Anda di halaman 1dari 22

8

- Agar jamur dan bakteri benar-benar hilang, dicucinya


menggunakan sabun lalu bersihkan dengan air
- Kemudian pindahkan botol-botol ke rak

b. Ruangan Sterilisasi

Ruangan Sterilisasi adalah ruangan untuk menyeterilkan alat-alat


yang telah digunakan untuk proses kultur jaringan.

alat dan bahan yang digunakan untuk sterilisasi :

Alat Bahan

Autoklap Air

Gas

Cara Menyeterilkan alat :

- Masukkan air ke dalam autoklap sampai batas jaring besi.


- Susun alat dan botol yang telah atau yang akan digunakan ke dalam
autoklap.
- Tutup penutup autoklap.
- Kencangkan atau kunci autoklap sampai benar-benar tidak ada udara yang
keluar.
- Pasang listrik kemudian nyalakan kompor.
- Tentukan suhu minimal 121o dan tekanannya 19-20 bar, maka secara
otomatis autoklap akan mati.
- Kemudian sampai tekanannya menjadi nol (tidak ada lagi uap).
- Kemudian diamkan selama 15 menit.
- Setelah uap benar” habis lalu buka kunci autoklap.
- Terakhir alat-alat dimasukkan kedalam plastik agar jamur dan bakteri tidak
dapat masuk.
- Simpan ditempat yang steril.
9

(a). Cara Pembuatan media agar untuk kultur jaringan

Cara Pembuatan :

- Pertama proses pemanasan atau pencampuran air ditambah pupuk


dan perangsang akar, campurkan MS 11,015 gr ditambah
perangsang akar dengan konsentrasi 0,2 ppm (IBA)
- Air dipanaskan 50 cc
- Siapkan air 2 liter yang telah ditambah larutan pupuk yang telah
di larutkan
- Kemudian didihkan dan aduk sampai matang
- Setelah matang masukan kedalam botol, kurang lebih 20 cc /
botol
- Kemudian botol ditutup rapat

(b). Sterilisasi Media :

Cara pembuatan :

- Pertama masukkan botol yang telah berisi media kedalam


autoklap
dengan tersusun agar, media agar tersebut rata (tidak bengkok)
- Kunci penutup autoklap dengan kencang
- Pasang listrik, kemudian nyalakan kompor
- Tentukan suhu sampai 121o C dengan tekanan 19-20 bar. Maka
secara otomatis autoklap akan mati
- Kemudian diamkan selama 15 menit
- Buka alat kontrol uap sampai tekanannya nol (tidak ada lagi uap)
- Setelah uap benar-benar habis lalu buka penutup autoklap
- Keluarkan media
- Pindahkan media
- Simpan di rak
- Di pindahkan planlet ke ruang liminar flour
10

c. Ruang Tanam

Ruang tanam adalah ruang untuk penanaman benih kultur


jaringan.
alat dan bahan yang digunakan :

Alat Bahan

Pisau Spirtus

Pingset Alhohol

Planlet

Cawang

Cara penanaman :

- Ambil planlet yang akan di subkultur dari ruang hardening lalu


botol
di semprot dengan alkohol
- Nyalakan api yang bahan bakarnya spirtus, tujuannya agar jamur
tidak bisa masuk ke tanaman yang akan di subkultur
- Sebelum melakukan kultur jaringan, tangan di semprot terlebih
dahulu dengan air alkohol
- Ambil tanaman dari botol yang akan di subkultur
- Kemudian disimpan di atas cawang, lalu dipotong setiap 1-3
nodus
- Kemudian buka tutup botol yang berisikan media (dekatkan
dengan
api)
11

- Lalu ambil bibit yang telah dipotong dengan memakai alat


pingset
- Kemudian di tanam di atas media
- Dalam 1 botol berisikan 10-12 pohon (di hitung dengan rata-rata
10
pohon)
- Kemudian sebelum di tutup di panaskan terlebih dahulu
- Lalu ditutup dengan rapat
- Simpan di ruang hardening dengan suhu 18 0 C – 24o C untuk
malam
dan 220 C – 250 C untuk siang selama 1 bulan

d. Ruang Hardening Kultur Jaringan

Ruang hardening adalah tempat untuk mengadaptasikan tanaman


yang masih ada dalam botol dari laboratium. Di ruang hardening di
simpan selama 10-14 hari dengan suhu 240 C untuk siang dan 180 C
untuk malam.

3.2.2 Sarana Aklim

a. Hardening aklimatisasi (masa adaptasi)

Planet terlebih dahulu disimpan diruangan hardening selama


4-17 hari dengan tujuan untuk proses penyesuaian suhu dan lingkungan
agar planlet mampu beradaptasi, bila di pindahkan keruangan
aklimatisasi. Dalam ruang berdening di usahakan cahaya mencapai 40-
600 temperature 250 - 280 C, dan kelembaban 75-85%.

b. Ruang Persiapan Media

Tempat persiapan media adalah tempat untuk melakukan


sterilisasi media. Tanam bedengan sistem media hidroponik berupa
cocofeat dengan cara media tersebut dikukus selama 3 jam agar media
tersebut steril.
12

Alat dan bahan yang digunakan untuk menyetrilkan media cocofeat.

Alat Bahan

Sarung Tangan Serabut Kelapa

Ember Air

Drum

Gas

Kompor

Cara :

- Gosok sabut kelapa menggunakan saringan (RAM)


- Ambil cocofeat yang telah disaring
- Lalu masukkan ke dalam drum yang berisi air, masukan cocofeat
kurang lebih 7 ember
- Lalu tutup dengan plastik ikat plastik dengan tali
- Tutup drum yang berisi cocofeat dengan menutup
- Nyalakan kompor kukus selama 3 jam
- Setelah selesai dikukus keluarkan cocofeat lalu dinginkan
- Cocofeat siap digunakan

c. Ruang Aklimatisasi

Ruang aklimatisasi adalah ruang penyesuaian atau


pengadaptasian dari hardening ke lapangan. Ukuran bedengan
aklimatisasi :

3.2.3 Sarana Produksi

a. Lahan
13

Perluasan lahan meliputi areal tanah darat dengan luas


keseluruhan 2 ha sedangkan lahan yang baru produktif seluas 4.200
m2. Lahan tersebut di pergunakan sebagai tempat untuk mendirikan
bangunan screen house dan bangunan lainnya, serta tempat
pelaksanaanya seluruh rangkaian kegiatan produksi benih kentang
G.0.

b. Ruang Persiapan Media Produksi

Media tanam di produksi berupa lumpur bambu dan arang


sekam, sebelum lumpur bambu digunakan ambil daun bambu yang
sudah lapuk, kemudian masukkan ke bedengan Screen House. Tiap
M2 diberi 1 karung lumpur bambu / 30 kg / M2 jika media sudah
terpasang baru di sterilkan dengan air karbol dengan dosis 5m / L.
Sedangkan untuk arang sekam, sebelum digunakan untuk media
arang sekam di sterilkan terlebih dahulu, dengan cara dibakar tetapi
jangan sampai menjadi abu. Lalu setelah arang sekam dibakar
kemudian di semprot menggunakan air karbol, agar semua bakteri
hilang dan arang sekam siap untuk dijadikan media.

c. Persiapan Tanam

Setelah media sudah siap untuk di tanami stekan dari


aklim, cara penanaman media yang telah diberi lobang tanam, baru
ditanami stek dengan cara daun stek dipegang dan akar dimasukkan
kedalam lubang tanam oleh media, minimal penanaman harus
mencapai 2000 tanaman/ hari/ orang.

d. Ruang Screen House

Ruang Screen House adalah tempat penanaman benih yang


sudah memiliki daya adaptasi yang cukup kuat selama di ruang
aklimisasi. Di dalam Screen House terdapat beberapa bedengan
14

yang akan digunakan sebagai tempat penanaman bibit. Setiap


bedengan berisi 52.992 tanaman, bedengan mempunyai panjang 2,3
cm dengan lebar 1,2 cm, tinggi bedengan 15 cm dan luas 12 x
547,5 m. Jarak tanam 5x12,5 cm.

3.2.4 Teknik Produksi / Budidaya

a. Persiapan Bangunan

1. Pembuatan kerangka bangunan kerangka bangunan terbuat dari bahan


yang berasal dari bambu besar dan kecil yang dirangkai menjadi
kerangka dalam ukuran panjang 50 meter lebar 12 meter dan tinggi 7
meter. Untuk satu unit Screen House diperlukan kerangka sebanyak
13. Pembuatan kerangka dilakukan oleh tenaga kerja yang ahli di
bidangnya.
2. Mendirikan bangunan setelah kerangka bangunan di buat selanjutnya
kerangka di dirikan di atas lahan yang telah dilakukan land dearing,
kerangka bangunan di dirikan sampai benar-benar menjadi bangunan
yang kokoh, untuk selanjutnya dilengkapi dengan rusuk-rusuk dan
pelengkap lainya.
3. Pemasangan screen dilakukan oleh tenaga kerja berjumlah minimal.
4. Cara pemasangannya yaitu dengan cara dipasang sekeliling dinding
dari bangunan screen house. Untuk memperkuat disetiap tepinya di
jepit dengan menggunakan cemped bambu yang selanjutnya di paku.
5. Pemasangan atap plastic dan atap screen house dibuat bedengan
dengan ukuran panjang disesuaikan dengan lahan, kemudian lebar 1,2
m. Dan panjang bedengan 25 m serta jarak antar bedengan
adalah 50 cm. Pembuatan bedengan dilakukan dengan menggunakan
alat tradisional berupa cangkul.
15

6. Pemasangan Mulsa, mulsa plastik di pasang di atas bedengan. Dengan


cara di tarik lalu plastik mulsa di buka dan di bentangkan sampai
menutup permukaan bedengan, selanjutnya di perkuat dengan pasak
bambu.

b. Pemasangan Patok

Patok terbuat dari bambu dengan ukuran 50 cm dan jarak antara


patok 1 meter, fungsi patok adalah untuk pemasangan screen.

c. Pemasangan Screen Bedengan

Screen bedengan dibelah menjadi 2 bagian dan di pasang pada


setiap sisi dari kerangka yang terbuat dari bambu yang diperkuat dengan
cara di jahit dengan menggunakan benang khusus.

d. Penyiapan Media

Media tanam menggunakan sistem hidroponik yang berasal dari


arang sekam, cocofeat, dan lumpur bambu yang telah mengalami proses
sterilisasi, selanjutnya media yang sudah steril di masukan ke dalam
bedengan.

e. Pemasangan Paranet (sadding)

Paranet di pasang di atas bedengan-bedengan dengan menggunakan


kawat penyangga, fungsi paranet (sadding) adalah untuk mengatur suhu
dan peredam sinar matahari agar tidak telalu panas.

f. Pemeliharaan

1. Penyiraman
16

Penyiraman adalah rangkaian kegiatan pemeliharaan yang


bertujuan
untuk memelihara dan menjaga kondisi tanaman agar tetap seger dan
media
tetap lembab.

Waktu penyiraman dalam kondisi cuaca yang cerah, penyiraman


yang dilakukan sekaligus dengan pemupukan hidroponik selama 3x
dalam 1 hari, namun jika kondisi pada musim hujan, penyiraman tidak
terlalu sering dilakukan, dengan interval penyiraman sebagai berikut.

=> Penyiraman 1 ( Pagi 07.00 – Selesai ) menggunakan bahan sterilisasi


dengan dosis 0,2 ml / L air dan nutrisi ;

=> Penyiraman 2 ( Siang 11.00 – Selesai ) menggunakan bahan


sterilisasi
dengan dosis 0,2 ml / L air, kemudian dengan menggunakan air
murni
dengan volume air 1000 / 217,8 m2 ;

=> Penyiraman 3 ( Sore 14.00 – 15.00 ) menggunakan sterilisasi 0,2 ml /

L air, kemudian dengan menggunakan air murni dengan volume air


1000 air / 217,8 m2 .

2. Penyulaman

Penyulaman adalah kegiatan yang bertujuan untuk mengganti


tanaman yang mati atau rusak, untuk penyulaman dilakukan dengan
melihat situasi dan kondisi tanaman. Waktu penyulaman yaitu anatara
10/21 HST.

Caranya yaitu dengan membuang tanaman yang mati atau rusak


terkena hama dan penyakit beserta media sekamnya dibongkar dibuang
jauh dari screen house.
17

3. Pemupukan

Setelah tanam berumur 21 HST dilakukan pemupukan hidroponik


dengan dilakukan bersamaan dengan pembumbunan. Pemupukan
dilakukan bersamaan dengan kegiatan pembumbunan, pupuk yang
digunakan yaitu pupuk NPK, ZA, dan SP36 dengan perbandingan NPK
dan ZA 25% sedangkan SP36 50% dengan dosis 1 gram per pohon.

4. Pembumbunan

Pembumbunan dilakukan pada umur 21 HST. Bertujuan untuk


memperkokoh tanaman agar tidak roboh, menutupi perakaran dan
mempermudah pertumbuhan umbi dalam media lalu memperbanyak
keluarnya umbi.

5. Rouging

Rouging adalah kegiatan membuang atau memberantas tanaman


yang terkena penyakit atau pirus serta tanaman yang rusak atau sakit,
rouging dilakukan pada umur 30-70 HST.

6. Pruning

Pruning adalah kegiatan pemangkasan yang dilakukan pada tanaman


yang berumur 90 HST, yaitu 7-10 hari sebelum panen, caranya dengan
memotong pangkal batang 5–10 cm. Fungsinya yaitu untuk memotong
siklus penyakit supaya tidak masuk ke umbi, serta untuk mengeraskan
kulit umbi.

7. Poging

Poging adalah kegiatan penyiraman ruangan agar suhu menjadi


netral, biasanya poging ini dilakukan pada saat suhu ruangan mulai naik
atau panas.
18

8. Pengendalian Hama Penyakit Tanaman (PHPT)

Pengendalian hama penyakit tanaman dapat dilakuakan melihat


kondisi tanaman di lapang. Pengendalian dapat dilakukan dengan
penyemprotan. Adapun jenis pestisida yang digunakan dalam
pengendalian hama yang digunakan adalah sebagai berikut ini.

Pengendalian HPT di Produksi

No Umur Pestisida Satuan Dosis Total


HST

1. 0 – 30 Insektisida Ml 0,5

Fungisida Ml 0,5

Akartisida Ml 1

2. 31 – 60 Insektisida Ml 0,5

Fungsida Ml 0,5

Akartisida Ml 0,5

3. 60 – 90 Insektisida Ml 0,5

Fungisida Ml 0,5

Akartisida Ml 1

Keterangan ;

Macam – macam hama, penyakit, nematode, dan virus utama yang


menyerang tanaman kentang :

a. Hama
1. Kutu daun dan aphid (Myzus persicae dan Aphididae )
19

Gejala : Menyerang tunas umbi di gudang sehingga


menyebabkan virus.

Pengendalian :Dengan menggunakan insektisida selektif


(Sistematik)

2. Thrips (Thrips spp)

Gejala :Menyerang daun sehingga terdapat bercak-


bercak tidak beraturan berwarna keperakan
dan berkilau seperti perunggu.

Pengendalian :Pengairan yang cukup karena biasanya


populasi hama ini meningkat pada kondisi
hama kering, bila serangan meningkat dapat
menggunakan insektisida selektif (sistemik).

3. Wereng Hijau ( Empaoasca spp )

Gejala : Menyerang daun sehingga mengakibatkan


pinggir daun kering seperti terbakar dengan
ujung daun menggulung dan berwarna
kekuning–kuningan..

Pengendalian : Tidak menanam kentang disekitar tanaman


lain seperti buncis, dapat menggunakan
varietas yang resisten atau toleran, bila
serangan meningkat gunakan insektisida
secara selektif.
20

4. Ulat Penggerek Daun dan Umbi tanaman kentang (Phitorimae


operculela)

Gejala : Menyerang daun sehinggan daun berwarna


merah tua dan terlihat jaringan seperti benang
berwarna kelabu.

Pengendalian : Dengan cara kultur teknis yaitu tidak


menanam kentang pada musim panas, serta
pengairan yang sesuai.

5. Tungao (Tetranicus spp)

Gejala : Menghisap cairan sel berakibat pada daun


menjadi berwarna gelap dan terdapat bercak
– bercak klorotik dan akhirnya tanaman layu.

Pengendalian : Menghindari kondisi lingkungan yang


hangat
atau kering, bila serangan parah dapat
dilakukan dengan penyemprotan Akarisida.

6. Aro (Life mainer)

Gejala : Bintik–bintik pada permukaan daun


menghisap cairan pada tanaman.

Pengendalian : Di jaring menggunakan kasa yang diolesi


21

oleh tepung kanji yang dihaluskan lalu diseret


oleh dua orang kiri kanan, apabila serangan
sudah parah dapat disemprot dengan
menggunakan insektisida merek dagang
Callicron.

7. Liriomyza

Gejala : Daun membatik yang di sebabkan oleh life


mainer dan menyebabkan daun transparan

Pengendalian : Dengan cara memetik daun tanaman yang


terkena atau yang terserang oleh liriomyza,
apabila serangan sudah parah dapat disemprot
dengan menggunakan insektisida.

8. Whitefly

Gejala : Permukaan daun kotor dan kerdil karena


cairan yang ada pada tanaman dihisap oleh
whitefly.

Pengendalian : Dengan menggunakan yellow trapdi temple


pada tiang atau patok di tengah-tengah.

b.Penyakit
1. Layu Bakteri (Psedumonas solanacearum/Rastonia)
22

Gejala : Layu di mulai dari pucuk atau cabang


tanaman dan disertai sedikit menguning.
Gejala layu dapat berkembang pada suhu
tinggi.

Pengendalian : Sanitasi lingkungan, pengaturan di


sepanjang garisan, membersihkan tanah dari
sisa –sisa tanaman dan gulma.

2. Layu Fusarium (Fusariumspp)

Gejala : Menyerang digudang pada umbi sehingga


umbi menjadi berwarna hitam dan sedikit
kentot, nampak seperti cincin melingkar di
pinggiran umbi.

Pengendalian : Menanam bibit yang sehat dan bebas


penyakit, perlakuan bahan kimia untuk umbi.

3. Busuk kering (Drayrot)

Gejala : Daun bawah menguning (klorisis) dan di


ikuti klayoran, umbi berwarna kehitaman
baik di luar atau di dalam.

Pengendalian : Menanam varietas yang tahan, tata air yang


baik pergiliran tanaman yang bukan tanaman
inang.
23

4. Penyakit busuk daun (Phythopthora infenstans)

Gejala : Daun dari pucuk sampai tengah mengalami


kebusukan pada satu musim hujan.

Pengendalian : Dengan cara mencabut atau memotong daun


yang terkena busuk atau menggunakan
fungisida.

5. Busuk coklat (Browen rooty)

Gejala : Terlihat pada bagian umbi berwarna coklat

sedangkan pada bagian dalam nya


membentuk cincin.

Pengendalian : Dengan cara dipotong atau dengan


menggunakan fungisida.

6. Hawar umbi (Late blight)

Gejala : Terjadi pembusukan hanya pada seluruh


permukaan kulit umbi.

Pengendalian : Dengan cara di sortir

c. Nematoda

1. Nemotoda bengkak akar (Meloidogyne spp)


24

Gejala : Pertumbuhan pucuk tanaman ditandai


dengan kecil dan lemah, daun-daun klorosis
dan layu secara cepat.

Pengendalian : Pengolahan tanah dan organic dengan


dosis
tinggi.

2. Nemotoda bengkak akar palsu (Macobbus aberrans)

Gejala : Tanaman terlihat lemah perakaran benjol.


Pengendalian : Pengefektipan perlakuan fumigasi tanah.

3. Nemotoda Peluka Akar (Pratylenchus)

Gejala : Menyebabkan luka nekrosis berwarna


coklat, pertumbuhan tanaman berjalan
lambat.

Pengendalian : Pemanenan yang tepat serta penyimpanan


pada suhu rendah.

d.Virus
1. Potato leafrol virus (PLRV)

Gejala : Klorosis pada pinggiran daun, dan jaringan


pada jaringan tulang dan khususnya pada
daun bagian atas.

Pengendalian : Seleksi tanaman sehat dan membasmi


tanaman sakit (Rouging).

2. Virus Mozaik ( PVX,PVS,PVM, dan PVA)


25

Gejala : Terjadi pada daun-daun kentang dan


mengakibatkan hasil lebih dari 10%.

Pengendalian : Seleksi kolonial pada proses perbanyakan

bibit dan penggunaan varietas yang tahan.

g . Panen

Umbi tanaman kentang G.0 dilakukan pada umur 100 HST, tiga hari
sebelum pemanenan dilakukan pruning yang bertujuan untuk memotong
siklus penyakit supaya tidak masuk ke umbi. Pada saat panen di usahakan
media jangan terlalu kering hal itu bertujuan untuk menghindari hama
phitorimae, dan gudang lainya. Panen dilakukan dengan cara membongkar
media, dan mengambil umbi kentangnya.

h. Gudang
Gudang adalah tempat penyimpanan benih seteleh panen dan sebelum

dipasarkan.

3.2.4 Pengelolahan Hasil (Pasca Panen)

a. Sortasi

Sortasi atau penyortiran adalah kegiatan yang dilakukan panen.


Tahapan-Tahapan penyortiran :

Sortasi 1

Dilakukan setelah panen, dengan tujuan :

- Memisahkan yang terkena hama


- Memisahkan yang terkena penyakit
26

- Memisahkan umbi yang terkena scab


- Memisahkan ukuran (Grad)

Sortasi 2

Dilakukan pada umur 3 – 4 minggu setelagh panen, kegiatannya


yaitu pemeriksaan umbi serta pemberian pestisida yaitu insektisida kontak
dan sistemik (mipchin) dengan dosis 1 gr. Tujuannya untuk menjaga
serangan phitorime, selanjutnya dimasukkan kedalam wadah penyimpanan
yang gelap sampai umur 2 bulan.

Sortasi 3

Dilakukan setiap 1 bulan sekali dimulai pada bulan ke 3 setelah


panen
kegiatannya memeriksa dan memilih yang terbaik.

Sortasi 4

Dilakukan dengan selisih 2 minggu sekali, kegiatannya yaitu


memilih
spruting berdasarkan panjang pendeknya.

b. Grading

Grading atau pengkelasan adalah kegiatan paksa panen yang


bertujuan memisahkan umbi yang berdasarkan kelasannya. Adapun macam
– macam Grand yang berlaku di Central Horti Agro Makro Potatoes dan
berdasarkan ketentuan BPSB, yaiu sebagai berikut ini.

Ukuran umbi berdasarkan BPS


27

No Ukuran Bobot

1. SS <10

2. S 11-30

3. M 31-60

4. L 61-120

5. LL >121

Ukuran umbi berdasarkan jumlah Knol/kg

No Ukuran Jumlah Knol/Kg

1. SS 100

2. S 90-30

3. M 30-18

4. L 18-9

5. LL 9-7

c. Packhing
28

Packhing atau pengemasan benih kentang G.0 dilakukan berdasarkan


Grand dengan menggunakan box atau waring. Selanjutnya hasil packhing
disimpan didalam gudang penyimpanan yang gelap dan tertutup selama 3
bulan, dan selanjutnya siap di pasarkan.

3.2.5 Pemasaran

Pemasaran benih kentang G.0 yang diproduksi Central Horti Agro


Makro Potatoes langsung di jual kepada konsumen. Adapun standar harga
jual benih kentang adalah sebagai berikut ini

a. Varietas Granola Intan

No Ukuran Bobot

1. LL 3.000

2. L 2.000

3. M 1.800

4. S 1.500

5. SS 1.200

6. SSS 1.000

b. Varietas Median, dan Granola L


29

No Ukuran Bobot

1. LL 2.000

2. L 1.800

3. M 1.500

4. S 1.200

5. SS 1.000

6. SSS 800

Anda mungkin juga menyukai