Makalah Sistem Imun Pada Kehamilan
Makalah Sistem Imun Pada Kehamilan
Di Susun Oleh :
NEVY YENIAR SYAHFITRI
20220430036
Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan kami kemudahan sehingga saya dapat
menyelesaikan makalah makalah ini dengan tepat waktu. Tanpa pertolongan-Nya tentunya kami tidak
akan sanggup untuk menyelesaikan makalah ini dengan baik. Shalawat serta salam semoga terlimpah
curahkan kepada baginda tercinta kita yaitu Nabi Muhammad SAW yang kita nanti nantikan syafa’atnya
di akhirat nanti.
Penulis mengucapkan syukur kepada Allah SWT atas limpahan nikmat sehat-Nya, baik itu berupa
sehat fisik maupun akal pikiran, sehingga penulis mampu untuk menyelesaikan pembuatan makalah
makalah dengan judul “Sistem Imunitas Dalam Kehamilan Pada Trimester 123”. Penulis tentu menyadari
bahwa makalah makalah ini masih jauh dari kata sempurna dan masih banyak terdapat kesalahan serta
kekurangan di dalamnya.
Untuk itu, penulis mengharapkan kritik serta saran dari pembaca untuk makalah ini, supaya makalah
ini nantinya dapat menjadi makalah yang lebih baik lagi. Demikian, dan apabila terdapat banyak
kesalahan pada makalah ini penulis mohon maaf yang sebesar-besarnya. Demikian, semoga makalah ini
dapat bermanfaat. Terima kasih.
BAB I PENDAHULUAN..........................................................................................................................4
1.1 Latar Belakang.....................................................................................................................................4
1.2 Rumusan Masalah................................................................................................................................5
1.3 Tujuan...................................................................................................................................................5
1.4 Manfaat................................................................................................................................................5
BAB II PEMBAHASAN...........................................................................................................................6
2.1 Kehamilan............................................................................................................................................6
2.1.1 Pengertian Kehamilan...................................................................................................................6
2.1.2 Tahap - Tahap Kehamilan..............................................................................................................6
2.1.3 Tanda dan Gejala Kehamilan.........................................................................................................7
2.1.4 Perubahan Anatomi pada Ibu Hamil..............................................................................................7
2.2 Imunitas dalam kehamilan...................................................................................................................8
2.3 Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Imun Kehamilan......................................................................9
2.3.1 Imunitas Bawaan...........................................................................................................................9
2.3.2 Kekebalan Adaptif........................................................................................................................9
2.4 Dampak Imun Dalam Sistem Kehamilan.............................................................................................9
2. 5 Persalinan..........................................................................................................................................10
2.5.1 Pengertian Persalinan..................................................................................................................10
2.6 Nifas...................................................................................................................................................12
2.7 Bayi....................................................................................................................................................13
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Adaptasi anatomi, fisiologi dan biokimia pada kehamilan sangat mendalam. Banyak perubahan yang
bermakna terjadi segera setelah fertilisasi dan berlanjut sepanjang kehamilan dan sebagian besar terjadi
sebagai respon stimulasi fisiologis oleh bayi dan plasenta. Yang sangat mengejutkan adalah perempuan
hamil akan kembali kepada kondisi sebelum kehamilannya setelah persalinan dan laktasi. Kebanyakan
adaptasi fisiologi ini akan dirasakan sebagai hal yang abnormal pada perempuan yang tidak hamil.
Selama kehamilan normal, hampir setiap sistem organ mengalami perubahan anatomis dan fungsional
yang dapat mengubah kriteria diagnosis dan pengobataBn penyakit(Talbot & Maclennan, 2016).
Penelitian terbaru telah membuktikan adanya inflamasi ringan dalam kehamilan normal. Belum
diketahui sejauh mana inflamasi maternal dapat menyebabkan disfungsi endotel sehingga menimbulkan
preeklamsia. Penelitian yang paling ekstensif tentang petanda inflamasi termasuk C reactive protein
(CRP), interleukin – 6 (IL-6), interleukin – 8 (IL-8), inetrleukin -10 ( IL-10) dan tumor necrosis factor
alpha (TNF-α). Data yang tersedia menunjukkan peranan hal tersebut dalam mekanisme yang
bertanggung jawab pada terjadinya preeklamsia, tetapi nilaiprediksinya masih ambigu (Daniela et
al.,2014).
Untuk menjaga respons terhadap stres, sistem imunitas berada di bawah pengaruh entitas lain seperti
sistem otonom atau endokrin. Sekali distimulasi respons imun memodulasi sistem ini, yang mengarahkan
tubuh ke keseimbangan baru. Proses peradangan adalah proses menjaga homeostasis setelah agresi tubuh.
Secara lokal, peradangan membuat penyembuhan luka dan pemberantasan patogen. Selain efek lokal ini,
ada aktivasi peradangan sistemik, yang dikaitkan dengan kerusakan jaringan dan komplikasi berbahaya
jika berlebihan. Setiap agresi yang dialami tubuh manusia dimulai pada tingkat lokal dengan mengganggu
penghalang alami (kulit, mukosa usus, lendir, dan lain – lain). Langkah pertama ini diikuti oleh aktivasi
sel-sel inflamasi lokal. Setiap proses agresif dikenali oleh makrofag. Sel-sel ini mengaktifkan proses
inflamasi dengan membebaskan mediator yang disebut sitokin. Sitokin proinflamasi bertindak dengan
menyebarkan sinyal inflamasi, menarik neutrofil ke lokasi agresi. In situ, neutrofil teraktivasi
mengerahkan aktivitas bakterisida mereka dengan memfagosit benda asing, melepaskan radikal bebas dan
membebaskan sitokin baru. Selain proses lokal ini, jaringan sitokin juga mempromosikan perubahan
sistemik. Trombosit diaktifkan oleh sitokin dan mempromosikan diapedesis neutrofil dengan membentuk
mikrotrombi. Produksi leukosit yang bersirkulasi ditingkatkan, monosit mengalami perubahan menjadi
makrofag yang matang. Sitokin juga mempengaruhi sistem lain (sistem endokrin dan otonom), untuk
menyesuaikan tubuh dengan gangguan yang disebabkan oleh agresi (Loix et al., 2011) (Hirota &
Lambert, 2011) (Kock et al., 2013).
Imunitas dalam tubuh bisa bereaksi secara seluler dan humoral terhadap patogen yang masuk ke
dalam tubuh. Imunitas humoral diperantarai oleh sekresi antibodi dari sel plasma. Imunitas seluler
diperantarai oleh sel T yang melawan patogen tanpa antibodi. Sel T adalah pelindung lini terakhir untuk
mempertahankan tubuh manusia meski bekerja secara lambat melawan patogen maupun sel kanker. 8,9
Sel yang berperan dalam imunitas seluler sebanyak 10-20% dari total leukosit pada desidua uterus
manusia. Sel yang dimaksud adalah; sel T CD4+, sel T CD8+ dengan sifat pertahanan sitotoksik; sel
Tregulator (Treg) dengan sifat imunosupresif; dan Sel T helper (Th) yakni sel Th1, Th2 dan Th17 yang
mengkoordinir kinerja sel T sitotoksik dan sel T regulator. Besarnya dampak yang disebabkan oleh infeksi
saat kehamilan tersebut dan peran imunitas seluler yang menjadi lini pertahanan tubuh terakhir dalam
tubuh manusia maka peneliti tertarik untuk melakukan literature review terhadap peran imunitas seluler
pada ibu hamil.
Penelitian yang pernah dilakukan sebelumnya mengaitkan hubungan konsumsi makronutrien dengan
kadar Hb ibu hamil, didapatkan kesimpulan bahwa terdapat hubungan yang bermakna antara konsumsi
karbohidrat, protein, lemak dengan kadar Hb pada ibu hamil. Kekurangan karbohidrat dan lemak
menyebabkan sumber energi di dalam tubuh akan ditanggulangi oleh protein sehingga protein akan
dipecah menjadi sumber energi dan proses pembentukan hemoglobin akan menurun. Selain itu,
kekurangan asupan protein akan mengahambat transportasi zat besi sehingga terjadi defisiensi zat besi
yang ditandai dengan penurunan kadar hemoglobin. Sedangkan menurut penelitian yang dilakukan oleh
Rachmawati pada tahun 2015, menyatakan bahwa tidak ada hubungan antara konsumsi makronutrien
(protein) dengan kejadian anemia pada ibu hamil.
1.2 Rumusan Masalah
• Bagaimana sistem imunitas pada kehamilan trimestri 123?
• Apa saja faktor-faktor yang mempengaruhi respon imun terhadap kehamilan trimestri 123?
• Bagaimana dan dampak apa saja yang terjadi dalam sistem imun pada kehamilan trimestri 123?
1.3 Tujuan
• Untuk mengetahui sistem imunitas pada kehamilan trimestri 123.
• Untuk mengetahui Apa saja faktor-faktor yang mempengaruhi respon imun terhadap kehamilan
trimestri 123.
• Untuk mengetahui Bagaimana dan dampak apa saja yang terjadi dalam sistem imun pada
kehamilan trimestri 123.
1.4 Manfaat
Memberikan kontribusi terhadap ilmu pengetahuan mengenai wawasan masyarakat khususnya ibu
hamil tentang pemenuhan kebutuhan nutrisi pada ibu hamil pada trimesteri 123. Bisa juga untuk
penambahan pengembangan ilmu dalam merawat ibu hamil. Memberikan informasi terhadap masyarakat
mengenai manfaat pentingnya mengawasi ibu hamil pada trimestri 123. Menambah pengetahuan
masyarakat tentang pentingnya konsumsi makronutrien terhadap kadar hemoglobin, sehingga dapat
dijadikan acuan untuk mempertimbangkan pemberian makronutrien terhadap ibu hamil.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Kehamilan
2.1.1 Pengertian Kehamilan
Kehamilan merupakan sebuah proses yang dimulai dari tahap konsepsi sampai lahirnya janin.
Lamanya kehamilan normal adalah 280 hari (40 minggu) dihitung dari hari pertama haid terakhir
(Widatiningsih & Dewi, 2017). Setiap wanita yang memiliki organ reproduksi yang sehat, jika
telah mengalami menstruasi dan melakukan hubungan seksual dengan seorang pria yang organ
reproduksinya sehat, sangat besar kemungkinan terjadinya kehamilan. Apabila kehamilan
direncanakan, akan memberi rasa bahagia dan penuh harapan, tetapi disisi lain diperlukan
kemampuan dari pihak wanita untuk beradaptasi dengan perubahan yang akan terjadi selama
kehamilan, baik perubahan yang bersifat fisiologis maupun psikologis (Fatimah and Nuryaningsih,
2017).
Berdasarkan pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa kehamilan merupakan suatu proses
yang diawali dengan fertilisasi dan dilanjutkan dengan implantasi hingga lahirnya bayi yang
waktunya berkisar 40 minggu
4. Kala 4
Persalinan kala 4 dimulai setelah lahirnya plasenta dan berakhir 2 jam setelah itu. Pemantauan
kala 4 setiap 15 menit pada satu jam pertama dan setiap 30 menit pada satu jam kedua.
Keadaan yang dipantau meliputi keadaan umum ibu, tekanan darah, pernapasan, suhu dan
nadai, TFU, kontraksi, kandung kemih dan jumlah darah (JNPK-KR, 2017).
B. Faktor yang Mempengaruhi Persalinan
A. Tenaga (power)
Adalah kekuatan yang mendorong janin keluar. Kekuatan ini meliputi his, kontraksi otot-otot
perut, kontraksi diafragma dan aksi dari ligamen dengan kerjasama yang baik dan sempurna.
B. Posisi
Mengubah posisi membuat rasa letih hilang, memberi rasa nyaman dan memperbaiki sirkulasi.
C. Psikologis
Kelahiran bayi merupakan peristiwaa penting bagi kehidupan seorang ibu dan keluarga.
Banyak ibu mengalami psikis (kecemasan, keadaan emosional Wanita) dalam menghadapi
persalinan. Seorang bidan harus mengutamakan assuhan sayang ibu dengan melibatkan peran
pendamping oleh suami dan keluarga bnsecara berkelanjutan untuk meningkatkan keadan
psikologis ibu (Kurniaru, 2016).
C. Adaptasi fisiologis pada persalinan
a. Perubahan metabolisme
Pada saat mulai persalinan, terjadi penurunan hormon progesteron yang mengakibatkan
perubahan pada sistem pencernaan menjadi lebih lambat sehingga makanan lebih lama tinggal
di lambung, akibatnya banyak ibu bersalin yang mengalami obstivasi atau peningkatan getah
lambung sehingga terjadi mual dan muntah. Peningkatan ini ditandai dengan adanya
peningkatan suhu badan ibu, nadi, pernafasan, cardiac out put dan hilangnya cairan
(Kurniarum, 2016).
b. Perubahan sistem pernafasan
Pernafasan sedikit meningkat karena adanya kontraksi uterus dan peningkatan metabolisme
dan diafragma tertekan oleh janin. Hiperventilasi yang lama dianggap tidak normal dan dapat
menyebabkan terjadinya alkalosis (Kurniarum, 2016).
2.6 Nifas
a. Pengertian nifas
Menurut Kemenkes RI (2018) masa nifas merupakan masa yang dimulai setelah persalinan selesai
berakhir ketika alat-alat kandungan kembali seperti keadaan sebelum hamil yang berlangsung
selama 6 minggu.
b. Tujuan asuhan kebidanan nifas
Menurut Kemenkes RI tahun 2018 tujuan asuhan kebidanan nifas yaitu: menjaga kesehatan ibu dan
bayi baik secara fisik maupun psikologis, dalam hal ini diperlukan peran keluarga dalam
pemenuhan nutrisi dan juga dukungan psikologi agar kesehatan ibu dan bayi selalu terjaga,
memberikan asuhan kebidanan yang sistematis yaitu dimulai dari pengkajian, interpretasi data dan
analisa masalah, perencanaan, penatalaksanaan dan evaluasi sehingga dapat mendeteksi secara dini
bila ada penyulit maupun komplikasi, kemudian melaksanakan rujukan yang aman dan tepat ke
fasilitas pelayanan yang dibutuhkan, memberikan pendidikan kesehatan tentang perawatan
kesehatan nifas dan menyusui, kebutuhan nutrisi, perencanaan jarak kelahiran, menyusui,
pemberian imunisasi kepada bayinya, perawatan bayi sehat serta pelayanan keluarga berencana
sesuai dengan pilihan ibu
c. Tahapan masa nifas
Menurut Kemenkes RI tahun 2018 pembagian tahapan nifas dibagi menjadi 3 yaitu:
1) Immediate post partum
Masa segera setelah plasenta lahir sampai dengan 24 jam, fase ini merupakan fase kritis, sering
terjadi insiden perdarahan post partum karena atonia uteri. Pada fase ini bidan perlu melakukan
pemantauan secara rutin yang meliputi 3kontraksi uterus, pengeluaran lockhea, kandung kemih,
tekanan darah dan suhu.
2) Early post partum (>24 jam-1 minggu)
Pada fase ini bidan memastikan involusi uteri berjalan normal, tidak ada perdarahan, lochea
tidak berbau busuk, tidak demam, ibu mendapat asupan makanan dan cairan yang cukup
sehingga dapat menyusui dengan baik.
3) Late post partum
Bidan melakukan asuhan dan pemeriksaaan sehari-hari serta konseling pemeriksaan KB.
d. Kebutuhan ibu selama masa nifas
1) Kebutuhan gizi ibu nifas
Kebutuhan nutrisi pada masa post partum dan menyusui meninngkat 25%, karena berguna untuk
proses penyembuhan setelah melahirkan dan untuk produksi ASI untuk pemenuhan kebutuhan
bayi (Wahyuni, 2018). Menurut Siregar (2019), kapsul Vitamin A 200.000 IU diberikan 2 kali,
yaitu satu kapsul diminum segera setelah persalinan dan satu kapsul diminum 24 jam setelah
Vitamin yang pertama. Tujuan pemberian Vitamin A yaitu memperbaiki kadar Vitamin A pada
ASI dan dapat meningkat daya tahan ibu terhadap infeksi perlukaan laserasi akibat proses
persalinan ibu nifas harus minum Vitamin A karena:
a) Bayi lahir dengan cadangan Vitamin A yang rendah.
b) Kebutuhan Vitamin A tinggi untuk pertumbuhan dan peningkatan daya tahan tubuh.
2) Mobilisasi dan senam nifas
Pada persalinan normal ibu dapat melakukan mobilisasi 2 jam postpartum pada persalinan
dengan anastesi miring kanan dan kiri setelah 12 jam, tidur setengah duduk, turun dari tempat
tidur setelah 24 jam. Mobilisasi pada ibu berdampak positif bagi ibu dapat membuat merasa
lebih sehat dan kuat, faal usus dan kandung kemih lebih baik, ibu juga dapat merawat anaknya
(Sukma dkk, 2017).
3) Istirahat
Kebutuhan istirahat ibu nifas minimal 8 jam per hari yang dapat dipenuhi dari istirahat malam
dan siang hari. Kurang istirahat akan mempengaruhi ibu dalam beberapa hal antara lain
mengurangi jumlah ASI yang diproduksi, memperlambat proses involusi uteri dan
memperbanyak perdarahan, menyebabkan depresi dan ketidakmampuan untuk merawat bayi
dan dirinya (Wahyuni, 2018).
b) Perkembangan
Perkembangan (development) adalah bertambahnya kemampuan (skill) dalam struktur dan fungsi
tubuh yang lebih kompleks dalam pola yang teratur dan dapat diramalkan sebagai hasil dari proses
pematangan. (Armini dkk, 2017).
5) Kebutuhan perkembangan bayi
a) Asuh
Kebutuhan asuh merupakan kebutuhan fisik dan biologis yang meliputi kebutuhan nutrisi,
imunisasi, kebersihan badan dan lingkungan tempat tinggal, pengobatan, bergerak dan bermain,
apabila kebutuhan ini tidak terpenuhi maka kecerdasan anak juga ikut terganggu (Sinta dkk., 2019).
b) Asah
Kebutuhan asah (kebutuhan stimulasi mental secara dini) merupakan awal dari proses
pembelajaran, mendidik, dan merangsang perkembangan anak yang dilatih sedini mungkin. Latihan
dan perangsangan perkembangan anak sedini mungkin akan membentuk anak memiliki etika,
kepribadian yang baik, arif, dan memiliki kecerdasan, kemandirian, keterampilan, produktivitas
yang baik (Sinta dkk., 2019).
c) Asih
Kebutuhan yang dipenuhi dari rasa kasih sayang dan luapan emosi. Kebutuhan asih merupakan
kebutuhan bayi guna mendukung perkembangan emosi, kasih sayang, dan spiritual anak.
Kebutuhan asih juga dapat memberikan rasa aman jika dapat terpenuhi dengan cara kontak fisik dan
psikis sedini mungkin dengan ibu. Pemenuhan kebutuhan asih dipenuhi dengan tidak
mengutamakan hukuman pada anak dengan kemarahan, namun orang tua dapat lebih banyak
memberikan contoh bagi anak dengan penuh kasih sayang (Sinta dkk., 2019).
BAB III
PENUTUPAN
3.1 Kesimpulan
Sel imun bawaan diduga memiliki peran penting dalam penyesuaian imun feto-maternal dan
dalam keberhasilan plasentasi. Temuan ini, kebalikan dari dogma imunologi reproduksi klasik yang
mempertanyakan paradigma kehamilan yang sampai sekarang menganggap sistem kekebalan ibu sebagai
ancaman bagi janin yang sedang berkembang.
Implantasi, plasentasi, dan trimester pertama dan awal trimester kedua merupakan fase imunologis
pertama kehamilan yang membutuhkan respons inflamasi yang kuat. Selama tahap pertama ini, embrio
harus menembus lapisan epitel rahim agar tertanam, merusak jaringan endometrium untuk invasi dan
menggantikan endotelium dan otot polos vaskuler dari pembuluh darah ibu untuk mengamankan suplay
darah yang adekuat. Lingkungan inflamasi diperlukan untuk mengamankan perbaikan epitel uterus yang
memadai dan pembuangan sel – sel debris.
Fase imunologis kedua dari kehamilan, dalam banyak hal, waktu yang optimal bagi ibu. ini adalah
periode pertumbuhan dan perkembangan janin yang cepat. Ibu, plasenta, dan janin bersimbiosis, dan
gambaran imunologis yang dominan adalah induksi keadaan anti-inflamasi. Selama fase imunologi
terakhir kehamilan, janin telah menyelesaikan perkembangannya; semua organ berfungsi dan siap
menghadapi dunia luar. Partus ditandai dengan masuknya sel imun ke dalam miometrium untuk memicu
inisiasi proses inflamasi. Lingkungan proinflamasi ini mendorong kontraksi rahim, pengeluaran bayi, dan
pelepasan plasenta.
DAFTAR PUSTAKA