Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH

PENGERTIAN BELAJAR DAN TEORI BELAJAR

Oleh :

Jeferson Dasa

A42121195

S1 PENDIDIKAN JASMANI KESEHATAN DAN REKREASI

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS TADULAKO

2023
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis naikan kepada Tuhan Yang Maha Esa, atas
kesehatan dan kekuatan yang diberikan. Sehingga penulis dapat menyelesaikan
makalah ini dengan judul “Pengertian Belajar Dan Teori Belajar ” tepat pada
waktu yang telah ditentukan.

Demikian makalah ini dibuat sebagai salah satu syarat dalam mata kuliah
ilmu urai. Adapun kekuranagn dari pembuatan makalah ini, penulis memohon
maaf. Untuk itu penulis memohon bagi pembaca dapat memberikan saran dan
kritik yang membangun agar nantinya penulis dapat memperbaiki kesalahan-
kesalahan yang ada dalam karya tulis lainnya. Terima kasih !

Palu, 05 Desember 2023

Penulis

Jeferson Dasa
DAFTAR ISI

COVER ......................................................................................................
KATA PENGANTAR ................................................................................ ii
DAFTAR ISI .............................................................................................. iii

BAB I : PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ...................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah.................................................................................. 1
1.3 Tujuan ................................................................................................... 1

BAB II : PEMBAHASAN
2.1 Jenis Belajar Teori Gerak...................................................................... 2
2.1.1 Teori Pembelajaran Motorik (Motor Learning Theory) ............. 2
2.1.2 Teori Keterampilan Motorik Adaptif........................................... 3
2.1.3 Teori Pengendalian Motorik ....................................................... 5
2.1.4 Teori Perkembangan Motorik ..................................................... 6
2.1.5 Teori Perkembangan Kognitif dalam Konteks Motorik.............. 7
2.1.6 Teori Pemrosesan Informasi Motorik ........................................ 8
2.2 Masalah Definisi dalam Teori Gerak.................................................... 9

BAB III : PENUTUP

3.1 Kesimpulan ......................................................................................... 15


3.2 Saran ................................................................................................... 15
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Materi tentang teori gerak membahas konsep-konsep yang melibatkan


pemahaman dan analisis terhadap pembelajaran dan pengendalian keterampilan
motorik manusia. Teori gerak mengeksplorasi berbagai aspek, mulai dari faktor-
faktor kognitif dan neurologi, hingga interaksi kompleks antara elemen-elemen
sistem motorik manusia. Dalam diskusi ini, telah dibahas beberapa masalah yang
mungkin muncul dalam teori gerak, termasuk variasi definisi konsep-konsep
kunci, keterbatasan pendekatan linier, kesesuaian konteks, variabilitas individu,
dan keterbatasan fokus pada aspek kognitif. Pemahaman mendalam terhadap
tantangan ini penting untuk membuka pintu termasuk dan penelitian lebih lanjut
dalam upaya meningkatkan pemahaman kita tentang proses kompleks
pembelajaran dan pengendalian gerak tubuh. Dengan mengeksplorasi aspek-aspek
ini, dapat diperoleh wawasan yang lebih kaya dan holistik terkait dengan
pengembangan teori gerak, yang pada pasangannya dapat mendukung pendekatan
yang lebih efektif dalam konteks pendidikan, rehabilitasi, dan olahraga.

1.2 Manfaat Penulisan

Penulis dapat mengetahui banyak hal mengenai gerak motorik beserta masalahnya
sehingga hall ini semakin memperluas wawasan penulis dan pembaca

1.3 Tujuan
Untuk mengetahi pengertian belajar dan teori belajar
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Jenis Belajar Teori Gerak

2.1.1 Teori Pembelajaran Motorik (Motor Learning Theory)

a. Pembelajaran Motorik Kelasik

Pembelajaran Motorik Kelasik adalah teori yang memberikan fokus pada


perubahan perilaku sebagai hasil dari latihan dan pengalaman praktis dalam
pembelajaran keterampilan motorik. Teori ini berasumsi bahwa pembentukan
keterampilan motorik terjadi melalui proses trial and error, di mana individu
mengalami latihan berulang-ulang untuk mengembangkan dan memperbaiki
gerakan motorik. Konsep utamanya mencakup gagasan bahwa latihan yang
berulang dapat membentuk asosiasi antara rangsangan dan respons, sehingga
meningkatkan konsistensi dan akurasi gerakan. Selain itu, konsep penguatan
positif dari hasil yang diinginkan juga menjadi bagian penting dari pembelajaran
motorik klasik, di mana penguatan tersebut dapat memperkuat koneksi saraf yang
terlibat dalam pelaksanaan gerakan yang diinginkan. Dengan demikian,
Pembelajaran Motorik Kelasik memberikan landasan untuk pemahaman
bagaimana penerapan latihan dan umpan balik positif berkontribusi pada
pembentukan keterampilan motorik yang efektif.

b. Pembelajaran Motorik Kontemporer

Pembelajaran Motorik Kontemporer adalah pendekatan yang memperluas


konsep Pembelajaran Motorik Kelasik dengan memasukkan faktor-faktor kognitif
dan sosial dalam pemahaman pembelajaran keterampilan motorik. Teori ini
mengakui peran penting dari proses kognitif, termasuk perencanaan, pemahaman
konsep, dan pemecahan masalah, dalam pembentukan dan pengembangan
keterampilan motorik. Sementara Pembelajaran Motorik Kelasik menitikberatkan
pada latihan berulang untuk membentuk asosiasi rangsangan-respons,
Pembelajaran Motorik Kontemporer menekankan pemahaman konsep dan strategi
kognitif yang digunakan individu dalam mengatasi tugas motorik. Selain itu,
aspek sosial, seperti interaksi dengan orang lain dan pengaruh lingkungan, juga
dianggap sebagai faktor yang mempengaruhi pembelajaran motorik. Dengan
memasukkan dimensi kognitif dan sosial, Pembelajaran Motorik Kontemporer
memberikan perspektif yang lebih holistik dan menyeluruh terhadap bagaimana
manusia memahami, mempelajari, dan menguasai keterampilan motorik dalam
konteks kehidupan sehari-hari.

2.1.2 Teori Keterampilan Motorik Adaptif (Adaptive Motor Skill Theory)

Teori Konteks Motorik menekankan peran lingkungan atau konteks dalam


membentuk dan mempengaruhi pembelajaran serta eksekusi keterampilan
motorik. Menurut teori ini, konteks atau situasi di sekitar individu, termasuk
faktor fisik, sosial, dan psikologis, dapat memainkan peran penting dalam
bagaimana keterampilan motorik dan dipelajari. Faktor-faktor ini meliputi aspek-
aspek seperti tugas yang dihadapi, kondisi lingkungan, dan interaksi sosial yang
terlibat dalam pelaksanaan suatu gerakan. Teori Konteks Motorik menekankan
bahwa pembelajaran keterampilan motorik bukanlah proses yang dilindungi,
melainkan dipengaruhi oleh konteks yang berubah-ubah.

Oleh karena itu, untuk memahami sepenuhnya pembelajaran keterampilan


motorik, penting untuk mempertimbangkan pengaruh konteks yang dapat
memberikan kontribusi signifikan terhadap bagaimana gerakan motorik dipelajari,
diterapkan, dan dipertahankan dalam berbagai situasi kehidupan sehari-hari.

2.1.3 Teori Pengendalian Motorik (Motor Control Theory)

a. Teori Pengendalian Hirarki

Teori Pengendalian Hirarki adalah konsep dalam Teori Pengendalian


Motorik yang tekanan struktur hierarkis dalam pengaturan gerakan tubuh.
Menurut teori ini, sistem saraf bekerja dengan tingkat kontrol yang berbeda-beda,
mulai dari pusat kontrol tertinggi di otak hingga tingkat eksekusi yang lebih
rendah di sumsum tulang belakang dan otot. Pada tingkat tertinggi, otak
bertanggung jawab atas perencanaan, pengorganisasian, dan tujuan umum
gerakan. Informasi ini kemudian diteruskan melalui jalur saraf ke tingkat kontrol
yang lebih rendah, di mana sumsum tulang belakang dan sistem saraf perifer
terlibat dalam eksekusi detail gerakan tersebut.

Teori Pengendalian Hirarki menggambarkan koordinasi yang kompleks


antara otak, sumsum tulang belakang, dan otot, dengan setiap tingkatan
berkontribusi pada pembentukan dan pengendalian gerakan tubuh. Dengan
memahami hierarki kontrol ini, peneliti dan praktisi dapat mengidentifikasi faktor-
faktor yang mempengaruhi keterampilan motorik, memahami bagaimana
intervensi dapat mengubah hierarki kontrol, dan merancang program pelatihan
atau rehabilitasi yang sesuai. Dengan demikian, Teori Pengendalian Hirarki
memberikan kerangka kerja yang berguna dalam memahami kompleksitas sistem
saraf dalam menghasilkan dan mengendalikan gerakan tubuh.

b. Teori Dinamis Sistem Motorik

Teori Dinamis Sistem Motorik adalah suatu pendekatan dalam Teori


Pengendalian Motorik yang menekankan bahwa gerakan tubuh tidak hanya
dipahami melalui kontrol pusat, tetapi juga melalui interaksi kompleks antara
komponen-komponen sistem tubuh yang saling terhubung. Dalam konteks ini,
tubuh dianggap sebagai sistem dinamis yang terdiri dari berbagai elemen, seperti
otot, sendi, dan sistem saraf, yang berinteraksi secara terus-menerus. Teori ini
mengemukakan bahwa gerakan merupakan hasil dari adanya variasi dalam faktor-
faktor lingkungan dan kontraksi otot, serta bahwa sistem tubuh bersifat adaptif
dan fleksibel.

Dengan fokus pada konsep darurat, Teori Dinamis Sistem Motorik


menunjukkan bahwa gerakan tubuh dapat muncul sebagai hasil dari hubungan
yang kompleks antara unsur-unsur sistem tubuh, tanpa adanya kontrol pusat yang
tunggal. Artinya keterampilan motorik tidak hanya dipahami sebagai hasil dari
perintah otak, tetapi juga sebagai hasil interaksi dinamis antara berbagai elemen
dalam sistem motorik. Pendekatan ini memberikan wawasan baru dalam
pemahaman gerakan tubuh, memberikan penekanan pada konsep koordinasi dan
adaptasi yang terus-menerus dalam menanggapi perubahan lingkungan atau tugas
yang dihadapi. Dengan demikian, Teori Dinamis Sistem Motorik memberikan
kerangka kerja yang lebih holistik untuk memahami dan merancang intervensi
dalam pengendalian gerakan tubuh.

2.1.4 Teori Perkembangan Motorik (Teori Perkembangan Motorik)

a. Teori Maturasi Motorik

Teori Maturasi Motorik menekankan peran kematangan fisik dan


perkembangan sistem saraf dalam pembentukan keterampilan motorik. Teori ini
mengemukakan bahwa perkembangan keterampilan motorik pada anak-anak dan
individu muda erat hubungannya dengan tahap-tahap kematangan biologi dan
saraf yang terjadi dalam tubuh. Misalnya, perkembangan sistem saraf pusat dan
perifer, pertumbuhan otot, serta perubahan hormonal dianggap sebagai faktor-
faktor yang mempengaruhi kemampuan individu untuk memahami dan
mengeksekusi gerakan tubuh.

Menurut Teori Maturasi Motorik, individu cenderung mengalami


peningkatan kemampuan motorik seiring dengan pertumbuhan dan perkembangan
fisik mereka. Pada tahap-tahap perkembangan tertentu, seperti munculnya
kemampuan berjalan atau mengendalikan gerakan halus, perkembangan motorik
yang mencerminkan kematangan biologi tertentu. Meskipun teori ini memberikan
wawasan tentang perkembangan motorik, penting untuk diingat bahwa faktor-
faktor lingkungan, peluang latihan, dan pengalaman juga berperan penting dalam
pembentukan keterampilan motorik. Dengan demikian, Teori Maturasi Motorik
memberikan perspektif tentang hubungan antara pertumbuhan biologi dan
perkembangan keterampilan motorik, tetapi harus berinteraksi dengan faktor-
faktor lain yang mempengaruhi pembelajaran dan pengendalian gerakan tubuh.

b. Teori Perkembangan Fungsional

Teori Perkembangan Fungsional menitikberatkan pada hubungan antara


perkembangan tugas dan perkembangan keterampilan motorik. Teori ini
mengemukakan bahwa kemampuan individu untuk memahami dan mengeksekusi
gerakan tubuh berkembang sejalan dengan tugas-tugas fungsional yang harus
mereka hadapi dalam kehidupan sehari-hari. Pusat perhatian teori ini adalah
bagaimana individu mengembangkan keterampilan motorik yang sesuai dengan
tuntutan fungsional dari berbagai aktivitas atau pekerjaan yang mereka lakukan.

Teori Perkembangan Fungsional menciptakan keterkaitan antara tugas


motorik dan perkembangan keterampilan, mengakui bahwa perkembangan
motorik terjadi secara spesifik untuk memenuhi kebutuhan dan tuntutan tugas
yang dihadapi individu. Dengan fokus pada konteks fungsional, teori ini
memberikan wawasan tentang bagaimana keterampilan motorik berkembang
sebagai respon terhadap kebutuhan praktis dalam kehidupan sehari-hari. Oleh
karena itu, pengembangan keterampilan motorik tidak hanya dipahami sebagai
tujuan yang berdiri sendiri, tetapi juga sebagai bagian integral dari upaya individu
untuk berfungsi secara efektif dalam lingkungan mereka. Dengan menggabungkan
konsep tugas dan keterampilan motorik, Teori Perkembangan Fungsional
menyediakan kerangka kerja yang kontekstual dan relevan untuk memahami
hubungan antara pengembangan tugas dan perkembangan keterampilan motorik.

2.1.5 Teori Perkembangan Kognitif (Teori Perkembangan Kognitif)

a. Teori Perkembangan Kognitif dalam Konteks Motorik

Teori Perkembangan Kognitif dalam Konteks Motorik menggabungkan


prinsip-prinsip perkembangan kognitif dengan pemahaman tentang pembelajaran
dan pengembangan keterampilan motorik. Menurut teori ini, perkembangan
kognitif, termasuk perubahan dalam pemahaman konsep, memori, dan pemecahan
masalah, memainkan peran penting dalam pembentukan dan pengendalian
gerakan tubuh. Konsep ini dikembangkan oleh Jean Piaget, yang menekankan
bahwa anak-anak mengalami perubahan dalam cara mereka memahami dunia dan
bertindak, yang pada pasangannya, mempengaruhi perkembangan keterampilan
motorik mereka.
Dalam Teori Perkembangan Kognitif dalam Konteks Motorik,
pengembangan konsep pemahaman seperti ruang, waktu, dan objek dihubungkan
dengan pengembangan keterampilan motorik yang sesuai. Misalnya, kemampuan
anak untuk memahami konsep ruang dan lokasi dapat mempengaruhi kemampuan
mereka untuk menggerakkan tubuh secara koordinatif dalam ruang tersebut.
Pemrosesan informasi kognitif juga dianggap sebagai faktor kunci dalam
bagaimana individu mempelajari dan mengendalikan gerakan tubuh mereka.

Dengan menggabungkan dimensi kognitif dengan perkembangan motorik,


Teori Perkembangan Kognitif dalam Konteks Motorik memberikan wawasan
tentang bagaimana aspek-aspek kognitif mempengaruhi pembelajaran
keterampilan motorik dan sebaliknya. Pendekatan ini memperkaya pemahaman
kita tentang bagaimana perkembangan kognitif dan motorik saling terkait dan
berinteraksi dalam perkembangan anak dan individu pada umumnya.

2.1.6 Teori Pemrosesan Informasi Motorik (Teori Pengolahan Informasi


Motorik)

a. Model Pemrosesan Seri dan Paralel

Model Pemrosesan Seri dan Paralel adalah dua pendekatan utama dalam
teori pemrosesan informasi motorik yang menjelaskan bagaimana informasi
diterima, diolah, dan dijalankan dalam proses pembelajaran keterampilan motorik.
Dalam Model Pemrosesan Seri, informasi diproses secara berurutan, langkah
demi langkah, sehingga langkah satu harus diselesaikan sebelum langkah
berikutnya dimulai. Pendekatan ini mencerminkan proses pembelajaran yang
fokus pada detail dan urutan yang terstruktur. Sebaliknya, Model Pemrosesan
Paralel melibatkan penyampaian informasi yang terjadi secara bersamaan.
Informasi dapat diolah secara paralel, memungkinkan beberapa langkah atau
elemen gerakan untuk dikendalikan secara bersamaan. Pendekatan ini
mencerminkan pendekatan yang lebih adaptif dan cepat dalam pembelajaran
keterampilan motorik.
Kelebihan dan kelemahan dari masing-masing model ini berlaku dalam
literatur. Model Pemrosesan Seri sering dihubungkan dengan kontrol gerakan
yang lebih hati-hati dan presisi, sementara Model Pemrosesan Paralel dapat
memungkinkan respons yang lebih cepat dan lebih adaptif terhadap situasi yang
berubah. Pemahaman tentang kapan dan bagaimana masing-masing model ini
diterapkan dapat memberikan wawasan tentang proses pembelajaran keterampilan
motorik dan membantu dalam merancang strategi pelatihan yang efektif.

2.2 Masalah Definisi dalam Teori Gerak

Teori gerak adalah kerangka kerja konsep yang digunakan untuk


menjelaskan, memahami, dan memperkirakan proses pembelajaran,
pengembangan, dan pelaksanaan keterampilan motorik manusia. Teori ini
mencakup berbagai aspek, termasuk faktor-faktor saraf, kognitif, sosial, dan
lingkungan yang mempengaruhi bagaimana manusia mempelajari,
mengendalikan, dan menyempurnakan gerakan tubuh. Tujuan utama teori gerak
adalah memberikan pemahaman mendalam tentang mekanisme di balik
pembelajaran keterampilan motorik, koordinasi gerakan, faktor serta-faktor yang
mempengaruhi pengembangan dan pengendalian gerak tubuh manusia. Teori
gerak dapat diterapkan dalam berbagai konteks, termasuk olahraga, rehabilitasi
fisik, pendidikan motorik, dan ilmu-ilmu terkait untuk meningkatkan pemahaman
dan kinerja dalam domain gerak manusia. Berikut adalah beberapa masalah umum
yang dapat muncul dalam teori gerak:

1. Deskripsi yang Beragam

Deskripsi yang beragam Merujuk pada variasi dan perbedaan dalam definisi
konsep-konsep kunci dalam teori gerak. Setiap teori gerak atau pendekatan
tertentu mungkin memiliki definisi yang unik atau penekanan yang berbeda
terhadap istilah-istilah krusial seperti "pembelajaran motorik", "keterampilan
motorik", atau "kontrol motorik". Variabilitas ini dapat menciptakan tantangan
dalam memahami dan menyintesis literatur atau penelitian, karena penggunaan
istilah yang sama dapat memiliki makna yang berbeda dalam kerangka teori kerja
yang berbeda. Oleh karena itu, penting untuk memahami kerangka kerja dan
definisi yang digunakan oleh peneliti atau teoritisi tertentu dalam teori gerak
untuk mencegah ambiguitas atau kesalahpahaman yang mungkin timbul akibat
deskripsi yang beragam ini.

2. Generalisasi Temuan

Generalisasi temuan Merujuk pada upaya untuk menerapkan hasil


penelitian atau temuan dari suatu studi ke konteks atau populasi yang lebih luas.
Dalam teori gerak, generalisasi temuan menjadi penting untuk mengetahui sejauh
mana konsep-konsep atau prinsip-prinsip yang dijelaskan oleh teori tersebut dapat
diterapkan secara umum pada situasi atau individu yang berbeda. Tantangan
dalam generalisasi temuan terletak pada keragaman konteks, variasi individu, dan
perbedaan metode penelitian yang dapat mempengaruhi sejauh mana temuan
tersebut dapat dianggap relevan dan berlaku secara luas. Oleh karena itu,
kesadaran terhadap batasan-batasan generalisasi temuan dalam teori gerak sangat
penting untuk memastikan aplikabilitas dan validitas temuan tersebut di berbagai
kondisi dan kelompok populasi.

3. Pendekatan Linier

Pendekatan linier dalam teori gerak mencerminkan upaya untuk


mencapai kompleksitas interaksi dalam sistem motorik manusia dengan
mengasumsikan keterkaitan antara variabel-variabel dalam suatu garis atau urutan
langkah. Pendekatan ini seringkali menekankan hubungan sebab-akibat yang
linier antara faktor-faktor tertentu, memperlakukan setiap elemen sebagai
komponen yang terpisah dalam serangkaian langkah atau tahapan. Meskipun
pendekatan ini dapat memberikan pemahaman yang jelas dan struktur yang
terorganisir terhadap pembelajaran dan pengendalian keterampilan motorik,
namun kritik terhadapnya menunjukkan karena cenderung tidak
memperhitungkan kompleksitas interaksi dinamis dan nonlinier antar faktor-faktor
tersebut. Sistem motorik manusia seringkali bersifat adaptif, dan pendekatan linier
mungkin tidak sepenuhnya merefleksikan realitas ketika menggabungkan aspek-
aspek kompleks dalam teori gerak. Oleh karena itu, beberapa teori gerak berusaha
untuk mengatasi keterbatasan pendekatan linier dengan mengintegrasikan prinsip-
prinsip sistem dinamika dan pendekatan nonlinier dalam pemahaman gerak
manusia.

4. Kesesuaian Konteks

Kesesuaian konteks dalam teori gerak mengacu pada sejauh mana


konsep-konsep dan prinsip-prinsip yang dijelaskan oleh teori tersebut sesuai dan
relevan dengan situasi atau lingkungan spesifik di mana gerakan motorik terjadi.
Setiap teori gerak mungkin memiliki cakupan dan aplikabilitas yang berbeda-beda
tergantung pada konteksnya. Misalnya, suatu teori gerak yang dikembangkan
untuk olahraga tertentu mungkin tidak optimal saat diterapkan pada konteks
rehabilitasi fisik.

Kesesuaian konteks menjadi penting karena berbagai faktor, seperti


tujuan gerak, tugas motorik yang dihadapi, dan karakteristik individu, dapat
sangat bervariasi antar konteks. Oleh karena itu, penting untuk memahami bahwa
teori-teori gerak dapat memiliki aplikasi yang lebih baik atau kurang sesuai
tergantung pada lingkungan atau tujuan spesifik. Kesadaran terhadap konsistensi
membantu memandu pemilihan teori gerak yang paling relevan dan dapat
diterapkan dengan efektif dalam rangka mendukung pembelajaran dan
pengendalian keterampilan motorik dalam situasi tertentu.

5. Variabilitas Individu

Variabilitas individu mengacu pada perbedaan yang signifikan antar


individu dalam hal kemampuan, preferensi, dan respon terhadap pembelajaran
keterampilan motorik. Setiap individu memiliki karakteristik yang unik, termasuk
tingkat kebugaran fisik, struktur tubuh, faktor genetik, dan pengalaman
sebelumnya, yang dapat mempengaruhi cara mereka mempelajari,
mengembangkan, dan menguasai gerakan tubuh.

Variabilitas individu dapat mencakup perbedaan dalam gaya belajar,


tingkat motivasi, tingkat keterampilan awal, dan respon terhadap umpan balik.
Beberapa orang mungkin lebih responsif terhadap pendekatan latihan tertentu,
sementara yang lain mungkin memerlukan metode yang berbeda untuk mencapai
hasil yang sama. Faktor-faktor psikologis, seperti tingkat kepercayaan diri dan
motivasi, juga dapat memainkan peran dalam variabilitas individu dalam konteks
gerak motorik.

Pentingnya memahami variabilitas individu dalam teori gerak adalah


untuk dapat merancang pendekatan pembelajaran atau pelatihan yang lebih
individualistik dan sesuai dengan kebutuhan masing-masing individu. Pengakuan
terhadap perbedaan ini membantu dalam mengembangkan strategi pengajaran
yang lebih efektif dan mendukung perkembangan keterampilan motorik secara
pribadi dan berkelanjutan.

6. Keterbatasan Fokus pada Aspek Kognitif

Keterbatasan fokus pada aspek kognitif dalam teori gerak dapat


menyebabkan pemahaman yang terbatas terhadap kompleksitas eksekusi gerakan
tubuh. Terlalu banyak penekanan pada faktor-faktor kognitif, seperti perencanaan
dan pemahaman konsep, mungkin mengabaikan aspek fisik dan sensorimotor
yang juga penting dalam pembelajaran keterampilan motorik. Sementara aspek
kognitif memainkan peran utama dalam proses pengambilan keputusan dan
perencanaan gerakan, pendekatan yang terlalu fokus pada pikiran dapat
mengabaikan elemen-elemen penting seperti koordinasi fisik, pengendalian otot,
dan umpan balik sensorik yang memberikan kontribusi besar terhadap
pelaksanaan gerakan yang efektif. Oleh karena itu, untuk memahami sepenuhnya
mekanisme pembelajaran dan pengendalian gerak, perlu melibatkan pemahaman
yang seimbang antara aspek kognitif, motorik, dan sensorimotor dalam suatu
kerangka teoritis.
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Kesimpulan ini tekanan perlunya konsistensi dan kejelasan dalam definisi konsep-
konsep kunci dalam teori gerak agar dapat mengurangi ambiguitas dan
kesalahpahaman. Harmonisasi definisi dapat meningkatkan koherensi dan
kemudahan dalam perbandingan antar teori. Pentingnya mengakui bahwa
kesesuaian konteks memainkan peran kunci dalam aplikabilitas teori gerak.
Penelitian dan pengembangan teori situasi harus mempertimbangkan konteks
spesifik untuk memastikan relevansi dan keberlakuan teori dalam berbagai
praktis. Ditemukan bahwa tantangan dalam menggeneralisasi temuan teori gerak
memerlukan pendekatan yang lebih hati-hati. Pengakuan terhadap perbedaan
kontekstual dan populasi menjadi penting untuk memastikan keberlakuan temuan
dalam berbagai kondisi. Kesimpulan ini menyoroti perlunya penyesuaian
pendekatan pembelajaran atau pelatihan dalam teori gerak yang menghubungkan
variabilitas individu. Strategi yang lebih individualistik dapat meningkatkan
efektivitas pengajaran keterampilan motorik.

3.2 Saran

Bagi pembaca yang tertarik untuk memahami lebih lanjut tentang teori gerak,
disarankan untuk menjalani pendekatan yang holistik. Pertama, luangkan waktu
untuk membaca secara menyeluruh berbagai teori dan pandangan yang ada, serta
mencari literatur yang mendukung diskusi konsep-konsep kunci dalam gerak
motorik. Selanjutnya, aktiflah dalam komunitas akademis atau forum online yang
memfasilitasi diskusi interaktif dan pertukaran ide dengan para ahli dan sesama
pembaca. Selain itu, dengan senang hati mengikuti seminar, konferensi, atau
webinar yang relevan untuk memperoleh wawasan terbaru dan terhubung dengan
komunitas ilmiah. Terakhir, menerapkan pemahaman yang diperoleh melalui
membaca dengan melakukan refleksi pribadi dan, jika memungkinkan, terlibat
dalam proyek atau aktivitas praktis yang mendukung pemahaman konsep-konsep
teori gerak dalam konteks nyata. Dengan pendekatan ini, pembaca dapat
membangun pengetahuan yang mendalam dan aplikatif dalam dunia gerak
motorik.

Anda mungkin juga menyukai