Anda di halaman 1dari 171

BAB I

PENGERTIAN DAN KEGUNAAN LOGIKA

1.1 Kompetensi
Mahasiswa diharapkan mampu menguasai dan mengembangkan ilmu pengetahuan
dasar, dengan logika yang dimiliki akan mampu memikirken sesuatu dengan menalar.
Dalam penalaran, manusia menggunakan logika untuk mengatur alur pemikiran serta
memisahkan hal yang benar dan yang salah. Dalam Bab ini akan dipelajari beberapa
pengetahuan dasar dari logika matematika sehingga mahasiswa mampu menjelaskan
pengertian dan pentingnya belajar logika, dasar-dasar logika, sejarah dan perkembangan
logika, jenis dan kegunaan logika, aliran-aliran dalam logika, fungsi dan kegunaan bahasa,
serta beberapa perbedaan antara bahasa umum dengan bahasa matematika.

1.2 Pengertian logika Matematika


Setiap orang pasti bertanya, apa itu logika? Logika berasal dari kata yunani kuno
λόγος (logos) yang berarti hasil pertimbangan dari akal fikiran yang diutarakan lewat kata-
kata dan dinyatakan dalam bahasa. Logika sering dikatakan sebagai salah satu cabang dari
filsafat. Sebagai ilmu, logika disebut dengan logica scientia atau ilmu logika
(ilmu pengetahuan) yang mempelajari kecakapan untuk berfikir secara lurus, teratur dan
tepat. [Hendrik JR, 1996]. Ilmu disini mengacu pada kemampuan rasional mengetahui dan
kecakapan mengacu pada kesanggupan akal budi untuk mewujudkan pengetahuan ke
dalam tindakan. Kata logis yang dipergunakan tersebut bisa diartikan dengan masuk akal.
Logika, lahir bersamaan dengan filsafat di Yunani. Dalam usaha untuk menaruh
pikiran-pikirannya, pendapat-pendapatnya, filosuf-filosuf Yunani kuno tidak jarang mencoba
membantah pikiran lain dengan menunjukkan kesesatan penalarannya. Seringkali logika
diartikan sebagai ilmu untuk berfikir dan menalar dengan benar sehingga didapatkan
kesimpulan yang absah. Manusia mampu mengembangkan pengetahuan karena
mempunyai bahasa dan kemampuan menalar. Untuk dapat menarik konklusi/kesimpulan
yang tepat, diperlukan kemampuan menalar. Kemampuan menalar adalah kemampuan
untuk menarik konklusi yang tepat dari bukti-bukti yang ada, dan menurut aturan-aturan
tertentu.
Logika membantu untuk mengatur pemikiran kita dalam memisahkan hal yang benar
dari yang salah. Sering kali kita membuat asumsi/anggapan yang salah terhadap sesuatu
hal, hanya karena salah menginterprestasikan/menafsirkan. Disini logika/logika simbolik,
dapat membantu kita menghindari salah penafsiran, dan meningkatkan daya berfikir secara
analitis. Simbol-simbol atau notasi dalam logika merupakan sarana yang sangat penting
dalam melakukan penalaran.
Notasi dalam logika adalah suatu alat atau perangkat untuk mengekpresikan suatu
obyek (dapat berupa benda, kalimat, bilangan-bilangan, dan sebagainya), karena dengan
adanya notasi (simbol) dapat menyatakan secara singkat kalimat verbal yang panjang
menjadi kalimat yang singkat (pendek) dan penuh arti. Kalimat verbal yang berlebihan
cenderung tidak jelas, dan sebaliknya penggunaan notasi yang berlebihan juga cenderung

_______________________________________________ 1
LOGIKA MATEMATIKA 2018
membuat materi itu menjadi sulit untuk dipelajari. Oleh karena itu penggunaan notasi harus
dijaga agar tidak menghilangkan kelengkapan makna kalimat yang diwakili.

Contoh (1.1):
Ada sebuah bilangan yang jika ditambah dengan 2 menghasilkan 5. Cari bilangan itu!
Masalah di atas dapat ditulis dengan kalimat yang lebih singkat (pendek):
“Selesaikan persamaan x  2  5 ”.
Ada beberapa catatan dalam penggunaan notasi diantaranya adalah: untuk menunjuk
obyek yang spesifik gunakan huruf / simbol tertentu, setiap huruf / simbol dapat digunakan
untuk mewakili suatu obyek, ada simbol-simbol tertentu yang mewakili obyek-obyek
tertentu.
Penggunaan simbul harus konsisten, sekali sebuah simbol sudah dipakai untuk
mewakili suatu obyek, harus digunakan secara konsisten untuk mewakili hanya obyek itu
saja. Logika simbolis merupakan logika formal yang cenderung bersifat teknis dan ilmiah.
Logika simbolis merupakan ilmu tentang bagaimana menyimpulkan yang sah (absah),
khususnya yang dikembangkan dengan penggunaan metode-metode matematika dan
dengan bantuan simbol-simbol khusus sehingga dapat terhindar dari makna arti ganda dari
bahasa sehari-hari.
Pemakaian simbol-simbol matematika itu untuk mewakili bahasa. Simbol-simbol itu
diolah sesuai dengan aturan-aturan yang diberlakukan di bidang matematika untuk
menetapkan apakah pernyataan bernilai benar atau salah. Demikian juga ketidakjelasan
berbahasa dapat dihindari dengan menggunakan simbol-simbol ini, karena setelah problem
diterjemahkan ke dalam notasi simbolik, penyelesaiannya menjadi bersifat sederhana

1.3 Dasar-dasar Logika Matematika


Konsep bentuk logis adalah inti dari logika. Konsep itu menyatakan bahwa kesahihan
(validitas) dari sebuah argumen ditentukan oleh bentuk logisnya, bukan oleh isinya. Dalam
hal ini logika menjadi alat untuk menganalisis argumen, yakni hubungan antara kesimpulan
dan bukti atau bukti-bukti yang diberikan (premis). Logika silogistik tradisional Aristoteles
dan logika simbolik modern adalah contoh-contoh dari logika formal. Dasar penalaran
dalam logika ada dua, yakni deduktif dan induktif.

1.3.1 Penalaran Deduktif.


Penalaran deduktif, kadang disebut logika deduktif, adalah penalaran yang
membangun atau mengevaluasi argumen deduktif. Argumen dinyatakan deduktif jika
kebenaran dari kesimpulan ditarik atau merupakan konsekuensi logis dari premis-
premisnya. Argumen deduktif dinyatakan valid atau tidak valid, bukan benar atau salah.
Sebuah argumen deduktif dinyatakan valid jika dan hanya jika kesimpulannya merupakan
konsekuensi logis dari premis-premisnya.
Contoh (1.2) argumen deduktif:
Premis 1: Setiap mamalia punya sebuah jantung
Premis 2: Semua kuda adalah mamalia
-------------------------------------------------------------------
Kesimpulan: Setiap kuda punya sebuah jantung

______________________________________________ 2
LOGIKA MATEMATIKA 2018
Pembuktian melalui deduksi adalah sebuah jalan pemikiran yang mengguna
kan argumen-argumen deduktif untuk beralih dari premis-premis yang ada, yang dianggap
benar, kepada kesimpulan-kesimpulan, yang mestinya benar apabila premis-premisnya
benar. Penalaran deduktif didukung oleh logika deduktif. Metode deduksi sifatnya pasti.
Berikut ini adalah contoh logika deduksi:
Contoh (1.3) argumen deduktif:
Premis 1 : Semua manusia fana (pasti akan mati). (premis mayor)
Premis 2 : Socrates adalah manusia (premis minor)
--------------------------------------------------------------
Kesimpulan : Sokrates pasti (akan) mati.
"Socrates pasti mati" adalah kesimpulan atau konsekuensi dari dua premis sebelumnya.
Jika premis 1 dan premis 2 benar, maka kesimpulannya juga benar.

1.3.2 Penalaran Induktif


Sebagai alternatif dari penalaran deduktif adalah penalaran induktif. Perbedaan
dasar di antara keduanya dapat disimpulkan dari dinamika deduktif dengan progresi secara
logis dari bukti-bukti umum kepada kebenaran atau kesimpulan yang khusus; sementara
dengan induksi, dinamika logisnya justru sebaliknya. Penalaran induktif dimulai dengan
pengamatan khusus yang diyakini sebagai model yang menunjukkan suatu kebenaran atau
prinsip yang dianggap dapat berlaku secara umum.
Penalaran induktif adalah proses berpikir untuk menarik kesimpulan berupa prinsip
atau sikap yang berlaku umum berdasarkan atas fakta-fakta yang bersifat khusus.
Prosesnya disebut induksi. Penalaran induktif dapat berbentuk generalisasi, analogi, atau
hubungan sebab akibat. Penalaran induktif, kadang disebut logika induktif, yaitu penalaran
yang berangkat dari serangkaian fakta-fakta khusus untuk mencapai kesimpulan umum.
Contoh (1.4) argumen induktif:
Premis 1 : Kuda Sumba punya sebuah jantung
Premis 2: Kuda Australia punya sebuah jantung
Premis 3: Kuda Amerika punya sebuah jantung
Premis 4: Kuda Inggris punya sebuah jantung
---------------------------------------------------------------------
Kesimpulan: Setiap kuda punya sebuah jantung
Tabel di bawah ini menunjukkan beberapa ciri utama yang membedakan penalaran induktif
dan deduktif.

Deduktif Induktif
Jika semua premis benar maka Jika premis benar, kesimpulan mungkin
kesimpulan pasti benar. benar, tetapi tak pasti benar.
Semua informasi atau fakta pada Kesimpulan memuat informasi yang tak
kesimpulan sudah ada, sekurangnya ada, bahkan secara implisit, dalam
secara implisit, dalam premis. premis.

______________________________________________ 3
LOGIKA MATEMATIKA 2018
1.4 Sejarah Logika dan Perkembangannya

1.4.1 Masa Yunani Kuno


Manusia belajar logika sejak Jaman Yunani Kuno. Aristoteles (384 - 322 SM) adalah
seorang filsuf yang mengembangkan logika pada jaman itu, yang pada waktu itu dikenal
dengan sebutan logika tradisional.
Mulai sejak Thales (624 SM - 548 SM), filsuf Yunani pertama yang memperkenalkan
logika dan meninggalkan segala dongeng, takhayul, dan cerita-cerita isapan jempol dan
berpaling kepada akal budi untuk memecahkan rahasia alam semesta. Thales mengatakan
bahwa air adalah arkhe (Yunani) yang berarti prinsip atau asas utama alam semesta. Saat
itu Thales telah mengenalkan logika induktif.
Dalam logika Thales, air adalah arkhe alam semesta, yang menurut Aristoteles
disimpulkan dari: Air adalah jiwa tumbuh-tumbuhan (karena tanpa air tumbuhan mati), Air
adalah jiwa hewan dan jiwa manusia, Air jugalah uap, dan Air jugalah es. Jadi, air adalah
jiwa dari segala sesuatu, yang berarti air adalah arkhe alam semesta. Sejak saat Thales
sang filsuf mengenalkan pernyataannya, logika telah mulai dikembangkan. Kaum Sofis
beserta Plato (427 SM – 347 SM) juga telah merintis dan memberikan saran-saran dalam
bidang ini.
Aristoteles kemudian mengenalkan logika sebagai ilmu, yang kemudian disebut logica
scientica. Aristoteles mengatakan bahwa Thales menarik kesimpulan bahwa air adalah
arkhe alam semesta dengan alasan bahwa air adalah jiwa segala sesuatu.
Pada masa Aristoteles logika masih disebut dengan analitica, yang secara khusus
meneliti berbagai argumentasi yang berangkat dari proposisi yang benar, dan dialektika
yang secara khusus meneliti argumentasi yang berangkat dari proposisi yang masih
diragukan kebenarannya. Inti dari logika Aristoteles adalah silogisme.
Buku Aristoteles to Oraganon (alat) berjumlah enam, yaitu:
1) Categoriae menguraikan pengertian-pengertian
2) De interpretatione tentang keputusan-keputusan
3) Analytica Posteriora tentang pembuktian.
4) Analytica Priora tentang silogisme.
5) Topica tentang argumentasi dan metode berdebat.
6) De sohisticis elenchis tentang kesesatan dan kekeliruan berpikir.
Pada 370 SM – 288 SM Theophrastus, murid Aristoteles yang menjadi pemimpin
Lyceum, melanjutkan pengembangan logika. Istilah logika untuk pertama kalinya
dikenalkan oleh Zeno dari Citium (334 SM – 226 SM) pelopor Kaum Stoa. Sistematisasi
logika terjadi pada masa Galenus (130 M – 201 M) dan Sextus Empiricus 200 M, dua orang
dokter medis yang mengembangkan logika dengan menerapkan metode geometri.
Porohyus (232 – 305) membuat suatu pengantar (eisagoge) pada Categoriae, salah
satu buku Aristoteles. Boethius (480-524) menerjemahkan Eisagoge Porphyrius ke dalam
bahasa Latin dan menambahkan komentar- komentarnya. Johanes Damascenus (674-
749)) menerbitkan Fons Scienteae.

1.4.2 Abad pertengahan dan logika modern


Pada abad ke 9-15, buku-buku Aristoteles seperti De Interpretatione, Eisagoge oleh
Porphyus dan karya Boethius masih digunakan Thomas Aquinas (1224-1274) dan kawan-

______________________________________________ 4
LOGIKA MATEMATIKA 2018
kawannya berusaha mengadakan sistematisasi logika. Kemudian Lahirlah logika modern
dengan tokoh-tokoh seperti: Petrus Hispanus (1210 - 1278), Roger Bacon (1214 - 1292),
Raymundus Lullus (1232-1315) yang menemukan metode logika baru yang dinamakan Ars
Magna, yang merupakan semacam aljabar pengertian, William Ocham (1295-1349)
Pengembangan dan penggunaan logika Aristoteles secara murni diteruskan oleh
Thomas Hobbes (1588-1679) dengan karyanya Leviatan dan John Locke (1632-17040)
dalam An Essay Concerning Human Understanding. Francis Bacon (1561-1626)
mengembangkan logika induktif yang diperkenalkan dalam bukunya Novum Organum
Scientiarum. J.S. Mills (1806-1873) melanjutkan logika yang menekankan pada pemikiran
induksi dalam bukunya System of Logic.
Kemudian logika diperkaya dengan hadirnya pelopor-pelopor logika simbolik seperti:
Gottfried Wilhelm Leibniz (1646-1716) menyusun logika aljabar berdasarkan Ars
Magna dari Raymundus Lullus. Logika ini bertujuan menyederhanakan pekerjaan akal budi
dan lebih mempertajam kepastian.
George Boole (1815-1864), seorang matematikawan Inggris, merupakan peletak
dasar bagi sistem logika yang sekarang dikenal sebagai logika Boole dan merupakan
fondasi dari komputer modern.
John Venn (1834-1923) telah menulis tiga buku logika: The Logic of Chance, yang
memperkenalkan interpretasi frekuensi atau frekuensi teori probabilitas pada 1866,
Symbolic Logic yang memperkenalkan diagram Venn pada 1881, dan The Principles of
Empirical Logic pada tahun 1889.
Gottlob Frege (1848-1925) adalah seorang matematikawan ahli logika, dan filsuf
Jerman. Dia dianggap sebagai salah satu pendiri logika modern dan berkontribusi besar
dalam pengembangan matematika. Dia umumnya dianggap sebagai bapak filsafat analitik,
karena tulisan-tulisannya tentang filsafat bahasa dan matematika. Dalam bukunya yang
berjudul Begriffsschrif , eine der arithmetischen nachgebildete Formelsprache des reinen
Denkens , ia membuat terobosan baru dengan membuat perlakuan yang ketat dari konsep-
konsep fungsi dan variabel. Frege ingin menunjukkan bahwa matematika tumbuh dari
logika, tetapi dengan demikian, ia menciptakan teknik yang membawanya jauh melampaui
logika silogisme Aristotelian dan logika proposisional Stoic yang telah ia pelajari sebagai
logika tradisional.
Akibatnya, Frege menemukan logika predikat aksiomatik seperti variabel kuantifikasi
yang pada akhirnya dipakai dimana-mana dalam matematika dan logika, serta
memecahkan masalah perumuman ganda (multiple generality). Pada awalnya, logika
hanya menangani konstanta-konstanta logika dan konektor dan, atau, jika...maka...,
beberapa, dan semua. Namun iterasi dari operasi-operasinya, khususnya untuk kuantor
beberapa dan semua masih kurang dipahami. Bahkan perbedaan antara sepasang kalimat
seperti "setiap anak lelaki mencintai beberapa gadis" dan "beberapa gadis dicintai oleh
setiap anak laki-laki " masih sulit untuk dipahami. Dengan formalisme dari Frege, kita tidak
mengalami kesulitan untuk memahami pernyataan " setiap anak laki-laki mencintai
beberapa gadis yang mencintai beberapa anak laki-laki yang mencintai beberapa gadis ".
Lalu Chares Sanders (1839-1914), seorang filsuf Amerika Serikat yang pernah
mengajar di John Hopkins University, melengkapi logika simbolik dengan karya-karya
tulisnya. Ia memperkenalkan dalil Peirce (Peirce's Law) yang menafsirkan logika selaku
teori umum mengenai tanda (general theory of signs)

______________________________________________ 5
LOGIKA MATEMATIKA 2018
Puncak kejayaan logika simbolik terjadi pada tahun (1910 - 1913) dengan terbitnya
Principia Mathematica tiga jilid yang merupakan karya bersama Alfred North Whitehead
(1861-1914) dan Bertrand Arthur William Russel (1872-1970). Logika simbolik lalu
diteruskan oleh Ludwig Wittgenstein (1889-1951), Rudolf Carnap (1891-1970), Kurt Godel
(1906-1978), dan lain-lain.

1.4.3 Logika Sebagai Matematika Murni


Logika masuk ke dalam kategori matematika murni karena matematika adalah logika
yang tersistematisasi. Matematika adalah pendekatan logika kepada metode ilmu ukur yang
menggunakan tanda-tanda (simbol-simbol) matematik (logika simbolik). Logika
tersistemati-sasi dikenalkan oleh dua orang dokter medis, Galenus (130-201 M) dan Sextus
Empiricus (sekitar 200 M) yang mengembangkan logika dengan menerapkan metode
geometri.
Puncak logika simbolik terjadi pada tahun 1910-1913 dengan terbitnya Principia
Mathematica tiga jilid yang merupakan karya bersama Alfred North Whitehead (1861-1914)
dan Bertrand Arthur William Russel (1872-1970).

1.5 Jenis Dan Kegunaan Logika

1.5.1 Jenis-jenis Logika


Secara garis besar, logika dapat digolongkan ke dalam dua jenis yakni logika alamiah
dan logika ilmiah
(a). Logika alamiah
Logika alamiah adalah kinerja akal budi manusia yang berpikir secara tepat dan lurus
sebelum dipengaruhi oleh keinginan-keinginan dan kecenderungan-kecenderungan yang
subyektif. Kemampuan logika alamiah manusia ada sejak lahir. Logika ini bisa dipelajari
dengan memberi contoh penerapan dalam kehidupan nyata.
(b). Logika ilmiah
Logika ilmiah memperhalus, mempertajam pikiran, serta akal budi. Logika ilmiah
menjadi ilmu khusus yang merumuskan azas-azas yang harus ditepati dalam setiap
pemikiran. Berkat pertolongan logika ilmiah inilah akal budi dapat bekerja dengan lebih
tepat, lebih teliti, lebih mudah, dan lebih aman. Logika ilmiah dimaksudkan untuk
menghindarkan kesesatan atau, paling tidak, dikurangi.

1.5.2 Kegunaan Logika


Kegunaan logika matematika yang dikutip dari sumber Wikipedia adalah
 Membantu setiap orang yang mempelajari logic a untuk berpikir secara rasional, kritis,
lurus, tetap, tertib, metodis dan masuk akal dalam memecahkan suatu masalah
 Meningkatkan kemampuan berpikir secara abstrak, cermat, dan objektif.
 Menambah kecerdasan dan meningkatkan kemampuan berpikir secara tajam dan
mandiri.
 Memaksa dan mendorong orang untuk berpikir sendiri dengan menggunakan asas-
asas sistematis

______________________________________________ 6
LOGIKA MATEMATIKA 2018
 Meningkatkan cinta akan kebenaran dan menghindari kesalahan-kesalahan berpkir,
kekeliruan, serta kesesatan.
 Mampu melakukan analisis terhadap suatu kejadian.
 Terhindar dari klenik, gugon-tuhon (bahasa Jawa)
 Meningkatkan citra diri seseorang.

1.6 Aliran dalam logika


Aliran dalam logika matematika terdiri atas 5 aliran besar, yaitu :
(a) Aliran Logika Tradisional:
Logika ditafsirkan sebagai suatu kumpulan aturan praktis yang menjadi petunjuk
pemikiran.
(b) Aliran Logika Metafisis:
Susunan pikiran itu dianggap kenyataan, sehingga logika dianggap seperti metafisika.
Tugas pokok logika adalah menafsirkan pikiran sebagai suatu tahap dari struktur
kenyataan. Sebab itu untuk mengetahui kenyataan, orang harus belajar logika lebih
dahulu.
(c) Aliran Logika Epistemologis:
Dipelopori oleh Francis Herbert Bradley (1846 - 1924) dan Bernard Bosanquet (1848 -
1923). Untuk dapat mencapai pengetahuan yang memadai, pikiran logis dan perasaan
harus digabung. Demikian juga untuk mencapai kebenaran, logika harus dihubungkan
dengan seluruh pengetahuan lainnya.
(d) Aliran Logika Instrumentalis (Aliran Logika Pragmatis):
Dipelopori oleh John Dewey (1859 - 1952). Logika dianggap sebagai alat (instrumen)
untuk memecahkan masalah.
(e) Aliran Logika Simbolis:
Dipelopori oleh Leibniz, Boole dan De Morgan. Aliran ini sangat menekankan
penggunaan bahasa simbol untuk mempelajari secara terinci, bagaimana akal harus
bekerja. Metode-metode dalam mengembangkan matematika banyak digunakan oleh
aliran ini, sehingga aliran ini berkembang sangat teknis dan ilmiah serta bercorak
matematika, yang kemudian disebut Logika Matematika (Mathematical Logic). G.W.
Leibniz (1646 - 1716) dianggap sebagai matematikawan pertama yang mempelajari
Logika Simbolik.

Pada abad kesembilan belas, George Boole (1815 - 1864) berhasil mengembangkan
Logika Simbolik. Bukunya yang berjudul Low of Though mengembangkan logika sebagai
sistem matematika yang abstrak. Logika Simbolik ini merupakan logika formal yang semata-
mata menelaah bentuk dan bukan isi dari apa yang dibicarakan.

1.7 Fungsi dan Kegunaan Bahasa


Secara umum, bahasa dalam kehidupan sehari-hari digunakan antara lain untuk
menyampaikan informasi, memberikan informasi dan pendapat kepada orang lain,
mengungkapkan isi hati dan perasaan (Bahasa para penyair), melarang melakukan sesuatu
atau mengharuskan melakukan sesuatu (Bahasa para Pemuka Agama), dan lain-lainnya.
Jadi bahasa adalah alat komunikasi. Bahasa di bidang matematika berfungsi untuk
menyatakan fakta-fakta secara eksak.

______________________________________________ 7
LOGIKA MATEMATIKA 2018
Yang dimaksud bahasa sebagai alat komunikasi yang diciptakan dan digunakan
untuk mencapai tujuan. Dan diketahui bahwa tidak ada alat yang sempurna yang dapat
mencapai segala tujuan. Contohnya: gunting cukur hanya cocok untuk mencukur rambut,
tetapi tidak mampu untuk menggergaji pohon. Sebaliknya, gergaji sangat efisien untuk
memotong pohon, tetapi tidak akan digunakan untuk memotong rambut.
Bahasa umum dengan segala keunggulannya sebagai bahasa “pergaulan” tidak
cocok untuk menyajikan uraian-uraian matematika. Hal ini disebabkan karena bahasa
umum dipandang dari sudut ke-tepat-an mempunyai banyak kelemahan, diantaranya:
mempunyai sifat yang multivalen (arti ganda), samar-samar, tidak jelas, dan juga kurang
beraturan. Karena bahasa adalah amat penting, maka demi kelancaran perkembangan ilmu
matematika, jika perlu, bahasa matematika terpaksa menyimpang dari kaidah-kaidah
bahasa umum.

Contoh penyimpangan-penyimpangan bahasa matematika dengan bahasa umum


antara lain:

Contoh (1.2):
Kata “terbesar” atau “terkecil” di suatu kelompok mahasiswa mempunyai arti
mengungguli atau merendahi anggota-anggota lainnya. Sehingga jika dalam suatu kelas
semua mahasiswa mempunyai berat badan 65 kg, maka:
Dalam Bahasa umum dikatakan bahwa diantara semua mahasiswa tidak ada yang
mempunyai berat badan terbesar dan tidak ada yang terkecil. Dalam bahasa matematika
dikatakan bahwa jika semua unsur sama, maka semua unsur tersebut dikatakan “terbesar”
dan sekaligus “terkecil”.

Contoh (1.3):
Kata “sekitar gedung”, maka Dalam bahasa umum dimaksud adalah tempat-tempat
yang letaknya di dekat gedung tersebut. Dalam bahasa matematika adalah seluruh ruangan
gedung tersebut dimana suatu titik terletak disebut sekitar (neighbourhood) dari titik itu.

Contoh (1.4):
Jika diantara 1.000 mahasiswa ISTA terdapat 999 mahasiswa diantaranya
mempunyai sifat rajin, maka dalam bahasa umum dikatakan bahwa pada umumnya
mahasiswa ISTA tersebut semuanya rajin-rajin. Sedangkan dalam bahasa matematika,
pada umumnya mahasiswa ISTA tersebut tidak mempunyai sifat rajin.

Catatan: Jika ada (sekurang-kurangnya) satu anggota dalam suatu kelompok tidak
memiliki sifat rajin, maka bahasa matematika dikatakan bahwa pada umumnya sifat rajin
tidak dimiliki oleh para mahasiswa tersebut.

Contoh diatas merupakan beberapa penyimpangan-penyimpangan bahasa


matematika terhadap bahasa umum. Dan perlu ditekankan bahwa “bahasa matematika”
tidak dimaksudkan untuk digunakan diluar matematika. Tetapi jika kaidah-kaidah bahasa
umum tidak menghambat perkembangan ilmu matematika, bahasa umum tetap dapat
digunakan dalam ilmu matematika (untuk kelancaran komunikasi ).

______________________________________________ 8
LOGIKA MATEMATIKA 2018
1.8 Soal-Soal Latihan (Tugas)
1. Buatlah rangkuman sejarah perkembangan logika
2. Carilah 10 contoh penyimpangan-penyimpangan bahasa matematika dengan
bahasa umum

===@@@@@===

______________________________________________ 9
LOGIKA MATEMATIKA 2018
BAB II
PROPOSISI DAN PENGGUNAANNYA

2.1. Kompetensi
Salah satu konsep dasar logika yang penting adalah logika proposisional. Setelah
mempelajari bab ini diharapkan mahasiswa mampu dan terampil dalam menggunakan
aljabar proposional dalam logika proposisional, menyajikan tabel nilai kebenaran suatu
negasi, disjungsi, konjungsi, implikasi, k onvers, invers, kontraposisi, dan biimplikasi. Serta
menguasai urut-urutan penggunaan kata hubung kalimat, menyusun ingkaran dari suatu
pernyataan, menyatakan apakah dua pernyataan merupakan ekivalen logis, serta
mengenali pernyataan yang berupa tautologi atau kontradiksi.

2.2. Arti Proposisi


Sebelum membahas tentang proposisi, kita mengingat terlebih dahulu apa yang
dimaksud dengan kalimat disini. Kalimat adalah kumpulan kata-kata yang disusun menurut
aturan tata bahasa. Kata yang dimaksudkan adalah rangkaian huruf yang mengandung arti.
Jadi kalimat adalah rangkaian kata-kata yang disusun menurut aturan tata bahasa dan
mengandung arti.
Di dalam logika matematika, tidak semua kalimat berhubungan dengan logika. Hanya
kalimat yang bernilai benar saja atau salah saja yang digunakan dalam logika. Kalimat
tersebut dinamakan proposisi (preposition). Jadi Proposisi adalah kalimat logika yang
merupakan pernyataan tentang hubungan antara dua atau lebih hal yang mempunyai nilai
benar saja atau salah saja tetapi tidak ke dua-duanya. Sebab fakta-fakta yang ada dalam
kehidupan sehari-hari itu hanya dapat disajikan dalam bentuk pernyataan matematis yang
selalu mempunyai nilai benar saja atau salah saja. Secara umum bahwa tidak semua
kalimat itu selalu mempunyai arti, misalnya:
(1). Harimau adalah bilangan bulat.
(2). Batu makan rumput,
(3). 16 mencintai 3.
Pernyataan (1), (2), dan (3) tersebut secara gramatika merupakan kalimat, tetapi kalimat itu
hanyalah sebuah rangkaian kata-kata yang tidak mempunyai arti (meaningless).
Setiap kalimat yang mempunyai arti dapat dikelompokkan menjadi dua kategori.
Kategori yang pertama misalnya:
(1). Jam berapa sekarang ?
(2). Astaga!
(3). Tolong tutuplah pintu itu!
(4). Mudah-mudahan hari ini tidak hujan.
(5). Sejuk benar udara di sini!
Kalimat (1), (2), (3), (4) dan (5) walaupun secara gramatika mempunyai arti, tetapi
tidak mempunyai nilai benar ataupun salah.
Sedangkan kategori yang kedua misalnya:
(1). 16 habis dibagi 4

______________________________________________ 10
LOGIKA MATEMATIKA 2018
(2). 7 adalah bilangan genap,
(3). Penduduk Solo lebih banyak dari Jakarta,
(4). Jerman berada di Indonesia.
Kalimat (1), (2), (3) dan (4) di atas jelas merupakan suatu pernyataan karena memiliki
nilai benar saja atau salah saja. Pernyataan (1) bernilai benar, sedangkan pernyataan (2),
(3) dan (4) bernilai salah.
Untuk mempermudah pemahaman, suatu proposisi mempunyai tiga unsur yaitu
subyek, predikat dan kopula (penghubung antara subyek dan predikat). Misalnya “Semua
manusia adalah hamba Allah”. Disini subyeknya “Semua manusia “, predikatnya
“hamba Allah “, dan kopula (penghubung antara subyek dan predikat) kata “adalah”.
Kalimat yang mempunyai nilai benar saja atau salah saja juga disebut kalimat
deklaratif. Jadi proposisi (kalimat deklaratif) adalah suatu kalimat yang berarti yang
mempunyai nilai benar saja atau salah saja. Selanjutnya, semua kalimat yang dibicarakan
dalam buku ini hanya kalimat deklaratif dan sering disingkat sebagai “ kalimat” atau
“pernyataan” saja.
Notasi (lambang, symbol) yang digunakan dalam logika matematika disini adalah
huruf kecil p, q, r …. digunakan untuk menyatakan kalimat, sedangkan symbol B atau angka
1 menyatakan benar, dan S atau angka 0 menyatakan salah
Bernilai
benar
Proposisi

(kalimat deklaratif)
 pernyataan
Bernilai 
Kal. Berarti salah

Bukan Bukan pernyataan


Kalimat kalimat deklaratif

Kal. Tak berarti


(rangkaian kata-kata Bukan pernyataan
tanpa arti)

Gambar 2.1 Proposisi (kalimat deklaratif) adalah suatu pernyataan


Jadi tidak semua kalimat bisa dijadikan proposisi (kalimat deklaratif), ada yang tidak
bisa dijadikan sebuah proposisi yaitu
a. Kalimat perintah
b. Kalimat harapan
c. Kalimat pertanyaan
d. Kalimat keheranan
Beberapa contoh kalimat yang bisa dijadikan proposisi, diantaranya berupa kalimat
berita, misalnya:
1. Anak-anak itu sedang bermain di tanah lapang
2. 3 + 7 < 12
3. Ada air di matahari

______________________________________________ 11
LOGIKA MATEMATIKA 2018
4. Hasan adalah guru
Contoh (2.1):
(a) 31 < (13+7+9)
(b) Ini Bulan januari dan 19 < 7
(c) Jangan tidur di kelas
(d) x + y > 15
(e) x < y jika dan hanya jika y > x
(f) 3 + 7 = 10
(g) Kamu tinggal dimana?
(h) 4 adalah bilangan genap
Kalimat (a) dan (b) merupakan proposisi bernilai salah. Kalimat (c), (d), dan (g) bukan
proposisi, sebab kalimat (c) merupakan kalimat harapan/himbauan, kalimat (d) merupakan
kalimat tapi bukan proposisi, sedangkan (g) merupakan kalimat tanya. Kalimat (e), (f) dan
(h) merupakan proposisi bernilai benar

2.3. Pernyataan dan Bukan Pernyataan


Ketika kita belajar tentang logika matematika, maka salah satu konsep dasar yang
sangat penting untuk diingat adalah apa itu yang dimaksud pernyataan. Kita harus dapat
membedakan mana kalimat yang merupakan pernyataan dan yang mana kalimat yang
bukan pernyataan. Pertama-tama kita ingat bahwa semua pernyataan adalah kalimat, tetapi
sebuah kalimat belum tentu merupakan pernyataan (lihat diagram gambar 2.1). Artinya
tidak semua kalimat dapat digolongkan sebagai pernyataan (kalimat deklaratif) dan disebut
juga proposisi. Kalimat yang tidak deklaratif tidak dapat dinyatakan sebagai pernyataan
karena nilai kebenarannya sangat bergantung pada keadaan.
Jadi pernyataan adalah semua kalimat deklaratif yang bersifat pasti, bernilai benar
saja atau salah saja, tidak bergantung pada keadaan. Suatu pernyataan umumnya diberi
lambang huruf kecil, dan diikuti dengan tanda titik dua. Sebagai contoh pernyataan: “enam
adalah bilangan genap” dapat dinyatakan sebagai p: enam adalah bilangan genap.
Salah satu cara untuk menentukan pernyataan atau bukan adalah dengan melihat
atau menentukan nilai kebenaran dari pernyataan n(p). Pernyataan p yang bernilai benar
ditulis n(p) = B dan bernilai salah ditulis n(p) = S.
Nilai kebenaran dari suatu pernyataan dapat ditentukan dengan dua cara yaitu
a. Secara empiris: nilai kebenarannya ditentukan oleh fakta atau kebenaran umum.
b. Secara tidak empiris: nilai kebenarannya ditentukan oleh bukti atau perhitungan.
Dibawah ini diberikan contoh kalimat sebagai pernyataan dan bukan pernyataan
Contoh (2.2): Beberapa contoh kalimat yang bukan pernyataan
1) Tolong tutup pintu itu (tidak deklaratif, bukan pernyataan)
2) Gedung itu sangat tinggi dan megah (nilai kebenaran tergantung fakta/keadaan,
bukan pernyataan)
3) Bagaimana kabarmu sekarang? (tidak deklaratif, bukan pernyataan)
4) Enak sekali kueh buatanmu ini (nilai kebenaran tergantung fakta/keadaan, bukan
pernyataan)
5) Si do’I nanti mau ke rumah (nilai kebenaran tergantung fakta/keadaan, bukan
pernyataan)

______________________________________________ 12
LOGIKA MATEMATIKA 2018
6) Tolong ambilkan sepatu itu. (Bukan kalimat deklaratif, bukan pernyataan)
7) Gedung itu sangat tinggi dan megah. (Kalimat deklaratif relatif nilainya tergantung
fakta, bukan pernyataan,)
8) Bagaimana kabarmu hari ini. (Bukan deklaratif, bukan pernyataan)
9) Cabe merah yang pedas disukai anak muda. (Bukan pernyataan)
10) Semoga cepat sembuh (nilainya tergantung fakta, bukan pernyataan)

Contoh (2.3): Beberapa contoh pernyataan


1) Delapan belas adalah bilangan genap (pernyataan benar)
2) Air adalah benda padat (pernyataan salah)
3) 111 habis dibagi 3 (pernyataan benar)
4) Yogyakarta adalah ibukota bali (pernyataan salah)
5) Tujuh belas ditambah 5, (pernyataan salah)
6) 3 + 9 x 5 < 50. (Pernyataan benar)
7) Batu adalah benda cair. (pernyataan salah)
8) 16 habis dibagi 4 Deklaratif, pernyataan benar
9) Tiga puluh tujuh adalah bilangan prima (deklaratif, pernyataan)
10) 34 + 3 x 2 = 109 (pernyataan bernilai salah)

Sering kali kita menjumpai pernyataan yang tidak dapat langsung ditentukan nilai
kebenarannya, karena nilainya masih bergantung pada nilai variabel yang belum ada.
Karena nilai bergantung pada peubahnya, maka kalimatnya bisa saja bernilai benar atau
salah. Kalimat yang seperti ini disebut kalimat terbuka (lebih rinci dibahas di bab 3). Jadi
kalimat terbuka adalah kalimat yang memuat peubah, sehingga belum dapat ditentukan
nilai kebenarannya.
Kalimat terbuka ini dapat diubah menjadi kalimat deklaratif (pernyataan) dengan cara
memberikan nilai tertentu pada peubahnya sehingga kalimatnya bernilai benar saja atau
salah saja. Berikut diberikan contoh kalimat yang belum mempunyai nilai kebenaran (bukan
kalimat deklaratif)

Contoh (2.4):
a. X adalah bilangan genap
b. 3x + 5 = 10
c. N adalah bilangan prima
d. Y + X < 9
e. Log n = 4

Ke 5 contoh kalimat tersebut belum merupakan pernyataan, karena nilainya masih


bergantung dari peubahnya. Agar kalimat tersebut mempunyai nilai, maka harus memberi
kan nilai tertentu pada peubahnya sehingga menjadi kalimat deklaratif
Pembahasan:
a. Ambil x = 4, sehingga menjadi 4 adalah bilangan genap (pernyataan bernilai benar)
b. Jika x =1, maka pernyatannya menjadi 3(1) + 5 = 10. (pernyataan yang bernilai salah)
c. Ambil N = 13, Maka pernyataan menjadi, 13 adalah bilangan prima (Pernyataan akan
bernilai benar)

______________________________________________ 13
LOGIKA MATEMATIKA 2018
f. Ambil X = 2 dan Y = 8, sehingga kalimatnya menjadi “8 + 2 < 9” (pernyataan bernilai
salah)
d. Ambil n = 100, diperoleh log 100 = 4 (ini merupakan pernyataan salah)

2.4. Pernyataan Tunggal dan Pernyataan Majemuk


Untuk memudahkan pembicaraan selanjutnya, kalimat deklaratif akan disingkat
sebagai kalimat saja atau pernyataan, dan juga kadang-kadang menyebutnya dengan
proposisi. Pernyataan yang biasa kita gunakan disini dapat dibedakan menjadi pernyataan
tunggal dan pernyataan majemuk.
Pernyataan Tunggal adalah pernyataan yang tidak memuat pernyataan lain, yang
berdiri sendiri atau tidak mempunyai kata penghubung. Sedangkan pernyataan majemuk
adalah pernyataan yang menggabungkan dua atau lebih pernyataan tunggal dan memiliki
kata penghubung (kopula). Berikut diberikan contoh kalimat tunggal atau pernyataan
tunggal, dan contoh pernyataan majemuk.
Contoh (2.5): Pernyataan Tunggal
a. Hari ini di yogyakarta hujan deras
b. Beberapa bilangan prima adalah bilangan genap
c. Aliran listrik di kantor putus

Contoh (2.6): Pernyataan Majemuk


a. Pak Bambang Sucipto mengajar matematika atau bahasa Inggris
b. Jika semua warga negara membayar pajak maka pembangunan berjalan lancar
c. Cuaca hari ini cerah dan si Rudi tetap bermain sepakbola
Dengan memperhatikan contoh diatas, pernyataan majemuk terdiri atas subyek
predikat dan kopula (penghubung kalimat)

2.5. Kata Hubung Logika (operator logika)


Dalam bahasa Indonesia kita sering menggunakan kata-kata “tidak”, “dan”, “atau”,
“jika. . . maka. . .”, dan “jika dan hanya jika”. Marilah sekarang kita memperhatikan
penggunaan kata-kata itu dengan lebih cermat dalam logika matematika dan membanding
kannya dengan penggunaan dalam percakapan sehari-hari. Kita pelajari sifat-sifatnya untuk
memperjelas cara berpikir kita dan terutama karena pentingnya kata-kata itu untuk
melakukan pembuktian. Dalam logika matematika, khususnya logika proporsional, kata-
kata itu disebut operator logika atau kata hubung kalimat.
Logika Proposisional merupakan suatu metoda penalaran dari proposisi majemuk.
Dengan kalimat yang sederhana, dalam logika proposisional kita akan belajar, bagaimana
menilai kebenaran suatu proposisi majemuk. Setiap proposisi majemuk memiliki sekurang-
kurangnya satu operator logika. Dalam logika proposisonal ini untuk memudahkan
penalaran terhadap proposisi majemuk, digunakan Tabel nilai Kebenaran.
Terdapat lima macam operator logika yaitu negasi, konjungsi, disjungsi, kondisional,
dan bikondisional yang dinyatakan dalam tabel 2.1 di bawah ini.

______________________________________________ 14
LOGIKA MATEMATIKA 2018
Tabel 2.1 Lima operator logika proposisional
No Operator Logika Nama Simbol
1. Tidak/Bukan (NOT) Negasi a. ~ atau “  ”
2. Dan, (AND)
Konjungsi Λ
(tetapi, meskipun, juga, sedangkan, padahal)
3. Atau (OR) Disjungsi V
4. Jika/kalau… maka…. (IF THEN) Implikasi 
Jika dan hanya jika (IF ONLY IF) Biimplikasi 

Simbol-simbol khusus tersebut diatas kita gunakan untuk mempermudah dalam


memahami konsep-konsep dasar logika proporsisional, karena dalam tata bahasa
matematika urutan penggunaan operator logika tersebut sangat memperhatikan ketepatan
yang setinggi-tingginya, sehingga perlu adanya penertiban dalam penggunaannya.
Penertiban tersebut dituangkan dalam bentuk daftar-daftar tabel nilai kebenaran.

2.5.1. Negasi (Ingkaran)


Dalam logika matematika, arti negasi atau ingkaran adalah operasi logika terhadap
suatu pernyataan, baik tunggal maupun majemuk. Negasi dari suatu pernyataan adalah
pernyataan yang nilai kebenarannya berlawanan dengan pernyataan asalnya. negasi dari
pernyataan p dinotasikan dengan ~p. Jika pernyataan p bernilai benar maka pernyataan ~p
bernilai salah, begitu pun sebaliknya. Negasi dari suatu pernyataan berbeda-beda
tergantung dari jenis pernyataannya. Negasi dari pernyataan tunggal cukup sederhana. Kita
cukup membubuhkan kata "tidak" atau "bukan" untuk menyangkal atau mengingkari
pernyataan asalnya.
Sedangkan untuk negasi suatu pernyataan majemuk dan negasi dari pernyataan
berkuantor ada aturan tertentu untuk menentukan negasinya. Mari kita bahas satu persatu
bagaimana menentukan negasi dari suatu pernyataan.
Definisi (2.1):
Ingkaran suatu pernyataan adalah suatau pernyataan yang bernilai benar, jika
pernyataan semula salah, atau sebaliknya. Negasi pernyataan p ditulis ~ p atau “ p ” dan
diucapkan “tidak p”. Dengan tabel nilai kebenarannya sebagai berikut :
Tabel 2.2. Tabel nilai kebenaran Negasi suatu pernyataan
p p dibaca
B S Jika p benar maka p bernilai salah
S B Jika p salah maka p bernilai benar

Contoh (2.7)
1. Misal: p: Jakarta ibu kota RI (benar, atau B)
Maka ingkarannya: ~p: Tidak benar bahwa Jakarta ibu kota RI (salah atau S)
atau ~p: Jakarta bukan ibu kota RI (salah atau S)
2. Misal: q: zainal memakai kacamata (benar atau B)
Maka ingkarannya: ~q: Tidak benar bahwa zainal memakai kacamata (bernilai
salah atau S)
atau ~q: zainal tidak memakai kacamata (salah atau S)
______________________________________________ 15
LOGIKA MATEMATIKA 2018
3. Jika r: 2 + 3 < 6 (benar atau B)
maka ingkarannya: ~r: Tidak benar bahwa 2 + 3 < 6 (salah atau S)
atau ~r : 2 + 3  6 (salah atau S)
Perhatikan bahwa cara membuat ingkaran di atas, jangan membuat ingkaran yang
salah. Membentuk ingkaran suatu pernyataan dapat dengan menambahkan kata-kata tidak
benar bahwa di depan pernyataan aslinya, atau jika mungkin dengan menambah bukan
atau tidak di dalam pernyataan itu, tetapi untuk pernyataan-pernyataan tertentu tidak
demikian halnya.

2.5.2. Konjungsi
Konjungsi adalah pernyataan yang dibentuk dari dua pernyataan yang dirangkai
dengan operator logika “dan”, dinyatakan dengan symbol logika “∧”. Konjungsi merupakan
salah satu jenis pernyataan dalam logika matematika yang sering digunakan untuk
menganalisis kebenaran dalam kasus kepolisian, biasanya digunakan untuk membuktikan
suatu kejadian berdasarkan pernyataan-pernyataan yang muncul.
Dua buah pernyataan p dan q yang dihubungkan dengan operator logika “dan”
merupakan pernyataan majemuk yang disebut konjungsi dari pernyataan-pernyataan
semula, dan diberi simbol “p ∧ q”, dan dibaca “p dan q”. Dengan nilai kebenaran dinyatakan
pada tabel 2.3 berikut ini:
Tabel 2.3. Tabel nilai kebenaran Konjungsi
p q pq Dibaca
B B B Jika p benar dan q benar maka pq benar
B S S Jika p benar dan q salah maka pq salah
S B S Jika p salah dan q benar maka pq salah
S S S Jika p salah dan q salah maka pq salah

Dengan kata lain:


1. Konjungsi bernilai benar jika kedua komponennya bernilai benar atau
2. Konjungsi bernilai salah jika sekurang-kurangnya satu komponennya bernilai salah.
Konjungsi dari dua pernyataan dapat dikaitkan dengan irisan dua himpunan P dan
Q. Jika himpunan penyelesaian untuk kalimat terbuka p(x) dan q(x) pada himpunan
semesta S adalah P dan Q maka P  Q adalah himpunan penyelesaian dari kalimat
terbuka p(x) ∧ q(x)
S

P Q

P  Q = { x | p(x)  g(x) }

Gambar 2.2 Diagram Venn untuk Konjungsi

______________________________________________ 16
LOGIKA MATEMATIKA 2018
Contoh (2.8):
Tentukan nilai kebenaran dari konjungsi berikut ini
1. 2 + 8 =10 dan ibu kota sumatera Utara adalah Medan
2. Bali dikenal sebagai pulau dewata dan 144 adalah bilangan kuadrat
3. 3 adalah bilangan prima dan 3 adalah bilangan ganjil
4. Ima anak pandai dan cekatan
5. 2 + 3 < 6 dan 3 habisdibagi 2
Pembahasan:
(1). Misal: p: 2 + 8 =10, bernilai benar
q: ibu kota sumatera Utara adalah Medan, bernilai benar
Maka p  q bernilai benar
(2). Misal: p: Bali dikenal sebagai pulau dewata, bernilai benar
q :144 adalah bilangan kuadrat, bernilai benar
Maka p  q bernilai benar
(3). Misal: p: 4 adalah bilangan ganjil bernilai salah
q: 3 adalah bilangan prima bernilai benar
Maka p  q bernilai salah
(4). Misal: p: Ima anak pandai
q: cekatan
Maka p  q bernilai benar jika ima bener2 anak pandai dan bener 2 anak cekatan
(5). Misal: p: 2 + 3 < 6, bernilai benar
q: 3 habis dibagi 2, bernilai salah
Maka p  q bernilai salah

2.5.3. Disjungsi
Disjungsi adalah pernyataan yang dibentuk dari gabungan dua pernyataan tunggal
yang dihubungkan dengan operator logika “ atau “, dan dinyatakan dengan symbol logika “
 “. Disjungsi merupakan salah satu jenis pernyataan dalam logika matematika dan konsep
logika lainnya, sering digunakan untuk menganalisis kebenaran dalam kasus kepolisian,
biasanya digunakan untuk membuktikan suatu kejadian berdasarkan pernyataan-
pernyataan yang muncul.
Dengan melihat tabel nilai kebenaran disjungsi yang diperoleh, suatu kebenaran
pernyataan akan dapat diselidiki. Terdapat dua jenis disjungsi yaitu (1). Disjungsi ekslusif
dan (2). Disjungsi Inklusif. Perhatikan pernyataan berikut ini
“Tobing seorang mahasiswa yang cerdas atau seorang yang berbakat atlit”.
Dalam membaca pernyataan tersebut akan timbul dua tafsiran yaitu:
(1). Tobing seorang mahasiswa yang cemerlang saja, atau seorang yang berbakat atlit
saja, tetapi tidak kedua-duanya,
(2). Tobing seorang mahasiswa yang cemerlang, atau seorang yang berbakat atlit,
mungkin kedua-duanya.
Tafsiran (1) disebut disjungsi eksklusif dan diberi simbol “∨”, dan tafsiran (2) disebut
disjungsi inklusif dan diberi simbol “∨"

______________________________________________ 17
LOGIKA MATEMATIKA 2018
Lebih jelasnya kita perhatikan bersama-sama definisi disjungsi inklusif dan disjungsi
eksekutif di bawah ini.

Definisi(2.2): [Disjungsi inklusif]


Dua buah proposisi p dan q disebut disjungsi inklusif jika paling sedikit ada satu
proposisi penyusunnya bernilai benar dan diberi notasi p  q (dibaca p atau q). Dengan
tabel nilai kebenaran seperti pada tabel 2.4 dibawah ini.

Tabel 2.4. Tabel nilai kebenaran Disjungsi inklusif


p q pq Dibaca
B B B Jika p benar atau q benar maka p  q benar
B S B Jika p benar atau q salah maka p  q benar
S B B Jika p salah atau q benar maka p  q benar
S S S Jika p salah atau q salah maka p  q salah

Dengan kata lain bahwa:


(1). Disjungsi inklusif bernilai benar jika salah satu komponennya bernilai benar
(2). Disjungsi inklusif bernilai salah jika kedua komponennya bernilai salah
Berikut ini diberikan diagram Venn untuk disjungsi inklusif

P Q

P  Q = { x | p(x)  g(x) }

Gambar 2.3. Diagram Venn untuk Disjungsi

Disjungsi dua pernyataan dapat dihubungkan dengan gabungan dua himpunan P


dan Q. jika P dan Q masing-masing adalah himpunan penyelesaian dari kalimat terbuka
p(x) dan q(x) pada himpunan semesta S, seperti terlihat pada gambar 2.3, maka P  Q
adalah himpunan penyelesaian dari kalimat terbuka p(x)  q(x) pada himpunan semesta
yang sama. Jika ditulis dalam bentuk notasi himpunan, maka gabungan dari dua
himpunan P dan Q dapat dituliskan: P  Q = {x| p(x)  q(x)}
Contoh (2.9):
(1). Dewa anak pintar atau rajin belajar
(2). Sebuah bilangan asli adalah bilangan cacah atau bulat
(3). Aku tinggal di indonesia atau aku belajar bahasa inggris sejak SMP
Pembahasan:
Pada contoh (1) kata “atau” mencakup keduannya, artinya dewa merupakan anak pintar
atau rajin belajar, atau bisa saja kedua-duanya yaitu dewa anak pintar sekaligus rajin.

______________________________________________ 18
LOGIKA MATEMATIKA 2018
Pada contoh (2) bilangan “asli” bisa saja merupakan bilangan cacah atau bilangan bulat,
atau bilangan cacah sekaligus bilangan bulat
Pada contoh (3) bisa saja aku tinggal di indonesia atau aku belajar bahasa inggris sejak
SMP, atau bisa aku tinggal di indonesia sekaligus belajar bahasa inggris sejak SMP

Definisi (2.3): [Disjungsi eksklusif]


Dua buah proposisi p dan q disebut disjungsi eksklusif jika salah satu dari kedua
proposisi penyusunnya bernilai benar. Ditulis dengan Notasi: p  q (dibaca: p ataukah q).
Dengan tabel nilai kebenaran tampak pada tabel 2.7 dibawah ini
Tabel 2.7. Tabel nilai kebenaran Disjungsi eksklusif
p q p  q
B B S Jika p benar atau q benar maka p  q salah
B S B Jika p benar atau q salah maka p  q benar
S B B Jika p salah atau q benar maka p  q benar
S S S Jika p salah atau q salah maka p  q salah

Contoh (2.10)
1. Rani naik pesawat terbang atau kapal laut
2. Akar dari bilangan rasional positif adalah rasional atau irrasional
3. Aku lahir di Surabaya atau di Bandung
Pembahasan:
Ketiga pernyataan di atas termasuk disjungsi eksklusif karena pernyataan yang
dimaksudkan adalah salah satu saja dan tidak mungkin terjadi dua-duanya.
Pada contoh (1), jika Rani naik pesawat, maka dia pasti tidak naik kapal laut atau juga
sebaliknya. Pada contoh ke (2), jika akar bilangan rasional positif adalah irrasional maka
pasti bukan rasional atau juga sebaliknya. Dan pada contoh ke (3) jika aku benar-benar
lahir di kota Surabaya pasti tidak mungkin sekaligus lahir di Bandung atau sebaliknya, (tidak
mungkin terjadi pada kedua kondisi yang berbarengan).

2.5.4. Implikasi (Kondisional atau kalimat bersyarat)


Implikasi adalah pernyataan majemuk yang disusun dari dua buah pernyataan
tunggal yang dirangkai menggunakan hubungan kausal (sebab akibat). Karena keduanya
menunjukan hubungan sebab akibat, maka pernyataan implikasi sering juga disebut
sebagai pernyataan kondisional (pernyataan bersyarat).
Implikasi diberi symbol “ “ yang dibaca jika-maka. Pernyataan pertama pada
implikasi diawali dengan jika dan kalimat kedua diawali dengan maka. Bagian pertama
menunjukan alasan (sebab) dan bagian kedua menunjukan kesimpulan (akibat)
Jika dua pernyataan p dan q di hubungkan dengan operator “  “ ditulis dengan
symbol logika “ p  q “ dan implikasi ini dapat dibaca sebagai berikut:
1. Jika p maka q
2. p hanya jika q
3. q jika p
4. p merupakan syarat cukup bagi q

______________________________________________ 19
LOGIKA MATEMATIKA 2018
5. q merupakan syarat perlu bagi p
6. p disebut anteseden (hipotesis, yang terjadi dahulu)
7. q disebut konsekuen (konklusi)
Bila kita menganggap pernyataan p dan q sebagai suatu peristiwa, maka kita melihat
bahwa “Jika p maka q” dapat diartikan sebagai “Bilamana p terjadi maka q juga terjadi” atau
dapat juga, diartikan sebagai “Tidak mungkin peristiwa p terjadi, tetapi peristiwa q tidak
terjadi”. Agar lebih jelas pemahaman, perhatikan definisi berikut

Definisi (2.4):
Dua pernyataan p dan q di hubungkan dengan operator “  “ ditulis dengan symbol
logika “ p  q “ dan disebut implikasi (pernyataan bersyarat satu arah). Implikasi p  q
bernilai benar jika anteseden salah atau konsekuen benar.
Berbeda dengan pengertian implikasi sehari-hari. Maka pengertian implikasi disini
hanya ditentukan oleh nilai kebenaran dari anteseden dan konsekuennya saja, dan bukan
oleh ada atau tidak adanya hubungan isi antara anteseden dan konsekuen. Implikasi ini
disebut implikasi material. Sedang implikasi yang dijumpai dalam percakapan sehari-hari
disebut implikasi biasa (ordinary implication). Dengan tabel nilai kebenarannya dinyatakan
pada tabel 2.8 sebagai berikut:
Tabel 2.8. Tabel nilai kebenaran dari Implikasi
p q pq Dibaca
B B B Jika p benar maka q benar; maka p  q bernilai benar
B S S Jika p benar maka q salah ; maka p  q bernilai salah
S B B Jika p salah maka q benar; maka p  q bernilai benar
S S B Jika p salah maka q salah ; maka p  q bernilai benar

Pernyataan “p” disebut anteseden (hipotesa) dan pernyataan “q” disebut konsekuen
(konklusi). Implikasi bernilai salah jika anteseden benar dan konsekven salah
Catatan:
Kadang-kadang hubungan sebab akibat antara anteseden dan konsekuen tidak
harus selalu ada. Tetapi dalam hal proposisi yang bernilai benar, pernyataan bersyarat “p
 q” mensyaratkan adanya hubungan antara anteseden dan konsekuen, yang sering
dikatakan implikasi logis. Untuk lebih jelasnya di bawah ini diberikan diagram venn untuk
implikasi
S

Q P

P  Q benar, jika P  Q

Gambar 2.4 Diagram venn untuk Implikasi

______________________________________________ 20
LOGIKA MATEMATIKA 2018
Suatu pernyataan dikatakan termasuk implikasi logis jika terdapat hubungan antara
pernyataan pertama (anteseden) dan pernyataan kedua (konsekuen). Jika pada implikasi
p(x)  q(x), kalimat p(x) memuat kalimat q(x) dan setiap pergantian nialai x pada p
mempengaruhi kebenaran q(x), maka implikasi tersebut merupakan implikasi logis
Jika dikaitkan dengan himpunan, maka implikasi memiliki hubungan dengan
himpunan bagian. Jika penyelesaian kalimat terbuka p(x) dan q(x) pada himpunan
semesta S adalah P dan Q maka implikasi P  Q benar, jika P  Q yang digambarkan
pada gambar 2.4 di atas

Contoh (2.11)
Tentukan nilai kebenaran dari beberapa implikasi berikut
a. Jika 5 adalah bilangan genap, maka Medan ibukota Sumatra Utara
b. Jika 6 – 1 = 5, maka 5 adalah bilangan prima
c. jika burung mempunyai sayap maka 2 + 3 = 5
d. Jika 6 + 9 = 25 maka besi adalah benda cair
e. Jika 3 hanya habis dibagi 1 dan 3, maka 3 termasuk bilangan prima
Pembahasan
(a). Misal: p : 5 adalah bilangan genap (bernilai salah),
q : Medan ibukota Sumatra Utara (bernilai benar)
Maka implikasi p  q bernilai benar
(b). Misal: p : 6 – 1 = 5 (bernilai benar), dan q : 5 adalah bilangan prima (bernilai benar)
Maka implikasi p  q bernilai benar
(c). Misal: p : burung mempunyai sayap (bernilai benar), dan q : 2 + 3 = 7 (bernilai salah)
Maka implikasi p  q bernilai salah
(d). Misal: p : 6 + 9 = 25 (bernilai salah), dan q : besi adalah benda cair (bernilai salah)
Maka implikasi p  q (bernilai benar)
(e). Misal: p: 3 hanya habis dibagi 1 dan 3 (bernilai benar), dan q: 3 termasuk bilangan prima
(bernilai benar). Maka implikasi p  q bernilai benar
Perhatikan contoh di atas yaitu soal nomer 5 atau e). “Jika 3 hanya habis dibagi 1
dan 3, maka 3 termasuk bilangan prima” ini merupakan implikasi logis karena pernyataan
pertama (anteseden) memuat pernyataan ke dua (konsekuen), dan nilai kebenaran
anteseden akan menyebabkan konsekuen bernilai benar

2.5.5. Konvers, Invers, dan Kontraposisi


Dari pernyataan yang berupa implikasi “ p  q “ dapat dibuat pernyataan implikasi
baru yang berupa Konvers, Invers dan Kontraposisi. Jadi konvers, invers dan kontraposisi
adalah suatu pernyataan Implikasi baru dari suatu pernyataan implikasi “ p  q “ , sehingga:
a. Konvers adalah perubahan dari implikasi ke implikasi yang lain. Pernyataan q  p
disebut Konvers dari p  q.
b. Invers adalah Pembalikan suatu susunan dari suatu pernyataan yang lainnya. Jadi
pernyataan ~p  ~q disebut Invers dari implikasi p  q.
c. Pernyataan ~q  ~p disebut Kontraposisi dari implikasi p  q.
Agar lebih jelas dalam menerapkannya, perlu adanya definisi yang menguatkan
konsep yang berhubungan dengan konvers, invers dan kontraposisi
______________________________________________ 21
LOGIKA MATEMATIKA 2018
Definisi (2.5) :
Yang dimaksud dengan “Konvers” dari implikasi p  q adalah q  p ,
“Invers” dari implikasi p  q adalah ~ p  ~ q atau dituliskan p  q , sedangkan
“Kontraposisi” dari implikasi p  q adalah ~ q  ~ p atau dituliskan q  p
Untuk melihat hubungan nilai kebenaran antara implikasi, konvers, invers dan
kontraposisi perhatikanlah tabel nilai kebenaran, tabel 2.9 di bawah ini :
Tabel 2.9. Tabel Implikasi, invers, konvers dan kontraposisi
pq qp qp
p q p q pq
Invers Konvers Kontraposisi
B B S S B B B B
B S S B S B B S
S B B S B S S B
S S B B B B B B

Dari implikasi p  q di atas, dapat dibentuk tiga implikasi lain yaitu


a. Konversnya, yaitu q  p (kolom 7, pada tabel 2.9)
b. Inversnya, yaitu ~p  ~q atau ditulis p  q (kolom 6, pada tabel 2.9)
c. Kontraposisinya, yaitu ~q  ~p atau ditulis q  p (kolom 8, pada tabel 2.9)
Catatan:
1. Kolom ke-5 (implikasi p  q) mempunyai nilai logika yang sama dengan kolom ke-
8 (kontraposisinya, q  p ).
Dinyatakan dengan p  q  q  p
Dibaca: implikasi p  q ekivalen dengan q  p
2. Kolom ke-6 (Invers, p  q ) mempunyai nilai logika yang sama dengan kolom ke-7
(Konversi, q  p ).
Dinyatakan dengan p  q  q  p.
Dibaca implikasi p  q ekivalen dengan q  p.

Contoh (2. 12)


Implikasi: Jika hati tenang maka kita senang.
Konvers: Jika kita senang maka hati tenang.
Invers: jika hati tidak tenang maka kita tidak senang
Kontraposisi: Jika kita tidak senang maka hati tidak tenang.

Contoh (2.13)
Implikasi: Jika suatu bendera adalah bendera Republik Indonesia maka benderanya
ada warna merahnya

______________________________________________ 22
LOGIKA MATEMATIKA 2018
Konvers: Jika benderanya ada warna merahnya maka bendera tersebut adalah
bendera RI. q  p
Invers: Jika suatu bendera bukan bendera RI maka benderanya tidak ada warna
merahnya
Kontraposisi: Jika suatu bendera tidak ada warna merahnya maka bendera tersebut
bukan bendera RI.

2.5.6. Bi-Implikasi (pernyataan bersyarat dua arah)


Bi-implikasi adalah pernyataan majemuk yang terbentuk dari dua pernyataan tunggal
yang dirangkai menggunakan operator logika “ jika dan hanya jika” dengan symbol “  “ .
Operator logika tersebut menunjukan bahwa pernyataan biimplikasi merupakan pernyataan
bersyarat dua arah
Misalkan dua pernyataan p dan q diberi operator logika “ jika dan hanya jika’, dapat
ditulis “p  q” disebut bi-implikasi dan dibaca “p jika dan hanya jika q”. Ada beberapa
ucapan Bi-Implikasi p  q lainya
1. p bila dan hanya bila q
2. jika p maka q, dan jika q maka p
3. p ekivalen dengan q
4. p merupakansyarat perlu dan cukup bagi q
Bi-implikasi menunjukan hubungan keterkaitan antara p dan q. Pada bi-implikasi “p
 q” berarti p adalah syarat perlu dan syarat cukup bagi q dan begitu sebaliknya q adalah
syarat perlu dan syarat cukup bagi p.
Karena implikasi berlaku dua arah (bersyarat ganda), maka bi-implikasi akan bernilai
benar jika nilai kebenaran kedua pernyataannya sama. Dengan tabel nilai kebenaran
sebagai berikut:
Tabel 2.10. Tabel nilai kebenaran Bi - Implikasi
p q pq Dibaca
B B B Jika p benar jika dan hanya jika q benar maka p  q benar
B S S Jika p benar jika dan hanya jika q salah maka p  q salah
S B S Jika p salah jika dan hanya jika q benar maka p  q salah
S S B Jika p salah jika dan hanya jika q salah maka p  q benar

Untuk membedakan pernyataan implikasi dan bi-implikasi, perhatikan contoh berikut:


1. Jika seseorang masih hidup, maka ia masih bernafas
2. Jika hari ini hujan, maka jalanan akan licin
Pembahasan:
Dari contoh (1) pernyataan “Jika seseorang masih hidup, maka ia masih bernafas”
Pernyataan tersebut dikenal sebagai implikasi. Dan pernyataan tersebut bisa diubah
menjadi bi-implikasi yaitu “Seseorang masih hidup, jika dan hanya jika ia masih bernafas”
Atau “seseorang masih bernafas, jika dan hanya jika ia masih hidup”
Dalam hal ini bernafas dan hidup sama-sama dapat bertindak sebagai sebab dan sekaligus
akibat
Dari contoh (2) pernyataan “Jika hari ini hujan, maka jalanan akan licin” Pernyataan
ini juga dikenal sebagai implikasi dan tidak berlaku syarat ganda.
______________________________________________ 23
LOGIKA MATEMATIKA 2018
Jika hari ini hujan, maka jalanan akan licin, tetapi jika jalanan licin belum tentu hari ini hujan,
artinya masih ada kemungkinan lain yang dapat menyebabkan jalanan licin, dalam hal ini
hujan adalah sebab dan licin adalah akibat
Di bawah ini diberikan diagram Venn untuk Bi-implikasi

S
P=Q

P  Q benar, jika P = Q

Gambar: 2.5 Diagram venn untuk Bi-implikasi

Jika p(x) q(x) merupakan bi-implikasi logis, maka tiap-tiap penggantian nilai x
yang menyebabkan kalimat p(x) bernilai benar akan menyebabkan q(x) juga bernilai
benar. Begitu sebaliknya tiap-tiap penggantian nilai x yang menyebabkan kalimat q(x)
bernilai benar akan menyebabkan p(x) juga benar
Jika P dan Q adalah himpunan penyelesaian dari kalimat p(x) dan q(x), maka p(x) q(x)
akan bernilai benar jika P = Q

Contoh (2.14):
1. 20 + 7 = 27 jika dan hanya jika 27 bukan bilangan prima
2. 2 bilangan genap jika dan hanya jika 3 bilangan ganjil
3. 2 + 2 ≠ 5 jika dan hanya jika: 4 + 4 < 8
4. Surabaya ada di jawa barat jika dan hanya jika 2 3 = 6
Pembahasan
(1). Misal: p : 20 + 7 = 27 (bernilai benar)
q : 27 bukan bilangan prima (bernilai benar)
Maka pernyataan: 20 + 7 = 27 jika dan hanya jika 27 bukan bilangan prima
dinyatakan sebagai p  q akan bernilai benar.
(2). Misal: p : 2 bilangan ganjil (bernilai salah)
q : 3 bilangan ganjil (bernilai benar)
Maka pernyataan: 2 bilangan genap jika dan hanya jika 3 bilangan ganjil dinyatakan
sebagai p  q akan bernilai salah.
(3). Misal: p : 2 + 2 ≠ 5 (bernilai benar) dan q : 4 + 4 < 8 (bernilai salah)
Maka pernyataan: 2 + 2 ≠ 5 jika dan hanya jika: 4 + 4 < 8 dinyatakan sebagai p 
q akan bernilai salah
(4). Misal: p : Surabaya ada di jawa barat (bernilai salah)
q : 23 = 6 (bernilai salah)
Maka pernyataan: Surabaya ada di jawa barat jika dan hanya jika 2 3 = 6 dinyatakan
sebagai p  q akan bernilai benar

______________________________________________ 24
LOGIKA MATEMATIKA 2018
2.6. Urut-urutan Penggunaan Kata Hubung Kalimat.
Dalam penggunaan tata bahasa sehari-hari kita sering menjumpai pernyataan yang
menggunakan banyak kata hubung kalimat (operator logika), seperti misalnya:

“Saya akan berjalan kaki atau naik sepeda maka saya tidak akan terlambat kuliah”.

Kalimat diatas, akan ditafsirkan begini:

”Jika saya berjalan kaki atau naik sepeda, saya tidak akan terlambat mengikuti kuliah”.

Ada juga yang menafsirkan:

“Saya berjalan kaki atau, jika saya naik sepeda maka saya tidak akan terlambat kuliah”.

Untuk dapat mengerti pernyataan komposit (pernyataan yang memuat 5 operator


logika) diatas dengan benar diperlukan kejelasan berbahasa dengan menggunakan tanda-
tanda baca yang diperlukan, misalnya: koma, dengan demikian kita dapat menterjemahkan
pernyataan diatas ke pernyataan simbolik dengan benar. Demikian pula halnya dengan
pernyataan simbolik yang kita gunakan. Pernyataan ini harus jelas sehingga tidak
menimbulkan salah tafsir.
Penggunaan tanda kurung untuk menunjukkan urutan pengerjaan. Tetapi untuk
pernyataan yang banyak menggunakan kata hubung kalimat, penggunaan tanda kurung
dirasakan kurang effisien. Untuk itu dalam logika matematika penggunaan urut-urutan
pengerjaan adalah sebagai berikut:
1. negasi
2. konjungsi, disjungsi
3. kondisional
4. bikondisional

Contoh (2.15):
1. ~ p ∨ q berarti (~ p) ∨ q merupaka kalimat disjungtif dengan negasi diselesaikan
terlebih dahulu.
2. p ∧ q  r berarti (p ∧ q)  r merupakan kalimat kondisional dengan tanda kurung
dikerjakan lebih dahulu
3. p  q  r berarti p  (q  r) merupakan kalimat bikondisional dengan implikasi
yang di tanda kurung diselesaikan terlebih dahulu

2.7. Negasi (Ingkaran dari kalimat)


Penggunaan simbol “” dibaca ekivalen atau ekuivalen logis (secara logika
mempunyai nilai kebenaran yang sama). Di bawah ini diberikan beberapa ingkaran-
ingkaran baku yaitu:
2.7.1 Ingkaran dari konjungsi
Jika konjungsi dari pernyataan p dan q ditulis dengan p ∧ q maka negasi (ingkaran)
dari konjungsi tersebut dapat dituliskan sebagai ~ (p ∧ q) atau ditulis p  q , dengan nilai
kebenarannya dapat disajikan dalam tabel 2.11 berikut ini:

______________________________________________ 25
LOGIKA MATEMATIKA 2018
Tabel 2.11 Tabel ingkaran dari konjungsi
p q ~p ~q pq ~ (p ∧ q) ~p~q
B B S S B S S
B S S B S B B
S B B S S B B
S S B B S B B

Dari tabel 2.11 diperoleh ingkaran dari konjungsi p ∧ q ditulis ~ (p ∧ q)  ~ p  ~ q


(notasi  dibaca ekuivalen, sama)
Contoh (2.16)
Tentukan ingkaran dari pernyataan berikut
a) Kaizen berambut keriting dan berhidung mancung
b) Tiga adalah bilangan prima dan bilangan ganjil
c) 27 – 22 = 5 dan log 100 = 2
d) Sebelas adalah bilangan genap dan delapan habis dibagi dua
Pembahasan (ingkarannya):
a) Kaizen tidak berambut keriting atau tidak berhidung mancung
b) Tiga bukan bilangan prima atau bukan bilangan ganjil
c) 27 – 22 tidak sama dengan 5 atau log 100 tidak sama dengan 2
d) Sebelas bukan bilangan genap atau delapan tidak habis dibagi dua

2.7.2 Ingkaran dari Disjungsi


Jika disjungsi dari pernyataan p dan q ditulis dengan p  q maka negasi (ingkaran)
dari disjungsi tersebut dapat dituliskan sebagai ~ (p  q) atau ditulis p  q , dengan nilai
kebenarannya dapat disajikan dalam tabel 2.12 di bawah ini:
Dari tabel 2.12 diperoleh ingkaran dari disjungsi p  q ditulis ~ (p  q)  ~ p ∧ ~ q
(notasi  dibaca ekuivalen, sama)
Tabel 2.12 Tabel ingkaran dari disjungsi
p q ~p ~q pq ~ (p  q) ~ p ∧ ~ q
B B S S B S S
B S S B B S S
S B B S B S S
S S B B S B B

Contoh (2.17)
Tentukan ingkaran dari pernyataan berikut
a) Exa anak yang rajin belajar atau suka olah raga
b) Aisya anak yang cantik atau sholeh
c) Niken hobi membaca atau menulis
d) Sembilan adalah bilangan prima atau ganjil
Pembahasan (ingkarannya):
a) Exa bukan anak yang rajin belajar dan tidak suka olah raga
b) Aisya bukan anak yang cantik dan tidak sholeh
______________________________________________ 26
LOGIKA MATEMATIKA 2018
c) Niken tidak hobi membaca dan tidak hobi menulis
d) Sembilan bukan bilangan prima dan bukan ganjil

2.7.3 Ingkaran dari Ingkaran


Jika ingkaran dari pernyataan p dituliskan sebagai ~ p atau p , maka ingkaran dari
ingkaran ~ p ditulis sebagai ~ (~p ) atau p , dengan nilai kebenarannya dapat disajikan
dalam tabel 2.13 berikut ini:

Tabel 2.13 Tabel ingkaran dari ingkaran


p ~p ~ (~p ) , ditulis p
B S B
S B S

Dari tabel 2.13 dapat diperoleh bahwa ingkaran dari ingkaran adalah ~ (~p )  p
atau p  p (kolom pertama sama dengan kolom ke tiga)
Contoh (2.18)
Tentukan ingkaran dari ingkaran berikut
a) Pulau Bali dikenal sebagai pulau Dewata
b) 625 adalah bilangan kuadrat
c) 4 adalah faktor dari 12
d) Dua garis yang sejajar mempunyai titik potong
Pembahasan (ingkarannya):
a) Misal: p: Pulau Bali dikenal sebagai pulau Dewata
~p: Pulau Bali tidak dikenal sebagai pulau Dewata
Maka: ~ (~p): Pulau Bali tidak tidak dikenal sebagai pulau Dewata
 Pulau Bali dikenal sebagai pulau Dewata
Jadi p  p
b) Misal p: 625 adalah bilangan kuadrat
~p: 625 bukan bilangan kuadrat
Maka: ~ (~p): 625 bukan bukan bilangan kuadrat
 625 adalah bilangan kuadrat
Jadi p  p
c) Misal: p: 4 adalah faktor dari 12
~p : 4 bukan faktor dari 12
Maka: ~ (~p ): 4 bukan bukan faktor dari 12
 4 adalah faktor dari 12
Jadi p  p
d) Misal: p: Dua garis yang sejajar mempunyai titik potong
~p: Dua garis yang sejajar tidak mempunyai titik potong
Maka: ~ (~p ): Dua garis yang sejajar tidak tidak mempunyai titik potong.
 Dua garis yang sejajar mempunyai titik potong
Jadi p  p

______________________________________________ 27
LOGIKA MATEMATIKA 2018
2.7.4 Ingkaran dari Implikasi
Jika implikasi dari pernyataan p dan q ditulis dengan p  q maka negasi (ingkaran)
dari implikasi tersebut dapat dituliskan sebagai ~ (p  q) atau ditulis p  q , dengan nilai
kebenarannya dapat disajikan dalam tabel 2.14 berikut ini:

Tabel 2.14 Tabel ingkaran dari implikasi


p q ~q pq ~(pq) p∧~q
B B S B S S
B S B S B B
S B S B S S
S S B B S S

Dari tabel 2.14 diperoleh ingkaran dari implikasi p  q ditulis ~ (p  q)  p ∧ ~ q


atau p  q  p  q (notasi  dibaca ekuivalen, sama)

Contoh (2.19 )
Tentukan ingkaran dari pernyataan berikut
a) Jika 9 adalah bilangan ganjil, maka 8 adalah bilangan genap
b) Jika 10 = 1, maka log 20 = 2
c) Jika 5 hanya habis dibagi 1 dan 5, maka 5 adalah bilangan prima
d) Jika x = 3, maka x2 = 9
Pembahasan (ingkarannya):
a) 9 adalah bilangan ganjil, dan 8 bukan bilangan genap
b) 10 = 1, dan log 20  2
c) 5 hanya habis dibagi 1 dan 5, dan 5 bukan bilangan prima
d) x = 3, dan x2  9

2.7.4 Ingkaran dari Bi-implikasi


Jika bi-implikasi dari pernyataan p dan q ditulis dengan p  q maka negasi
(ingkaran) dari bi-implikasi tersebut dituliskan sebagai ~ (p  q) atau ditulis p  q ,
dengan nilai kebenarannya dapat disajikan dalam tabel 2.15 berikut ini:

Tabel 2.15 Tabel ingkaran dari disjungsi


p q ~ p ~ q p  q ~ ( p  q ) p ∧~ q ~p∧q ( p ∧ ~ q)  (~ p ∧ q )
B B S S B S S S S
B S S B S B B S B
S B B S S B S B B
S S B B B S S S S

Dari tabel 2.15 diperoleh ingkaran dari bi-implikasi p  q ditulis ~ (p  q) pada


kolom 6 nilai kebenarannya sama dengan (ekuivalen) dengan ( p ∧ ~ q)  (~ p ∧ q ) pada
kolom 9 dan ditulis dengan ~ (p  q)  ( p ∧ ~ q)  (~ p ∧ q ) (notasi  dibaca, sama).
Atau dapat juga diberi notasi p  q  ( p  q )  ( p  q )

______________________________________________ 28
LOGIKA MATEMATIKA 2018
Contoh (2.20)
Tentukan ingkaran dari pernyataan berikut
a. 20 + 7 = 27 jika dan hanya jika 27 bukan bilangan prima.
b. Kambing hidup jika dan hanya jika bernafas
c. Eka rajin belajar jika dan hanya jika Eka tidak lulus Ujian Nasional
d. x2 – 4 = 0 tidak memiliki penyelesaian jika dan hanya jika ikan hidup di air”
e. 30 x 2 = 60 jika dan hanya jika 60 adalah bilangan ganjil
Pembahasan (ingkarannya):
a) 20 + 7 = 27 dan 27 bilangan prima, atau 20 + 7  27 dan 27 bukan bilangan prima
b) Kambing hidup dan tidak bernafas, atau Kambing tidak hidup dan bernafas
c) Eka rajin belajar dan Eka lulus Ujian Nasional, atau Eka tidak rajin belajar dan Eka
tidak lulus Ujian Nasional
d) x2 – 4 = 0 tidak memiliki penyelesaian dan ikan tidak hidup di air, atau x2 – 4  0
tidak memiliki penyelesaian dan ikan hidup di air
e) 30 x 2 = 60 dan 60 bukan bilangan ganjil atau 30 x 2  60 dan 60 adalah bilangan
ganjil

2.8. Tautologi, Kontradiksi dan Kontingensi


Suatu pernyataan majemuk yang dirangkai menggunakan beberapa kata hubung
kalimat, dikenal dengan istilah tautology, kontradiksi dan kontongensi. Ketiga istilah
tersebut diberikan berdasarkan nilai kebenaran dari suatu pernyataan majemuk.
Pernyataan majemuk yang bernlai selalu benar disebut tautology, dan yang selalu bernilai
salah disebut kontradiksi. Sedangkan kontingensi sendiri merupakan pernyataan yang
bukan tautology ataupun bukan kontradiksi. Jadi kontingensi adalah suatu pernyataan
majemuk yang tidak semuanya benar atau tidak semuanya salah.

2.8.1 Contoh tabel nilai kebenaran Tautologi


Tautologi adalah pernyataan majemuk yang selalu bernilai benar untuk semua
kemungkinan nilai kebenaran dari pernyataan-pernyataan komponennya. Suatu tautology
yang memuat pernyataan implikasi disebut implikasi logis, dan jika memuat pernyataan bi-
implikasi disebut bi-implikasi logis. Untuk mengetahui pernyataan majemuk termasuk
tautology atau bukan, dapat menggunakan tabel nilai kebenaran atau menggunaan
penjabaran rumus yang ada. Di bawah ini diberikan beberapa contoh tautology
menggunakan tabel nilai kebenaran. Jika nilai kebenarannya semuanya benar, maka
pernyataan tersebut adalah tautology

Contoh (2.21)
Tunjukan pernyataan di bawah ini merupakan tautology
a) [(p  q) ∧ p]  q
b) (p  q) ( q  p)
Pembahasan:
a) [(p  q) ∧ p]  q

______________________________________________ 29
LOGIKA MATEMATIKA 2018
p q p q (p  q) ∧ p [(p  q) ∧ p]  q
B B B B B
B S S S B
S B B S B
S S B S B
b) (p  q) ( q  p)
p q p q qp (p  q) ( q  p)
B B B B B
B S B B B
S B B B B
S S S S B

Dengan demikian pernyataan majemuk tersebut merupakan tautology karena semua


nilainya benar (nilai pada kolom terakhir). Untuk contoh a) tergolong implikasi logis karena
melibatkan pernyataan implikasi, sedangkan contoh b) melibatkan bi-implikasi sehingga
dikatakan tergolong bi-implikasi logis.
2.8.2 Contoh tabel nilai kebenaran Kontradiksi
Jika pernyataan majemuk yang selalu bernilai benar disebut tautology, maka
sebaliknya pernyataan majemuk yang selalu bernilai salah disebut kontradiksi. Jadi
kontradiksi adalah pernyataan majemuk yang nilai kebenarannya selalu salah untuk semua
kemungkinan kebenaran dari pernyataan-pernyataannya. Berikut ini diberikan contoh
pernyataan majemuk yang merupakan kontradiksi menggunakan tabel nilai kebenaran
Contoh (2.22)
Tentukan pernyataan di bawah ini merupakan kontradiksi
a) p ∧ (~ p ∧ q)
b)  p  q    p  q 
Pembahasan
a) p ∧ (~ p ∧ q)
p q ~p (~ p ∧ q) p ∧ (~ p ∧ q)
B B S S S
B S S S S
S B B B S
S S B S S
b)  p  q    p  q 

p q pq pq pq  p  q   p  q


B B B B S S
B S S B S S
S B S B S S
S S S S B S

Perhatikan hasil dari kolom terakhir pada tabel diatas, semuannya bernilai salah.
Jadi pernytaan p ∧ (~ p ∧ q) dan pernyataan  p  q  p  q merupakan kontradiksi

______________________________________________ 30
LOGIKA MATEMATIKA 2018
CATATAN:
Jika dijumpai kolom terakhir bukan dalam bentuk tautologi maupun kontradiksi,
maka disebut kontingensi.

2.8.3 Contoh tabel nilai kebenaran Kontingensi


Kontingensi adalah semua pernyataan majemuk yang bukan merupakan tautology
ataupun bukan merupakan kontradiksi. Pada kontingensi nilai kebenarannya ada yang
benar ada pula yang salah. Berikut ini diberikan contoh dalam bentuk tabel.

Contoh (2.23)
Tentukan tabel berikut ini
a) ~ (p q) ∧ (p ∧ ~ q)
b) (p ∧ q)  ~ p
Pembahasan
a) ~ (p q) ∧ (p ∧ ~ q)
p q ~q p q ~ (p  q) p∧~q ~ (p q) ∧ (p ∧ ~ q)
B B S B S S S
B S B S B B B
S B S B S S S
S S B B S S S

b) (p  q)  ~ p
p q ~p pq (p  q)  ~ p
B B S B S
B S S B S
S B B B B
S S B S S

Dengan demikian pernyataan bukan tautology dan bukan kontradiksi, melainkan


kontingensi
Untuk membuktikan Tautologi ada beberapa cara:
1. Dengan membuat tabel nilai kebenaran. Bentuk pernyataan majemuk itu merupakan
Tautologi jika kolom terakhir dari daftar kebenarannya berisi nilai benar (“B”) semua.
2. Bentuk pernyataan majemuk itu diturunkan menjadi bentuk-bentuk lain yang ekuivalen,
sampai akhirnya diperoleh bentuk yang sudah dikenal sebagai Tautologi
3. Khusus untuk bentuk pernyataan majemuk yang berupa ekuivalensi, dapat diturunkan
menjadi bentuk-bentuk lain yang ekuivalen, akhirnya diperoleh bentuk dari ruas lainnya.

2.9. Ekuivalen logis.


.Ketika dua pernyataan majemuk memiliki nilai kebenaran yang sama persis untuk
semua kemungkinannya, maka kedua pernyataan majemuk tersebut dikatakan dua
pernyataan yang ekivalen, dan dinyatakan sebagai “  “. Jadi ekuivalen adalah pernyataan
majemuk yang memiliki nilai kebenaran yang sama.

______________________________________________ 31
LOGIKA MATEMATIKA 2018
Sedangkan istilah ekuivalen logis diartikan sebagai ekuivalen secara logika, yang
selanjutnya disingkat ekuivalen saja. Lebih jelasnya perhatikan definisi berikut

Definisi : Dua buah pernyataan dikatakan ekivalen (ekivalen logis) jika dan hanya jika
kedua pernyataan itu mempunyai nilai kebenaran yang sama.

Ada dua cara dalam menentukan atau membuktikan dua pernyataan majemuk itu
ekuivalen. Pertama menggunakan tabel nilai kebenaran. Yang kedua dengan penurunan
rumus ataupun sifat-sifat yang ada.
Contoh (2.24)
Tunjukan bahwa pernyataan majemuk berikut ini merupakan tautology
~(p  ~q)  (~p ∧ ~q)  ~p
Pembahasan:
a) Menggunakan penurunan rumus/sifat:
~(p  ~q)  (~p ∧ ~q)  (~p ∧ q)  (~p ∧ ~q)
 ~p ∧ ( q  ~q)  ~ p ∧ 1  ~ p

b) Menggunakan tabel nilai kebenaran


p ~p q ~q (p  ~q) ~(p  ~q) ~p ∧ ~q ~(p  ~q)  (~p ∧ ~q)
B S B S B S S S
B S S B B S S S
S B B S S B S B
S B S B B S B B

Karena kolom 8 nilai kebenarannya sama dengan kolom ke 2, maka dapat dinyatakan
bahwa ~(p  ~q)  (~p ∧ ~q)  ~p

Misalnya dua pernyataan majemuk p dan q dikatakan ekuivalen logis, jika bi-
implikasi p ↔ q merupakan suatu tautology.

Di bawah ini di berikan beberapa sifat-sifat Ekuivalensi sebagai berikut:


1) Sifat komutatif
a. p ∧ q  q ∧ p
b. p  q  q  p

Pernyataan majemuk yang ekivalen disebut bersifat komutatif jika posisi dari
komponen pernyataannya merupakan kebalikan dari pernyataan semula. Dengan tabel
nilai kebenarannya disajikan dalam tabel 2.16 di bawah ini
Tabel 2.16a Sifat komutatif konjungsi
Konjungsi
p q p∧q↔q∧ p
p∧q q∧ p
B B B B B
B S S S B
S B S S B
S S S S B

______________________________________________ 32
LOGIKA MATEMATIKA 2018
Tabel 2.16b Sifat komutatif disjungsi
Disjungsi
p q pq↔q p
pq q p
B B B B B
B S B B B
S B B B B
S S S S B

2) Sifat Distributifitas
a. p ∧ (q  r)  (p ∧ q)  (p ∧ r)
b. p  (q ∧ r)  (p  q) ∧ (p  r)

Pada pernyataan disjungsi dan konjungsi juga berlaku sifat distributifitas, dengan
nilai kebenarannya disajikan dalam tabel 2.17 di bawah ini
Tabel 2.17a Sifat distributifitas operator disjungsi terhadap konjungsi

p q r p ∧ (q  r) (p ∧ q)  (p ∧ r) p ∧ (q  r) ↔ (p ∧ q)  (p ∧ r)

B B B B B B
B B S B B B
B S B B B B
B S S S S B
S B B S S B
S B S S S B
S S B S S B
S S S S S B

Tabel 2.17b Sifat distributifitas operator konjungsi terhadap disjungsi

p q r p  (q ∧ r) (p  q) ∧ (p  r) p  (q ∧ r) ↔ (p  q) ∧ (p  r)

B B B B B B
B B S S S B
B S B B B B
B S S S S B
S B B B S B
S B S S S B
S S B B S B
S S S S S B

3) Sifat Asosiatif
a. (p ∧ q) ∧ r  p ∧ (q ∧ r)
b. (p  q)  r  p  (q  r)

______________________________________________ 33
LOGIKA MATEMATIKA 2018
Pada pernyataan yang memuat disjungsi dan konjungsi berlaku juga sifat asosiiatif,
dengan nilai kebenarannya disajikan dalam tabel 2.18 di bawah ini

Tabel 2.18a Sifat distributifitas pada operator konjungsi

p q r (p ∧ q) ∧ r p ∧ (q ∧ r) (p ∧ q) ∧ r ↔ p ∧ (q ∧ r)

B B B B B B
B B S S S B
B S B S S B
B S S S S B
S B B S S B
S B S S S B
S S B S S B
S S S S S B

Tabel 2.18b Sifat distributifitas pada operator disjungsi

p q r (p  q)  p  (q  r) (p  q)  r ↔ p  (q  r)
r
B B B B B B
B B S B B B
B S B B B B
B S S B B B
S B B B B B
S B S B B B
S S B B B B
S S S S S B

2.10. Hukum-hukum Aljabar Proposisi


Jika p, q, dan r merupakan proposisi-proposisi sedangkan nilai angka B berarti benar
dan nilai angka S berarti salah, maka berlaku:

1. Hukum idempoten:. a. p∧p  p ;


b. pp  p
2. Hukum komutatif: a. p ∧ q  q ∧ p
b. p  q  q  p
3. Hukum asosiatif : a. (p  q) ∨ r  p ∨ (q ∨ r)
b. p ∧ q) ∧ r  p ∧ (q ∧ r)
4. Hukum distributifitas: a. p ∧ (q  r)  (p ∧ q)  (p ∧ r)
b. p  (q ∧ r)  (p  q) ∧ (p  r)
5. Hukum Identitas: a. p ∨ B  B ; p ∨ S  p
b. p ∧ B  p ; p ∧ S  S

______________________________________________ 34
LOGIKA MATEMATIKA 2018
6. Hukum Komplemen: a. p ∨ ~ p  B ; ~ (~p)  p
b. p ∧ ~ p  S ; ~S  B ; ~B  S
7. Hukum De Morgan: a. ~ (p ∧ q)  ~ p ∨ ~ q
b. ~ (p ∨ q)  ~ p ∧ ~ q

2.11. Soal-Soal Latihan

1. Tentukan yang manakah dari pernyataan berikut yang merupakan proposisi?,


a. Saya seorang mahasiswa
b. Plato habis dibagi 11
c. Ada bilangan bulat yang bukan bilangan cacah
d. Berapa 9 dikurangi 7?.
e. Jakarta ibu kota RI
f. Silahkan duduk
g. Semoga kalian lulus ujian
h. 9x-1 = 8
i. x  5  2
j. Hati-hati menyeberang
k. Ada bilangan prima yang genap
l. Jakarta ibukota negara India.
m. 8 habis dibagi 4.
n. Ini buku siapa?
o. Bandung ibukota Jawa Tengah.
p. 4 kurang dari 5
q. Bersihkan tempat tidurmu.
r. 6 adalah bilangan genap.
s. Ibukota Provinsi Jawa Barat adalah Semarang.
t. 12 ≥ 19.
u. Soekarno adalah Presiden Indonesia yang pertama.
v. Jam berapa kereta api Argo Bromo tiba di Gambir?
w. Kemarin hari hujan.
x. Kehidupan hanya ada di planet Bumi.
y. Siapkan kertas ujian sekarang!
z. x  y  y  x untuk setiap x dan y bilangan riil

2. Sederhanakan pernyataan berikut ini,


a. Baik kantor maupun bank tidak buka hari ini
b. Hari sangat panas, rasanya aku ingin mandi
c. Toni belum datang atau dia sudah berangkat sebelum kami tiba
d. . Nelayan melaut hanya jika bertiup angin darat
e. Udara sudah terasa panas walaupun hari masih pagi
f. Jika air dibubuhi garam, maka titik bekunya menurun
______________________________________________ 35
LOGIKA MATEMATIKA 2018
g. Ayah pergi ke Jakarta naik pesawat terbang atau kamu pergi ke Surabaya naik
bus malam

3. Jika diketahui ” p: pelaut itu gagah” dan ”q: pelaut itu berbadan tiggi” , nyatakan
pernyataan berikut ini dalam bentuk simbolik menggunakan p dan q
a. Pelaut itu gagah dan tinggi badannya
b. Meskipun pelaut itu gagah tetapi tidak tinggi badannya
c. Pelaut itu tidak gagah tetapi tinggi badannya
d. Pelaut itu tidak gagah juga tidak tinggi badannya
e. Tidak benar bahwa pelaut itu gagah juga tinggi badannya

4. Jika diketahui ” r : gadis itu ramah” dan ”s : gadis itu cantik” , nyatakan pernyataan
berikut ini dalam bentuk simbolik menggunakan r dan s
a. Gadis itu ramah atau cantik
b. Gadis itu tidak ramah meskipun cantik
c. Gadis itu tidak cantik, tatapi ramah
d. Gadis itu tidak cantik atau tidak ramah

5. Tentukan disjungsi inklusif atau disjungsi eksklusif pernyataan berikut ini


a. Pangeran Diponegoro dimakamkan di Sulawesi atau di Jawa
b. Candi Borobudur dibuat dari batu atau terletak di Pulau Jawa
c. Setiap Pagi saya sarapan nasi atau roti
d. Hari ini hari sabtu atau besok hari senin

6. Apakah pernyataan berikut ini merupakan pernyataan bikondisional atau bukan?


a. Setiap segi tiga sama sisi merupakan segi tiga sama kaki.
b. Sudut-sudut segi tiga sama sisi sama besarnya.
c. Sepasang sisi yang berhadapan pada sebuah jajaran genjang sama panjangnya.
d. Sebuah segi tiga sama kaki mempunyai dua sisi yang sama panjang.
(Keempat kalimat diatas berkenaan dengan bangun-bangun geometri)
e. Seorang haji beragama islam

7. Tentukan nilai kebenaran dari pernyataan berikut ini


a. Setiap bilangan bulat merupakan bilangan genap atau ganjil
b. Kemarin bukan hari rabu, dan sekarang hari kamis
c. Tidak benar bahwa gadis itu cantik atau ramah
d. Aku akan lulus atau tidak lulus dalam ujian sekarang
e. Hari ini cuaca cerah atau ramalan cuaca salah

8. Nyatakan pernyataan berikut ini menggunakan simbol logika


a. Wardan tidak senang juga tidak sedih mendengar berita itu
b. Dia berputus asa atau tidak berputus asa mendengar keputusan itu
c. Gadis itu sehat dan selamat sampai dirumah

______________________________________________ 36
LOGIKA MATEMATIKA 2018
d. Tidak seorangpun hadir dalam pertemuan ini, tetapi dia tidak perduli
e. Setiap sudut merupakan sudut runcing, atau sudut siku-siku, atau sudut tumpul
atau sudut lurus.
f. Cuaca hari ini sangat panas tetapi tidak hujan.
g. Jika si do’i seorang pembohong dan ingkar janji, maka saya akan marah besar.
h. Tidak seorangpun terluka atas kejadian huru-hara (demo) di Yogyakarta.
i. Bima Sangaji membaca majalah atau koran tetapi bukan tex book.
j. Aisya anaknya pemalu, tetapi dia termasuk anak yang rajin, sholeh dan tangkas.
k. Tidak seorangpun dari Tari atau Agung ingin pergi berkemah
l. Ita akan lulus ujian hanya jika dia tidak mentraktir teman-temannya
m. Saya akan pergi jika kamu mengusir saya
n. Tidak seorang manusiapun bisa terbang
o. Tidk benar bahwa log 10 = 1 jika dan hanya jika 1 + 2 > 2
p. semua manusia yang bercita-cita tingi suka bekerja keras
q. Anda tidak dapat terdaftar sebagai pemilih dalam Pemilu jika anda berusi a di
bawah 17 tahun kecuali kalau anda sudah meni kah”
r. Taufik Hidayat pandai main bulu tangkis atau tennes.
s. Mudah-mudahan anda berhasil dalam meniti karier.
t. Berolahragalah secara teratur!

9. Tentukan ingkaran no 7

10. Tentukan negasi setiap pernyataan berikut ini,


a. Semua kerbauku mandi di sungai
b. Hanya seekor itikku yang belum masuk kandang
c. Tidak ada dua orang yang serupa
d. Mungkin akan hujan hari ini
e. Hari ini mendung.

11. Tentukan nilai kebenaran setiap pernyataan berikut ini,


a. Jika Jakarta berada di Inggris, maka 4  4  8
b. Tidak benar bahwa 2  7  10 jika hanya jika 4  16  15
c. Persamaan x 2  1  0 mempunyai penyelesaian jika semestanya himpunan
bilangan-bilangan bulat.

12. Tentukan ingkaran no 10

13. Jika ”p : saya akan datang”, ”q: saya di undang”, dan ”r: hari ini tidak hujan” . Tulislah
pernyataan verbal yang ditunjukan oleh simbol berikut ini,
a. q  p e. (~p  q)  p
b. p  ~q f. p  (q  r)
c. (p  q)  ~p g. p  (q  r)

______________________________________________ 37
LOGIKA MATEMATIKA 2018
d. (p~q)  p h. ~p  (~q~r)

14. Tentukan tabel nilai kebenaran dari proposisi di bawah ini


a. p  q   q  p 

b. p  q  p  q  
c. p   q  r   q  p  r 
   

d.  p  q   q  r 
15. Periksa dengan menggunakan tabel kebenaran apakah proposisi berikut tautologi,
kontradikasi atau kontingensi.
a. p  ~ p
b. ( p  q)  p
c. (p  q)  (p  q)
d. p  q  p  q
e. (p  q)  (~ q ~ p)
f. [(p ~ (q  ~ r)) ~ q]  (p  r)
g. [(p  q)  ~ q] ~ p
h. [(p  q)  (q  r)]  (p  r)
i. (p  q)  (q  r)  (p  r)
j. [(p  q)   q  r ]  p r 

16. Tunjukan di bawah ini ekivelen logis


a. p  (q  r)  (p  q)  (p  r)
b. (p  q)  ~ p  ~ p  (p  q)
 (~ p  p)  (~ p  q)
c. pqpq  pqpq 
 p q q 
17. Tentukan konvers, invers dan kontrapositif dari proposisi berikut, kemudian tentukan
nilai kebenarannya.
a. Jika 2 + 3 = 5, maka Bandung ibukota Jawa Tengah.
b. Jika segitiga ABC sama sisi, maka segitiga ABC sama kaki.
c. Jika 1 < 2 dan 1 > 2, maka 1 = 2.
d. Jika Agus tidak lulus ujian, maka dunia akan berhent berputar.

______________________________________________ 38
LOGIKA MATEMATIKA 2018
BAB III
KUANTOR UNIVERSAL DAN EKSISTENSIAL

3.1. Kompetensi
Dalam membicarakan sesuatu masalah, perlu menetapkan suatu semesta
pembicaraan sebelum menyelesaikan masalahnya itu sendiri. Selanjutnya perlu pengertian
tentang kalimat terbuka, kuantor universal (umum) dan kuantor eksistensial sebagai konsep
dasar dalam penalaran di dalam logika matematika.
Pentingnya persiapan sebelum mempelajari pokok bahasan ini merupakan langkah
awal keberhasilan kompetensi yang diharapkan. Kuantor yang dibahas hanya salah satu
cara dalam merubah suatu pernyataan terbuka (yaitu kalimat yang belum punya nilai
kebenaran) menjadi suatu pernyataan deklaratif.

3.2. Semesta Pembicaraan (Domain)


Semesta pembicaraan yang dimaksud dalam logika matematika (sering disebut
domain) adalah kumpulan dari keseluruhan objek-objek yang berada pada lingkup
pembicaraan. Penetapan semesta pembicaraan sangat penting untuk menghindari
konotasi yang berbeda dari kalimat yang sedang dibicarakan. Hal ini karena
dalam logika proposional, setiap kalimat harus memiliki arti tunggal
Pada setiap pembicaraan orang selalu memulai dengan menetapkan lebih dahulu
semesta pembicaranya baru menentukan nilai kebenaran dari suatu pernyataan yang
dituju. Sebab benar atau salahnya suatu pernyataan atau ucapan tergantung pada semesta
pembicaranya. Semesta pembicaraan biasa diberi notasi S

Contoh (3.1):
Suatu pernyataan “x2 + 1 = 0 mempunyai penyelesaian” .

Pernyataan tersebut tidak mempunyai nilai benar atau salah sebelum menentukan
semesta pembicaranya. Sebab benar salahnya pernyataan tersebut tergantung dari
semestanya. Misalnya kita ambil semesta pembicaranya himpunan bilangan-bilangan riil
(nyata), maka pernyataan di atas bernilai salah. Tetapi jika semesta pembicaranya
himpunan bilangan-bilangan kompleks, maka pernyataan bernilai benar.

x 2  1  0 atau secara ekuivalen


x 2  1 atau juga sering dituliskan sebagai
x  1  i (i = bilangan imaginair, menurut rumus matematika i 2  1 )

Jika semestanya S = himpunan bilangan-bilangan riil, maka pernyataan “x2 + 1 = 0


mempunyai penyelesaian”, bernilai salah.
Dan jika semestanya S = himpunan bilangan kompleks maka pernyataan “x2 + 1 = 0
mempunyai penyelesaian”, bernilai benar (sebab bilangan immaginair i merupakan bagian
dari bilangan kompleks.

______________________________________________ 39
LOGIKA MATEMATIKA 2018
3.3. Variabel dan Konstanta
Di dalam matematika, sering kali kita menjumpai pernyataan-pernyataan yang
memuat variabel dan konstanta. Misal jika semestanya himpunan bilangan-bilangan, maka
angka 5, angka angka 211 adalah suatu simbol untuk bilangan-bilangan yang didalam
semestanya. Simbol seperti itu disebut konstanta. Jadi konstanta adalah suatu simbol atau
tanda yang diucapkan atau ditulis untuk menunjukkan tentang anggota tertentu dari
semestanya.
Jika hendak berbicara tentang anggota sembarang dari semestanya, maka
diperlukan suatu tanda-tanda lain dari konstanta. Tanda demikian yang dimaksud adalah
variabel (atau perubah). Misalnya pernyataan 2x + 5 > 16 dalam semesta himpunan
bilangan-bilangan riil, maka x disebut variable dalam semestanya. Jadi variabel adalah
suatu simbol atau tanda yang digunakan untuk menunjuk pada anggota sembarang dari
semesta pembicaranya. Agar lebih paham perhatikan definisi berikut ini:
Definisi (3.1):
Variabel adalah simbol yang menunjukkan suatu anggota yang belum spesifik dalam
semesta pembicaraan. Sedangkan konstanta adalah simbol yang menunjukkan suatu
anggota tertentu (yang sudah spesifik) dalam semesta pembicaraan.
Contoh (3.2):
Misalnya pernyataan “Niken”, “Aisya” dan “Bima” adalah nama-nama orang, dimana
semestanya adalah himpunan orang-orang. Maka kata “Niken”, “Ais” dan “Bima” adalah
simbol untuk orang tersebut dan dikatakan konstata
Contoh (3.3):
Misalnya semesta pembicaranya terdiri atas mereka yang kuliah pada sebuah
universitas (perguruan tinggi) maka kata “mahasiswa” menunjuk pada anggota sembarang
dari semesta pembicaranya. Maka mahasiswa adalah suatu variabel
Contoh (3.4):
Perhatikan beberapa pernyataan dibawah ini, yang menunjuk pada anggota
sembarang dari semesta pembicaranya:
(a). Manusia itu anak yang cerdas
(b). Manusia memakai sepatu
(c). 4 + x = 7
(d). y < 5
Pembahasan:
Pernyataan (a), (b), (c), dan (d) belum mempunyai nilai, karena masih memuat
variabel. Suatu pernyataan mempunyai nilai benar atau salah tergantung pada kesesuaian
kalimat tersebut dengan keadaan sesungguhnya. Bernilai benar jika keadaan
sesungguhnya sesuai dengan realita yang ada, jika sebaliknya bernilai salah. Pernyataan
seperti ini biasanya disebut pernyataan faktual.
Jika pernyataan (a) manusia diganti Tony, maka pernyataannya menjadi “Toni itu
anak yang cerdas”. Pernyataan ini jelas bernilai benar saja atau salah saja, tergantung
realitasnya. Untuk pernyataan (b) menjadi “Tony memakai sepatu” merupakan pernyataan
yang lebih jelas nilainya, yaitu benar atau salah tergantung realitasnya. Pada pernyataan
(c) jika x diganti 3, akan bernilai benar. tetapi jika x diganti 4 akan bernilai salah. Demikian

______________________________________________ 40
LOGIKA MATEMATIKA 2018
juga untuk pernyataan (d) jika y diganti “0 atau 1, atau 2, atau 3, atau 4” akan bernilai benar,
jika semesta pembicaraannya himpunan bilangan cacah, tetapi jika semestanya himpunan
bilangan asli, maka pernyataan akan bernilai salah.
Kata-kata “manusia”, “x” dan “y” pada pernyataan diatas disebut variabel.
Sedangkan setelah diganti kata yaitu “Tony”, “3”, “4”, dan “0,1,2,3,4” disebut konstanta.
Jika semesta pembicaranya bilangan-bilangan maka variabel yang dimaksudkan
adalah variabel numerik. Dalam hal ini, variabel adalah tanda-tanda, yang biasanya dipilih
huruf kecil dari abjad “x”, “y” dan seterusnya.

3.4. Pernyataan Terbuka dan Tertutup


Suatu pernyataan yang belum mempunyai nilai misalnya pernyataan “8x – 3 =13”
dan pernyataan “2x + 5y < 12” adalah dua pernyataan yang belum mempunyai nilai
kebenaran yang tetap, karena nilai kebenarannya sangat bergantung pada keadaan.
Untuk pernyataan pertama, jika kita ambil nilai x = 2 maka persamaannya menjadi “8(2) –
3 =13” adalah pernyataan yang benar. Tetapi untuk nilai x yang lain pernyataan tersebut
bernilai salah. Untuk pernyataan kedua, kita ambil misalkan:
nilai x = 0 dan y = 0,  2(0) + 5(0) < 12 (pernyataan yang benar)
x = 0 dan y = 1,  2(0) + 5(1) < 12 (pernyataan yang benar).
x = 0 dan y = 2,  2(0) + 5(2) < 12 (pernyataan yang benar)
nilai x = 1 dan y = 1,  2(1) + 5(1) < 12 (pernyataan yang salah)
x = 2 dan y = 2,  2(2) + 5(2) < 12 (pernyataan yang salah)
x = 2 dan y = 3,  2(2) + 5(3) < 12 (pernyataan yang salah)
:
dst
Dapat disimpulkan bahwa untuk persamaan “2x + 5y < 12”, nilai x dan y disebut peubah
bebas dalam semestanya.
Jadi dalam kondisi ini, dua contoh pernyataan “8x – 3 =13” dan pernyataan “2x + 5y < 12”
disebut pernyataan terbuka, karena nilai x dan y adalah merupakan variabel
Definisi (3.2):
Pernyataan terbuka adalah suatu pernyataan yang memuat variabel, dan jika
variabel tersebut diganti konstanta yang sesuai dengan semesta pembicaraannya, maka
pernyataannya akan menjadi kalimat deklaratif (bernilai benar saja atau salah saja).
Sedangkan pernyataan tertutup adalah pernyataan yang tidak memuat variabel.
Dari definisi di atas, berarti pernyataan “8x – 3 =13” bernilai benar jika x = 2 dalam
semesta pembicaraanya. Sedangkan pernyataan kedua “2x + 5y < 12” diberi beberapa nilai
tertentu, maka ada memenuhi bahwa pernyataannya bernilai benar saja atau salah saja
untuk Domainnya himpunan bilangan bulat.
Selanjutnya misalkan suatu pernyataan terbuka tersebut kita beri simbol “p(x)”. Huruf
“p”, “q”, …. dan seterusnya di sini hanyalah sebuah simbol atau notasi untuk mempermudah
dalam pembicaraan selanjutnya. Andaikan “p(x)” ini merupakan kalimat terbuka, dan
diucapkan sebagai:

“obyek x mempunyai sifat p”.

______________________________________________ 41
LOGIKA MATEMATIKA 2018
Variabel yang terdapat dalam rangkaian tanda “p(x)” yakni x disebut variabel bebas,
sedangkan “p(x)” disebut pernyataan terbuka. Pernyataan “p(x)” kadang-kadang disebut
fungsi pernyataan, karena untuk setiap nilai a yang berada dalam semesta
pembicaraannya, maka p(a) merupakan pernyataan deklaratif.
Contoh (3.5):
Misalnya: fungsi pernyataan “p(x) = 1+ x > 5 ”
Pernyataan terbuka p(x) merupakan fungsi pernyatan pada himpunan A (= himpunan
bilangan asli). Tetapi p(x) bukan merupakan fungsi pernyataan pada K (himpunan
bilangan kompleks).

Contoh (3.6):
a) Jika semesta pembicaraannya A = himpunan bilangan asli
Maka p(x) = 1 + x > 5 bernilai benar untuk x = 5,6,7, ...
b) Jika semesta pembicaraannya A= himpunan bilangan asli
Maka q(x) = x + 3 < 1 bernilai salah, karena tidak ada nilai x yang menyebabkan
q(x) bernilai benar.
c) Jika semesta pembicaraannya A= himpunan bilangan asli
Maka r(x) = x + 3 > 1 bernilai benar untuk x = 1,2,3, ...
Ada cara yang lazim yang digunakan untuk merubah pernyataan terbuka “p(x)” ini
menjadi pernyataan deklaratif, yaitu dengan menambahkan suatu kuantor yang disebut
kuantor universal atau kuantor eksistensial di depan pernyataan “p(x)”.

3.5. Kuantor Universal Dan Kuantor Eksistensial


Kuantor adalah suatu istilah yang menyatakan “berapa banyak” anggota suatu obyek
dalam semesta yang memenuhi dalam fungsi pernyataan. Kuantor dalam matematika
berupa penambahan istilah semua atau terdapat didalam fungsi pernyataan yang belum
mempunyai nilai kebenaran.
Perhatikan kalimat berikut
a) Makasar ibukota jawa timur
b) X adalah binatang berkaki empat, X = {kuda, burung, ular, singa}
Kalimat a). merupakan pernyataan bernilai salah. Kalimat b). bukan pernyataan, sebab
belum punya nilai kebenarannya. Dan disebut kalimat terbuka. Jika X diganti dengan “kuda”
atau “singa”, maka kalimat b) bernilai benar. Tetapi jika X diganti “burung” atau “ular”, maka
kalimat bernilai salah.
Sekarang apa yang terjadi jiaka kalimat terbuka pada b) ditambahkan suatu kuantor?
Seperti berikut:
1) Ditambah dengan kalimat semua
Kalimat b) menjadi: “untuk semua X adalah binatang berkaki empat”
Merupakan pernyataan bernilai salah
2) Ditambah dengan kalimat terdapat
Kalimat b) menjadi: “Terdapat X adalah binatang berkaki empat”
Merupakan pernyataan bernilai benar

______________________________________________ 42
LOGIKA MATEMATIKA 2018
Kata-kata semua atau terdapat diatas disebut dengan pernyataan berkuantor
(quantifier). Kuantor tersebut menunjukan banyaknya pengganti peubah x, sehingga
diperoleh suatu pernyataan berkuantor yang bernilai benar saja atau salah saja.

3.5.1. Kuantor Universal (Umum)


Kuantor universal atau kuantor umun adalah ungkapan kata yang menyatakan
keseluruhan, dan biasanya dinyatakan dengan kata semua (setiap, seluruh, tiap-tiap) yang
menunjukan bahwa semua anggota memiliki kondisi yang sama. Kuantor universal diberi
simbol khusus “” yang dibaca:
“untuk semua”, “untuk setiap”, “untuk tiap-tiap”.

Jika p(x) adalah fungsi pernyataan pada suatu himpunan A, dimana himpunan A
adalah semesta pembicaraanya, maka notasi: “(x) (x A) p(x)” , “(x  A) p(x)” , atau “x
p(x)” dapat dibaca sebagai “Untuk setiap x didalam himpunan A, sedemikian hingga x
mempunyai sifat p” merupakan pernyataan yang benar. Ada beberapa macam ucapan-
ucapan (x  A) p(x) yaitu:
 Untuk setiap x  A berlakulah x mempunyai sifat p
 Semua x, berlaku x mempunyai sifat p
 Tiap-tiap x, x memenuhi sifat p

Contoh (3.7):
Tulis dengan symbol kuantor
a) Semua manusia tidak kekal
b) Semua gajah mempunyai belalai
c) Semua orang harus bekerja
d) Setiap bilangan genap dapat dibagi 2
e) Semua bilangan prima adalah bilangan asli
Pembahasan:
a) Semua manusia tidak kekal
“Semua”  Kuantor universal
Ditulis: (x) M(x)  K(x)
Dimana: M sebagai pengganti manusia, dan K sebagai pengganti tidak kekal
Dibaca: untuk setiap x, jika x adalah manusia, maka x tidak kekal
b) Semua gajah mempunyai belalai
“Semua”  Kuantor universal
Ditulis: (x) G(x)  B(x)
Dimana: G sebagai pengganti gajah, dan B sebagai pengganti mempunyai belalai.
Dibaca: Untuk semua x, jika x adalah gajah, maka x mempunyai belalai
c) Semua orang harus bekerja
“Semua”  Kuantor universal
Misal: O sebagai pengganti orang, dan B sebagai pengganti harus bekerja
Ditulis: (x) (O(x)  B(x))
Dibaca: Untuk semua x. jika x adalah orang, maka x harus bekerja
d) Setiap bilangan genap habis dibagi 2.
______________________________________________ 43
LOGIKA MATEMATIKA 2018
“Setiap”  Kuantor universal
Misal:G sebagai pengganti bilangan genap, dan B sebagai pengganti dapat dibagi 2
Dituliskan: (x) (G(x)  B(x,2))
Dibaca: Untuk setiap x, jika x bilangan genap, maka x habis dibagi 2
e) Semua bilangan prima adalah bilangan asli
“Semua”  Kuantor universal
Misal: P = bilangan prima, dan A = bilangan asli
Ditulis: (x) P(x)  A(x)
Dibaca: Untuk semua x, jika x bilangan prima maka x adalah bilangan asli

Contoh (3.8):
Misalnya pernyataan x + 3 < 10 dengan x < 5 yang berada dalam himpunan bilangan
bulat positip B. Tentukan nilai kebenaran dari (x) x  B, x + 3 > 10
Pembahasan:
Untuk menentukan nilai kebenarannya, perlu ngecek satu persatu
B = {1,2,3,4}
X = 1  1 + 3 < 10, memenuhi
X = 2  2 + 3 < 10, memenuhi
X = 3  3 + 3 < 10, memenuhi
X = 4  4 + 3 < 10, memenuhi
Sehingga pernyataan x + 3 < 10 bernilai benar

3.5.2. Kuantor Eksistensial (Khusus)


Dalam pemeriksaan suatu pernyataan berkuantor tidak selalu memenuhi sebagai
kuantor universal, sehingga perlu penyajian lain yaitu kuantor eksistensial. Kuantor
eksistensial sering disebut juga kuantor khusus adalah ungkapan kata yang menunjukan
keberadaan khusus dan dinyatakan dengan kata terdapat (ada, beberapa, sekurang
kurangnya satu) anggota yang memiliki kondisi atau sifat tertentu. Kuantor khusus ini diberi
simbol “” dibaca:
“Terdapat”, “ada”, “paling sedikit satu”, “sekurang-kurangnya satu”, “beberapa”
Jika p(x) adalah fungsi pernyataan pada himpunan A, dimana himpunan A adalah
semesta pembicaraanya, maka notasi: “(x) (x A) p(x)” , “(x  A) p(x)” , atau “x p(x)”
dibaca sebagai “Terdapat x dalam himpunan A, sedemikian hingga x mempunyai sifat p”
merupakan pernyataan yang benar. Ada beberapa macam ucapan (x  A) p(x) yaitu:
 Terdapat x A, maka x mempunyai sifat p
 Ada x  A sedemikian hingga x mempunyai sifat p.
 Paling sedikit ada satu x  A mempunyai sifat p
 Sekurang-kurangnya satu x  A mempunyai sifat p
 Beberapa x, x mempunyai sifat p.

Contoh (3.9):
Tulis dengan symbol kuantor
a) Ada mahasiswa yang memperoleh beasiswa berprestasi

______________________________________________ 44
LOGIKA MATEMATIKA 2018
b) Beberapa orang islam rajin beribadah ke masjid
c) Ada ABRI wanita
d) Ada bilangan prima yang genap
e) Ada binatang yang tidak mempunyai kaki
Pembahasan:
a) Ada mahasiswa yang memperoleh beasiswa berprestasi
“Ada”  Kuantor eksistensial
Misal: M sebagai pengganti mahasiswa, dan B sebagai pengganti memperoleh
beasiswa berprestasi
Selanjutnya dituliskan : (x) M(x)  B(x)
Dibaca: ada x dimana x adalah mahasiswa, dan x memperoleh beasiswa berprestasi
b) Beberapa orang islam rajin beribadah ke masjid
“Beberapa”  Kuantor eksistensial
Misal: O sebagai pengganti orang islam, dan R sebagai pengganti rajin beribadah ke
masjid.
Dituliskan: (x) O(x)  R(x)
Dibaca: beberapa x, dimana x adalah orang islam, dan x rajin beribadah ke masjid
c) Ada ABRI wanita
“Ada”  Kuantor eksistensial
Misal: A sebagai pengganti ABRI, dan W sebagai pengganti wanita
Dituliskan: (x) A(x)  W(x)
Dibaca: ada x, dimana x adalah ABRI, dan x adalah wanita
d) Terdapat bilangan prima yang genap
“Terdapat”  Kuantor eksistensial
Misal: P= bilangan prima, dan G = genap (even).
Selanjutnya, ditulis: (Ǝx) (P(x)  G(x))
Dibaca: Terdapat x, dimana x adalah bilangan prima dan x adalah genap
f) Ada binatang yang tidak mempunyai kaki
“Ada”  Kuantor eksistensial
Misal: B sebagai pengganti binatang, dan K sebagai pengganti mempunyai kaki
Selanjutnya, dituliskan (Ǝx) (B(x)  K(x))
Dibaca: ada x, dimana x itu suatu binatang dan x tidak mempunyai kaki

Contoh (3.10):
a) Jika diketahui semestanya A adalah himpunan dari semua bilangan asli, maka
pernyataan, maka tentukan nilai kebenaran dari pernyataan (x) x + 1 < 5
b) Misalkan B adalah himpunan semua bilangan bulat. Tentukan nilai kebenaran
(xB) x2 = x
c) Tentukan nilai kebenaran dari suatu pernyataan (x) r(x), jika r(x) = 3 x > 1 yang
didefinisikan pada himpunan bilangan asli
Pembahasan:
a) A = {1, 2, 3, 4, 5, . . . . }. Pernyataan: (x) x + 1 < 5 dapat dibaca: “terdapat x bilangan
asli dan x memenuhi persamaan x + 1 < 5”.
Berarti nilai x yang memenuhi adalah bilangan 1, 2, 3
______________________________________________ 45
LOGIKA MATEMATIKA 2018
Karena yang dibutuhkan sekurang-kurangnya satu saja, maka pernyataan (x) x + 1 < 5
akan bernilai benar
b) Pernyataan: (x) (x B) x2 = x dapat dibaca “ ada x adalah bilangan bulat dan x
memenuhi x2 = x”
Ditunjukan paling sedikit ada satu x bilangan bulat dan x memenuhi x2 = x
Ambil x = 1, maka ( 1)2  1  tidak memeuhi
x = 1, maka (1)2  1  memenuhi
Karena yang dibutuhkan hanya ada satu nilai saja, maka pernyataan (x) (x B)
x2 = x bernilai benar
c) A = {1, 2, 3, 4, 5, . . . . }. Pernyataan: (x) r(x), jika r(x) = 3 + x > 1, dibaca: “
Sekurang-kurangnya satu x dalam himpunan A, dan x memenuhi sifat 3 + x > 1”
Karena tidak ada satupun bilangan yang memenuhi pernyataan r(x) = 3 + x > 1,
maka pernyataan (x) (3 + x > 1) bernilai salah.

Pemberian notasi dalam pernyataan berkuantor perlu diperhatikan, bagaimana huruf


besar menggantikan predikat dan huruf kecil menggantikan variable (obyek). Selain contoh
diatas misalnya:
1. Badu seorang mahasiswa, ditulis M(b)
2. Jika safitria rajin belajar, maka ia akan lulus ujian, ditulis B(s)  L(s)
3. Rumput berwarna hijau, ditulis H(x)
Tetapi kita tidak perlu harus menggunakan huruf kecil x untuk variable yang umum, tetapi
yang penting konsisten contohnya:
a) Semua orang harus bekerja. Misalnya O = orang, B = harus bekerja
(x) [O(x)  B(x)]
b) Beberapa mahasiswa lulus sarjana. Misalnya M = mahasiswa, L = lulus sarjana
(x) (M(x)  L(x))
c) Ada sesuatu yang hilang di desa condongcatur. Misalnya H = sesuatu yang hilang,
C = desa Condongcatur
(x) (H(x)  C(x))

Dari berbagai contoh diatas dapat disimpulkan bahwa


Jika pernyataan memakai kuantor universal (), maka digunakan operator perangkai
implikasi (  ) yaitu “jika semua …, maka…”. Dan jika pernyataan memakai kuantor
eksistensial (), maka digunakan operator perangkai konjungsi (  ) yaitu “jika ada … yang
… dan ….”

3.6. Kuantor Ganda


Dalam matematika sering kali kita menjumpai pernyataan-pernyataan yang memuat
dua atau lebih kuantor. Misalnya P(x,y) adalah pernyataan yang memuat dua variable
bebas x dan y. Masalah yang sering timbul adalah bagaimana cara menuliskan pernyataan
yang berkuantor dua peubah tersebut.
Contoh: P(x,y) = 3x  2y  12

______________________________________________ 46
LOGIKA MATEMATIKA 2018
P(x,y) merupakan pernyataan terbuka, dan belum mempunyai nilai kebenaran.
Agar mempunyai nilai benar saja atau salah saja, harus ditambahkan suatu kuantor.
Misalnya kita ambil semesta pembicaraannya adalah himpunan bilangan cacah, maka
banyaknya kemungkinan pernyataan yang dapat dibentuk adalah
1) (x) (y) P(x,y)  (x) (y), 3x  2y  12 , bernilai salah
2) (x) (y) P(x,y)  (x) (y), 3x  2y  12 , bernilai salah
3) (x) (y) P(x,y)  (x) (y), 3x  2y  12 , bernilai salah
4) (x) (y) P(x,y)  (x) (y), 3x  2y  12 , bernilai benar
Untuk kemungkinan yang ke 1), 2) dan 3) adalah bernilai salah, jelas. Tetapi untuk
yang ke 4) mempunyai nilai benar sebab ada x = 0,1 dan ada y = 0,1,2,3,4,5 maka
pernyataan tersebut bernilai benar, sehingga dapat ditulis (x) (y), 3x  2y  12
Penjelasan: untuk x = 0, y = 0  3(0)  2(0)  0  12
x = 0, y = 1  3(0)  2(1)  2  12
x = 0, y = 2  3(0)  2(2)  4  12
x = 0, y = 3  3(0)  2(3)  6  12
x = 0, y = 4  3(0)  2(4)  8  12
x = 0, y = 5  3(0)  2(5)  10  12
x = 1, y = 0  3(1)  2(0)  3  12
x = 1, y = 1  3(1)  2(1)  5  12
x = 1, y = 2  3(1)  2(2)  7  12
x = 1, y = 3  3(1)  2(3)  9  12
x = 1, y = 4  3(1)  2(4)  11  12
x = 2, y = 0  3(2)  2(0)  6  12
x = 2, y = 1  3(2)  2(1)  8  12
x = 2, y = 2  3(2)  2(2)  10  12
x = 3, y = 0  3(3)  2(0)  9  12
x = 3, y = 1  3(3)  2(1)  11  12

Semesta pembicaraan sering disebut Domain, dalam penafsiran suatu kuantor


sangat penting, hal ini berpengaruh terhadap pemberian jenis kuantor yang akan digunakan
dalam penulisan simbolnya.

Contoh (3.11 )
1. Semestanya R adalah himpunan bilangan-bilangan real
Fungsi pernyataan: p(x,y) : x+y = y+x (siafat komutatif
Kuantor: (∀x∊R) (∀y∊R) x + y = y + x bernilai benar
Dibaca: Untuk semua bilangan real x dan semua bilangan real y, maka berlaku
x+y=y+x
2. Semestanya A adalah himpunan bilangan positip
Fungsi pernyataan: q(x,y) = y < x
Kuantor: (∃x)(∀y) (y < x) bernilai salah
______________________________________________ 47
LOGIKA MATEMATIKA 2018
Dibaca: Terdapat bilangan positif x sedemikian sehingga untuk semua bilangan
positif y berlaku y<x)
Yang benar (∃x)( ∃y)(y<x)

Contoh (3.12):
Diketahui Semesta A = {Nyoman, Agus, Darman}, B = {Rita, Farida}, dan fungsi
pernyataan p(x,y) menyatakan x adalah kakak y.
a) (x  A) (y  B) p(x,y)
Dibaca:
“Untuk setiap x di dalam anggota himpunan A, dan untuk setiap y di dalam anggota
himpunan B maka berlaku x adalah kakak y”
Berarti bahwa Nyoman, Agus dan Darman adalah kakak dari Rita dan Farida
b) x  A, y  B, p(x,y)
Dibaca:
“Untuk setiap x dalam anggota himpunan A, ada y dalam anggota himpunan B,
maka x adalah kakak y”
Berarti bahwa Nyoman, Agus dan Darman adalah kakak dari Rita atau Farida.
c) (x  A) (y  B), p(x,y)
Dibaca:
“Ada x di A, untuk setiap y di B sedemikian hingga x adalah kakak y”
Berarti bahwa ada diantara Nyoman atau Agus atau Darman yang mempunyai
kakak Rita dan Farida.
d) (x  A), (y  B) , p(x,y)
Dibaca:
“Ada x di A dan ada y di B sedemikian hingga x adalah kakak y”
Berarti bahwa ada diantara Nyoman atau Agus atau Darman yang mempunyai
kakak Rita atau Farida.

3.7. Ingkaran Suatu Pernyataan yang Memuat Kuantor


Menggunakan konsep di bab 2, negasi suatu pernyataan adalah suatu pernyataan
yang menyangkal dari pernyataan semula, teknis penggunaannya cukup menambahkan
kata "tidak" atau "bukan" di depan pernyataan.
Dengan dasar tersebut, maka ingkaran dari suatu kuantor juga menambahkan kata
“tidak” di depan kuantor yang dimaksud. Untuk kuantor universal kata “semua”, ingkarannya
adalah “tidak semua” yang berarti “ada” atau “sekurang-kurangnya satu”. Sebaliknya
ingkaran dari kuantor eksistensial “terdapat” adalah “tidak terdapat” artinya adalah “semua”.
Misalnya:
a) Ada pernyataan “semua x bersifat P(x)” ingkarannya “tidak semua x bersifat P(x)”
Kata “tidak semua” = “terdapat” (ada, beberapa, sekurang-kurangnya satu)
Dituliskan: ~ (x) P(x)  ( x) ~ P(x)
Atau bisa pakai notasi berikut:

(x) P(x)  (x) P(x)  (x) P(x)

______________________________________________ 48
LOGIKA MATEMATIKA 2018
b) Ada pernyataan “Ada x bersifat Q(x)” ingkarannya “Tidak ada x bersifat Q(x)”
Kata “tidak ada” atau “terdapat” = “semua”
Dituliskan: ~ ( x) Q(x)  (x) ~ Q(x)
Atau bisa pakai notasi berikut:

(x) Q(x)  (x) Q(x)  (x) Q(x)

Jadi negasi (ingkaran) pernyataan ”Semua x bersifat P(x)” adalah ”Ada x yang tidak
bersifat P(x)”, dan negasi kalimat ”Ada x yang bersifat Q(x)” adalah ”Semua x tidak bersifat
Q(x). dengan kata lain bahwa:
Negasi suatu pernyataan yang memuat kuantor universal adalah kuantor eksistensial
dan negasi dari suatu pernyataan yang memuat kuantor eksistensial adalah kuantor
universal.
Ingkaran pernyataan berkuantor ganda dilakukan dengan cara yang sama seperti
ingkaran pada kalimat berkuantor tunggal. Misalnya:
~ [ (x) ( y) P(x,y) ]  (x) (y) ~ P(x,y)
~ [ (x) (y) P(x,y) ]  (x) ( y) ~ P(x,y)

Atau bisa pakai notasi berikut:


(x) (y) P(x,y)  (x)(y) P(x,y)
(x)(y) P(x,y)  (x) (y) P(x,y)

Contoh (3.13 ):
a) semua bilangan bulat adalah positif
Ditulis: ( x) (B(x)  P(x))
Ingkarannya adalah: (Ǝx) (B(x)  ~ P(x))
Atau bisa juga ditulis
(x) B(x)  P(x)  (x)( B(x)  P(x) )  (x)(B(x)  P(x)
Dibaca: ada bilangan bulat, yang tidak positif

b) Misal diketahui domain (semestanya) adalah himpunan bilangan bulat


Tentukan nilai kebenaran dari ingkaran (∀x) (y) x = 2y
Pembahasan:
N = himpunan bilangan bulat
Pernyataan: (x N)( y N) x = 2y
Dibaca: “Untuk semua bilangan bulat x dalam himpunan N, terdapat
bilangan bulat y dalam N yang memenuhi x = 2y”
Negasinya : (x N)( y N) x = 2y  (x)(∀y) x  2y bernilai benar

Dibaca:
1. “Tidak untuk semua bilangan bulat x dalam himpunan N, terdapat
bilangan bulat y dalam N yang memenuhi x = 2y”

2. “Ada bilangan bulat x dalam himpunan N, terdapat bilangan bulat y dalam


N yang memenuhi x = 2y”

______________________________________________ 49
LOGIKA MATEMATIKA 2018
Contoh (3.14):
Tentukan ingkaran-ingkaran dari setiap pernyataan
a) ~ (( x) x  x ) d). ~ (( x) x  2  x )

b) ~ (( x) x2  x ) e). ~ (( x) x  0 )


c) ~ (( x) x+1 > x )
Pembahasan: untuk negasi pakai notasi berikut:
(1) x, x  x   x, x  x   x, x  x

(2) x, x 2 = x  x, x 2  x  x, x 2  x


(3) x, x  1  x  x, x  1  x  x, x  1  x
(4) x, x  2  x  x x  2  x  x x  2  x
(5) x, x  0  x x  0  x x  0

Contoh (3.15): Kuantor ganda


Tentukan ingkaran-ingkaran dari setiap pernyataan
a) ~ [x y p(x,y)] c). ~ [x y p(x,y)]
b) ~ [x y p(x,y)] d). ~ [x y p(x,y)]
Pembahasan:
a) ~ [x y p(x,y)]  (~ x ) ~ (y) p(x,y)  x y (~ p(x,y)
Atau bisa pakai notasi berikut:
x y p(x,y)  x y p(x,y)  x y p(x,y)
b) ~ [x y p(x, y)]  (~ x ) (~ y) ( ~ p(x, y))  x y ~ p  x, y 
Atau bisa pakai notasi berikut:
x y p(x,y)  x x p(x,y)  x y p(x,y)
c) ~ [x y p(x, y)]  (~ ( x))(~ (x))(~ p(x, y))  x y ~ p  x, y 
Atau bisa pakai notasi berikut:
x y p(x,y)  x y p(x,y)  x y p(x,y)
d) ~ [x y p(x, y)]  (~ (x))(~ ( x)) ~ p  x, y   x y ~ p  x, y 
Atau bisa pakai notasi berikut:
x y p(x,y)  x y p(x,y)  x y p(x,y)

Contoh (2.16): buat negasi contoh (3.12)


Diketahui Semesta A = {Nyoman, Agus, Darman}, B = {Rita, Farida}, dan fungsi
pernyataan p(x,y) menyatakan x adalah kakak y
Buatlah negasi dari:
a) ~ [(x A) (y B) p(x,y)]
b) ~ [(x A) (y B) p(x,y)]
c) ~ [(x A) (y B) p(x,y)]

______________________________________________ 50
LOGIKA MATEMATIKA 2018
d) ~ [(x A) (y B) p(x,y)]

Pembahasan ingkarannya adalah:

a) ~ [(xA) (yB) p(x,y)]  (~(xA)) (~ (yB)) ~p(x,y)


 (x  A) (y  B) ~p(x,y)
Atau bisa pakai notasi berikut:
(x  A)(y  B) p(x,y))  (x  A) (y  B) p(x,y)  (x  A)(y  B) p(x,y)
Dibaca:
“Ada x di dalam A, dan ada y di dalam B maka berlaku x bukan kakak y”

b) ~ [(xA)(yB) p(x,y)]  (~ (xA))( ~(yB)) ~p(x,y)


 (xA) (yB) ~p(x,y)
Atau bisa pakai notasi berikut:
(x  A)(y  B) p(x,y))  (x  A) ( y  B) p(x,y)  ( x  A) (y  B) p(x,y)
Dibaca:
“Ada x dalam A, untuk semua y dalam B, maka berlaku x bukan kakak y”

c) ~ [(xA) (yB) p(x,y)]  (~ (xA))(~(yB)) ~p(x,y)


 (xA)( yB) ~p(x,y)
Atau bisa pakai notasi berikut:
(x  A)(y  B) p(x,y))  ( x  A) (y  B) p(x,y)  (x  A) (y  B) p(x,y)
Dibaca:
“Semua x di A, ada y di B sedemikian hingga x bukan kakak y”

d) ~ [(xA), (yB) p(x,y)]  (~(xA)) (~(yB)) ~p(x,y)


 (xA) (yB) ~p(x,y)
Atau bisa pakai notasi berikut:
(x  A)(y  B) p(x,y))  ( x  A) ( y  B) p(x,y)  (x  A) (y  B) p(x,y)
Dibaca:
“Semua x di A dan semua y di B maka berlaku x bukan kakak y”

Selanjutnya jika suatu pernyataan terbuka yang memuat tiga perubah x, y dan z
ditulis p(x,y,z) atau P(x,y,z) , jika ditambahkan suatu kuantor di depan pernyataan tersebut
akan menjadi:
a. x y z P  x, y,z  , e. x y z P  x, y,z  ,
b. x y z P  x, y,z  f. x y z P  x, y,z 
c. x y z P  x, y,z  g. x y z P  x, y,z 
d. x y z P  x, y,z  h. x y z P  x, y,z  ,
Sedangkan negasinya adalah sebagai berikut:

a. x y z P(x, y,z)  (x ) (y) (z ) P(x, y,z)  x y z P(x, y,z)

______________________________________________ 51
LOGIKA MATEMATIKA 2018
b. x y z P(x, y,z)  (x ) (y) (z) P(x, y,z)  x y z P(x, y,z)

c. x y z P(x, y,z)  (x ) (y) (z) P(x, y,z)  x y z P(x, y,z)

d. x y z P(x, y,z)  (x) (y ) (z ) P(x, y,z)  x y z P(x, y,z)

e. x y z P(x, y,z)  (x) (y ) (z ) P(x, y,z)  x y z P(x, y,z)

f. x y z P(x, y,z)  (x ) (y) (z ) P(x, y,z)  x y z P(x, y,z)

g. x y z P(x, y,z)  (x ) (y) (z) P(x, y,z)  x y z P(x, y,z)

h. x y z P(x, y,z)  (x ) (y) (z ) P(x, y,z)  x y z P(x, y,z)

Contoh (3.17):
Diketahui A = himpunan semua bilangan asli = {1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9, ...}
Didefinisikan pernyataan K  x, y,z   2x – y  5z  10
K  x, y,z  adalah fungsi pernyataan pada A x A x A.
Maka tentukan nilai kebenaran dari fungsi pernyatan berikut:
a) x y z K(x, y,z)
b) x y z K(x, y,z)
c) x y z K(x, y,z)
Pembahasan
Pernyataan a) bernilai benar sedangkan b) bernilai salah dan c) bernilai salah

3.8. Soal-Soal Latihan

1. Manakah yang merupakan kalimat terbuka


(a) Jika saya lapar maka saya tidak bisa belajar
(b) Mahasiswa Jurusan matematika rajin-rajin
(c) Segitiga sama sisi adalah segi tiga yang ketiga sisinya sama panjang.
(d). x – 5 < 7
(e). Agus kuliah di UGM
(f). Diagonal bujur sangkar saling berpotongan dan tegak lurus

2. Tentukan nilai kebenaran dari pernyataan berikut


a) Setiap bilangan prima merupakan bilangan ganjil
b) x  R; x2  5x  6  0
c) Ǝx  R; x2  4x  5  0
d) Ada mahasiswa yang tidak menyenangi matakuliah matematika
e) Semua segitiga jumlah sudutnya 1800

3. Misal r(x): x adalah bilangan integer. Ubahlah ke dalam pernyataan berkuantor


a. Kuadrat dari setiap bilangan integer negative adalah positif
b. Tidak semua bilangan integer adalah positif
c. Tidak ada bilangan integer positif yang negative

______________________________________________ 52
LOGIKA MATEMATIKA 2018
d. Semua bilangan integer adalah positif atau tidak ada bilangan integer yang
positif
4. Tuliskan pernyataan-pernyataan berikut ini dalam bentuk simbolik, kemudian
tentukan negasinya
a) Setiap bilangan kuadrat lebih besar atau sama dengan nol
b) Ada segi tiga sama kaki yang bukan segi tiga sama sisi
c) Tidak ada manusia yang hidup abadi
d) Di perguruan tinggiku ada profesor wanita

5. Ubahlah pernyataan berikut ke dalam logika predikat kemudian cari negasinya


a) Setiap orang memiliki seseorang yang menjadi ibunya
b) Semua orang menghormati presidenya
c) Ada mahasiswa Statistik yang tidak lulus logika matematika
d) Ada programmer yang menguasai semua Bahasa pemrograman

6. Misalkan C(x) adalah pernyataan “x berbicara bahasa Inggris” dan B(x) adalah
pernyataan “x menguasai bahasa pemrograman Delphi”. Ubahlah pernyataan
berikut ke symbol kuantor kemudian buat negasinya
a) Ada mahasiswa IST Akprind yang dapat berbicara Bahasa inggris dan
menguasai Bahasa Delphi
b) Ada mahasiswa IST Akprind yang dapat berbicara Bahasa inggris tetapi tidak
menguasai Bahasa Delphi
c) Semua mahasiswa IST Akprind yang dapat berbicara Bahasa inggris sekaligus
menguasai Bahasa Delphi
d) Tidak ada mahasiswa IST Akprind yang dapat berbicara Bahasa inggris dan
menguasai Bahasa Delphi

7. Misal p(x) : x adalah planet seperti bumi dan q(x) : x mendukung kehidupan
Terjemahkan pernyataan kuantor berikut ini ke dalam Bahasa sehari-hari
a. (x) p(x)  q(x)
b. (x) p(x)  (x) q(x)
c. (x) [p(x)  ~ q(x)]
d. (x) p(x)  (x) ~ q(x)

8. Misalkan A  {1, 2, 3, 4, 5 } merupakan himpunan semesta, tentukan nilai kebenaran


dari pernyataan-pernyataan berikut, kemudian carilah negasinya
(a). (x  A), x  3  10 (e). (x  A), x  3  5
(b). (x  A), x  3  10 (f). (x  A), x  3  7
(c). x ( 4  x  10) (g). x ( 4  x  8)
(d). x ( 4  x  7) (h). x ( 4  x  7)

9. Misalkan B(x,y) adalah pernyataan “x mengikuti kuliah y”, dan semesta


pembicaraannya untuk x adalah semua mahasiswa yang mengikuti matakuliah tsb,
sedangkan y adalah semua matakuliah logika matematika. Ubahlah ekspresi
kuantor tersebut ke dalam pernyataan berbahasa Indonesia
______________________________________________ 53
LOGIKA MATEMATIKA 2018
a) (∃x) (∃y) B(x,y)
b) (∃x) (∀y) B(x,y)
c) (∀x) (∃y) B(x,y)
d) (∃y) (∀x) B(x,y)
e) (∀y) (∃x) B(x,y)
f) (∀x) (∀y) B(x,y)

10. Misalkan W(x,y) adalah pernyataan “x berwisata ke y”, dan semesta


pembicaraannya untuk x adalah semua mahasiswa di STMIK NH, sedangkan y
adalah semua objek wisata di Indonesia. Ubahlah kuantor berikut ke dalam
pernyataan berbahasa Indonesia
a) W(rani, Borobudur)
b) (∃x) W(x, kuta)
c) (∃y) W(Dito, y)
d) (∃y) (W(Dewi, y)  W(Siti, y)

11. Jika diketahui semesta pembicaraannya adalah himpunan {1, 2, 3}. Tentukan nilai
kebenaran pernyataan berikut
a)  x  y  x 2  y 2  12 e) x y (x2  y  1)

b)  x  y  x 2  y 2  12 f) x y (x2  y  1)

c)  x  y  x 2  y 2  12 g) x y (x2  y  1)

d)  x  y  x 2  y 2  12 h) x y (x2  y  1)

12. Negasikan pernyataan berikut


a) (∀x) (∃y) (p(x,y)  q(x,y))
b) (∃x) (∀y) (p(x,y)  q(x,y))
c) (∃x) (∃y) (p(x)  q(y))

13. Tentukan nilai kebenaran dari negasi pernyataan-pernyataan berikut ini:


(a). x (x  3  5) dalam himpunan X  {1, 2, 3, ...}
(b). n ( 2  n  5) dalam himpunan bilangan asli
(c). (x  R) (x2  0) ; R = {bilangan cacah}
(d). x x  0 dalam himpunan bilangan riel
(e). (x  R) (x2  x) ; R = {bilangan riel}

14. Negasikan pernyataan-pernyataan berikut ini,


(a). x p(x)  y q(y) (g). x y p(x,y)
(b). x p(x)  y q(y) (h). x y p(x,y)
(c). x p(x)  y q(y) (i). x y [p(x)  q(y)]
(d). x p(x)  y( q(y)) (j). x y [ p(x)  q(y)]
(e). x p(x)  y q(y) (k). x y [p(x)  q(y)]

______________________________________________ 54
LOGIKA MATEMATIKA 2018
(f). x p(x)  y q(y) (l). x y z p(x,y,z)

15. Ambil M = {1, 2, 3} adalah himpunan universal, tentukan nilai kebenaran dari setiap
pernyataan berikut ini :
(a). x y (x  y  1) (g) x y , x2 + y2  20
(b) x y (x  y  1) (h) x y , x2 + y2  20
(c). x y , x2 + y2  13 (i) x y z, x2 + y2  z2
(d). x y , x2 + y2  13 (j) x y z, x2 + y2  z2
(e). x y , x2 + 2y < 10 (k) x y z, x2 + y2  z2
(f). x y , x2 + 2y > 10 (l) x y z, x2 + y2  z2

16. Tiadakanlah pernyataan no 15 diatas

17. Cari negasi dari pernyataan berkuantor berikut ini :


(1) (x) (y) p  x, y  g) (x) (y) (p  x   q  y )
(2) (x) (y) p  x, y  h) (x) (y), (p  x, y   q  y )
(3) (x) (y) (z) P  x, y,z  i) (x) (y), (p  x   q  y )

(4) (x) (y), (p  x   q  y ) j) (y) p  y   (x) q  x 


(5) (x) (y) (p  x, y   q  x, y ) k) (x) p  x   (x) q  x 

(6) (y) ( x) (p  x   q  y ) l) (x)p  x   (x) q  x 

===@@@===

______________________________________________ 55
LOGIKA MATEMATIKA 2018
BAB IV
METODE PEMBUKTIAN DAN PENARIKAN KESIMPULAN

4.1. Kompetensi.
Mahasiswa diharapkan mampu menggunakan konsep-konsep penalaran atau
logika secara benar, tepat dan dapat membuat suatu kesimpulan dalam validitas
pembuktian, seperti bukti langsung dan bukti tidak langsung, prinsip modus ponen, modus
tollens, silogisma, dan induksi matematik.

4.2. Premis dan Argumen


Kata premis berasal dari kata premissus yang merupakan bentuk dari kata
paraemittera. Parae berarti sebelum (lebih dulu). Mittera berarti mengirim. Menurut Kamus
Besar Bahasa Indonesia (KBBI) premis adalah apa yang dianggap benar sebagai landasan
kesimpulan, atau kalimat yang dijadikan dasar penarikan kesimpulan. Berbicara tentang
premis, maka berkaitan erat dengan istilah silogisme. Silogisme adalah suatu bentuk
penalaran yang terdiri atas dua pernyataan yaitu premis mayor dan premis minor untuk
membuat suatu kesimpulan. Jadi pernyataan-pernyataan yang digunakan untuk membuat
suatu kesimpulan itu yang disebut premis, sehingga suatu premis dapat berupa aksioma,
hipotesa, definisi atau pernyataan yang sudah dibuktikan sebelumnya.
Sedang yang dimaksud dengan argumen adalah kumpulan kalimat yang terdiri atas
satu (lebih) premis yang memuat bukti-bukti dan kesimpulan. Kesimpulan ini biasanya
diturunkan dari premis-premis. Dengan kata lain argumen adalah suatu usaha mencari
kebenaran dari beberapa kesimpulan. Argumen ini ada yang tepat (valid) ada juga yang
tidak tepat (invalid). Sebuah argumen dapat kita uji kebenarannya malalui pernyataan-
pernyataan yang diberikan. Perhatikan contoh argumen berikut:
Contoh (4.1)
Tentukan apakah argument di bawah ini logis atau valid?
a). Semua mahasiswa pandai. Budi adalah mahasiswa. Dengan demikian dapat
disimpulkan bahwa, Budi pandai.
b). Semua manusia berkaki tiga. Budi seorang manusia. Dengan demikian
disimpulkan bahwa, Budi berkaki tiga.
Pembahasan:
a). Argumen pada contoh a) adalah logis (valid), karena premis ke satu dan premis ke
dua, yang diikuti oleh satu berupa kesimpulan yang masuk akal benar.
b). Argumen pada contoh b) dikatakan tidak logis, namun valid karena tetap mengikuti
kaidah kesimpulannya yang berasal dari premis-premis nya.
Definisi (4.1): [argumen]
Misalkan p1, p2 , p3 ,...., pn proposisi-proposisi (disebut premis) yang selalu bernilai
benar. Maka pernyataan [p1  p2  p3  ....  pn ]  K disebut Argumen dengan K adalah
sebuah kesimpulan. Dan proposisi [p1  p2  p3  ....  pn ]  K merupakan tautology,
dengan nilai kebenarannya ditunjukan dengan tabel nilai kenenaran,
______________________________________________ 56
LOGIKA MATEMATIKA 2018
Contoh (4.2):
Perhatikan argumen yang memuat implikasi berikut ini:
Jika komputer tidak hidup setelah tombol power ditekan, maka komputer rusak.
Komputer tidak hidup setelah tombol power ditekan. Maka dapat disimpulkan bahwa
komputer rusak. Apakah argumen ini valid?
Pembahasan:
Misalkan p: proposisi "Komputer tidak hidup setelah tombol power ditekan"
q: proposisi "Komputer rusak".
Maka, argumen di dalam soal di atas dapat dituliskan sebagai:
pq
p
 q
Jadi kesimpulannya: Komputer rusak. Argumen ini adalah valid (tepat).
Ada 2 cara untuk membuktikan argument tersebut valid, yaitu dengan menggunakan tabel
nilai kebenaran
Cara 1: Bentuklah tabel nilai kebenaran untuk p, q, dan p  q seperti tabel 4.1
berikut ini:
Tabel 4,1 Tabel nilai kebenaran cara 1
p q pq
B B B
B S S
S B B
S S B

Argumen contoh (4.2) diatas dikatakan valid jika hipotesis p, p → q dan konklusi atau
kesimpulan q juga benar. Periksa tabel 4.1 diatas, p, q, dan p → q secara bersama-
sama bernilai benar pada baris pertama. Jadi argumen dalam contoh (4.2) adalah
valid (tepat)
Cara 2: Dengan menguji nilai kebenaran proposisi [p ∧ (p → q)] → q merupakan
tautology, menggunakan tabel nilai kebenaran, berikut ini:
Tabel 4.2 Tabel nilai kebenaran cara 2
p q pq p  (p  q) [p  (p  q)]  q
B B B B B
B S S S B
S B B S B
S S B S B
Tautologi
Tabel di atas memperlihatkan bahwa [p ∧ (p  q)]  q adalah tautologi sehingga
argumen diatas adalah valid (tepat)

______________________________________________ 57
LOGIKA MATEMATIKA 2018
Contoh (4.3):
Perhatikan argument yang memuat disjungtif berikut:
Sangaji bermain gitar atau keyboard. Sangaji tidak bermain gitar. Jadi
kesimpulannya adalah Sangaji bermain keyboard.
Pembahasan:
Misal kan: p: Sangaji bermain gitar
q: Sangaji bermain keyboard
Maka argument diatas mempunyai symbol sebagai berikut:
p∨q
~p
∴ q
Jadi kesimpulannya: Sangaji bermain keyboard. Argumen ini adalah valid (tepat).
Selanjutnya argumen diatas dapat dinyatakan sebagai pernyataan kondisional yaitu
[(p  q)  ~ p ]  q . Kemudian untuk membuktikan bahwa argument tersebut valid, dengan
menggunakan tabel nilai kebenaran yang disajikan dalam tabel 4.3 berikut ini:

Tabel 4.3 Tabel nilai kebenaran argument contoh (4.3)


p q ~p pq (p  q) ∧ ~ p [(p  q) ∧ ~ p ]  q
B B S B S B
B S S B S B
S B B B B B
S S B S S B

. Tautologi
Jadi karena kesimpulan argumen pada tabel (4.3) pada kolom terakhir bernilai benar
semua (tautologi) maka argument dinyatakan valid.

Perlu diperhatikan bahwa jika tabel nilai kebenaran yang dihasilkan berupa tautologi,
maka argument dikatakan valid. Jika bukan, maka argumentnya tidak valid (invalid). Cara
lain untuk membuktikan keabsahan argumen bisa melalui bukti formal yaitu dengan
menggunakan hukum-hukum penggantian dan juga aturan yang ada

4.3. Validasi Pembuktian (I)


Bukti (proof) adalah suatu pembuktian argumen dari suatu premis-premis ke suatu
kesimpulan yang dapat meyakinkan orang lain agar dapat menerima kesimpulan baru yang
dibuatnya. Pembuktian dalam logika matematika harus didasarkan pada dua hal yang
sangat penting. Yang pertama pembuktian itu harus didasarkan pada pernyataan dan
definisi yang jelas. Yang kedua pembuktian harus didasarkan pada prosedur penarikan
kesimpulan yang valid. Ada beberapa prosedur pembuktian dalam matematika yaitu bukti
langsung (direct proof), bukti tak langsung (indirect proof), prinsip modus ponens, prinsip
modus tollens, prinsip silogisma (hukum transitif), silogisma disjungtif, pembuktian
kontradiksi (reductio ad absurdum) dan induksi matematika (Induksi Lengkap),
Pada akhir pembuktian, kadang-kadang dituliskan dengan singkatan "Q.E.D." hal ini
menunjukan atau menandakan akhir dari bukti yang dilakukan. QED adalah singkatan dari

______________________________________________ 58
LOGIKA MATEMATIKA 2018
"Quod Erat Demonstrandum", adalah kata Latin untuk "itulah yang ditunjukkan". Atau
menggunakan persegi atau segitiga, seperti  , □ atau ∎.

4.3.1 Pembuktian Langsung

Pembuktian langsung dalam matematika biasanya digunakan untuk membuktikan


suatu implikasi (A→B) dengan asumsi pada hipotesis A itu benar dan kemudian membuktikan
kesimpulan B adalah benar. Bukti langsung ini biasanya diterapkan untuk membuktikan
teorema yang berbentuk implikasi p  q. Di sini p sebagai hipotesis digunakan sebagai
fakta yang diketahui atau sebagai asumsi. Selanjutnya, dengan menggunakan p kita harus
menunjukkan berlaku q. Secara logika pembuktian langsung ini ekuivalen dengan
membuktikan bahwa pernyataan p  q benar dimana diketahui p benar.
Contoh (4.4)
Buktikan, jika x bilangan ganjil maka x 2 bilangan ganjil.
Bukti (secara langsung)
Diketahui x = bilangan ganjil, maka x dapat dinyatakan sebagai
x  2n  1, untuk n = bilangan bulat
Selanjutnya x2  (2n  1)2  4n2  2n  1  2(2n2  n)  1  2m  1 untuk m  2n2  n
Karena n bilangan bulat, maka m juga bilangan bulat
Sehingga 2m  1 adalah bilangan ganjil.
Jadi x 2 adalah bilangan ganjil (Q.E.D)

4.3.2 Pembuktian Tak Langsung

Perlu kita menginggat bahwa nilai kebenaran suatu implikasi p  q ekuivalen


dengan nilai kebenaran dari kontraposisinya yaitu q  p. Jadi untuk membuktikan
kebenaran dari pernyataan implikasi “p  q” bisa dibuktikan lewat kontraposisinya yaitu
“q  p” .

Contoh (4,5)
Buktikan, jika x 2 bilangan ganjil maka x adalah bilangan ganjil.
Bukti:
a) Pernyataan tersebut sangat sulit dibuktikan secara langsung, sebab:
Jika x 2 bilangan ganjil maka dapat ditulis sebagai x 2  2m  1 , untuk m adalah suatau
bilangan asli. Selanjutnya x berbentuk x   2m  1 . Jadi x = tidak dapat disimpulkan
apakah ia ganjil atau tidak. Sehingga bukti langsung tidak dapat digunakan.
b) Dengan bukti tidak langsung
Misalkan: p: x 2 bilangan ganjil dan p: x 2 bilangan genap
q: x adalah bilangan ganjil dan q: x adalah bilangan genap
Untuk membuktikan pernyataan inplikasi p  q, dapat dibuktikan melalui
kontraposisinya q  p yaitu “jika x 2 bukan bilangan ganjil, maka x bukan bilangan
ganjil”.
Atau dapat dikatakan bahwa: ”Jika x bilangan genap, maka x 2 bilangan genap”.
______________________________________________ 59
LOGIKA MATEMATIKA 2018
Karena x bilangan genap, maka dapat dinyatakan sebagai x = 2n, untuk setiap n adalah
bilangan bulat. Sehingga x2  (2n)2  4n2  2m , dengan m  n2 yang merupakan
bilangan genap.
Jadi x 2 merupakan bilangan genap (Q.E.D)

4.4 Penarikan Kesimpulan


Jika pernyataan (proposisi) dilambangkan dengan kalimat yang memiliki nilai benar
saja atau salah saja, maka istilah valid (sahih) atau tidak valid berkaitan dengan penarikan
kesimpulan, penalaran, ataupun argumen. Ada dua macam penarikan kesimpulan, yaitu
penalaran induktif dan penalaran deduktif.
Penalaran Induktif adalah penalaran yang diawali dengan menjelaskan
permasalahan-permasalahan khusus (memuat pembuktian dan contoh-contoh fakta) yang
diakhiri dengan kesimpulan yang berupa pernyataan umum. Sedangkan penalaran deduktif
adalah proses penalaran untuk menarik kesimpulan berupa prinsip atau sikap yang berlaku
khusus berdasarkan atas fakta-fakta yang bersifat umum. Kesimpulan deduktif dibentuk
dengan cara memulai dari hal-hal umum, menuju kepada hal-hal yang khusus atau hal-hal
yang lebih rendah proses pembentukan kesimpulan dimulai dari suatu dalil atau hukum
menuju kepada hal-hal yang kongkrit.
Contoh (4.6): contoh penalaran deduktif
Premis 1: Semua manusia akan mati.
Premis 2: Badu manusia.
Jadi kesimpulan: Badu pada suatu saat akan mati.
Contoh (4.7): contoh penarikan kesimpulan
Premis 1: Yogyakarta terletak di sebelah barat Surabaya
Premis 2: Jakarta terletak di sebelah barat Yogyakarta
Jadi kesimpulannya: Jakarta terletak di sebelah barat Surabaya.

Berikut ini adalah contoh suatu kesimpulan yang bernilai benar, yang diperoleh dari
suatu premis-premis yang bernilai salah, melalui suatu proses penarikan kesimpulan yang
valid berikut ini:
Contoh (4.8): contoh kesimpulan valid (benar) dari premis-premis yang salah
Premis 1: Kuda adalah binatang bersayap. (Salah)
Premis 2: Semua binatang bersayap tidak dapat terbang. (Salah)
Jadi kesimpulan: kuda tidak dapat terbang (Benar)

Berikut ini merupakan contoh suatu kesimpulan yang bernilai salah, yang diperoleh
dari suatu premis-premis yang bernilai salah, melalui suatu contoh proses penarikan
kesimpulan yang valid berikut ini:
Contoh (4.9): contoh kesimpulan tidak valid (salah) dari premis premis yang salah
Premis 1: Bulan lebih besar daripada bumi. (Salah)
Premis 2: Bumi lebih besar daripada matahari. (Salah)
Jadi kesimpulan bulan lebih besar daripada matahari (Salah)

______________________________________________ 60
LOGIKA MATEMATIKA 2018
Selanjutnya diberikan penarikan Kesimpulan yang sahih atau valid, di antaranya
adalah prinsip modus ponens, modus tolens, dan silogisme.

4.4.1 Prinsip Modus Ponen’s


Prinsip modus ponen ini merupakan prinsip dasar logika matematika yang sangat
sederhana, Konsep dasarnya adalah salah satu cara pengambilan kesimpulan (konklusi,
argumentasi) yang paling sering digunakan, yang dibenarkan secara kaidah logika. Modus
ponen bekerja berdasarkan premis kalimat majemuk jika p maka q bernilai benar. Misalnya
kita menentukan kesimpulan dari dua permis berikut:
Premis 1: Hewan Mamalia Bernafas dengan paru-paru,
Premis 2: Hewan ini adalah hewan mamalia.
Jadi Kesimpulannya adalah: Hewan ini bernafas dengan paru-paru.
Modus ponen ini sangat dekat dengan motode deduktif. Metode deduksi (atau
logika deduktif, deduksi logis) adalah proses penalaran dari satu atau lebih pernyataan
premis untuk mencapai kesimpulan logis tertentu.
Dalam contoh di atas, karena kita tahu bahwa ikan paus adalah hewan mamalia,
maka melalui deduktif kita bisa menyimpulkan ikan paus juga bernafas dengan paru-paru.
Lebih detilnya kita lihat konsep dasar modus Ponens berikut:
Prinsip dasar:
Premis 1: p  q ( benar )
Premis 2: p ( benar ) &
Konklusi: q (benar)

Artinya : Jika pernyataan “p  q” bernilai benar dan pernyataan “p” bernilai benar
maka dapat ditarik kesimpulan bahwa “q” pasti bernilai benar, dituliskan sebagai
{(p  q)  p}  q merupakan suatu tautologi. Dengan nilai kebenarannya dinyatakan
dalam tabel nilai kebenaran 4.1 berikut ini:
Tabel 4.1 Prinsip Modus Ponnens
p q pq (p  q)  p {(p  q)  p}  q
B B B B B
B S S S B
S B B S B
S S S S B
Tautologi

Catatan: Jadi prinsip modus ponens {(p  q)  p}  q selalu bernilai benar (kolom terakhir)

Contoh (4.10):
a) Jika saya belajar maka saya lulus ujian, kenyataannya saya belajar. Kesimpulannya
saya lulus ujian
Pembahasan:
Misalnya: p: pengganti pernyataan “saya belajar”

______________________________________________ 61
LOGIKA MATEMATIKA 2018
q: pengganti pernyataan “saya lulus ujian”
Sehingga menjadi:
Premis 1 : pq
Premis 2 : p
&
Kesimpulan : q (modus Ponens)
Jadi kesimpulannya: Saya lulus ujian (Valid)
b) Jika bulan Ramadhan kuliah diliburkan, mbak Niken akan berlibur ke Jepang.
Kenyataannya bulan Ramadhan kuliah diliburkan. Maka dapat disimpulkan bahwa
mbak Niken akan berlibur ke Jepang
Pembahasan:
Misalkan: R: “bulan Ramadhan kuliah diliburkan”
N: “mbak Niken akan berlibur ke Jepang”
Dengan menggunakan kaidah modus Ponens, dapat disusun premis-premis
sebagai berikut:
Premis 1 : R  N
Premis 2 : R &
Kesimpulan: N (modus Ponens)
Jadi kesimpulannya adalah mbak Niken akan berlibur ke Jepang (Valid)

4.4.2 Prinsip Modus Tollens


Prinsip Modus Tollens adalah salah satu cara pengambilan kesimpulan
(argumentasi) yang dibenarkan secara kaidah logika. Prinsip ini bekerja berdasarkan
Premis berbentuk jika p maka q dituliskan p  q . Dengan mengambil kesimpulan jika tidak
q maka tidak p.
Modus Tollens juga disebut aturan kontrapositif. Misalnya:
Premis1: Jika minuman keras maka minuman itu haram.
Premis2: Minuman ini tidak haram
Kesimpulan: Ini bukan minuman keras

Dari contoh tersebut dapat dituliskan dalam prinsip dasa sebagai berikut:
Prinsip Modus Tollens
notasi lain
Premis 1 : p q 
dapat dituliskan
 Premis 1 : p q

Premis 2 : q & Premis 2 : q &


Konklusi : p (valid) Kesimpulan: p

Artinya : Jika pernyataan (p  q) bernilai benar danq bernilai benar maka dapat
disimpulkan p pasti bernilia benar.

Dinyatakan sebagai {(p  q)  q}  p merupakan tautologi (Kolom terakhir dari tabel 4.3)

______________________________________________ 62
LOGIKA MATEMATIKA 2018
Tabel 4.3 Prinsip Modus Tollens
p q p q pq (p  q)  q {(p  q)  q}  p
B B S S B S B
B S S B S S B
S B B S B S B
S S B B B B B
Tautologi
Catatan: Jadi prinsip modus Tollens {(p  q)  q}  p selalu bernilai benar

Contoh (4.11): kembali ke contoh diatas


Misalnya: p: “minuman keras”, dan p : bukan minuman keras
q: “minuman itu haram” dan q : “minuman itu tidak haram”
Maka dapat dituliskan sebagai prinsip Modus Ponens
Premis1: p  q
Premis2: q
Kesimpulan: p (valid)

Selanjutnya jika terdapat argument seperti di bawah ini, akan diperoleh kesimpulan
yang salah, yang sering terjadi dalam diskusi- diskusi di kelas sebagai berikut:
Contoh (4.12): kembali ke contoh (4.10)
Jika argumennya seperti berikut ini:
Premis1: Jika minuman keras maka minuman itu haram.
Premis2: Minuman ini bukan minuman keras
Kesimpulan: Minuman ini tidak haram
Dapat dituliskan sebagai:
Premis 1: pq
Premis 2: p
Kesimpulan: q (salah!) , tidak valid

Jadi kesimpulannya: minuman ini tidak haram adalah suatu argument yang salah
(tidak mengikuti kaidah atau prinsip modus ponens ataupun modus Tollens)
Alasannya: bagi orang Islam, daging babi itu bukan minuman keras tetapi haram.

Sehubungan dengan implikasi p  q mempunyai nilai logika yang sama dengan


kontraposisinya q  p , maka kita coba menunjukan bahwa bentuk implikasi premis 1 pada
modus Tollens p  q diganti dengan kontraposisinya q  p . Sehingga diperoleh:
diganti bentuk
Premis 1 : p  q  Premis 1 : q  p
Premis 2 : q Premis 2 : q
& &
Konklusi : p Konklusi : p

Ini prinsip Modus Ponnens

______________________________________________ 63
LOGIKA MATEMATIKA 2018
Jadi sebenernya bentuk lain dari Prinsip Modus Tollens adalah juga modus Ponnens,
jika pernyataan p diganti q dan q diganti p dan selalu bernilai benar. Jadi bentuk modus
Tollens adalah modus Ponens,
Artinya : Jika pernyataan q  p bernilai benar dan q bernilai benar maka dapat
disimpulkan p pasti bernilai benar. Dinyatakan sebagai {(q  p)  q}  p merupakan
tautologi (Kolom terakhir dari tabel 4.4)
Tabel 4.4 Prinsip Modus Tollens
p q p q q  p (q  p)  q {(q  p)  q}  p
B B S S B S B
B S S B S S B
S B B S B S B
S S B B B B B
Tautologi
Contoh (4.13):
Jika diketahui
Premis 1: Jika saya tidak lulus ujian maka saya tidak belajar
Premis 2: Saya tidak lulus ujian
&
Kesimpulan: Saya tidak belajar
Pembahasan:
Misalkan: p: “saya belajar” dan p : “saya tidak belajar”
q: “saya lulus ujian” dan q : “saya tidak lulus ujian”
Soal diatas dapat ditulis sebagai:
atau bentuk
(1) Premis 1 : p  q 
kontraposisin ya
 (2) Premis 1 : q  p

Premis 2 : q Premis 2 : q
&
&
Kesimpulan : p Kesimpulan : p

Bentuk (1) dan (2) mempunyai logika yang sama, p  q  q  p


(1) Dibaca: jika saya belajar maka saya lulus ujian. Ternyata Saya tidak lulus ujian.
Kesimpulanya saya tidak belajar. (prinsip modus Tollens)
(2) Dibaca: jika saya tidak lulus ujian maka saya tidak belajar. Ternyata Saya tidak
lulus ujian. Kesimpulanya saya tidak belajar. (prinsip modus Ponnens)
(1) Dan (2) dua-duanya bernilai valid

4.4.3 Prinsip Silogisme


Silogisme merupakan salah satu pengambilan kesimpulan yang valid menurut
kaidah logika yang terdiri atas premis mayor, premis minor dan kesimpulan. Silogisme
bekerja dari dua premis yang berbentuk implikasi (jika p maka q dan jika q maka r) dan satu
kesimpulan. Kadang-kadang dua premis itu disebut premis 1 (premis mayor, premis umum)

______________________________________________ 64
LOGIKA MATEMATIKA 2018
dan premis 2 (premis minor, premis khusus). Prinsip silogisme dapat dituliskan sebagai
berikut:
Prinsip dasar Silogisme:
Premis 1 : pq
Premis 2 : qr &

Konklusi : pr

Artinya : Jika pernyataan (p  q) bernilai benar dan (q  r) bernilai benar maka


dapat disimpulkan bahwa kalimat (p  r) bernilai benar. Dengan nilai kebenaran
(p  q)  (q  r)  (p  r) dapat dinyatakan sebagai tabel 4.5 berikut ini
Tabel 4.5 Prinsip Silogisma
p q r pq qr pr (p  q)  (q  r) (p  q)  (q  r)  (p  r)
B B B B B B B B
B B S B S B S B
B S B S B S S B
B S S S B S S B
S B B B B B B B
S B S B S B S B
S S B B B B B B
S S S B B B B B
Tautologi
Catatan : Hukum transitif dapat digunakan untuk membuktikan kalimat-kalimat lebih dari 2
ekuivalen seperti : p  q  r  s  t
Caranya: Dibuktikan rangkaian implikasi tertutupnya, p  q  r  s  t  p

Contoh (4.14) : silogisme yang valid


Jika kamu benar maka saya bersalah. Jika saya bersalah saya minta maaf. Maka
konklusinya adalah jika kamu benar, saya minta maaf
Pembahasan:
Misalkan: p: kamu benar
q: saya bersalah
r: saya minta maaf
Premis 1: Jika kamu benar maka saya bersalah
Notasi

 P1: pq
Premis 2: Jika saya bersalah, saya minta maaf P2: qr
&

Konklusi: Jika kamu benar, saya minta maaf Kesimp: p  r


(Silogisme-valid)
Contoh (4.15) : silogisme yang valid
Jika x bilangan real, maka x 2  0 . Jika x 2  0 , maka (x2  2)  0 . Maka dapat
disimpulkan bahwa jika x bilangan real maka (x2  2)  0
Pembahasan:

______________________________________________ 65
LOGIKA MATEMATIKA 2018
Misalkan: p: x bilangan real
q: x 2  0
r: (x2  2)  0
Premis 1: Jika x bilangan real, maka x 2  0 Notasi

 P1: pq
Premis 2: Jika x 2  0 , maka (x2  2)  0 , P2: qr
Konklusi : Jika x bilangan real maka (x2  2)  0 Kesimp: p  r
(Silogisme-valid)

4.4.4 Silogisme Kategorial


Silogisme kategorial adalah silogisme yang semua proposisinya merupakan
kategorial. Misalnya ada argument: “Semua tumbuhan membutuhkan air. Akasia adalah
tumbuhan maka kesimpulannya adalah Akasia membutuhkan air “

Ada beberapa hukum Siligisme Kategorik:


1) Apabila salah satu premis bersifat partikular, maka kesimpulan harus partikular juga.
Contoh (4.16):
Premis 1: Semua yang halal dimakan menyehatkan
Premis 2: Sebagian makanan tidak menyehatkan.
Kesimpulannya: Sebagian makanan tidak halal dimakan.
2) Apabila salah satu premis bersifat negatif, maka kesimpulannya harus negatif juga.
Contoh (4.17):
Premis 1: Semua korupsi tidak disenangi .
Premis 2: Sebagian pejabat korupsi.
Kesimpulannya: Sebagian pejabat tidak disenangi.
3) Apabila kedua premis bersifat partikular, maka tidak sah (tidak valid) kalua diambil
kesimpulan.
Contoh (4.18):
Premis 1: Beberapa politikus tidak jujur
Premis 2: Bambang adalah politikus.
Kesimpulannya: tidak bisa disimpulkan.
Jika dibuat kesimpulan, hanya bersifat kemungkinan (bukan kepastian).
Misalnya, Kesimpulannya adalah “Bambang mungkin tidak jujur”

4) Apabila kedua premis bersifat negatif, maka kesimpulannya tidak sah (tidak valid)
Contoh (4.19):
Premis 1: Kerbau bukan bunga mawar .
Premis 2: Kucing bukan bunga mawar .
Kesimpulannya: tidak mempunyai kesimpulan
5) Apabila term penengah dari suatu premis tidak tentu, maka kesimpulannya tidak sah
(tidak vaid)

______________________________________________ 66
LOGIKA MATEMATIKA 2018
Contoh (4.20):
Premis 1: semua ikan berdarah dingin.
Premis 2: Binatang ini berdarah dingin.
Maka kesimpulannya: binatang ini adalah ikan?
Mungkin saja binatang melata.
6) Term-1 dalam kesimpulan harus konsisten dengan term 1 yang ada pada premisnya.
Apabila tidak konsisten, maka kesimpulannya akan salah (tidak valid).
Contoh (4.21):
Premis 1: Kerbau adalah binatang.
Premis 2: Kambing bukan kerbau.
Kesimpulannya: Kambing bukan binatang?
Binatang pada konklusi merupakan term negatif sedangkan pada premis 1 bersifat
positif
7) Term penengah harus bermakna sama, baik dalam premis 1 (mayor) maupun premis
2 (minor). Bila term penengah bermakna ganda kesimpulan menjadi lain dan tidak
valid.
Contoh (4.22):
Premis 1: Bulan itu bersinar di langit
Premis 2: Januari adalah bulan
Kesimpulannya: Januari bersinar dilangit?
8) Silogisme harus terdiri tiga term, yaitu term 1 (premis 1), term 2 (premis 2), dan term 3
adalah kesimpulan. Jika tidak demikian, maka tidak bisa diturunkan konklsinya.
Contoh (4.23):
Premis 1: Kucing adalah binatang.
Premis 2: Domba adalah binatang.
Premis 3: Beringin adalah tumbuhan.
Premis 4: Sawo adalah tumbuhan.
Dari ke 4 premis tersebut tidak dapat diturunkan kesimpulannya

4.4.5 Silogisme Hipotetik


Silogisme hipotetik adalah argumen yang premis mayornya berupa proposisi
hipotetik, sedangkan premis minornya adalah proposisi katagorik. Ada 4 (empat) macam
tipe silogisme hipotetik:
a) Silogisme hipotetik yang premis minornya mengakui bagian antecedent.
Contoh (4.24):
Premis 1: Jika hujan saya naik becak. P1: pq
Premis 2: Sekarang hujan P2: p
Kesimpulannya: Saya naik becak Kesp q

______________________________________________ 67
LOGIKA MATEMATIKA 2018
Tabel 4.6 Tabel nilai kebenaran [(p  q)  p]  q
p q p q [(p  q)  p] [(p  q)  p]  q
B B B B B
B S S S B
S B B S B
S S B S B
Tautologi
b) Silogisme hipotetik yang premis minornya mengakui bagian konsekuennya.
Contoh (4.25):
Premis 1: Jika hujan, bumi akan basah P1: pq
Premis 1: Sekarang bumi telah basah P2: q
Kesimpulan: Hujan telah turun Kesp p (Invalid)

Tabel 4.7 Tabel nilai kebenaran [(p  q)  q]  p


p q p q [(p  q)  q] [(p  q)  q]  p
B B B B B
B S S S B
S B B B S
S S B S B
Bukan Tautologi
c) Silogisme hipotetik yang premis minornya mengingkari antecedent.
Contoh (4.26):
Premis 1: Jika politik pemerintah dilaksanakan dengan paksa, maka kegelisahan
akan timbul.
Premis 2: Politik pemerintahan tidak dilaksanakan dengan paksa.
Kesimpulan: Kegelisahan tidak akan timbul.
Pembahasan: misal p: politik pemerintah dilaksanakan dengan paksa
p : politik pemerintah tidak dilaksanakan dengan paksa
q: kegelisahan akan timbul
q : kegelisahan tidak akan timbul
Sehingga ditulis: Premis 1: pq
Premis 2: p
Kesip: q (Invalid)
Tabel 4.8 Tabel nilai kebenaran [(p  q)  p]  q
p q p q p q (p  q)  p [(p  q)  p]  q
B B S S B S B
B S S B S S B
S B B S B B S
S S B B B B B
Bukan Tautologi
______________________________________________ 68
LOGIKA MATEMATIKA 2018
d) Silogisme hipotetik yang premis minornya mengingkari bagian konsekuennya.
Contoh (4.27):
Premis 1: Bila mahasiswa turun ke jalanan, pihak penguasa akan gelisah.
Premis 2: Pihak penguasa tidak gelisah.
Kesimpulan: Mahasiswa tidak turun ke jalanan.
Pembahasan: missal p: mahasiswa turun ke jalanan
p : mahasiswa tidak turun ke jalanan
q: pihak penguasa akan gelisah
q : pihak penguasa akan gelisah

Sehingga ditulis: Premis 1: pq


Premis 2: q
Kesip: p (Valid)
Tabel 4.9 Tabel nilai kebenaran [(p  q)  q]  p
p q p q p q (p  q)  q [(p  q)  q]  p
B B S S B S B
B S S B S S B
S B B S B S B
S S B B B B B
Tautologi
Hukum-hukum Silogisme Hipotetik:
Jika antecedent dinyatakan dengan lambang P dan konsekuen dengan Q, maka
hukum silogisme hipotetik dinyatakan sebagai berikut:
1) Jika P terlaksana maka Q juga terlaksana. (Valid)
2) Jika P tidak terlaksana maka Q tidak terlaksana. (tidak sah = Invalid)
3) Jika Q terlaksana, maka P terlaksana. (tidak sah = Invalid)
4) Jika Q tidak terlaksana maka P tidak terlaksana. (valid)

4.4.6 Silogisme Disjungtif


Silogisme disjungtif adalah silogisme yang premis mayornya merupakan keputusan
disyungtif sedangkan premis minornya bersifat kategorik yang mengakui atau mengingkari
salah satu alternatif yang disebut oleh premis mayor. Ada beberapa contoh silogisme
disjungtif yang dapat dituliskan, valid tidaknya bergantung pada tabel nilai kebenarannya
berupa tautology atau bukan. Di bawah ini diberikan beberapa bentuk silogisme disjungtif:

Contoh (4.28)
P1: p  q
Notasi
a) Premis1: Heri jujur atau berbohong. 

Premis 2: Ternyata Heri berbohong P2: q
Konklusi : Ia tidak jujur Kesimp: p (Invalid)

______________________________________________ 69
LOGIKA MATEMATIKA 2018
Tabel 4.6a. Tabel kebenaran {(p  q)  q}  p
p q p pq (p  q)  q {(p  q)  q}  p
B B S B B S
B S S B S B
S B B B B B
S S B S S B
Bukan Tautologi

b) Premis 1: Budi menjadi guru atau pelaut. 



Notasi
P1: p  q
Premis 2: Budi adalah guru. P2: p
Kesimpulan: Maka Budi bukan pelaut. Kesimp: q (Invalid)

Tabel 4.6b Tabel kebenaran {(p  q)  p}  q


p q q pq (p  q)  p {(p  q)  p}  q
B B S B B S
B S B B B B
S B S B S B
S S B S S B
Bukan Tautologi

c) Premis1: Hasan di rumah atau di pasar. 



Notasi
P1: p  q
Premis2: Ternyata hasan tidak di rumah. P2: p
Konklusi: Hasan di pasar Kesimp: q (valid)

Tabel 4.6c. Tabel kebenaran {(p  q)  p}  q


p q p pq (p  q)  p {(p  q)  p}  q
B B S B S B
B S S B S B
S B B B B B
S S B S S B
Tautologi

 P1: p  q
Notasi
d) Premis 1: Penjahat itu lari ke Solo atau ke Yogyakarta. 
Premis 2: Ternyata tidak lari ke Yogyakarta P2: q
Kesimpulan: Dia lari ke Solo? Kesimp: p (valid)
Tabel 4.6d. Tabel kebenaran {(p  q)  q}  p
p q q pq (p  q)  q {(p  q)  q}  p
B B S B S B
B S B B B B
S B S B S B
S S B S S B
Tautologi

______________________________________________ 70
LOGIKA MATEMATIKA 2018
Kesimpulan dari contoh diatas tampak bahwa dari tabel 4.6c dan tabel 4.6d pada
kolom terakhir adalah tautology (valid), sehingga dipakai sebagai dasar silogisme disjungtif:
Prinsip dasar 1:
Premis 1: p q
Premis 2: ~p
&
Konklusi: q (Valid)
Artinya : Jika pernyataan (p  q) bernilai benar dan p bernilai benar, maka dapat
disimpulkan kalimat g pasti bernilai benar. Dinyatakan {(p  q)  p}  q adalah tautologi.
Sehingga dikatakan sebagai prinsip silogisme disjungtif yang valid.

Prinsip dasar 2:
Premis 1: p q
Premis 2: ~q
&
Konklusi: p (Valid)

Artinya : Jika pernyataan (p  q) bernilai benar danq bernilai benar, maka dapat
disimpulkan kalimat p pasti bernilai benar. Dinyatakan {(p  q)  q}  p adalah tautologi.
Sehingga dikatakan sebagai prinsip silogisme disjungtif yang valid.

Contoh (4.29):
Premis 1: Pengalaman ini berbahaya atau membosankan
Premis 2: Pengalaman ini tidak membosankan
Konklusi: Pengalaman ini berbahaya
Pembahasan:
Dengan Notasi: misalkan p: pengalaman ini berbahaya,
q: pengalaman ini membosankan
Diperoleh: Premis 1: p  q
Premis 2: ~q &
Konklusi: p (Valid)

Di bawah ini diberikan contoh-contoh silogisme disjungtif yang tidak valid,


walaupun kelihatannya logis.

Contoh (4.30):
Prinsip dasar: Premis 1: p ∨ q
Premis 2: q &
Konklusi : ~p (tidak valid)

Nilai kebenarannya sesuai tabel 4.6a bukan tautologi

Tetapi jika ada kemungkinan kedua pernyataan p dan q tidak sekaligus bernilai
benar (disjungsi eksklusif), maka sillogisma disjungtif di atas adalah valid.

______________________________________________ 71
LOGIKA MATEMATIKA 2018
Contoh (4.31) Konjungsi
Premis 1 : p
Premis 2 : q
Konklusi : p  q
Artinya : p benar, q benar dan p  q benar.

Contoh (4.32): Aturan Tambahan (Addition)

Premis 1 :p &
Konklusi :pq
Artinya : p benar, dan p  q benar (tidak peduli q bernilai benar atau salah)

4.4.7 Dilema Konstruktif dan Dilema Destruktif


Selanjutnya terdapat dua bentuk argument lain yang bernilai valid yaitu Dilema
Konstruktif dan Dilema Destruktif.

4.4.7.a Dilema Konstruktif


Dilema konstruktif ini merupakan kombinasi dari dua argument modus ponens
(periksa argument modus ponens), dengan prinsip dasar sebagai berikut:

Premis 1 : (p  q)  (r  s)
Premis 2 : p  r
Konklusi : q s

Contoh (4.32) :
Premis 1: Jika hari hujan, aku akan tinggal di rumah; tetapi jika pacar datang, aku
pergi berbelanja.
Premis 2: Hari ini hujan atau pacar datang.
Konklusi: Aku akan tinggal di rumah atau pergi berbelanja.

4.4.7.b Dilema Destruktif:


Dilema destruktif ini merupakan kombinasi dari dua argumen modus tolens
(perhatikan argumen modus tollens), dengan prinsip dasar sebagai berikut:

Premis 1 : (p  q)  (r  s)
Premis 2 : ~q ~s
Konklusi : ~p~r

Contoh (4.33) :
Premis 1 : Jika aku memberikan pengakuan, aku akan digantung; dan jika
aku tutup mulut, aku akan ditembak mati.
Premis 2 : Aku tidak akan ditembak mati atau tidak akan digantung.

______________________________________________ 72
LOGIKA MATEMATIKA 2018
Konklusi : Aku tidak akan memberikan pengakuan, atau tidak akan tutup mulut.

4.5 Validitas Pembuktian (II)


Sekarang akan membahas pembuktian argumen yang lebih kompleks dengan
menggunakan bentuk-bentuk argumen yang valid di atas.

Contoh (4.34):
Diberikan argumen : P1 : (p ∧ q)  [p  (s ∧ t)]
P2: (p ∧ q) ∧ r
Konklusi: s ∨ t
Apakah argumen di atas valid?
Pembahasan:
Berikut ini adalah langkah-langkah pembuktian yang dilakukan:
1. (p ∧ q)  [p  (s ∧ t)] Premis
2. (p ∧ q) ∧ r Premis
3. p ∧ q 2, Penyederhanaan
4. p  (s ∧ t) 1, 3, Modus Ponen
5. p 3, Penyederhanaan
6. s ∧ t 4, 5, Modus Ponens.
7. s 6, Penyederhanaan
8. ∴s ∨ t 7, Tambahan
Jadi argumen tersebut di atas adalah absah (valid).

Contoh (4.35):
Jika pengetahuan logika diperlukan atau pengetahuan aljabar diperlukan
maka semua orang akan belajar matematika. Pengetahuan logika diperlukan dan
pengetahuan geometri diperlukan. Karena itu semua mahasiswa akan belajar
matematika. Validkah argumentasi di atas?
Pembahasan:
Kita terjemahkan argumen- argumen di atas ke bentuk simbol-simbol berikut.
Misalnya: L = pengetahuan logika diperlukan,
A = pengetahuan aljabar diperlukan,
M = Semua orang akan belajar matematika,
G = pengetahuan geometri diperlukan.
Maka diperoleh:
1. (L ∨ A)  M Premis
2. L ∧ G Premis
3. L 2, Penyederhanaan
4. L ∨ A 3, Tambahan
5. ∴ M 1, 4, Modus Ponen
Jadi argumen di atas adalah valid.

Demikianlah, kita dapat membuktikan argumen – argumen yang tampaknya


berbelit-belit dengan menggunakan argumentasi valid yang telah kita miliki. Perhatikan

______________________________________________ 73
LOGIKA MATEMATIKA 2018
baik-baik cara menerjemahkan argumentasi itu menjadi suatu simbol-simbol untuk
mempermudah pembuktian.

4.6 Prinsip Reductio Ad Absurdum


Pembuktian melalui kontradiksi (bahasa Latin: reductio ad absurdum, bahasa
Inggris: proof by contradiction, 'bukti oleh kontradiksi'), adalah argumen logika yang dimulai
dengan suatu asumsi, lalu dari asumsi tersebut diturunkan suatu hasil yang absurd, tidak
masuk akal, mustahil, (kontradiktif), sehingga dapat diambil kesimpulan bahwa asumsi tadi
adalah salah (dan ingkarannya benar).
Prinsip reductio ad absurdum atau sering dikatakan bukti kemustahilan, merupakan
salah satu bentuk pembuktian secara tidak langsung yang digunakan untuk bentuk-bentuk
pernyataan bersyarat seperti implikasi ataupun bi-implikasi. Misalnya kita akan
membuktikan benarnya pernyataan p  q . Langkah pembuktian prosedur prinsip ini
adalah sebagai berikut:

Akan dibuktikan pernyataan “ p  q ” dibaca jika p maka q

Langkah pembuktian adalah sebagai berikut:


a. Diketahui: p (benar)
b. Akan ditunjukkan: q (benar)
c. Bukti:
Andaikan q tidak benar, atau q .
Lakukan dengan menurunkan pernyataan q , sehingga diperoleh suatu
kontradiksi, yaitu diperoleh pernyataan p  p , mustahil
Karena p  p adalah himpunan kosong. Jadi pernyataan p  p adalah salah
sehingga pengandaian harus diingkar, yaitu q adalah benar.
d. Kesimpulannya: terbukti “ p  q ” adalah benar. (Q.E.D)

Contoh (4.36) :
Tunjukan bahwa pernyataan
“jika a2 adalah bilangan genap, maka a adalah bilangan genap”.
Ditulis dengan notasi a2 = genap  a = genap
Jawab: (menggunakan reductio ad absurdum)
Diketahui : a 2 = bilangan genap
Akan ditunjukkan : a = bilangan genap
Bukti:
Andaikan a bukan bilangan genap ( a  bilangan genap) berarti a = bilangan ganjil.
yaitu a  2k  1 , dengan k = bilangan bulat.
Oleh karena itu maka:
a2  ( 2k  1)2  4k 2  4k  1  2 (2k 2 + 2k) + 1
bilangan bulat

a2  bilangan ganjil

______________________________________________ 74
LOGIKA MATEMATIKA 2018
Jadi a 2 = bilangan ganjil ……………………………..…………..(1)
Padahal diketahui a 2 = bilangan genap ………………………… …. (2)
Dari (1) dan (2), timbul kontradiksi yaitu a 2 = ganjil dan a 2 = genap
Sehingga pengandaian harus diingkar.
Yaitu: a = bilangan genap.
Jadi terbukti : a 2 = genap  a = genap. (Q.E.D)

4.7 Prinsip Induksi Matematika (Induksi Lengkap)


Prinsip induksi matematika sering disebut induksi saja. Prinsip ini hanya digunakan
untuk membuktikan suatu definisi, teorema, rumus atau sifat-sifat yang berlaku setiap-n

Langkah-langkah pembuktian prinsip ini sebagai berikut:


1. Basis induksi : tunjukkan P(1) benar. [pernyataan benar untuk n=1]
2. Hipotesis induksi: anggapan P(k) benar untuk k [pernyataan benar untuk n=k]
3. Langkah induksi : tunjukkan P(k+1) benar. [ditunjukan pernyataan benar untuk n=(k+1)]

Contoh (4.37):
a(1  rn )
Tunjukan bahwa jumlah suku ke-n dalam deret ukur adalah Dn 
(1  r)
Jawab: (gunakan induksi untuk membuktikan bentuk ini)
Bentuk deret ukur: a , ar , ar 2 , …… , arn 1 , ……
Dimana : i). Suku ke-n, Sn  arn 1
a(1  rn )
ii). Jumlah n-buah suku pertama Dn 
(1  r)
Langkah Induksi sebagai berikut :
1. Basis induksi :
Ditunjukkan pernyataan benar untuk n=1
a(1  r)
Untuk n = 1, maka D1   a (bernilai benar)
1 r
2. Hipotesis induksi:
Anggapan pernyataan benar untuk n = p
Artinya untuk setiap n diganti p, rumus Dn diatas menjadi Dp adalah benar.

a (1 r p )
Sehingga diperoleh rumus Dp  S1  S2  ......  Sp 
1 r
3. Langkah induksi
Akan ditnjukkan rumus Dn bernilai benar untuk n = (p+1), yaitu:
Dp+1  S1  S2  ......  Sp  Sp+1
Dari rumus ini dapat diturunkan sebagai berikut:
Dp+1  S1  S2  ......  Sp  Sp+1
Dp

 Dp  Sp+1

______________________________________________ 75
LOGIKA MATEMATIKA 2018
a(1  rp ) a(1  rp )
  arp , disini Dp  dan S  ar p
1 r 1 r p+1
1  r p  1  r p (1  r)r 
p
 a  rp   a  
 1 r   1 r (1  r) 
   
1  rp  rp  rp 1 
 a 
 1r 
 
 1  rp 1 
Dp+1  a  
 1 r 
 
 1  rp 1 
Jadi terbukti Dp+1  a   adalah benar. (Q.E.D)
 1 r 
 

4.8 Soal-Soal Latihan

1. Periksa apakah argumen berikut ini sah atau tidak sah, menggunakan prinsip apa?
a. Jika hari ini hujan, maka saya membawa payung. Ternyata saya tidak membawa
payung. Oleh karena itu dapat disimpulkan bahwa hari ini tidak hujan.
b. Jika Indonesia negara agraris, maka industri di Indonesia tidak berkembang.
Kenyataannya ndustri di Indonesia tidak berkembang. Jadi dapat disimpulkan
Indonesia adalah negara agraris.
c. Saya tidak akan gagal dalam ujian Matematika, jika saya belajar. Tidak menonton
TV adalah syarat cukup agar saya belajar. Kenyataannya saya gagal dalam ujian
Matematika. Oleh karena itu dapat disimpulkan bahwa saya menonton TV.

2. Validkah argumentasi di bawah ini?


a. Jika pengetahuan logika diperlukan atau pengetahuan aljabar diperlukan, maka
semua orang akan belajar matematika. Pengetahuan logika diperlukan dan
pengetahuan geometri diperlukan. Karena itu semua mahasiswa akan belajar
matematika.
b. Jika harga minyak dunia naik maka harga BBM subsidi naik. Kenyataannya harga
minyak dunia turun. Kesimpulannya Harga BBM subsidi harusnya tidak naik
c. Jika hujan maka tanaman basah. Hari ini tidak hujan. Kesimpulannya Tanaman tidak
basah.

3. Tentukan kesimpulan argumentasi di bawah ini?


a. Jika harga BBM naik, maka harga bahan pokok naik. Jika harga bahan pokok naik
maka semua orang tidak senang.
b. Jika Oma Irama konser di Jakarta, maka saya akan menonton. Jika saya menonton,
maka saya sangat senang
c. Jika dia siswa SMA maka dia berseragam putih abu-abu. Andi tidak berseragam
putih abu-abu.
d. Jika ibu tidak pergi maka asik senang. Jika adik senang maka ia tersenyum.

______________________________________________ 76
LOGIKA MATEMATIKA 2018
e. Jika Budi rajin belajar maka ia menjadi pandai. Jika Budi menjadi pendai maka ia
lulus ujian

4. Buktikan pernyataan menggunakan reductio ad absurdum


a) a = ganjil  a2 = ganjil ; a = bilangan bulat
b) a 2 = ganjil  a = ganjil ; a = bilangan bulat
c) a = genap  a 2 = genap ; a = bilangan bulat

a) Buktikan menggunakan induksi Matematika


n  n
b) Rumus Binmomial (a  b)k     an  k .bk
 k
k 0  
n(n  1)
c) 1  2  3  ..  n 
2
n
n(n  1)
d) Atau k  2
;berlaku n  bilanganbulat positip
k 1
n(n  1)(2n  1)
e) 12  22  32  ..  n2  ;
6
n
n(n  1)( 2 n 1)
Atau  k2  6
, n  bilanganbulat positip
k 1

n2 (n  1)2
f) 13  23  33  .  n3  , n  bilanganbulat positip
4
n
n(n  1)( 2 n 1)
Atau  k2  6
, n  bilanganbulat positip
k 1
n(n  1)(n 2)
g) 1. 2  2.3  3.4  .  n (n+1)  , n  bilanganbulat positip
3
h) 1. 2  2.22  3.23  .  n. 2n  2 [1  (n  1) 2n ] ,
n  bilanganbulat positip
1 1 1 1
i)    ...   n , n  bilanganbulat positip
1 2 3 n
j) 4n  2n , n  bilanganbulat positip n  5
k) (n  1)2  2n2 , n  bilanganbulat positip n  3
l) n!  2n , n  bilanganbulat positip n  4

===@@@===

______________________________________________ 77
LOGIKA MATEMATIKA 2018
BAB V
TEORI HIMPUNAN

5.1. Kompetensi
Mahasiswa diharapkan mampu menggunakan konsep-konsep dasar teori himpunan
secara benar. Mampu dan terampil dalam melakukan hitungan-hitungan dalam operasi-
operasi himpunan antara lain gabungan, irisan, komplemen, selisih, pergandaan himpunan,
dan partisi.

5.2. Pengertian Himpunan


Dalam upaya untuk melakukan pengamatan, pengumpulan, penghimpunan,
pemisahan ataupun mengklasifikasikan dari suatu obyek-obyek menurut sifatnya,
diperlukan adanya pengertian tentang himpunan. Menghimpun adalah suatu kegiatan yang
berhubungan dengan berbagai obyek dan mempunyai suatu sifat yang dimiliki bersama.

Definisi 5.1
Himpunan (set) adalah kumpulan dari objek-objek yang berbeda, yang didefinikan
secara jelas. (Liu, 1986). Himpunan digunakan untuk mengelompokkan sejumlah objek.
Objek yang terdapat dalam himpunan disebut elemen, unsur atau anggota. Biasanya notasi
himpunan ditulis dengan huruf besar seperti A, B, C, … dan anggota ditulis dengan huruf
kecil a, b, c, ... dan seterusnya
Jadi himpunan adalah kumpulan dari obyek-obyek yang mempunyai sifat tertentu
dan didefinisikan secara jelas. Kumpulan ini dapat berupa daftar, koleksi atau kelas.
Sedangkan obyek-obyek dalam kumpulan dapat berupa benda, orang, bilangan-bilangan
atau huruf. Obyek-obyek ini disebut anggota, unsur atau elemen dari himpunan tersebut.
Karena obyek-obyek dalam himpunan telah didefisnisikan secara jelas, sehingga dapat
dibedakan obyek mana yang menjadi anggota dan objek mana yang bukan menjadi
anggota.

Contoh (5.1):
1. Himpunan semua huruf hidup dari abjad, yaitu a, i, u, e, o
2. Himpunan semua bilangan riel x yang memenuhi x 2  3x  4  0
3. Himpunan semua bilangan genap, yaitu 0,  2,  4,  6,  8, .....
4. Himpunan semua bilangan riel x yang memenuhi x 2  3  0

Himpunan-himpunan yang akan dibahas di sini kita beri simbol dengan huruf besar
dari abjad : A, B, C, ... ,K, L, M, ... ,X ,Y, Z. Sedangkan anggota-anggota dari himpunanya
ditulis dengan huruf kecil a, b, ... ,x, y, … dan seterusnya.

Jika x anggota dari himpunan A, maka ditulis dengan simbol x  A. Dan jika x bukan
anggota dari himpunan A, ditulis x  A.

______________________________________________ 78
LOGIKA MATEMATIKA 2018
5.2.1. Cara Penulisan Himpunan
Untuk menuliskan atau menyatakan himpunan seperti pada contoh-contoh di atas
dirasakan sangat bertele-tele dan tidak singkat. Oleh karena itu diperlukan cara bagaimana
menuliskan himpunan itu secara matematis, singkat dan jelas.

Dalam konsep teori himpunan, ada tiga cara penulisan dalam himpunan antara lain:
1. Dengan cara mendaftar setiap anggota-anggotanya, diantara dua tanda kurung
kurawal.
Contoh (5.2):
a. A   a, b, c , x , k  artinya A merupakan suatu himpunan yang anggota-
anggotanya adalah a, b, c, x, dan k.
b. B = {Niken, Aisya, Aji} artinya B merupakan suatu himpunan dengan anggota-
anggotanya adalah Niken, Aisya dan Aji.
C adalah himpunan semua bilangan x yang memenuhi x2 – 3x – 4  0
c.
Jadi C = {-1, 4}
2. Dengan cara menyebut sifat-sifat yang dimiliki setiap anggotanya.
Contoh (5.3):
A = himpunan bilangan riil.
B = himpunan orang-orang asing.
C adalah himpunan bilangan asli antara 1 dan 6
D adalah himpunan bilangan riil yang lebih besar dari 5
E adalah himpunan yang terdiri dari bilangan 2, 4, 6, 8, 10
3. Dengan menyatakan syarat keanggotaannya.
Contoh (5.4):
A = {x / x adalah bilangan riil}
B = {x / x adalah orang asing}
C = {x | 1 < x < 6, x  Asli}
D = {x | x > 5, x  Riil}
E = {x | x < 5 dan x > 10, x  Riil}

5.2.2. Penyajian Himpunan Dengan Diagram Venn


Penyajian himpunan dengan diagram Venn ditemukan oleh seorang ahli
matematika Inggris bernama John Venn tahun 1881. Himpunan semesta digambarkan
dengan segiempat dan himpunan lainnya dengan lingkaran di dalam segiempat tersebut.

Contoh (5.5):
Gambarkan dengan diagram Venn himpunan-himpunan berikut ini :
a. S  0, 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9 , A  1, 3, 5, 7 dan B  0, 3, 7, 9
b. S  0, 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9 , A  0, 1, 3, 7 dan B  2, 4, 6
c. S = {0, 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9}, A = {0, 1, 2, 3, 5, 6, 7} dan B = {0, 1, 3, 7}
Jawab:
a. S = {0, 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9}, A = {1, 3, 5, 7} dan B = {0, 3, 7, 9}

______________________________________________ 79
LOGIKA MATEMATIKA 2018
Diagram Venn :
S
A B

1 0
3
9
5 7
4
2 6 8

b. S = {0, 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9}, A = {0, 1, 3, 7} dan B = {2, 4, 6}


Diagram Venn sebagai berikut:
S
A B
0 1 2 4
3 7 6
5 8 9
c. S = {0, 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9}, A = {0, 1, 2, 3, 5, 6, 7} dan B = {0, 1, 3, 7}
Diagram Venn:
S A
B
0 1 2 4
3 7 5 8
6
9

5.2.3. Kardinalitas Himpunan


Kardinalitas dari sebuah himpunan diartikan sebagai ukuran banyaknya elemen yang
termuat dalam himpunan tersebut. Misalnya banyaknya elemen himpunan {apel, jeruk,
mangga, pisang} adalah 4. Himpunan {p, q, r, s} juga memiliki elemen sejumlah 4. Berarti
kedua himpunan tersebut ekivalen satu sama lain, atau dapat dikatakan memiliki
kardinalitas yang sama.
Kardinalitas adalah himpunan bilangan yang menunjukkan banyaknya jumlah
anggota. Misalkan A adalah himpunan yang mempunyai anggota berhingga banyaknya.
Maka jumlah anggota dari himpunan A disebut kardinal dari himpunan A, dan diberi notasi
dengan n(A).

Himpunan Kardinalitas terdiri dari :


1) Himpunan Berhingga (finit) dan Himpunan Tak berhingga (infinit)
Himpunan Berhingga adalah himpunan yang anggotanya terbatas.
Contoh (5.6)
A = {Himpunan bilangan genap < 10 } = ( 2,4,6,8 }  n(A) = 4
B = {Himpunan bilangan ganjil < 10 } = { 1,3,5,7,9 }  n(B) = 5
2) Himpunan Tak Berhingga (infinit) adlah himpunan yang anggotanya terbatas.
Contoh (5.7)
A = { Himpunan bilangan genap } = { 2,4,6,8,… }  n(A) = tak terhingga
B = { Himpunan bilangan ganjil } = { 1,3,5,7,9,… }  n(B) = tak terhingga
3) Himpunan Denumerable dan Himpunan Nondenumerable
______________________________________________ 80
LOGIKA MATEMATIKA 2018
a. Himpunan Denumerable adalah jika sebuah himpunan ekuivalen dengan Himpunan
N (yaitu Himpunan bilangan asli).
Contoh (5.8)
A = { Himpunan bilangan asli } = { 1,2,3,4,5,… }
b. Himpunan Nondenumberable adalah jika sebuah himpunan ekuivalen dengan him-
punan R (yaitu himpunan bilangan riil).
Contoh (5.9)
A = { Himpunan bilangan riil } = { 1.01,1.001,1.0001,… }
4) Himpunan Countable dan Himpunan Uncountable
a. Himpunan Countable jika himpunan itu merupakan himpunan finit atau denumerable
Contoh (5.10)
Dalam kehidupan sehari-hari : Beras , Rambut (memiliki unit )
Dalam bilangan : semua bilangan yang terbatas
b. Himpunan Uncountable jika himpunan itu merupakan infinit atau nodumerable.
Contoh (5.11)
Dalam kehidupan sehari-hari: Air, Udara
Dalam bilangan: bilangan riil

Contoh (5.12)
Tentukan kardinalitas dari himpunan berikut:
a. A = {2, 4, 6, 8, 10}
b. B = {x | 1 < x < 6, x  Asli}
c. C = {x | x > 5, x  Riil}
d. D = {x | x bilangan cacah yang lebih kecil dari 10}
e. E = {x | x bilangan prima yang lebih kecil dari 15}
Jawab:
a. Untuk A = {2, 4, 6, 8, 10} maka n (A) = 5
b. Untuk B = {x | 1 < x < 6, x  Asli} atau B = {2, 3, 4, 5}, maka n(B) = 4
c. Untuk C = {x | x > 5, x  Riil}, maka n(C) = ~ (tak terhingga jumlahnya)
d. Untuk D = {x | x bilangan cacah yang lebih kecil dari 10} dapat dinyatakan
D = {0, 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8 ,9}.
Maka n(D) = 10
e. Untuk E = {x | x bilangan prima yang lebih kecil dari 15} atau dapat ditulis
sebagai E = {2, 3, 5, 7, 11, 13},
maka n(E) = 6

5.3. Macam-macam Himpunan.


Berdasarkan pengamatan dengan memperhatikan jumlah anggotanya, himpunan
terbagi menjadi beberapa macam diantaranya sebagai berikut:

(1) Himpunan kosong


Himpunan kosong adalah himpunan yang tidak mempunyai anggota. Sering
dinyatakan sebagai  atau { }.

______________________________________________ 81
LOGIKA MATEMATIKA 2018
Contoh (5.13) :
Himpunan semua bilangan riil x yang memenuhi x 2  3  0
H  {x / x  bilanganriil, x2  3  0}
ditulis H = 

(2) Himpunan semesta


Himpunan semesta adalah himpunan yang anggota-anggotanya terdiri atas semua
obyek yang sedang dibicarakan. Biasanya ditulis S atau U (singkatan dari Universal).
Contoh (5.14)
Misalnya S = {5, 7, -4, 9}, A = {7, 9}
Maka dikatakan S merupakan semesta dari himpunan A.

(3) Himpunan Bagian (Subset).


Himpunan A dikatakan himpunan bagian (subset) dari himpunan B ditulis “ A  B ”,
jika setiap anggota A merupakan anggota dari B. Diberi notasi A  B
A  B  ((x) x  A  x  B)
Contoh (5.15)
S = {0, 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9}, A = {0, 1, 2, 3, 5, 6, 7} dan B = {0, 1, 3, 7}
B  A, dengan diagram Venn :
S A
B BA
0 1 2 4
3 7 5 8
6 9

Contoh (5.16) :
Misal A = {x / x = bilangan bulat positif } dan B = {x / x = bilangan riil}
maka A  B
Sebab setiap elemen dalam A merupakan elemen dalam B, tetapi tidak sebaliknya.

Contoh (5.17)
Misalkan S = {0, 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9}
A = {x | x (x  1)(x  3) = 0, x  Riil} atau A = {0, 1, 3}
B = {0, 1, 2, 3, 5, 6, 7}
Maka A  B

Teorema (5.1):
“Himpunan kosong  merupakan himpunan bagian setiap himpunan” atau ditulis
sebagai   H. ( dimana H adalah sembarang himpunan)
Dalam notasi matematika ditulis:
x x    x  H . Implikasi ini bernilai benar. Dimana anteseden salah dan
konsekuennya benar.

______________________________________________ 82
LOGIKA MATEMATIKA 2018
Bukti : [Teorema 5.1]
Akan ditunjukkan :   H. menggunakan Reduction Ad Absurdum
Andaikan himpunan  bukan himpunan bagian dari H,
ditulis   H atau   H
Diturunkan menjadi: H  x x    x  H
 x x    x  H
 x x    x  H
 x x    x  H
Kalimat terakhir ini bernilai salah ( atau mustahil), karena himpunan kosong  tidak
mempunyai anggota
Pengandaian harus diingkar Yaitu himpunan kosong merupakan himpunan bagian
dari setiap himpunan dinyatakan   H.
Jadi terbukti bahwa himpunan kosong  merupakan himpunan bagian setiap
himpunan. (Q.E.D)

(4) Kesamaan Himpunan


Himpunan A dikatakan sama dengan himpunan B, ditulis “ A = B ”, jika dan hanya
jika setiap anggota A adalah anggota B dan setiap anggota B adalah anggota A.
Notasi : A = B  A  B dan B  A
Atau
A = B  (x, x  A  x  B)  (x, x  B  x  A)
Diagram Venn
S
S

A
A=B
B
A B , A ≠ B A=B

Akibat adanya definisi kesamaan dua himpunan ini, maka


a). A  B apabila A merupakan himpunan bagian murni dari B. Artinya A merupakan
himpunan bagian dari b tetapi A ≠ B
b). A  B apabila A merupakan himpunan bagian dari B.
Contoh (5.18) :
Misalkan A = {a, b, c, d}, B = { c, b, a, d}, dan C={ a, b, b, a, c, d}
A, B dan C adalah himpunan- himpunan yang sama
Yaitu A = B = C

(5) Himpunan berhingga dan himpunan tak berhingga (infinit).


Himpunan dikatakan berhingga jika ia mempunyai anggota-anggota yang
banyaknya berhingga. Sedangkan himpunan dikatakan tak berhingga jika himpunan
tersebut mempunyai anggota-anggota yang banyaknya tak berhingga.

______________________________________________ 83
LOGIKA MATEMATIKA 2018
Contoh (5.19):
a. H = {x / x = himpunan bilangan-bilangan bulat positif} = {1, 2, 3, …}
H disebut himpunan tak berhingga.
b. K = {Ani, Joko, Tuti}. K disebut himpunan berhingga.

(6) Himpunan Saling Lepas


Dua himpunan A dan B dikatakan saling lepas (disjoint) dan diberi notasi “A // B” jika
dan hanya jika kedua himpunan tersebut tidak kosong dan tidak mempunyai anggota yang
sama.
Contoh (5.20)
Misalkan S = {0, 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9}, A = {0, 1, 3, 7} dan B = {2, 4, 6}
Diagram Venn di bawah ini :
S
A B
0 1 2 4
A // B
3 7 6
5 8 9
Contoh (5.21):
Misalnya A = { x /x = bilangan bulat positif} dan B = { x /x = bilangan bulat negatif}
Maka A dan B merupakan dua himpunan yang saling lepas diberi notasi A // B

(7) Himpunan Kuasa


Himpunan kuasa (power set) dari himpunan A adalah himpunan yang anggota-
anggotanya merupakan semua himpunan bagian dari A, termasuk himpunan semesta dan
himpunan kosong. Biasanya diberi notasi p(A), dengan jumlah anggotanya n(A) ada 2n .
Jadi p(A) adalah keluarga himpunan (Famili himpunan), yang anggota-anggotanya
adalah himpunan. Notasi lain dapat dinyatakan sebagai huruf besar latin A, B,C,D, .....
Contoh (5.22)
A = {1, 2, 3}
p(A) = { , {1}, {2}, {3}, {1, 2}, {1, 3}, {2, 3}, {1, 2, 3}}
Contoh (5.23:
a. Misalkan A = {{2,5}, {3},{4,6}}, maka A adalah suatu keluarga himpunan
dengan anggota-anggotanya adalah {2,5}, {3}, dan {4,6}
b. Pandang himpunan B = {1,3}, 2 ,{4,6,8},{5}, 7}. Himpunan B ini bukan suatu
keluarga himpunan karena 2 dan 7 bukan himpunan.
Contoh (5.24)
Misalkan A = {a, b, c, d} Suatu himpunan kuasa dari A ditulis P(A).
P(A) adalah { , {a}, {b}, {c}, {d}, {a, b}, {a, c}, {a, d}, {b, c}, {b, d}, {c, d}, {a, b, c}, {a,
b, d}, {a, c, d}, {b, c, d}, {a, b, c, d} }
n
Dengan jumlah anggotanya ada 2 = 2n  24  16

(8) Himpunan yang Ekuivalen

______________________________________________ 84
LOGIKA MATEMATIKA 2018
Himpunan A dikatakan ekuivalen dengan himpunan B, jika dan hanya jika kardinal
dari kedua himpunan sama. Notasi Matematika: A ~ B  n(A) = n(B)
Contoh (5.25)
Misalkan S = {0, 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9},
A = {0, 1, 3, 7}  n(A) = 4
B = {2, 4, 6, 7}  n(B) = 4
n(A) = n(B)  A ~ B

(9) Himpunan Berpotongan.


Dua himpunan A dan B dikatakan berpotongan ditulis “A  B” jika dan hanya jika
ada anggota A yang menjadi anggota B.
Contoh (5.26):
Misalkan himpunan A = {3, 4, 5, 6} dan B = {2, 5, 8}
A dan B adalah dua himpunan yang saling berpotongan.

5.4. Operasi-Operasi Dalam Himpunan


5.4.1 Gabungan (Union).
Gabungan (union) dua himpunan A dan himpunan B ditulis “A  B”, adalah
himpunan yang anggota-anggotanya terdiri atas anggota A, atau anggota B, atau sekaligus
kedua-keduanya. Ditulis sebagai:
(A  B) = {x / x  A  x  B}
atau
x( A  B )  x x  A  x  B

S S

Diagram venn untuk A  B adalah suatu daerah yang diarsir

Contoh (5.27)
Misalkan S = {0, 1, 2, 3, 4, 5, 6,7, 8, 9}, A = {1, 3, 5, 7} dan B = {0, 3, 7, 9}
Diagram Venn :

S A B
A  B = {0, 1, 3, 5, 7, 9}
1 3 0
7 9
5
4 2 6 8

Contoh (5.28):

______________________________________________ 85
LOGIKA MATEMATIKA 2018
Misalkan A = { a, b, c } dan B = { b, c, d, e }
A  B = { a, b, c, d, e } dan B  A = { a, b, c, d, e }
Maka A  B = B  A = { a, b, c, d, e }
A  A = A dan B  B = B

5.4.2 Irisan (Intersection)


Irisan (intersection) dua himpunan A dan himpunan B ditulis “A  B”, adalah
himpunan yang anggota-anggotanya terdiri atas anggota A dan sekaligus anggota B.
didefinikan sebagai:

S
(A  B) = {x / x  A  x  B}.
atau
x( A  B )  x x  A  x  B

Diagram Venn A  B digambarkan seperti gambar yang diarsir

Contoh (5.29)
S = {0, 1, 2, 3, 4, 5, 6,7, 8, 9}, A = {1, 3, 5, 7} dan B = {0, 3, 7, 9}
Diagram Venn :
S A B

1 3 0 A  B = {3, 7}
7 9
5
4 2 6 8
Contoh (5.30):
Misalkan A ={ a, b, c } , B = { b, c, d, e } dan C = {a ,b ,c ,e, f}
Maka A  B = { b, c } ; B  A = { b, c }
B  C = {b, c, e} ; (A  B)  C = { b, c }
A  (B  C) = { b, c }
Kesimpulan: 1. A  A = A dan B  B = B
2 A B = B A
3 (A  B)  C = A  (B  C)

5.4.3 Komplemen.

______________________________________________ 86
LOGIKA MATEMATIKA 2018
Komplemen dari himpunan A ditulis A c atau A adalah himpunan yang anggota-
anggotanya dalam semesta (S) yang bukan anggota A. Atau A c dinyatakan sebagai :
Ac = { x /x  A  x  S } atau x  Ac  (x) x  A

Diagram Venn
S
A

Ac

Contoh (5.31)
Misalkan S = { a, b, c, d, e, f, g, h } dan A = { b, d, e, h }
A c = { a, c, f, g }

Contoh (5.32)
S = {0, 1, 2, 3, 4, 5, 6,7, 8, 9}, A = {1, 3, 5, 7}
Diagram Venn:
S
AC
0 A maka AC = {0, 2, 4, 6, 8, 9}
2 1 3 (yang diarsir)
5 7
4 9
6 8

5.4.4 Selisih Dua Himpunan


Selisih dua himpunan A dan himpunan B ditulis “A – B” atau “ A  Bc ” adalah
himpunan yang anggota-anggotanya terdiri atas anggota A dan bukan anggota. Atau A – B
didefinikan sebagai:

A -B  { x /x  A  x  B}

 { x /x  A  x  Bc }

 A  Bc

Contoh (5.33):
Misalkan A = { a, b, c, d, e } dan B = { b, d, e, g, h }
A – B = { a, c } dan B – A = { b, c }
Kesimpulan: A – B ≠ B – A

Contoh (5.34)
S = {0, 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9}, A = {1, 2, 3, 7} dan B = {0, 3, 7, 9}

______________________________________________ 87
LOGIKA MATEMATIKA 2018
Diagram Venn :
S A B
A – B = {1, 2}
1 3 0 (yang diarsir)
7 9
2
4 5 6 8

5.4.5 Beda Setangkup (symmetric difference)


Beda Setangkup (symmetric difference) atau juga disebut selisih simetri) dari dua
himpunan A dan B adalah himpunan yang anggotanya ada pada himpunan A atau B, tetapi
tidak pada keduanya.
Notasi : A  B = (A  B) – (A  B)
atau : A  B = (A – B)  (B – A)

Contoh (5.35)
S = {0, 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9}, A = {1, 2, 3, 7} dan B = {0, 3, 7, 9}
Diagram Venn :
S A B

3 0 A  B = {1, 2, 8, 9}
1
7 9 ( Yang diarsir)
2
4 5 6 8
Contoh (5.36):
Misalkan A = { a, b, c, d, e } dan B = { b, d, e, f, g, h }
A  B = { a, b, c, d, e, f, g, h }
A  B = { b, d, e }
A  B = { a, c, f, g, h } dan B  A = { a, c, f, g, h }
Kesimpulan A  B = B  A

5.5. Sifat-sifat Aljabar Himpunan


1. Hukum Idempoten: a. A  A  A
b. A  A  A
2. Hukum Assosiatif : a. (A  B)  C  A  (B  C)
b. (A  B)  C  A  (B  C)
3. Hukum Komulatif: a. A  B  B  A
b. A  B  B  A
4. Hukum Distributif : a. (A  B)  C  (A  B)  (A  C)
b. A  (B  C)  (A  B)  (A  C)
c. (A  B)  C  (A  C)  (B  C)
d. A  (B  C)  (A  B)  (A  C)
5. Hukum identitas: a. A   = A
b. A  S  A

______________________________________________ 88
LOGIKA MATEMATIKA 2018
6. Hukum identitas : a. A  S  S
b. A   = 
7. Hukum Komplemen: a. A  Ac  S
b. A  A c  
8. Hukum Komplemen: a. (Ac )c  A
b. Sc =  dan c = S
9. Hukum De Morgan: a. (A  B)c = Ac  Bc
b. (A  B)c = Ac  Bc

5.6. Prinsip Dualitas


Selain dari beberapa sifat-sifat aljabar pada himpunan di atas, ada cara lain untuk
mengganti tanda  dengan  ,  dengan  ,  dengan S, dan S dengan  .
Cara ini dikenal dengan Prinsip Dualitas. Prinsip Dualitas sering digunakan untuk
menurunkan hukum yang lain dan membuktikan suatu kalimat himpunan. Dibawah ini
diberikan tabel sifat-sifat aljabar beserta dualnya.

Tabel 5.1 Hukum Sifat-sifat Aljabar dan Dualnya


Nomor Hukum Sifat Aljabar Dual nya
1 Hukum Identitas:
A  S=A
A  = A
2 Hukum Null:
A  S=S
A =
3 Hukum Komplemen:
A  A =
A  A =S
4 Hukum Idempoten:
A  A=A
A A = A
5 Hukum Penyerapan:
A  (A  B) = A
A  (A  B) = A
6 Hukum Kumutatif:
A  B=B  A
A B=B A
7 Hukum Asosiatif:
A  (B  C) = (A  B)  C
A  (B  C) = (A  B)  C
8 Hukum Distributif:
A  (B  C) = (A  B)  (A  C)
A  (B  C) = (A  B)  (A  C)
9 Hukum Kumutatif :
A  B=B  A
A B=B A
10 Hukum De Morgan :
A BA B
A BA B

______________________________________________ 89
LOGIKA MATEMATIKA 2018
5.7. Pergandaan Himpunan
Secara intuitif, pasangan (x, y) dikatakan pasangan terurut atau berurutan, dengan x
urutan pertama dan y urutan kedua. Dua pasangan terurut (a, b) dan (c, d) dikatakan sama
jika hanya jika a = c dan b = d. Dapat ditulis sebagai :
(a, b) = (c, d)  a = c  b = d.
y
Secara umum (a, b)  (b, a)
(-x,y) (x,y)

y y
x
-x 0 x
Dapat diperluas menjadi n–pasangan terurut yaitu :

(a1, a2, ….., an) = (b1, b2, ... bn)  ai = bi, untuk i = 1, 2, …..n.

Contoh (5.37):
1) (2, 5) dan (5, 2) merupakan dua pasangan yang berbeda.
2) Setiap titik-titik pada koordinat kartesius menyetakan pasangan terurut dari
bilangan-bilangan riil.
3) Himpunan {3, 2, 7} bukan pasangan terurut, sebab 3, 2 dan 7 tidak mempunyai
urutan.

Definisi (5.2): [Pergandaan Cartesians]


Jika A dan B sebarang himpunan, maka perkalian dua himpunan A dan B ditulis
AxB adalah himpunan dari semua pasangan terurut berbentuk (x, y) dengan xA dan yB
. Perkalian ini juga disebut “pergandaan Kartesius (Cartesian product)”
Secara matematis dinyatakan sebagai:


A xB  (x,y) /x  A  y  B 
Atau (x, y)  A x B  (x, y) x  A .. y  B

Hasil ganda kartesius tidak terbatas pada dua himpunan. Hasil ganda kartesius dari
himpunan-himpunan H1,H2 ,H3 , ... ,Hn diberi notasi dengan
n
 
X H i  H1 x H2 x ....x H n  (h1,h2 , ... ,h n ) / h1  H1,h2  H2 ... ,h n  H n adalah
i 1
himpunan semua n-tripel (h1,h2 , ... ,h n ) dengan hi  H i dengan urutan diperhatikan.
Jika H i  H ,untuk semua I = 1,2,3, …. , n, maka himpunan
n

X H i  H x H x ....x H  (h1,h2 , ... ,h n ) / h1,h2 , ... ,h n  H  diberi notasi H n
i 1

______________________________________________ 90
LOGIKA MATEMATIKA 2018
Catatan:
a. Jika himpunan A mempunyai n-anggota dan himpunan B mempunyai m-anggota maka
perkalian himpunan A x B mempunyai (n x m) anggota
b. Jika A dan B adalah dua himpunan kosong, maka A x B adalah himpunan kosong, yaitu
A =  atau B = , maka A x B = .
c. Jika H adalah suatu himpunan yang tidak kosong, maka hasil ganda terhadap dirinya
sendiri dinyatakan sebagai A x A atau A2.

Contoh (5.38):
Misalkan H = {1, 3, 7},
Maka H x H = {(1,1), (1,3), (1,7), (3,1), (3,3), (3,7), (7,1), (7,3), (7,7)}
Diagram koordinat nya sbb:

  
7

3   

1   

0 13 7
x
Diagram Koordinat H x H
 Pada umumnya pergandaan himpunan tidak mempunyai sifat kumutatif yaitu
A x B  B x A.

Contoh (5.39):
Misalkan H = {a, b} dan K = {c, d}
maka
H x K = {(a, c), (a, d), (b, c), (b ,d)} dan
K x H = {(c, a), (c, b), (d, a), (d, b)}
Karena (a, c)  (c, a), (a, d)  (d, a), (b, c)  (c, b) dan (b, d)  (d, b)
maka (H x K)  (K x H)

Contoh (5.40):
Berikut diberikan hasil ganda kartesius
a. [0,  ) x [ 1,1] x {0,1}  {(x, y, 0),(x, y,1) / 0  x, 1  y  1}

b.  
Rn  R x R x ....x R  (h1,h2 , ... ,h n ) / hi  R, i 1, 2, 3,...,n

______________________________________________ 91
LOGIKA MATEMATIKA 2018
5.8. Keluarga Himpunan
Himpunan dari himpunan-himpunan disebut keluarga himpunan atau kumpulan
himpunan. Keluarga himpunan diberi notasi A, B, C, …..
Contoh (5.41)
A = {{1,2,3}, {3,4,5}, {3,6}, {2,3,6,7,9,10}} merupakan keluarga himpunan yang
terdiri atas 4 himpunan {1,2,3}, {3,4,5}, {3,6}, dan {2,3,6,7,9,10}
Perhatikan 5{3,4,5} dan {3,4,5}A tetapi 5  A

5.9. Himpunan indeks


Yang dimaksud himpunan indeks adalah himpunan yang terdiri atas indeks-indeks.
dan biasanya dinyatakan sebagai “ I“. Yakni I = himpunan indek = {1,2,3,…, n, …}
I  {i / i  I, i  bulat positip} Kadang-kadang dinyatakan sebagai I  { ,  ,  ,.....}
Atau lebih ringkas dinyataan n  N saja
Contoh (5.42) :
Untuk n  N
Misalnya didefinisikan An  {n,n  1, 2n} , Maka: A1  {1, 2}, A 2  {2, 3, 4}, A3  {3, 4, 6}
dan seterusnya. Himpunan dengan indeks 10 adalah A10  {10, 11, 20}
Jadi setiap himpunan dalam keluarga himpunan {Ai : i  N} memiliki 3 anggota kecuali
A1 . Untuk membentuk keluarga himpunan yang terdiri dari A 2 ,A3,A10 dan A15 dapat
dinyatakan dalam bentuk {A 2 ,A3,A10 ,A15 }  {Ai :i  {2, 3,10,15}}

Catatan:
Keluarga berindeks dapat berupa himpunan berhingga maupun himpunan tak
berhingga. Banyaknya anggota setiap himpunan juga tidak harus sama, dan indeks yang
berbeda tidak berkorespondensi dengan himpuanan yang berbeda dalam keluarga
himpunan
Operasi-operasi himpunan juga berlaku untuk keluarga himpunan berindeks, seperti
gabungan dan irisan, meskipun ada perbedaan notasinya.
Contoh (5.43) :
a. Gabungan keluarga himpunan berindeks dinyatakan

A i  A1  A 2  ...... , untuk I = {1, 2, 3,…..} atau


i I
A i  A   A   ........ , untuk I = { , , …..}
i I
b. Irisan keluarga himpunan berindeks

Ai  A1  A 2  ........ , untuk I = {1, 2, 3,…..} atau


iI
A i  A  A   ......... , untuk I = { , , …..}
iI

______________________________________________ 92
LOGIKA MATEMATIKA 2018
Contoh (5.44) :
a. Diketahui I = {0, 1, 2, 3, 4} dan A x  {2x  4, 8,12  2x} untuk setiap x  I
Maka A0  {4, 8,12}, A1  {6, 8,10}, A 2  {8, 8, 8}  {8}, A3  {10, 8, 6}, A 4  {12, 8, 4}
Himpunan berindek memiliki 5-anggota
Keluarga himpunan berindeks hanya mempunyai 3 anggota, yaitu
A0  A 4 , A1  A3 dan A 2 atau A  {A x : x I}
Sehingga A i  {4, 6, 8,10,12} dan Ai  { 8 }
i I iI
b. Untuk n  N dan A n  {n, 2n  1, 2n}
Maka A1  {1, 2}, A 2  {2, 3, 4}, A3  {3, 4, 6} ….. dan seterusnya
Sehingga An  {1, 2, 3,...,}  N dan An  
n N nN

Terdapat variasi pada notasi gabungan dan irisan untuk himpunan berindeks
bilangan asli.
Contoh (5.45) :
Diketahui keluarga berindeks A= {An : n  N}

Gabungan atas A ditulis A i atau Ai
iI nN

Irisan atas A ditulis A i atau An
iI nN
4 15
Sehingga A 2  A3  A 4  Ai dan A11  A12  A13  A14  A15  Ai
i 2 i 11

Contoh (5.46) :
2
Untuk setiap n  N dan A n  {n,n  1, n } untuk A= {An : n  N} maka
 6
a. Ai   d. Ai  N
iI i 1
4 6
b. Ai  {4} e. Ai  {4, 5, 6, 7,16, 25, 36}
i 2 i 4
10 3
c. Ai   f. Ai  {1, 2, 3, 4, 9}
i8 i 1

______________________________________________ 93
LOGIKA MATEMATIKA 2018
5.10. Partisi ( penggolongan )
Suatu partisi pada himpunan X adalah suatu cara untuk membagi himpunan X
menjadi beberapa himpunan bagian yang saling lepas, dan gabungan dari himpunan-
himpunan bagian tersebut sama dengan X. Himpunan bagian pada suatu partisi disebut
“sel” ( katakan Ai = sel; untuk i  1, 2,....m ).
Jadi koleksi dari himpunan-himpunan bagian X yaitu X  {A1 , A 2 ,....., A m } disebut
suatu partisi atau penggolongan jika memenuhi syarat :
m
(1) X  A1  A 2  .......  A m  Ai
i1
(2) untuk setiap Ai  A j maka Ai  A j  

Contoh (5.45):
Misalkan X = {1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9}.
Perhatikan kelas-kelas pada himpunan bagian X.
(i) {{1, 3, 5}, {2, 5}, {4, 8, 9}}
(ii) {{1, 3, 5}, {2, 4, 6, 8}, {5, 7, 9}}
(iii) {{1, 3, 5}, {2, 4, 6, 8}, {7, 9}}
maka
(i) . Bukan partisi dari X, sebab 7 X , tetapi 7 tidak termasuk pada suatu sel.
(ii). Bukan partisi dari X, sebab 5X dan 5{1, 3, 5}sekaligus 5{5, 7, 9}
(iii). Partisi dari X, sebab X = {1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9}

5.11. Contoh-contoh Soal Dan Penyelesaian

1. Diketahui himpunan-himpunan P = {a, b, c, d}, Q = {c, d, e, f} dan R = {b, c, d, e}


Tentukan :
(a) P  Q ; P  Q ; P  R ; P  R ; Q  R ; Q  R
(b) (P  R)  R = P  ( Q  R)
(c) P  ( Q  R) = (P  Q)  (P  R) dan P  (Q  R) = (P  Q)  ( P  R)
(d) Gambarkan diagram venn untuk soal 1a s/d 1d
Jawab :
(a) P  Q = {c, d} ; P  Q = {a, b, c, d, e, f}; P  R = {b, c, d}; P  R = {a, b, c, d,
e}; Q  R = {c, d, e}; dan Q  R = {b, c, d, e, f}
(b) (P  Q)  R = P  (Q  R) = {c, d} dan
(P  Q)  R = P  (Q  R) = {a, b, c, d, e, f}.
Sifat assosiatif dipenuhi
(c) Dipenuhi, sebab : P  (Q  R) = (P  Q)  (P  R) = {b, c, d} dan
P  (Q  R) = (P  R)  (P  R) = {a, b, c, d, e}
Sifat distributifitas dipenuhi

______________________________________________ 94
LOGIKA MATEMATIKA 2018
(d) Diagram-diagram Venn.
S S
P Q S P R Q R

a c e b c
b d f a c e b d f
d e

P  Q = {c, d} P  R = {b, c, d} Q  R = {c, d, e}


P  Q = {a, b, c, d, e, f} P  R = {a, b, c, d, e} Q  R = {b, c, d, e, f}

2. Untuk P, Q, dan R pada soal nomor 1, tunjukan apakah sifat-sifat berikut ini dipenuhi
(a) P  (Q  R) = (P  Q)  (P  R)
(b) P  (Q  R) = (P  Q)  (P  R)
Jawab :
(a) Q  R = {b, c, d, e, f} ; P  (Q  R) = {a, e, f}
P  Q = {a, b, e, f} ; P  R = {a, e}
Jadi P  (Q  R)  (P  R)  (P  R)
(b) Q  R = {b, f} ; P  (Q  R) = {a, b, c, d, e, f} ; P  Q = {a, b, c, d, e, f} ;
P  R = {a, b, c, d, e} ; (P  Q)  (P  R) = {f}
Jadi P  (Q  R)  (P  Q)  (P  R)

3. Buktikan : Jika A  B maka Bc  Ac


Bukti : Untuk membuktikan ada 2 cara.
(a) Secara langsung. (menggunakan kontra posisinya)
(b) Secara tidak langsung. (menggunakan bukti kemustahilan)
Yang harus dibuktikan : A  C  Bc  Ac
(a) Secara langsung
Diketahui A  B berarti x x  A  x B
Dengan kontra posisinya : x x  B  x  A
Ambil sebarang x  B , berarti x  B. Sehingga x  A, yaitu x  Ac.
c

Terbukti x x  Bc  x  Ac.
Jadi Bc  Ac
(b) Secara tidak langsung (bukti kemustahilan)
Diketahui : A  B berarti x x  A  x  B
Akan ditunjukkan : Bc  Ac.
Bukti :
Andaikan Bc 
 A berarti B  A menurut definisi
c c c

x x  Bc  x  A c  x x  Bc  x  Ac
 x x  Bc  x  Ac
 x x  Bc  x  A

______________________________________________ 95
LOGIKA MATEMATIKA 2018
 x x  Bc  x  B diketahui
 x x  (Bc  B)
 x x   mustahil, karena himpunan
 tidak mempunyai anggota, maka kalimat “x  ” pasti bernilai salah.
Pengandaian harus diingkar, yaitu Bc  Ac
Jadi terbukti A  B  Bc  Ac .

4. Buktikan : A – (B  C) = (A – B)  (A – C) bernilai benar.


Jawab :
A – (B  C) = {x / x  A  x  (B  C)} = {x / x  A  x  (B  C)c}
= {x / x  A  x  (Bc  Cc)} = {x / x  A  (x  Bc  x  Cc)}
= {x / (x  A  x  Bc)  (x  A  x  Cc)}
= {x / x  A  x  B}  {x / x  A  x  C}
= (A – B)  (A – C)
Jadi terbukti A – (B  C) = (A – B)  (A – C)

5. Diketahui : A = {a, b}, B = {2, 3}, dan C = {3, 4}.


Tentukan :
(1) A x (B  C)
(2) (A x B)  (A x C)
(3) A x (B  C)
(4) (A x B)  (A x C)
Jawab :
(1) B  C = {2, 3, 4}
A x (B  C) = {(a, 2), (a, 3), (a, 4), (b, 2), (b, 3), (b, 4)}
(2) A x B = {(a, 2), (a, 3), (b, 2), (b, 3)}
A x C = {(a, 3), (a, 4),(b, 3), (b, 4)}
(A x B)  (A x C) = {(a, 2), (a, 3), (a, 4), (b, 2), (b, 3), (b, 4)}
(3) B  C = {3}
A x (B  C) = {(a, 3), (b, 3)}
(4) A x B dan A x C lihat jawaban (2)
(A x B)  (A x C) = {(a, 3), (b, 3)}
Perhatikan, dari jawaban (1) s/d (4) diperoleh :
A x (B  C) = (A x B)  (A x C) dan A x (B  C) = (A x B)  (A x C)

6. Buktikan : a) A x (B  C) = (A x B)  (A x C)
b) (A x B)  C = (A  C) x (B  C)
Jawab :
Ambil sembarang himpunan-himpunan A, B, dan C.
(a) A x (B  C) = {(x, y) / x  A  y  (B  C)}
= {(x, y) / x  A  (y  B  y  C)}
= {(x, y) / (x  A  y  B)  (x  A  y  C)}
= {(x, y) / x  A  y  B}  {(x, y) / x  A  y  C)}
______________________________________________ 96
LOGIKA MATEMATIKA 2018
= (A x B)  (A x C)
Terbukti A x (B  C) = (A x B)  (A x C)
(b) (A x B)  C = {k / k  (A x B)  k  C} ; misalnya k=(x, y)
= {(x, y) / (x  A  y  B)  (x, y)  C} ……………..(*)
(A  C) x (B  C) = {(x, y) / x  (A  C)  y  (B  C)}
= {(x, y) / (x  A  x  C)  (y  B  y  C)}
= {(x, y) / (x  A  y  B)  (x  C  y  C)}
= (x  C  y  B)  (x  C  y  C)} ………. (**)
dari (*) dan (**) diperoleh (A x B)  C  (A  C) x (B  C).

7. Misalkan A = {1, 2, 3}, B = {2, 4}, dan C = {3, 4, 5}.


Tentukan A x B x C.
Jawab :
Salah satu cara untuk menentukan A x B x C adalah dengan membuat “diagram
pohon” seperti di bawah ini. 3 (1, 2, 3)
2 4 (1, 2, 4)

1 5 (1, 2, 5)
3 (1, 4, 3)
4
4 (1, 4, 4)
5 (1, 4, 5)
3 (2, 2, 3)
2 4 (2, 2, 4)
5 (2, 2, 5)
2
4 3 (2, 4, 3)
4 (2, 4, 4)
5 (2, 4, 5)
2 3 (3, 2, 3)
4 (3, 2, 4)
5 (3, 2, 5)
3 4
3 (3, 4, 3)
Dari diagram pohon diatas diperoleh:
A  B  C = {(1, 2, 3),(1, 2, 4),(1, 2, 5), (1, 4, 3),(1, 4, 4), (1, 4, 5), (2, 2, 3), (2, 2, 4),
(2, 2, 5), (2, 4, 3), (2, 4, 4), (2, 4, 5), (3, 2, 3), (3, 2, 4), (3, 2, 5), (3, 4, 3),
(3, 4, 4), (3, 4, 5)}

8. Misalkan A = B  C. Tentukan manakah dari pernyataan berikut ini yang mempunyai


nilai benar ?
(a) A x A = (B x B)  (C x C)
(b) A x A = (B x C)  (C x B).
Jawab :

______________________________________________ 97
LOGIKA MATEMATIKA 2018
(a) Benar, sebab A x A = (B  C) x (B  C)
= {(x,y) /x  (B  C)  y  (B  C)}
= {(x,y) / x  B  x  C  y  B  y  C}
= {(x,y) / (x B  y  B)  (x  C  y  C)}
= {(x,y) / x  b  y  B}  {(x,y) /x  C  y  C}
= (B x B)  (C x C)
Jadi A x A = (B x B)  (C x C)
(b) Benar, sebab A x A = (B  C) x (B  C)
= {(x,y)/x  (B  C)  y  (B  C)}
= {(x,y)/x  B  x  C  y  B  y  C}
= {(x,y)/(x  B  y  C)  (x  C  y  B)}
= {(x,y)/x  B  y  C}  {(x,y)/x  C  y  C}
= (B x C)  (C x B)
Jadi A x A = (B x C)  (C x B)

9. Diketahui X = {a, b, c, d, e, f, g} dan himpunan bagian himpunan bagian dari adalah,


(a) A1  a, c, e, A2  b, dan A3  d, g
(b) B1  a, e, g, B2  c, d, dan B3  b, e, f 
(c) C1  a, b, e, g, C2  c, dan C3  d, f 
(d) D1  a, b, c, d,e, f, g
Maka tentukan yang mana diantara (a) sampai (d) yang merupakan partisi dari X ?
Jawab:
(a) A1,A2 , A3  bukan partisi dari X , sebab f  X , f  A1 , f  A2 dan f A3
.
(b) B1, B2, B3  bukan partisi dari X , sebab e X , tetapi e  B1 dan e  B3 .
(c) C1,C2 , C3  partisi dari X , sebab X  C1, C2, C3 
(d) D1 merupakan partisi dari X.

10. Tentukan semua partisi dari X  a, b, c, d .


Jawab :
Partisi dari X adalah :
 {a, b, c,d}  ; a, {b, c, d}  , b, {a,c, d}  , c, {a, b, d}  , d, {a, b, c}  ;
a,b,{c,d}  ; a,c,{b,d}  ; a,d, {b,c}  ; a,b, {c,d}  ; a, c,{b,d}  ;

a, d, {b,c}  ; b, c, {a, d}  ; b, d, {a,c}  ; c,d, {a,b}  ;

a, b,c, {d} 


Ada 15 partisi yang berbeda dari X.

______________________________________________ 98
LOGIKA MATEMATIKA 2018
5.12. Soal-Soal Latihan

1. Apakah dari himpunan berikut ada yang sama ? Jelaskan


a. r, t, s, s, t, r, s, t, s, t, r, s, r, s, t
b. , 0, {}
2. Tentukan apakah himpunan berikut merupakan himpunan kosong.
(a) X  {x / x 2  9  2x  4}
(b) Y  {x / x  x}
(c) Z  x / x  8  8
3. Misalkan himpunan semesta S = {a, b, c, d, e, f, g}. A = {a, b, c, d, e}, B = {a, c, e, g}
dan C = {b, e, f, g}
Tentukan :
(a) A  C (d) Bc  C (g) C  A c
(b) B  A (e) A  B (h) ( A-C)c
(c) C – B (f) Cc  A (i) ( A-Bc )c
(j) ( A  A c )c
4. Tentukan diagram Venn untuk soal no. 3
5. Diketahui himpunan-himpunan P = {a, b, c}, Q = {b, c, d} dan R = {a, d}.
Tentukan P  Q  R , kemudian tunjukkan bahwa ( (P  Q)  R  P  (Q  R)
6. Misalkan diketahui himpunan-himpunan sembarang A, B dan C, Tunjukkan bahwa
pernyataan-pernyataan berikut ini benar
(a) A – (A  B)  A  B
(b) (A  B)c  B  Ac
(c) A – (B  A)  A – B
(d) (A – B)  B  
(e) A  (B  C)  (A  B)  (A  C)
(f) A  (B  C)  (A  B)  (A  C)
(g) A – (B  C)   A – B    A – C
(h) (A  B)  (B  A)  (A  B)  (A  B)
7. Buktikan (menggunakan bukti kemustahilan) pernyataan-pernyataan berikut ini :
(a) Bc  Ac  A  B
(b) A  Bc jika dan hanya jika A  B  
(c) A  B  S jika dan hanya jika Ac  B (disini S = himpunan semesta)
(d) A  B  A  B  A
(e) Jika A  B   , maka B  A c  B

______________________________________________ 99
LOGIKA MATEMATIKA 2018
(f) Jika A  B   , maka A  Bc  Bc

8. Tentukan himpunan kuasa dari :


(a) himpunan H  {1, 2, 3}
(b) himpunan N  {a, b, c, d}
9. Jika himpunan indeks I  {, , , . . . . , } maka tunjukkan bahwa :
 c
(a)  H i   c
Hi
 
 iI  iI
c
  c
(b)  Hi  Hi
iI  iI
10. Untuk setiap himpunan K dan untuk setiap himpunan indeks I, berlakulah :
 
(a) K   Hi   K  Hi 
iI  iI
 
(b) K   Hi   K  Hi 
iI  iI
 
(c) K   Hi   K  Hi 
iI  iI
 
(d) K   Hi   K  Hi 
iI  iI

11. Selidiki apakah pernyataan di bawah ini bernilai benar.


(a) H  (K  M)  H  K   H  M
(b) H  K   M  H  M  K  M
(c) H  (K  M)  H  K   H  M
(d) H – K   M  H  M –  K  M
(e) H – K  M  H – K   H – M
(f) (H1  H2 )  (K1  K2 )  (H1  K1)  (H1  K2 )  (H2  K1)  (H2  K2 ) 
(g) (H1  H2 )  (K1  K2 )  (H1  K1)  (H1  K2 )  (H2  K1)  (H2  K2 ) 

12. Apabila M  H dan N  K maka tunjukkan bahwa


M  K   H  N  M  N

13. Tentukan partisi dari himpunan = a, b, b, b, c, d

===@@@@@===

______________________________________________ 100
LOGIKA MATEMATIKA 2018
BAB VI
RELASI

6.1. Kompetensi
Mahasiswa mampu menjelaskan hubungan antara anggota-anggota dari himpunan
dengan himpunan lainnya yang disebut relasi binair, dan terampil dalam melakukan
hitungan-hitungan yang berkaitan dengan operasi-operasi relasi, mengkaji suatu relasi dan
aplikasinya. Topik yang diberikan meliputi pengertian relasi, sifat-sifat relasi, relasi invers,
macam-macam relasi, klas-klas ekivalensi, dan pergandaan suatu relasi.

6.2. Pengertian Relasi


Suatu relasi merupakan himpunan bagian dari suatu pergandaan dua himpunan.
Pergandaan dua himpunan A dan B telah didefinisikan di bab sebelumnya, sebagai:
A x B  {(x, y) / x  A  y  B} .

Himpunan A xB mempunyai anggota semua pasangan terurut (x,y) dengan x


sebagai urutan pertama dan y urutan yang kedua.
Jika (x,y)  A xB maka fungsi pernyataan p(x,y) bernilai benar saja atau salah saja, tetapi
tidak keduanya. Dan p(x,y) ini juga merupakan kalimat tebuka dengan dua perubah.
Contoh (6.1):
Misalnya himpuna A = {pria}, himpunan B = {wanita} dan p(x,y) = “x suami y”
Maka p (Yohanes, Aminah) merupakan pasangan x adalah pria dan y adalah wanita
yang berdasarkan kenyataan yang ada adalah benar bahwa x suami y
Kadang-kadang ada juga yang menyebut fungsi pernyataan p(x,y) sebagai “relasi”.
Yaitu jika p(a,b) bernilai benar dikatakan bahwa “a berelasi dengan b” dan ditulis sebagai
a R b atau a,b  R
Sebaliknya jika p(a,b) bernilai salah dikatakan bahwa “a tidak berelasi dengan b” dan
ditulis sebagai a R b atau a,b  R

Definisi (6.1):
Jika A dan B adalah dua himpunan sembarang, maka suatu relasi dari A ke B sering
disebut relasi biner diberi notasi R  (A  B) yaitu suatu cara untuk menentukan pasangan
(x,y) dalam A x B, ini merupakan subset dari hasil kali Cartesian (Cartesian product) dari A
x B, termasuk himpunan kosong.
Jika (x, y)  R, maka x berelasi dengan y. ditulis x R y. dan untuk (x, y)  R, maka x
tidak berelasi dengan y. ditulis x R y.
Sedangkan:
Himpunan {x  A| (x, y)  R untuk y  B} disebut domain dari R.
Himpunan {y  B| (x, y)  R untuk x  A} disebut Range dari R

______________________________________________ 101
LOGIKA MATEMATIKA 2018
Relasi R dikatakan “determinatif” pada A jika untuk setiap a dan b berada dalam A.
Misalkan A = himpunan bilangan-bilangan alam, maka relasi “kelipatan”, “perkalian”,
penjumlahan atau pengurangan” adalah relasi yang determinatif. Sedangkan relasi
“mencintai” adalah tidak determinatif, sebab pernyataan “9 mencintai 3” tidak bernilai benar
ataupun bernilai salah. Dalam hal ini yang dibicarakan adalah relasi-relasi yang determinatif
saja.
Suatu relasi juga didefinisikan antara anggota-anggota diberlainan himpunan.
Misalkan R suatu relasi dari A ke B. Jadi relasi R adalah himpunan pasagan-pasangan dari
elemen-elemen (a, b) dengan a  A dan b  B, sedangkan R merupakan himpunan bagian
dari A x B.
Domain (daerah asal) dari relasi R adalah himpunan dari semua elemen-elemen
pertama dalam pasangan-pasangan terurut didalam R, dinyatakan sebagai:

D = { a / a  A, (a, b)  R }

Jangkauan (range, atau daerah hasil) dari relasi R yang terdiri atas semua elemen-
elemen kedua yang muncul dalam pasangan-pasangan terurut dalam R, dinyatakan:

E = { b / b  B, (a, b)  R }

Jadi domain dari relasi R dari A ke B ditulis D, merupakan himpunan bagian dari A
yaitu D  A , dan jangkauan dari relasi R ditulis E adalah himpunan bagian dari B, yaitu.
EB

Contoh (6.2)
Misalkan A = himpunan mahasiswa semester ganjil = {Amir, Budi, Cecep},
B = himpunan mata kuliah semester ganjil
= {KKT1401, CSP1501, KKP1301, PKP1201}
Dimana notasi kode matakuliah:
KKT1401 = matematika, CSP1501 = Komputer,
KKP1301 = Fisika Dasar, PKP1201 = Bahasa Inggris

Jadi A  B = {(Amir, KKT1401), (Amir, CSP1501), (Amir, KKP1301), (Amir, PKP1201),


(Budi, KKT1401), (Budi, CSP1501), (Budi, KKP1301), (Budi, PKP1201),
(Cecep, KKT1401),(Cecep,CSP1501),(Cecep, KKP1301),(Cecep, IPKP1201)}

Misalkan R adalah relasi yang menyatakan mata kuliah yang diambil oleh
mahasiswa pada Semester Ganjil, yaitu:

R = {(Amir, KKT1401), (Amir, CSP1501), (Budi, KKT1401), (Budi, KKP1301),


(Cecep, PKP1201)}

Tampak bahwa R  (A  B), dengan A adalah daerah asal R, dan B adalah daerah hasil R.
(Amir, KKT1401)  R atau Amir R KKT1401
(Amir, PKP1201)  R atau Amir R PKP1201.

______________________________________________ 102
LOGIKA MATEMATIKA 2018
Contoh (6.3):
Misalkan P = {2, 3, 4} dan Q = {2, 4, 8, 9, 15}.
Di definisikan relasi R dari P ke Q dengan (p, q)  R jika “p habis membagi q”
maka kita peroleh:
R = {(2, 2), (2, 4), (4, 4), (2, 8), (4, 8), (3, 9), (3, 15) }
Contoh (6.4):
Misalkan R adalah relasi pada A = {2, 3, 4, 8, 9} yang didefinisikan oleh (x, y)  R jika
“x adalah faktor prima dari y”.
Maka R = {(2, 2), (2, 4), (2, 8), (3, 3), (3, 9)}

Contoh (6.5):
Diketahui: A = {1, 2, 3, 4}, B = {a, b, c}
Maka R = {(2, a), (3, c), (4, a)} adalah suatu relasi.

A 1 a B Perhatikan bahwa R  A  B
2 Domain dari R, adalah D = {2, 3, 4}
b
3 Jangkauan dari R adalah E = {a, c}
4 c

Contoh (6.6):
Misalkan relasi R dalam bilangan-bilangan riil didefinisikan oleh kalimat terbuka “4x2
+ 9y2 = 36”. Relasi R ditunjukkan pada diagram koordinat R# x R# dibawah ini:
4
R# adalah himpunan semua bilangan-
2 bilangan riil. Domain dari R adalah selang
-4 -2 2 4 tertutup [-3, 3] dan jangkauan dari R adalah
selang tertutup [-2, 2]
-2

-4

Contoh (6.7):
Untuk setiap pasangan dua himpunan A dan himpunan B, selalu berlaku A  B atau
A  B atau sebaliknya.

Contoh (6.8):
Perkawinan merupakan suatu relasi dari himpunan Pria (P) ke himpunan wanita (W)
dalam semesta himpunan orang-orang. Jika ada seorang pria P maka berlaku
bahwa P telah menikah dengan W atau P tidak menikah dengan W.

Contoh (6.9):
Kalimat “x lebih kecil dari y” ditulis x < y adalah suatu relasi pada himpunan bilangan-
bilangan riil. Jika diberikan pasangan terurut (x,y) maka selalu berlaku x < y atau y
< x atau juga sebaliknya.

Contoh (6.10):

______________________________________________ 103
LOGIKA MATEMATIKA 2018
Misalkan R suatu relasi dari A = {1, 2, 3} ke B = {a, b} dengan R = {(1, a), (1, b),
(3,a)}, maka 1 R a, 2 R b, 3 R a dan 3 R b
Relasi R dapat ditunjukkan dengan diagram koordinat A x B berikut ini :
B

b A x B  1,a  ,1,b  ,2,a  ,2,b  ,3,a  ,3,b 


R  AxB
R  1, a  , 1, b  , 3, a 
a

A
1 2 3

Contoh (6.11):
Ambil himpunan A = {1, 2, 3} seperti di atas. Relasi R pada A adalah himpunan
semua pasangan dalam A x A. Disini R = A x A

6.3. Penyajian Relasi


6.3.1. Penyajian Relasi dengan Diagram Panah
Di bawah ini diberikan beberapa contoh sebelumnya
Contoh (6.2) Contoh (6.3) Contoh (6.4)
B Q A A
A P
2 2
2 2
Amir KKT1401 4
3 3
KKP1301 3 8
Budi 4 4
PKP1201 9
4 8 8
Cecep CSP1501 15 9
9

6.3.2. Penyajian Relasi dengan Tabel


Kolom pertama tabel menyatakan daerah asal, sedangkan kolom kedua
menyatakan daerah hasil.

Tabel contoh (6.2) Tabel contoh (6.3) Tabel contoh (6.4)


A B P Q A A
Amir KKT1401 2 2 2 2
Amir CSP1501 2 4 2 4
Budi KKT1401 4 4 2 8
Budi KKP1301 2 8 3 3
Cecep CSP1501 4 8 3 3
3 9
3 15

6.3.3. Penyajian Relasi dengan Matriks


Misalkan R adalah relasi dari A  a1, a2 ,  , am  dan B  b1, b2 ,  , bn 
Relasi R dapat disajikan dengan matriks:
M  mij  ; i  1, 2, 3,....,m & j , 2, 3,....,n

______________________________________________ 104
LOGIKA MATEMATIKA 2018
b1 b2 .... bn
 m11 m12
a1 m1n 
m m2n 
a2
 21 m22 1, (ai ,b j )  R

M= Dimana: mij  
 
  0, (ai ,b j )  R

am mm1 mm2 mmn 

Contoh (6.12):
1). Relasi R pada Contoh (6.2) dapat dinyatakan dengan matriks
b1 b2 b3 b4
a1 1 1 0 0
R  a2 1 0 1 0 
a3 0 0 0 1 
Dimana: a1 = Amir, a2 = Budi, a3 = Cecep, dan b1 = KKT1401, b2 = CSP1501,
b3 = KKP=1301, dan b4 = PKP1201.

2). Relasi R pada Contoh (6.3) dapat dinyatakan dengan matriks


2 4 8 9 15
2 1 1 1 0 0 
R  3 0 0 0 1 1 
4 0 1 1 0 0 
Dimana: a1 = 2, a2 = 3, a3 = 4, dan b1 = 2, b2 = 4, b3 = 8, b4 = 9, b5 = 15.

Contoh(6.13):
Diketahui relasi R pada A = {a,b,c,d,e,f}
didefinisikan sebagai: R = {(a,b),(a,c),(b,c),(c,a),(d,b),(e,e)}
Nyatakan R dalam bentuk matriks.
Jawab:
Dalam setiap pasangan terurut, komponen pertama kita tuliskan sebagai baris dan
komponen kedua sebagai kolom dari suatu matriks. Berdasarkan definisi R diatas kita
dapat menyatakan tabel dalam bentuk matriks sebagai berikut:

Komponen Kedua
a b c d e f
a 0 1 1 0 0 0
b 0 0 1 0 0 0
Komponen

c 1 0 0 0 0 0
Pertama

d 0 1 0 0 0 0
e 0 0 0 0 1 0
f 0 0 0 0 0 0

Keterangan:

______________________________________________ 105
LOGIKA MATEMATIKA 2018
 Karena (a,b),(a,c),(b,c),(c,a),(d,b),(e,e)  R maka kita beri nilai “1”
 Untuk pasangan yang lainnya kita beri nilai “0”.
Misalnya (a,a)  R atau aRa
Contoh(6.14):
Tentukan relasi R pada A ={1, 2, 3, 4} yang dinyatakan oleh matriks M berikut:

1 0 1 1
0 1 1 0 
M
0 0 0 1
 
1 0 0 1
Jawab:
Karena m11  m13  m14  m22  m23  m34  m41  m44  1 ,dan elemen-elemen
lainnya bernilai 0.
Maka R dapat ditulis R = {(1,1),(1,3),(1,4),(2,2),(2,3),(3,4),(4,1),(4,4)}
dan R  A  A

6.3.4. Penyajian Relasi dalam bentuk grafik


Misal R suatu relasi dari A ke B. Himpunan A digambarkan pada sumbu mendatar X
dan himpunan B digambarkan pada sumbu tegak Y yang memotong sumbu X di titik 0.
Setiap pasangan terurut di A x B dinyatakan oleh satu titik pada bidang XOY. Dengan
demikian R adalah himpunan titik-titik (a,b) pada bidang XOY dimana (a,b)  R

Contoh(6.15):
Relasi R dari A = {a, b, c, d, e} ke B = {1, 2, 4} didefinisikan sebagai berikut:
R = {(a,1),(a,4),(b,2),(c,2),(c,4),(d,1)}.

Gambarkan grafik dari R


B
4  
Jawab:
Grafik R dinyatakan oleh titik-titik
2
  hitam pada grafik di atas

1  
A
0 a b c d e

Contoh(6.16):
Relasi R1 , R 2 dan R 3 pada himpunan bilangan-bilangan riel R diberikan oleh:
a). R1  {(x,y) / x 2  y 2  25, y  0}
b). R2  {(x,y) / (x  1)2  y 2  1}

c). R3  {(x,y) / x  y  16}


2 2

Jawab: a). Grafik R1 = daerah yang di arsir. b). Grafik R 2 = daerah yang di arsir

______________________________________________ 106
LOGIKA MATEMATIKA 2018
y y

c). Grafik R3 adalah daerah yang di arsir di bawah ini

6.3.5. Penyajian Relasi dalam bentuk Graf Berarah


Relasi pada sebuah himpunan dapat direpresentasikan secara grafis dengan graf
berarah (directed graph atau digraph). Graf berarah tidak didefinisikan untuk
merepresentasikan relasi dari suatu himpunan ke himpunan lain. Tiap elemen himpunan
dinyatakan dengan sebuah titik (disebut juga simpul atau vertex), dan tiap pasangan terurut
dinyatakan dengan busur (arc)
Jika (a, b)  R, maka sebuah busur dibuat dari simpul a ke simpul b. Simpul a disebut
simpul asal (initial vertex) dan simpul b disebut simpul tujuan (terminal vertex). Pasangan
terurut (a, a) dinyatakan dengan busur dari simpul a ke simpul a sendiri. Busur semacam
itu disebut gelang atau kalang (loop).

Contoh (6.17):
Misalkan R = {(a, a), (a, b), (b, a), (b, c), (b, d), (c, a), (c, d), (d, b)} adalah relasi pada
himpunan {a, b, c, d}.
R direpresentasikan dengan graf berarah sbb:

b
a

c d

______________________________________________ 107
LOGIKA MATEMATIKA 2018
Contoh(6.18):
Buatlah graf yang menyatakan relasi R seperti pada contoh (5.12).
Jawab:
Dari contoh (5.12) A = {a, b, c, d, e, f}
R = {(a,b),(a,c),(b,c),(c,a),(d,b),(e,e)}
Graf untuk relasi R adalah sebagai berikut:
b
 d
 e

f
a c

Titik-titik a, b, c, d, e, f digambarkan pada bidang kertas, sembarang. Titik f tidak


berelasi dengan titik manapun, oleh karena itu tidak ada anak panah yang masuk
maupun keluar.
Contoh(6.19):
Buatlah graf yang menyatakan relasi R seperti pada contoh (6.13).
Jawab:
Dari contoh (6.13) relasi R = {(1,1),(1,3),(1,4),(2,2),(2,3),(3,4),(4,1),(4,4)}
Graf G yang sesuai dengan R adalah:

1  4

2 3

6.4. Relasi Identitas, Relasi Kosong dan Relasi Inver’s


(1). Relasi Identitas
Relasi identitas pada himpunan A ditulis IA atau A adalah himpunan pasangan-
pasangan (a,a) dengan a  A, ditulis IA = {(a, a) /a  A}. Relasi identitas ini juga disebut
relasi diagonal, sebab anggota-anggota dari relasinya merupakan diagonal dari diagram
koordinatnya.
Contoh (6.20):
Misalkan A = {1, 2, 3}
Maka A x A = {(1, 1), (1, 2), (1, 3), (2, 1), (2, 2), (2, 3), (3, 1), (3, 2), (3, 3)}
A
3

2
IA = {(1, 1), (2, 2), (3, 3)}
1

1 2 3
A
______________________________________________ 108
LOGIKA MATEMATIKA 2018
(2). Relasi Kosong
Relasi kosong dari himpuanan A ditulis  , adalah himpunan kosong dari A x A .
Dimaksud relasi  disini adalah himpunan kosong dari A x A.
Contoh (6.21):
A =  maka A x A = 
R suatu relasi dari A ke A adalah R  A x A
R =

(3). Relasi Invers


Misalkan R suatu relasi dari himpunan A ke himpunan B. Invers dari R ditulis R 1
adalah suatu relasi dari himpunan B ke himpunan A, sedemikian hingga tiap pasangan
terurut pada R 1 jika urutan anggota-anggotanya dibalik merupakan anggota dari R.

Jadi R 1 = {(b,a) / (a,b)  R}


Contoh(6.22):
Relasi R pada A = {1, 2, 3} didefinisikan sebagai R = {(1, 2), (1, 3), (2, 3)},
maka R 1 = {(2, 1), (3, 1), (3, 2)}.

Contoh (6.23):
Misalkan P = {2, 3, 4} dan Q = {2, 4, 8, 9, 15}.
Di definisikan relasi R dari P ke Q dengan “(p, q)  R jika p habis membagi q “
maka diperoleh
R = {(2, 2), (2, 4), (4, 4), (2, 8), (4, 8), (3, 9), (3, 15) }

Jika R–1 adalah invers dari relasi R, yaitu relasi dari Q ke P dengan “(q, p)  R–1 jika
q adalah kelipatan dari p”
maka kita peroleh
R–1 = {(2, 2), (4, 2), (4, 4), (8, 2), (8, 4), (9, 3), (15, 3) }

Contoh (6.24):
Jika M adalah matriks yang merepresentasikan relasi R,
1 1 1 0 0 
 
M = 0 0 0 1 1 
0 1 1 0 0 
maka matriks yang merepresentasikan relasi R–1, katakan misalkan N, diperoleh
dengan melakukan transpose terhadap matriks M,
1 0 0
1 0 1 

N = MT =  1 0 1
 
0 1 0
0 1 0 

______________________________________________ 109
LOGIKA MATEMATIKA 2018
6.5. Sifat-sifat Relasi Biner
Relasi biner yang didefinisikan pada sebuah himpunan mempunyai beberapa sifat
antara lain sbb:

6.5.1. Refleksif (reflexive)


Suatu relasi R pada himpunan A disebut “refleksif” jika dan hanya jika untuk setiap
a dalam A berlakulah aR a .
R = refleksif  (a  A) aR a
Relasi R disebut “tidak refleksif” jika dan hanya jika ada elemen a dalam A sedemikian
hingga a R a .
R = tidak refleksif  (a  A) a R a .

R dikatakan “ir-refleksif” jika dan hanya jika untuk setiap elemen a dalam A berlaku aRa
Dapat diringkas dengan simbol:
R = ir-refleksif  (a  A) a R a

Contoh (6.25):
Misalkan A = {1, 2, 3, 4}, dan relasi R di bawah ini didefinisikan pada himpunan A, maka
(a) Relasi R = {(1, 1),(2, 2),(3, 3),(4, 4) } bersifat refleksif karena setiap elemen relasi
yang berbentuk (a, a), yaitu (1, 1), (2, 2), (3, 3), dan (4, 4).
(b) Relasi R = {(1, 1),(2, 2),(2, 3),(4, 2),(4, 3),(4, 4)} tidak bersifat refleksif
karena (3, 3)  R.

Contoh (6.26):
Relasi “habis membagi” pada himpunan bilangan bulat positif bersifat refleksif karena
setiap bilangan bulat positif habis dibagi dengan dirinya sendiri, sehingga (a, a)R
untuk setiap a  A.

Contoh (6.27):
Tiga buah relasi di bawah ini menyatakan relasi pada himpunan bilangan bulat positif N
R : x lebih besar dari y, S : x + y = 5, dan T : 3x + y = 10
Tidak satupun dari ketiga relasi di atas yang refleksif karena, misalkan (2, 2) bukan
anggota R, S, maupun T.

Contoh (6.28):
Relasi yang bersifat refleksif mempunyai matriks yang elemen diagonal utamanya
semua bernilai 1, atau mii = 1, untuk i = 1, 2, …, n,
1 
 
 1 
 
 
 1 
 1 

______________________________________________ 110
LOGIKA MATEMATIKA 2018
Contoh (6.29):
Graf berarah dari relasi yang bersifat refleksif dicirikan adanya gelang pada setiap
simpulnya.

6.5.2. Simetris (symmetric) dan tak-setangkup (antisymmetric)


Suatu relasi R pada himpunan A disebut simetris (setangkup) jika dan hanya jika
untuk setiap a dan b dalam A maka berlaku (a, b)  R, maka (b, a)  R.
R = Simetris  (a, b  A) aRb  bRa

Relasi R pada himpunan A disebut tidak simetris (tidak setangkup) jika dan hanya jika ada
a dan b dalam A sehingga berlaku (a, b)  R sedemikian hingga (b, a)  R.

R = tidak simetri  (a,b  A ) aRb  b R a

Relasi R pada himpunan A disebut anti-simetris (tolak-setangkup) jika dan hanya jika untuk
semua a, b  A, (a, b)  R dan (b, a)  R hanya jika a = b
R = anti-simetri  (a, b  A) aRb  bRa  a  b

Relasi R pada himpunan A dikatakan a-simetris jika dan hanya jika setiap elemen berbeda
a dan b  A , (a, b)  R maka (b, a)  R.

R = a-simetri  (a, b  A) aRb  b R a

Catatan: Perhatikanlah bahwa istilah setangkup dan tolak-setangkup tidaklah berlawanan,


karena suatu relasi dapat memiliki kedua sifat itu sekaligus. Namun, relasi tidak
dapat memiliki kedua sifat tersebut sekaligus jika ia mengandung beberapa
pasangan terurut berbentuk (a, b) yang mana a  b.

Contoh (6.30):
Misalkan A = {1, 2, 3, 4}, dan relasi R di bawah ini didefinisikan pada himpunan A, maka
(a) Relasi R = {(1, 1), (1, 2), (2, 1), (2, 2), (2, 4), (4, 2), (4, 4) } bersifat simetris
(setangkup)
Karena jika (a, b)  R maka (b, a) juga  R. Di sini (1, 2) dan (2, 1)  R, begitu
juga (2, 4) dan (4, 2)  R.
(b) Relasi R = {(1, 1), (2, 3), (2, 4), (4, 2) } tidak setangkup
Karena (2, 3)  R, tetapi (3, 2)  R.
(c) Relasi R = {(1, 1), (2, 2), (3, 3) } tolak-setangkup
Karena 1 = 1 dan (1, 1)  R, 2 = 2 dan (2, 2)  R, dan 3 = 3 dan (3, 3)  R. Perhatikan
bahwa R juga simetris (setangkup)
(d) Relasi R = {(1, 1), (1, 2), (2, 2), (2, 3) } tolak-setangkup
Karena (1, 1)  R dan 1 = 1 dan, (2, 2)  R dan 2 = 2 dan
Perhatikan bahwa R tidak setangkup.
(e) Relasi R = {(1, 1), (2, 4), (3, 3), (4, 2) } tidak tolak-setangkup
Karena 2  4 tetapi (2, 4) dan (4, 2) anggota R. Relasi R pada (a) dan (b) di atas
juga tidak tolak-setangkup.
______________________________________________ 111
LOGIKA MATEMATIKA 2018
(f) Relasi R = {(1, 2), (2, 3), (1, 3) } setangkup dan juga tolak-setangkup, dan R = {(1,
1), (1, 2), (2, 2), (3, 3)} tidak setangkup tetapi tolak-setangkup.
(g) Relasi R = {(1, 1), (2, 2), (2, 3), (3, 2), (4, 2), (4, 4)} tidak setangkup maupun tidak
tolak-setangkup. R tidak setangkup karena (4, 2)  R tetapi (2, 4)  R. R tidak tolak-
setangkup karena (2, 3)  R dan (3, 2)  R tetap 2  3.

Contoh (6.31)
Relasi “habis membagi” pada himpunan bilangan bulat positif tidak setangkup karena
jika a habis membagi b, b tidak habis membagi a, kecuali jika a = b. Misalnya: 2 habis
membagi 4, tetapi 4 tidak habis membagi 2. Karena itu, (2, 4)  R tetapi (4, 2)  R.
Relasi “habis membagi” tolak-setangkup karena jika a habis membagi b dan b habis
membagi a maka a = b. Misalnya: 4 habis membagi 4. Karena itu, (4, 4)  R dan 4 = 4.

Contoh (6.32):
Tiga buah relasi di bawah ini menyatakan relasi pada himpunan bilangan bulat positif N
R : “x lebih besar dari y”, S : x + y = 6, dan T : 3x + y = 10
R bukan relasi setangkup karena, misalkan 5 lebih besar dari 3 tetapi 3 tidak lebih
besar dari 5.
S relasi setangkup karena (4, 2) dan (2, 4) adalah anggota S.
T tidak setangkup karena, misalkan (3, 1) adalah  T tetapi (1, 3) T.
S bukan relasi tolak-setangkup karena, misalkan (4, 2)  S dan (4, 2)  S tetapi 4  2.
Relasi R dan T keduanya tolak-setangkup (tunjukkan!).

Contoh (6.33):
a) Relasi yang bersifat setangkup mempunyai matriks yang elemen-elemen di bawah
diagonal utama merupakan pencerminan dari elemen-elemen di atas diagonal
utama, atau mij = mji = 1, untuk i = 1, 2, …, n :
 1 
 0

1 
 
 
 0 

b) Sedangkan graf berarah dari relasi yang bersifat setangkup dicirikan oleh: jika ada
busur dari a ke b, maka juga ada busur dari b ke a.
c) Matriks dari relasi tolak-setangkup mempunyai sifat yaitu jika mij = 1 dengan i  j,
maka mji = 0. Dengan kata lain, matriks dari relasi tolak-setangkup adalah jika
salah satu dari mij = 0 atau mji = 0 bila i  j :
 1 
 0 
 
0 1
 
 1 
 0 

______________________________________________ 112
LOGIKA MATEMATIKA 2018
Contoh (6.34):
Suatu graf berarah dari relasi yang bersifat tolak-setangkup dicirikan oleh: jika dan
hanya jika tidak pernah ada dua busur dalam arah berlawanan antara dua simpul
berbeda.

6.5.3. Transitif (transitive)


Relasi R pada himpunan A disebut Transitif (menghantar) jika dan hanya jika untuk
setiap a, b, c  A sehingga (a, b)  R dan (b, c)  R, maka berlaku (a, c)  R,.

R = transitif  (a,b,c  A) aRb  bRc  aRc

Relasi R pada himpunan A disebut “tidak transitif” jika dan hanya jika terdapat a, b, c  A
sedemikian hingga aRb dan bRc dan aRc .

R = tidak transitif  (a, b, c  A) 


aRb  bRc  aRc

Relasi R pada himpunan A disebut “in-transitif” jika dan hanya jika untuk setiap a, b, c  A
sedemikian hingga aRb dan bRc maka berlaku aRc .

R = in- transitif  ( a,b,c  A) 


aRb  bRc  aRc

Contoh (6.35):
Misalkan A = {1, 2, 3, 4}, dan relasi R di bawah ini didefinisikan pada himpunan A,
maka
(a) R = {(2, 1), (3, 1), (3, 2), (4, 1), (4, 2), (4, 3) } bersifat Transitif (menghantar).
Lihat tabel berikut:
Pasangan berbentuk
(a, b) (b, c) (a, c)
(3, 2) (2, 1) (3, 1)
(4, 2) (2, 1) (4, 1)
(4, 3) (3, 1) (4, 1)
(4, 3) (3, 2) (4, 2)

(b) R = {(1, 1), (2, 3), (2, 4), (4, 2) } tidak manghantar
Karena (2, 4) dan (4, 2)  R, tetapi (2, 2)  R, begitu juga (4, 2) dan (2, 3)  R,
tetapi (4, 3)  R
(c) Relasi R = {(1, 1), (2, 2), (3, 3), (4, 4) } jelas menghantar
(d) Relasi R = {(1, 2), (3, 4)} menghantar
Karena tidak ada (a, b)  R dan (b, c)  R sedemikian hingga (a, c)  R.
(e) Relasi yang hanya berisi satu elemen seperti R = {(4, 5)} selalu menghantar.

Contoh (6.36)
Relasi “habis membagi” pada himpunan bilangan bulat positif bersifat transitif.
Misalkan bahwa a habis membagi b dan b habis membagi c. Maka terdapat bilangan
positif m dan n sedemikian sehingga b = ma dan c = nb. Di sini c = nma,

______________________________________________ 113
LOGIKA MATEMATIKA 2018
sehingga a habis membagi c. Jadi, relasi “habis membagi” bersifat transitif
(menghantar).

Contoh (6.37)
Tiga buah relasi di bawah ini menyatakan relasi pada himpunan bilangan bulat positif N
R : x lebih besar dari y, S : x + y = 6, dan T : 3x + y = 10
R adalah relasi transitif (menghantar) karena jika x > y dan y > z maka x > z.
S tidak transitif karena, misalkan (4, 2) dan (2, 4) adalah anggota S tetapi (4, 4)  S.
T = {(1, 7), (2, 4), (3, 1)} transitif (menghantar)

Contoh (6.38)
Relasi yang bersifat menghantar tidak mempunyai ciri khusus pada matriks
representasinya

Contoh (6.39)
Sifat transitif (menghantar) pada graf berarah ditunjukkan oleh: jika ada busur dari a
ke b dan dari b ke c, maka juga terdapat busur berarah dari a ke c.

Jika suatu relasi R memiliki tiga sifat sekaligus, yaitu sifat refleksif, sifat simetris dan
sifat transitif maka relasi R dikatakan mempunyai sifat “ekivalensi”. Jadi relasi R ekivalensi
jika dan hanya jika R memenuhi sifat refleksif , R memenuhi sifat Simetris, dan R memenuhi
sifat transitif.

Contoh (6.40):
Misalkan R adalah suatu relasi dalam bilangan-bilangan riil yang didefinisikan oleh
kalimat terbuka “lebih kecil atau sama dengan” ditulis x  y, maka:
a) relasi R adalah refleksif, sebab untuk setiap bilangan riil a, a  a.
b) relasi R adalah tidak simetris sebab untuk setiap bilangan riil a dan b, a  b dan b  a
c) relasi R adalah transitif sebab untuk setiap bilangan a, b dan c, a  b dan b  c maka
ac

Contoh (6.41):
Misalkan R suatu relasi dalam bilangan-bilangan yang didefinisikan sebagi “x lebih
kecil dari pada y” ditulis x < y, maka
a) R tidak reflektif, sebab untuk setiap bilangan riil a, a  a .
b) R tidak simetris, sebab untuk setiap bilangan riil a, a  b dan . b  a
c) R transitif. Sebab untuk setiap 3 bilangan riil a, b, dan c berlaku a  b dan b  c maka
ac

Contoh (6.42):
Misalkan M = {1, 2, 3, 4} merupakan himpunan semesta dan suatu relasi R pada M
didefinisikan sebagai R = {(1,3), (4,2), (2,4), (2,3), (3,1)}.
Maka
a) R tidak reflektif, sebab untuk setiap a  M (a,a)  R .
Misalnya untuk 1 M (1,1)  R ; untuk 2  M (2,2)  R , dan lainya

______________________________________________ 114
LOGIKA MATEMATIKA 2018
b) R tidak simetris, sebab untuk setiap a,b  M (a,b)  R , dan (b,a)  R
Misalnya untuk 2,3  M, (2,3)  R  (3,2)  R ,
c) R transitif. Sebab untuk setiap 1,2,3  M, (1,3)  R  (3,1)  R  (1,1)  R

Contoh (6.43):
Misalkan M = {a, b, c} dan relasi R pada M didefinisikan sebagai R = {(a, b), (c, b),
(b, a), (a, c)} maka
a) R tidak reflektif, sebab misalnya x mewakili elemen-elemen a,b dan c dalam M,
maka stiap x  M, (x,x)  R
b) R tidak simetris, sebab untuk b,c  M, (c,b)  R  (b,c)  R ,
c) R transitif. Sebab untuk a,b,c  M, (a,b)  R  (b,a)  R  (a,a)  R
juga (c,b)  R  (b,a)  R  (c,a)  R

Contoh (6.44):
Misal, M adalah himpunan garis-garis pada bidang datar. Relasi R didefinisikan
sebagai relasi “kesejajaran” garis-garis pada M. Maka R adalah relasi ekivalensi.

Contoh (6.45):
Misal, M adalah segitiga-segitiga yang sebagun pada bidang datar. Dan relasi R
didefinisikan sebagai relasi “kesebangunan” segitiga pada M. Maka R adalah relasi
ekivalensi

6.6. Operasi-operasi pada Relasi


Karena relasi biner merupakan himpunan pasangan terurut, maka operasi himpunan
seperti irisan, gabungan, selisih, dan beda setangkup antara dua relasi atau lebih juga
berlaku. Jika R1 dan R 2 masing-masing adalah relasi dari himpuna A ke himpunan B ,
maka R1  R 2 , R1  R 2 , R1  R 2 , dan R1  R 2 juga adalah relasi dari A ke B .

Contoh (6.46):
Misalkan A = {a, b, c} dan B = {a, b, c, d}.
Didefinisikan relasi R1 = {(a, a), (b, b), (c, c)} dan R 2 = {(a, a), (a, b), (a, c), (a, d)}
Maka:
R1  A  B dan R2  A  B
R1  R 2 = {(a, a)}
R1  R 2 = {(a, a), (b, b), (c, c), (a, b), (a, c), (a, d)}
R1  R 2 = {(b, b), (c, c)}
R 2  R1 = {(a, b), (a, c), (a, d)}
R1  R 2 = {(b, b), (c, c), (a, b), (a, c), (a, d)}
Jika relasi R1 dan R 2 masing-masing dinyatakan dengan matriks MR dan MR , maka
1 2
matriks yang menyatakan gabungan dan irisan dari kedua relasi tersebut adalah
MR1R2  MR1  MR2 dan MR1R2  MR1  MR2

______________________________________________ 115
LOGIKA MATEMATIKA 2018
Contoh (6.47):
Misalkan bahwa relasi R1 dan R 2 pada himpunan A dinyatakan oleh matriks
1 0 0  0 1 0 
R1 = 1 0 1  dan R 2 = 0 1 1 
1 1 0 1 0 0 

1 1 0 
 
maka MR1R2  MR1  MR2 = 1 1 1  ; dan
1 1 0 

0 0 0 
 
MR1R2  MR1  MR2 = 0 0 1 
1 0 0 

6.7. Pergandaan Relasi


Misalkan R adalah relasi dari himpunan A ke himpunan B, dan S adalah relasi dari
himpunan B ke himpunan C.. Pergandaan dua relasi R dan S ditulis dengan S  R adalah
relasi dari A ke C yang didefinisikan oleh:
S  R = {(a, c)  a  A, c  C, dan terdapat b  B, (a, b)  R dan (b, c)  S }
atau
S oR  {(a,c) / a  A, c  C, dan b  B, (a, b)  R  (b,c)  S }

Pada umumnya pergandaan relasi tidak bersifat komutatif yaitu R S  S R, tetapi
mempunyai sifat assosiatif, yaitu (R S) T = R  (S T).
Pergandaan relasi R dan S lebih jelas jika diperagakan dengan diagram sebagai berikut:

(a). R S  S R, sebab perhatikan diagram di bawah ini

A B C B C

R S S R

SR SR  RS RS

(b). (RS) T = R (ST), sebab

T R S

(SR)T= S(RT)

(SR)T
______________________________________________ 116
LOGIKA MATEMATIKA 2018
T R S

S(RT)
Contoh (6.48).
Misalkan R = {(1, 2), (1, 6), (2, 4), (3, 4), (3, 6), (3, 8)} adalah relasi dari himpunan
{1, 2, 3} ke himpunan {2, 4, 6, 8} dan S = {(2, u), (4, s), (4, t), (6, t), (8, u)} adalah relasi dari
himpunan {2, 4, 6, 8} ke himpunan {s, t, u}.
Maka komposisi (pergandaan) relasi R dan S adalah

S  R = {(1, u), (1, t), (2, s), (2, t), (3, s), (3, t), (3, u) }

Menggunakan diagram panah:

R S
2 s
1
4 t
2
6
3 u
8

Jika relasi R1 dan R 2 masing-masing dinyatakan dengan matriks MR1 dan MR2 ,
maka matriks yang menyatakan komposisi dari kedua relasi tersebut adalah

MR1 R2  MR1 MR2

Yang dalam hal ini operator “ ” sama seperti pada perkalian matriks biasa, tetapi
dengan mengganti tanda kali dengan “” dan tanda tambah dengan “”.

Contoh (6.49):
Misalkan bahwa relasi R1 dan R2 pada himpunan A dinyatakan oleh matriks
1 0 1  0 1 0 
R1 = 1 1 0  dan R2 = 0 0 1 
 
0 0 0  1 0 1 
maka matriks yang menyatakan R2  R1 adalah

 (1  0)  (0  0)  (1  1) (1  1)  (0  0)  (1  0) (1  0)  (0  1)  (1  1) 
 
MR1 R2  MR1 MR2 =  (1  0)  (1  0)  (0  1) (1  1)  (1  0)  (0  0) (1  0)  (1  1)  (0  1) 
(0  0)  (0  0)  (0  1) (0  1)  (0  0)  (0  0) (0  0)  (0  1)  (0  1)

______________________________________________ 117
LOGIKA MATEMATIKA 2018
1 1 1 
MR1 R2  MR1 MR2 = 0 1 1 
0 0 0 

6.8. Relasi n-ary


Dalam Relasi biner hanya menghubungkan antara dua buah himpunan. Relasi yang
lebih umum menghubungkan lebih dari dua buah himpunan. Relasi tersebut dinamakan
relasi n-ary (baca: ener). Jika n = 2, maka relasinya dinamakan relasi biner (bi = 2). Relasi
n-ary mempunyai terapan penting di dalam basis data.
Misalkan A1, A2, …, An adalah himpunan. Relasi n-ary R pada himpunan-himpunan
tersebut adalah himpunan bagian dari A1  A2  …  An , atau dengan notasi R  A1  A2 
…  An. Himpunan A1, A2, …, An disebut daerah asal relasi dan n disebut derajat.

Contoh (6.50):
Misalkan NIM = {1359801, 1359802, 1359803, 1359804, 1359805, 1359806}
Nama = {Amir, Santi, Irwan, Ahmad, Cecep, Hamdan}
MatKul = {Matematika Diskrit, Algoritma, Struktur Data, Arsitektur Komputer}
Nilai = {A, B, C, D, E}
Maka:
Relasi MHS terdiri dari 4-tupel (NIM, Nama, MatKul, Nilai)
MHS  NIM  Nama  MatKul  Nilai
Misalkan relasi yang bernama MHS adalah

MHS = {(1359801, Amir, Matematika Diskrit, A), (1359801, Amir, Arsitektur Komputer, B) ,
(1359802, Santi, Arsitektur Komputer, D), (1359803, Irwan, Algoritma, C),
(1359803, Irwan, Struktur Data C), (1359803, Irwan, Arsitektur Komputer, B),
(1359804, Ahmad, Algoritma, E), (1359805, Cecep, Algoritma, A),
(1359805,Cecep,Arsitektur Komputer,B), (1359806,Hamdan,Matematika Diskrit, B),
(1359806, Hamdan, Algoritma, A, B), (1359806, Hamdan, Struktur Data, C),
(1359806, Hamdan, Ars. Komputer, B) }

Relasi MHS di atas juga dapat ditulis dalam bentuk Tabel dibawah ini
NIM Nama MatKul Nilai
1359801 Amir Matematika Diskrit A
1359801 Amir Arsitektur Komputer B
1359802 Santi Algoritma D
1359803 Irwan Algoritma C
1359803 Irwan Struktur Data C
1359803 Irwan Arsitektur Komputer B
1359804 Ahmad Algoritma E
1359805 Cecep Algoritma B
1359805 Cecep Arsitektur Komputer B
1359806 Hamdan Matematika Diskrit B
1359806 Hamdan Algoritma A
1359806 Hamdan Struktur Data C
1359806 Hamdan Arsitektur Komputer B

______________________________________________ 118
LOGIKA MATEMATIKA 2018
Basis data (database) adalah kumpulan tabel. Salah satu model basisdata adalah
model basisdata relasional (relational database). Model basisdata ini didasarkan pada
konsep relasi n-ary.
Pada basisdata relasional, satu tabel menyatakan satu relasi. Setiap kolom pada
tabel disebut atribut. Daerah asal dari atribut adalah himpunan tempat semua anggota
atribut tersebut berada. Setiap tabel pada basisdata diimplementasikan secara fisik
sebagai sebuah file. Satu baris data pada tabel menyatakan sebuah record dan setiap
atribut menyatakan sebuah field. Secara fisik basisdata adalah kumpulan file, sedangkan
file adalah kumpulan record, setiap record terdiri atas sejumlah field.
Atribut khusus pada tabel yang mengidentifikasikan secara unik elemen relasi
disebut kunci (key). Operasi yang dilakukan terhadap basisdata dilakukan dengan perintah
pertanyaan yang disebut query.
Contoh: query: “tampilkan semua mahasiswa yang mengambil mata kuliah Matematika
Diskrit” “tampilkan daftar nilai mahasiswa dengan NIM = 1359803” “tampilkan daftar
mahasiswa yang terdiri atas NIM dan mata kuliah yang diambil”
Query terhadap basisdata relasional dapat dinyatakan secara abstrak dengan
operasi pada relasi n-ary. Ada beberapa operasi yang dapat digunakan, diantaranya
adalah seleksi, proyeksi, dan join.

6.8.1. Seleksi
Operasi seleksi memilih baris tertentu dari suatu tabel yang memenuhi persyaratan
tertentu. Misalkan Operator 
Contoh (6.51):
Misalkan untuk relasi MHS kita ingin menampilkan daftar mahasiswa yang
mengambil mata kuliah Matematika Diskrit. Operasi seleksinya adalah
matakulmatematikadiskrit (MHS)
Hasil:
(1359801, Amir, Matematika Diskrit, A) dan (1359806, Hamdan, Matematika Diskrit, B)

6.8.2. Proyeksi
Operasi proyeksi memilih kolom tertentu dari suatu tabel. Jika ada beberapa baris
yang sama nilainya, maka hanya diambil satu kali. Misalnya Operator: 

Contoh (6.52).
Operasi proyeksi nama,matakul,nilai (MHS) menghasilkan Tabel 6.8.2a
Sedangkan operasi proyeksi NIM,Nama (MHS) menghasilkan Tabel 6.8.2b
Tabel 6.8.2a Tabel 6.8.2b
Nama MatKul Nilai NIM Nama
Amir Matematika Diskrit A 1359801 Amir
Amir Arsitektur Komputer B 1359802 Santi
Santi Algoritma D 1359803 Irwan
Irwan Algoritma C 1359804 Ahmad
Irwan Struktur Data C 1359805 Cecep
Irwan Arsitektur Komputer B 1359806 Hamdan
Ahmad Algoritma E
Cecep Algoritma B

______________________________________________ 119
LOGIKA MATEMATIKA 2018
Cecep Arsitektur Komputer B
Hamdan Matematika Diskrit B
Hamdan Algoritma A
Hamdan Struktur Data C
Hamdan Arsitektur Komputer B

6.8.3. Join
Operasi join menggabungkan dua buah tabel menjadi satu bila kedua tabel
mempunyai atribut yang sama. Operator: 

Contoh (6.53):
Misalkan relasi MHS1 dinyatakan dengan Tabel 6.8.3a dan relasi MHS2 dinyatakan
dengan Tabel 6.8.3b. Operasi join
NIM, Nama(MHS1, MHS2) menghasilkan Tabel 6.8.3c
Tabel 6.8.3a Tabel 6.8.3b
NIM Nama JK NIM Nama MatKul Nilai
13598007 Hananto L 13598007 Hananto Algoritma A
13598008 Guntur L 13598007 Hananto Basisdata B
13598009 Heidi W 13598009 Heidi Kalkulus I B
13598010 Harman L 13598010 Harman Teori Bahasa C
13598011 Karim L 13598010 Harman Agama A
13598012 Junaidi Statisitik B
13598013 Farizka Otomata C

Tabel 6.8.3c
NIM Nama JK MatKul Nilai
13598007 Hananto L Algoritma A
13598007 Hananto L Basisdata B
13598009 Heidi W Kalkulus I B
13598010 Harman L Teori Bahasa C
13598010 Harman L Agama A

6.9. Contoh Soal-Soal Dan Penyelesaian


1. Misalkan A = {1, 2, 3, 4, 5, 6, 7} , B = {4, 5, 6, 7, 8, 9} dan relasi R dari A ke B diberikan
oleh R = {(1,5),(4,5),(1,4),(4,6),(3,7),(7,6)}
Carilah: Domain, range (jangkauan) dan R 1
Jawab:
Domain dari R = D= {a / a  A dan (a,b)  R, b  B} = {1, 3, 4, 7}
Range dari R = E = {b / b  B dan (a,b)  R, a  A} = {4, 5, 6, 7}
R 1 = {(b,a) / (a,b)  R} = {(5,1),(5,4),(4,1),(6,4),(7,3),(6,7)}
2. Misalkan R suatu relasi pada himpunan bilangan asli N
Didefinisikan oleh R = {(x,y)/ x,y  N, x+3y = 12}.
Tentukan:
(a) Tulis R dalam bentuk himpunan pasangan terurut.
(b) Carilah domain, range dan invers dari R
Jawab:
a). R sebagai himpunan pasangan terurut
R = {(2,3),(6,2),(9,1)}
______________________________________________ 120
LOGIKA MATEMATIKA 2018
b). Domain dari R = D = {3, 6, 9}
Range dari R = E = { 1, 2, 3}
R 1 = {(b,a) / (a,b)  R} = {(3,3),(2,6),(1,9)}
3. Suatu relasi R dari himpunan A = {1, 2, 3, 4} ke himpunan B = {1, 3, 5}, yang
didefinisikan oleh “x lebih kecil dari y”
(a) Tulis R sebagai himpunan pasangan terurut.
(b) Gambarkan R pada diagram koordinat A x B
1
(c) Tentukan relasi invers R
Jawab:
(a) x R y dibaca x lebih kecil y ditulis x < y.
R = {(x, y) / x < y} = {(1,3), (1,5), (2,3), (2,5), (3,5), (4,5)}
(b) Diagram koordinat A x B dari relasi R sebagai berikut :
B

5 R merupakan himpunan titik-titik yang


4 tampak pada diagram koordinat A x B.
3
2
1
A
1 2 3 4
(c) R 1 = {(y, x) / (x, y)  R) = {(3, 1) (5, 1) (3, 2) (5, 2) (5, 3) (5, 4)}

4. Suatu relasi R yang didefinisikan sebagai “x pembagi y” dari himpunan C. dengan C =


{2, 3, 4, 5} ke himpunan D = {3, 6, 7, 10}
(a) Tentukan R sebagai himpunan pasangan terurut
(b) Gambar R pada diagram koordinat C x D
(c) Tentukan relasi invers R 1 D
Jawab :
(a) R = {(2, 6), (2, 10), (3, 3), (3, 6), (5, 10)} 10
(b) Diagram koordinat R sebagai berikut : 7
1 6
(c). R = {(6, 2), (10, 2), (3, 3), (6, 3), (10, 5)}
5
3
C
1 2 3 4 5

5. Misalkan M = {a, b, c, d} dan suatu relasi R pada M yang memuat titik-titik yang tampak
pada diagram koordinat berikut ini.
M
d (a) Tentukan semua unsur di M yang berelasi
c dengan b, atau {x /{x, b)  R}
(b) Tentukan semua unsur di M sehingga d
b
merupakan relasinya, atau {x / (d, x)  R}
a
(c) Tentukan relasi invers R 1
a b c d
M

______________________________________________ 121
LOGIKA MATEMATIKA 2018
Jawab :
(a) Dari (a, b), (b, b) dan (d, b) diperoleh unsur-unsur pada M yang berelasi dengan b
yaitu {a, b, d}
(b) Dari (d, a) dan (d, b), diperoleh unsur-unsur di M yang memenuhi {x / (x, b)  R}
yaitu {a,b}
(c) Karena R = {(a, b), (b, a), (b, b), (b, d), (c, c), (d, a), (d, b)} maka
R 1 = {(b, a), (a, b), (b, b), (d, b), (c, c), (a, d), (b, d)}

6. Misalkan R suatu relasi yang didefinisikan sebagai relasi “  “ pada himpunan N = {1,
2, 3, …..}. Yaitu (a, b)  R jika dan hanya jika a  b. Tentukan apakah R : (a) refleksif,
(b) simetris, (c) transitif, ataukah (d) ekivalensi.
Jawab :
(a) R refleksif, sebab (aN) a  a
(b) R tidak simetris, sebab (a, bN) 3  5, tetapi 5  3
(c) R transitif, sebab (a, b, cN ) a  b  b  c  a  c.
(d) R tidak ekivalensi sebab R tidak simetris. R akan ekivalensi jika R bersifat
refleksif, simetris dan sekaligus transitif.

7. Misalkan R adalah relasi pada himpunan A  {2, 8, 32, 4} dimana x Ry menyatakan


bahwa “x membagi y” untuk setiap x,y  A.
a. Tulis R sebagai pasangan terurut
b. Buatlah relasi R dalam bentuk matriks
c. Selidiki apakah R mempunyai sifat refleksif, simetris dan transitif.
d. Buatlah graf untuk R
Jawab:
a. R  {(2,2),(2,8),(2,32),(2,4),(8,8),(8,32),(32,32),(4,4),(4,8),(4,32)}
b. R dalam bentuk matriks

M 2 8 32 4
2 1 1 1 1
8 0 1 1 0
32 0 0 1 0
4 0 1 1 1

c. (i) Karena semua elemen-elemen diagonalnya 1, maka R bersifat refleksif.


Yaitu (2,2)  R , (8,8)  R ,(32,32)  R , dan (4,4)  R
(ii) Dari matriks diatas tampak bahwa R mempunyai sifat Transitif, sebab untuk
setiap i,j,k = 1, 2, 3, 4, berlaku mij  1dan m jk  1 maka mik  1
(iii) Matriks M diatas tidak simetris, karena mij  m ji . Jadi R tidak mempunyai sifat
simetris, dan R bersifat anti-simetris

______________________________________________ 122
LOGIKA MATEMATIKA 2018
d. 4

32
2
8

8. Misalkan W = {1, 2, 3, 4}. Perhatikan relasi-relasi R1 , R2 , dan R3 pada W didefinisikan


R1 = {(1, 2), (4, 3), (2, 2), (2, 1), (3, 1)}
R2 = {(2, 2), (2, 3), (3, 2)}
R3 = {(1, 3)}
Tentukan relasi mana yang (a) Simetris, (b) Transitif.
Jawab:
(a) Simetris:
R dikatakan simetris  (a, b  W ) (a, b)  R  (b, a)  R
R1 tidak simetris, sebab ( 3, 4  W) (4,3)  R1, tetapi (3,4)  R1.
R2 Simetris, sebab (2,3W) (2,3)R2  (3, 2) R2 (2, 2)R2  (2,2) R2
R3 tidak simetris, sebab ( 1, 3  W ) (1, 3)  R3 .. (3, 1)  R3
(b) Transitif:
R dikatakan transitif jika dan hanya jika ( a,b,c W) (a, b)R  (b,c)R 
(a,c) R
R1 tidak transitif, sebab ( 1, 3, 4  W ) (4, 3) R1  (3, 1) R1  (4, 1) R1
R2 tidak transitif, sebab ( 2, 3  W ) (3, 2)  R2  (2, 3)  R2  (3, 3)  R2
R3 tidak transitif, sebab R3 hanya mempunyai satu unsur yaitu (1, 3)  R3

9. Suatu relasi R = {(1,1), (2, 3), (3, 2)} pada X = {1, 2, 3}. Tentukan apakah R mempunyai
sifat (a) refleksif (b) Simetris, ataukah (c) transitif.
Jawab:
(a) R tidak refeksif, sebab 2  X, tetapi (2, 2)  R
(b) R Simetris, sebab R-1 = {(1, 1), (3, 2), (2, 3)} = R
(c) R tidak transitif, sebab (3, 2)  R dan (2, 3)  R , tetapi (3,)  R

10. Misalkan R adalah suatu relasi dari himpunan E = {2, 3, 4, 5} ke himpunan F = {3, 6, 7,
10} yang didefinisikan oleh kalimat terbuka "y habis dibagi oleh x".
(a) Tuliskan R sebagai himpunan pasangan terurut, carilah himpunan jawab dari R.
(b) Buatlah sketsa dari R pada diagrain koordinat E x F.
Jawab:
(a) Pandang keenam belas elemen dalam E x F dan pilihlah pasangan-pasangan
terurut dimana elemen keduanya habis dibagi oleh elemen pertamanya; maka R =
{(2, 6), (2, 10), (3, 3), (3, 6), (5, 10)
(b) Sketsa dari R pada diagram koordinat E x F diperlihatkan pada tabel berikut:

______________________________________________ 123
LOGIKA MATEMATIKA 2018
E

10

7
6

2 3 4 5

11. Diketahui M = {a, b, c, d} dan relasi R pada M didefinisikan sebagai himpunan titik-titik
yang diperlihatkan pada diagram koordinat M x M dibawah ini.
1) Nyatakan apakah masing-masing berikut ini benar atau salah:
(a) c R b, (b) d R a, (c) a R c, (d) b R b
2) Carilah {x /(x,b)R}, yaitu semua elemen-elemen dalam M yang berelasi dengan b.
3) Carilah {x (d, x)  R},yaitu semua elemen-elemen dalam M yang berelasi dengan d.
M

M
a b c d

Jawab:
(1) Perhatikan bahwa x R y benar jika dan hanya jika (x, y) termasuk dalam R.
(a) Salah, karena (c, b)  R. (c) Benar, karena (a, c)  R
(b) Salah, karena (d, a)  R. (d) Salah, karena (b, b)  R.
(2) Garis horizontal yang melalui b memuat semua titik dari R di mana b muncul sebagai
elemen kedua; ia memuat pasangan-pasangan terurut (a,b), (b,b) dan (d,b) dari R.
Oleh karena itu {x  (x, b)  R} = {a, b, d}
(3) Garis vertikal yang melalui d memuat semua titik dari R dengan d muncul sebagai
elemen pertama; yaitu titik-titik (d, a) dan (d, b) dari R. Jadi {x  (d, x)  R} = {a, b}.

12. Pandang relasi R = {(1, 5), (4, 5), (1, 4), (4, 6), (3, 7), (7, 6)}.
Carilah (1) Domain dari R, (2) Jangkauan dari R, (3) invers dari R.
Jawab :
(1) Domain dari R terdiri atas himpunan dari elemen-elernen pertama dalam R; oleh
karena itu domain dari R adalah {1, 4, 3, 7}
(2) Jangkauan dari R terdiri dari himpunan dari elemen-elemen kedua dalam R; oleh
karena itu domain dari R adalah {5, 4, 6, 7}
(3) Invers dari R terdiri dari pasangan elemen dalam R dengan urutannya di balik.
1
Jadi R = {(5, 1), (5, 4), (4, 1), (6, 4), (7, 3), (6, 7)}

______________________________________________ 124
LOGIKA MATEMATIKA 2018
13. Masing-masing kalimat terbuka berikut ini mendefinisikan suatu relasi dalam bilangan-
bilangan riil. Buatlah sketsa dari masing-masing relasi pada suatu diagram koordinat
dari R# x R# .
(1) y = x2 (4) y  sin x
(2) y  x2 (5) y  x3
(3) y < 3 – x (6) y > x3
Jawab:
Untuk membuat sketsa suatu relasi pada bilangan-bilangan riil yang didefinisikan oleh
kalimat terbuka berbentuk
(a) y = f(x) ; (d) y < f(x)
(b) y > f(x) ; (e) y  f(x)
(c) y  f(x);
Pertama-tama gambarkan kurva y = f(x). Maka relasinya, akan terdiri atas titik-titik.
(a) pada y = f(x) (d) di bawah y = f(x)
(b) di atas y = f(x) (e) di bawah dan pada y = f(x)
(c) di atas dan pada y = f(x)
Jadi gambar-gambar berikut ini adalah sketsa-sketsa dari relasi-relasi di atas:
5

-5 5

-5
2
(1) y = x
(2) y  x2 (3) y < x2 - x

-1

(4) y  sin x (5) y  x3 (6) y > x3


x3
Perhatikan bahwa, kurva y = f(x) digambarkan dengan garis terputus-putus jika titik-titik
pada y = f(x) tidak termasuk dalam relasi.

14. Masing-masing kalimat terbuka berikut ini mendefinisikan suatu relasi dalam bilangan-
bilangan riil. Buat sketsa masing-masing relasi pada di koordinat R x R
Jawab:
Untuk membuat sketsa suatu relasi dalam bilangan-bilangan riil yang didefinisikan oleh
kalimat terbuka berbentuk f (x, y) < 0 (atau , >, ),
Maka gambarkan f (x, y) = 0. Kurva f (x, y) = 0, akan membagi bidang dalam berbagai
daerah-daerah.
Relasi ini akan terdiri dari semua titik-titik dalam satu atau mungkin lebih daerah-daerah.
Ujilah satu atau lebih titik-titik dalam tiap-tiap daerah untuk menentukan apakah semua
titik dalam daerah itu termasuk dalam relasi atau tidak.
Sketsa dari masing-masing relasi di atas hasilnya adalah sebagai berikut:
______________________________________________ 125
LOGIKA MATEMATIKA 2018
4

-4 x2 + y24  16 -3 3

-4

x2 + y2 – 16 < 0 x2 - 4y2 – 9  0

-4 4 -3 3

-4

x2 - 4y2 < 9

15. isalkan T = {l, 2, 3, 4, 5} dan R suatu relasi dalam T merupakan himpunan titik-titik yang
diperlihatkan dalam diagram koordinat T x T berikut ini:
(1) Carilah domain dari R
(2) Tentukan jangkauan dari R
(3) Cari invers dari R.
(4) Buatlah sketsa R 1 pada diagram koordinat T x T.
Jawab: T
(1) Elemen x  T berada dalam domain R
5 jika dan hanya jika garis vertikal yang
4 melalui x memuat sebuah titik dari R.
3 Jadi domain dari R adalah himpunan
2 {2,4,5}; karena garis vertikal yang melalui
1 tiap-tiap elemen ini dan hanyalah
elemen-elemen ini yang mengandung
1 2 3 4 5 titik-titik dalam R.

(2) Elemen x  T berada dalam jangkauan R jika dan hanya jika garis horizontal yang
melalui x memuat sebuah titik dari R.
Jadi jangkauan dari R adalah himpunan {1, 2, 4}, karena garis horizontal yang
melalui tiap-tiap elemen ini, dan hanyalah elemen-elemen ini yang memuat
sekurang-kurangnya satu titik dari R.
Karena R = {(2, 1), (2, 4), (4, 2), (4, 4), (5, 2)}
T

5
4
(3) R 1 = {(1,2), (4,2), (2,4), (4,4), (2,5)}
3
(4) R 1 diperlihatkan pada diagram
2
koordinat T x T sebagai berikut:
1 .
1 2 3 4 T
5

______________________________________________ 126
LOGIKA MATEMATIKA 2018
16. Misalkan R = {(x, y}  x  R#, y  R#, 4x2 + gy2 = 36}.
Sketsa dari R pada diagram koordinat R# x R# adalah sebagai berikut:

2
Carilah:
(1) Domain dari R,
-3 3 (2) jangkauan dari R,
1
(3) R

-2

Jawab:
(1) Domain dari R adalah selang [-3, 3] karena garis vertikal yang melalui tiap-tiap
bilangan ini dan hanyalah bilangan-bilangan ini, yang memuat sekurang-kurangnya
satu titik dari R.
(2) Jangkauan dari R adalah selang [-2, 2], karena garis horizontal yang melalui tiap-
tiap elemen dan hanyalah elemen-elemen ini, yang memuat sekurang-kurangnya
satu titik dari R.
(3) Menurut definisi invers dari R diperoleh R1 dengan mempertukarkan x dan y dalam
kalimat terbuka yang mendefinisikan R; yaitu:
= {(x, y)  x R#, y R#, 9x2+ 4y2 = 36}

17. Apakah ada hubungan antara domain-jangkauan dari suatu relasi R , dan domain-
jangkauan dari ?
Jawab:
Karena R1 terdiri dari pasangan-pasangan yang sama seperti dalam R kecuali dalam
urutan terbalik maka tiap-tiap elemen pertama dalam R akan menjadi elemen kedua
dalam R1 dan tiap-tiap elemen kedua dalam R akan menjadi elemen pertama dalam
R1 . Maka domain R adalah jangkauan R1 dan jangkauan dari R adalah domain R1 .

18. Misalkan R adalah relasi dalam bilangan-bilangan asli N = {1, 2,3,…} yang
didefinisikan oleh kalimat terbuka “2x+y =10”, yaitu R = {(x, y)xN, yN, 2x + y = 10};
Carilah : (1) domain dari R, (2) jangkauan dari R, (3) cari R1

Jawab:
Pertama perhatikan bahwa himpunan jawaban dari 2x + y = 10 adalah
R = {(1,8), (2,6), (3,4), (4,2)} meskipun terdapat tak-berhingga elemen-elemen dalam N.
(1) Domain dari R yang terdiri dari elemen-elemen pertama dari R adalah{l, 2, 3, 4}.
(2) Jangkauan dari R yang terdiri dari elemen-elemen kedua dari R adalah {8, 6, 4, 2).
(3) R1 diperoleh dengan mempertukarkan x dan y dalam kalimat terbuka yang
mendefinisikan R; jadi R1 = {(x, y)  x  N, y  N, x + 2y = 10}
Juga karena R1 terdiri dari pasangan-pasangan yang sama dalam R kecuali
dalam urutan terbalik, maka R-1 dapat didefinisikan sebagai:

______________________________________________ 127
LOGIKA MATEMATIKA 2018
R1 = {(8, l), (6, 2), (4, 3), (2, 4)}

19. Misalkan W = {1, 2, 3, 4} dan relasi R = {(1, 1), (1, 3), (2, 2), (3, 1), (4, 4)}.
Apakah R refleksif ?
Jawab:
R tidak refleksif karena 3  W dan (3,3)  R.
20. Misalkan E = {1, 2, 3}. Pandang relasi-relasi berikut dalam E.
R1 = {(1, 2),(3, 2),(2, 2),(2, 3)} R4 = {(l, 2)}
R2 = {(1, 2),(2, 3),(1, 3)} R5 = E x E
R3 = {(l, 1), (2, 2), (2, 3), (3, 2), (3, 3)}
Nyatakan apakah masing-masing relasi berikut adalah refleksif atau tidak.
Jawab:
Jika suatu relasi dalam E adalah refleksif maka (1, 1), (2, 2) dan (3, 3) harus termasuk
relasi R.
Dengan demikian R3 dan R5 bersifat refleksif.
21. Misalkan V = {1, 2, 3, 4) dan relasi R pada V yang didefinisikan sebagai R = {(1,2), (3,
4), (2, 1), (3, 3)}. Apakah R simetris?
Jawab:
R tidaklah simetris, karena 3  V, 4  V, (3,4)R dan (4, 3)  R.
22. Misalkan E = {1, 2, 3}. Pandang relasi-relasi berikut dalam E:
R1 = {(l, 1), (2, 1), (2,2), (3,2), (2,3)} R2 = {(l, 1)}
R3 = {(l, 2)} R4 = {(l, 1), (3, 2), (2, 3)}
R5 = E x E
Nyatakan apakah relasi-relasi ini simetris atau tidak?
Jawab:
(1) R1 tidaklah simetris karena (2, 1)  R1 tetapi (1, 2)  R1
(2) R2 simetris.
(3) R3 tidaklah simetris karena (1, 2)  R3 tetapi (2, 1)  R3
(4) R4 Simetris
(5) R5 Simetris
23. Bilamana suatu relasi R dalam himpunan A tidak anti-simetris?
Jawab:
R tidaklah anti-simetris jika terdapat elemen-elemen a  A, b  A, a  b
sehingga (a, b)  R dan (b, a)  R.
24. Misalkan W = {1, 2, 3, 4} dan R = {(1, 2), (3, 4), (2, 2), (3, 3), (2, 1)}. Apakah R anti-
simetris?
Jawab:
R tidaklah anti-simeteris karena 1 W, 2  W, 1  2, (1, 2)  R dan (2, 1)  R.
25. Misalkan E = {1, 2, 3}. Pandang relasi-relasi berikut dalam E :
R1 = {(1,1), (2,1), (2,2), (3,2), (2,3)};
R2 = {(l, 1)}
R3 = {(l, 2)} ; R4 = {(1,1), (2,3), (3,2)}

______________________________________________ 128
LOGIKA MATEMATIKA 2018
R5 = E x E
Nyatakan apakah masing-masing relasi ini anti-simetris atau tidak.
Jawab:
(1) R1 tidaklah anti-simetris karena (3,2)  R, dan (2,3)  R1 .
(2) R2 anti-simetris
(3) R3 anti-simetris.
(4) R4 tidaklah anti-simetris karena (2.3)  R4 dan (3, 2)  R4
(5) R5 tidak anti-simetris berdasarkan alasan yang sama sebagaimana untuk R4

26. Misalkan E = {1, 2,3}. Berikan sebuah contoh dari suatu relasi R dalam E di mana R
tidaklah simetris dan anti-simetris.
Jawab:
Relasi R = {(1,2),(2,1),(2,3)} tidak simetris karena (2,3)  R tetapi (3,2)  R.
R juga tidak anti-simetris karena (1, 2) R dan (2, 1)R.

27. Misalkan himpunan W = {1, 2, 3, 4} dan relasi R = {(l, 2), (4, 3), (2, 2), (2, 1), (3, 1)}.
Apakah R transitif ?
Jawab:
R tidaklah transitif karena (4, 3) R , (3, 1) R tetapi (4, 1)R.

28. Misalkan W = {1, 2, 3, 4} dan R = {(2, 2), (2, 3), (1, 4), (3, 2)}.
Apakah R transitif?
Jawab:
R tidaklah transitif karena (3,2)R, (2,3)R tetapi. (3,3)R.

29. Misalkan E = { 1, 2, 3}. Pandang relasi-relasi berikut dalam E :


R1 = {(1, 2), (2, 2)} R4 = {(1, 1)}
R2 = {(1, 2), (2, 3), (1, 3), (2, 1), (1, 1)} R5 = E x E
R3 = {(1,2)}
Nyatakan apakah relasi-relasi ini transitif atau tidak.
Jawab:
Masing-masing relasi ini transitif kecuali R2 , R2 tidak transitif karena
(2,1)  R2, (1,2)  R2 , tetapi (2,2)  R2

30. Masing-masing kalimat terbuka berikut mendefinisikan suatu relasi R data bilangan-
bilangan asli N. Nyatakan apakah masing-masingnya adalah suatu relasi refleksif atau
tidak

(1) lebih kecil atau sama dengan y


(2) “y habis dibagi oleh x
(3) " z + y = 10"
(4) " x dan y secara relatif bilangan prima".
Jawab:
(1) Karena a  a untuk setiap a  N maka (a, a)  R. Oleh karena itu R adalah refieksif.
(2) Karena setiap bilangan habis dibagi oleh dirinya sendiri maka relasi ini refleksif.

______________________________________________ 129
LOGIKA MATEMATIKA 2018
(3) Karena 3 + 3  10 maka 3 tidaklah berhubungan dengan dirinya sendiri. Oleh
karena itu R tidaklah refleksif.
(4) Pembagi terbesar untuk 5 dan 5 adalah 5; jadi (6, 5)  f R. Oleh karena itu
R tidaklah retleksif.
31. Masing-masing kalimat terbuka berikut mendefinisikan suatu relasi R dalam bilangan-
bilangan asli A. Nyatakan apakah masing-masingnya adalah relasi simetris atau tidak.
(1) “x lebih kecil daripada atau sama dengan y”
(2) “x habis dibagi oleh y”
(3) “x + y = 10” ;
(4) "x + 2y = 10”
Jawab:
(1) Karena 3  5 tetapi 5  3, maka (3,5) R dan (5,3)  R.
Jadi R tidaklah simetris.
(2) Karena 4 habis dibagi oleh 2 tetapi 2 tidak habis dibagi oleh 4, maka (2,4)  R dan
(4,2)  R. Oleh karena itu R tidaklah simetris.
(3) Jika a + b = 10 maka b + a = 10; atau dengan perkataan lain, jika (a, b)  R maka (b,
a)  R. Oleh karena itu R adalah simetris.
(4) Perhatikan bahwa (2, 4)  R , tetapi (4, 2)  R , yakni 2 + 2(4) = 10 tetapi
4 + 2(2) 10. Jadi R tidaklah simetris.

32. Buktikan: Misalkan R dan S adalah relasi-relasi simetris dalam himpunan A; maka R 
S adalah suatu relasi simetris dalam A.
Jawab:
Pertama perhatikan bahwa R dan S adalah subhimpunan dari A x A; oleh karena itu
R  S adalah juga subhimpunan dari A x A dan dengan demikian adalah suatu relasi
dalam A.
Misalkan (a, b) termasuk R  S. Maka (a, b)R. dan (a, b)S. Karena R dan S adalah
simetris, maka (b, a) juga termasuk R dan (b, a) juga termasuk S ;

oleh karena itu (b, a) R  S.

Dengan memperlihatkan bahwa jika (a, b)R  S maka (b, a)R  S. oleh

karena itu R  S adalah simetris.

33. Masing-masing kalimat terbuka berikut mendefinisikan suatu relasi R dalam bilangan-
bilangan asli N. Nyatakan apakah masing-masing relasi ini anti-simetris atau tidak.
(1) "x lebih kecil daripada atau sama dengan y "
(2) "x lebih kecil daripada y”
(3) "x + 2y = 10"
(4) "x habis dibagi oleh y"
Jawab:
(1) Karena a  b dan b  a menyatakan bahwa a = b, maka R anti-simetris.
(2) Jika a  b, maka a < b atau b < a; oleh karena itu R anti-simetris.
(3) Himpunan jawab adalah R = {(2,4), (4,3), (6,2), (8,1)}.

______________________________________________ 130
LOGIKA MATEMATIKA 2018
Perhatikan bahwa R  R1 = , yang mana adalah subhimpunan dari "garis
diagonal" N x N. Oleh karena itu R anti-simetris.
(4) Karena b habis dibagi oleh a dan a habis dibagi oleh b menyatakan bahwa
a = b, maka R anti-simetris.

34. Masing-masing kalimat terbuka berikut mendefinisikan suatu relasi R dalam bilangan-
bilangan asli N. Nyatakan apakah masing-masing relasi ini transitif atau tidak.

(1) "x lebih kecil daripada atau sama dengan y”


(2) "y habis dibagi oleh x”
(3) “x + y = 10”
(4) “x + 2y = 5”
Jawab:
(1) Karena a  b dan b  c menyatakan bahwa a  c, maka relasi ini transitif.
(2) Jika y habis dibagi oleh x dan z habis dibagi oleh y, maka z habis dibagi oleh x,
yaitu; (x, y)  R , (y, z)  R menyatakan bahwa (x, z)  R.
Oleh karena itu R transitif
(3) Perhatikan bahwa 2 + 8 = 10, 8 + 2 = 10 dan 2 +2 10; Yaitu,
(2,8)  R , (8,2)  R tetapi (2,2)  R . Oleh karena itu R tidak transitif.
(4) R tidak transitif, karena (3, 1)  R , (1, 2)  R tetapi (3,2)  R; Yaitu,
3 + 2(l) = 5, 1 + 2(2) = 5 tetapi 3 + 2(2)  5

35. Buktikan jika suatu relasi R transitif, maka relasi invers juga transitif

Jawab:
Misalkan (a,b) dan (b,c) termasuk R1 ; maka (c,b)  R dan (b,a)  R. Karena transitif
maka (c,a) juga termasuk R; oleh karena itu (a,c)  R1 .
Kita telah memperlihatkan bahwa jika (a,b)  R1 , (b,c)  R1 maka (a,c) R1 ;
oleh karena itu R1 transitif.

36. Misalkan R adalah relasi dalam bilangan-bilangan asli N yang didefinisikan oleh
kalimat terbuka "(x - y) dapat dibagi oleh 5"; yaitu misalkan
R = {(x, y)  x  N, y  N, (x - y) dapat dibagi oleh 5}
Buktikan bahwa R suatu relasi ekivalen.
Jawab:
a. Misalkan a  N, maka (a - a) = 0 dapat dibagi oleh 5, dan oleh karena itu (a,a)  R.
Jadi R refleksif.
b. Misalkan (a, b)  R ; maka (a - b) dapat dibagi oleh 5, dan oleh karena itu
(b -a) = -( a - b) juga dapat dibagi oleh 5. Jadi (b, a) termasuk R. Karena jika
(a, b)  R maka (b, a)  R . Jadi R simetris,
c. Misalkan (a, b)  R dan (b, c) R; maka (a - b) dan (b - c) masing-masing dapat
dibagi oleh 5. Oleh karena itu (a - c) - (a - b) + (b - c) juga dapat dibagi oleh 5, yang
berarti (a, c) termasuk R. Karena jika, (a, b)  R dan (b, c)  R maka (a, c)  R .
Jadi R adalah transitif.

______________________________________________ 131
LOGIKA MATEMATIKA 2018
Karena R refleksif, simetris dan transitif maka menurut definisi R suatu relasi
ekivalen.

37. Misalkan R dan S adalah relasi-relasi dalam himpunan A. Buktikan kedua pernyataan
berikut:
(1) Jika R dan S simetris maka R  S simetris.
(2) Jika R refleksif dan S sebarang relasi maka R  S refleksif.
Jawab:
(1) Jika (a, b)  R  S , maka (a, b) termasuk R atau S, yang mana adalah simetris.
Oleh karena itu (b,a) juga termasuk R atau S.
Maka (b, a)  R  S dan dengan demikian R  S simetris.
(2) R refleksif jika dan hanya jika R memuat "garis diagonal" D dari A x A. Tetapi D  R
dan R  R  S maka D  R  S. Dengan demikian R  S refleksif.

38. Misalkan R dan S adalah relasi-relasi dalam himpunan A. Perlihatkan bahwa masing-
masing pernyataan berikut salah dengan memberikan contoh berlawanannya yaitu
suatu contoh di mana pernyataan ini tidak benar.
(1) Jika R anti-simetris dan S anti-simetris maka R  S anti-simetris,
(2) Jika R transitif dan S transitif maka R  S transitif.
Jawab:
(1) R = {(l, 2)} dan S = {(2, 1)} masing-masingnya anti-simetris ; tetapi R  S = {(1, 2),
(2, 1)} tidak anti-simetris.
(2) R = {(1, 2)} dan S = {(2, 3)} masing-masingnya transitif; tetapi
R  S = {(1, 2), (2, 3)} tidak transitif.

39. Misalkan dua relasi R dan S yang didefinisikan sebagai R = {(x,y)xR#, yR#, y  x2),
dan S = {(x,y)  x R#, y R#, y  x + 2)
Perhatikan bahwa R dan S kedua-duanya adalah relasi dalam bilangan-bilangan riil.
(1) Buatlah sketsa relasi R  S pada diagram koordinat R# x R#
(2) Carilah domain R  S.
(3) Carilah jangkauan R  S.
Jawab:
(1) Buatlah sketsa R pada diagram koordinat R# x R#, berikan R arsiran dengan garis-
garis miring yang condong ke kanan (////); dan pada diagram koordinat yang sama,
buatlah sketsa S dengan garis-garis miring yang condong ke kiri (\\\\), seperti
diperlihatkan dalam Gambar 1.Maka daerah bergaris silang adalah R  S.
Jadi R  S adalah yang diperlihatkan dalam Gambar 2.
(2, 4) (2, 4)

(-1,1) (-1,1)

R dan S yang disketsa


Gambar 2
Gambar 1

______________________________________________ 132
LOGIKA MATEMATIKA 2018
(2) Domain dari R  S adalah [-1, 2], karena sebuah garis vertikal yang melalui tiap-tiap
titik dalam selang ini dan hanyalah titik-titik ini, akan memuat sebuah titik dari
R  S.
(3) Jangkauan dari R  S adalah [0, 4], karena sebuah garis horizontal yang melalui
tiap-tiap titik dalam selang ini dan hanyalah titik-titik ini, akan memuat sekurang-
kurangnya satu titik dari R  S.

40. Buktikan jika S, T, dan para (untuk semua i berjalan pada himpunan index i) adalah
relasi relasi pada A, maka berlaku
(a) (ST)1  T 1 S1
1 1
(b) ( i Ri )  i Ri
1 1
(c) ( i Ri )  i Ri
Jawab:
Menggunakan definisi relasi sehingga diperoleh:
(a). (a,b)  (ST)1 jika dan hanya jika (b,a)  ST
 (c  A) dengan(b,c)  S  (c,a)  T
 (c  A)dengan(c,b)  S1  (a,c)  T 1
 (c  A)dengan (a,c)  T 1  (c,b)  S1
 (a,b)  T 1S1

Jadi (ST)1  T 1 S1


(b). Ambil index set I   ,  ,  ,.....
(a,b)  ( i Ri )1 jika danhanya jika(b,a)  i Ri
 (b,a) R  (b,a)  R   (b,a)  R  ......

 (a,b) R1  (a,b)  R1  (a,b)  R1  ......

 (a,b)  i Ri1
1
Jadi ( i Ri )  i Ri1
(c). Ambil index set I   ,  ,  ,.....
(a,b)  ( i Ri )1 jika dan hanya jika (b,a)  i Ri
 (b,a) R  (b,a)  R   (b,a)  R  ......
 (a,b) R 1  (a,b)  R 1  (a,b)  R 1  ......
 (a,b)  i R 1i
1
Jadi ( i Ri )  i Ri1

______________________________________________ 133
LOGIKA MATEMATIKA 2018
6.10. Soal Soal Latihan
1. Misalkan R relasi pada A = {2, 3, 4, 5} di definisikan oleh “x dan y” relatif prima” yaitu
pembagi bersama dari x dan y hanyalah bilangan “satu”
(a) Tuliskan R sebagai himpunan pasangan terurut.
(b) Gambarkan R pada diagram koordinat A x A
(c) Tentukan R1 .
2. Misalkan N = {1, 2, 3, …..} dan R relasi di N yang didefinisikan sebagai x + 2y = 8, yakni
R = {(x, y) / x, y  N, x + 2y = 8}
(a) Tulis R sebagai himpunan pasangan terurut.
(b) Tentukan R1 .
3. Misalkan W = {1, 2, 3, 4}. Perhatikan relasi-relasi dalam W berikut ini :
R1 = {(1,1), (1,2)} ; R2 = {(1,1), (2,3), (4,1)}
R3 = {(1,2), (2,4)} ; R4 = {(1,1), (2,2), (3,3)}
R5 = W x W ; R6 = 
Selidiki apakah masing-masing relasi diatas bersifat (a) refleksif (b) simetris (c) transitif
4. Misalkan R relasi tegak lurus pada himpunan garis pada bidang. Tentukan apakah R :
(i) refleksif (ii) Simetris (iii) transitif atau (iv) ekivalensi.
5. Misalkan W = {1, 2, 3, 4, 5, 6}. Tentukan apakah masing-masing berikut ini merupakan
partisi pada W atau bukan:
(a) [{1,3,5}, {2,4}, {3,6} (c). [{1,5}, {2}, {4}, {1,5}, {3,6}]
(b) [{1,5}, {2}, {3,6}] (d). [ {1,2,3,4,5,6}]
6. Tentukan semua partisi dari A = {1,2,3}
7. Misalkan R adalah relasi dalam B = {2, 3, 4, 5, 6} yang didefinisikan oleh kalimat terbuka
" x - y  dapat dibagi oleh 3”
Tuliskan R sebagai himpunan dari pasangan-pasangan terurut.
8. Diketahui R = {(x, y)  x  R# , y  R#, x2+ 4y2  16}.
(a) Buatlah sketsa R pada diagram koordinat R# x R#.
(b) Carilah ranah dari R,
(c) Tentukan jangkauan R.
9. Misalkan C = {1, 2, 3, 4, 5}, dan relasi R dalam C adalah himpunan titik-titik yang
diperlihatkan dalam diagram koordinat C x C berikut.
C

5
4
3
2

1
C
1 2 3 4 5

______________________________________________ 134
LOGIKA MATEMATIKA 2018
(a) Nyatakan apakah masing-masing pernyataan benar atau salah: (a) 1 R 4, (b) 2 R
5, (c) 3 R 1, (d) 5 R 3.
(b) Tuliskan masing-masing subhimpunan C berikut dalam bentuk pendaftaran:
{x  3 R x} ; {x  (4, x)  R}; {x  (x, 2)  R} ; {x  x R 5)
(c) Carilah domain dari R,
(d) Tentukan jangkauan R,
(e) Definisikan R1
10. Jika R = {(x, y)  x  R#, y  R#, x2 – y2  4}, maka:
(a) Buatlah sketsa R pada diagram koordinat R# x R#.
(b) Carilah ranah dari R,
(c) Tentukan jangkauan dariR.
(d) Definisikan R1 .

11. Suatu relasi R pada bilangan-bilangan asli N yang didefinisikan oleh kalimat terbuka "x
+ 3y = 12" dinyatakan sebagai :
R = {(x, y)  x N, y N, x + 3y = 12}

(a) Tuliskan R sebagai himpunan pasangan-pasangan terurut.


(b) Carilah ranah dari R,
(c). Tentukan jangkauan dari R,
(d) Definisikan R1

12. Misalkan R suatu relasi dalam bilangan-bilangan asli N yang didefinisikan sebagai “2x
+ 4y = 15”.
(a) Tuliskan R sebagai himpumn pasangan-pasangan terurut.
(b) Carilah ranah dari R,
(c) Tentukan jangkauan dariR,
(d) Definisikan relasi invers R1
13. Nyatakan masing-msing pernyataan berikut benar atau salah. Anggaplah R dan S
adalah relasi-relasi dalam himpunan A.
(a) Jika R simetris maka R1 simetris.
(b) Jika R anti-simetris, maka R1 anti-simetris.
(c) Jika R refleksif, maka R  R1  .
(d) Jika R simetris, maka R  R1  .
(e) Jika R transitif dan S transitif, maka R  S transitif.
(f) Jika R transitif dan S transitif, maka R  S transitif.
(g) Jika R anti-simetris dan S anti-simetris maka R  S anti-simetris.
(h) Jika R anti-simetris dan S anti-simetris maka R  S anti-simetris.
(i) Jika R refleksif dan S refleksif, maka R  S refleksif.
(j) Jika R refleksif dan S refleksif, maka R  S refleksif.

______________________________________________ 135
LOGIKA MATEMATIKA 2018
14. Misalkan L adalah himpunan dari garis-garis dalam bidang Euclid dan R adalah relasi
dalam L yang didefinisikan oleh "x sejajar y". Nyatakan apakah relasi R (1) refleksif, (2)
simetris, (3) anti-simetris, (4) transitif, ataukah tidak. (Anggap sebuah garis sejajar
dirinya sendiri).

15. Misalkan L himpunan dari garis-garis dalam bidang Euclid dan R adalah relasi dalam L
yang didefinisikan oleh "x tegak lurus y". Nyatakan apakah R adalah (1) refleksif, (2)
simetris, (3) anti-simetris, (4) transitif.

16. Misalkan A keluarga himpunan-himpunan dan R adalah relasi dalam A yang


didefinisikan oleh "x terpisah dari y". Nyatakan apakah R (1) refleksif, (2) simetris, (3)
anti-simetris, (4) transitif, ataukah tidak.

17. Masing-masing kalimat terbuka berikut mendefinisikan suatu relasi dalam bilangan-
bilangan asli N.
(a) “x lebih besar daripada y”
(b) "x adalah kelipatan y"
(c) “x kali y adalah kuadrat dari sebuah bilangan”.
(d) "x + 3y = 12"
Nyatakan apakah masing-masing relasi tersebut (a) refleksif, (b) simetris, (c) anti-
simetris, (d) transitif, ataukah tidak

18. Pandang relasi-relasi dalam bilangan-bilangan riil berikut ini:


R = {(x, y)  x  R#, y  R#, x2 + y#  25}
S = {(x, y)  x  R#, y  R#, y  4x2/9}
(a) Buatlah sketsa relasi R  R' pada diagram koordinat R# x R#.
(b) Carilah ranah dari R  S
(c) Tentukan jangkauan dari R  S.

19. Pandang masing-masing himpunan dari pasangan-pasangan bilangan riil berikut


merupakan relasi-relasi dalam R# .
(a) {(x, y)  x2 + y2  25}  {(x, y)  y  3x / 4}
(b) {(x, y)  x2 + y2  25}  {(x, y)  y  4x2 / 9}
(c) {(x, y)  x2 + y2  25}  {(x, y)  y  4x2 / 9}
(d) {(x, y)  x2 + y2 < 25}  {{x, y)  y < 3x/4}
Buatlah sketsa masing-masing relasi diatas pada diagram koordinat R# x R# dan
nyatakan ranah dan jangkauannya.

20. Misalkan A adalah himpunan orang-orang. Setiap kalimat terbuka di bawah ini
mendefinisikan suatu relasi dalam A. Untuk masing-masing relasi dibawah ini, carilah
suatu kalimat terbuka yang disebut "kalimat invers", yang mendefinisikan relasi invers.
(a) "x suami dari y"
(b) "x, lebih tua daripada y"
(c) "x lebih tinggi daripada y"
(d) "x lebih kaya daripada y"
______________________________________________ 136
LOGIKA MATEMATIKA 2018
(e) x lebih cerdas daripada y"
21. Misalkan N bilangan-bilangan asli. Masing-masing kalimat terbuka di bawah ini
mendefinisikan suatu relasi dalam N. Carilah suatu kalimat terbuka yang mana
mendefinisikan relasi invers untuk masing-masing relasi ini.
(a) "x lebih besar daripada y"
(b) "x lebih berat daripada atau sama dengan y"
(c) "x adalah kelipatan y"
(d) "2x + 3y = 30"
22. Matriks M berikut menyatakan relasi R pada I = {1, 2, 3, 4, 5, 6}
 1 0 0 1 0 1
 1 1 0 0 0 1
 
0 0 1 1 0 1
M 
0 0 0 0 0 0 
0 0 0 0 0 0 
 
0 1 1 0 0 0 
a). Tulis R sebagai pasagan terurut
b). Tentukan domain, range dan relasi invers dari R
23. Buatlah graf untuk R pada soal no 22

====@@@@====

______________________________________________ 137
LOGIKA MATEMATIKA 2018
BAB VII
FUNGSI

7.1. Kompetensi
Mahasiswa diharapkan mampu menggunakan konsep-konsep dasar suatu fungsi,
fungsi invers, dan fungsi bijektif secara benar. Terampil dalam melakukan hitungan-
hitungan dalam operasi-operasi penjumlahan fungsi, pergandaan fungsi dan pergandaan
suatu fungsi secara tepat

7.2. Pengertian Fungsi


Konsep “fungsi” terdapat hampir dalam setiap cabang matematika, sehingga
merupakan suatu yang sangat penting artinya dan banyak sekali kegunaannya. Akan tetapi
pengertian dalam matematika agak berbeda dengan pengertian dalam kehidupan sehari-
hari. Sedangkan dalam pengertian sehari-hari, “fungsi” diartikan sebagai manfaat.
Kata fungsi dalam bahasa matematika sebagaimana diperkenalkan oleh Leibniz
(1646-1716) digunakan untuk menyatakan suatu hubungan atau kaitan yang khas antara
dua himpunan. Maka pembicaraan disini kita awali dulu mengenai fungsi dengan hubungan
atau relasi antara dua himpunan.
Banyak pendekatan yang ditempuh untuk mendefinisikan suatu fungsi. Tapi dalam
pembahasan suatu fungsi disini akan didefinisikan langsung berdasarkan dua himpunan A
dan B, dan juga didefinisikan berdasarkan pergandaan kartesius. Fungsi, dalam istilah
matematika adalah pemetaan antara setiap anggota himpunan A (domain) kepada anggota
himpunan yang lain katakana B (kodomain).
Konsep fungsi adalah salah satu konsep dasar dari matematika dan setiap ilmu
kuantitatif. Istilah fungsi, pemetaan, peta, transformasi, dan operator biasanya dipakai
secara sinonim.
Anggota himpunan yang dipetakan dapat berupa apa saja misalnya kata, barang,
orang, atau objek lain. Misalkan A dan B himpunan. Relasi biner f dari A ke B merupakan
suatu fungsi jika setiap elemen di dalam A dihubungkan dengan tepat satu elemen di dalam
B. Jika f adalah fungsi dari A ke B kita menuliskan f : A  B yang artinya f memetakan
A ke B. Nama lain untuk fungsi adalah pemetaan atau transformasi.

Definisi Fungsi:
Suatu fungsi f dari himpunan A ke himpunan B adalah suatu aturan yang
menghubungkan setiap unsur a  A dengan satu dan hanya satu unsur b  B.
Dinyatakan dengan simbol matematik sebagai:

f : A  B jika dan hanya jika (a  A) (  ! b  B) f(a)  b

A disebut daerah asal (domain) dari f dan B disebut daerah hasil (codomain) dari f.
Kita menuliskan f(a) = b jika elemen a  A dihubungkan dengan elemen b  B.

______________________________________________ 138
LOGIKA MATEMATIKA 2018
Daerah hasil dari fungsi f diberi notasi f[A] yaitu himpunan peta-peta, yang dinyatakan
sebagai f[A]  {f(a)  B / a  A} . Dan f[A] ini juga disebut himpunan semua bayangan
(image) dari unsur-unsur A.

Contoh (7.1):
Misalkan f mengkaitkan setiap bilangan riil dengan kuadratnya. Sehingga, apabila x
bilangan riil, maka f(x) = x2.
B
A
Misal:
Peta dari –3 adalah 9, dan ditulis
x f(x) = x2
f(-3) = 9 atau f : -3  9

Grafik fungsi y  f ( x )  x 2

Domain dalam gambar sebelah adalah


kisaran -10 dan 10 dan kodomain nilainnya
kisaran 0 dan 100 merupakan himpunan
bilangan riil

Contoh (7.2):
Misalkan A = {a, b, c, d} dan B = {a, b, c}.
Cara mengkaitkan a  b, b  c, c  c dan d  b merupakan fungsi dari A ke B.
A B

a Disini f(a) = b, f(b) = c , f(c) = c dan f(d) = b.


a Daerah hasil f adalah {b, c},
b
c b dan ditulis
d f[A] = {b, c}
c

Contoh (7.3):
Misalkan R himpunan bilangan riil, dan f : R  R mengaitkan setiap bilangan
rasional dengan 1 dan setiap bilangan tidak rasional dengan –1. Jadi
 1 , jika x rasional
f(x)   ;
1 ,jika x tidak rasional
f berkisar antara 1 dan –1 : f[R] = {1, -1}.

Contoh (7.4):
Misalkan A = {a, b, c, d} dan B = {x, y, z}. Fungsi f : A  B didefinisikan dengan
diagram berikut.
______________________________________________ 139
LOGIKA MATEMATIKA 2018
A B Tampak bahwa:
a f(a) = y, f(b) = x, f(c) = z dan f(d) = y.
x
Selain itu f[A] = {x, y, z} =B
b yang berarti daerah hasil dan ko-
y
domainnya identik (sama).
c

Contoh (7.5):
Misalkan A dan B didefinisikan dengan diagram berikut :

A B
a1 b1
f[A] = {f(a1), f(a2), f(a3), f(a4)}
a2 b2
= {b1, b3, b2, b3}
a3 b3 = {b1, b2, b3}

a4 b4
Catatan:
Contoh-contoh diatas, memperlihatkan bahwa setiap unsur pada domain dari f (yaitu A)
mempunyai kawan tunggal di B, tetapi tidak sebaliknya.

7.3. Jenis-jenis Fungsi


7.3.1. Fungsi Injektif
Fungsi f: A  B disebut fungsi satu-satu atau fungsi injektif jika dan hanya jika
untuk sebarang a1 dan a1  A dengan a1 tidak sama dengan a2 berlaku f( a1 ) tidak sama
dengan f( a2 ). Dengan kata lain, bila a1 = a2 maka f(a1) sama dengan f( a2 ).

f : A  B disebut injektif (satu-satu)  a1,a2  A , f(a1) = f(a2) maka a1  a2


atau a1,a2  A , a1  a2 maka f(a1)  f(a2)

Contoh (7.6):
Misal A : {1,2,3} , B : {a,b,c}
A B
f : A  B dinyatakan dalam pasangan terurut
1 a f : {(1,a), (2,b), (3,c)}.
2 b Tampak bahwa tiap anggota A yang berbeda
mempunyai peta yang berbeda di B
3 c

Fungsi f adalah fungsi injektif atau satu-satu

Contoh (7.7):
Misalkan fungsi f : R#  R# didefinisikan oleh rumus f(x) = x2. Maka f bukan fungsi
satu-satu karena f(2) = f(-2) = 4, yaitu bayangan dari dua bilangan riil yang berbeda yakni 2
dan –2, adalah bilangan yang sama, yaitu 4.
Diagram Venn nya dapat digambarkan sbb:
______________________________________________ 140
LOGIKA MATEMATIKA 2018
A B
Keterangan:
: :
-2 f: x f(x)=x2
f(1)= f(-1)=1 0 0
-1
0 f(0)= 0 1 1
1 -1
f(2)= f(-2)=4 2 4
2
-2
:
:

dst
Contoh (7.8):
Misalkan fungsi f : R#  R# didefinisikan oleh rumus f(x) = x3. Maka f adalah fungsi
satu-satu karena pangkat tiga dari dua bilangan riil yang berbeda juga berbeda.
f bukan fungsi injektif
A B
A B
: :
-2 f(-2)=- 8
-1 f(-1)=-1 x f(x)=x3
0 f(0)= 0
1 f(-1)=1
2 f(2)= 8
: :

Keterangan: f: x f(x)=x3 ; f merupakan fungsi injektif atau satu-satu

7.3.2. Fungsi Surjektif


Fungsi f: A  B disebut fungsi pada (onto function) atau fungsi surjektif jika dan
hanya jika daerah hasil (codomain) fungsi f sama dengan himpunan B atau f(A) = B.

f : A  B disebut surjektif  f(A)  B

Fungsi f : A  B disebut fungsi into atau fungsi ke dalam jika dan hanya jika daerah
hasil fungsi f merupakan himpunan bagian subset) murni dari himpunan B atau f(A)  B.

f : A  B disebut fungsi into  f(A)  B

Contoh (7.9):
Misal A : {1,2,3,4} , B : {a,b,c}
A B
Fungsi f : A  B dinyatakan dalam pasangan
1 a
terurut : f = {(1,a), (2,c), (3,b), (4,c)}
2 Tampak bahwa daerah hasil fungsi f adalah
b
3 f(A) = {a,b,c} =B
maka fungsi f adalah fungsi surjektif atau
4 c
fungsi onto atau fungsi pada.

______________________________________________ 141
LOGIKA MATEMATIKA 2018
Contoh (7.10):
Misal A = {1,2,3,4} , B = {a,b,c}
Fungsi f : A  B dinyatakan dalam pasangan terurut f : {(1,a), (2,b), (3,a), (4,b)}.
A B

a Tampak bahwa daerah hasil fungsi f :


1
2
b f(A)= {a,b}  B, B = {a,b,c}
3
4
c

Contoh (7.11): maka fungsi f adalah fungsi into atau fungsi ke


Misalkan f : A  B adalah suatu fungsi
dalam.
dari A = {a, b, c, d} ke B {a, b, c}
A B Disini f(a) = b; f(b) = c; f(c)=c dan f(d) = b.
a a diperoleh f(A) = {b, c}.
b Karena B = {a, b, c}, maka jangkauan dari
b
f tidak sama dengan ko-codomainnya,
c c
f(A)  B
d jadi f tidak surjektif

Contoh (7.12):
Misalkan fungsi f : R#  R# didefinisikan oleh rumus f(x) = x2 (lihat contoh 6.12).
Maka f bukan suatu fungsi surjektif, karena bilangan-bilangan negatif tak muncul dalam dari
f, yaitu tidak ada bilangan negatif yang merupakan kuadrat sebuah bilangan riil.
A B Keterangan: f : A  B
: x  f(x) = x2
: : 1
: 4 -1 f(1) = f(-1) =1
2 2
1 1 -2 f(2) = f(-2) =4
0 0 :
-1
-1 dst
-2
: -2 f[A] = {x/ x 0}  B atau f[A]  B

: Jadi fungsi f tidak surjektif

Contoh (7.13):
Misalkan A adalah himpunan bilangan riel dan B himpunan bilangan riel non negatif.
Dibentuk perkawanan f dari A ke B didefinisikan sebagai f(x)  (x  1)2
A B Keterangan: f : A  B
Untuk x=2,→ f(x)=9
x=1 → f(x)=4
x=0 → f(x)=1
f(x)  (x  1)2 x=-1 → f(x)=0
x
x=-2 ,→ f(x)=1
dst
f merupakan fungsi surjektif

______________________________________________ 142
LOGIKA MATEMATIKA 2018
7.3.3. Fungsi Bijektif
Fungsi f: A  B disebut disebut fungsi bijektif jika dan hanya jika untuk sebarang
b dalam kodomain B terdapat tepat satu a dalam domain A sehingga f(a) = b, dan tidak
ada anggota A yang tidak terpetakan dalam B. Dengan kata lain, fungsi bijektif adalah
sekaligus injektif dan surjektif. Dan dinyatakan sebagai:

f: A  B disebut disebut fungsi bijektif  f injektif sekaligus f surjektif


 f korespondensi 1-1

Contoh (7.14):
Misalkan S adalah himpunan bilangan-bilangan positif dan T adalah himpunan
bilangan-bilangan riel. Dibentuk perkawanan : f = S  T dengan rumus fs = log s.
Tunjukkan bahwa f adalah fungsi yang bijektif.
Jawab:
S = { x / x  0 } dan T = { x / x = bilangan riil }
S T
f f: S T
. . 0  log 0 = 0
. . 10  log 10 = 1
. 100 
. log 100 = 2
1000
3 :. :.
100
2
10
1 dst dst
0 0

f bersifat korespondensi 1-1 atau bersifat injektif dan surjektif, Jadi f adalah bijektif

Contoh (7.15)
Misalkan f : A  B didefinisikan sebagai f(x) = x – 1, untuk A dan B himpunan
bilangan riil. Maka f merupakan fungsi yang berkoresponden satu-satu, karena f adalah
fungsi injektif (satu-satu) maupun fungsi surjektif (pada).
A B f:AB
: : :
3 2 x=2  f(2)=1
2 1
x=1  f(1)=0
1 0
0 -1 x=0  f(0)=-1
-1 -2 x=-1  f(1)=-2
-2 -3 x=-2  f(-2)=-3
-3 -4 :
: : dst
f merupakan fungsi korespondensi 1-1
7.4. Fungsi Satuan dan Fungsi Konstan
(a) Fungsi Satuan
Ambil sembarang himpunan A. Dibentuk fungsi f : A  A yang didefinisikan oleh
rumus f(x) = x, maka f disebut fungsi satuan pada A, ditulis 1A atau 1. Juga dikatakan
sebagai suatu fungsi terhadap dirinya sendiri.
______________________________________________ 143
LOGIKA MATEMATIKA 2018
Contoh (7.16):
Diketahui A={1,2,3} Dibentuk: A  A
A 1A A
1 1 A = {1, 2, 3}
2 2
1A = { f(a) = a / a  A }
3 3

(b) Fungsi Konstan


Suatu fungsi f dari A ke B disebut fungsi konstan, jika elemen b B yang sama,
ditetapkan untuk setiap elemen dalam A. Dengan kata lain, f : A  B dikatakan fungsi
konstan jika jangkauan (range) dari f hanya terdiri dari satu elemen.
Contoh (7.17):
A B
Fungsi f didefinisikan oleh diagram sebelah
a 1
kiri, maka f bukan suatu fungsi konstan
2
b sebab:
3
f(a)=f(c)=1 tetapi f(b)=3
c

Contoh (7.18): A B Fungsi f didefinis ikan oleh diagram sebelah


a kiri, maka f adalah fungsi konstan
1
b Sebab:
2
f(a)=f(b)=f(c)=3
c 3

7.5. Kesamaan Dua Fungsi


Misalkan dua fungsi f dan g didefinisikan pada domain D yang sama, yaitu
f : A  B dan g: A  C. Jika f(a) = g(a) untuk setiap a  D, maka fungsi-fungsi f dan g
dikatakan sama, ditulis “ f = g ” , didefinisikan sebagai :

f  g jika dan hanya jika a  A  f(a)=g(a)


Sebaliknya :
f  g jika dan hanya jika a  A  f(a)  g(a)

Contoh (7.19):
Jika fungsi f didefinisikan oleh rumus f(x)=x2, dimana x adalah bilangan riil dan g
didefinisikan oleh rumus g(x) = x2, dimana x adalah bilangan kompleks, maka fungsi f
tidaklah sama dengan g karena mereka memiliki domain yang berbeda.

______________________________________________ 144
LOGIKA MATEMATIKA 2018
A B A C
Domain dari f adalah
himpunan semua bilangan riil.
x f(x)=x2 x gx)=x2 Domain dari g adalah
himpunan semua bilangan kompleks

jadi f ≠ g, karena Domainnya berbeda

7.6. Penjumlahan Suatu Fungsi


Misalkan disefinisiksn fungsi f dari A ke B dan fungsi g dari A ke B, maka
penjumlahan fungsi f dan g didefinisikan sebagai :

(f + g) x = f(x) + g(x), untuk setiap x  A.

Contoh (7.20):
Jika fungsi f : A  B, dengan rumusan f(x) = 3x + 1 dan
g : A  B, dengan rumusan g(x) = x2 – 1
Maka : (f + g) x = f(x) + g(x)
= 3x + 1 + x2 – 1 = x2 + 3x

7.7. Pergandaan (Komposisi) Suatu Fungsi


Misalkan fungsi f dari A ke B dan fungsi g dari B ke C. Dimana B merupakan ko-
domain dari f tetapi juga B merupakan domainya dari g. Perhatikan diagram berikut ini :
A B C Dua fungsi f dan g dapat
digandakan ditulis g o f atau g
f saja, jika dan hanya jika ko-
f g domain dari f sama dengan
a f(a)=b g(b)=g(f(a)
domain dari g.

g f

Jika f : A  B dan g : B  C, maka g f : A  C dengan (g f )(a)  g(f(a)) untuk setiap


a  A.

Contoh (7.21) :
(1) Misalnya f : A  B dan g : B  C yang didefinisikan seperti diagram di bawah ini
A B C
f g
a x r
s
b y
t
c z

g f

______________________________________________ 145
LOGIKA MATEMATIKA 2018
Maka:
(g f) (a) = g (f(a)) = g (y) = t
(g f) (b) = g (f(b)) = g (z) = r
(g f) (c) = g (f(c)) = g (y) = t

(2). Diambil A, B dan C himpunan-himpunan bilangan riil.


Jika fungsi f dan g didefinisikan sebagai f(x) = x2 dan g(x) = x + 3
Maka :
(g f) x = g (f(x)) = g (x2) = x2 + 3
(f g) x = f (g(x)) = f (x + 3) = (x + 3)2 = x2 + 6x + 9
Jadi g f  f g

Perhatikan diagram di bawah ini


A B C
f g
g
f

f g g f
a f(a)=b g(b)=g(f(a)

g f g ff g f g

Biasanya pergandaan fungsi bersifat tidak komulatif, tetapi bersifat assosiatif.

Ambil sembarang fungsi-fungsi f : A  B; g : B  C dan h : C  D


Dibentuk pergandaan fungsi-fungsi sbb:
(1)

A f B g C Dh

g f  gf

h (g f )  h(gf ) ……….. (1)

Operasi fungsi ini dilakukan g f : A  C dan kemudian fungsi h (g f ) : A  D

______________________________________________ 146
LOGIKA MATEMATIKA 2018
(2)
f g h
A B C D

h g

(h g) f  (hg)f ………. (2)

Operasi fungsi ini dilakukan h g : B  D dan kemudian fungsi (h g) f : A  D


Hasil dari (1) dan (2) diperoleh h (g f )  (h g) f  h g f (tanpa kurung)

7.8. Fungsi Kebalikan (Fungsi Invers)


Misalkan suatu fungsi f dari A ke dalam B, dan b  B. Maka invers dari b, dinyatakan
oleh f 1(b) , yang terdiri dari elemen-elemen A yang dipetakan pada b, yaitu elemen-
elemen dalam A yang memiliki b sebagai bayangannya.
Perhatikan diagram di bawah ini:
A B
f
f 1(b)  a dan

f 1(b)  a f(a)=b f 1 Dibaca “invers dari fungsi f”.

f 1
Contoh (7.22):
Misalkan fungsi f : A  B didefinisikan oleh diagram berikut ini:

f Fungsi f : A → B
a x Dengan f(a) =y, f(b)=x, f(c)=x
A b y B

c z
f 1

Maka : f 1(x) = {b, c},


Karena baik b maupun c keduanya memiliki x sebagai titik bayangan mereka.
f 1(y) = {a}, karena hanya a yang dipetakan kepada y.

Invers dari z, ditulis f 1(z) = , karena tidak ada elemen dalam A yang dipetakan
ke z.

______________________________________________ 147
LOGIKA MATEMATIKA 2018
Contoh (7.23):
Misalkan f : R#  R#, dimana R# = himpunan bilangan-bilangan riel yang didefinisikan
oleh f(x) = x2.
Perhatikan diagram dibawah ini:
R# R# Maka
: f 1(4)
3 : = {2, -2}. Karena 4 adalah
f
2 4 bayangan dari 2 dan –2 , serta tidak
1 ada bilangan riel lain yang kuadratnya
0
0
adalah 4.
-1 -1
-2
Perhatikan bahwa
-2
-3 f 1( 3)
-3 = , karena tak ada unsur
:
f 1 : dalam R# yang kuadratnya adalah –3.

Contoh (7.24):
Misalkan f suatu fungsi dari bilangan-bilangan kompleks ke dalam bilangan-bilangan
kompleks, dimana f didefinisikan oleh bentuk f(x) = x2.
Maka
f 1(3)  { 3 i  3 i} , karena kuadrat dari tiap-tiap bilangan ini adalah –3.
Yaitu f { 3 i  3 i}  3

7.9. Perluasan invers dari fungsi.


Misalkan f : A  B dan misalkan D suatu himpunan bagian dari B, yaitu D  B. Maka
invers dari D di bawah peta f yang dinyatakan oleh f 1(D) , terdiri dari elemen-elemen
dalam A yang dipetakan pada beberapa elemen dalam D. Ditulis sebagai:

f 1 (D) = {x  x  A, f(x)  D}

Contoh (7.25):
Misalkan fungsi f = A  B didefinisikan oleh diagram

Maka
A
x r
B f 1 ({ r }) = {y},
y s karena hanya y yang
z dipetakan kepada r
t
f 1 ({ r, t }) = {x, y, z} = A,
f 1 karena tiap-tiap elemen dalam
A memiliki peta r atau t
Contoh (7. 26):
Misalkan f = R#  R# didefinisikan oleh f(x) = x2, dan D = [4, 9] = {x  4  x  9}

______________________________________________ 148
LOGIKA MATEMATIKA 2018
R# R#

3 9 Maka
2 :
0
: f 1 (D) = { x  -3  x  -2 atau 2  x  3 };
-2
-3 4
dengan D = [4, 9] = {x  4  x  9}
f 1

Contoh (7.27):
Misalkan f : A  B adalah fungsi sebarang. Maka f 1 (B) = A, karena setiap elemen
dalam memiliki bayangannya dalam B. Jika f (A) menyatakan jangkauan dari fungsi f,
maka
f 1 (f(A)) = A

A B A f(A)=B

f 1 f 1

f 1 (B) = A f 1 (f(A)) = A

Selanjutnya, jika bB, maka f 1 (B) = f 1 ({b}).


Disini f 1 mempunyai dua arti, yaitu sebagai invers dari sebuah elemen B dan
sebagai invers dari himpunan bagian B.
Misalkan f suatu fungsi dari A ke dalam B. Pada umumnya, f 1 (b) dapat terdiri dari lebih
dari satu elemen atau mungkin himpunan kosong .

Jika f : A  B adalah suatu fungsi injektif dan fungsi surjektif ,maka untuk tiap-tiap
b  B, invers f 1 (b) akan terdiri dari sebuah elemen tunggal dalam A. Dengan demikian,
suatu aturan yang menetapkan untuk tiap-tiap b  B, sehingga elemen tunggal f 1 (b) 
A. Oleh sebab itu f 1 adalah suatu fungsi dari B ke A dan ditulis sebagai:

f 1 : B  A.

Dalam keadaan ini, bila f : A  B adalah injektif (satu-satu) dan surjektif (pada),
dikatakan f fungsi bijektif dan mempunyai invers, maka f 1 disebut fungsi invers dari f.

Contoh (7.28):
Misalkan fungsi f : A  B didefinisikan oleh diagram berikut:

______________________________________________ 149
LOGIKA MATEMATIKA 2018
A B
f Perhatikan bahwa:
a x f adalah fungsi injektif (satu-satu)
b y dan fungsi surjektif (pada)
c z

Sehingga f 1 merupakan fungsi invers dari f, dan dapat digambarkan f 1 : B  A


dengan diagram berikut ini:
B A
Perhatikan bahwa:
x a Jika diarahkan anak panah dalam
y b arah yang terbalik dari diagram f
1
z c maka diperoleh diagram dari f .

Contoh (7.29):
Misalkan fungsi f : A  B didefinisikan oleh diagram
A B
f
a x Karena f(a) = y dan f(c) = y,
b y maka fungsi f tidak satu-satu.
c z

Dengan demikian fungsi invers f 1 tidak ada. Jika f 1 (y) = {a, c}, maka tidak dapat
menetapkan a dan c kedua-duanya untuk elemen y  B.

Contoh (7.30):
Misalkan f : R#  R#, bilangan-bilangan riil yang didefinisikan oleh f(x) = x3.
Perhatikan bahwa f adalah satu-satu dan pada. Oleh karena itu f 1 = R#  R# ada. Pada
kenyataannya dipunyai suatu bentuk yang dapat mendefinisikan fungsi invers ini, yaitu
( x)  3
x . Perhatikan diagram berikut ini

A B B A

f f 1
3
x f(x)=x 3
x3 f 1 (x3)= x3
=x

Jika f : A  B mempunyai fungsi invers f 1 : B  A, maka dapat dilihat dari diagram berikut

______________________________________________ 150
LOGIKA MATEMATIKA 2018
f f 1
A B A

f 1 f

Jadi kita dapat membentuk hasilkali fungsi ( f 1 f ) yang memetakan A ke A, seperti


diagram diatas

f 1 f
B A B

f f 1

Dapat juga membentuk hasilkali fungsi (f f 1 ) yang memetakan B ke dalam B.

Misalkan suatu fungsi f : A  B adalah injektif ( satu-satu) dan surjektif (pada) yang
berarti mempunyai fungsi invers f 1 : B  A atau f 1 ada.
Maka hasilkali fungsi ( f 1 f ) : A  A adalah fungsi satuan pada A, dan hasilkali fungsi
( f f 1 ) : B  B adalah fungsi satuan pada B.

Jika f : A  B dan g : B  A maka g adalah fungsi invers dari f artinya bahwa g =


f 1 . Hasilkali fungsi (g
f) : A  A adalah fungsi satuan pada A, dan (f g) : B  B
adalah fungsi satuan pada B.

Contoh (7.31):
Misalkan A = {x, y} dan B = {a, b, c}. Didefinisikan suatu fungsi f : A  B dengan
diagram (a) dan g : B  A dengan diagram (b) di bawah ini

A B B A
a
x x
f b a g
y c b y
c
(a)
(b)

Dihitung fungsi (g f) : A  A
(g f) (x) = g (f(x)) = g (c) = x
(g f) (y) = g (f(y)) = g (a) = y

______________________________________________ 151
LOGIKA MATEMATIKA 2018
Dengan demikian hasilkali fungsi (g f) adalah fungsi satuan pada A. Tetapi g bukan
fungsi invers dari f karena hasilkali fungsi (f g) bukan fungsi satuan pada B, jadi f bukan
fungsi surjektif (pada).

7.10. Beberapa Fungsi Khusus


7.10.1. Fungsi modulo
Misalkan a adalah sembarang bilangan bulat dan m adalah bilangan bulat positif.
Yang dimaksud “a modulo m” disingkat dengan “a mod m” memberikan sisa pembagian
bilangan bulat bila a dibagi dengan m
Misalnya:
a mod m = r sedemikian sehingga a = m q + r, dengan 0  r < m.

Contoh (7.32):
Diberikan beberapa contoh fungsi modulo
1) Diketahui a = 25, m = 7. Ambil q=3 berarti qm = 21 dan a-qm=25  21=4 (=r)
Maka 25 mod 7 sama dengan 4, Ditulis 25 mod 7 = 4
2) Diketahui a = 12, m = 2. Untuk q = 6, berarti qm = 12 dan a-qm = 12  12 = 0
Maka 12 mod 4 adalah 0. Ditulis 12 mod 4 = 0
3) Diketahui a = 3612, m = 45. Untuk q = 80, berarti qm = 3600 dan a-qm = 3612 
3600 = 12
Maka 3612 mod 45 adalah 12. Ditulis 3612 mod 45 = 12
4) Diketahui a = 0, m = 5. Untuk q = -1, berarti qm = -5 dan a-qm = 0 - (-5) = 5
Maka 0 mod 5 adalah 5. Ditulis 0 mod 5 = 5
5) Diketahui a =  25, m = 7. Untuk q =  4, berarti qm =  28 dan a-qm =  25  (28) = 3
Maka –25 mod 7 adalah 3. Ditulis –25 mod 7 = 3

7.10.2. Fungsi Faktorial


Fungsi faktorial didefinisikan sebagai:


1 ,untuk n  0
n!  
1 2 
 .  (n  1)  n ,untuk n  0
Contoh (7.33):
0!  1
1!  1
2 !  (1)( 2)  2
3!  (1)( 2)(3)  6
4 !  (1)( 2)(3)( 4)  24

______________________________________________ 152
LOGIKA MATEMATIKA 2018
7.10.3. Fungsi Eksponensial
1 ,untuk n  0

Fungsi Eksponensial didefinisikan sebagi: a   n
aa  a ,untuk n  0

 n

1
Untuk kasus perpangkatan negatif, a n 
an

7.10.4. Fungsi Logaritmik


Fungsi logaritmik berbentuk y  logx  x  a
a y

7.10.5. Fungsi Rekursif


Fungsi f dikatakan fungsi rekursif jika definisi fungsinya mengacu pada dirinya
sendiri.
n!  (1)(2)  (n-1)(n)  (n-1)!(n)


1 ,untuk n  0
n!  
n  (n  1)! ,untuk n  0

Fungsi rekursif disusun oleh dua bagian:


1. Basis : Bagian yang berisi nilai awal yang tidak mengacu pada dirinya sendiri. Bagian
ini juga sekaligus menghentikan definisi rekursif.
2. Rekurens : Bagian ini mendefinisikan argumen fungsi dalam terminologi dirinya sendiri.
Setiap kali fungsi mengacu pada diri nya sendiri, argumen dari fungsi harus lebih dekat
ke nilai awal (basis).

Misalkan: definisi rekursif dari faktorial:


1. basis:
n! = 1 , jika n = 0
2, rekurens:
n! = n  (n -1)! , jika n > 0

5! dihitung dengan langkah berikut:

(1) 5! = 5  4! (rekurens)
(2) 4! = 4  3!
(3) 3! = 3  2!
(4) 2! = 2  1!
(5) 1! = 1  0!
(6) 0! = 1

______________________________________________ 153
LOGIKA MATEMATIKA 2018
(6’) 0! =1
(5’) 1! = 1  0! =11=1
(4’) 2! = 2  1! =21=2
(3’) 3! = 3  2! =32=6
(2’) 4! = 4  3! = 4  6 = 24
(1’) 5! = 5  4! = 5  24 = 120

Jadi, 5! = 120.

Contoh (7.34): Di bawah ini adalah contoh-contoh fungsi rekursif lainnya:


0 ,untuk x  0

1. F(x)  
2F(x  1)  x 2
 ,untuk x  0
 1 ,untuk n  0

 x ,untuk n  1
2. Fungsi Chebysev: T(n, x)  
2xT(n  1, x)  T(n  2, x) ,untuk n  1


 0 ,untuk n  0

 1
3. Fungsi fibonacci: f(n)   ,untuk n  1
f(n  1)  f(n  2) ,untuk n  1

7.11. Contoh-contoh Soal dan Penyelesaian

1. Nyatakan apakah tiap-tiap diagram berikut ini mendefinisikan suatu fungsi dari A
= {a, b, c} ke dalam B = {x, y, z} atau tidak.
A B A B A B
a x a x a x
b y b y
b y
c z c z
c z
(1) (3)
(2)
Jawab:
(1) Tidak. Tidak ada yang ditetapkan untuk elemen b  A.
(2) Tidak. Dua elemen x dan z, ditetapkan untuk elemen c  A. Dalam suatu
fungsi hanyalah satu elemen yang ditetapkan bagi elemen dalam domain.
(3) Tidak. Dua elemen x dan z, ditetapkan untuk elemen a A. Dalam suatu
fungsi hanyalah satu elemen yang ditetapkan bagi elemen dalam domain.

2. Pergunakan rumus untuk mendefinisikan kembali fungsi-fungsi berikut ini :


(1) Untuk setiap bilangan riil, f1 menetapkan pangkat tiganya.
(2) Untuk tiap-tiap bilangan riil, f2 menetapkan bilangan 5.

______________________________________________ 154
LOGIKA MATEMATIKA 2018
(3) Untuk tiap-tiap bilangan positif, f3 menetapkan kuadratnya dan untuk
bilangan-bilangan riil lainnya, f3 menetapkan bilangan 4.
Jawab:
(1) Fungsi f1 adalah pemetaan dari R# ke dalam R# dapat didefinisikan oleh
f1(x) = x3
(2) Karena f2 menetapkan 5 untuk setiap bilangan kita dapat mendefinisikan f2
dengan f(2) = 5.
(3) Karena ada dua aturan yang berbeda yang digunakan dalam mendefinisikan
f3 , maka kita mendefinisikan f3 sebagai berikut :
 x 2 jika; untuk x  0
f3 (x)  
4 jika; untuk x  0

3. Yang mana dari pernyataan-pernyataan berikut ini berbeda dari yang lainnya dan
mengapa ?
f
(1) f suatu fungsi dari A ke dalam B (4). A  B
(2) f : A  B (5). f pemetaan dari A ke dalam B.
(3) f : x  f(x)
Jawab:
Berbeda dari yang lainnya. Karena tidak diketahui domain dan ko-domainnya
dalam (3), mengingat untuk yang lainnya diketahui bahwa A adalah domain dan B
ko-domain.

4. Misalkan f(x) = x2 mendefisikan suatu fungsi pada selang tertutup –2  x  8.


Carilah (1). f(4); (2). f(-3); (3). f(t – 3).
Jawab:
(1) f(4) = 42  16
(2) f(-3) tidak mempunyai arti, yang berarti tidak terdefinisikan karena –3 tidak
berada dalam domain dari fungsi.
(3) f(t -3) = (t - 3)2 = t2 - 6t + 9 . Tetapi rumus ini hanyalah benar jika t–3
berada dalam domainnya, yaitu –2  t – 3  8.
Dengan kata lain, t harus memenuhi 1  t  11.

1 jika x rasional


5. Misalkan fungsi f : R#  R# didefinisikan oleh : f(x)  
1 jika x irasional
(a) Nyatakan f dalam kata-kata.
(b) Carilah f  21 , f(), f(2.1313...), dan f( 2) .
Jawab:
(a) Fungsi f menetapkan bilangan 1 untuk tiap-tiap bilangan rasional dan bilangan
–1 untuk tiap-tiapbilangan irasional.

______________________________________________ 155
LOGIKA MATEMATIKA 2018
(b) Karena 1
2 adalah bilangan rasional maka f  21   1 Karena  adalah bilangan
irasional maka f()  1 . Karena 2,1313 … adalah desimal berulang yang
menyatakan suatu bilangan rasional maka f(2,1313 …..) = 1. Karena 2
adalah irasional maka f( 2 )  1 .
3x  1 jika x  3

 2
6. Misalkan fungsi f : R#  R# didefinisikan oleh f(x)   x  2 jika  2  x  3

2x  3 jika x  2

Carilah : (a) f(2), (b) f(4), (c) f(-1), (d) f(-3)
Jawab:
(a) Karena 2 berada dalam selang tertutup [-2, 3], maka digunakan rumus
f(x) = x 2 - 2 . Oleh karena itu f(2) = 22 – 2 = 4 – 2 = 2.
(b) Karena 4 termasuk selang (3, ) maka dipergunakan rumus f(x) = 3x - 1 . Jadi
f(4) = 3(4) – 1 = 12 – 1 = 11.
(c) Karena –1 berada dalam selang [-2, 3], maka kita pergunakan rumus
f(x) = x 2 - 2 . Diperoleh f(-1) = (-1)2 - 2 = 1 – 2 = 1 .
(d)Karena –3 lebih kecil dari –2 , yang berarti –3 termasuk selang terbuka
(-, -2) maka digunakan rumus f(x) = 2x +3 . Jadi f(-3) = -6 +3=-3 .

7. Misalkan A = {a, b, c} dan B = {1, 0}. Berapa banyak fungsi-fungsi yang berbeda
yang dapat dibentuk dari A ke B, dan apa saja ?
Jawab:
Buat daftar semua fungsi dari A ke B dengan diagram-diagram. Dalam tiap-tiap
fungsi ditetapkan 1 atau 0, tetapi tidak kedua-keduanya, untuk tiap-tiap elemen
dalam A.
A B f5 A B
f1 a 1
1
a 0 0
b
b
c
c

f2 f6
a 1 a 1
b 0
b 0
c
c

f3
a 1 f7
a 1
b 0
b 0
c c

______________________________________________ 156
LOGIKA MATEMATIKA 2018
f4 f8
a 1 a 1
b 0 b 0

c c

ada delapan buah fungsi.

8. Misalkan A = {1, 2, 3, 4, 5}. Definisikan fungsi f : A  A dengan diagram


A A
1 1
2 2
3 3
4 4
5 5

Tentukan jangkauan dari fungsi f ?


Jawab:
Jangkauan (range) terdiri dari semua titik bayangan. Oleh karena itu hanya
bilangan-bilangan 2, 3 dan 5 yang muncul sebagai titik-titik bayangan.
Maka jangkauan dari f adalah f[A] = {2, 3, 5}.

9. Misalkan W = {a, b, c, d}. Dibentuk fungsi f dari W ke W didefinisikan sebagai


f(a) = a, f(b) = c, f(c) = a, f(d) = a. Carilah jangkauan dari fungsi f : W  W
Jawab:
Jangkauan dari f terdiri dari elemen-elemen yang muncul sebagai titik-titik
bayangan. Sehingga a dan c yang muncul sebagai titik-titik bayangan dari
elemen-elemen W. Oleh sebab itu, jangkauan dari f adalah {a, c}.

10. Misalkan V = {-2, -1, 0, 1, 2}. Dibentuk fungsi g : V  R# didefinisikan oleh rumus:
g(x) = x2 + 1. Carilah jangkauan dari g.
Jawab:
Dihitung bayangan dari tiap-tiap elemen dalam V, yaitu:
g(-2) = (-2)2 + 1 = 4 + 1 = 5 g(1) = (1)2 + 1 = 1 + 1 = 2
g(-1) = (-1)2 + 1 = 1 + 1 = 2 g(2) = (2)2 + 1 = 4 + 1 = 5
2
g(0) = (0) + 1 = 0 + 1 = 1
Jadi jangkauan dari g adalah himpunan dari titik-titik bayangan {5, 2, 1, 2, 5} =
himpunan {5,2,1}

11. Tiap-tiap rumus berikut mendefinisikan suatu fungsi dari R# ke R#. Carilah
jangkauan dari tiap-tiap fungsi.
(1). f(x) = x 3 (2). g(x) = sin x, (3). h(x) = x 2 + 1
Jawab:
3
(1) Setiap bilangan riil a memiliki suatu akar pangkat tiga yang riil a ; oleh

 a   a
3
karena itu f 3 3
a

Jadi, jangkauan dari f adalah himpunan dari semua bilangan-bilangan riil.

______________________________________________ 157
LOGIKA MATEMATIKA 2018
(2) Sinus dari sebarang bilangan riil terletak dalam selang tertutup [-1, 1]. Dan,
semua bilangan-bilangan dalam selang ini adalah sinus dari sebarang
bilangan riil. Maka jangkauan dari g adalah selang [-1, 1].
(3) Jika ditambahkan 1 pada tiap-tiap bilangan riil, kita peroleh himpunan
bilangan-bilangan yang lebih besar daripada atau sama dengan 1. Dengan
perkataan lain, jangkauan dari h adalah selang tak berhingga [1, ].

12. Misalkan fungsi-fungsi f1 , f2 , f3 , f4 dari R# kedalam R# didefinmisikan oleh.


2
(a) f1(x) = x2 (c). f3 (z) = z

(b) f2 (y) = y2 (d). f4 menetapkan kuadrat tiap-tiap bilangan riil.


Tentukan fungsi-fungsi yang sama .
Jawab:
Mereka semuanya sama. Tiap-tiap fungsi menetapkan bilangan yang sama
untuk setiap bilangan riil.

13. Misalkan fungsi-fungsi f , g dan h didefinisikan oleh :


(a) f(x) = x2 dimana 0  x  1
(b) g(y) = y2 dimana 2  y  8
(c) h(z) = z2 dimana z  R#
Tentukan yang mana dari fungsi-fungsi ini yang sama ?
Jawab:
Tak ada satu fungsipun yang sama. Meskipun aturan-aturan korespondensi
sama, daerah definisinya berbeda.
Jadi fungsi-fungsinya berbeda.

14. Misalkan A = {a, b, c, d, e}, dan B himpunan dari huruf-huruf dalam abjad.
Dibentuk fungsi-fungsi f, g dan h dari A ke B didefinisikan oleh :
(1) f(a) = r, f(b) = a, f(c) = s, f(d) = r, f(e) = e
(2) g(a) = a, g(b) = c, g(c) = e, g(d) = r, g(e) = s
(3) h(a) = z, h(b) = y, h(c) = x, h(d) = y, h(e) = z
Nyatakan apakah tiap-tiap fungsi ini injektif (satu-satu) atau tidak.
Jawab:
Perhatikan bahwa agar suatu fungsi adalah satu-satu, ia harus menetapkan
bayangan-bayangan yang berbeda untuk elemen-elemen yang berbeda
dalam domain.
(1) f bukalah fungsi satu-satu karena f menetapkan r untuk a dan d, kedua-
duanya, yaitu f(a)=f(d) = r.
(2) g adalah fungsi satu-satu.
(3) h bukanlah fungsi satu-satu karena h(a) = h(e)

______________________________________________ 158
LOGIKA MATEMATIKA 2018
15. Nyatakanlah apakah tiap-tiap fungsi berikut satu-satu atau tidak.
(1) Untuk tiap-tiap penduduk bumi, tetapkan bilangan yang berkaitan dengan
usianya.
(2) Untuk tiap-tiap negara di dunia, tetapkan jumlah penduduk negara-negara
itu.
(3) Untuk tiap-tiap buku yang ditulis oleh seorang pengarang, tetapkan
pengarangnya.
(4) Untuk tiap-tiap negara di dunia yang mempunyai perdana menteri, tetapkan
perdana menterinya.
Jawab:
(1) Banyak orang di dunia yang mempunyai usia sama; oleh karena itu fungsi
ini tidak satu-satu.
(2) Meskipun dua buah negara mungkin mempunyai jumlah penduduk yang
sama, statistik memperlihatkan bahwa dewasa ini tidaklah demikian; oleh
karena itu fungsi ini satu-satu.
(3) Adalah mungkin untuk dua buah buku yang berbeda mempunyai
pengarang yang sama; oleh karena itu fungsi ini tidak satu-satu.
(4) Tidak ada dua negara yang berbeda di dunia ini mempunyai perdana
menteri yang sama; oleh karena itu fungsi ini satu-satu.

16. Misalkan A = [-1, 1] = {x  -1  x  1}, B = [1, 3] dan C = [-3, -1]. Dengan fungsi-
fungsi f1 : A  R#, f2 : B  R# dan f3 : C  R# didefinisikan oleh aturan : untuk
tiap-tiap bilangan, tetapkan kuadratnya. Yang mana dari fungsi-fungsi ini satu-
satu ?
Jawab:
 f1 : A  R# tidak injektif (satu-satu) karena f1  21   f1   21   41  R# , yaitu karena
dua bilangan yang berbeda dalam daerah definisi ditetapkan bayangan yang
sama.
 f2 : B  R# adalah injektif (satu-satu) karena kuadrat dari bilangan-bilangan
positif yang berbeda adalah berbeda.
 f3 : C  R# adalah injektif (satu-satu) karena kuadrat dari bilangan-bilangan
negatif yang berbeda adalah berbeda.

17. Carilah selang “terbesar” D dimana rumus f(x) = x 2 mendefinisikan suatu fungsi
satu-satu.
Jawab:
Selama selang D memuat bilangan-bilangan positif atau negatif, tetapi tidak
kedua-duanya maka fungsinya adalah satu-satu.
Jadi D dapat berupa selang-selang terbuka [0, ] atau (-, 0].
Ada selang-selang tak terhingga lainnya dimana f adalah satu-satu, tetapi
mereka akan berupa subhimpunan-subhimpunan dari salah satu dari kedua
ini.

______________________________________________ 159
LOGIKA MATEMATIKA 2018
18. Dalam soal 7 didaftar semua fungsi-fungsi yang mungkin dari A = {a, b, c} ke B =
{1,0}. Yang manakah dari fungsi-fungsi ini adalah satu-satu ?
Jawab:
Tak satupun dari fungsi-fungsi itu satu-satu.
Dalam tiap-tiap fungsi, sekurang-kurangnya ada dua elemen mempunyai
bayangan yang sama.

19. Misalkan f : A  B. Carilah f(A), yaitu jangkauan dari f, jika f adalah fungsi pada
Jawab:
Jika f adalah fungsi pada maka setiap elemen dalam pasangan domain (ko-
domain) f adalah dalam jangkauan, oleh karena itu f(A) = B.

20. Apakah fungsi f : A  A dalam Soal 8 surjektif (pada) ?


Jawab:
Bilangan-bilangan 1 dan 4 dalam ko-domain bukan merupakan bayangan-
bayangan dari sebarang elemen dalam domain A.
Oleh karena itu f bukan fungsi pada.
Dengan kata lain, f(A) = {2, 3, 5} adalah sebuah subhimpunan sejati dari A.

21. Ambilkan A = [-1, 1]. Misalkan fungsi-fungsi f, g dan h dari A ke dalam A


didefinisikan oleh :
(1) f(x) = x3 , (2). g(x) = x2 , (3) h(x) = sin x
Fungsi yang mana, adalah pada ?
Jawab:
(1) Fungsi f bukanlah fungsi pada, karena tak ada bilangan-bilangan negatif
yang muncul dalam daerah nilai f.
(2) Fungsi g adalah surjektif (pada), yaitu g(A) = A .
(3) Fungsi h bukanlah pada. Karena tidak ada bilangan x dalam A sehingga
sin x =1
.
22. Dapatkah fungsi konstan menjadi suatu fungsi surjektif (pada) ?
Jawab:
Jika ko-domain dari fungsi f terdiri dari elemen tunggal, maka f selalu suatu
fungsi konsan dan pada.

23. Pada himpunan-himpunan A yang mana, fungsi satuan 1A : A  A akan surjektif


(pada) ?
Jawab:
Fungsi satuan selalu pada; oleh karena itu A dapat berupa himpunan apa pun.

24. Dalam soal 7 didaftarkan semua fungsi-fungsi yang mungkin dari A = {a, b, c} ke
dalam B = {1, 0}. Yang mana dari fungsi-fungsi ini adalah fungsi pada ?
Jawab:
Semua fungsi-fungsi itu adalah pada kecuali f1 dan f5

______________________________________________ 160
LOGIKA MATEMATIKA 2018
25. Misalkan fungsi-fungsi f : A  B dan g : B  C didefiniskan oleh diagram
A B C
a f x g r
b y
s
c z
t

(a) Carilah hasilkali fungsi (g f) : A  C


(b) Carilah jangkauan dari f, g dan g f.
Jawab:
(a) Digunakan definisi hasilkali fungsi dan menghitung :
(g f)(a)  g(f(a)) = g(y) = t
(g f)(b)  g(f(b)) = g(x) = s
(g f)(c)  g(f(c)) = g(y) = t
Perhatikan bahwa didapatkan jawaban yang sama jika kita “mengikuti tanda
panah” :
a  y  t
b  x  s
c  y  t
(b) Menurut diagram, jangkauan dari f adalah {x, y}, dan jangkauan dari g
adalah {r, s, t}. Menurut (a), jangkauan dari g f adalah {s, t}. Perhatikan
bahwa jangkauan dari g dan g f berbeda.

26. Misalkan A = {1, 2, 3, 4, 5} dan fungsi-fungsi f : A  A didefinisikan oleh :


f(1) = 3, f(2) = 5, f(3) = 3, f(4) = 1, f(5) = 5
g(1) = 4, g(2) = 1, g(3) = 1, g(4) = 1, g(5) = 3
Carilah fungsi-fungsi komposisi f g dan g f.
Jawab:
Dengan menggunakan definisi hasilkali fungsi dan dihitung :
(f g)(1)  f(g(1)) = f(4) = 1 (g f)(1)  g(f(1)) = g(3) = 1
(f g)(2)  f(g(2)) = f(1) = 3 (g f)(2)  g(f(2)) = g(5) = 3
(f g)(3)  f(g(3)) = f(1) = 3 (g f)(3)  g(f(3)) = g(3) = 1
(f g)(4)  f(g(4)) = f(2) = 5 (g f)(4)  g(f(4)) = g(1) = 4
(f g)(5)  f(g(5)) = f(3) = 3 (g f)(5)  g(f(5)) = g(2) = 1

Perhatikan bahwa f g  g f

27. Misalkan fungsi-fungsi f : R#  R# dan g : R#  R# didefinisikan oleh


f(x) = 2x + 1, g(x) = x2 - 2
Carilah rumus-rumus yang mendefinisikan hasilkali fungsi g f dan f g.
Jawab:
Pertama dihitung g f : R#  R#.

______________________________________________ 161
LOGIKA MATEMATIKA 2018
R# R# R# R# R# R#

f g g f

g f f g
Menurut definisi hasilkali fungsi:
(g f)(x)  g(f(x)) = g(2x + 1) = (2x + 1)2 – 2 = 4x2 + 4x - 1
Atau
Dimisalkan sebagai y = f(z) = 2x + 1, dengan z = g(y) = y2 – 2
maka
z = y2 – 2 = (2x – 1)2 – 2 = 4x2 + 4x – 1
Sekarang menghitung f g : R#  R#:
(f g)(x)  f(g(x)) = f(x2 – 2) = 2(x2 – 2) + 1 = 2x2 – 3
Dalam hal ini f g  g f

28. Misalkan fungsi-fungsi f dan g pada bilangan-bilangan riil R# didefinisikan oleh


f(x) = x2 + 2x – 3, g(x) = 3x - 4
(1) Carilah rumus-rumus yang mendefinisikan g f dan f g.
(2) Periksalah rumus itu dengan memperlihatkan (g f)(2) = g(f(2)) dan
(f g)(2) = f(g(2)).
Jawab:
(1) (g f)(x)  g(f(x)) = g(x2 + 2x – 3) = 3(x2 + 2x – 3) – 4 = 3x2 + 6x – 13
(f g)(x)  f(g(x)) = f(3x – 4) = (3x – 4)2 + 2(3x – 4) – 3 = 9x2 – 18x + 5
(2) (g f)(2) = 3(2)2 + 6(2) – 13 = 12 + 12 – 13 = 11
g(f(2)) = g(22 + 2(2) – 3) = g(5) = 3(5) – 4 = 11
(f g)(2) = 9(2)2 – 18(2) + 5 = 36 – 36 + 5 = 5
f(g(2)) = f(3(2) – 4) = f(2) = 22 + 2(2) – 3 = 5

29. Buktikan : Jika f : A  B adalah pada dan g : B  C adalah pada maka fungsi
hasilkali (g f) : A  C adalah pada.
Jawab:
Misalkan c sebarang elemen dalam C.
Karena g adalah pada, maka terdapat suatu elemen b  B, sehingga g(b) =
c. Juga, karena f adalah pada maka terdapat suatu elemen a  A sehingga
f(a) = b. Sekarang (g f)(a)  g(f(a)) = g(b) = c.
Jadi untuk sebarang c  C, terdapat sekurang-kurangnya satu elemen a 
A sehingga (g f)(a) = c.
Dengan demikian g f adalah fungsi surjektif (pada).

30. Buktikan bahwa jika f : A  B, g : B  C dan h : C  D; maka


(h g) f = h (g f)
Jawab:

______________________________________________ 162
LOGIKA MATEMATIKA 2018
Kedua fungsi adalah sama jika mereka menetapkan bayangan yang sama
dalam domain, yaitu, jika ((h g) f)(x) = (h (g f))(x)
untuk setiap x  A.
Dengan menghitung,
((h g) f) (x)  (h g)(f(x))  h(g(f(x))) dan
(h (g f))(x)  h((g f)(x))  h(g(f(x)))
Diperoleh (h g) f = h (g f)

31. Ambilkan A = {1, 2, 3, 4, 5}. Misalkan fungsi f : A  A didefinisikan oleh diagram

1 1
2 2
3 3

4 4
5 5

Carilah (1) f 1 (2), (2) f 1 (3), (3) f 1 (4),


(4) f 1 {1,2}, (5) f 1 {2,3,4}
Jawab:
(1) f 1 (2) terdiri dari elemen-elemen yang bayangannya adalah 2. Hanya 4
yang mempunyai bayangan 2; oleh karena itu f 1 (2) = {4}.
(2) f 1 (3) =  karena 3 bukanlah bayangan dari elemen apapun.
(3) f 1 (4) = {1,3,5} karena f(1) = 4, f(3) = 4, f(5) = 4 dan karena 4 bukanlah
bayangan elemen yang lainnya.
(4) f 1 {1,2} terdiri dari elemen-elemen yang bayangnnya 1 atau 2; maka f 1
{1,2} = {2, 4}. karena f 1 {1} = 2 dan f 1 {2} = 4
(5) f 1 {2,3,4} = {4,1,3,5} karena tiap-tiap bilangan ini, dan tidak yang lainnya,
memiliki 2, 3 atau 4 sebagai titik bayangan. f 1 {2} = 4 , f 1 {3} =  dan f 1
{4} = {1,3,5}

32. Misalkan fungsi f : R#  R# didefinisikan oleh f(x) = x2.


Carilah :
(1) f 1 (25), (3). f 1 ([-1, 1)], (5). f 1 ([4, 25)]
(2) f 1 (-9), (4). f 1 ([-, 0)]
Jawab:
(1) f 1 (25) = {5, -5} karena f(5) = 25 dan f(-5) = 25 dan karena tidak ada
bilangan lain yang kuadratnya adalah 25.
(2) f 1 (-9) =  karena tidak ada bilangan riil yang kuadratnya adalah –9, yaitu
persamaan x2 = -9 tidak mempunyai akar riil.
(3) f 1 ([-1,1]) = [-1, 1] karena jika  x  1 maka berarti  x2   1 yaitu jika x
termasuk dalam interval [-1, 1] maka f(x) = x2 juga termasuk [-1, 1].

______________________________________________ 163
LOGIKA MATEMATIKA 2018
(4) f 1 ((-, 0]) = {0} karena 02 = 0  (-, 0] dan karena tidak ada bilangan
lainnya yang kuadratnya termasuk (-, 0]
(5) f 1 ([4, 24]) terdiri dari bilangan-bilangan yang kuadratnya termsuk [4, 25],
yaitu bilangan-bilangan x sehingga 4  x2  25. Oleh karena itu.
f 1 ([4, 25]) = {x  2  x  5 atau –5  x  -2}

33. Misalkan f : A  B. Carilah f 1 (f(A)), yaitu, carilah invers dari jangkauan f.


Jawab:
Karena bayangan dari setiap elemen A berada dalam jangkauan f, maka
f 1 (f(A)) = A untuk semua keadaan.

34. Misalkan f : A  B, dan f mempunyai fungsi infers f 1 : B  A. Sebutkan dua


sifat dari fungsi f.
Jawab:
Fungsi f haruslah injektif (satu-satu) dan surjektif (pada).

35. Misalkan W = {1, 2, 3, 4, 5}, dan fungsi-fungsi f : W  W, g : W  W dan h :


W  W didefinisikan oleh diagram-diagram dibawah.

g 1 h 1
1 f 1 1 1
2 2 2 2 2 2

3 3 3 3 3
3
4 4 4 4
4 4
5 5
5 5 5
5

Dari fungsi-fungsi di atas mana yang memiliki fungsi invers ?


Jawab:
Agar suatu fungsi memiliki invers, maka fungsi itu haruslah satu-satu dan pada.
Hanyalah h yang satu-satu dan pada; oleh karena itu hanyalah h yang memiliki
fungsi invers.

36. Ambil A = [-1, 1]. Misalkan fungsi f1, f2, f3, dan f4 dari A ke dalam A didefinisikan
oleh (1) f1 (x) = x2, (2) f2 (x) = x3, (3) f3 (x) = sin x, (4) f4 (x)  sin 21 x
Nyatakan apakah tiap-tiap fungsi ini memiliki invers atau tidak.
Jawab:
(1) f1 tidaklah satu-satu atau pada; oleh karena itu f1 tidak memiliki invers.
(2) f2 adalah satu-satu karena jika x  y maka x5  y5 . Juga, f2 adalah
surjektif (pada). Oleh karena itu f2 memiliki fungsi invers.
(3) f3 adalah fungsi satu-satu tetapi tidak pada; oleh karena itu f3 tidak
memiliki invers.
(4) f4 memiliki invers karena tidak ia adalah satu-satu dan pada.

______________________________________________ 164
LOGIKA MATEMATIKA 2018
37. Buktikan bahwa jika f : A  B dan g : B  C memiliki fungsi-fungsi invers
f 1 : B  A dan g1 : C  B maka fungsi-komposisi g f : A  C memiliki
fungsi invers f 1 g1 : C  A.
Bukti:
Perhatikan bahwa: ( f 1 g1 ) (g f ) = 1 dan (g f) ( f 1 g1 ) = 1
Dihitung:
( f 1 g1 ) (g f ) = f 1 ( g1 (g f )) = f 1 (( g1 g) f)
= f 1 (1 f ) = f 1 f=1
1
Menggunakan sifat bahwa g g adalah fungsi satuan dan hasilkali 1
Dengan cara yang sama,
(g f) ( f 1 g1 ) = g (f ( f 1 g1 )) = g (( f f 1 ) f)
=g (1 g1 ) = g g 1 = 1

38. Misalkan f : R#  R# didefinisikan oleh f(x) = 2x - 3 . Dengan mengambil f adalah


satu-satu dan pada, sehingga f memiliki fungsi infers f 1 : R#  R#. Carilah rumus
yang mendefinisikan fungsi invers f 1 .
Jawab:
Misalkan y adalah bayangan x di bawah fungsi f. Maka y =f(x) = 2x - 3
Akibatnya, x akan merupakan bayangan y di bawah fungsi invers f 1 , yaitu :
x = f 1 (y)
Dengan memecahkan untuk x dalam y dari persamaan di atas.
x = (y + 3) / 2

Maka f 1(y) = (y + 3) / 2 ini adalah rumus yang mendefinisikan fungsi invers.


oleh karena itu
f 1(x) = (x + 3) / 2 juga mendefinisikan fungsi invers.
Pernyataan terakhir ini digunakan untuk mendefinisikan fungsi invers.

39. Misalkan f : R#  R# didefiniskan oleh f(x) = x3 + 5. Perhatikan bahwa f adalah


satu-satu dan pada, sehingga f memiliki fungsi invers.
Carilah rumus yang mendefinisikan f 1
Jawab:
Pecahkan x dalam y : y = x3 + 5,
y – 5 = x3,
x  3 y 5
Maka fungsi invers adalah f 1(x)  3 x  5 dimana R# = himpunan bilangan riil.

40. Ambilkan A = R#- {3} dan B = R#- {1}. Misalkan fungsi f : A  B didefinisikan oleh
x2
: f(x)  . Maka f adalah satu-satu dan pada. Carilah rumus f 1 .
x3
______________________________________________ 165
LOGIKA MATEMATIKA 2018
Jawab:
x2 2  3y
Pecahkan y  untuk x dalam y, maka kita peroleh x 
x3 1 y
2  3x
Oleh karena itu, fungsi inversnya adalah f 1(x) 
1- x

41. Misalkan fungsi f : R#  R# didefinisikan oleh f(x) = x2 - 3x + 2


Carilah :
(a) f(-3) (i) f(2x – 3)
(b) f(2) – f(-4) (j) f(2x – 3) + f(x + 3)
(c) f(y) (k) f(x2 – 3x + 2)
(d) f (a2) (l) f(f(x))
2
(e) f(x ) (m) f(f(x + 1))
(f) f(y – z) (n) f(x + h) – f(x)
(g) f(x + h) (o) [f(x + h) – f (x)]/h
(h) f(x + 3)
Jawab:
Fungsi ini menetapkan untuk sebarang elemen kuadrat dari elemen itu dikurangi
3 kali elemen itu ditambah 2.
(a) f(-3) = (-3)2 – 3(-3) + 2 = 9 + 9 + 2 = 20
(b) f(2) = (2)2 – 3(2) + 2 = 0, dan f(-4) = (-4)2 – 3(-4) + 2 = 30.
Maka f(2) – f(-4) = 0 – 30 = -30
(c) f(y) = (y)2 – 3(y) + 2 = y2 – 3y + 2
(d) f(a2) = (a2)2 – 3(a2) + 2 = a4 – 3a2 + 2
(e) f(x2) = (x2)2 – 3(x2) + 2 = x4 – 3x2 + 2
(f) f (y – z) = (y – z)2 – 3(y – z) + 2 = y2 – 2yz + z2 – 3y + 3z + 2
(g) f(x + h) = (x + h)2 – 3(x + h) + 2 = x2 + 2xh + h2 – 3x – 3h + 2
(h) f(x + 3) = (x + 3)2 – 3(x + 3) + 2 = (x2 + 6x + 9) – 3x – 9 +2 = x2 + 3x + 2
(i) f(2x – 3) = (2x –3) – 3(2x – 3)+ 2 = 4x2 –12x + 9 – 6x + 9 +2 = 4x2 – 18x +
20
(j) Dari hasil (h) dan (i), kita peroleh :
f(2x – 3) + f(x + 3) = (4x2 – 18x + 20) + (x2 + 3x + 2) = 5x2 – 15x + 22
(k) f(x2 – 3x + 2) = (x2 – 3x + 2)2 – 3(x2 – 3x + 2) + 2 = x4 – 6x3 + 10x2 – 3x
(l) f(f(x + 1)) = f(x2 – 3x + 2)2 – x4 – 6x3 + 10x2 – 3x
(m) f(f(x + 1)) = f ([(x + 1)2 – 3(x + 1) + 2]) = f([x2 + 2x + 1 – 3x – 3 + 2])
f(x2 – x) = (x2 – x)2 – 3(x2 – x) + 2 = x4 – 2x3 – 2x2 +3x + 2
(n) Menurut (g), f(x + h) = x2 + 2xh + h2 – 3x – 3h + 2. Oleh karena itu
f(x + h) – f(x) = (x2 + 2xh + h2 – 3x – 3h + 2) – (x2 – 3x + 2) = 2xh + h2 – 3h.
(o) Dengan menggunakan (n), kita peroleh:
[f(x + h) – f(x)]/h = (2xh + h2 – 3h)/h = 2x + h –3

42. Misalkan fungsi-fungsi f : R#  R# dan g : R#  R# didefinisikan oleh f(x) = 2x – 3


dan g(x) x2 + 5.
Carilah (a) f(5), (b) g(-3), (c) g(f(2)), (d) f(g(3)), (e) g (a – 1), (f) f(g (a – 1)),

______________________________________________ 166
LOGIKA MATEMATIKA 2018
(g) g(f(x)), (h) f(g(x + 1)), (i) g(g(x)).
Jawab:
(a) f(5) = 2(5) – 3 = 10 – 3 = 7
(b) g(-3) = (-3)2 + 5 = 9 + 5 = 14
(c) g(f(2)) = g([2(2) – 3]) = g([4 – 3]) = g(1) = (1)2 + 5 = 6
(d) f(g(3)) = f([32 + 5]) = f([9 + 5]) = f(14) = 2(14) – 3 = 25
(e) g(a – 1) = (a – 1)2 + 5 = a2 – 2a + 1 + 5 = a2 – 2a + 6
(f) Dengan mempergunakan (e), kita peroleh
f(g(a – 1)) = f(a2 – 2a + 6) = 2(a2 – 2a + 6) – 3 = 2a2 – 4a + 9
(g) g(f(x)) = g(2x – 3) = (2x – 3)2 + 5 = 4x2 – 12x + 14
(h) f(g(x + 1)) = f([(x + 1)2 + 5]) = f([x2 + 2x + 1 + 5])= f(x2 + 2x + 6)
= 2(x2) + 2x + – 3 , = 2x2 + 4x + 9
(i) g(g(x)) = g(x2 + 5) = (x2 + 5)2 + 5 = x2 10x2 + 30

7.12 Soal-soal Latihan

1. Nyatakan apakah tiap-tiap diagram ini mendefinisikan suatu fungsi dari {1, 2, 3}
ke dalam {4, 5, 6}, ataukah tidak.

1 4 1 4 1 4
2 2 5 2
5 5
3 3 6 3
6 6
(1) (2)
(3)

2. Definisikan kembali fungsi-fungsi berikut dengan menggunakan rumus :


(a) Untuk tiap-tiap bilangan riil, f menetapkan kuadratnya ditambah 3
(b) Untuk tiap-tiap bilangan riil, g menetapkan bilangan tersebut ditambah harga
mutlaknya.
(c) Untuk tiap-tiap bilangan lebih besar daripada atau sama dengan 3, h
menetapkan pangkat tiga dari bilangan tersebut dan untuk tiap-tiap bilangan
lebih kecil daripada 3, h menetapkan bilangan 4.

3. Misalkan fungsi f : R#  R# didefinisikan oleh f(x) = x 2 - 4x + 3 .


Carilah : (1) f(4), (2) f(-3), (3) f(y – 2z), (4) f(x – 2).

 x 2  3x jika x  2
4. Misalkan fungsi g : R  R didefinisikan oleh g(x)  
# #

 x  jika x  2
Carilah: (1) g(5), (2) g(0), (3) g(-2)

5. Misalkan T = [-3, 5] dan fungsi f : T  R# didefinisikan oleh f(x) = 2x2 - 7


Carilah : (a) f(2), (b) f(6), (c) f (t – 2)

______________________________________________ 167
LOGIKA MATEMATIKA 2018
2x  5 jika x  9

 2
6. Misalkan fungsi h : R  R didefinisikan oleh : h(x)   x  x jika x  [ 9,9]
# #


 x  4 jika x  9

Carilah : (a) h(3), (b) h(12), (c) h(-15), (d) h(h(5)) yaitu h2(5)

7. Misalkan X = {2,3} dan Y = {1,3,5}. Ada berapa fungsi yang berbeda dari X ke Y ?

8. Diagram-diagram berikut mendefinisikan fungsi-fungsi f, g dan h yang menetapkan


himpunan {1,2,3,4} ke dalam dirinya sendiri.

g h
f 1 1 1 1
1 1
2 2 2 2
2 2
3 3 3 3
3 3
4 4 4 4
4 4

Carilah (1) jangkauan f, (2) jangkauan g, (3) jangkauan h.

9. Ambilkan W = {-1, 0, 2, 5, 11}. Misalkan fungsi f : W  R# didefinisikan f(x) = x2 –


x – 2. Carilah jangkauan f.

10. Pandang keenam fungsi berikut :


f1 : [-2, 2]  R# f4 : (-, -5)  R#
f2 : [0, 3]  R# f5 : [-1, 4)  R#
f3 : [-3, 0]  R# f6 : [-5, 3)  R#
(a). Jika tiap-tiap fungsi didefinisikan oleh rumus yang sama f(x) = x 2 , yaitu jika
untuk tiap-tiap bilangan x, tiap-tiap fungsi menetapkan x 2 , maka carilah
jangkauan dari (1) f1 , (2) f2 , (3) f3 , (4) f4 , (5) f5 , (6) f6
(b). Jika tiap-tiap fungsi didefinisikan oleh rumus f(x) = x 3 yaitu jika untuk tiap-tiap
bilangan x, tiap-tiap fungsi menetapkan x3, maka carilah jangkauan dari (1) f1
, (2) f2 , (3) f3 , (4) f4 , (5) f5 , (6) f6
(c). Jika tiap-tiap fungsi didefinisikan oleh rumus f(x) = x – 3 Carilah jangkauan
dari (1) f1 , (2) f2 , (3) f3 , (4) f4 , (5) f5 (6) f6
(d). Jika tiap-tiap fungsi didefinisikan oleh rumus: f(x) = 2x + 4, Carilah jangkauan
dari (1) f1 , (2) f2 , (3) f3 , (4) f4 , (5) f5 , (6) f6

11. Andaikan f : A  B. Yang manakah dari yang berikut ini selalu benar :
(1) f(A)  B , (2) f(A)  B , (3) f(A)  B

______________________________________________ 168
LOGIKA MATEMATIKA 2018
12. Misalkan f : X  Y. Nyatakanlah apakah masing-masing sifat berikut
mendefinisikan suatu fungsi satu-satu atau tidak ?
(1) jika f(a)  f(b) maka a = b (3) jika f(a)  f(b) maka a  b
(2) jika a = b maka f(a)  f(b) (4) jika a  b maka f(a)  f(b)

13. Nyatakanlah apakah tiap-tiap fungsi dalam soal 10 adalah injektif (satu-satu) atau
tidak.

14. Buktikan: Jika f : A  B adalah satu-satu dan jika g : A  C adalah injektif (satu-
satu) maka fungsi perkalian g f : A  C adalah injektif (satu-satu).

15. Fungsi-fungsi f : A  B, g : B  A, h : C  B, F : B  C dan G : A  C


digambarkan dalam diagram di bawah ini.

G
A C
g h

f
B F

Nyatakanlah apakah masing-masing yang berikut ini mendefinisikan suatu


hasilkali fungsi ataukah tidak dan bila ada yang mendefinisikan hasilkali fungsi
maka tentukan ranah dan ko-domainnya :
(1) g f, (2) h f, (3) F f, (4) G f,
(5) g h, (6) F h, (7) h G g, (8) h G.

16. Pandang fungsi-fungsi f, g dan h dalam soal 8. Carilah hasilkali fungsi dari
(1) f g , (2) h f (3) g g , yaitu g2.

17. Misalkan fungsi-fungsi f : R#  R# dan g : R#  R# didefinisikan oleh


f(x) = x 2 + 3x + 1 , dan g(x) = 2x - 3 . Carilah rumus yang mendefinisikan hasilkali
fungsi dari (1) f g, (2) g f, (3) g g, (4) f f.

18. Misalkan fungsi-fungsi f : R#  R# dan g : R#  R# didefinisikan oleh f(x) = x2 - 2 x

dan g(x) = x 2 + 1 . Carilah (a) (g f)(3), (b) (f g)(-2), (c) (g f )(-4), c (d) (f
g)(5)

19. Misalkan f : R#  R# didefinisikan oleh f(x) = x2 + 1


Carilah (1) f 1 (5), (2) f 1 (0), (3) f 1 (10), (4) f 1 (-5),
(5) f 1 ([10, 26]), (6) f 1 ([0, 5]), (7) f 1 ([-5, 1]), (8) f 1 ([-5, 5])

______________________________________________ 169
LOGIKA MATEMATIKA 2018
20. Misalkan g : R#  R# didefinisikan oleh g(x) = sin x .
Carilah (1) g1 (0), (2) g1 1), (3) g1 (2), (4) g1 ([-1, 1]).

21. Misalkan f : R#  R# didefinisikan oleh f(x) = 3x + 4 . Maka f adalah injektif (satu-


satu) dan surjektif (pada). Berikan satu rumus yang mendefinisikan g1 .

22. Ambilkan A = R# - {-1/2} dan B = R# - {1/2}. Jika f : A  B didefinisikan oleh


f(x) = (x - 3)/(2x + 1) Maka f adalah satu-satu dan pada. Carilah sebuah
rumus yang mendefinisikan fungsi f 1 .

23. Ambilkan W = [0, ). Misalkan fungsi-fungsi f : W  W , g : W  W dan


2
h : W  W didefinisikan oleh : f(x) = x 2 , g(x) = x + 1 , dan h(x) = x +2
Dari fungsi-fungsi ini yang manakah yang surjektif (pada).

24. Misalkan fungsi f : R#  R# didefinisikan oleh f(x) = x 2 + x - 2 Carilah


(a) f(3); (g). f(x + h) – f(x)
(b) f(-3) – f(2); (h) f(f(x))
(c) f(x – 2); (i) f 1 (10)
(d) f (f(-2)); (j). f 1 (4)
(e) f(y) ; (k). f 1 (-5)
(f) f(x + h);

25. Misalkan f :A  B ; g : B  A dan g o f = 1A, fungsi satuan pada A.


Nyatakan apakah masing-masing yang berikut ini benar atau salah ?
(1) g = f 1 . (4) g fungsi surjektif (pada)
(2) f fungsi surjektif (pada). (5) g adalah fungsi injektif (satu-satu).
(3) f adalah fungsi injektif (satu-satu).

===@@@@@===

______________________________________________ 170
LOGIKA MATEMATIKA 2018
REFERENSI

C. L. Liu, 1987 , Elements of Discrete Mathematics , Edisi kedua, McGraw-Hill, Inc.


Hendrik JR, 1996, Pengantar Logika. Asas-asas penalaran sistematis. Penerbit
Kanisius. ISBN 979-497-676-8 Yogyakarta
Munir, R. 2012. Matematika Diskrit. Revisi Kelima. Penerbit Informatika
Noeryanti, 2012, Logika Matematika, Akprind Press, ISBN 978-602-7619-24-3, Yogyakarta
Seymour L, 1983 , Finite Mathematics , McGraw-Hill, Inc.
Seymour L, 1984 , Set Theory , McGraw-Hill, Inc.
Soehakso, Himpunan, Relasi dan Fungsi , FMIPA Universitas Gajah Mada.
Setiadji & Sitjiana, 1995 , Pengantar Struktur Aljabar , FMIPA Universitas Gajah Mada
Theresia M. H. T. S, 1992, Pengantar Dasar Mathematika Logika dan Teori himpunan ,
Erlangga, Jakarta.
http://www.google.com
http://id.wikipedia.org/wiki/Logika#Logika_sebagai_ilmu_pengetahuan
https://id.wikipedia.org/wiki/Silogisme
http://ilmutambah.wordpress.com
http://www.khanacademy.org/intl/id
https://www.edutafsi.com/2016/10/kuantor-universal-dan-kuantor-eksistensial.html
http://www.rustamaji.net/id/matematika/modus-tollens-dan-modus-ponen

______________________________________________ 171
LOGIKA MATEMATIKA 2018

Anda mungkin juga menyukai