan yang benar. Ada beberapa macam ucapan-
ucapan (x A) p(x) yaitu:
Untuk setiap x A berlakulah x mempunyai sifat p
Semua x, berlaku x mempunyai sifat p
Tiap-tiap x, x memenuhi sifat p
Contoh (3.7):
Tulis dengan symbol kuantor
a) Semua manusia tidak kekal
b) Semua gajah mempunyai belalai
c) Semua orang harus bekerja
d) Setiap bilangan genap dapat dibagi 2
e) Semua bilangan prima adalah bilangan asli
Pembahasan:
a) Semua manusia tidak kekal
“Semua” Kuantor universal
Ditulis: (x) M(x) K(x)
Dimana: M sebagai pengganti manusia, dan K sebagai pengganti tidak kekal
Dibaca: untuk setiap x, jika x adalah manusia, maka x tidak kekal
b) Semua gajah mempunyai belalai
“Semua” Kuantor universal
Ditulis: (x) G(x) B(x)
Dimana: G sebagai pengganti gajah, dan B sebagai pengganti mempunyai belalai.
Dibaca: Untuk semua x, jika x adalah gajah, maka x mempunyai belalai
c) Semua orang harus bekerja
“Semua” Kuantor universal
Misal: O sebagai pengganti orang, dan B sebagai pengganti harus bekerja
Ditulis: (x) (O(x) B(x))
Dibaca: Untuk semua x. jika x adalah orang, maka x harus bekerja
d) Setiap bilangan genap habis dibagi 2.
______________________________________________ 43
LOGIKA MATEMATIKA 2018
“Setiap” Kuantor universal
Misal:G sebagai pengganti bilangan genap, dan B sebagai pengganti dapat dibagi 2
Dituliskan: (x) (G(x) B(x,2))
Dibaca: Untuk setiap x, jika x bilangan genap, maka x habis dibagi 2
e) Semua bilangan prima adalah bilangan asli
“Semua” Kuantor universal
Misal: P = bilangan prima, dan A = bilangan asli
Ditulis: (x) P(x) A(x)
Dibaca: Untuk semua x, jika x bilangan prima maka x adalah bilangan asli
Contoh (3.8):
Misalnya pernyataan x + 3 < 10 dengan x < 5 yang berada dalam himpunan bilangan
bulat positip B. Tentukan nilai kebenaran dari (x) x B, x + 3 > 10
Pembahasan:
Untuk menentukan nilai kebenarannya, perlu ngecek satu persatu
B = {1,2,3,4}
X = 1 1 + 3 < 10, memenuhi
X = 2 2 + 3 < 10, memenuhi
X = 3 3 + 3 < 10, memenuhi
X = 4 4 + 3 < 10, memenuhi
Sehingga pernyataan x + 3 < 10 bernilai benar
Contoh (3.9):
Tulis dengan symbol kuantor
a) Ada mahasiswa yang memperoleh beasiswa berprestasi
______________________________________________ 44
LOGIKA MATEMATIKA 2018
b) Beberapa orang islam rajin beribadah ke masjid
c) Ada ABRI wanita
d) Ada bilangan prima yang genap
e) Ada binatang yang tidak mempunyai kaki
Pembahasan:
a) Ada mahasiswa yang memperoleh beasiswa berprestasi
“Ada” Kuantor eksistensial
Misal: M sebagai pengganti mahasiswa, dan B sebagai pengganti memperoleh
beasiswa berprestasi
Selanjutnya dituliskan : (x) M(x) B(x)
Dibaca: ada x dimana x adalah mahasiswa, dan x memperoleh beasiswa berprestasi
b) Beberapa orang islam rajin beribadah ke masjid
“Beberapa” Kuantor eksistensial
Misal: O sebagai pengganti orang islam, dan R sebagai pengganti rajin beribadah ke
masjid.
Dituliskan: (x) O(x) R(x)
Dibaca: beberapa x, dimana x adalah orang islam, dan x rajin beribadah ke masjid
c) Ada ABRI wanita
“Ada” Kuantor eksistensial
Misal: A sebagai pengganti ABRI, dan W sebagai pengganti wanita
Dituliskan: (x) A(x) W(x)
Dibaca: ada x, dimana x adalah ABRI, dan x adalah wanita
d) Terdapat bilangan prima yang genap
“Terdapat” Kuantor eksistensial
Misal: P= bilangan prima, dan G = genap (even).
Selanjutnya, ditulis: (Ǝx) (P(x) G(x))
Dibaca: Terdapat x, dimana x adalah bilangan prima dan x adalah genap
f) Ada binatang yang tidak mempunyai kaki
“Ada” Kuantor eksistensial
Misal: B sebagai pengganti binatang, dan K sebagai pengganti mempunyai kaki
Selanjutnya, dituliskan (Ǝx) (B(x) K(x))
Dibaca: ada x, dimana x itu suatu binatang dan x tidak mempunyai kaki
Contoh (3.10):
a) Jika diketahui semestanya A adalah himpunan dari semua bilangan asli, maka
pernyataan, maka tentukan nilai kebenaran dari pernyataan (x) x + 1 < 5
b) Misalkan B adalah himpunan semua bilangan bulat. Tentukan nilai kebenaran
(xB) x2 = x
c) Tentukan nilai kebenaran dari suatu pernyataan (x) r(x), jika r(x) = 3 x > 1 yang
didefinisikan pada himpunan bilangan asli
Pembahasan:
a) A = {1, 2, 3, 4, 5, . . . . }. Pernyataan: (x) x + 1 < 5 dapat dibaca: “terdapat x bilangan
asli dan x memenuhi persamaan x + 1 < 5”.
Berarti nilai x yang memenuhi adalah bilangan 1, 2, 3
______________________________________________ 45
LOGIKA MATEMATIKA 2018
Karena yang dibutuhkan sekurang-kurangnya satu saja, maka pernyataan (x) x + 1 < 5
akan bernilai benar
b) Pernyataan: (x) (x B) x2 = x dapat dibaca “ ada x adalah bilangan bulat dan x
memenuhi x2 = x”
Ditunjukan paling sedikit ada satu x bilangan bulat dan x memenuhi x2 = x
Ambil x = 1, maka ( 1)2 1 tidak memeuhi
x = 1, maka (1)2 1 memenuhi
Karena yang dibutuhkan hanya ada satu nilai saja, maka pernyataan (x) (x B)
x2 = x bernilai benar
c) A = {1, 2, 3, 4, 5, . . . . }. Pernyataan: (x) r(x), jika r(x) = 3 + x > 1, dibaca: “
Sekurang-kurangnya satu x dalam himpunan A, dan x memenuhi sifat 3 + x > 1”
Karena tidak ada satupun bilangan yang memenuhi pernyataan r(x) = 3 + x > 1,
maka pernyataan (x) (3 + x > 1) bernilai salah.
______________________________________________ 46
LOGIKA MATEMATIKA 2018
P(x,y) merupakan pernyataan terbuka, dan belum mempunyai nilai kebenaran.
Agar mempunyai nilai benar saja atau salah saja, harus ditambahkan suatu kuantor.
Misalnya kita ambil semesta pembicaraannya adalah himpunan bilangan cacah, maka
banyaknya kemungkinan pernyataan yang dapat dibentuk adalah
1) (x) (y) P(x,y) (x) (y), 3x 2y 12 , bernilai salah
2) (x) (y) P(x,y) (x) (y), 3x 2y 12 , bernilai salah
3) (x) (y) P(x,y) (x) (y), 3x 2y 12 , bernilai salah
4) (x) (y) P(x,y) (x) (y), 3x 2y 12 , bernilai benar
Untuk kemungkinan yang ke 1), 2) dan 3) adalah bernilai salah, jelas. Tetapi untuk
yang ke 4) mempunyai nilai benar sebab ada x = 0,1 dan ada y = 0,1,2,3,4,5 maka
pernyataan tersebut bernilai benar, sehingga dapat ditulis (x) (y), 3x 2y 12
Penjelasan: untuk x = 0, y = 0 3(0) 2(0) 0 12
x = 0, y = 1 3(0) 2(1) 2 12
x = 0, y = 2 3(0) 2(2) 4 12
x = 0, y = 3 3(0) 2(3) 6 12
x = 0, y = 4 3(0) 2(4) 8 12
x = 0, y = 5 3(0) 2(5) 10 12
x = 1, y = 0 3(1) 2(0) 3 12
x = 1, y = 1 3(1) 2(1) 5 12
x = 1, y = 2 3(1) 2(2) 7 12
x = 1, y = 3 3(1) 2(3) 9 12
x = 1, y = 4 3(1) 2(4) 11 12
x = 2, y = 0 3(2) 2(0) 6 12
x = 2, y = 1 3(2) 2(1) 8 12
x = 2, y = 2 3(2) 2(2) 10 12
x = 3, y = 0 3(3) 2(0) 9 12
x = 3, y = 1 3(3) 2(1) 11 12
Contoh (3.11 )
1. Semestanya R adalah himpunan bilangan-bilangan real
Fungsi pernyataan: p(x,y) : x+y = y+x (siafat komutatif
Kuantor: (∀x∊R) (∀y∊R) x + y = y + x bernilai benar
Dibaca: Untuk semua bilangan real x dan semua bilangan real y, maka berlaku
x+y=y+x
2. Semestanya A adalah himpunan bilangan positip
Fungsi pernyataan: q(x,y) = y < x
Kuantor: (∃x)(∀y) (y < x) bernilai salah
______________________________________________ 47
LOGIKA MATEMATIKA 2018
Dibaca: Terdapat bilangan positif x sedemikian sehingga untuk semua bilangan
positif y berlaku y<x)
Yang benar (∃x)( ∃y)(y<x)
Contoh (3.12):
Diketahui Semesta A = {Nyoman, Agus, Darman}, B = {Rita, Farida}, dan fungsi
pernyataan p(x,y) menyatakan x adalah kakak y.
a) (x A) (y B) p(x,y)
Dibaca:
“Untuk setiap x di dalam anggota himpunan A, dan untuk setiap y di dalam anggota
himpunan B maka berlaku x adalah kakak y”
Berarti bahwa Nyoman, Agus dan Darman adalah kakak dari Rita dan Farida
b) x A, y B, p(x,y)
Dibaca:
“Untuk setiap x dalam anggota himpunan A, ada y dalam anggota himpunan B,
maka x adalah kakak y”
Berarti bahwa Nyoman, Agus dan Darman adalah kakak dari Rita atau Farida.
c) (x A) (y B), p(x,y)
Dibaca:
“Ada x di A, untuk setiap y di B sedemikian hingga x adalah kakak y”
Berarti bahwa ada diantara Nyoman atau Agus atau Darman yang mempunyai
kakak Rita dan Farida.
d) (x A), (y B) , p(x,y)
Dibaca:
“Ada x di A dan ada y di B sedemikian hingga x adalah kakak y”
Berarti bahwa ada diantara Nyoman atau Agus atau Darman yang mempunyai
kakak Rita atau Farida.
______________________________________________ 48
LOGIKA MATEMATIKA 2018
b) Ada pernyataan “Ada x bersifat Q(x)” ingkarannya “Tidak ada x bersifat Q(x)”
Kata “tidak ada” atau “terdapat” = “semua”
Dituliskan: ~ ( x) Q(x) (x) ~ Q(x)
Atau bisa pakai notasi berikut:
Jadi negasi (ingkaran) pernyataan ”Semua x bersifat P(x)” adalah ”Ada x yang tidak
bersifat P(x)”, dan negasi kalimat ”Ada x yang bersifat Q(x)” adalah ”Semua x tidak bersifat
Q(x). dengan kata lain bahwa:
Negasi suatu pernyataan yang memuat kuantor universal adalah kuantor eksistensial
dan negasi dari suatu pernyataan yang memuat kuantor eksistensial adalah kuantor
universal.
Ingkaran pernyataan berkuantor ganda dilakukan dengan cara yang sama seperti
ingkaran pada kalimat berkuantor tunggal. Misalnya:
~ [ (x) ( y) P(x,y) ] (x) (y) ~ P(x,y)
~ [ (x) (y) P(x,y) ] (x) ( y) ~ P(x,y)
Contoh (3.13 ):
a) semua bilangan bulat adalah positif
Ditulis: ( x) (B(x) P(x))
Ingkarannya adalah: (Ǝx) (B(x) ~ P(x))
Atau bisa juga ditulis
(x) B(x) P(x) (x)( B(x) P(x) ) (x)(B(x) P(x)
Dibaca: ada bilangan bulat, yang tidak positif
Dibaca:
1. “Tidak untuk semua bilangan bulat x dalam himpunan N, terdapat
bilangan bulat y dalam N yang memenuhi x = 2y”
______________________________________________ 49
LOGIKA MATEMATIKA 2018
Contoh (3.14):
Tentukan ingkaran-ingkaran dari setiap pernyataan
a) ~ (( x) x x ) d). ~ (( x) x 2 x )
______________________________________________ 50
LOGIKA MATEMATIKA 2018
d) ~ [(x A) (y B) p(x,y)]
Selanjutnya jika suatu pernyataan terbuka yang memuat tiga perubah x, y dan z
ditulis p(x,y,z) atau P(x,y,z) , jika ditambahkan suatu kuantor di depan pernyataan tersebut
akan menjadi:
a. x y z P x, y,z , e. x y z P x, y,z ,
b. x y z P x, y,z f. x y z P x, y,z
c. x y z P x, y,z g. x y z P x, y,z
d. x y z P x, y,z h. x y z P x, y,z ,
Sedangkan negasinya adalah sebagai berikut:
______________________________________________ 51
LOGIKA MATEMATIKA 2018
b. x y z P(x, y,z) (x ) (y) (z) P(x, y,z) x y z P(x, y,z)
Contoh (3.17):
Diketahui A = himpunan semua bilangan asli = {1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9, ...}
Didefinisikan pernyataan K x, y,z 2x – y 5z 10
K x, y,z adalah fungsi pernyataan pada A x A x A.
Maka tentukan nilai kebenaran dari fungsi pernyatan berikut:
a) x y z K(x, y,z)
b) x y z K(x, y,z)
c) x y z K(x, y,z)
Pembahasan
Pernyataan a) bernilai benar sedangkan b) bernilai salah dan c) bernilai salah
______________________________________________ 52
LOGIKA MATEMATIKA 2018
d. Semua bilangan integer adalah positif atau tidak ada bilangan integer yang
positif
4. Tuliskan pernyataan-pernyataan berikut ini dalam bentuk simbolik, kemudian
tentukan negasinya
a) Setiap bilangan kuadrat lebih besar atau sama dengan nol
b) Ada segi tiga sama kaki yang bukan segi tiga sama sisi
c) Tidak ada manusia yang hidup abadi
d) Di perguruan tinggiku ada profesor wanita
6. Misalkan C(x) adalah pernyataan “x berbicara bahasa Inggris” dan B(x) adalah
pernyataan “x menguasai bahasa pemrograman Delphi”. Ubahlah pernyataan
berikut ke symbol kuantor kemudian buat negasinya
a) Ada mahasiswa IST Akprind yang dapat berbicara Bahasa inggris dan
menguasai Bahasa Delphi
b) Ada mahasiswa IST Akprind yang dapat berbicara Bahasa inggris tetapi tidak
menguasai Bahasa Delphi
c) Semua mahasiswa IST Akprind yang dapat berbicara Bahasa inggris sekaligus
menguasai Bahasa Delphi
d) Tidak ada mahasiswa IST Akprind yang dapat berbicara Bahasa inggris dan
menguasai Bahasa Delphi
7. Misal p(x) : x adalah planet seperti bumi dan q(x) : x mendukung kehidupan
Terjemahkan pernyataan kuantor berikut ini ke dalam Bahasa sehari-hari
a. (x) p(x) q(x)
b. (x) p(x) (x) q(x)
c. (x) [p(x) ~ q(x)]
d. (x) p(x) (x) ~ q(x)
11. Jika diketahui semesta pembicaraannya adalah himpunan {1, 2, 3}. Tentukan nilai
kebenaran pernyataan berikut
a) x y x 2 y 2 12 e) x y (x2 y 1)
b) x y x 2 y 2 12 f) x y (x2 y 1)
c) x y x 2 y 2 12 g) x y (x2 y 1)
d) x y x 2 y 2 12 h) x y (x2 y 1)
______________________________________________ 54
LOGIKA MATEMATIKA 2018
(f). x p(x) y q(y) (l). x y z p(x,y,z)
15. Ambil M = {1, 2, 3} adalah himpunan universal, tentukan nilai kebenaran dari setiap
pernyataan berikut ini :
(a). x y (x y 1) (g) x y , x2 + y2 20
(b) x y (x y 1) (h) x y , x2 + y2 20
(c). x y , x2 + y2 13 (i) x y z, x2 + y2 z2
(d). x y , x2 + y2 13 (j) x y z, x2 + y2 z2
(e). x y , x2 + 2y < 10 (k) x y z, x2 + y2 z2
(f). x y , x2 + 2y > 10 (l) x y z, x2 + y2 z2
===@@@===
______________________________________________ 55
LOGIKA MATEMATIKA 2018
BAB IV
METODE PEMBUKTIAN DAN PENARIKAN KESIMPULAN
4.1. Kompetensi.
Mahasiswa diharapkan mampu menggunakan konsep-konsep penalaran atau
logika secara benar, tepat dan dapat membuat suatu kesimpulan dalam validitas
pembuktian, seperti bukti langsung dan bukti tidak langsung, prinsip modus ponen, modus
tollens, silogisma, dan induksi matematik.
Argumen contoh (4.2) diatas dikatakan valid jika hipotesis p, p → q dan konklusi atau
kesimpulan q juga benar. Periksa tabel 4.1 diatas, p, q, dan p → q secara bersama-
sama bernilai benar pada baris pertama. Jadi argumen dalam contoh (4.2) adalah
valid (tepat)
Cara 2: Dengan menguji nilai kebenaran proposisi [p ∧ (p → q)] → q merupakan
tautology, menggunakan tabel nilai kebenaran, berikut ini:
Tabel 4.2 Tabel nilai kebenaran cara 2
p q pq p (p q) [p (p q)] q
B B B B B
B S S S B
S B B S B
S S B S B
Tautologi
Tabel di atas memperlihatkan bahwa [p ∧ (p q)] q adalah tautologi sehingga
argumen diatas adalah valid (tepat)
______________________________________________ 57
LOGIKA MATEMATIKA 2018
Contoh (4.3):
Perhatikan argument yang memuat disjungtif berikut:
Sangaji bermain gitar atau keyboard. Sangaji tidak bermain gitar. Jadi
kesimpulannya adalah Sangaji bermain keyboard.
Pembahasan:
Misal kan: p: Sangaji bermain gitar
q: Sangaji bermain keyboard
Maka argument diatas mempunyai symbol sebagai berikut:
p∨q
~p
∴ q
Jadi kesimpulannya: Sangaji bermain keyboard. Argumen ini adalah valid (tepat).
Selanjutnya argumen diatas dapat dinyatakan sebagai pernyataan kondisional yaitu
[(p q) ~ p ] q . Kemudian untuk membuktikan bahwa argument tersebut valid, dengan
menggunakan tabel nilai kebenaran yang disajikan dalam tabel 4.3 berikut ini:
. Tautologi
Jadi karena kesimpulan argumen pada tabel (4.3) pada kolom terakhir bernilai benar
semua (tautologi) maka argument dinyatakan valid.
Perlu diperhatikan bahwa jika tabel nilai kebenaran yang dihasilkan berupa tautologi,
maka argument dikatakan valid. Jika bukan, maka argumentnya tidak valid (invalid). Cara
lain untuk membuktikan keabsahan argumen bisa melalui bukti formal yaitu dengan
menggunakan hukum-hukum penggantian dan juga aturan yang ada
______________________________________________ 58
LOGIKA MATEMATIKA 2018
"Quod Erat Demonstrandum", adalah kata Latin untuk "itulah yang ditunjukkan". Atau
menggunakan persegi atau segitiga, seperti , □ atau ∎.
Contoh (4,5)
Buktikan, jika x 2 bilangan ganjil maka x adalah bilangan ganjil.
Bukti:
a) Pernyataan tersebut sangat sulit dibuktikan secara langsung, sebab:
Jika x 2 bilangan ganjil maka dapat ditulis sebagai x 2 2m 1 , untuk m adalah suatau
bilangan asli. Selanjutnya x berbentuk x 2m 1 . Jadi x = tidak dapat disimpulkan
apakah ia ganjil atau tidak. Sehingga bukti langsung tidak dapat digunakan.
b) Dengan bukti tidak langsung
Misalkan: p: x 2 bilangan ganjil dan p: x 2 bilangan genap
q: x adalah bilangan ganjil dan q: x adalah bilangan genap
Untuk membuktikan pernyataan inplikasi p q, dapat dibuktikan melalui
kontraposisinya q p yaitu “jika x 2 bukan bilangan ganjil, maka x bukan bilangan
ganjil”.
Atau dapat dikatakan bahwa: ”Jika x bilangan genap, maka x 2 bilangan genap”.
______________________________________________ 59
LOGIKA MATEMATIKA 2018
Karena x bilangan genap, maka dapat dinyatakan sebagai x = 2n, untuk setiap n adalah
bilangan bulat. Sehingga x2 (2n)2 4n2 2m , dengan m n2 yang merupakan
bilangan genap.
Jadi x 2 merupakan bilangan genap (Q.E.D)
Berikut ini adalah contoh suatu kesimpulan yang bernilai benar, yang diperoleh dari
suatu premis-premis yang bernilai salah, melalui suatu proses penarikan kesimpulan yang
valid berikut ini:
Contoh (4.8): contoh kesimpulan valid (benar) dari premis-premis yang salah
Premis 1: Kuda adalah binatang bersayap. (Salah)
Premis 2: Semua binatang bersayap tidak dapat terbang. (Salah)
Jadi kesimpulan: kuda tidak dapat terbang (Benar)
Berikut ini merupakan contoh suatu kesimpulan yang bernilai salah, yang diperoleh
dari suatu premis-premis yang bernilai salah, melalui suatu contoh proses penarikan
kesimpulan yang valid berikut ini:
Contoh (4.9): contoh kesimpulan tidak valid (salah) dari premis premis yang salah
Premis 1: Bulan lebih besar daripada bumi. (Salah)
Premis 2: Bumi lebih besar daripada matahari. (Salah)
Jadi kesimpulan bulan lebih besar daripada matahari (Salah)
______________________________________________ 60
LOGIKA MATEMATIKA 2018
Selanjutnya diberikan penarikan Kesimpulan yang sahih atau valid, di antaranya
adalah prinsip modus ponens, modus tolens, dan silogisme.
Artinya : Jika pernyataan “p q” bernilai benar dan pernyataan “p” bernilai benar
maka dapat ditarik kesimpulan bahwa “q” pasti bernilai benar, dituliskan sebagai
{(p q) p} q merupakan suatu tautologi. Dengan nilai kebenarannya dinyatakan
dalam tabel nilai kebenaran 4.1 berikut ini:
Tabel 4.1 Prinsip Modus Ponnens
p q pq (p q) p {(p q) p} q
B B B B B
B S S S B
S B B S B
S S S S B
Tautologi
Catatan: Jadi prinsip modus ponens {(p q) p} q selalu bernilai benar (kolom terakhir)
Contoh (4.10):
a) Jika saya belajar maka saya lulus ujian, kenyataannya saya belajar. Kesimpulannya
saya lulus ujian
Pembahasan:
Misalnya: p: pengganti pernyataan “saya belajar”
______________________________________________ 61
LOGIKA MATEMATIKA 2018
q: pengganti pernyataan “saya lulus ujian”
Sehingga menjadi:
Premis 1 : pq
Premis 2 : p
&
Kesimpulan : q (modus Ponens)
Jadi kesimpulannya: Saya lulus ujian (Valid)
b) Jika bulan Ramadhan kuliah diliburkan, mbak Niken akan berlibur ke Jepang.
Kenyataannya bulan Ramadhan kuliah diliburkan. Maka dapat disimpulkan bahwa
mbak Niken akan berlibur ke Jepang
Pembahasan:
Misalkan: R: “bulan Ramadhan kuliah diliburkan”
N: “mbak Niken akan berlibur ke Jepang”
Dengan menggunakan kaidah modus Ponens, dapat disusun premis-premis
sebagai berikut:
Premis 1 : R N
Premis 2 : R &
Kesimpulan: N (modus Ponens)
Jadi kesimpulannya adalah mbak Niken akan berlibur ke Jepang (Valid)
Dari contoh tersebut dapat dituliskan dalam prinsip dasa sebagai berikut:
Prinsip Modus Tollens
notasi lain
Premis 1 : p q
dapat dituliskan
Premis 1 : p q
Artinya : Jika pernyataan (p q) bernilai benar danq bernilai benar maka dapat
disimpulkan p pasti bernilia benar.
Dinyatakan sebagai {(p q) q} p merupakan tautologi (Kolom terakhir dari tabel 4.3)
______________________________________________ 62
LOGIKA MATEMATIKA 2018
Tabel 4.3 Prinsip Modus Tollens
p q p q pq (p q) q {(p q) q} p
B B S S B S B
B S S B S S B
S B B S B S B
S S B B B B B
Tautologi
Catatan: Jadi prinsip modus Tollens {(p q) q} p selalu bernilai benar
Selanjutnya jika terdapat argument seperti di bawah ini, akan diperoleh kesimpulan
yang salah, yang sering terjadi dalam diskusi- diskusi di kelas sebagai berikut:
Contoh (4.12): kembali ke contoh (4.10)
Jika argumennya seperti berikut ini:
Premis1: Jika minuman keras maka minuman itu haram.
Premis2: Minuman ini bukan minuman keras
Kesimpulan: Minuman ini tidak haram
Dapat dituliskan sebagai:
Premis 1: pq
Premis 2: p
Kesimpulan: q (salah!) , tidak valid
Jadi kesimpulannya: minuman ini tidak haram adalah suatu argument yang salah
(tidak mengikuti kaidah atau prinsip modus ponens ataupun modus Tollens)
Alasannya: bagi orang Islam, daging babi itu bukan minuman keras tetapi haram.
______________________________________________ 63
LOGIKA MATEMATIKA 2018
Jadi sebenernya bentuk lain dari Prinsip Modus Tollens adalah juga modus Ponnens,
jika pernyataan p diganti q dan q diganti p dan selalu bernilai benar. Jadi bentuk modus
Tollens adalah modus Ponens,
Artinya : Jika pernyataan q p bernilai benar dan q bernilai benar maka dapat
disimpulkan p pasti bernilai benar. Dinyatakan sebagai {(q p) q} p merupakan
tautologi (Kolom terakhir dari tabel 4.4)
Tabel 4.4 Prinsip Modus Tollens
p q p q q p (q p) q {(q p) q} p
B B S S B S B
B S S B S S B
S B B S B S B
S S B B B B B
Tautologi
Contoh (4.13):
Jika diketahui
Premis 1: Jika saya tidak lulus ujian maka saya tidak belajar
Premis 2: Saya tidak lulus ujian
&
Kesimpulan: Saya tidak belajar
Pembahasan:
Misalkan: p: “saya belajar” dan p : “saya tidak belajar”
q: “saya lulus ujian” dan q : “saya tidak lulus ujian”
Soal diatas dapat ditulis sebagai:
atau bentuk
(1) Premis 1 : p q
kontraposisin ya
(2) Premis 1 : q p
Premis 2 : q Premis 2 : q
&
&
Kesimpulan : p Kesimpulan : p
______________________________________________ 64
LOGIKA MATEMATIKA 2018
dan premis 2 (premis minor, premis khusus). Prinsip silogisme dapat dituliskan sebagai
berikut:
Prinsip dasar Silogisme:
Premis 1 : pq
Premis 2 : qr &
Konklusi : pr
______________________________________________ 65
LOGIKA MATEMATIKA 2018
Misalkan: p: x bilangan real
q: x 2 0
r: (x2 2) 0
Premis 1: Jika x bilangan real, maka x 2 0 Notasi
P1: pq
Premis 2: Jika x 2 0 , maka (x2 2) 0 , P2: qr
Konklusi : Jika x bilangan real maka (x2 2) 0 Kesimp: p r
(Silogisme-valid)
4) Apabila kedua premis bersifat negatif, maka kesimpulannya tidak sah (tidak valid)
Contoh (4.19):
Premis 1: Kerbau bukan bunga mawar .
Premis 2: Kucing bukan bunga mawar .
Kesimpulannya: tidak mempunyai kesimpulan
5) Apabila term penengah dari suatu premis tidak tentu, maka kesimpulannya tidak sah
(tidak vaid)
______________________________________________ 66
LOGIKA MATEMATIKA 2018
Contoh (4.20):
Premis 1: semua ikan berdarah dingin.
Premis 2: Binatang ini berdarah dingin.
Maka kesimpulannya: binatang ini adalah ikan?
Mungkin saja binatang melata.
6) Term-1 dalam kesimpulan harus konsisten dengan term 1 yang ada pada premisnya.
Apabila tidak konsisten, maka kesimpulannya akan salah (tidak valid).
Contoh (4.21):
Premis 1: Kerbau adalah binatang.
Premis 2: Kambing bukan kerbau.
Kesimpulannya: Kambing bukan binatang?
Binatang pada konklusi merupakan term negatif sedangkan pada premis 1 bersifat
positif
7) Term penengah harus bermakna sama, baik dalam premis 1 (mayor) maupun premis
2 (minor). Bila term penengah bermakna ganda kesimpulan menjadi lain dan tidak
valid.
Contoh (4.22):
Premis 1: Bulan itu bersinar di langit
Premis 2: Januari adalah bulan
Kesimpulannya: Januari bersinar dilangit?
8) Silogisme harus terdiri tiga term, yaitu term 1 (premis 1), term 2 (premis 2), dan term 3
adalah kesimpulan. Jika tidak demikian, maka tidak bisa diturunkan konklsinya.
Contoh (4.23):
Premis 1: Kucing adalah binatang.
Premis 2: Domba adalah binatang.
Premis 3: Beringin adalah tumbuhan.
Premis 4: Sawo adalah tumbuhan.
Dari ke 4 premis tersebut tidak dapat diturunkan kesimpulannya
______________________________________________ 67
LOGIKA MATEMATIKA 2018
Tabel 4.6 Tabel nilai kebenaran [(p q) p] q
p q p q [(p q) p] [(p q) p] q
B B B B B
B S S S B
S B B S B
S S B S B
Tautologi
b) Silogisme hipotetik yang premis minornya mengakui bagian konsekuennya.
Contoh (4.25):
Premis 1: Jika hujan, bumi akan basah P1: pq
Premis 1: Sekarang bumi telah basah P2: q
Kesimpulan: Hujan telah turun Kesp p (Invalid)
Contoh (4.28)
P1: p q
Notasi
a) Premis1: Heri jujur atau berbohong.
Premis 2: Ternyata Heri berbohong P2: q
Konklusi : Ia tidak jujur Kesimp: p (Invalid)
______________________________________________ 69
LOGIKA MATEMATIKA 2018
Tabel 4.6a. Tabel kebenaran {(p q) q} p
p q p pq (p q) q {(p q) q} p
B B S B B S
B S S B S B
S B B B B B
S S B S S B
Bukan Tautologi
P1: p q
Notasi
d) Premis 1: Penjahat itu lari ke Solo atau ke Yogyakarta.
Premis 2: Ternyata tidak lari ke Yogyakarta P2: q
Kesimpulan: Dia lari ke Solo? Kesimp: p (valid)
Tabel 4.6d. Tabel kebenaran {(p q) q} p
p q q pq (p q) q {(p q) q} p
B B S B S B
B S B B B B
S B S B S B
S S B S S B
Tautologi
______________________________________________ 70
LOGIKA MATEMATIKA 2018
Kesimpulan dari contoh diatas tampak bahwa dari tabel 4.6c dan tabel 4.6d pada
kolom terakhir adalah tautology (valid), sehingga dipakai sebagai dasar silogisme disjungtif:
Prinsip dasar 1:
Premis 1: p q
Premis 2: ~p
&
Konklusi: q (Valid)
Artinya : Jika pernyataan (p q) bernilai benar dan p bernilai benar, maka dapat
disimpulkan kalimat g pasti bernilai benar. Dinyatakan {(p q) p} q adalah tautologi.
Sehingga dikatakan sebagai prinsip silogisme disjungtif yang valid.
Prinsip dasar 2:
Premis 1: p q
Premis 2: ~q
&
Konklusi: p (Valid)
Artinya : Jika pernyataan (p q) bernilai benar danq bernilai benar, maka dapat
disimpulkan kalimat p pasti bernilai benar. Dinyatakan {(p q) q} p adalah tautologi.
Sehingga dikatakan sebagai prinsip silogisme disjungtif yang valid.
Contoh (4.29):
Premis 1: Pengalaman ini berbahaya atau membosankan
Premis 2: Pengalaman ini tidak membosankan
Konklusi: Pengalaman ini berbahaya
Pembahasan:
Dengan Notasi: misalkan p: pengalaman ini berbahaya,
q: pengalaman ini membosankan
Diperoleh: Premis 1: p q
Premis 2: ~q &
Konklusi: p (Valid)
Contoh (4.30):
Prinsip dasar: Premis 1: p ∨ q
Premis 2: q &
Konklusi : ~p (tidak valid)
Tetapi jika ada kemungkinan kedua pernyataan p dan q tidak sekaligus bernilai
benar (disjungsi eksklusif), maka sillogisma disjungtif di atas adalah valid.
______________________________________________ 71
LOGIKA MATEMATIKA 2018
Contoh (4.31) Konjungsi
Premis 1 : p
Premis 2 : q
Konklusi : p q
Artinya : p benar, q benar dan p q benar.
Premis 1 :p &
Konklusi :pq
Artinya : p benar, dan p q benar (tidak peduli q bernilai benar atau salah)
Premis 1 : (p q) (r s)
Premis 2 : p r
Konklusi : q s
Contoh (4.32) :
Premis 1: Jika hari hujan, aku akan tinggal di rumah; tetapi jika pacar datang, aku
pergi berbelanja.
Premis 2: Hari ini hujan atau pacar datang.
Konklusi: Aku akan tinggal di rumah atau pergi berbelanja.
Premis 1 : (p q) (r s)
Premis 2 : ~q ~s
Konklusi : ~p~r
Contoh (4.33) :
Premis 1 : Jika aku memberikan pengakuan, aku akan digantung; dan jika
aku tutup mulut, aku akan ditembak mati.
Premis 2 : Aku tidak akan ditembak mati atau tidak akan digantung.
______________________________________________ 72
LOGIKA MATEMATIKA 2018
Konklusi : Aku tidak akan memberikan pengakuan, atau tidak akan tutup mulut.
Contoh (4.34):
Diberikan argumen : P1 : (p ∧ q) [p (s ∧ t)]
P2: (p ∧ q) ∧ r
Konklusi: s ∨ t
Apakah argumen di atas valid?
Pembahasan:
Berikut ini adalah langkah-langkah pembuktian yang dilakukan:
1. (p ∧ q) [p (s ∧ t)] Premis
2. (p ∧ q) ∧ r Premis
3. p ∧ q 2, Penyederhanaan
4. p (s ∧ t) 1, 3, Modus Ponen
5. p 3, Penyederhanaan
6. s ∧ t 4, 5, Modus Ponens.
7. s 6, Penyederhanaan
8. ∴s ∨ t 7, Tambahan
Jadi argumen tersebut di atas adalah absah (valid).
Contoh (4.35):
Jika pengetahuan logika diperlukan atau pengetahuan aljabar diperlukan
maka semua orang akan belajar matematika. Pengetahuan logika diperlukan dan
pengetahuan geometri diperlukan. Karena itu semua mahasiswa akan belajar
matematika. Validkah argumentasi di atas?
Pembahasan:
Kita terjemahkan argumen- argumen di atas ke bentuk simbol-simbol berikut.
Misalnya: L = pengetahuan logika diperlukan,
A = pengetahuan aljabar diperlukan,
M = Semua orang akan belajar matematika,
G = pengetahuan geometri diperlukan.
Maka diperoleh:
1. (L ∨ A) M Premis
2. L ∧ G Premis
3. L 2, Penyederhanaan
4. L ∨ A 3, Tambahan
5. ∴ M 1, 4, Modus Ponen
Jadi argumen di atas adalah valid.
______________________________________________ 73
LOGIKA MATEMATIKA 2018
baik-baik cara menerjemahkan argumentasi itu menjadi suatu simbol-simbol untuk
mempermudah pembuktian.
Contoh (4.36) :
Tunjukan bahwa pernyataan
“jika a2 adalah bilangan genap, maka a adalah bilangan genap”.
Ditulis dengan notasi a2 = genap a = genap
Jawab: (menggunakan reductio ad absurdum)
Diketahui : a 2 = bilangan genap
Akan ditunjukkan : a = bilangan genap
Bukti:
Andaikan a bukan bilangan genap ( a bilangan genap) berarti a = bilangan ganjil.
yaitu a 2k 1 , dengan k = bilangan bulat.
Oleh karena itu maka:
a2 ( 2k 1)2 4k 2 4k 1 2 (2k 2 + 2k) + 1
bilangan bulat
a2 bilangan ganjil
______________________________________________ 74
LOGIKA MATEMATIKA 2018
Jadi a 2 = bilangan ganjil ……………………………..…………..(1)
Padahal diketahui a 2 = bilangan genap ………………………… …. (2)
Dari (1) dan (2), timbul kontradiksi yaitu a 2 = ganjil dan a 2 = genap
Sehingga pengandaian harus diingkar.
Yaitu: a = bilangan genap.
Jadi terbukti : a 2 = genap a = genap. (Q.E.D)
Contoh (4.37):
a(1 rn )
Tunjukan bahwa jumlah suku ke-n dalam deret ukur adalah Dn
(1 r)
Jawab: (gunakan induksi untuk membuktikan bentuk ini)
Bentuk deret ukur: a , ar , ar 2 , …… , arn 1 , ……
Dimana : i). Suku ke-n, Sn arn 1
a(1 rn )
ii). Jumlah n-buah suku pertama Dn
(1 r)
Langkah Induksi sebagai berikut :
1. Basis induksi :
Ditunjukkan pernyataan benar untuk n=1
a(1 r)
Untuk n = 1, maka D1 a (bernilai benar)
1 r
2. Hipotesis induksi:
Anggapan pernyataan benar untuk n = p
Artinya untuk setiap n diganti p, rumus Dn diatas menjadi Dp adalah benar.
a (1 r p )
Sehingga diperoleh rumus Dp S1 S2 ...... Sp
1 r
3. Langkah induksi
Akan ditnjukkan rumus Dn bernilai benar untuk n = (p+1), yaitu:
Dp+1 S1 S2 ...... Sp Sp+1
Dari rumus ini dapat diturunkan sebagai berikut:
Dp+1 S1 S2 ...... Sp Sp+1
Dp
Dp Sp+1
______________________________________________ 75
LOGIKA MATEMATIKA 2018
a(1 rp ) a(1 rp )
arp , disini Dp dan S ar p
1 r 1 r p+1
1 r p 1 r p (1 r)r
p
a rp a
1 r 1 r (1 r)
1 rp rp rp 1
a
1r
1 rp 1
Dp+1 a
1 r
1 rp 1
Jadi terbukti Dp+1 a adalah benar. (Q.E.D)
1 r
1. Periksa apakah argumen berikut ini sah atau tidak sah, menggunakan prinsip apa?
a. Jika hari ini hujan, maka saya membawa payung. Ternyata saya tidak membawa
payung. Oleh karena itu dapat disimpulkan bahwa hari ini tidak hujan.
b. Jika Indonesia negara agraris, maka industri di Indonesia tidak berkembang.
Kenyataannya ndustri di Indonesia tidak berkembang. Jadi dapat disimpulkan
Indonesia adalah negara agraris.
c. Saya tidak akan gagal dalam ujian Matematika, jika saya belajar. Tidak menonton
TV adalah syarat cukup agar saya belajar. Kenyataannya saya gagal dalam ujian
Matematika. Oleh karena itu dapat disimpulkan bahwa saya menonton TV.
______________________________________________ 76
LOGIKA MATEMATIKA 2018
e. Jika Budi rajin belajar maka ia menjadi pandai. Jika Budi menjadi pendai maka ia
lulus ujian
n2 (n 1)2
f) 13 23 33 . n3 , n bilanganbulat positip
4
n
n(n 1)( 2 n 1)
Atau k2 6
, n bilanganbulat positip
k 1
n(n 1)(n 2)
g) 1. 2 2.3 3.4 . n (n+1) , n bilanganbulat positip
3
h) 1. 2 2.22 3.23 . n. 2n 2 [1 (n 1) 2n ] ,
n bilanganbulat positip
1 1 1 1
i) ... n , n bilanganbulat positip
1 2 3 n
j) 4n 2n , n bilanganbulat positip n 5
k) (n 1)2 2n2 , n bilanganbulat positip n 3
l) n! 2n , n bilanganbulat positip n 4
===@@@===
______________________________________________ 77
LOGIKA MATEMATIKA 2018
BAB V
TEORI HIMPUNAN
5.1. Kompetensi
Mahasiswa diharapkan mampu menggunakan konsep-konsep dasar teori himpunan
secara benar. Mampu dan terampil dalam melakukan hitungan-hitungan dalam operasi-
operasi himpunan antara lain gabungan, irisan, komplemen, selisih, pergandaan himpunan,
dan partisi.
Definisi 5.1
Himpunan (set) adalah kumpulan dari objek-objek yang berbeda, yang didefinikan
secara jelas. (Liu, 1986). Himpunan digunakan untuk mengelompokkan sejumlah objek.
Objek yang terdapat dalam himpunan disebut elemen, unsur atau anggota. Biasanya notasi
himpunan ditulis dengan huruf besar seperti A, B, C, … dan anggota ditulis dengan huruf
kecil a, b, c, ... dan seterusnya
Jadi himpunan adalah kumpulan dari obyek-obyek yang mempunyai sifat tertentu
dan didefinisikan secara jelas. Kumpulan ini dapat berupa daftar, koleksi atau kelas.
Sedangkan obyek-obyek dalam kumpulan dapat berupa benda, orang, bilangan-bilangan
atau huruf. Obyek-obyek ini disebut anggota, unsur atau elemen dari himpunan tersebut.
Karena obyek-obyek dalam himpunan telah didefisnisikan secara jelas, sehingga dapat
dibedakan obyek mana yang menjadi anggota dan objek mana yang bukan menjadi
anggota.
Contoh (5.1):
1. Himpunan semua huruf hidup dari abjad, yaitu a, i, u, e, o
2. Himpunan semua bilangan riel x yang memenuhi x 2 3x 4 0
3. Himpunan semua bilangan genap, yaitu 0, 2, 4, 6, 8, .....
4. Himpunan semua bilangan riel x yang memenuhi x 2 3 0
Himpunan-himpunan yang akan dibahas di sini kita beri simbol dengan huruf besar
dari abjad : A, B, C, ... ,K, L, M, ... ,X ,Y, Z. Sedangkan anggota-anggota dari himpunanya
ditulis dengan huruf kecil a, b, ... ,x, y, … dan seterusnya.
Jika x anggota dari himpunan A, maka ditulis dengan simbol x A. Dan jika x bukan
anggota dari himpunan A, ditulis x A.
______________________________________________ 78
LOGIKA MATEMATIKA 2018
5.2.1. Cara Penulisan Himpunan
Untuk menuliskan atau menyatakan himpunan seperti pada contoh-contoh di atas
dirasakan sangat bertele-tele dan tidak singkat. Oleh karena itu diperlukan cara bagaimana
menuliskan himpunan itu secara matematis, singkat dan jelas.
Dalam konsep teori himpunan, ada tiga cara penulisan dalam himpunan antara lain:
1. Dengan cara mendaftar setiap anggota-anggotanya, diantara dua tanda kurung
kurawal.
Contoh (5.2):
a. A a, b, c , x , k artinya A merupakan suatu himpunan yang anggota-
anggotanya adalah a, b, c, x, dan k.
b. B = {Niken, Aisya, Aji} artinya B merupakan suatu himpunan dengan anggota-
anggotanya adalah Niken, Aisya dan Aji.
C adalah himpunan semua bilangan x yang memenuhi x2 – 3x – 4 0
c.
Jadi C = {-1, 4}
2. Dengan cara menyebut sifat-sifat yang dimiliki setiap anggotanya.
Contoh (5.3):
A = himpunan bilangan riil.
B = himpunan orang-orang asing.
C adalah himpunan bilangan asli antara 1 dan 6
D adalah himpunan bilangan riil yang lebih besar dari 5
E adalah himpunan yang terdiri dari bilangan 2, 4, 6, 8, 10
3. Dengan menyatakan syarat keanggotaannya.
Contoh (5.4):
A = {x / x adalah bilangan riil}
B = {x / x adalah orang asing}
C = {x | 1 < x < 6, x Asli}
D = {x | x > 5, x Riil}
E = {x | x < 5 dan x > 10, x Riil}
Contoh (5.5):
Gambarkan dengan diagram Venn himpunan-himpunan berikut ini :
a. S 0, 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9 , A 1, 3, 5, 7 dan B 0, 3, 7, 9
b. S 0, 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9 , A 0, 1, 3, 7 dan B 2, 4, 6
c. S = {0, 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9}, A = {0, 1, 2, 3, 5, 6, 7} dan B = {0, 1, 3, 7}
Jawab:
a. S = {0, 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9}, A = {1, 3, 5, 7} dan B = {0, 3, 7, 9}
______________________________________________ 79
LOGIKA MATEMATIKA 2018
Diagram Venn :
S
A B
1 0
3
9
5 7
4
2 6 8
Contoh (5.12)
Tentukan kardinalitas dari himpunan berikut:
a. A = {2, 4, 6, 8, 10}
b. B = {x | 1 < x < 6, x Asli}
c. C = {x | x > 5, x Riil}
d. D = {x | x bilangan cacah yang lebih kecil dari 10}
e. E = {x | x bilangan prima yang lebih kecil dari 15}
Jawab:
a. Untuk A = {2, 4, 6, 8, 10} maka n (A) = 5
b. Untuk B = {x | 1 < x < 6, x Asli} atau B = {2, 3, 4, 5}, maka n(B) = 4
c. Untuk C = {x | x > 5, x Riil}, maka n(C) = ~ (tak terhingga jumlahnya)
d. Untuk D = {x | x bilangan cacah yang lebih kecil dari 10} dapat dinyatakan
D = {0, 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8 ,9}.
Maka n(D) = 10
e. Untuk E = {x | x bilangan prima yang lebih kecil dari 15} atau dapat ditulis
sebagai E = {2, 3, 5, 7, 11, 13},
maka n(E) = 6
______________________________________________ 81
LOGIKA MATEMATIKA 2018
Contoh (5.13) :
Himpunan semua bilangan riil x yang memenuhi x 2 3 0
H {x / x bilanganriil, x2 3 0}
ditulis H =
Contoh (5.16) :
Misal A = {x / x = bilangan bulat positif } dan B = {x / x = bilangan riil}
maka A B
Sebab setiap elemen dalam A merupakan elemen dalam B, tetapi tidak sebaliknya.
Contoh (5.17)
Misalkan S = {0, 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9}
A = {x | x (x 1)(x 3) = 0, x Riil} atau A = {0, 1, 3}
B = {0, 1, 2, 3, 5, 6, 7}
Maka A B
Teorema (5.1):
“Himpunan kosong merupakan himpunan bagian setiap himpunan” atau ditulis
sebagai H. ( dimana H adalah sembarang himpunan)
Dalam notasi matematika ditulis:
x x x H . Implikasi ini bernilai benar. Dimana anteseden salah dan
konsekuennya benar.
______________________________________________ 82
LOGIKA MATEMATIKA 2018
Bukti : [Teorema 5.1]
Akan ditunjukkan : H. menggunakan Reduction Ad Absurdum
Andaikan himpunan bukan himpunan bagian dari H,
ditulis H atau H
Diturunkan menjadi: H x x x H
x x x H
x x x H
x x x H
Kalimat terakhir ini bernilai salah ( atau mustahil), karena himpunan kosong tidak
mempunyai anggota
Pengandaian harus diingkar Yaitu himpunan kosong merupakan himpunan bagian
dari setiap himpunan dinyatakan H.
Jadi terbukti bahwa himpunan kosong merupakan himpunan bagian setiap
himpunan. (Q.E.D)
A
A=B
B
A B , A ≠ B A=B
______________________________________________ 83
LOGIKA MATEMATIKA 2018
Contoh (5.19):
a. H = {x / x = himpunan bilangan-bilangan bulat positif} = {1, 2, 3, …}
H disebut himpunan tak berhingga.
b. K = {Ani, Joko, Tuti}. K disebut himpunan berhingga.
______________________________________________ 84
LOGIKA MATEMATIKA 2018
Himpunan A dikatakan ekuivalen dengan himpunan B, jika dan hanya jika kardinal
dari kedua himpunan sama. Notasi Matematika: A ~ B n(A) = n(B)
Contoh (5.25)
Misalkan S = {0, 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9},
A = {0, 1, 3, 7} n(A) = 4
B = {2, 4, 6, 7} n(B) = 4
n(A) = n(B) A ~ B
S S
Contoh (5.27)
Misalkan S = {0, 1, 2, 3, 4, 5, 6,7, 8, 9}, A = {1, 3, 5, 7} dan B = {0, 3, 7, 9}
Diagram Venn :
S A B
A B = {0, 1, 3, 5, 7, 9}
1 3 0
7 9
5
4 2 6 8
Contoh (5.28):
______________________________________________ 85
LOGIKA MATEMATIKA 2018
Misalkan A = { a, b, c } dan B = { b, c, d, e }
A B = { a, b, c, d, e } dan B A = { a, b, c, d, e }
Maka A B = B A = { a, b, c, d, e }
A A = A dan B B = B
S
(A B) = {x / x A x B}.
atau
x( A B ) x x A x B
Contoh (5.29)
S = {0, 1, 2, 3, 4, 5, 6,7, 8, 9}, A = {1, 3, 5, 7} dan B = {0, 3, 7, 9}
Diagram Venn :
S A B
1 3 0 A B = {3, 7}
7 9
5
4 2 6 8
Contoh (5.30):
Misalkan A ={ a, b, c } , B = { b, c, d, e } dan C = {a ,b ,c ,e, f}
Maka A B = { b, c } ; B A = { b, c }
B C = {b, c, e} ; (A B) C = { b, c }
A (B C) = { b, c }
Kesimpulan: 1. A A = A dan B B = B
2 A B = B A
3 (A B) C = A (B C)
5.4.3 Komplemen.
______________________________________________ 86
LOGIKA MATEMATIKA 2018
Komplemen dari himpunan A ditulis A c atau A adalah himpunan yang anggota-
anggotanya dalam semesta (S) yang bukan anggota A. Atau A c dinyatakan sebagai :
Ac = { x /x A x S } atau x Ac (x) x A
Diagram Venn
S
A
Ac
Contoh (5.31)
Misalkan S = { a, b, c, d, e, f, g, h } dan A = { b, d, e, h }
A c = { a, c, f, g }
Contoh (5.32)
S = {0, 1, 2, 3, 4, 5, 6,7, 8, 9}, A = {1, 3, 5, 7}
Diagram Venn:
S
AC
0 A maka AC = {0, 2, 4, 6, 8, 9}
2 1 3 (yang diarsir)
5 7
4 9
6 8
A -B { x /x A x B}
{ x /x A x Bc }
A Bc
Contoh (5.33):
Misalkan A = { a, b, c, d, e } dan B = { b, d, e, g, h }
A – B = { a, c } dan B – A = { b, c }
Kesimpulan: A – B ≠ B – A
Contoh (5.34)
S = {0, 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9}, A = {1, 2, 3, 7} dan B = {0, 3, 7, 9}
______________________________________________ 87
LOGIKA MATEMATIKA 2018
Diagram Venn :
S A B
A – B = {1, 2}
1 3 0 (yang diarsir)
7 9
2
4 5 6 8
Contoh (5.35)
S = {0, 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9}, A = {1, 2, 3, 7} dan B = {0, 3, 7, 9}
Diagram Venn :
S A B
3 0 A B = {1, 2, 8, 9}
1
7 9 ( Yang diarsir)
2
4 5 6 8
Contoh (5.36):
Misalkan A = { a, b, c, d, e } dan B = { b, d, e, f, g, h }
A B = { a, b, c, d, e, f, g, h }
A B = { b, d, e }
A B = { a, c, f, g, h } dan B A = { a, c, f, g, h }
Kesimpulan A B = B A
______________________________________________ 88
LOGIKA MATEMATIKA 2018
6. Hukum identitas : a. A S S
b. A =
7. Hukum Komplemen: a. A Ac S
b. A A c
8. Hukum Komplemen: a. (Ac )c A
b. Sc = dan c = S
9. Hukum De Morgan: a. (A B)c = Ac Bc
b. (A B)c = Ac Bc
______________________________________________ 89
LOGIKA MATEMATIKA 2018
5.7. Pergandaan Himpunan
Secara intuitif, pasangan (x, y) dikatakan pasangan terurut atau berurutan, dengan x
urutan pertama dan y urutan kedua. Dua pasangan terurut (a, b) dan (c, d) dikatakan sama
jika hanya jika a = c dan b = d. Dapat ditulis sebagai :
(a, b) = (c, d) a = c b = d.
y
Secara umum (a, b) (b, a)
(-x,y) (x,y)
y y
x
-x 0 x
Dapat diperluas menjadi n–pasangan terurut yaitu :
(a1, a2, ….., an) = (b1, b2, ... bn) ai = bi, untuk i = 1, 2, …..n.
Contoh (5.37):
1) (2, 5) dan (5, 2) merupakan dua pasangan yang berbeda.
2) Setiap titik-titik pada koordinat kartesius menyetakan pasangan terurut dari
bilangan-bilangan riil.
3) Himpunan {3, 2, 7} bukan pasangan terurut, sebab 3, 2 dan 7 tidak mempunyai
urutan.
A xB (x,y) /x A y B
Atau (x, y) A x B (x, y) x A .. y B
Hasil ganda kartesius tidak terbatas pada dua himpunan. Hasil ganda kartesius dari
himpunan-himpunan H1,H2 ,H3 , ... ,Hn diberi notasi dengan
n
X H i H1 x H2 x ....x H n (h1,h2 , ... ,h n ) / h1 H1,h2 H2 ... ,h n H n adalah
i 1
himpunan semua n-tripel (h1,h2 , ... ,h n ) dengan hi H i dengan urutan diperhatikan.
Jika H i H ,untuk semua I = 1,2,3, …. , n, maka himpunan
n
X H i H x H x ....x H (h1,h2 , ... ,h n ) / h1,h2 , ... ,h n H diberi notasi H n
i 1
______________________________________________ 90
LOGIKA MATEMATIKA 2018
Catatan:
a. Jika himpunan A mempunyai n-anggota dan himpunan B mempunyai m-anggota maka
perkalian himpunan A x B mempunyai (n x m) anggota
b. Jika A dan B adalah dua himpunan kosong, maka A x B adalah himpunan kosong, yaitu
A = atau B = , maka A x B = .
c. Jika H adalah suatu himpunan yang tidak kosong, maka hasil ganda terhadap dirinya
sendiri dinyatakan sebagai A x A atau A2.
Contoh (5.38):
Misalkan H = {1, 3, 7},
Maka H x H = {(1,1), (1,3), (1,7), (3,1), (3,3), (3,7), (7,1), (7,3), (7,7)}
Diagram koordinat nya sbb:
7
3
1
0 13 7
x
Diagram Koordinat H x H
Pada umumnya pergandaan himpunan tidak mempunyai sifat kumutatif yaitu
A x B B x A.
Contoh (5.39):
Misalkan H = {a, b} dan K = {c, d}
maka
H x K = {(a, c), (a, d), (b, c), (b ,d)} dan
K x H = {(c, a), (c, b), (d, a), (d, b)}
Karena (a, c) (c, a), (a, d) (d, a), (b, c) (c, b) dan (b, d) (d, b)
maka (H x K) (K x H)
Contoh (5.40):
Berikut diberikan hasil ganda kartesius
a. [0, ) x [ 1,1] x {0,1} {(x, y, 0),(x, y,1) / 0 x, 1 y 1}
b.
Rn R x R x ....x R (h1,h2 , ... ,h n ) / hi R, i 1, 2, 3,...,n
______________________________________________ 91
LOGIKA MATEMATIKA 2018
5.8. Keluarga Himpunan
Himpunan dari himpunan-himpunan disebut keluarga himpunan atau kumpulan
himpunan. Keluarga himpunan diberi notasi A, B, C, …..
Contoh (5.41)
A = {{1,2,3}, {3,4,5}, {3,6}, {2,3,6,7,9,10}} merupakan keluarga himpunan yang
terdiri atas 4 himpunan {1,2,3}, {3,4,5}, {3,6}, dan {2,3,6,7,9,10}
Perhatikan 5{3,4,5} dan {3,4,5}A tetapi 5 A
Catatan:
Keluarga berindeks dapat berupa himpunan berhingga maupun himpunan tak
berhingga. Banyaknya anggota setiap himpunan juga tidak harus sama, dan indeks yang
berbeda tidak berkorespondensi dengan himpuanan yang berbeda dalam keluarga
himpunan
Operasi-operasi himpunan juga berlaku untuk keluarga himpunan berindeks, seperti
gabungan dan irisan, meskipun ada perbedaan notasinya.
Contoh (5.43) :
a. Gabungan keluarga himpunan berindeks dinyatakan
______________________________________________ 92
LOGIKA MATEMATIKA 2018
Contoh (5.44) :
a. Diketahui I = {0, 1, 2, 3, 4} dan A x {2x 4, 8,12 2x} untuk setiap x I
Maka A0 {4, 8,12}, A1 {6, 8,10}, A 2 {8, 8, 8} {8}, A3 {10, 8, 6}, A 4 {12, 8, 4}
Himpunan berindek memiliki 5-anggota
Keluarga himpunan berindeks hanya mempunyai 3 anggota, yaitu
A0 A 4 , A1 A3 dan A 2 atau A {A x : x I}
Sehingga A i {4, 6, 8,10,12} dan Ai { 8 }
i I iI
b. Untuk n N dan A n {n, 2n 1, 2n}
Maka A1 {1, 2}, A 2 {2, 3, 4}, A3 {3, 4, 6} ….. dan seterusnya
Sehingga An {1, 2, 3,...,} N dan An
n N nN
Terdapat variasi pada notasi gabungan dan irisan untuk himpunan berindeks
bilangan asli.
Contoh (5.45) :
Diketahui keluarga berindeks A= {An : n N}
Gabungan atas A ditulis A i atau Ai
iI nN
Irisan atas A ditulis A i atau An
iI nN
4 15
Sehingga A 2 A3 A 4 Ai dan A11 A12 A13 A14 A15 Ai
i 2 i 11
Contoh (5.46) :
2
Untuk setiap n N dan A n {n,n 1, n } untuk A= {An : n N} maka
6
a. Ai d. Ai N
iI i 1
4 6
b. Ai {4} e. Ai {4, 5, 6, 7,16, 25, 36}
i 2 i 4
10 3
c. Ai f. Ai {1, 2, 3, 4, 9}
i8 i 1
______________________________________________ 93
LOGIKA MATEMATIKA 2018
5.10. Partisi ( penggolongan )
Suatu partisi pada himpunan X adalah suatu cara untuk membagi himpunan X
menjadi beberapa himpunan bagian yang saling lepas, dan gabungan dari himpunan-
himpunan bagian tersebut sama dengan X. Himpunan bagian pada suatu partisi disebut
“sel” ( katakan Ai = sel; untuk i 1, 2,....m ).
Jadi koleksi dari himpunan-himpunan bagian X yaitu X {A1 , A 2 ,....., A m } disebut
suatu partisi atau penggolongan jika memenuhi syarat :
m
(1) X A1 A 2 ....... A m Ai
i1
(2) untuk setiap Ai A j maka Ai A j
Contoh (5.45):
Misalkan X = {1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9}.
Perhatikan kelas-kelas pada himpunan bagian X.
(i) {{1, 3, 5}, {2, 5}, {4, 8, 9}}
(ii) {{1, 3, 5}, {2, 4, 6, 8}, {5, 7, 9}}
(iii) {{1, 3, 5}, {2, 4, 6, 8}, {7, 9}}
maka
(i) . Bukan partisi dari X, sebab 7 X , tetapi 7 tidak termasuk pada suatu sel.
(ii). Bukan partisi dari X, sebab 5X dan 5{1, 3, 5}sekaligus 5{5, 7, 9}
(iii). Partisi dari X, sebab X = {1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9}
______________________________________________ 94
LOGIKA MATEMATIKA 2018
(d) Diagram-diagram Venn.
S S
P Q S P R Q R
a c e b c
b d f a c e b d f
d e
2. Untuk P, Q, dan R pada soal nomor 1, tunjukan apakah sifat-sifat berikut ini dipenuhi
(a) P (Q R) = (P Q) (P R)
(b) P (Q R) = (P Q) (P R)
Jawab :
(a) Q R = {b, c, d, e, f} ; P (Q R) = {a, e, f}
P Q = {a, b, e, f} ; P R = {a, e}
Jadi P (Q R) (P R) (P R)
(b) Q R = {b, f} ; P (Q R) = {a, b, c, d, e, f} ; P Q = {a, b, c, d, e, f} ;
P R = {a, b, c, d, e} ; (P Q) (P R) = {f}
Jadi P (Q R) (P Q) (P R)
Terbukti x x Bc x Ac.
Jadi Bc Ac
(b) Secara tidak langsung (bukti kemustahilan)
Diketahui : A B berarti x x A x B
Akan ditunjukkan : Bc Ac.
Bukti :
Andaikan Bc
A berarti B A menurut definisi
c c c
x x Bc x A c x x Bc x Ac
x x Bc x Ac
x x Bc x A
______________________________________________ 95
LOGIKA MATEMATIKA 2018
x x Bc x B diketahui
x x (Bc B)
x x mustahil, karena himpunan
tidak mempunyai anggota, maka kalimat “x ” pasti bernilai salah.
Pengandaian harus diingkar, yaitu Bc Ac
Jadi terbukti A B Bc Ac .
6. Buktikan : a) A x (B C) = (A x B) (A x C)
b) (A x B) C = (A C) x (B C)
Jawab :
Ambil sembarang himpunan-himpunan A, B, dan C.
(a) A x (B C) = {(x, y) / x A y (B C)}
= {(x, y) / x A (y B y C)}
= {(x, y) / (x A y B) (x A y C)}
= {(x, y) / x A y B} {(x, y) / x A y C)}
______________________________________________ 96
LOGIKA MATEMATIKA 2018
= (A x B) (A x C)
Terbukti A x (B C) = (A x B) (A x C)
(b) (A x B) C = {k / k (A x B) k C} ; misalnya k=(x, y)
= {(x, y) / (x A y B) (x, y) C} ……………..(*)
(A C) x (B C) = {(x, y) / x (A C) y (B C)}
= {(x, y) / (x A x C) (y B y C)}
= {(x, y) / (x A y B) (x C y C)}
= (x C y B) (x C y C)} ………. (**)
dari (*) dan (**) diperoleh (A x B) C (A C) x (B C).
1 5 (1, 2, 5)
3 (1, 4, 3)
4
4 (1, 4, 4)
5 (1, 4, 5)
3 (2, 2, 3)
2 4 (2, 2, 4)
5 (2, 2, 5)
2
4 3 (2, 4, 3)
4 (2, 4, 4)
5 (2, 4, 5)
2 3 (3, 2, 3)
4 (3, 2, 4)
5 (3, 2, 5)
3 4
3 (3, 4, 3)
Dari diagram pohon diatas diperoleh:
A B C = {(1, 2, 3),(1, 2, 4),(1, 2, 5), (1, 4, 3),(1, 4, 4), (1, 4, 5), (2, 2, 3), (2, 2, 4),
(2, 2, 5), (2, 4, 3), (2, 4, 4), (2, 4, 5), (3, 2, 3), (3, 2, 4), (3, 2, 5), (3, 4, 3),
(3, 4, 4), (3, 4, 5)}
______________________________________________ 97
LOGIKA MATEMATIKA 2018
(a) Benar, sebab A x A = (B C) x (B C)
= {(x,y) /x (B C) y (B C)}
= {(x,y) / x B x C y B y C}
= {(x,y) / (x B y B) (x C y C)}
= {(x,y) / x b y B} {(x,y) /x C y C}
= (B x B) (C x C)
Jadi A x A = (B x B) (C x C)
(b) Benar, sebab A x A = (B C) x (B C)
= {(x,y)/x (B C) y (B C)}
= {(x,y)/x B x C y B y C}
= {(x,y)/(x B y C) (x C y B)}
= {(x,y)/x B y C} {(x,y)/x C y C}
= (B x C) (C x B)
Jadi A x A = (B x C) (C x B)
a, d, {b,c} ; b, c, {a, d} ; b, d, {a,c} ; c,d, {a,b} ;
______________________________________________ 98
LOGIKA MATEMATIKA 2018
5.12. Soal-Soal Latihan
______________________________________________ 99
LOGIKA MATEMATIKA 2018
(f) Jika A B , maka A Bc Bc
===@@@@@===
______________________________________________ 100
LOGIKA MATEMATIKA 2018
BAB VI
RELASI
6.1. Kompetensi
Mahasiswa mampu menjelaskan hubungan antara anggota-anggota dari himpunan
dengan himpunan lainnya yang disebut relasi binair, dan terampil dalam melakukan
hitungan-hitungan yang berkaitan dengan operasi-operasi relasi, mengkaji suatu relasi dan
aplikasinya. Topik yang diberikan meliputi pengertian relasi, sifat-sifat relasi, relasi invers,
macam-macam relasi, klas-klas ekivalensi, dan pergandaan suatu relasi.
Definisi (6.1):
Jika A dan B adalah dua himpunan sembarang, maka suatu relasi dari A ke B sering
disebut relasi biner diberi notasi R (A B) yaitu suatu cara untuk menentukan pasangan
(x,y) dalam A x B, ini merupakan subset dari hasil kali Cartesian (Cartesian product) dari A
x B, termasuk himpunan kosong.
Jika (x, y) R, maka x berelasi dengan y. ditulis x R y. dan untuk (x, y) R, maka x
tidak berelasi dengan y. ditulis x R y.
Sedangkan:
Himpunan {x A| (x, y) R untuk y B} disebut domain dari R.
Himpunan {y B| (x, y) R untuk x A} disebut Range dari R
______________________________________________ 101
LOGIKA MATEMATIKA 2018
Relasi R dikatakan “determinatif” pada A jika untuk setiap a dan b berada dalam A.
Misalkan A = himpunan bilangan-bilangan alam, maka relasi “kelipatan”, “perkalian”,
penjumlahan atau pengurangan” adalah relasi yang determinatif. Sedangkan relasi
“mencintai” adalah tidak determinatif, sebab pernyataan “9 mencintai 3” tidak bernilai benar
ataupun bernilai salah. Dalam hal ini yang dibicarakan adalah relasi-relasi yang determinatif
saja.
Suatu relasi juga didefinisikan antara anggota-anggota diberlainan himpunan.
Misalkan R suatu relasi dari A ke B. Jadi relasi R adalah himpunan pasagan-pasangan dari
elemen-elemen (a, b) dengan a A dan b B, sedangkan R merupakan himpunan bagian
dari A x B.
Domain (daerah asal) dari relasi R adalah himpunan dari semua elemen-elemen
pertama dalam pasangan-pasangan terurut didalam R, dinyatakan sebagai:
D = { a / a A, (a, b) R }
Jangkauan (range, atau daerah hasil) dari relasi R yang terdiri atas semua elemen-
elemen kedua yang muncul dalam pasangan-pasangan terurut dalam R, dinyatakan:
E = { b / b B, (a, b) R }
Jadi domain dari relasi R dari A ke B ditulis D, merupakan himpunan bagian dari A
yaitu D A , dan jangkauan dari relasi R ditulis E adalah himpunan bagian dari B, yaitu.
EB
Contoh (6.2)
Misalkan A = himpunan mahasiswa semester ganjil = {Amir, Budi, Cecep},
B = himpunan mata kuliah semester ganjil
= {KKT1401, CSP1501, KKP1301, PKP1201}
Dimana notasi kode matakuliah:
KKT1401 = matematika, CSP1501 = Komputer,
KKP1301 = Fisika Dasar, PKP1201 = Bahasa Inggris
Misalkan R adalah relasi yang menyatakan mata kuliah yang diambil oleh
mahasiswa pada Semester Ganjil, yaitu:
Tampak bahwa R (A B), dengan A adalah daerah asal R, dan B adalah daerah hasil R.
(Amir, KKT1401) R atau Amir R KKT1401
(Amir, PKP1201) R atau Amir R PKP1201.
______________________________________________ 102
LOGIKA MATEMATIKA 2018
Contoh (6.3):
Misalkan P = {2, 3, 4} dan Q = {2, 4, 8, 9, 15}.
Di definisikan relasi R dari P ke Q dengan (p, q) R jika “p habis membagi q”
maka kita peroleh:
R = {(2, 2), (2, 4), (4, 4), (2, 8), (4, 8), (3, 9), (3, 15) }
Contoh (6.4):
Misalkan R adalah relasi pada A = {2, 3, 4, 8, 9} yang didefinisikan oleh (x, y) R jika
“x adalah faktor prima dari y”.
Maka R = {(2, 2), (2, 4), (2, 8), (3, 3), (3, 9)}
Contoh (6.5):
Diketahui: A = {1, 2, 3, 4}, B = {a, b, c}
Maka R = {(2, a), (3, c), (4, a)} adalah suatu relasi.
A 1 a B Perhatikan bahwa R A B
2 Domain dari R, adalah D = {2, 3, 4}
b
3 Jangkauan dari R adalah E = {a, c}
4 c
Contoh (6.6):
Misalkan relasi R dalam bilangan-bilangan riil didefinisikan oleh kalimat terbuka “4x2
+ 9y2 = 36”. Relasi R ditunjukkan pada diagram koordinat R# x R# dibawah ini:
4
R# adalah himpunan semua bilangan-
2 bilangan riil. Domain dari R adalah selang
-4 -2 2 4 tertutup [-3, 3] dan jangkauan dari R adalah
selang tertutup [-2, 2]
-2
-4
Contoh (6.7):
Untuk setiap pasangan dua himpunan A dan himpunan B, selalu berlaku A B atau
A B atau sebaliknya.
Contoh (6.8):
Perkawinan merupakan suatu relasi dari himpunan Pria (P) ke himpunan wanita (W)
dalam semesta himpunan orang-orang. Jika ada seorang pria P maka berlaku
bahwa P telah menikah dengan W atau P tidak menikah dengan W.
Contoh (6.9):
Kalimat “x lebih kecil dari y” ditulis x < y adalah suatu relasi pada himpunan bilangan-
bilangan riil. Jika diberikan pasangan terurut (x,y) maka selalu berlaku x < y atau y
< x atau juga sebaliknya.
Contoh (6.10):
______________________________________________ 103
LOGIKA MATEMATIKA 2018
Misalkan R suatu relasi dari A = {1, 2, 3} ke B = {a, b} dengan R = {(1, a), (1, b),
(3,a)}, maka 1 R a, 2 R b, 3 R a dan 3 R b
Relasi R dapat ditunjukkan dengan diagram koordinat A x B berikut ini :
B
A
1 2 3
Contoh (6.11):
Ambil himpunan A = {1, 2, 3} seperti di atas. Relasi R pada A adalah himpunan
semua pasangan dalam A x A. Disini R = A x A
______________________________________________ 104
LOGIKA MATEMATIKA 2018
b1 b2 .... bn
m11 m12
a1 m1n
m m2n
a2
21 m22 1, (ai ,b j ) R
M= Dimana: mij
0, (ai ,b j ) R
am mm1 mm2 mmn
Contoh (6.12):
1). Relasi R pada Contoh (6.2) dapat dinyatakan dengan matriks
b1 b2 b3 b4
a1 1 1 0 0
R a2 1 0 1 0
a3 0 0 0 1
Dimana: a1 = Amir, a2 = Budi, a3 = Cecep, dan b1 = KKT1401, b2 = CSP1501,
b3 = KKP=1301, dan b4 = PKP1201.
Contoh(6.13):
Diketahui relasi R pada A = {a,b,c,d,e,f}
didefinisikan sebagai: R = {(a,b),(a,c),(b,c),(c,a),(d,b),(e,e)}
Nyatakan R dalam bentuk matriks.
Jawab:
Dalam setiap pasangan terurut, komponen pertama kita tuliskan sebagai baris dan
komponen kedua sebagai kolom dari suatu matriks. Berdasarkan definisi R diatas kita
dapat menyatakan tabel dalam bentuk matriks sebagai berikut:
Komponen Kedua
a b c d e f
a 0 1 1 0 0 0
b 0 0 1 0 0 0
Komponen
c 1 0 0 0 0 0
Pertama
d 0 1 0 0 0 0
e 0 0 0 0 1 0
f 0 0 0 0 0 0
Keterangan:
______________________________________________ 105
LOGIKA MATEMATIKA 2018
Karena (a,b),(a,c),(b,c),(c,a),(d,b),(e,e) R maka kita beri nilai “1”
Untuk pasangan yang lainnya kita beri nilai “0”.
Misalnya (a,a) R atau aRa
Contoh(6.14):
Tentukan relasi R pada A ={1, 2, 3, 4} yang dinyatakan oleh matriks M berikut:
1 0 1 1
0 1 1 0
M
0 0 0 1
1 0 0 1
Jawab:
Karena m11 m13 m14 m22 m23 m34 m41 m44 1 ,dan elemen-elemen
lainnya bernilai 0.
Maka R dapat ditulis R = {(1,1),(1,3),(1,4),(2,2),(2,3),(3,4),(4,1),(4,4)}
dan R A A
Contoh(6.15):
Relasi R dari A = {a, b, c, d, e} ke B = {1, 2, 4} didefinisikan sebagai berikut:
R = {(a,1),(a,4),(b,2),(c,2),(c,4),(d,1)}.
1
A
0 a b c d e
Contoh(6.16):
Relasi R1 , R 2 dan R 3 pada himpunan bilangan-bilangan riel R diberikan oleh:
a). R1 {(x,y) / x 2 y 2 25, y 0}
b). R2 {(x,y) / (x 1)2 y 2 1}
Jawab: a). Grafik R1 = daerah yang di arsir. b). Grafik R 2 = daerah yang di arsir
______________________________________________ 106
LOGIKA MATEMATIKA 2018
y y
Contoh (6.17):
Misalkan R = {(a, a), (a, b), (b, a), (b, c), (b, d), (c, a), (c, d), (d, b)} adalah relasi pada
himpunan {a, b, c, d}.
R direpresentasikan dengan graf berarah sbb:
b
a
c d
______________________________________________ 107
LOGIKA MATEMATIKA 2018
Contoh(6.18):
Buatlah graf yang menyatakan relasi R seperti pada contoh (5.12).
Jawab:
Dari contoh (5.12) A = {a, b, c, d, e, f}
R = {(a,b),(a,c),(b,c),(c,a),(d,b),(e,e)}
Graf untuk relasi R adalah sebagai berikut:
b
d
e
f
a c
1 4
2 3
2
IA = {(1, 1), (2, 2), (3, 3)}
1
1 2 3
A
______________________________________________ 108
LOGIKA MATEMATIKA 2018
(2). Relasi Kosong
Relasi kosong dari himpuanan A ditulis , adalah himpunan kosong dari A x A .
Dimaksud relasi disini adalah himpunan kosong dari A x A.
Contoh (6.21):
A = maka A x A =
R suatu relasi dari A ke A adalah R A x A
R =
Contoh (6.23):
Misalkan P = {2, 3, 4} dan Q = {2, 4, 8, 9, 15}.
Di definisikan relasi R dari P ke Q dengan “(p, q) R jika p habis membagi q “
maka diperoleh
R = {(2, 2), (2, 4), (4, 4), (2, 8), (4, 8), (3, 9), (3, 15) }
Jika R–1 adalah invers dari relasi R, yaitu relasi dari Q ke P dengan “(q, p) R–1 jika
q adalah kelipatan dari p”
maka kita peroleh
R–1 = {(2, 2), (4, 2), (4, 4), (8, 2), (8, 4), (9, 3), (15, 3) }
Contoh (6.24):
Jika M adalah matriks yang merepresentasikan relasi R,
1 1 1 0 0
M = 0 0 0 1 1
0 1 1 0 0
maka matriks yang merepresentasikan relasi R–1, katakan misalkan N, diperoleh
dengan melakukan transpose terhadap matriks M,
1 0 0
1 0 1
N = MT = 1 0 1
0 1 0
0 1 0
______________________________________________ 109
LOGIKA MATEMATIKA 2018
6.5. Sifat-sifat Relasi Biner
Relasi biner yang didefinisikan pada sebuah himpunan mempunyai beberapa sifat
antara lain sbb:
R dikatakan “ir-refleksif” jika dan hanya jika untuk setiap elemen a dalam A berlaku aRa
Dapat diringkas dengan simbol:
R = ir-refleksif (a A) a R a
Contoh (6.25):
Misalkan A = {1, 2, 3, 4}, dan relasi R di bawah ini didefinisikan pada himpunan A, maka
(a) Relasi R = {(1, 1),(2, 2),(3, 3),(4, 4) } bersifat refleksif karena setiap elemen relasi
yang berbentuk (a, a), yaitu (1, 1), (2, 2), (3, 3), dan (4, 4).
(b) Relasi R = {(1, 1),(2, 2),(2, 3),(4, 2),(4, 3),(4, 4)} tidak bersifat refleksif
karena (3, 3) R.
Contoh (6.26):
Relasi “habis membagi” pada himpunan bilangan bulat positif bersifat refleksif karena
setiap bilangan bulat positif habis dibagi dengan dirinya sendiri, sehingga (a, a)R
untuk setiap a A.
Contoh (6.27):
Tiga buah relasi di bawah ini menyatakan relasi pada himpunan bilangan bulat positif N
R : x lebih besar dari y, S : x + y = 5, dan T : 3x + y = 10
Tidak satupun dari ketiga relasi di atas yang refleksif karena, misalkan (2, 2) bukan
anggota R, S, maupun T.
Contoh (6.28):
Relasi yang bersifat refleksif mempunyai matriks yang elemen diagonal utamanya
semua bernilai 1, atau mii = 1, untuk i = 1, 2, …, n,
1
1
1
1
______________________________________________ 110
LOGIKA MATEMATIKA 2018
Contoh (6.29):
Graf berarah dari relasi yang bersifat refleksif dicirikan adanya gelang pada setiap
simpulnya.
Relasi R pada himpunan A disebut tidak simetris (tidak setangkup) jika dan hanya jika ada
a dan b dalam A sehingga berlaku (a, b) R sedemikian hingga (b, a) R.
Relasi R pada himpunan A disebut anti-simetris (tolak-setangkup) jika dan hanya jika untuk
semua a, b A, (a, b) R dan (b, a) R hanya jika a = b
R = anti-simetri (a, b A) aRb bRa a b
Relasi R pada himpunan A dikatakan a-simetris jika dan hanya jika setiap elemen berbeda
a dan b A , (a, b) R maka (b, a) R.
Contoh (6.30):
Misalkan A = {1, 2, 3, 4}, dan relasi R di bawah ini didefinisikan pada himpunan A, maka
(a) Relasi R = {(1, 1), (1, 2), (2, 1), (2, 2), (2, 4), (4, 2), (4, 4) } bersifat simetris
(setangkup)
Karena jika (a, b) R maka (b, a) juga R. Di sini (1, 2) dan (2, 1) R, begitu
juga (2, 4) dan (4, 2) R.
(b) Relasi R = {(1, 1), (2, 3), (2, 4), (4, 2) } tidak setangkup
Karena (2, 3) R, tetapi (3, 2) R.
(c) Relasi R = {(1, 1), (2, 2), (3, 3) } tolak-setangkup
Karena 1 = 1 dan (1, 1) R, 2 = 2 dan (2, 2) R, dan 3 = 3 dan (3, 3) R. Perhatikan
bahwa R juga simetris (setangkup)
(d) Relasi R = {(1, 1), (1, 2), (2, 2), (2, 3) } tolak-setangkup
Karena (1, 1) R dan 1 = 1 dan, (2, 2) R dan 2 = 2 dan
Perhatikan bahwa R tidak setangkup.
(e) Relasi R = {(1, 1), (2, 4), (3, 3), (4, 2) } tidak tolak-setangkup
Karena 2 4 tetapi (2, 4) dan (4, 2) anggota R. Relasi R pada (a) dan (b) di atas
juga tidak tolak-setangkup.
______________________________________________ 111
LOGIKA MATEMATIKA 2018
(f) Relasi R = {(1, 2), (2, 3), (1, 3) } setangkup dan juga tolak-setangkup, dan R = {(1,
1), (1, 2), (2, 2), (3, 3)} tidak setangkup tetapi tolak-setangkup.
(g) Relasi R = {(1, 1), (2, 2), (2, 3), (3, 2), (4, 2), (4, 4)} tidak setangkup maupun tidak
tolak-setangkup. R tidak setangkup karena (4, 2) R tetapi (2, 4) R. R tidak tolak-
setangkup karena (2, 3) R dan (3, 2) R tetap 2 3.
Contoh (6.31)
Relasi “habis membagi” pada himpunan bilangan bulat positif tidak setangkup karena
jika a habis membagi b, b tidak habis membagi a, kecuali jika a = b. Misalnya: 2 habis
membagi 4, tetapi 4 tidak habis membagi 2. Karena itu, (2, 4) R tetapi (4, 2) R.
Relasi “habis membagi” tolak-setangkup karena jika a habis membagi b dan b habis
membagi a maka a = b. Misalnya: 4 habis membagi 4. Karena itu, (4, 4) R dan 4 = 4.
Contoh (6.32):
Tiga buah relasi di bawah ini menyatakan relasi pada himpunan bilangan bulat positif N
R : “x lebih besar dari y”, S : x + y = 6, dan T : 3x + y = 10
R bukan relasi setangkup karena, misalkan 5 lebih besar dari 3 tetapi 3 tidak lebih
besar dari 5.
S relasi setangkup karena (4, 2) dan (2, 4) adalah anggota S.
T tidak setangkup karena, misalkan (3, 1) adalah T tetapi (1, 3) T.
S bukan relasi tolak-setangkup karena, misalkan (4, 2) S dan (4, 2) S tetapi 4 2.
Relasi R dan T keduanya tolak-setangkup (tunjukkan!).
Contoh (6.33):
a) Relasi yang bersifat setangkup mempunyai matriks yang elemen-elemen di bawah
diagonal utama merupakan pencerminan dari elemen-elemen di atas diagonal
utama, atau mij = mji = 1, untuk i = 1, 2, …, n :
1
0
1
0
b) Sedangkan graf berarah dari relasi yang bersifat setangkup dicirikan oleh: jika ada
busur dari a ke b, maka juga ada busur dari b ke a.
c) Matriks dari relasi tolak-setangkup mempunyai sifat yaitu jika mij = 1 dengan i j,
maka mji = 0. Dengan kata lain, matriks dari relasi tolak-setangkup adalah jika
salah satu dari mij = 0 atau mji = 0 bila i j :
1
0
0 1
1
0
______________________________________________ 112
LOGIKA MATEMATIKA 2018
Contoh (6.34):
Suatu graf berarah dari relasi yang bersifat tolak-setangkup dicirikan oleh: jika dan
hanya jika tidak pernah ada dua busur dalam arah berlawanan antara dua simpul
berbeda.
Relasi R pada himpunan A disebut “tidak transitif” jika dan hanya jika terdapat a, b, c A
sedemikian hingga aRb dan bRc dan aRc .
Relasi R pada himpunan A disebut “in-transitif” jika dan hanya jika untuk setiap a, b, c A
sedemikian hingga aRb dan bRc maka berlaku aRc .
Contoh (6.35):
Misalkan A = {1, 2, 3, 4}, dan relasi R di bawah ini didefinisikan pada himpunan A,
maka
(a) R = {(2, 1), (3, 1), (3, 2), (4, 1), (4, 2), (4, 3) } bersifat Transitif (menghantar).
Lihat tabel berikut:
Pasangan berbentuk
(a, b) (b, c) (a, c)
(3, 2) (2, 1) (3, 1)
(4, 2) (2, 1) (4, 1)
(4, 3) (3, 1) (4, 1)
(4, 3) (3, 2) (4, 2)
(b) R = {(1, 1), (2, 3), (2, 4), (4, 2) } tidak manghantar
Karena (2, 4) dan (4, 2) R, tetapi (2, 2) R, begitu juga (4, 2) dan (2, 3) R,
tetapi (4, 3) R
(c) Relasi R = {(1, 1), (2, 2), (3, 3), (4, 4) } jelas menghantar
(d) Relasi R = {(1, 2), (3, 4)} menghantar
Karena tidak ada (a, b) R dan (b, c) R sedemikian hingga (a, c) R.
(e) Relasi yang hanya berisi satu elemen seperti R = {(4, 5)} selalu menghantar.
Contoh (6.36)
Relasi “habis membagi” pada himpunan bilangan bulat positif bersifat transitif.
Misalkan bahwa a habis membagi b dan b habis membagi c. Maka terdapat bilangan
positif m dan n sedemikian sehingga b = ma dan c = nb. Di sini c = nma,
______________________________________________ 113
LOGIKA MATEMATIKA 2018
sehingga a habis membagi c. Jadi, relasi “habis membagi” bersifat transitif
(menghantar).
Contoh (6.37)
Tiga buah relasi di bawah ini menyatakan relasi pada himpunan bilangan bulat positif N
R : x lebih besar dari y, S : x + y = 6, dan T : 3x + y = 10
R adalah relasi transitif (menghantar) karena jika x > y dan y > z maka x > z.
S tidak transitif karena, misalkan (4, 2) dan (2, 4) adalah anggota S tetapi (4, 4) S.
T = {(1, 7), (2, 4), (3, 1)} transitif (menghantar)
Contoh (6.38)
Relasi yang bersifat menghantar tidak mempunyai ciri khusus pada matriks
representasinya
Contoh (6.39)
Sifat transitif (menghantar) pada graf berarah ditunjukkan oleh: jika ada busur dari a
ke b dan dari b ke c, maka juga terdapat busur berarah dari a ke c.
Jika suatu relasi R memiliki tiga sifat sekaligus, yaitu sifat refleksif, sifat simetris dan
sifat transitif maka relasi R dikatakan mempunyai sifat “ekivalensi”. Jadi relasi R ekivalensi
jika dan hanya jika R memenuhi sifat refleksif , R memenuhi sifat Simetris, dan R memenuhi
sifat transitif.
Contoh (6.40):
Misalkan R adalah suatu relasi dalam bilangan-bilangan riil yang didefinisikan oleh
kalimat terbuka “lebih kecil atau sama dengan” ditulis x y, maka:
a) relasi R adalah refleksif, sebab untuk setiap bilangan riil a, a a.
b) relasi R adalah tidak simetris sebab untuk setiap bilangan riil a dan b, a b dan b a
c) relasi R adalah transitif sebab untuk setiap bilangan a, b dan c, a b dan b c maka
ac
Contoh (6.41):
Misalkan R suatu relasi dalam bilangan-bilangan yang didefinisikan sebagi “x lebih
kecil dari pada y” ditulis x < y, maka
a) R tidak reflektif, sebab untuk setiap bilangan riil a, a a .
b) R tidak simetris, sebab untuk setiap bilangan riil a, a b dan . b a
c) R transitif. Sebab untuk setiap 3 bilangan riil a, b, dan c berlaku a b dan b c maka
ac
Contoh (6.42):
Misalkan M = {1, 2, 3, 4} merupakan himpunan semesta dan suatu relasi R pada M
didefinisikan sebagai R = {(1,3), (4,2), (2,4), (2,3), (3,1)}.
Maka
a) R tidak reflektif, sebab untuk setiap a M (a,a) R .
Misalnya untuk 1 M (1,1) R ; untuk 2 M (2,2) R , dan lainya
______________________________________________ 114
LOGIKA MATEMATIKA 2018
b) R tidak simetris, sebab untuk setiap a,b M (a,b) R , dan (b,a) R
Misalnya untuk 2,3 M, (2,3) R (3,2) R ,
c) R transitif. Sebab untuk setiap 1,2,3 M, (1,3) R (3,1) R (1,1) R
Contoh (6.43):
Misalkan M = {a, b, c} dan relasi R pada M didefinisikan sebagai R = {(a, b), (c, b),
(b, a), (a, c)} maka
a) R tidak reflektif, sebab misalnya x mewakili elemen-elemen a,b dan c dalam M,
maka stiap x M, (x,x) R
b) R tidak simetris, sebab untuk b,c M, (c,b) R (b,c) R ,
c) R transitif. Sebab untuk a,b,c M, (a,b) R (b,a) R (a,a) R
juga (c,b) R (b,a) R (c,a) R
Contoh (6.44):
Misal, M adalah himpunan garis-garis pada bidang datar. Relasi R didefinisikan
sebagai relasi “kesejajaran” garis-garis pada M. Maka R adalah relasi ekivalensi.
Contoh (6.45):
Misal, M adalah segitiga-segitiga yang sebagun pada bidang datar. Dan relasi R
didefinisikan sebagai relasi “kesebangunan” segitiga pada M. Maka R adalah relasi
ekivalensi
Contoh (6.46):
Misalkan A = {a, b, c} dan B = {a, b, c, d}.
Didefinisikan relasi R1 = {(a, a), (b, b), (c, c)} dan R 2 = {(a, a), (a, b), (a, c), (a, d)}
Maka:
R1 A B dan R2 A B
R1 R 2 = {(a, a)}
R1 R 2 = {(a, a), (b, b), (c, c), (a, b), (a, c), (a, d)}
R1 R 2 = {(b, b), (c, c)}
R 2 R1 = {(a, b), (a, c), (a, d)}
R1 R 2 = {(b, b), (c, c), (a, b), (a, c), (a, d)}
Jika relasi R1 dan R 2 masing-masing dinyatakan dengan matriks MR dan MR , maka
1 2
matriks yang menyatakan gabungan dan irisan dari kedua relasi tersebut adalah
MR1R2 MR1 MR2 dan MR1R2 MR1 MR2
______________________________________________ 115
LOGIKA MATEMATIKA 2018
Contoh (6.47):
Misalkan bahwa relasi R1 dan R 2 pada himpunan A dinyatakan oleh matriks
1 0 0 0 1 0
R1 = 1 0 1 dan R 2 = 0 1 1
1 1 0 1 0 0
1 1 0
maka MR1R2 MR1 MR2 = 1 1 1 ; dan
1 1 0
0 0 0
MR1R2 MR1 MR2 = 0 0 1
1 0 0
Pada umumnya pergandaan relasi tidak bersifat komutatif yaitu R S S R, tetapi
mempunyai sifat assosiatif, yaitu (R S) T = R (S T).
Pergandaan relasi R dan S lebih jelas jika diperagakan dengan diagram sebagai berikut:
A B C B C
R S S R
T R S
(SR)T= S(RT)
(SR)T
______________________________________________ 116
LOGIKA MATEMATIKA 2018
T R S
S(RT)
Contoh (6.48).
Misalkan R = {(1, 2), (1, 6), (2, 4), (3, 4), (3, 6), (3, 8)} adalah relasi dari himpunan
{1, 2, 3} ke himpunan {2, 4, 6, 8} dan S = {(2, u), (4, s), (4, t), (6, t), (8, u)} adalah relasi dari
himpunan {2, 4, 6, 8} ke himpunan {s, t, u}.
Maka komposisi (pergandaan) relasi R dan S adalah
S R = {(1, u), (1, t), (2, s), (2, t), (3, s), (3, t), (3, u) }
R S
2 s
1
4 t
2
6
3 u
8
Jika relasi R1 dan R 2 masing-masing dinyatakan dengan matriks MR1 dan MR2 ,
maka matriks yang menyatakan komposisi dari kedua relasi tersebut adalah
Yang dalam hal ini operator “ ” sama seperti pada perkalian matriks biasa, tetapi
dengan mengganti tanda kali dengan “” dan tanda tambah dengan “”.
Contoh (6.49):
Misalkan bahwa relasi R1 dan R2 pada himpunan A dinyatakan oleh matriks
1 0 1 0 1 0
R1 = 1 1 0 dan R2 = 0 0 1
0 0 0 1 0 1
maka matriks yang menyatakan R2 R1 adalah
(1 0) (0 0) (1 1) (1 1) (0 0) (1 0) (1 0) (0 1) (1 1)
MR1 R2 MR1 MR2 = (1 0) (1 0) (0 1) (1 1) (1 0) (0 0) (1 0) (1 1) (0 1)
(0 0) (0 0) (0 1) (0 1) (0 0) (0 0) (0 0) (0 1) (0 1)
______________________________________________ 117
LOGIKA MATEMATIKA 2018
1 1 1
MR1 R2 MR1 MR2 = 0 1 1
0 0 0
Contoh (6.50):
Misalkan NIM = {1359801, 1359802, 1359803, 1359804, 1359805, 1359806}
Nama = {Amir, Santi, Irwan, Ahmad, Cecep, Hamdan}
MatKul = {Matematika Diskrit, Algoritma, Struktur Data, Arsitektur Komputer}
Nilai = {A, B, C, D, E}
Maka:
Relasi MHS terdiri dari 4-tupel (NIM, Nama, MatKul, Nilai)
MHS NIM Nama MatKul Nilai
Misalkan relasi yang bernama MHS adalah
MHS = {(1359801, Amir, Matematika Diskrit, A), (1359801, Amir, Arsitektur Komputer, B) ,
(1359802, Santi, Arsitektur Komputer, D), (1359803, Irwan, Algoritma, C),
(1359803, Irwan, Struktur Data C), (1359803, Irwan, Arsitektur Komputer, B),
(1359804, Ahmad, Algoritma, E), (1359805, Cecep, Algoritma, A),
(1359805,Cecep,Arsitektur Komputer,B), (1359806,Hamdan,Matematika Diskrit, B),
(1359806, Hamdan, Algoritma, A, B), (1359806, Hamdan, Struktur Data, C),
(1359806, Hamdan, Ars. Komputer, B) }
Relasi MHS di atas juga dapat ditulis dalam bentuk Tabel dibawah ini
NIM Nama MatKul Nilai
1359801 Amir Matematika Diskrit A
1359801 Amir Arsitektur Komputer B
1359802 Santi Algoritma D
1359803 Irwan Algoritma C
1359803 Irwan Struktur Data C
1359803 Irwan Arsitektur Komputer B
1359804 Ahmad Algoritma E
1359805 Cecep Algoritma B
1359805 Cecep Arsitektur Komputer B
1359806 Hamdan Matematika Diskrit B
1359806 Hamdan Algoritma A
1359806 Hamdan Struktur Data C
1359806 Hamdan Arsitektur Komputer B
______________________________________________ 118
LOGIKA MATEMATIKA 2018
Basis data (database) adalah kumpulan tabel. Salah satu model basisdata adalah
model basisdata relasional (relational database). Model basisdata ini didasarkan pada
konsep relasi n-ary.
Pada basisdata relasional, satu tabel menyatakan satu relasi. Setiap kolom pada
tabel disebut atribut. Daerah asal dari atribut adalah himpunan tempat semua anggota
atribut tersebut berada. Setiap tabel pada basisdata diimplementasikan secara fisik
sebagai sebuah file. Satu baris data pada tabel menyatakan sebuah record dan setiap
atribut menyatakan sebuah field. Secara fisik basisdata adalah kumpulan file, sedangkan
file adalah kumpulan record, setiap record terdiri atas sejumlah field.
Atribut khusus pada tabel yang mengidentifikasikan secara unik elemen relasi
disebut kunci (key). Operasi yang dilakukan terhadap basisdata dilakukan dengan perintah
pertanyaan yang disebut query.
Contoh: query: “tampilkan semua mahasiswa yang mengambil mata kuliah Matematika
Diskrit” “tampilkan daftar nilai mahasiswa dengan NIM = 1359803” “tampilkan daftar
mahasiswa yang terdiri atas NIM dan mata kuliah yang diambil”
Query terhadap basisdata relasional dapat dinyatakan secara abstrak dengan
operasi pada relasi n-ary. Ada beberapa operasi yang dapat digunakan, diantaranya
adalah seleksi, proyeksi, dan join.
6.8.1. Seleksi
Operasi seleksi memilih baris tertentu dari suatu tabel yang memenuhi persyaratan
tertentu. Misalkan Operator
Contoh (6.51):
Misalkan untuk relasi MHS kita ingin menampilkan daftar mahasiswa yang
mengambil mata kuliah Matematika Diskrit. Operasi seleksinya adalah
matakulmatematikadiskrit (MHS)
Hasil:
(1359801, Amir, Matematika Diskrit, A) dan (1359806, Hamdan, Matematika Diskrit, B)
6.8.2. Proyeksi
Operasi proyeksi memilih kolom tertentu dari suatu tabel. Jika ada beberapa baris
yang sama nilainya, maka hanya diambil satu kali. Misalnya Operator:
Contoh (6.52).
Operasi proyeksi nama,matakul,nilai (MHS) menghasilkan Tabel 6.8.2a
Sedangkan operasi proyeksi NIM,Nama (MHS) menghasilkan Tabel 6.8.2b
Tabel 6.8.2a Tabel 6.8.2b
Nama MatKul Nilai NIM Nama
Amir Matematika Diskrit A 1359801 Amir
Amir Arsitektur Komputer B 1359802 Santi
Santi Algoritma D 1359803 Irwan
Irwan Algoritma C 1359804 Ahmad
Irwan Struktur Data C 1359805 Cecep
Irwan Arsitektur Komputer B 1359806 Hamdan
Ahmad Algoritma E
Cecep Algoritma B
______________________________________________ 119
LOGIKA MATEMATIKA 2018
Cecep Arsitektur Komputer B
Hamdan Matematika Diskrit B
Hamdan Algoritma A
Hamdan Struktur Data C
Hamdan Arsitektur Komputer B
6.8.3. Join
Operasi join menggabungkan dua buah tabel menjadi satu bila kedua tabel
mempunyai atribut yang sama. Operator:
Contoh (6.53):
Misalkan relasi MHS1 dinyatakan dengan Tabel 6.8.3a dan relasi MHS2 dinyatakan
dengan Tabel 6.8.3b. Operasi join
NIM, Nama(MHS1, MHS2) menghasilkan Tabel 6.8.3c
Tabel 6.8.3a Tabel 6.8.3b
NIM Nama JK NIM Nama MatKul Nilai
13598007 Hananto L 13598007 Hananto Algoritma A
13598008 Guntur L 13598007 Hananto Basisdata B
13598009 Heidi W 13598009 Heidi Kalkulus I B
13598010 Harman L 13598010 Harman Teori Bahasa C
13598011 Karim L 13598010 Harman Agama A
13598012 Junaidi Statisitik B
13598013 Farizka Otomata C
Tabel 6.8.3c
NIM Nama JK MatKul Nilai
13598007 Hananto L Algoritma A
13598007 Hananto L Basisdata B
13598009 Heidi W Kalkulus I B
13598010 Harman L Teori Bahasa C
13598010 Harman L Agama A
5. Misalkan M = {a, b, c, d} dan suatu relasi R pada M yang memuat titik-titik yang tampak
pada diagram koordinat berikut ini.
M
d (a) Tentukan semua unsur di M yang berelasi
c dengan b, atau {x /{x, b) R}
(b) Tentukan semua unsur di M sehingga d
b
merupakan relasinya, atau {x / (d, x) R}
a
(c) Tentukan relasi invers R 1
a b c d
M
______________________________________________ 121
LOGIKA MATEMATIKA 2018
Jawab :
(a) Dari (a, b), (b, b) dan (d, b) diperoleh unsur-unsur pada M yang berelasi dengan b
yaitu {a, b, d}
(b) Dari (d, a) dan (d, b), diperoleh unsur-unsur di M yang memenuhi {x / (x, b) R}
yaitu {a,b}
(c) Karena R = {(a, b), (b, a), (b, b), (b, d), (c, c), (d, a), (d, b)} maka
R 1 = {(b, a), (a, b), (b, b), (d, b), (c, c), (a, d), (b, d)}
6. Misalkan R suatu relasi yang didefinisikan sebagai relasi “ “ pada himpunan N = {1,
2, 3, …..}. Yaitu (a, b) R jika dan hanya jika a b. Tentukan apakah R : (a) refleksif,
(b) simetris, (c) transitif, ataukah (d) ekivalensi.
Jawab :
(a) R refleksif, sebab (aN) a a
(b) R tidak simetris, sebab (a, bN) 3 5, tetapi 5 3
(c) R transitif, sebab (a, b, cN ) a b b c a c.
(d) R tidak ekivalensi sebab R tidak simetris. R akan ekivalensi jika R bersifat
refleksif, simetris dan sekaligus transitif.
M 2 8 32 4
2 1 1 1 1
8 0 1 1 0
32 0 0 1 0
4 0 1 1 1
______________________________________________ 122
LOGIKA MATEMATIKA 2018
d. 4
32
2
8
9. Suatu relasi R = {(1,1), (2, 3), (3, 2)} pada X = {1, 2, 3}. Tentukan apakah R mempunyai
sifat (a) refleksif (b) Simetris, ataukah (c) transitif.
Jawab:
(a) R tidak refeksif, sebab 2 X, tetapi (2, 2) R
(b) R Simetris, sebab R-1 = {(1, 1), (3, 2), (2, 3)} = R
(c) R tidak transitif, sebab (3, 2) R dan (2, 3) R , tetapi (3,) R
10. Misalkan R adalah suatu relasi dari himpunan E = {2, 3, 4, 5} ke himpunan F = {3, 6, 7,
10} yang didefinisikan oleh kalimat terbuka "y habis dibagi oleh x".
(a) Tuliskan R sebagai himpunan pasangan terurut, carilah himpunan jawab dari R.
(b) Buatlah sketsa dari R pada diagrain koordinat E x F.
Jawab:
(a) Pandang keenam belas elemen dalam E x F dan pilihlah pasangan-pasangan
terurut dimana elemen keduanya habis dibagi oleh elemen pertamanya; maka R =
{(2, 6), (2, 10), (3, 3), (3, 6), (5, 10)
(b) Sketsa dari R pada diagram koordinat E x F diperlihatkan pada tabel berikut:
______________________________________________ 123
LOGIKA MATEMATIKA 2018
E
10
7
6
2 3 4 5
11. Diketahui M = {a, b, c, d} dan relasi R pada M didefinisikan sebagai himpunan titik-titik
yang diperlihatkan pada diagram koordinat M x M dibawah ini.
1) Nyatakan apakah masing-masing berikut ini benar atau salah:
(a) c R b, (b) d R a, (c) a R c, (d) b R b
2) Carilah {x /(x,b)R}, yaitu semua elemen-elemen dalam M yang berelasi dengan b.
3) Carilah {x (d, x) R},yaitu semua elemen-elemen dalam M yang berelasi dengan d.
M
M
a b c d
Jawab:
(1) Perhatikan bahwa x R y benar jika dan hanya jika (x, y) termasuk dalam R.
(a) Salah, karena (c, b) R. (c) Benar, karena (a, c) R
(b) Salah, karena (d, a) R. (d) Salah, karena (b, b) R.
(2) Garis horizontal yang melalui b memuat semua titik dari R di mana b muncul sebagai
elemen kedua; ia memuat pasangan-pasangan terurut (a,b), (b,b) dan (d,b) dari R.
Oleh karena itu {x (x, b) R} = {a, b, d}
(3) Garis vertikal yang melalui d memuat semua titik dari R dengan d muncul sebagai
elemen pertama; yaitu titik-titik (d, a) dan (d, b) dari R. Jadi {x (d, x) R} = {a, b}.
12. Pandang relasi R = {(1, 5), (4, 5), (1, 4), (4, 6), (3, 7), (7, 6)}.
Carilah (1) Domain dari R, (2) Jangkauan dari R, (3) invers dari R.
Jawab :
(1) Domain dari R terdiri atas himpunan dari elemen-elernen pertama dalam R; oleh
karena itu domain dari R adalah {1, 4, 3, 7}
(2) Jangkauan dari R terdiri dari himpunan dari elemen-elemen kedua dalam R; oleh
karena itu domain dari R adalah {5, 4, 6, 7}
(3) Invers dari R terdiri dari pasangan elemen dalam R dengan urutannya di balik.
1
Jadi R = {(5, 1), (5, 4), (4, 1), (6, 4), (7, 3), (6, 7)}
______________________________________________ 124
LOGIKA MATEMATIKA 2018
13. Masing-masing kalimat terbuka berikut ini mendefinisikan suatu relasi dalam bilangan-
bilangan riil. Buatlah sketsa dari masing-masing relasi pada suatu diagram koordinat
dari R# x R# .
(1) y = x2 (4) y sin x
(2) y x2 (5) y x3
(3) y < 3 – x (6) y > x3
Jawab:
Untuk membuat sketsa suatu relasi pada bilangan-bilangan riil yang didefinisikan oleh
kalimat terbuka berbentuk
(a) y = f(x) ; (d) y < f(x)
(b) y > f(x) ; (e) y f(x)
(c) y f(x);
Pertama-tama gambarkan kurva y = f(x). Maka relasinya, akan terdiri atas titik-titik.
(a) pada y = f(x) (d) di bawah y = f(x)
(b) di atas y = f(x) (e) di bawah dan pada y = f(x)
(c) di atas dan pada y = f(x)
Jadi gambar-gambar berikut ini adalah sketsa-sketsa dari relasi-relasi di atas:
5
-5 5
-5
2
(1) y = x
(2) y x2 (3) y < x2 - x
-1
14. Masing-masing kalimat terbuka berikut ini mendefinisikan suatu relasi dalam bilangan-
bilangan riil. Buat sketsa masing-masing relasi pada di koordinat R x R
Jawab:
Untuk membuat sketsa suatu relasi dalam bilangan-bilangan riil yang didefinisikan oleh
kalimat terbuka berbentuk f (x, y) < 0 (atau , >, ),
Maka gambarkan f (x, y) = 0. Kurva f (x, y) = 0, akan membagi bidang dalam berbagai
daerah-daerah.
Relasi ini akan terdiri dari semua titik-titik dalam satu atau mungkin lebih daerah-daerah.
Ujilah satu atau lebih titik-titik dalam tiap-tiap daerah untuk menentukan apakah semua
titik dalam daerah itu termasuk dalam relasi atau tidak.
Sketsa dari masing-masing relasi di atas hasilnya adalah sebagai berikut:
______________________________________________ 125
LOGIKA MATEMATIKA 2018
4
-4 x2 + y24 16 -3 3
-4
x2 + y2 – 16 < 0 x2 - 4y2 – 9 0
-4 4 -3 3
-4
x2 - 4y2 < 9
15. isalkan T = {l, 2, 3, 4, 5} dan R suatu relasi dalam T merupakan himpunan titik-titik yang
diperlihatkan dalam diagram koordinat T x T berikut ini:
(1) Carilah domain dari R
(2) Tentukan jangkauan dari R
(3) Cari invers dari R.
(4) Buatlah sketsa R 1 pada diagram koordinat T x T.
Jawab: T
(1) Elemen x T berada dalam domain R
5 jika dan hanya jika garis vertikal yang
4 melalui x memuat sebuah titik dari R.
3 Jadi domain dari R adalah himpunan
2 {2,4,5}; karena garis vertikal yang melalui
1 tiap-tiap elemen ini dan hanyalah
elemen-elemen ini yang mengandung
1 2 3 4 5 titik-titik dalam R.
(2) Elemen x T berada dalam jangkauan R jika dan hanya jika garis horizontal yang
melalui x memuat sebuah titik dari R.
Jadi jangkauan dari R adalah himpunan {1, 2, 4}, karena garis horizontal yang
melalui tiap-tiap elemen ini, dan hanyalah elemen-elemen ini yang memuat
sekurang-kurangnya satu titik dari R.
Karena R = {(2, 1), (2, 4), (4, 2), (4, 4), (5, 2)}
T
5
4
(3) R 1 = {(1,2), (4,2), (2,4), (4,4), (2,5)}
3
(4) R 1 diperlihatkan pada diagram
2
koordinat T x T sebagai berikut:
1 .
1 2 3 4 T
5
______________________________________________ 126
LOGIKA MATEMATIKA 2018
16. Misalkan R = {(x, y} x R#, y R#, 4x2 + gy2 = 36}.
Sketsa dari R pada diagram koordinat R# x R# adalah sebagai berikut:
2
Carilah:
(1) Domain dari R,
-3 3 (2) jangkauan dari R,
1
(3) R
-2
Jawab:
(1) Domain dari R adalah selang [-3, 3] karena garis vertikal yang melalui tiap-tiap
bilangan ini dan hanyalah bilangan-bilangan ini, yang memuat sekurang-kurangnya
satu titik dari R.
(2) Jangkauan dari R adalah selang [-2, 2], karena garis horizontal yang melalui tiap-
tiap elemen dan hanyalah elemen-elemen ini, yang memuat sekurang-kurangnya
satu titik dari R.
(3) Menurut definisi invers dari R diperoleh R1 dengan mempertukarkan x dan y dalam
kalimat terbuka yang mendefinisikan R; yaitu:
= {(x, y) x R#, y R#, 9x2+ 4y2 = 36}
17. Apakah ada hubungan antara domain-jangkauan dari suatu relasi R , dan domain-
jangkauan dari ?
Jawab:
Karena R1 terdiri dari pasangan-pasangan yang sama seperti dalam R kecuali dalam
urutan terbalik maka tiap-tiap elemen pertama dalam R akan menjadi elemen kedua
dalam R1 dan tiap-tiap elemen kedua dalam R akan menjadi elemen pertama dalam
R1 . Maka domain R adalah jangkauan R1 dan jangkauan dari R adalah domain R1 .
18. Misalkan R adalah relasi dalam bilangan-bilangan asli N = {1, 2,3,…} yang
didefinisikan oleh kalimat terbuka “2x+y =10”, yaitu R = {(x, y)xN, yN, 2x + y = 10};
Carilah : (1) domain dari R, (2) jangkauan dari R, (3) cari R1
Jawab:
Pertama perhatikan bahwa himpunan jawaban dari 2x + y = 10 adalah
R = {(1,8), (2,6), (3,4), (4,2)} meskipun terdapat tak-berhingga elemen-elemen dalam N.
(1) Domain dari R yang terdiri dari elemen-elemen pertama dari R adalah{l, 2, 3, 4}.
(2) Jangkauan dari R yang terdiri dari elemen-elemen kedua dari R adalah {8, 6, 4, 2).
(3) R1 diperoleh dengan mempertukarkan x dan y dalam kalimat terbuka yang
mendefinisikan R; jadi R1 = {(x, y) x N, y N, x + 2y = 10}
Juga karena R1 terdiri dari pasangan-pasangan yang sama dalam R kecuali
dalam urutan terbalik, maka R-1 dapat didefinisikan sebagai:
______________________________________________ 127
LOGIKA MATEMATIKA 2018
R1 = {(8, l), (6, 2), (4, 3), (2, 4)}
19. Misalkan W = {1, 2, 3, 4} dan relasi R = {(1, 1), (1, 3), (2, 2), (3, 1), (4, 4)}.
Apakah R refleksif ?
Jawab:
R tidak refleksif karena 3 W dan (3,3) R.
20. Misalkan E = {1, 2, 3}. Pandang relasi-relasi berikut dalam E.
R1 = {(1, 2),(3, 2),(2, 2),(2, 3)} R4 = {(l, 2)}
R2 = {(1, 2),(2, 3),(1, 3)} R5 = E x E
R3 = {(l, 1), (2, 2), (2, 3), (3, 2), (3, 3)}
Nyatakan apakah masing-masing relasi berikut adalah refleksif atau tidak.
Jawab:
Jika suatu relasi dalam E adalah refleksif maka (1, 1), (2, 2) dan (3, 3) harus termasuk
relasi R.
Dengan demikian R3 dan R5 bersifat refleksif.
21. Misalkan V = {1, 2, 3, 4) dan relasi R pada V yang didefinisikan sebagai R = {(1,2), (3,
4), (2, 1), (3, 3)}. Apakah R simetris?
Jawab:
R tidaklah simetris, karena 3 V, 4 V, (3,4)R dan (4, 3) R.
22. Misalkan E = {1, 2, 3}. Pandang relasi-relasi berikut dalam E:
R1 = {(l, 1), (2, 1), (2,2), (3,2), (2,3)} R2 = {(l, 1)}
R3 = {(l, 2)} R4 = {(l, 1), (3, 2), (2, 3)}
R5 = E x E
Nyatakan apakah relasi-relasi ini simetris atau tidak?
Jawab:
(1) R1 tidaklah simetris karena (2, 1) R1 tetapi (1, 2) R1
(2) R2 simetris.
(3) R3 tidaklah simetris karena (1, 2) R3 tetapi (2, 1) R3
(4) R4 Simetris
(5) R5 Simetris
23. Bilamana suatu relasi R dalam himpunan A tidak anti-simetris?
Jawab:
R tidaklah anti-simetris jika terdapat elemen-elemen a A, b A, a b
sehingga (a, b) R dan (b, a) R.
24. Misalkan W = {1, 2, 3, 4} dan R = {(1, 2), (3, 4), (2, 2), (3, 3), (2, 1)}. Apakah R anti-
simetris?
Jawab:
R tidaklah anti-simeteris karena 1 W, 2 W, 1 2, (1, 2) R dan (2, 1) R.
25. Misalkan E = {1, 2, 3}. Pandang relasi-relasi berikut dalam E :
R1 = {(1,1), (2,1), (2,2), (3,2), (2,3)};
R2 = {(l, 1)}
R3 = {(l, 2)} ; R4 = {(1,1), (2,3), (3,2)}
______________________________________________ 128
LOGIKA MATEMATIKA 2018
R5 = E x E
Nyatakan apakah masing-masing relasi ini anti-simetris atau tidak.
Jawab:
(1) R1 tidaklah anti-simetris karena (3,2) R, dan (2,3) R1 .
(2) R2 anti-simetris
(3) R3 anti-simetris.
(4) R4 tidaklah anti-simetris karena (2.3) R4 dan (3, 2) R4
(5) R5 tidak anti-simetris berdasarkan alasan yang sama sebagaimana untuk R4
26. Misalkan E = {1, 2,3}. Berikan sebuah contoh dari suatu relasi R dalam E di mana R
tidaklah simetris dan anti-simetris.
Jawab:
Relasi R = {(1,2),(2,1),(2,3)} tidak simetris karena (2,3) R tetapi (3,2) R.
R juga tidak anti-simetris karena (1, 2) R dan (2, 1)R.
27. Misalkan himpunan W = {1, 2, 3, 4} dan relasi R = {(l, 2), (4, 3), (2, 2), (2, 1), (3, 1)}.
Apakah R transitif ?
Jawab:
R tidaklah transitif karena (4, 3) R , (3, 1) R tetapi (4, 1)R.
28. Misalkan W = {1, 2, 3, 4} dan R = {(2, 2), (2, 3), (1, 4), (3, 2)}.
Apakah R transitif?
Jawab:
R tidaklah transitif karena (3,2)R, (2,3)R tetapi. (3,3)R.
30. Masing-masing kalimat terbuka berikut mendefinisikan suatu relasi R data bilangan-
bilangan asli N. Nyatakan apakah masing-masingnya adalah suatu relasi refleksif atau
tidak
______________________________________________ 129
LOGIKA MATEMATIKA 2018
(3) Karena 3 + 3 10 maka 3 tidaklah berhubungan dengan dirinya sendiri. Oleh
karena itu R tidaklah refleksif.
(4) Pembagi terbesar untuk 5 dan 5 adalah 5; jadi (6, 5) f R. Oleh karena itu
R tidaklah retleksif.
31. Masing-masing kalimat terbuka berikut mendefinisikan suatu relasi R dalam bilangan-
bilangan asli A. Nyatakan apakah masing-masingnya adalah relasi simetris atau tidak.
(1) “x lebih kecil daripada atau sama dengan y”
(2) “x habis dibagi oleh y”
(3) “x + y = 10” ;
(4) "x + 2y = 10”
Jawab:
(1) Karena 3 5 tetapi 5 3, maka (3,5) R dan (5,3) R.
Jadi R tidaklah simetris.
(2) Karena 4 habis dibagi oleh 2 tetapi 2 tidak habis dibagi oleh 4, maka (2,4) R dan
(4,2) R. Oleh karena itu R tidaklah simetris.
(3) Jika a + b = 10 maka b + a = 10; atau dengan perkataan lain, jika (a, b) R maka (b,
a) R. Oleh karena itu R adalah simetris.
(4) Perhatikan bahwa (2, 4) R , tetapi (4, 2) R , yakni 2 + 2(4) = 10 tetapi
4 + 2(2) 10. Jadi R tidaklah simetris.
32. Buktikan: Misalkan R dan S adalah relasi-relasi simetris dalam himpunan A; maka R
S adalah suatu relasi simetris dalam A.
Jawab:
Pertama perhatikan bahwa R dan S adalah subhimpunan dari A x A; oleh karena itu
R S adalah juga subhimpunan dari A x A dan dengan demikian adalah suatu relasi
dalam A.
Misalkan (a, b) termasuk R S. Maka (a, b)R. dan (a, b)S. Karena R dan S adalah
simetris, maka (b, a) juga termasuk R dan (b, a) juga termasuk S ;
Dengan memperlihatkan bahwa jika (a, b)R S maka (b, a)R S. oleh
33. Masing-masing kalimat terbuka berikut mendefinisikan suatu relasi R dalam bilangan-
bilangan asli N. Nyatakan apakah masing-masing relasi ini anti-simetris atau tidak.
(1) "x lebih kecil daripada atau sama dengan y "
(2) "x lebih kecil daripada y”
(3) "x + 2y = 10"
(4) "x habis dibagi oleh y"
Jawab:
(1) Karena a b dan b a menyatakan bahwa a = b, maka R anti-simetris.
(2) Jika a b, maka a < b atau b < a; oleh karena itu R anti-simetris.
(3) Himpunan jawab adalah R = {(2,4), (4,3), (6,2), (8,1)}.
______________________________________________ 130
LOGIKA MATEMATIKA 2018
Perhatikan bahwa R R1 = , yang mana adalah subhimpunan dari "garis
diagonal" N x N. Oleh karena itu R anti-simetris.
(4) Karena b habis dibagi oleh a dan a habis dibagi oleh b menyatakan bahwa
a = b, maka R anti-simetris.
34. Masing-masing kalimat terbuka berikut mendefinisikan suatu relasi R dalam bilangan-
bilangan asli N. Nyatakan apakah masing-masing relasi ini transitif atau tidak.
35. Buktikan jika suatu relasi R transitif, maka relasi invers juga transitif
Jawab:
Misalkan (a,b) dan (b,c) termasuk R1 ; maka (c,b) R dan (b,a) R. Karena transitif
maka (c,a) juga termasuk R; oleh karena itu (a,c) R1 .
Kita telah memperlihatkan bahwa jika (a,b) R1 , (b,c) R1 maka (a,c) R1 ;
oleh karena itu R1 transitif.
36. Misalkan R adalah relasi dalam bilangan-bilangan asli N yang didefinisikan oleh
kalimat terbuka "(x - y) dapat dibagi oleh 5"; yaitu misalkan
R = {(x, y) x N, y N, (x - y) dapat dibagi oleh 5}
Buktikan bahwa R suatu relasi ekivalen.
Jawab:
a. Misalkan a N, maka (a - a) = 0 dapat dibagi oleh 5, dan oleh karena itu (a,a) R.
Jadi R refleksif.
b. Misalkan (a, b) R ; maka (a - b) dapat dibagi oleh 5, dan oleh karena itu
(b -a) = -( a - b) juga dapat dibagi oleh 5. Jadi (b, a) termasuk R. Karena jika
(a, b) R maka (b, a) R . Jadi R simetris,
c. Misalkan (a, b) R dan (b, c) R; maka (a - b) dan (b - c) masing-masing dapat
dibagi oleh 5. Oleh karena itu (a - c) - (a - b) + (b - c) juga dapat dibagi oleh 5, yang
berarti (a, c) termasuk R. Karena jika, (a, b) R dan (b, c) R maka (a, c) R .
Jadi R adalah transitif.
______________________________________________ 131
LOGIKA MATEMATIKA 2018
Karena R refleksif, simetris dan transitif maka menurut definisi R suatu relasi
ekivalen.
37. Misalkan R dan S adalah relasi-relasi dalam himpunan A. Buktikan kedua pernyataan
berikut:
(1) Jika R dan S simetris maka R S simetris.
(2) Jika R refleksif dan S sebarang relasi maka R S refleksif.
Jawab:
(1) Jika (a, b) R S , maka (a, b) termasuk R atau S, yang mana adalah simetris.
Oleh karena itu (b,a) juga termasuk R atau S.
Maka (b, a) R S dan dengan demikian R S simetris.
(2) R refleksif jika dan hanya jika R memuat "garis diagonal" D dari A x A. Tetapi D R
dan R R S maka D R S. Dengan demikian R S refleksif.
38. Misalkan R dan S adalah relasi-relasi dalam himpunan A. Perlihatkan bahwa masing-
masing pernyataan berikut salah dengan memberikan contoh berlawanannya yaitu
suatu contoh di mana pernyataan ini tidak benar.
(1) Jika R anti-simetris dan S anti-simetris maka R S anti-simetris,
(2) Jika R transitif dan S transitif maka R S transitif.
Jawab:
(1) R = {(l, 2)} dan S = {(2, 1)} masing-masingnya anti-simetris ; tetapi R S = {(1, 2),
(2, 1)} tidak anti-simetris.
(2) R = {(1, 2)} dan S = {(2, 3)} masing-masingnya transitif; tetapi
R S = {(1, 2), (2, 3)} tidak transitif.
39. Misalkan dua relasi R dan S yang didefinisikan sebagai R = {(x,y)xR#, yR#, y x2),
dan S = {(x,y) x R#, y R#, y x + 2)
Perhatikan bahwa R dan S kedua-duanya adalah relasi dalam bilangan-bilangan riil.
(1) Buatlah sketsa relasi R S pada diagram koordinat R# x R#
(2) Carilah domain R S.
(3) Carilah jangkauan R S.
Jawab:
(1) Buatlah sketsa R pada diagram koordinat R# x R#, berikan R arsiran dengan garis-
garis miring yang condong ke kanan (////); dan pada diagram koordinat yang sama,
buatlah sketsa S dengan garis-garis miring yang condong ke kiri (\\\\), seperti
diperlihatkan dalam Gambar 1.Maka daerah bergaris silang adalah R S.
Jadi R S adalah yang diperlihatkan dalam Gambar 2.
(2, 4) (2, 4)
(-1,1) (-1,1)
______________________________________________ 132
LOGIKA MATEMATIKA 2018
(2) Domain dari R S adalah [-1, 2], karena sebuah garis vertikal yang melalui tiap-tiap
titik dalam selang ini dan hanyalah titik-titik ini, akan memuat sebuah titik dari
R S.
(3) Jangkauan dari R S adalah [0, 4], karena sebuah garis horizontal yang melalui
tiap-tiap titik dalam selang ini dan hanyalah titik-titik ini, akan memuat sekurang-
kurangnya satu titik dari R S.
40. Buktikan jika S, T, dan para (untuk semua i berjalan pada himpunan index i) adalah
relasi relasi pada A, maka berlaku
(a) (ST)1 T 1 S1
1 1
(b) ( i Ri ) i Ri
1 1
(c) ( i Ri ) i Ri
Jawab:
Menggunakan definisi relasi sehingga diperoleh:
(a). (a,b) (ST)1 jika dan hanya jika (b,a) ST
(c A) dengan(b,c) S (c,a) T
(c A)dengan(c,b) S1 (a,c) T 1
(c A)dengan (a,c) T 1 (c,b) S1
(a,b) T 1S1
(a,b) i Ri1
1
Jadi ( i Ri ) i Ri1
(c). Ambil index set I , , ,.....
(a,b) ( i Ri )1 jika dan hanya jika (b,a) i Ri
(b,a) R (b,a) R (b,a) R ......
(a,b) R 1 (a,b) R 1 (a,b) R 1 ......
(a,b) i R 1i
1
Jadi ( i Ri ) i Ri1
______________________________________________ 133
LOGIKA MATEMATIKA 2018
6.10. Soal Soal Latihan
1. Misalkan R relasi pada A = {2, 3, 4, 5} di definisikan oleh “x dan y” relatif prima” yaitu
pembagi bersama dari x dan y hanyalah bilangan “satu”
(a) Tuliskan R sebagai himpunan pasangan terurut.
(b) Gambarkan R pada diagram koordinat A x A
(c) Tentukan R1 .
2. Misalkan N = {1, 2, 3, …..} dan R relasi di N yang didefinisikan sebagai x + 2y = 8, yakni
R = {(x, y) / x, y N, x + 2y = 8}
(a) Tulis R sebagai himpunan pasangan terurut.
(b) Tentukan R1 .
3. Misalkan W = {1, 2, 3, 4}. Perhatikan relasi-relasi dalam W berikut ini :
R1 = {(1,1), (1,2)} ; R2 = {(1,1), (2,3), (4,1)}
R3 = {(1,2), (2,4)} ; R4 = {(1,1), (2,2), (3,3)}
R5 = W x W ; R6 =
Selidiki apakah masing-masing relasi diatas bersifat (a) refleksif (b) simetris (c) transitif
4. Misalkan R relasi tegak lurus pada himpunan garis pada bidang. Tentukan apakah R :
(i) refleksif (ii) Simetris (iii) transitif atau (iv) ekivalensi.
5. Misalkan W = {1, 2, 3, 4, 5, 6}. Tentukan apakah masing-masing berikut ini merupakan
partisi pada W atau bukan:
(a) [{1,3,5}, {2,4}, {3,6} (c). [{1,5}, {2}, {4}, {1,5}, {3,6}]
(b) [{1,5}, {2}, {3,6}] (d). [ {1,2,3,4,5,6}]
6. Tentukan semua partisi dari A = {1,2,3}
7. Misalkan R adalah relasi dalam B = {2, 3, 4, 5, 6} yang didefinisikan oleh kalimat terbuka
" x - y dapat dibagi oleh 3”
Tuliskan R sebagai himpunan dari pasangan-pasangan terurut.
8. Diketahui R = {(x, y) x R# , y R#, x2+ 4y2 16}.
(a) Buatlah sketsa R pada diagram koordinat R# x R#.
(b) Carilah ranah dari R,
(c) Tentukan jangkauan R.
9. Misalkan C = {1, 2, 3, 4, 5}, dan relasi R dalam C adalah himpunan titik-titik yang
diperlihatkan dalam diagram koordinat C x C berikut.
C
5
4
3
2
1
C
1 2 3 4 5
______________________________________________ 134
LOGIKA MATEMATIKA 2018
(a) Nyatakan apakah masing-masing pernyataan benar atau salah: (a) 1 R 4, (b) 2 R
5, (c) 3 R 1, (d) 5 R 3.
(b) Tuliskan masing-masing subhimpunan C berikut dalam bentuk pendaftaran:
{x 3 R x} ; {x (4, x) R}; {x (x, 2) R} ; {x x R 5)
(c) Carilah domain dari R,
(d) Tentukan jangkauan R,
(e) Definisikan R1
10. Jika R = {(x, y) x R#, y R#, x2 – y2 4}, maka:
(a) Buatlah sketsa R pada diagram koordinat R# x R#.
(b) Carilah ranah dari R,
(c) Tentukan jangkauan dariR.
(d) Definisikan R1 .
11. Suatu relasi R pada bilangan-bilangan asli N yang didefinisikan oleh kalimat terbuka "x
+ 3y = 12" dinyatakan sebagai :
R = {(x, y) x N, y N, x + 3y = 12}
12. Misalkan R suatu relasi dalam bilangan-bilangan asli N yang didefinisikan sebagai “2x
+ 4y = 15”.
(a) Tuliskan R sebagai himpumn pasangan-pasangan terurut.
(b) Carilah ranah dari R,
(c) Tentukan jangkauan dariR,
(d) Definisikan relasi invers R1
13. Nyatakan masing-msing pernyataan berikut benar atau salah. Anggaplah R dan S
adalah relasi-relasi dalam himpunan A.
(a) Jika R simetris maka R1 simetris.
(b) Jika R anti-simetris, maka R1 anti-simetris.
(c) Jika R refleksif, maka R R1 .
(d) Jika R simetris, maka R R1 .
(e) Jika R transitif dan S transitif, maka R S transitif.
(f) Jika R transitif dan S transitif, maka R S transitif.
(g) Jika R anti-simetris dan S anti-simetris maka R S anti-simetris.
(h) Jika R anti-simetris dan S anti-simetris maka R S anti-simetris.
(i) Jika R refleksif dan S refleksif, maka R S refleksif.
(j) Jika R refleksif dan S refleksif, maka R S refleksif.
______________________________________________ 135
LOGIKA MATEMATIKA 2018
14. Misalkan L adalah himpunan dari garis-garis dalam bidang Euclid dan R adalah relasi
dalam L yang didefinisikan oleh "x sejajar y". Nyatakan apakah relasi R (1) refleksif, (2)
simetris, (3) anti-simetris, (4) transitif, ataukah tidak. (Anggap sebuah garis sejajar
dirinya sendiri).
15. Misalkan L himpunan dari garis-garis dalam bidang Euclid dan R adalah relasi dalam L
yang didefinisikan oleh "x tegak lurus y". Nyatakan apakah R adalah (1) refleksif, (2)
simetris, (3) anti-simetris, (4) transitif.
17. Masing-masing kalimat terbuka berikut mendefinisikan suatu relasi dalam bilangan-
bilangan asli N.
(a) “x lebih besar daripada y”
(b) "x adalah kelipatan y"
(c) “x kali y adalah kuadrat dari sebuah bilangan”.
(d) "x + 3y = 12"
Nyatakan apakah masing-masing relasi tersebut (a) refleksif, (b) simetris, (c) anti-
simetris, (d) transitif, ataukah tidak
20. Misalkan A adalah himpunan orang-orang. Setiap kalimat terbuka di bawah ini
mendefinisikan suatu relasi dalam A. Untuk masing-masing relasi dibawah ini, carilah
suatu kalimat terbuka yang disebut "kalimat invers", yang mendefinisikan relasi invers.
(a) "x suami dari y"
(b) "x, lebih tua daripada y"
(c) "x lebih tinggi daripada y"
(d) "x lebih kaya daripada y"
______________________________________________ 136
LOGIKA MATEMATIKA 2018
(e) x lebih cerdas daripada y"
21. Misalkan N bilangan-bilangan asli. Masing-masing kalimat terbuka di bawah ini
mendefinisikan suatu relasi dalam N. Carilah suatu kalimat terbuka yang mana
mendefinisikan relasi invers untuk masing-masing relasi ini.
(a) "x lebih besar daripada y"
(b) "x lebih berat daripada atau sama dengan y"
(c) "x adalah kelipatan y"
(d) "2x + 3y = 30"
22. Matriks M berikut menyatakan relasi R pada I = {1, 2, 3, 4, 5, 6}
1 0 0 1 0 1
1 1 0 0 0 1
0 0 1 1 0 1
M
0 0 0 0 0 0
0 0 0 0 0 0
0 1 1 0 0 0
a). Tulis R sebagai pasagan terurut
b). Tentukan domain, range dan relasi invers dari R
23. Buatlah graf untuk R pada soal no 22
====@@@@====
______________________________________________ 137
LOGIKA MATEMATIKA 2018
BAB VII
FUNGSI
7.1. Kompetensi
Mahasiswa diharapkan mampu menggunakan konsep-konsep dasar suatu fungsi,
fungsi invers, dan fungsi bijektif secara benar. Terampil dalam melakukan hitungan-
hitungan dalam operasi-operasi penjumlahan fungsi, pergandaan fungsi dan pergandaan
suatu fungsi secara tepat
Definisi Fungsi:
Suatu fungsi f dari himpunan A ke himpunan B adalah suatu aturan yang
menghubungkan setiap unsur a A dengan satu dan hanya satu unsur b B.
Dinyatakan dengan simbol matematik sebagai:
A disebut daerah asal (domain) dari f dan B disebut daerah hasil (codomain) dari f.
Kita menuliskan f(a) = b jika elemen a A dihubungkan dengan elemen b B.
______________________________________________ 138
LOGIKA MATEMATIKA 2018
Daerah hasil dari fungsi f diberi notasi f[A] yaitu himpunan peta-peta, yang dinyatakan
sebagai f[A] {f(a) B / a A} . Dan f[A] ini juga disebut himpunan semua bayangan
(image) dari unsur-unsur A.
Contoh (7.1):
Misalkan f mengkaitkan setiap bilangan riil dengan kuadratnya. Sehingga, apabila x
bilangan riil, maka f(x) = x2.
B
A
Misal:
Peta dari –3 adalah 9, dan ditulis
x f(x) = x2
f(-3) = 9 atau f : -3 9
Grafik fungsi y f ( x ) x 2
Contoh (7.2):
Misalkan A = {a, b, c, d} dan B = {a, b, c}.
Cara mengkaitkan a b, b c, c c dan d b merupakan fungsi dari A ke B.
A B
Contoh (7.3):
Misalkan R himpunan bilangan riil, dan f : R R mengaitkan setiap bilangan
rasional dengan 1 dan setiap bilangan tidak rasional dengan –1. Jadi
1 , jika x rasional
f(x) ;
1 ,jika x tidak rasional
f berkisar antara 1 dan –1 : f[R] = {1, -1}.
Contoh (7.4):
Misalkan A = {a, b, c, d} dan B = {x, y, z}. Fungsi f : A B didefinisikan dengan
diagram berikut.
______________________________________________ 139
LOGIKA MATEMATIKA 2018
A B Tampak bahwa:
a f(a) = y, f(b) = x, f(c) = z dan f(d) = y.
x
Selain itu f[A] = {x, y, z} =B
b yang berarti daerah hasil dan ko-
y
domainnya identik (sama).
c
Contoh (7.5):
Misalkan A dan B didefinisikan dengan diagram berikut :
A B
a1 b1
f[A] = {f(a1), f(a2), f(a3), f(a4)}
a2 b2
= {b1, b3, b2, b3}
a3 b3 = {b1, b2, b3}
a4 b4
Catatan:
Contoh-contoh diatas, memperlihatkan bahwa setiap unsur pada domain dari f (yaitu A)
mempunyai kawan tunggal di B, tetapi tidak sebaliknya.
Contoh (7.6):
Misal A : {1,2,3} , B : {a,b,c}
A B
f : A B dinyatakan dalam pasangan terurut
1 a f : {(1,a), (2,b), (3,c)}.
2 b Tampak bahwa tiap anggota A yang berbeda
mempunyai peta yang berbeda di B
3 c
Contoh (7.7):
Misalkan fungsi f : R# R# didefinisikan oleh rumus f(x) = x2. Maka f bukan fungsi
satu-satu karena f(2) = f(-2) = 4, yaitu bayangan dari dua bilangan riil yang berbeda yakni 2
dan –2, adalah bilangan yang sama, yaitu 4.
Diagram Venn nya dapat digambarkan sbb:
______________________________________________ 140
LOGIKA MATEMATIKA 2018
A B
Keterangan:
: :
-2 f: x f(x)=x2
f(1)= f(-1)=1 0 0
-1
0 f(0)= 0 1 1
1 -1
f(2)= f(-2)=4 2 4
2
-2
:
:
dst
Contoh (7.8):
Misalkan fungsi f : R# R# didefinisikan oleh rumus f(x) = x3. Maka f adalah fungsi
satu-satu karena pangkat tiga dari dua bilangan riil yang berbeda juga berbeda.
f bukan fungsi injektif
A B
A B
: :
-2 f(-2)=- 8
-1 f(-1)=-1 x f(x)=x3
0 f(0)= 0
1 f(-1)=1
2 f(2)= 8
: :
Fungsi f : A B disebut fungsi into atau fungsi ke dalam jika dan hanya jika daerah
hasil fungsi f merupakan himpunan bagian subset) murni dari himpunan B atau f(A) B.
Contoh (7.9):
Misal A : {1,2,3,4} , B : {a,b,c}
A B
Fungsi f : A B dinyatakan dalam pasangan
1 a
terurut : f = {(1,a), (2,c), (3,b), (4,c)}
2 Tampak bahwa daerah hasil fungsi f adalah
b
3 f(A) = {a,b,c} =B
maka fungsi f adalah fungsi surjektif atau
4 c
fungsi onto atau fungsi pada.
______________________________________________ 141
LOGIKA MATEMATIKA 2018
Contoh (7.10):
Misal A = {1,2,3,4} , B = {a,b,c}
Fungsi f : A B dinyatakan dalam pasangan terurut f : {(1,a), (2,b), (3,a), (4,b)}.
A B
Contoh (7.12):
Misalkan fungsi f : R# R# didefinisikan oleh rumus f(x) = x2 (lihat contoh 6.12).
Maka f bukan suatu fungsi surjektif, karena bilangan-bilangan negatif tak muncul dalam dari
f, yaitu tidak ada bilangan negatif yang merupakan kuadrat sebuah bilangan riil.
A B Keterangan: f : A B
: x f(x) = x2
: : 1
: 4 -1 f(1) = f(-1) =1
2 2
1 1 -2 f(2) = f(-2) =4
0 0 :
-1
-1 dst
-2
: -2 f[A] = {x/ x 0} B atau f[A] B
: Jadi fungsi f tidak surjektif
Contoh (7.13):
Misalkan A adalah himpunan bilangan riel dan B himpunan bilangan riel non negatif.
Dibentuk perkawanan f dari A ke B didefinisikan sebagai f(x) (x 1)2
A B Keterangan: f : A B
Untuk x=2,→ f(x)=9
x=1 → f(x)=4
x=0 → f(x)=1
f(x) (x 1)2 x=-1 → f(x)=0
x
x=-2 ,→ f(x)=1
dst
f merupakan fungsi surjektif
______________________________________________ 142
LOGIKA MATEMATIKA 2018
7.3.3. Fungsi Bijektif
Fungsi f: A B disebut disebut fungsi bijektif jika dan hanya jika untuk sebarang
b dalam kodomain B terdapat tepat satu a dalam domain A sehingga f(a) = b, dan tidak
ada anggota A yang tidak terpetakan dalam B. Dengan kata lain, fungsi bijektif adalah
sekaligus injektif dan surjektif. Dan dinyatakan sebagai:
Contoh (7.14):
Misalkan S adalah himpunan bilangan-bilangan positif dan T adalah himpunan
bilangan-bilangan riel. Dibentuk perkawanan : f = S T dengan rumus fs = log s.
Tunjukkan bahwa f adalah fungsi yang bijektif.
Jawab:
S = { x / x 0 } dan T = { x / x = bilangan riil }
S T
f f: S T
. . 0 log 0 = 0
. . 10 log 10 = 1
. 100
. log 100 = 2
1000
3 :. :.
100
2
10
1 dst dst
0 0
f bersifat korespondensi 1-1 atau bersifat injektif dan surjektif, Jadi f adalah bijektif
Contoh (7.15)
Misalkan f : A B didefinisikan sebagai f(x) = x – 1, untuk A dan B himpunan
bilangan riil. Maka f merupakan fungsi yang berkoresponden satu-satu, karena f adalah
fungsi injektif (satu-satu) maupun fungsi surjektif (pada).
A B f:AB
: : :
3 2 x=2 f(2)=1
2 1
x=1 f(1)=0
1 0
0 -1 x=0 f(0)=-1
-1 -2 x=-1 f(1)=-2
-2 -3 x=-2 f(-2)=-3
-3 -4 :
: : dst
f merupakan fungsi korespondensi 1-1
7.4. Fungsi Satuan dan Fungsi Konstan
(a) Fungsi Satuan
Ambil sembarang himpunan A. Dibentuk fungsi f : A A yang didefinisikan oleh
rumus f(x) = x, maka f disebut fungsi satuan pada A, ditulis 1A atau 1. Juga dikatakan
sebagai suatu fungsi terhadap dirinya sendiri.
______________________________________________ 143
LOGIKA MATEMATIKA 2018
Contoh (7.16):
Diketahui A={1,2,3} Dibentuk: A A
A 1A A
1 1 A = {1, 2, 3}
2 2
1A = { f(a) = a / a A }
3 3
Contoh (7.19):
Jika fungsi f didefinisikan oleh rumus f(x)=x2, dimana x adalah bilangan riil dan g
didefinisikan oleh rumus g(x) = x2, dimana x adalah bilangan kompleks, maka fungsi f
tidaklah sama dengan g karena mereka memiliki domain yang berbeda.
______________________________________________ 144
LOGIKA MATEMATIKA 2018
A B A C
Domain dari f adalah
himpunan semua bilangan riil.
x f(x)=x2 x gx)=x2 Domain dari g adalah
himpunan semua bilangan kompleks
Contoh (7.20):
Jika fungsi f : A B, dengan rumusan f(x) = 3x + 1 dan
g : A B, dengan rumusan g(x) = x2 – 1
Maka : (f + g) x = f(x) + g(x)
= 3x + 1 + x2 – 1 = x2 + 3x
g f
Contoh (7.21) :
(1) Misalnya f : A B dan g : B C yang didefinisikan seperti diagram di bawah ini
A B C
f g
a x r
s
b y
t
c z
g f
______________________________________________ 145
LOGIKA MATEMATIKA 2018
Maka:
(g f) (a) = g (f(a)) = g (y) = t
(g f) (b) = g (f(b)) = g (z) = r
(g f) (c) = g (f(c)) = g (y) = t
f g g f
a f(a)=b g(b)=g(f(a)
g f g ff g f g
A f B g C Dh
g f gf
______________________________________________ 146
LOGIKA MATEMATIKA 2018
(2)
f g h
A B C D
h g
f 1
Contoh (7.22):
Misalkan fungsi f : A B didefinisikan oleh diagram berikut ini:
f Fungsi f : A → B
a x Dengan f(a) =y, f(b)=x, f(c)=x
A b y B
c z
f 1
Invers dari z, ditulis f 1(z) = , karena tidak ada elemen dalam A yang dipetakan
ke z.
______________________________________________ 147
LOGIKA MATEMATIKA 2018
Contoh (7.23):
Misalkan f : R# R#, dimana R# = himpunan bilangan-bilangan riel yang didefinisikan
oleh f(x) = x2.
Perhatikan diagram dibawah ini:
R# R# Maka
: f 1(4)
3 : = {2, -2}. Karena 4 adalah
f
2 4 bayangan dari 2 dan –2 , serta tidak
1 ada bilangan riel lain yang kuadratnya
0
0
adalah 4.
-1 -1
-2
Perhatikan bahwa
-2
-3 f 1( 3)
-3 = , karena tak ada unsur
:
f 1 : dalam R# yang kuadratnya adalah –3.
Contoh (7.24):
Misalkan f suatu fungsi dari bilangan-bilangan kompleks ke dalam bilangan-bilangan
kompleks, dimana f didefinisikan oleh bentuk f(x) = x2.
Maka
f 1(3) { 3 i 3 i} , karena kuadrat dari tiap-tiap bilangan ini adalah –3.
Yaitu f { 3 i 3 i} 3
f 1 (D) = {x x A, f(x) D}
Contoh (7.25):
Misalkan fungsi f = A B didefinisikan oleh diagram
Maka
A
x r
B f 1 ({ r }) = {y},
y s karena hanya y yang
z dipetakan kepada r
t
f 1 ({ r, t }) = {x, y, z} = A,
f 1 karena tiap-tiap elemen dalam
A memiliki peta r atau t
Contoh (7. 26):
Misalkan f = R# R# didefinisikan oleh f(x) = x2, dan D = [4, 9] = {x 4 x 9}
______________________________________________ 148
LOGIKA MATEMATIKA 2018
R# R#
3 9 Maka
2 :
0
: f 1 (D) = { x -3 x -2 atau 2 x 3 };
-2
-3 4
dengan D = [4, 9] = {x 4 x 9}
f 1
Contoh (7.27):
Misalkan f : A B adalah fungsi sebarang. Maka f 1 (B) = A, karena setiap elemen
dalam memiliki bayangannya dalam B. Jika f (A) menyatakan jangkauan dari fungsi f,
maka
f 1 (f(A)) = A
A B A f(A)=B
f 1 f 1
f 1 (B) = A f 1 (f(A)) = A
Jika f : A B adalah suatu fungsi injektif dan fungsi surjektif ,maka untuk tiap-tiap
b B, invers f 1 (b) akan terdiri dari sebuah elemen tunggal dalam A. Dengan demikian,
suatu aturan yang menetapkan untuk tiap-tiap b B, sehingga elemen tunggal f 1 (b)
A. Oleh sebab itu f 1 adalah suatu fungsi dari B ke A dan ditulis sebagai:
f 1 : B A.
Dalam keadaan ini, bila f : A B adalah injektif (satu-satu) dan surjektif (pada),
dikatakan f fungsi bijektif dan mempunyai invers, maka f 1 disebut fungsi invers dari f.
Contoh (7.28):
Misalkan fungsi f : A B didefinisikan oleh diagram berikut:
______________________________________________ 149
LOGIKA MATEMATIKA 2018
A B
f Perhatikan bahwa:
a x f adalah fungsi injektif (satu-satu)
b y dan fungsi surjektif (pada)
c z
Contoh (7.29):
Misalkan fungsi f : A B didefinisikan oleh diagram
A B
f
a x Karena f(a) = y dan f(c) = y,
b y maka fungsi f tidak satu-satu.
c z
Dengan demikian fungsi invers f 1 tidak ada. Jika f 1 (y) = {a, c}, maka tidak dapat
menetapkan a dan c kedua-duanya untuk elemen y B.
Contoh (7.30):
Misalkan f : R# R#, bilangan-bilangan riil yang didefinisikan oleh f(x) = x3.
Perhatikan bahwa f adalah satu-satu dan pada. Oleh karena itu f 1 = R# R# ada. Pada
kenyataannya dipunyai suatu bentuk yang dapat mendefinisikan fungsi invers ini, yaitu
( x) 3
x . Perhatikan diagram berikut ini
A B B A
f f 1
3
x f(x)=x 3
x3 f 1 (x3)= x3
=x
Jika f : A B mempunyai fungsi invers f 1 : B A, maka dapat dilihat dari diagram berikut
______________________________________________ 150
LOGIKA MATEMATIKA 2018
f f 1
A B A
f 1 f
f 1 f
B A B
f f 1
Misalkan suatu fungsi f : A B adalah injektif ( satu-satu) dan surjektif (pada) yang
berarti mempunyai fungsi invers f 1 : B A atau f 1 ada.
Maka hasilkali fungsi ( f 1 f ) : A A adalah fungsi satuan pada A, dan hasilkali fungsi
( f f 1 ) : B B adalah fungsi satuan pada B.
Contoh (7.31):
Misalkan A = {x, y} dan B = {a, b, c}. Didefinisikan suatu fungsi f : A B dengan
diagram (a) dan g : B A dengan diagram (b) di bawah ini
A B B A
a
x x
f b a g
y c b y
c
(a)
(b)
Dihitung fungsi (g f) : A A
(g f) (x) = g (f(x)) = g (c) = x
(g f) (y) = g (f(y)) = g (a) = y
______________________________________________ 151
LOGIKA MATEMATIKA 2018
Dengan demikian hasilkali fungsi (g f) adalah fungsi satuan pada A. Tetapi g bukan
fungsi invers dari f karena hasilkali fungsi (f g) bukan fungsi satuan pada B, jadi f bukan
fungsi surjektif (pada).
Contoh (7.32):
Diberikan beberapa contoh fungsi modulo
1) Diketahui a = 25, m = 7. Ambil q=3 berarti qm = 21 dan a-qm=25 21=4 (=r)
Maka 25 mod 7 sama dengan 4, Ditulis 25 mod 7 = 4
2) Diketahui a = 12, m = 2. Untuk q = 6, berarti qm = 12 dan a-qm = 12 12 = 0
Maka 12 mod 4 adalah 0. Ditulis 12 mod 4 = 0
3) Diketahui a = 3612, m = 45. Untuk q = 80, berarti qm = 3600 dan a-qm = 3612
3600 = 12
Maka 3612 mod 45 adalah 12. Ditulis 3612 mod 45 = 12
4) Diketahui a = 0, m = 5. Untuk q = -1, berarti qm = -5 dan a-qm = 0 - (-5) = 5
Maka 0 mod 5 adalah 5. Ditulis 0 mod 5 = 5
5) Diketahui a = 25, m = 7. Untuk q = 4, berarti qm = 28 dan a-qm = 25 (28) = 3
Maka –25 mod 7 adalah 3. Ditulis –25 mod 7 = 3
1 ,untuk n 0
n!
1 2
. (n 1) n ,untuk n 0
Contoh (7.33):
0! 1
1! 1
2 ! (1)( 2) 2
3! (1)( 2)(3) 6
4 ! (1)( 2)(3)( 4) 24
______________________________________________ 152
LOGIKA MATEMATIKA 2018
7.10.3. Fungsi Eksponensial
1 ,untuk n 0
Fungsi Eksponensial didefinisikan sebagi: a n
aa a ,untuk n 0
n
1
Untuk kasus perpangkatan negatif, a n
an
1 ,untuk n 0
n!
n (n 1)! ,untuk n 0
(1) 5! = 5 4! (rekurens)
(2) 4! = 4 3!
(3) 3! = 3 2!
(4) 2! = 2 1!
(5) 1! = 1 0!
(6) 0! = 1
______________________________________________ 153
LOGIKA MATEMATIKA 2018
(6’) 0! =1
(5’) 1! = 1 0! =11=1
(4’) 2! = 2 1! =21=2
(3’) 3! = 3 2! =32=6
(2’) 4! = 4 3! = 4 6 = 24
(1’) 5! = 5 4! = 5 24 = 120
Jadi, 5! = 120.
1. Nyatakan apakah tiap-tiap diagram berikut ini mendefinisikan suatu fungsi dari A
= {a, b, c} ke dalam B = {x, y, z} atau tidak.
A B A B A B
a x a x a x
b y b y
b y
c z c z
c z
(1) (3)
(2)
Jawab:
(1) Tidak. Tidak ada yang ditetapkan untuk elemen b A.
(2) Tidak. Dua elemen x dan z, ditetapkan untuk elemen c A. Dalam suatu
fungsi hanyalah satu elemen yang ditetapkan bagi elemen dalam domain.
(3) Tidak. Dua elemen x dan z, ditetapkan untuk elemen a A. Dalam suatu
fungsi hanyalah satu elemen yang ditetapkan bagi elemen dalam domain.
______________________________________________ 154
LOGIKA MATEMATIKA 2018
(3) Untuk tiap-tiap bilangan positif, f3 menetapkan kuadratnya dan untuk
bilangan-bilangan riil lainnya, f3 menetapkan bilangan 4.
Jawab:
(1) Fungsi f1 adalah pemetaan dari R# ke dalam R# dapat didefinisikan oleh
f1(x) = x3
(2) Karena f2 menetapkan 5 untuk setiap bilangan kita dapat mendefinisikan f2
dengan f(2) = 5.
(3) Karena ada dua aturan yang berbeda yang digunakan dalam mendefinisikan
f3 , maka kita mendefinisikan f3 sebagai berikut :
x 2 jika; untuk x 0
f3 (x)
4 jika; untuk x 0
3. Yang mana dari pernyataan-pernyataan berikut ini berbeda dari yang lainnya dan
mengapa ?
f
(1) f suatu fungsi dari A ke dalam B (4). A B
(2) f : A B (5). f pemetaan dari A ke dalam B.
(3) f : x f(x)
Jawab:
Berbeda dari yang lainnya. Karena tidak diketahui domain dan ko-domainnya
dalam (3), mengingat untuk yang lainnya diketahui bahwa A adalah domain dan B
ko-domain.
______________________________________________ 155
LOGIKA MATEMATIKA 2018
(b) Karena 1
2 adalah bilangan rasional maka f 21 1 Karena adalah bilangan
irasional maka f() 1 . Karena 2,1313 … adalah desimal berulang yang
menyatakan suatu bilangan rasional maka f(2,1313 …..) = 1. Karena 2
adalah irasional maka f( 2 ) 1 .
3x 1 jika x 3
2
6. Misalkan fungsi f : R# R# didefinisikan oleh f(x) x 2 jika 2 x 3
2x 3 jika x 2
Carilah : (a) f(2), (b) f(4), (c) f(-1), (d) f(-3)
Jawab:
(a) Karena 2 berada dalam selang tertutup [-2, 3], maka digunakan rumus
f(x) = x 2 - 2 . Oleh karena itu f(2) = 22 – 2 = 4 – 2 = 2.
(b) Karena 4 termasuk selang (3, ) maka dipergunakan rumus f(x) = 3x - 1 . Jadi
f(4) = 3(4) – 1 = 12 – 1 = 11.
(c) Karena –1 berada dalam selang [-2, 3], maka kita pergunakan rumus
f(x) = x 2 - 2 . Diperoleh f(-1) = (-1)2 - 2 = 1 – 2 = 1 .
(d)Karena –3 lebih kecil dari –2 , yang berarti –3 termasuk selang terbuka
(-, -2) maka digunakan rumus f(x) = 2x +3 . Jadi f(-3) = -6 +3=-3 .
7. Misalkan A = {a, b, c} dan B = {1, 0}. Berapa banyak fungsi-fungsi yang berbeda
yang dapat dibentuk dari A ke B, dan apa saja ?
Jawab:
Buat daftar semua fungsi dari A ke B dengan diagram-diagram. Dalam tiap-tiap
fungsi ditetapkan 1 atau 0, tetapi tidak kedua-keduanya, untuk tiap-tiap elemen
dalam A.
A B f5 A B
f1 a 1
1
a 0 0
b
b
c
c
f2 f6
a 1 a 1
b 0
b 0
c
c
f3
a 1 f7
a 1
b 0
b 0
c c
______________________________________________ 156
LOGIKA MATEMATIKA 2018
f4 f8
a 1 a 1
b 0 b 0
c c
10. Misalkan V = {-2, -1, 0, 1, 2}. Dibentuk fungsi g : V R# didefinisikan oleh rumus:
g(x) = x2 + 1. Carilah jangkauan dari g.
Jawab:
Dihitung bayangan dari tiap-tiap elemen dalam V, yaitu:
g(-2) = (-2)2 + 1 = 4 + 1 = 5 g(1) = (1)2 + 1 = 1 + 1 = 2
g(-1) = (-1)2 + 1 = 1 + 1 = 2 g(2) = (2)2 + 1 = 4 + 1 = 5
2
g(0) = (0) + 1 = 0 + 1 = 1
Jadi jangkauan dari g adalah himpunan dari titik-titik bayangan {5, 2, 1, 2, 5} =
himpunan {5,2,1}
11. Tiap-tiap rumus berikut mendefinisikan suatu fungsi dari R# ke R#. Carilah
jangkauan dari tiap-tiap fungsi.
(1). f(x) = x 3 (2). g(x) = sin x, (3). h(x) = x 2 + 1
Jawab:
3
(1) Setiap bilangan riil a memiliki suatu akar pangkat tiga yang riil a ; oleh
a a
3
karena itu f 3 3
a
______________________________________________ 157
LOGIKA MATEMATIKA 2018
(2) Sinus dari sebarang bilangan riil terletak dalam selang tertutup [-1, 1]. Dan,
semua bilangan-bilangan dalam selang ini adalah sinus dari sebarang
bilangan riil. Maka jangkauan dari g adalah selang [-1, 1].
(3) Jika ditambahkan 1 pada tiap-tiap bilangan riil, kita peroleh himpunan
bilangan-bilangan yang lebih besar daripada atau sama dengan 1. Dengan
perkataan lain, jangkauan dari h adalah selang tak berhingga [1, ].
14. Misalkan A = {a, b, c, d, e}, dan B himpunan dari huruf-huruf dalam abjad.
Dibentuk fungsi-fungsi f, g dan h dari A ke B didefinisikan oleh :
(1) f(a) = r, f(b) = a, f(c) = s, f(d) = r, f(e) = e
(2) g(a) = a, g(b) = c, g(c) = e, g(d) = r, g(e) = s
(3) h(a) = z, h(b) = y, h(c) = x, h(d) = y, h(e) = z
Nyatakan apakah tiap-tiap fungsi ini injektif (satu-satu) atau tidak.
Jawab:
Perhatikan bahwa agar suatu fungsi adalah satu-satu, ia harus menetapkan
bayangan-bayangan yang berbeda untuk elemen-elemen yang berbeda
dalam domain.
(1) f bukalah fungsi satu-satu karena f menetapkan r untuk a dan d, kedua-
duanya, yaitu f(a)=f(d) = r.
(2) g adalah fungsi satu-satu.
(3) h bukanlah fungsi satu-satu karena h(a) = h(e)
______________________________________________ 158
LOGIKA MATEMATIKA 2018
15. Nyatakanlah apakah tiap-tiap fungsi berikut satu-satu atau tidak.
(1) Untuk tiap-tiap penduduk bumi, tetapkan bilangan yang berkaitan dengan
usianya.
(2) Untuk tiap-tiap negara di dunia, tetapkan jumlah penduduk negara-negara
itu.
(3) Untuk tiap-tiap buku yang ditulis oleh seorang pengarang, tetapkan
pengarangnya.
(4) Untuk tiap-tiap negara di dunia yang mempunyai perdana menteri, tetapkan
perdana menterinya.
Jawab:
(1) Banyak orang di dunia yang mempunyai usia sama; oleh karena itu fungsi
ini tidak satu-satu.
(2) Meskipun dua buah negara mungkin mempunyai jumlah penduduk yang
sama, statistik memperlihatkan bahwa dewasa ini tidaklah demikian; oleh
karena itu fungsi ini satu-satu.
(3) Adalah mungkin untuk dua buah buku yang berbeda mempunyai
pengarang yang sama; oleh karena itu fungsi ini tidak satu-satu.
(4) Tidak ada dua negara yang berbeda di dunia ini mempunyai perdana
menteri yang sama; oleh karena itu fungsi ini satu-satu.
16. Misalkan A = [-1, 1] = {x -1 x 1}, B = [1, 3] dan C = [-3, -1]. Dengan fungsi-
fungsi f1 : A R#, f2 : B R# dan f3 : C R# didefinisikan oleh aturan : untuk
tiap-tiap bilangan, tetapkan kuadratnya. Yang mana dari fungsi-fungsi ini satu-
satu ?
Jawab:
f1 : A R# tidak injektif (satu-satu) karena f1 21 f1 21 41 R# , yaitu karena
dua bilangan yang berbeda dalam daerah definisi ditetapkan bayangan yang
sama.
f2 : B R# adalah injektif (satu-satu) karena kuadrat dari bilangan-bilangan
positif yang berbeda adalah berbeda.
f3 : C R# adalah injektif (satu-satu) karena kuadrat dari bilangan-bilangan
negatif yang berbeda adalah berbeda.
17. Carilah selang “terbesar” D dimana rumus f(x) = x 2 mendefinisikan suatu fungsi
satu-satu.
Jawab:
Selama selang D memuat bilangan-bilangan positif atau negatif, tetapi tidak
kedua-duanya maka fungsinya adalah satu-satu.
Jadi D dapat berupa selang-selang terbuka [0, ] atau (-, 0].
Ada selang-selang tak terhingga lainnya dimana f adalah satu-satu, tetapi
mereka akan berupa subhimpunan-subhimpunan dari salah satu dari kedua
ini.
______________________________________________ 159
LOGIKA MATEMATIKA 2018
18. Dalam soal 7 didaftar semua fungsi-fungsi yang mungkin dari A = {a, b, c} ke B =
{1,0}. Yang manakah dari fungsi-fungsi ini adalah satu-satu ?
Jawab:
Tak satupun dari fungsi-fungsi itu satu-satu.
Dalam tiap-tiap fungsi, sekurang-kurangnya ada dua elemen mempunyai
bayangan yang sama.
19. Misalkan f : A B. Carilah f(A), yaitu jangkauan dari f, jika f adalah fungsi pada
Jawab:
Jika f adalah fungsi pada maka setiap elemen dalam pasangan domain (ko-
domain) f adalah dalam jangkauan, oleh karena itu f(A) = B.
24. Dalam soal 7 didaftarkan semua fungsi-fungsi yang mungkin dari A = {a, b, c} ke
dalam B = {1, 0}. Yang mana dari fungsi-fungsi ini adalah fungsi pada ?
Jawab:
Semua fungsi-fungsi itu adalah pada kecuali f1 dan f5
______________________________________________ 160
LOGIKA MATEMATIKA 2018
25. Misalkan fungsi-fungsi f : A B dan g : B C didefiniskan oleh diagram
A B C
a f x g r
b y
s
c z
t
Perhatikan bahwa f g g f
______________________________________________ 161
LOGIKA MATEMATIKA 2018
R# R# R# R# R# R#
f g g f
g f f g
Menurut definisi hasilkali fungsi:
(g f)(x) g(f(x)) = g(2x + 1) = (2x + 1)2 – 2 = 4x2 + 4x - 1
Atau
Dimisalkan sebagai y = f(z) = 2x + 1, dengan z = g(y) = y2 – 2
maka
z = y2 – 2 = (2x – 1)2 – 2 = 4x2 + 4x – 1
Sekarang menghitung f g : R# R#:
(f g)(x) f(g(x)) = f(x2 – 2) = 2(x2 – 2) + 1 = 2x2 – 3
Dalam hal ini f g g f
29. Buktikan : Jika f : A B adalah pada dan g : B C adalah pada maka fungsi
hasilkali (g f) : A C adalah pada.
Jawab:
Misalkan c sebarang elemen dalam C.
Karena g adalah pada, maka terdapat suatu elemen b B, sehingga g(b) =
c. Juga, karena f adalah pada maka terdapat suatu elemen a A sehingga
f(a) = b. Sekarang (g f)(a) g(f(a)) = g(b) = c.
Jadi untuk sebarang c C, terdapat sekurang-kurangnya satu elemen a
A sehingga (g f)(a) = c.
Dengan demikian g f adalah fungsi surjektif (pada).
______________________________________________ 162
LOGIKA MATEMATIKA 2018
Kedua fungsi adalah sama jika mereka menetapkan bayangan yang sama
dalam domain, yaitu, jika ((h g) f)(x) = (h (g f))(x)
untuk setiap x A.
Dengan menghitung,
((h g) f) (x) (h g)(f(x)) h(g(f(x))) dan
(h (g f))(x) h((g f)(x)) h(g(f(x)))
Diperoleh (h g) f = h (g f)
1 1
2 2
3 3
4 4
5 5
______________________________________________ 163
LOGIKA MATEMATIKA 2018
(4) f 1 ((-, 0]) = {0} karena 02 = 0 (-, 0] dan karena tidak ada bilangan
lainnya yang kuadratnya termasuk (-, 0]
(5) f 1 ([4, 24]) terdiri dari bilangan-bilangan yang kuadratnya termsuk [4, 25],
yaitu bilangan-bilangan x sehingga 4 x2 25. Oleh karena itu.
f 1 ([4, 25]) = {x 2 x 5 atau –5 x -2}
g 1 h 1
1 f 1 1 1
2 2 2 2 2 2
3 3 3 3 3
3
4 4 4 4
4 4
5 5
5 5 5
5
36. Ambil A = [-1, 1]. Misalkan fungsi f1, f2, f3, dan f4 dari A ke dalam A didefinisikan
oleh (1) f1 (x) = x2, (2) f2 (x) = x3, (3) f3 (x) = sin x, (4) f4 (x) sin 21 x
Nyatakan apakah tiap-tiap fungsi ini memiliki invers atau tidak.
Jawab:
(1) f1 tidaklah satu-satu atau pada; oleh karena itu f1 tidak memiliki invers.
(2) f2 adalah satu-satu karena jika x y maka x5 y5 . Juga, f2 adalah
surjektif (pada). Oleh karena itu f2 memiliki fungsi invers.
(3) f3 adalah fungsi satu-satu tetapi tidak pada; oleh karena itu f3 tidak
memiliki invers.
(4) f4 memiliki invers karena tidak ia adalah satu-satu dan pada.
______________________________________________ 164
LOGIKA MATEMATIKA 2018
37. Buktikan bahwa jika f : A B dan g : B C memiliki fungsi-fungsi invers
f 1 : B A dan g1 : C B maka fungsi-komposisi g f : A C memiliki
fungsi invers f 1 g1 : C A.
Bukti:
Perhatikan bahwa: ( f 1 g1 ) (g f ) = 1 dan (g f) ( f 1 g1 ) = 1
Dihitung:
( f 1 g1 ) (g f ) = f 1 ( g1 (g f )) = f 1 (( g1 g) f)
= f 1 (1 f ) = f 1 f=1
1
Menggunakan sifat bahwa g g adalah fungsi satuan dan hasilkali 1
Dengan cara yang sama,
(g f) ( f 1 g1 ) = g (f ( f 1 g1 )) = g (( f f 1 ) f)
=g (1 g1 ) = g g 1 = 1
40. Ambilkan A = R#- {3} dan B = R#- {1}. Misalkan fungsi f : A B didefinisikan oleh
x2
: f(x) . Maka f adalah satu-satu dan pada. Carilah rumus f 1 .
x3
______________________________________________ 165
LOGIKA MATEMATIKA 2018
Jawab:
x2 2 3y
Pecahkan y untuk x dalam y, maka kita peroleh x
x3 1 y
2 3x
Oleh karena itu, fungsi inversnya adalah f 1(x)
1- x
______________________________________________ 166
LOGIKA MATEMATIKA 2018
(g) g(f(x)), (h) f(g(x + 1)), (i) g(g(x)).
Jawab:
(a) f(5) = 2(5) – 3 = 10 – 3 = 7
(b) g(-3) = (-3)2 + 5 = 9 + 5 = 14
(c) g(f(2)) = g([2(2) – 3]) = g([4 – 3]) = g(1) = (1)2 + 5 = 6
(d) f(g(3)) = f([32 + 5]) = f([9 + 5]) = f(14) = 2(14) – 3 = 25
(e) g(a – 1) = (a – 1)2 + 5 = a2 – 2a + 1 + 5 = a2 – 2a + 6
(f) Dengan mempergunakan (e), kita peroleh
f(g(a – 1)) = f(a2 – 2a + 6) = 2(a2 – 2a + 6) – 3 = 2a2 – 4a + 9
(g) g(f(x)) = g(2x – 3) = (2x – 3)2 + 5 = 4x2 – 12x + 14
(h) f(g(x + 1)) = f([(x + 1)2 + 5]) = f([x2 + 2x + 1 + 5])= f(x2 + 2x + 6)
= 2(x2) + 2x + – 3 , = 2x2 + 4x + 9
(i) g(g(x)) = g(x2 + 5) = (x2 + 5)2 + 5 = x2 10x2 + 30
1. Nyatakan apakah tiap-tiap diagram ini mendefinisikan suatu fungsi dari {1, 2, 3}
ke dalam {4, 5, 6}, ataukah tidak.
1 4 1 4 1 4
2 2 5 2
5 5
3 3 6 3
6 6
(1) (2)
(3)
x 2 3x jika x 2
4. Misalkan fungsi g : R R didefinisikan oleh g(x)
# #
x jika x 2
Carilah: (1) g(5), (2) g(0), (3) g(-2)
______________________________________________ 167
LOGIKA MATEMATIKA 2018
2x 5 jika x 9
2
6. Misalkan fungsi h : R R didefinisikan oleh : h(x) x x jika x [ 9,9]
# #
x 4 jika x 9
Carilah : (a) h(3), (b) h(12), (c) h(-15), (d) h(h(5)) yaitu h2(5)
7. Misalkan X = {2,3} dan Y = {1,3,5}. Ada berapa fungsi yang berbeda dari X ke Y ?
g h
f 1 1 1 1
1 1
2 2 2 2
2 2
3 3 3 3
3 3
4 4 4 4
4 4
11. Andaikan f : A B. Yang manakah dari yang berikut ini selalu benar :
(1) f(A) B , (2) f(A) B , (3) f(A) B
______________________________________________ 168
LOGIKA MATEMATIKA 2018
12. Misalkan f : X Y. Nyatakanlah apakah masing-masing sifat berikut
mendefinisikan suatu fungsi satu-satu atau tidak ?
(1) jika f(a) f(b) maka a = b (3) jika f(a) f(b) maka a b
(2) jika a = b maka f(a) f(b) (4) jika a b maka f(a) f(b)
13. Nyatakanlah apakah tiap-tiap fungsi dalam soal 10 adalah injektif (satu-satu) atau
tidak.
14. Buktikan: Jika f : A B adalah satu-satu dan jika g : A C adalah injektif (satu-
satu) maka fungsi perkalian g f : A C adalah injektif (satu-satu).
G
A C
g h
f
B F
16. Pandang fungsi-fungsi f, g dan h dalam soal 8. Carilah hasilkali fungsi dari
(1) f g , (2) h f (3) g g , yaitu g2.
dan g(x) = x 2 + 1 . Carilah (a) (g f)(3), (b) (f g)(-2), (c) (g f )(-4), c (d) (f
g)(5)
______________________________________________ 169
LOGIKA MATEMATIKA 2018
20. Misalkan g : R# R# didefinisikan oleh g(x) = sin x .
Carilah (1) g1 (0), (2) g1 1), (3) g1 (2), (4) g1 ([-1, 1]).
===@@@@@===
______________________________________________ 170
LOGIKA MATEMATIKA 2018
REFERENSI
______________________________________________ 171
LOGIKA MATEMATIKA 2018