Anda di halaman 1dari 17

SISTEM IMUNITAS DALAM KEHAMILAN PADA TRIMESTER 123

Di Susun Oleh :
NEVY YENIAR SYAHFITRI
20220430036

UNIVERSITAS HANG TUAH SURABAYA


FAKULTAS KEDOKTERAN PRODI FARMASI
2023
KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan kami kemudahan sehingga saya dapat
menyelesaikan makalah makalah ini dengan tepat waktu. Tanpa pertolongan-Nya tentunya kami tidak
akan sanggup untuk menyelesaikan makalah ini dengan baik. Shalawat serta salam semoga terlimpah
curahkan kepada baginda tercinta kita yaitu Nabi Muhammad SAW yang kita nanti nantikan syafa’atnya
di akhirat nanti.
Penulis mengucapkan syukur kepada Allah SWT atas limpahan nikmat sehat-Nya, baik itu berupa
sehat fisik maupun akal pikiran, sehingga penulis mampu untuk menyelesaikan pembuatan makalah
makalah dengan judul “Sistem Imunitas Dalam Kehamilan Pada Trimester 123”. Penulis tentu menyadari
bahwa makalah makalah ini masih jauh dari kata sempurna dan masih banyak terdapat kesalahan serta
kekurangan di dalamnya.
Untuk itu, penulis mengharapkan kritik serta saran dari pembaca untuk makalah ini, supaya makalah
ini nantinya dapat menjadi makalah yang lebih baik lagi. Demikian, dan apabila terdapat banyak
kesalahan pada makalah ini penulis mohon maaf yang sebesar-besarnya. Demikian, semoga makalah ini
dapat bermanfaat. Terima kasih.

Gresik, 22 November 2023


DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN..........................................................................................................................4
1.1 Latar Belakang.....................................................................................................................................4
1.2 Rumusan Masalah................................................................................................................................5
1.3 Tujuan...................................................................................................................................................5
1.4 Manfaat................................................................................................................................................5

BAB II PEMBAHASAN...........................................................................................................................6
2.1 Kehamilan............................................................................................................................................6
2.1.1 Pengertian Kehamilan...................................................................................................................6
2.1.2 Tahap - Tahap Kehamilan..............................................................................................................6
2.1.3 Tanda dan Gejala Kehamilan.........................................................................................................7
2.1.4 Perubahan Anatomi pada Ibu Hamil..............................................................................................7
2.2 Imunitas dalam kehamilan...................................................................................................................8
2.3 Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Imun Kehamilan......................................................................9
2.3.1 Imunitas Bawaan...........................................................................................................................9
2.3.2 Kekebalan Adaptif........................................................................................................................9
2.4 Dampak Imun Dalam Sistem Kehamilan.............................................................................................9
2. 5 Persalinan..........................................................................................................................................10
2.5.1 Pengertian Persalinan..................................................................................................................10
2.6 Nifas...................................................................................................................................................12
2.7 Bayi....................................................................................................................................................13

BAB III PENUTUPAN............................................................................................................................17


3.1 Kesimpulan........................................................................................................................................17
DAFTAR PUSTAKA...............................................................................................................................18
BAB I3

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Adaptasi anatomi, fisiologi dan biokimia pada kehamilan sangat mendalam. Banyak perubahan yang
bermakna terjadi segera setelah fertilisasi dan berlanjut sepanjang kehamilan dan sebagian besar terjadi
sebagai respon stimulasi fisiologis oleh bayi dan plasenta. Yang sangat mengejutkan adalah perempuan
hamil akan kembali kepada kondisi sebelum kehamilannya setelah persalinan dan laktasi. Kebanyakan
adaptasi fisiologi ini akan dirasakan sebagai hal yang abnormal pada perempuan yang tidak hamil.
Selama kehamilan normal, hampir setiap sistem organ mengalami perubahan anatomis dan fungsional
yang dapat mengubah kriteria diagnosis dan pengobataBn penyakit(Talbot & Maclennan, 2016).
Penelitian terbaru telah membuktikan adanya inflamasi ringan dalam kehamilan normal. Belum
diketahui sejauh mana inflamasi maternal dapat menyebabkan disfungsi endotel sehingga menimbulkan
preeklamsia. Penelitian yang paling ekstensif tentang petanda inflamasi termasuk C reactive protein
(CRP), interleukin – 6 (IL-6), interleukin – 8 (IL-8), inetrleukin -10 ( IL-10) dan tumor necrosis factor
alpha (TNF-α). Data yang tersedia menunjukkan peranan hal tersebut dalam mekanisme yang
bertanggung jawab pada terjadinya preeklamsia, tetapi nilaiprediksinya masih ambigu (Daniela et
al.,2014).
Untuk menjaga respons terhadap stres, sistem imunitas berada di bawah pengaruh entitas lain seperti
sistem otonom atau endokrin. Sekali distimulasi respons imun memodulasi sistem ini, yang mengarahkan
tubuh ke keseimbangan baru. Proses peradangan adalah proses menjaga homeostasis setelah agresi tubuh.
Secara lokal, peradangan membuat penyembuhan luka dan pemberantasan patogen. Selain efek lokal ini,
ada aktivasi peradangan sistemik, yang dikaitkan dengan kerusakan jaringan dan komplikasi berbahaya
jika berlebihan. Setiap agresi yang dialami tubuh manusia dimulai pada tingkat lokal dengan mengganggu
penghalang alami (kulit, mukosa usus, lendir, dan lain – lain). Langkah pertama ini diikuti oleh aktivasi
sel-sel inflamasi lokal. Setiap proses agresif dikenali oleh makrofag. Sel-sel ini mengaktifkan proses
inflamasi dengan membebaskan mediator yang disebut sitokin. Sitokin proinflamasi bertindak dengan
menyebarkan sinyal inflamasi, menarik neutrofil ke lokasi agresi. In situ, neutrofil teraktivasi
mengerahkan aktivitas bakterisida mereka dengan memfagosit benda asing, melepaskan radikal bebas dan
membebaskan sitokin baru. Selain proses lokal ini, jaringan sitokin juga mempromosikan perubahan
sistemik. Trombosit diaktifkan oleh sitokin dan mempromosikan diapedesis neutrofil dengan membentuk
mikrotrombi. Produksi leukosit yang bersirkulasi ditingkatkan, monosit mengalami perubahan menjadi
makrofag yang matang. Sitokin juga mempengaruhi sistem lain (sistem endokrin dan otonom), untuk
menyesuaikan tubuh dengan gangguan yang disebabkan oleh agresi (Loix et al., 2011) (Hirota &
Lambert, 2011) (Kock et al., 2013).

Imunitas dalam tubuh bisa bereaksi secara seluler dan humoral terhadap patogen yang masuk ke
dalam tubuh. Imunitas humoral diperantarai oleh sekresi antibodi dari sel plasma. Imunitas seluler
diperantarai oleh sel T yang melawan patogen tanpa antibodi. Sel T adalah pelindung lini terakhir untuk
mempertahankan tubuh manusia meski bekerja secara lambat melawan patogen maupun sel kanker. 8,9
Sel yang berperan dalam imunitas seluler sebanyak 10-20% dari total leukosit pada desidua uterus
manusia. Sel yang dimaksud adalah; sel T CD4+, sel T CD8+ dengan sifat pertahanan sitotoksik; sel
Tregulator (Treg) dengan sifat imunosupresif; dan Sel T helper (Th) yakni sel Th1, Th2 dan Th17 yang
mengkoordinir kinerja sel T sitotoksik dan sel T regulator. Besarnya dampak yang disebabkan oleh infeksi
saat kehamilan tersebut dan peran imunitas seluler yang menjadi lini pertahanan tubuh terakhir dalam
tubuh manusia maka peneliti tertarik untuk melakukan literature review terhadap peran imunitas seluler
pada ibu hamil.
Penelitian yang pernah dilakukan sebelumnya mengaitkan hubungan konsumsi makronutrien dengan
kadar Hb ibu hamil, didapatkan kesimpulan bahwa terdapat hubungan yang bermakna antara konsumsi
karbohidrat, protein, lemak dengan kadar Hb pada ibu hamil. Kekurangan karbohidrat dan lemak
menyebabkan sumber energi di dalam tubuh akan ditanggulangi oleh protein sehingga protein akan
dipecah menjadi sumber energi dan proses pembentukan hemoglobin akan menurun. Selain itu,
kekurangan asupan protein akan mengahambat transportasi zat besi sehingga terjadi defisiensi zat besi
yang ditandai dengan penurunan kadar hemoglobin. Sedangkan menurut penelitian yang dilakukan oleh
Rachmawati pada tahun 2015, menyatakan bahwa tidak ada hubungan antara konsumsi makronutrien
(protein) dengan kejadian anemia pada ibu hamil.
1.2 Rumusan Masalah
• Bagaimana sistem imunitas pada kehamilan trimestri 123?
• Apa saja faktor-faktor yang mempengaruhi respon imun terhadap kehamilan trimestri 123?
• Bagaimana dan dampak apa saja yang terjadi dalam sistem imun pada kehamilan trimestri 123?
1.3 Tujuan
• Untuk mengetahui sistem imunitas pada kehamilan trimestri 123.
• Untuk mengetahui Apa saja faktor-faktor yang mempengaruhi respon imun terhadap kehamilan
trimestri 123.
• Untuk mengetahui Bagaimana dan dampak apa saja yang terjadi dalam sistem imun pada
kehamilan trimestri 123.
1.4 Manfaat
Memberikan kontribusi terhadap ilmu pengetahuan mengenai wawasan masyarakat khususnya ibu
hamil tentang pemenuhan kebutuhan nutrisi pada ibu hamil pada trimesteri 123. Bisa juga untuk
penambahan pengembangan ilmu dalam merawat ibu hamil. Memberikan informasi terhadap masyarakat
mengenai manfaat pentingnya mengawasi ibu hamil pada trimestri 123. Menambah pengetahuan
masyarakat tentang pentingnya konsumsi makronutrien terhadap kadar hemoglobin, sehingga dapat
dijadikan acuan untuk mempertimbangkan pemberian makronutrien terhadap ibu hamil.
BAB II

PEMBAHASAN
2.1 Kehamilan
2.1.1 Pengertian Kehamilan
Kehamilan merupakan sebuah proses yang dimulai dari tahap konsepsi sampai lahirnya janin.
Lamanya kehamilan normal adalah 280 hari (40 minggu) dihitung dari hari pertama haid terakhir
(Widatiningsih & Dewi, 2017). Setiap wanita yang memiliki organ reproduksi yang sehat, jika
telah mengalami menstruasi dan melakukan hubungan seksual dengan seorang pria yang organ
reproduksinya sehat, sangat besar kemungkinan terjadinya kehamilan. Apabila kehamilan
direncanakan, akan memberi rasa bahagia dan penuh harapan, tetapi disisi lain diperlukan
kemampuan dari pihak wanita untuk beradaptasi dengan perubahan yang akan terjadi selama
kehamilan, baik perubahan yang bersifat fisiologis maupun psikologis (Fatimah and Nuryaningsih,
2017).
Berdasarkan pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa kehamilan merupakan suatu proses
yang diawali dengan fertilisasi dan dilanjutkan dengan implantasi hingga lahirnya bayi yang
waktunya berkisar 40 minggu

2.1.2 Tahap - Tahap Kehamilan


Kehamilan di bagi menjadi 3 trimestri yaitu :
A. Trimester 1 ( umur 0 - 12 minggu )
Tahap dimana embrio berlangsung dari hari ke 15 sampai 8 minggu setekah konsepsi. Tahap
ini merupakan massa yang paling kritis dalam perkembangan sistem organ dan penampilan
luar utama janin, daerah yang sedang berkembang, mengalami pembelahan sel yang sangat
cepat dan rentan terhadap malforasi akibat teratogen. Penggunaaan obat - obatan perlu
dibatasi dan berhati - hati untuk mencegah pengaruh yang di inginkan terhadap buah
kehamilan.
B. Trimester 2 ( umur 13 - 27 minggu )
Pada akhir kehamilan umur 20 minggu berat janin sekitar 340 gram dan panjang sekitar 16 -
17cm. Ibu dapat merasakan gerakan bayi, sudah terdapat mekonium di dalam usus dan
sudah terdapat verniks pada kulit.
C. Trimester 3 ( umur 28 - 40 minggu )
Pada kehamilan 28 minggu berat badan ayi lebih sedikit dari satu kilo gram dan panjangnya
23 cm, dalam kandungan bayi tersebut mempunyai aktivitas dan periode tidur merespon
suara dan melakukan gerakan pernafasan. Pada usia kehamilan 32 minggu berat bayi 1,7 kg
dan panjangnya 28 cm, kuliatnyua mengkerut dan testis sudah turun ke skrotum pada bayi
laki - laki. Pada usia kehamilan 36 - 40 minggu, jika ibu mendapat gizi yang cukup,
kebanyakan erat badan bayi antara 3 - 3,5 kg dan panjangnya 35 cm.
2.1.3 Tanda dan Gejala Kehamilan
A. Tanda Tidak Pasti
1. Amenorea ( Tidak Mendapat Kehamilan )
Wanita harus mengetahui tanggal pertama haid terakhir (HT) supaya dapat ditaksir umur
kehamilan dan umur taksiran tanggal persalinan (TTP) yang dihitung dengan menggunakan
rumus dari Naegele :
TTP = (hari HT + 7) dan (bulan HT-3) dan (tahun HT + 1)
2. Mual dan Muntah
Biasanya terjadi pada bulan - bulan pertanam kehamilan sehingga akhir trimester pertama
kehamilan. Karena sering terjadi pada pagi hari, disebut MORNING SICKNESS. Apabila
timbul mual muntah yang berlebihan di sebut Hiperemesis Gravidarum.
3. Mengidam
Ibu hamil sering meminta makanan atau minuman tertentu terutama padfa bulan - bulan
trimester pertama.
B. Tanda Mungkin Hamil
1. Uterus membesar terjadi dalam perubahan bentuk, besar dan konsisten rahuim.
2. Kontraksi - kontraksi kecil uterus jika di rangsang (Bracton Hicks)
3. Tanda Piskacek pembesaran dan pelunakan rahim ke salah satu sisi rahim yang berdekatan
dengan tuba uterina. Biasanya tanda ini ditemukan di usia kehamilan 7-8 minggu.
C. Tanda Pasti Hamil
1. Gerakan janin dapat dilihat, dirasa, atau diraba, juga bagian - bagian janin.
2. Adanya denyut jantung janin.

2.1.4 Perubahan Anatomi pada Ibu Hamil


1. Human Placental Lactogen (HPL)
Hormon ini diproduksi terus naik dan pada saat aterm mencapai 2 gram/hari.
2. Pituitary Gonadotropin
FSH dan LH berada dalam keadaan rendah selama masa kehamilan, karena ditekan oleh
esterogen dan progreteron plasenta.
3. Sistem Kekebalan
Sistem pertahanan tubuh ibu selama kehamilan akan tetap utuh, kadar immunoglobullin
dalam kehamilan tidak berubah.
4. Insulin
Produksi insulin meningkat sebagai akibat eksterogen progesteron dan HPL.
5. Sistem Perkemihan
Pada bulan pertama kehamilan kandung kencing tertekan sehingga sering timbul kencing.
Pada kehamilan normal, fungsi ginjal banyak berubah. Fungsi ginjal berubah karena adanya
hormon kehamilan, peningkatan volume darah, postur wanita, aktivitas fisik dan asupan
makanan.
2.2 Imunitas dalam kehamilan
Fungsi kekebalan tubuh manusia terutama terletak pada bagaimana system kekebalan tubuh
tersebut merespon terhadap adanya faktor patogen yang datang dari luar tubuh. Respon tubuh
manusia sehat akan mengkoordinasikan berbagai macam migrasi sel dan zat inflamasi untuk
mengenali mikroorganisme dan menghancurkannya. Untuk menjaga respons terhadap stres, sistem
imunitas berada di bawah pengaruh entitas lain seperti system otonom atau endokrin. Sekali
distimulasi respons imun memodulasi sistem ini, yang mengarahkan tubuh ke keseimbangan baru.
Proses peradangan adalah proses menjaga homeostasis setelah agresi tubuh. Secara lokal, peradangan
membuat penyembuhan luka dan pemberantasan patogen. Selain efek lokal ini, ada aktivasi
peradangan sistemik, yang dikaitkan dengan kerusakan jaringan dan komplikasi berbahaya jika
berlebihan. Setiap agresi yang dialami tubuh manusia dimulai pada tingkat lokal dengan mengganggu
penghalang alami (kulit, mukosa usus, lendir, dan lain – lain).
Langkah pertama ini diikuti oleh aktivasi sel-sel inflamasi lokal. Setiap proses agresif dikenali
oleh makrofag. Sel-sel ini mengaktifkan proses inflamasi dengan membebaskan mediator yang
disebut sitokin. Sitokin proinflamasi bertindak dengan menyebarkan sinyal inflamasi, menarik
neutrofil ke lokasi agresi. Insitu, neutrofil teraktivasi mengerahkan aktivitas bakterisida mereka
dengan memfagosit benda asing, melepaskan radikal bebas dan membebaskan sitokin baru. Selain
proses lokal ini, jaringan sitokin juga mempromosikan perubahan sistemik. Trombosit diaktifkan oleh
sitokin dan mempromosikan diapedesis neutrofil dengan membentuk mikrotrombi. Produksi leukosit
yang bersirkulasi ditingkatkan, monosit mengalami perubahan menjadi makrofag yang matang.
Sitokin juga mempengaruhi sistem lain (sistem endokrin dan otonom), untuk menyesuaikan tubuh
dengan gangguan yang disebabkan oleh agresi (Loix et al., 2011) (Hirota & Lambert, 2011) (Kock et
al., 2013).
Fungsi utama dari sistem imun adalah melindungi tubuh dari patogen, dan fungsi ini sangat
bergantung pada sistem imun bawaan yang mengkoordinasikan sel-sel pertahanan tubuh untuk
memantau dan mengenali adanya mikroorganisme yang menyerang. Sel tropoblas juga dapat
mengenali mikroorganisme dan mencetuskan respon imun dan juga bahkan mengeluarkan peptide
antimikroba, yang selanjutnya secara aktif memproteksi dirinya dari pathogen. Suatu penelitian telah
menunjukkan bahwa tropoblas mengekspresikan antimicroba human beta defensisn 1 dan 3 (Mor &
Cardenas, 2010). Tropoblas juga mengekspresikan TLR-3, TLR-7, TLR-8, dan TLR-9 yang
merupakan juga respond terhadap mikroorganisme patogen. Melalui TLR-3, tropoblas meningkatkan
produksi dan sekresi IFN-b dan merupakan lini pertama tubuh dalam menghadapi serangan virus.
Mekanisme ini juga merupakan potensi dari tubuh sang ibu mencegah terjadinya transmisi virus
seperti HIV kejanin melalui plasenta selama kehamilan (Mor & Cardenas, 2010).
Hal yang sama juga terlihat pada efek tidak adanya sel dendrit pada awal kehamilan. Tidak ada
nya sel dendrit pada lapisan desidua mencegah implantasi blastokis dan tidak terbentuknya lapisan
desidua. Dari contoh dua sel pertahanan tubuh tersebut dapat disimpulkan bahwa fungsi pertahanan
tubuh dalam kehamilan memiliki peranan yang sangat penting dalam proses perkembangan
kehamilan ibu, yaitu dalam memfasilitasi dan menjaga kehamilan tetap berjalan baik (Mor et al.,
2011)
2.3 Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Imun Kehamilan
Keseimbangan respon imun yang memadai terhadap perubahan homeostatis sangat penting. Sistem
kekebalan tersusun dari dua kekuatan yang berlawanan yang saling bersaing yaitu komponen
proinflamasi dan anti-inflamasi. Asosiasi kedua faktor ini menentukan tingkat respons inflamasi.
Keragaman rangsangan yang dapat dialami oleh tubuh menyiratkan bahwa respons imun pada
awalnya tidak spesifik, yang disebut kekebalan bawaan (innate immunity). Pada fase kedua, ada
ingatan tentang agresi, yang akan mengarah pada respons spesifik jika diperlukan yang disebut
dengan kekebalan adaptif (adaptive immunity) (Loix et al., 2011) (Hirota & Lambert, 2011).
2.3.1 Imunitas Bawaan
Imunitas bawaan, adalah garis pertahanan pertama dan merujuk pada mekanisme sistem pertahanan
perlindungan yang ada bahkan sebelum infeksi. Komponen utamanya adalah membran epitel (yang
menghalangi patogen), sel fagosit (neutrofil dan makrofag), sel dendritik, sel pembunuh alami
(natural killer/ NK) dan beberapa protein plasma, termasuk sistem komplemen. Reaksi seluler yang
paling penting dari imunitas bawaan adalah peradangan. Proses peradangan dimediasi oleh sel
dendritik dan NK, di mana sel-sel fagositik direkrut dan diaktifkan untuk menghilangkan agen
aggressor (Cruz et al., 2017).
2.3.2 Kekebalan Adaptif
Kekebalan adaptif, juga disebut kekebalan spesifik atau didapat, terdiri dari mekanisme yang
diinduksi oleh pengenalan antigen patogen spesifik. Sistem imun adaptif dimediasi terutama oleh
limfosit, yang berdasarkan fungsinya dapat diklasifikasikan menjadi dua jenis yaitu imunitas
humoral, dimediasi oleh limfosit B dan antibodi yang disekresikan dan imunitas seluler, yang
sebagian besar dimediasi oleh limfosit T dan sitokinnya, yang memainkan peran penting dalam
aktivasi, regulasi, dan komunikasi sel imun (Loix et al., 2011) (Hirota & Lambert, 2011) (Cruz et
al., 2017).
2.4 Dampak Imun Dalam Sistem Kehamilan
Kehamilan merupakan suatu proses untuk melanjutkan keberlangsungan suatu organisme, dan
merupakan faktor yang penting dalam mencegah kepunahan organisme tersebut. Arti penting
kehamilan secara nyata terlihat pada terbentuknya proses adaptasi manusia pada saat mengalami
kehamilan yang secara mendasar terjadi peningkatan ketahanan tubuh terhadap resiko serangan dari
luar tubuh.
Terlepas dari peranan sistem kekebalan tubuh dalam awal proses kehamilan, peningkatan pada sistem
kekebalan tubuh manusia, yang notabene merupakan sistem yang paling penting untuk menghadapi
serangan infeksi untuk melindungi sang ibu dan juga janinnya, merupakan salah satu respon adaptasi
yang penting untuk melindungi sang ibu juga calon janin yang dikandungnya (Graham et al., 2017)
(Mor et al., 2011). Terdapat anggapan saat ini yang menyiratkan bahwasanya proses kehamilan akan
diikuti oleh supresi dari sistem kekebalan tubuh sehingga menyebabkan kelemahan sistem imun dan
juga meningkatnya kemungkinan sang ibu terjangkit penyakit infeksi (Mor et al., 2011).
Fungsi utama dari sistem imun adalah melindungi tubuh dari patogen, dan fungsi ini sangat
bergantung pada sistem imun bawaan yang mengkoordinasikan sel-sel pertahanan tubuh untuk
memantau dan mengenali adanya mikroorganisme yang menyerang. Sel tropoblas juga dapat
mengenali mikroorganisme dan mencetuskan respon imun dan juga bahkan mengeluarkan peptide
antimikroba, yang selanjutnya secara aktif memproteksi dirinya dari pathogen.
Suatu penelitian telah menunjukkan bahwa tropoblas mengekspresikan antimicroba human beta
defensisn 1 dan 3 (Mor & Cardenas, 2010). Tropoblas juga mengekspresikan TLR-3, TLR-7, TLR-8,
dan TLR-9 yang merupakan juga respond terhadap mikroorganisme patogen. Melalui TLR-3,
tropoblas meningkatkan produksi dan sekresi IFN-b dan merupakan lini pertama tubuh dalam
menghadapi serangan virus. Mekanisme ini juga merupakan potensi dari tubuh sang ibu mencegah
terjadinya transmisi virus seperti HIV kejanin melalui plasenta selama kehamilan (Mor & Cardenas,
2010)
2. 5 Persalinan
2.5.1 Pengertian Persalinan
Persalianan adalah proses dimana bayi, plasenta dan selaput ketuban keluar dari uterus ibu,
persalinan dianggap normal jika prosesnya terjadi pada usia kehamilan cukup bulan (setelah 37
minggu) tanpa disertai adanya penyulit (JNPKKR, 2017) persalinan dimulai sejak uterus
berkontraksi dan menyebabkan perubahan pada serviks (membuka dan menipis) dan berakhir
sampai lahirnya plasenta secara lengkap (JNKP-KR, 2017).
A. Tahap Persalinan
1. Kala 1
Kala 1 persalinan dimulai sejak terjadinya kontraksi uterus yang teratus dan meningkat
(frekuensi dan kekuatannya) hingga serviks membuka lengkap (10cm).
2. Kala 2
Persalinan kala 2 dimulai ketika pembukaan serviks sudah lengkap (10 cm) dan berakhir
lahirnya bayi. Kala 2 juga disebut sebagai kala pengeluaran baIbu dengan primigravida jika
persalinan tidak terjadi dalam satu jam maka harus segera dirujuk ke fasilitas rujukan
sedangkan ibu dengan multigravida persalinan tidak terjadi dalam waktu dua jam harus segera
dirujuk ke fasilitas kesehatanya.
3. Kala 3
Batasan kala 3 persalinan menurut JNPK-RK (2017) dimulai setelah lahirnya bayi dan berakhir
dengan lahirnya plasenta dan selaput ketuban. Pada kala 3 persalinan otot uterus berkontraksi
mengikuti penyusutan volume rongga uterus setelah lahirnya bayi. Penyusutan ukuran ini
mengakibatkan berkurangnya ukuran tempat pelekatan plasenta. Karena tempat perlekatan
menjadi semakin kecil, sedangkan ukuran plasenta tidak dapat berubah maka plasenta akan
melipat, menebal dan kemudian lepas dari dinding uterus. Setelah lepas, plasenta akan turun
kebawah uterus atau kedalam vagina.

4. Kala 4
Persalinan kala 4 dimulai setelah lahirnya plasenta dan berakhir 2 jam setelah itu. Pemantauan
kala 4 setiap 15 menit pada satu jam pertama dan setiap 30 menit pada satu jam kedua.
Keadaan yang dipantau meliputi keadaan umum ibu, tekanan darah, pernapasan, suhu dan
nadai, TFU, kontraksi, kandung kemih dan jumlah darah (JNPK-KR, 2017).
B. Faktor yang Mempengaruhi Persalinan
A. Tenaga (power)
Adalah kekuatan yang mendorong janin keluar. Kekuatan ini meliputi his, kontraksi otot-otot
perut, kontraksi diafragma dan aksi dari ligamen dengan kerjasama yang baik dan sempurna.
B. Posisi
Mengubah posisi membuat rasa letih hilang, memberi rasa nyaman dan memperbaiki sirkulasi.
C. Psikologis
Kelahiran bayi merupakan peristiwaa penting bagi kehidupan seorang ibu dan keluarga.
Banyak ibu mengalami psikis (kecemasan, keadaan emosional Wanita) dalam menghadapi
persalinan. Seorang bidan harus mengutamakan assuhan sayang ibu dengan melibatkan peran
pendamping oleh suami dan keluarga bnsecara berkelanjutan untuk meningkatkan keadan
psikologis ibu (Kurniaru, 2016).
C. Adaptasi fisiologis pada persalinan
a. Perubahan metabolisme
Pada saat mulai persalinan, terjadi penurunan hormon progesteron yang mengakibatkan
perubahan pada sistem pencernaan menjadi lebih lambat sehingga makanan lebih lama tinggal
di lambung, akibatnya banyak ibu bersalin yang mengalami obstivasi atau peningkatan getah
lambung sehingga terjadi mual dan muntah. Peningkatan ini ditandai dengan adanya
peningkatan suhu badan ibu, nadi, pernafasan, cardiac out put dan hilangnya cairan
(Kurniarum, 2016).
b. Perubahan sistem pernafasan
Pernafasan sedikit meningkat karena adanya kontraksi uterus dan peningkatan metabolisme
dan diafragma tertekan oleh janin. Hiperventilasi yang lama dianggap tidak normal dan dapat
menyebabkan terjadinya alkalosis (Kurniarum, 2016).
2.6 Nifas
a. Pengertian nifas
Menurut Kemenkes RI (2018) masa nifas merupakan masa yang dimulai setelah persalinan selesai
berakhir ketika alat-alat kandungan kembali seperti keadaan sebelum hamil yang berlangsung
selama 6 minggu.
b. Tujuan asuhan kebidanan nifas
Menurut Kemenkes RI tahun 2018 tujuan asuhan kebidanan nifas yaitu: menjaga kesehatan ibu dan
bayi baik secara fisik maupun psikologis, dalam hal ini diperlukan peran keluarga dalam
pemenuhan nutrisi dan juga dukungan psikologi agar kesehatan ibu dan bayi selalu terjaga,
memberikan asuhan kebidanan yang sistematis yaitu dimulai dari pengkajian, interpretasi data dan
analisa masalah, perencanaan, penatalaksanaan dan evaluasi sehingga dapat mendeteksi secara dini
bila ada penyulit maupun komplikasi, kemudian melaksanakan rujukan yang aman dan tepat ke
fasilitas pelayanan yang dibutuhkan, memberikan pendidikan kesehatan tentang perawatan
kesehatan nifas dan menyusui, kebutuhan nutrisi, perencanaan jarak kelahiran, menyusui,
pemberian imunisasi kepada bayinya, perawatan bayi sehat serta pelayanan keluarga berencana
sesuai dengan pilihan ibu
c. Tahapan masa nifas
Menurut Kemenkes RI tahun 2018 pembagian tahapan nifas dibagi menjadi 3 yaitu:
1) Immediate post partum
Masa segera setelah plasenta lahir sampai dengan 24 jam, fase ini merupakan fase kritis, sering
terjadi insiden perdarahan post partum karena atonia uteri. Pada fase ini bidan perlu melakukan
pemantauan secara rutin yang meliputi 3kontraksi uterus, pengeluaran lockhea, kandung kemih,
tekanan darah dan suhu.
2) Early post partum (>24 jam-1 minggu)
Pada fase ini bidan memastikan involusi uteri berjalan normal, tidak ada perdarahan, lochea
tidak berbau busuk, tidak demam, ibu mendapat asupan makanan dan cairan yang cukup
sehingga dapat menyusui dengan baik.
3) Late post partum
Bidan melakukan asuhan dan pemeriksaaan sehari-hari serta konseling pemeriksaan KB.
d. Kebutuhan ibu selama masa nifas
1) Kebutuhan gizi ibu nifas
Kebutuhan nutrisi pada masa post partum dan menyusui meninngkat 25%, karena berguna untuk
proses penyembuhan setelah melahirkan dan untuk produksi ASI untuk pemenuhan kebutuhan
bayi (Wahyuni, 2018). Menurut Siregar (2019), kapsul Vitamin A 200.000 IU diberikan 2 kali,
yaitu satu kapsul diminum segera setelah persalinan dan satu kapsul diminum 24 jam setelah
Vitamin yang pertama. Tujuan pemberian Vitamin A yaitu memperbaiki kadar Vitamin A pada
ASI dan dapat meningkat daya tahan ibu terhadap infeksi perlukaan laserasi akibat proses
persalinan ibu nifas harus minum Vitamin A karena:
a) Bayi lahir dengan cadangan Vitamin A yang rendah.
b) Kebutuhan Vitamin A tinggi untuk pertumbuhan dan peningkatan daya tahan tubuh.
2) Mobilisasi dan senam nifas
Pada persalinan normal ibu dapat melakukan mobilisasi 2 jam postpartum pada persalinan
dengan anastesi miring kanan dan kiri setelah 12 jam, tidur setengah duduk, turun dari tempat
tidur setelah 24 jam. Mobilisasi pada ibu berdampak positif bagi ibu dapat membuat merasa
lebih sehat dan kuat, faal usus dan kandung kemih lebih baik, ibu juga dapat merawat anaknya
(Sukma dkk, 2017).

3) Istirahat
Kebutuhan istirahat ibu nifas minimal 8 jam per hari yang dapat dipenuhi dari istirahat malam
dan siang hari. Kurang istirahat akan mempengaruhi ibu dalam beberapa hal antara lain
mengurangi jumlah ASI yang diproduksi, memperlambat proses involusi uteri dan
memperbanyak perdarahan, menyebabkan depresi dan ketidakmampuan untuk merawat bayi
dan dirinya (Wahyuni, 2018).

4) Keluarga berencana (KB)


Menurut Kememkes RI (2020), terdapat beberapa pilihan metode yang
dapat digunakan setelah persalinan dan tidak mengganggu proses menyusui yaitu:
a) Alat kontrasepsi dalam rahim (AKDR)
b) Metode amenore laktasi (MAL)
c) Kontrasepsi progestin
d) Kontrasepsi mantap
2.7 Bayi
a. Bayi Baru Lahir
Bayi baru lahir normal adalah bayi yang lahir dengan presentasi belakang kepala pada usia kehamilan 37
minggu sampai 42 minggu dengan berat badan lahir 2500-4000 gram (Armini dkk, 2017). Neonatus
adalah bayi yang baru mengalami proses kelahiran, berusia 0-28 hari (Jamil dkk, 2017).
1) Adaptasi bayi baru lahi
Setiyani dkk (2016) memaparkan bahwa adaptasi fisiologis pada bayi baru lahir yaitu sebagai berikut:
a) Sistem pernafasan
Sistem pernapasan, upaya rangsangan napas pertama pada bayi berfungsi untuk mengeluarkan
cairan dalam paru-paru uantuk pertama kali. Setelah pernapasan mulai berfungsi, nafas bayi
menjadi dangkal dan tidak teratur 30-60 kali menit, disertai apnea singkat kurang dari 15 detik.
b) Sistem pencernaan
Bentuk makanan yang baik dikonsumsi pada awal proses pencernaan bagi bayi baru lahir adalah
kolostrum. Kolostrum diproduksi oleh payudara sejak masa kehamilan dan dalam 2-3 hari setelah
melahirkan. Untuk mendapatkan kolostrum bayi baru lahir mampu mengisap dan menelan. Gerakan
tersebut adalah reflek yang dimiliki bayi saat lahir.
c) Sistem imunisasi
Bayi baru lahir memerlukan waktu beberapa minggu untuk membentuk imunisasi aktif. Maka dari
itu untuk melindungi bayi dari infeksi kuman dan bakteri diperlukan tindakan antisipasi dan
proteksi terhadap kondisi bayi.
d) Perubahan sistem imunologi
Sistem imunitas bayi baru lahir, masih belum matang sehingga rentan terhadap berbagai infeksi dan
alergi. Reaksi bayi baru lahir terhadap infeksi masih sangat lemah dan tidak memadai. Pencegahan
pajanan mikroba seperti praktik persalinan yang aman, menyusui ASI dini, dan pengenalan serta
pengobatan dini infeksi menjadi sangat penting.
2) Standar Asuhan pada Bayi Baru Lahir
Komponen asuhan bayi baru lahir yaitu pencegahan infeksi, penilaian segera setelah lahir, pencegehan
kehilangan panas, perawatan tali pusat, IMD, manajemen laktasi, pencegahan infeksi mata dengan
pemberian salep mata erythromycin, pemberian imunisasi Hb-0, injeksi Vitamin K1 1 mg
intramuscular pada paha kiri anterolateral, dan pemeriksaan fisik bayi baru lahir, serta pemberian
identitas (tanda pengenal).
3) Perawatan bayi baru lahir
Perawatan bayi baru lahir menurut JNPK-KR (2017), yaitu sebagai berikut :
a. Penilaian yaitu apakah bayi cukup bulan, air ketuban jernih, tidak bercampur mekonium, bayi
menangis atau bernafas, tonus otot bayi baik.
b. Asuhan bayi baru lahir.
c. Jaga kehangatan.
d. Bersihkan jalan napas (bila perlu).
e. Keringkan dan tetap jaga kehangatan.
f. Potong dan ikat tali pusat tanpa membubuhi apapun, kira-kira dua menit setelah lahir.
g. Lakukan Inisisasi Menyusu Dini (IMD) dan kontak kulit bayi dengan kulit ibu.
h. Beri salep mata antibiotika pada kedua mata.
i. Beri suntikan Vitamin K untuk mencegah perdarahan, dengan dosis 0,5-1 mg secara intramuskular
(IM), di paha kiri anterolateral setelah IMD.
j. Beri imunisasi hepatitis B uniject 0,5 ml secara intramuskular (IM), diberikan kira-kira 1-2 jam
setelah pemberian vitamin K atau 0-7 hari sesuai pedoman buku KIA.
k. Asuhan 1 jam bayi baru lahir, meliputi pemeriksaan fisik bayi baru lahir
l. Asuhan 6 jam bayi baru lahir, meliputi pemeriksaan fisik dan reflek bayi setelah 6 jam

4) Pertumbuhan dan perkembangan bayi


a) Pertumbuhan
Pertumbuhan (growth) berkaitan dengan masalah perubahan dalam besar jumlah, ukuran atau
dimensi tingkat sel, organ maupun individu, yang bisa diukur dengan ukuran berat (gram, pon,
kilogram), ukuran panjang (cm, meter), umur tulang dan keseimbangan metabolis (retensi kalsium
dan nitrogen tubuh). Pertumbuhan seorang bayi dipengaruhi oleh faktor keturunan, faktor gizi
(makanan), factor kemampuan orang tua (sosial-ekonomi), faktor kelamin dan faktor rasa tau suku
bangsa (Armini dkk, 2017).

b) Perkembangan
Perkembangan (development) adalah bertambahnya kemampuan (skill) dalam struktur dan fungsi
tubuh yang lebih kompleks dalam pola yang teratur dan dapat diramalkan sebagai hasil dari proses
pematangan. (Armini dkk, 2017).
5) Kebutuhan perkembangan bayi
a) Asuh
Kebutuhan asuh merupakan kebutuhan fisik dan biologis yang meliputi kebutuhan nutrisi,
imunisasi, kebersihan badan dan lingkungan tempat tinggal, pengobatan, bergerak dan bermain,
apabila kebutuhan ini tidak terpenuhi maka kecerdasan anak juga ikut terganggu (Sinta dkk., 2019).
b) Asah
Kebutuhan asah (kebutuhan stimulasi mental secara dini) merupakan awal dari proses
pembelajaran, mendidik, dan merangsang perkembangan anak yang dilatih sedini mungkin. Latihan
dan perangsangan perkembangan anak sedini mungkin akan membentuk anak memiliki etika,
kepribadian yang baik, arif, dan memiliki kecerdasan, kemandirian, keterampilan, produktivitas
yang baik (Sinta dkk., 2019).
c) Asih
Kebutuhan yang dipenuhi dari rasa kasih sayang dan luapan emosi. Kebutuhan asih merupakan
kebutuhan bayi guna mendukung perkembangan emosi, kasih sayang, dan spiritual anak.
Kebutuhan asih juga dapat memberikan rasa aman jika dapat terpenuhi dengan cara kontak fisik dan
psikis sedini mungkin dengan ibu. Pemenuhan kebutuhan asih dipenuhi dengan tidak
mengutamakan hukuman pada anak dengan kemarahan, namun orang tua dapat lebih banyak
memberikan contoh bagi anak dengan penuh kasih sayang (Sinta dkk., 2019).
BAB III

PENUTUPAN

3.1 Kesimpulan
Sel imun bawaan diduga memiliki peran penting dalam penyesuaian imun feto-maternal dan
dalam keberhasilan plasentasi. Temuan ini, kebalikan dari dogma imunologi reproduksi klasik yang
mempertanyakan paradigma kehamilan yang sampai sekarang menganggap sistem kekebalan ibu sebagai
ancaman bagi janin yang sedang berkembang.
Implantasi, plasentasi, dan trimester pertama dan awal trimester kedua merupakan fase imunologis
pertama kehamilan yang membutuhkan respons inflamasi yang kuat. Selama tahap pertama ini, embrio
harus menembus lapisan epitel rahim agar tertanam, merusak jaringan endometrium untuk invasi dan
menggantikan endotelium dan otot polos vaskuler dari pembuluh darah ibu untuk mengamankan suplay
darah yang adekuat. Lingkungan inflamasi diperlukan untuk mengamankan perbaikan epitel uterus yang
memadai dan pembuangan sel – sel debris.
Fase imunologis kedua dari kehamilan, dalam banyak hal, waktu yang optimal bagi ibu. ini adalah
periode pertumbuhan dan perkembangan janin yang cepat. Ibu, plasenta, dan janin bersimbiosis, dan
gambaran imunologis yang dominan adalah induksi keadaan anti-inflamasi. Selama fase imunologi
terakhir kehamilan, janin telah menyelesaikan perkembangannya; semua organ berfungsi dan siap
menghadapi dunia luar. Partus ditandai dengan masuknya sel imun ke dalam miometrium untuk memicu
inisiasi proses inflamasi. Lingkungan proinflamasi ini mendorong kontraksi rahim, pengeluaran bayi, dan
pelepasan plasenta.
DAFTAR PUSTAKA

Ambar,dkk.(2021).BAB II TINJAUAN PUSTAKA KEHAMILAN. Surabaya: UM Surabaya Respositry

Arc.Com.Health.(2023).Artikel Reviewe:Sistem Imunitas Dalam


Kehamilan.https://ojs.unud.ac.id/index.php/ach/article/download/100504/49492/.April 2023

Indriyati, D. A (2015) Asuhan Kebidanan Komprehensif. Kebidanan DIII UMP

Runtukahu,Marunduu,dkk.(2019)Peran Imun Seluler Pada Ibu Hamil.eBiomedik 2021.

Anda mungkin juga menyukai