Anda di halaman 1dari 55

Modul 2.3.

Coaching Untuk Supervisi


Akademik

Erief Prio Wibowo

KONEKSI ANTAR MATERI


Tugas ini disusun oleh :

ERIEF PRIO WIBOWO

CGP Angkatan 7 Kab. Brebes


Fasilitator CGP

BAPAK PURJANTO

CGP Angkatan 7 Kab. Brebes


Pengajar Praktik CGP

BAPAK KARTONO

CGP Angkatan 7 Kab. Brebes


RUBRIK KONEKSI ANTAR MATERI
Pemikiran
Reflektif
Terkait
Pengalaman
Belajar

RUBRIK
Analisis Untuk
Implementasi
Dalam Konteks
CGP

Membuat
Keterhubungan
Antar Modul
BAGIAN 01
PENGALAMAN MATERI YANG
DIDAPATKAN
INDIKATOR

01 02 03 04 05

Emosi-emosi yang Apa yang sudah Apa yang perlu Keterkaitan


Pengalaman /
dirasakan terkait baik berkaitan diperbaiki terkait terhadap
materi
pengalaman dengan dengan kompetensi dan
pembelajaran yang
belajar keterlibatan keterlibatan kematangan diri
baru saja
dirinya dalam dirinya dalam pribadi
diperoleh
proses belajar proses belajar
PENGERTIAN COACHING
KONSEP
COACHING

Coaching adalah sebuah proses kolaborasi yang


berfokus pada solusi, berorientasi pada hasil dan
sistematis, dimana coach memfasilitasi peningkatan
atas performa kerja, pengalaman hidup,
pembelajaran diri, dan pertumbuhan pribadi dari
coachee (Grant, 1999).
PENGERTIAN COACHING
KONSEP
COACHING

Coaching dapat membantu memaksimalkan


peningkatan kinerja dan potensi seseorang, karena
hal tersebutlah maka coaching dapat
memaksimalkan kegiatan supervisi akademik di
lingkungan sekolah.
KONSEP
COACHING

International Coaching Federation (ICF) juga


memiliki definisi tersendiri bahwa:
“Coaching dijabarkan sebagai bentuk kemitraan
bersama klien (Coachee) dalam proses
menstimulasi pemikiran dan proses kreatif untuk
memaksimalkan potensi pribadi dan
professionalitas mereka.”
TIGA UNSUR UTAMA
KONSEP
COACHING COACHING
Pembekalan
1 Kemampuan

Tiga Unsur
Optimalisasi
COACHING Utama 2 Potensi Diri
Coaching
Peningkatan
3 Kinerja
COACHING DALAM
KONSEP
COACHING KONTEKS PENDIDIKAN

Tujuan pendidikan itu ‘menuntun’ tumbuhnya


atau hidupnya kekuatan kodrat anak sehingga
dapat memperbaiki lakunya. Keterampilan coaching
perlu dimiliki para pendidik untuk menuntun segala
kekuatan kodrat (potensi) agar mencapai
keselamatan dan kebahagiaan sebagai manusia
maupun anggota masyarakat.
KONSEP
COACHING SEBAGAI
COACHING KOMUNIKASI
PENDIDIKAN

▪ Proses coaching sebagai komunikasi pembelajaran


antara guru dan murid, murid diberikan ruang
kebebasan untuk menemukan kekuatan dirinya dan
peran pendidik sebagai ‘pamong’ dalam memberi
tuntunan dan memberdayakan potensi yang ada agar
murid tidak kehilangan arah dan menemukan kekuatan
dirinya tanpa membahayakan dirinya.
KONSEP
PARADIGMA BERFIKIR
COACHING COACHING

▪ Paradigma Berfikir Coaching merupakan


Tindakan untuk dapat membantu rekan sejawat
untuk mengembangkan kompetensi diri mereka
dan menjadi otonom, pentingnya perlu memiliki
paradigma berpikir coaching terlebih dahulu.
KONSEP
PARADIGMA BERFIKIR
COACHING COACHING

▪ Paradigma Berfikir Coaching merupakan


Tindakan untuk dapat membantu rekan sejawat
untuk mengembangkan kompetensi diri mereka
dan menjadi otonom, pentingnya perlu memiliki
paradigma berpikir coaching terlebih dahulu.
PARADIGMA BERFIKIR COACHING

Fokus pada coachee


Memiliki kesadaran
/ rekan yang akan
diri yang kuat
dikembangkan

Mampu melihat
Bersikap terbuka dan
peluang baru dan
ingin tahu
masa depan
PRINSIP COACHING

❑ KEMITRAAN
Kemitraan adalah posisi coach
terhadap coachee-nya adalah mitra.
Itu berarti setara dalam coaching,
tidak ada yang lebih tinggi maupun
KEMI PROSES MEMAKSIM
lebih rendah. TRAAN KREATIF ALKAN
Coachee adalah sumber belajar bagi POTENSI
dirinya sendiri. Coach merupakan
rekan berpikir bagi coachee-nya 01 02 03
dalam membantu coachee belajar
dari dirinya sendiri.
PRINSIP COACHING

❑ PROSES KREATIF
Proses kreatif adalah dilakukan
melalui percakapan, yang dua arah,
memicu proses berpikir coachee,
memetakan dan menggali situasi
KEMI PROSES MEMAKSIM
coachee untuk menghasilkan ide-ide TRAAN KREATIF ALKAN
baru. POTENSI

01 02 03
PRINSIP COACHING

❑ MEMAKSIMALKAN POTENSI
Memaksimalkan Potensi adalah
memaksimalkan potensi dan
memberdayakan rekan sejawat,
percakapan perlu diakhiri dengan
KEMI PROSES MEMAKSIM
suatu rencana tindak lanjut yang TRAAN KREATIF ALKAN
diputuskan oleh rekan yang POTENSI
dikembangkan.
01 02 03
KOMPETENSI INTI COACHING

01 02 Mendengarkan 03 (Presence)
Mengajukan Kehadiran penuh
Pertanyaan Berbobot dengan aktif

Mendengarkan dengan Kehadiran penuh (presence)


Mengajukan pertanyaan aktif adalah kemampuan adalah kemampuan untuk bisa
berbobot adalah hadir utuh pada coachee, atau
untuk fokus pada apa di dalam coaching disebut
mengajukan pertanyaan yang dikatakan oleh sebagai coaching presense
dengan tujuan tertentu lawan bicara dan sehingga badan, pikiran, hati,
atau pertanyaan memahami keseluruhan selaras saat sedang
berbobot. makna yang tidak terucap. melakukan percakapan
coaching.
COACHING ALUR TIRTA

Tirta berarti air. Air mengalir


dari hulu ke hilir. Jika kita
ibaratkan murid kita adalah
air, maka biarlah ia merdeka,
mengalir lepas hingga ke
hilir potensinya. Sebagai
seorang coach salah satu
peran terpentingnya adalah
membantu coachee.
1. TUJUAN AWAL
Tujuan awal dimana kedua pihak coach dan coachee menyepakati
tujuan pembicaraan yang akan berlangsung. Idealnya tujuan ini
datang dari coachee.

2. IDENTIFIKASI
Identifikasi dimana coach melakukan penggalian dan pemetaan
situasi yang sedang dibicarakan, dan menghubungkan dengan
fakta-fakta yang ada pada saat sesi.
3. RENCANA AKSI
Rencana Aksi dimana pengembangan ide atau alternatif solusi
untuk rencana yang akan dibuat.

4. TANGGUNG JAWAB
Tanggungjawab dimana membuat komitmen atas hasil yang dicapai
dan untuk langkah selanjutnya.
SUPERVISI AKADEMIK
SUPERVISI
AKADEMIK

Supervisi Akademik merupakan kegiatan


pembinaan dengan memberi bantuan teknis
kepada guru dalam melaksanakan proses
pembelajaran, yang bertujuan untuk meningkatkan
kemampuan profesional guru dan meningkatkan
kualitas pembelajaran.
Dua paradigma utama dalam menjalankan proses supervisi
akademik yang memberdayakan :

1 2
Pengembangan Optimalisasi
kompetensi yang potensi setiap
berkelanjutan individu
1 Kemitraan

2 Proses kolaboratif antara supervisor dan guru

3 Konstrukti bertujuan mengembangkan kompetensi individu

4 Terencana

5 Reflektif

6 Obyektif
PRINSIP
7 Informasi diambil berdasarkan sasaran yang sudah disepakati SUPERVISI
AKADEMIS
8 Berkesinambungan

9 Komprehensif

1 Mencakup tujuan dari proses supervisi akademik


0
SUPERVISI
AKADEMIK

Perenca Pelaksa Tindak


naan naan Lanjut

01 02 03
TIGA TAHAP
SUPERVISI
AKADEMIK
SUPERVISI AKADEMIK
SUPERVISI
AKADEMIK

1. Tahap perencanaan, supervisor merumuskan tujuan, melihat pada kebutuhan


pengembangan guru, memilih pendekatan, teknik, dan model, menetapkan jadwal, dan
mempersiapkan ragam instrumen.
2. Dalam tahapan pelaksanaan supervisi akademik adalah observasi pembelajaran di kelas
atau yang biasanya kita sebut sebagai supervisi klinis.
3. Tahap tindak lanjut, berupa kegiatan langsung atau tidak langsung seperti percakapan
coaching, kegiatan kelompok kerja guru di sekolah, fasilitasi dan diskusi, serta kegiatan
lainnya dimana para guru belajar dan memiliki ruang pengembangan diri lewat berbagai
kegiatan.
PEMIKIRAN EMOSI YANG DIRASAKAN TERKAIT
REFLTIF PENGALAMAN BELAJAR

Emosi-emosi yang hadir sebelum pembelajaran modul 2.3 adalah cemas karena dari nama
"coaching" tersebut saya masih mengartikan kalau coaching itu adalah sesuatu yang
sangat rumit. Setelah saya mempelajari modul 2.3, saya mulai tertarik dalam mempelajari
dan mengimplementasikan teknik coaching ini.
Saya sangat gembira saat berkolaborasi dengan rekan-rekan saya dalam melaksanakan
praktik coaching baik di ruang kolaborasi maupun demonstrasi kontekstual. Lalu
selanjutnya saya merasa optimis mengimplementasikan semua yang saya pelajari di
modul 2.3.3. Keterlibatan dalam proses belajar
PEMIKIRAN EMOSI YANG DIRASAKAN TERKAIT
REFLTIF PENGALAMAN BELAJAR

Selanjutnya dari hasil praktik-praktik coaching tersebut perasaan saya


selanjutnya adalah termotivasi untuk lebih giat belajar mendapatkan
pemahaman yang lebih baik tentang coaching untuk supervisi akademik dan
semakin banyak melakukan praktik coaching maka akan semakin terasah
kemampuan kita sebagai coach untuk hadir penuh (presence), mendengarkan
aktif, dan mengajukan pertanyaan berbobot.
KETERLIBATAN DALAM PROSES
PEMIKIRAN
REFLTIF BELAJAR

Dalam proses belajar mengajar, yang sudah baik dirasakan dalam


melibatkan diri adalah sudah mampu berkolaborasi dengan rekan
sesama CGP saat mempraktikkan proses coaching baik sebagai coach,
coachee dan observer. Saya juga melibatkan diri dari setiap diskusi
yang dilakukan terkait modul 2.3 ini.
YANG PERLU DIPERBAIKI TERKAIT
PEMIKIRAN
REFLTIF KETERLIBATAN PEMBELAJARAN

Dalam keterlibatan dalam proses pembelajaran, yang masih saya harus


perbaiki adalah kemampuan dalam mengajukan pertanyaan yang berbobot.
Pertanyaan berbobot ini akan mampu menggali permasalahan coachee dan
tentunya akan membantu coachee dalam membuka pemikiran atau solusi yang
tepat dalam memecahkan masalah yang dihadapinya.
KETERKAITAN TERHADAP
PEMIKIRAN
REFLTIF KOMPETENSI DAN KEMATANGAN DIRI
PRIBADI

Keterkaitan terhadap kompetensi dan kematangan pribadi setelah mempelajari


modul 2.3, tentunya saya dapat memanajemen diri dari segala asumsi-asumsi
yang biasanya timbul di benak saya saat ada rekan atau murid ketika
mengeluhkan permasalahan. Saya juga sudah mulai berlatih coaching metode
TIRTA yang beriringan dengan mendengarkan dengan RASA.
BAGIAN 02
ANALISIS UNTUK IMPLEMENTASI
DALAM KONTEKS CGP
INDIKATOR

01 02 03 04

Memunculkan Mengolah materi Menganalisis Memunculkan


pertanyaan kritis yang dipelajari tantangan yang alternatif solusi
yang berhubungan dengan pemikiran sesuai dengan terhadap
dengan konsep pribadi sehingga konteks asal CGP tantangan yang
materi dan tergali wawasan (baik tingkat diidentifikasi
menggalinya lebih (insight) baru sekolah maupun
jauh daerah)
MEMUNCULKAN PERTANYAAN KRITIS
PEMIKIRAN
REFLEKTIF YANG BERHUBUNGAN DENGAN
KONSEP MATERI

Bagaimana prinsip coaching ini diterapkan dalam supervisi akademik di


sekolah?

Kepala sekolah selaku pemangku kebijakan yang seharusnya menguasai teknik coaching
dalam melakukan supervisi akademik. Supervisi seharusnya tidak hanya menilai
penampilan guru saja, namun juga menggali potensi profesionalitas dari seorang guru.
Tujuan supervisi harus jelas dengan melakukan percakapan sebelum observasi (pra
observasi). Selama observasi, supervisor harus menilai sesuai data sehingga menimbulkan
refleksi yang bermakna setelah observasi (pasca observasi).
MENGOLAH MATERI YANG DIPELAJARI
PEMIKIRAN
REFLEKTIF DENGAN PEMIKIRAN PRIBADI
SEHINGGA TERGALI WAWASAN
(INSIGHT) BARU
Coaching merupakan salah satu bentuk kepemimpinan pembelajaran yang
berpihak kepada murid. Dalam mewujudkan pembelajaran yang berpihak pada
murid, guru harus menguasai berbagai kompetensi sosial dan emosional,
bukan hanya aspek kognitif saja. Dengan menguasai kompetensi tersebut,
maka supervise akademik yang dilakukan oleh supervisor dengan teknik
coaching akan meningkatkan kinerja guru dalam dan performa guru dalam
melakukan pembelajaran yang berpihak pada murid.
MENGANALISIS TANTANGAN YANG
PEMIKIRAN
REFLEKTIF SESUAI DENGAN KONTEKS CGP ( BAIK
TINGKAT SEKOLAH MAUPUN DAERAH )

Tantangan terberat adalah menyeragamkan pemahaman tentang coaching


dalam supervise akademik baik di lingkungan sekolah maupun daerah. Selama
ini supervisi dianggap sebagai hal menakutkan karena guru atau orang yang
disupervisi akan merasa takut dinilai seolah-olah supervisor adalah orang yang
mencari kesalahan atau guru sendiri takut untuk salah. Hakikat supervisi
seharusnya meningkatkan kinerja dan performa guru.
MEMUNCULKAN ALTERNATIF SOLUSI
PEMIKIRAN
REFLEKTIF TERHADAP TANTANGAN YANG DI
IDENTIFIKASI

Solusi yang ditawarkan adalah:

1) Melakukan sosialisasi mengenai hakikat supervisi akademik yang


meningkatkan performa guru
2) Memberikan contoh praktik coaching baik kepada murid maupun rekan
sejawat
BAGIAN 03
MEMBUAT KETERHUBUNGAN
PEMIKIRAN PENGALAMAN MASA LALU
REFLEKTIF

Saya pernah disupervisi oleh pengawas sekolah dalam


Penilaian Kinerja Kepala Sekolah. Saat itu saya ditunjuk
dalam standar penilaian. Saya merasa takut karena saya
merasa akan dinilai seperti ujian. Kegiatan supervisi ini
dilakukan langsung observasi tanpa ada pembicaraan pra
observasi. Namun setelah saya pahami, saya diberikan tips
tips dalam melakukan penilaian dan supervisor memantau
dan memberikan umpan balik terhadap apa yang sudah
saya lakukan dan perbaikan apa yang sudah saya upayakan.
PEMIKIRAN PENERAPAN DI MASA
REFLEKTIF
MENDATANG

Supervisi akademik haruslah meningkatkan performa


guru dalam melakukan pembelajaran yang berpihak
pada murid. Supervisi akademik dengan proses
coaching menerapkan 3 prinsip yakni asas kemitraan,
proses kreatif dan peningkatan potensi.
PEMIKIRAN KONSEP ATAU PRAKTIK BAIK YANG
REFLEKTIF DILAKUKAN DARI MODUL LAIN YANG
TELAH DIPELAJARI

Modul 2.1 : Dalam melaksanakan pembelajaran berdiferensiasi yang


berpihak pada murid sesuai dengan filosofi Ki Hajar Dewantara, maka guru
harus menjalankan coaching dalam menentukan gaya belajar murid agar
sesuai dengan kebutuhannya. Murid akan maksimal dalam menggali
potensinya jika belajar sesuai dengan gaya belajarnya sendiri.
PEMIKIRAN KONSEP ATAU PRAKTIK BAIK YANG
REFLEKTIF DILAKUKAN DARI MODUL LAIN YANG
TELAH DIPELAJARI

Modul 2.2 : Dalam menjalankan nilai guru penggerak sebagai pemimpin pembelajaran,
guru harus melakukan budaya positif dengan visi dan prakarsa perubahan yang
berpihak pada murid. Salah satu cara dalam mengembangkan suasana positif dalam
kelas adalah dengan menerapkan pembelajaran 5 KSE. Dalam 5KSE, terdapat teknik
STOP dan mindfulness untuk dapat menciptakan suasana kelas menjadi lebih kondusif.
Saat melakukan coaching pun, coach harus melakukan teknik mindfulness agar
selama proses coaching, coach hadir sepenuhnya dalam semua sesi tersebut.
PEMIKIRAN INFORMASI YANG DI DAPAT DARI
REFLEKTIF ORANG ATAU SUMBER LAIN DILUAR
BAHAN AJAR CGP

Dalam mempelajari coaching dalam supervisi akademik, banyak sumber yang bisa
saya gunakan di luar modul PGP, antara lain:
1) Media Online terutama dari: youtube.com, kompasiana.com, Scribd.com,
guruberbagi.com, Praktik Baik instruktur, Fasilitator, PP terutama saat menjalani
pendampingan individu, Praktik baik rekan guru dalam satu Lembaga, Komunitas
MGMP Akuntansi SMK Kab. Brebes.
2) Media Offline : Buku Kerja Pengawas Sekolah, Buku Supervisi Akademik Program
Pengawas Sekolah Pembelajar Tahun 2016, Buku Coaching
BAGIAN 03
KONEKSI ANTAR MATERI MODUL
2.3 TERHADAP MODUL CGP
LAINNYA
Koneksi Antar Materi

Refleksi Modul CGP


Pendidikan Berikutnya
Nasional

Nilai-Nilai dan Coaching Untuk


Peran Guru
01 08 Supervisi
Penggerak 02 07 Akademik

Visi Guru
03 06 Pembelajaran
Sosial dan
Penggerak 04 05
Emosional

Budaya Memebuhi
Kebutuhan
Positif
Bekajar Murid
PEMIKIRAN KETERKAITAN MODUL 2.3 COACHING
REFLEKTIF TERHADAP PEMIKIRAN KI HAJAR
DEWANTARA

Coaching merupakan proses kolaborasi yang fokus pada solusi,


berorientasi pada hasil dan sistematis, dimana coach memfasilitasi
peningkatan atas performa kerja, pengalaman hidup,
pembelajaran diri dan pertumbuhan pribadi dari sang coachee.
Coaching merupakan salah satu metode yang efektif untuk
diterapkan dalam bidang pendidikan yang prosesnya berpusat
pada siswa.
PEMIKIRAN KETERKAITAN MODUL 2.3 COACHING
REFLEKTIF TERHADAP PEMIKIRAN KI HAJAR
DEWANTARA

Dengan metode ini, pendidik dapat mendorong peserta didik untuk


menerapkan kemampuan komunikasi, kolaborasi, berpikir kreatif,
Dalam coaching ada proses menuntun yang dilakukan guru sebagai
coach kepada murid sebagai coachee untuk menenemukan
kekuatan kodrat dan potensinya untuk bisa hidup sesuai tuntutan
alam dan zaman.
PEMIKIRAN KETERKAITAN MODUL 2.3 COACHING
REFLEKTIF TERHADAP PEMIKIRAN KI HAJAR
DEWANTARA

Hal ini sejalan dengan pemikiran sang Maestro


Pendidikan Indonesia Ki Hajar Dewantara (KHD) dimana
menurutnya pendidikan itu adalah ada proses menuntun
yang dilakukan guru untuk mengubah prilaku murid
sehingga dapat hidup sesuai kodratnya baik sebagai
individu maupun bagian dari masyarakat.
PEMIKIRAN KETERKAITAN MODUL 2.3 COACHING
REFLEKTIF TERHADAP PERAN GURU PENGGERAK
Peran Guru sebagai coaching hendaknya tidak mengajarkan atau
menginstruksikan sesuatu, tidak juga memberikan saran atau solusi secara
langsung. Guru membantu peserta untuk belajar dan bertumbuh. Bagaimana
caranya? Yaitu dengan mengajukan pertanyaan. Tentu saja bukan
sembarang pertanyaan. Namun pertanyaan-pertanyaan yang dapat memicu
kesadaran diri dan memprovokasi tindakan kreatif, menciptakan suasana
nyaman dan rasa percaya untuk memberikan kebebasan dan kemerdekaan
dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan reflektif untuk menjadi murid
kuat secara kodrati, dengan demikian diharapkan guru dapat menuntun
peserta didik untuk menemukan solusi di setiap permasalahan dan meraih
prestasi terbaik dengan kekuatan yang dimilikinya.
KETERKAITAN MODUL 2.3 COACHING TERHADAP
PEMIKIRAN MODUL 2.1. PEMBELAJARAN BERDIFERENSI DAN
REFLEKTIF MODUL 2.2. PEMBELAJARAN SOSIAL DAN EMOSIONAL

Sistem Among yang dianut Ki Hajar Dewantara menjadikan guru dalam


perannya bukan satu-satunya sumber pengetahuan melainkan sebagai mitra
peserta didik untuk melejitkan kodrat dan irodat yang mereka miliki, apa
yang dilakukan?, salah satunya adalah mengintegrasikan pembelajaran
berdifrensiasi kedalam pembelajaran, dimana pembelajaran harus
disesuaikan dengan minat, profil dan kesiapan belajar, sehingga
pembelajaran dapat mengakomodir kebutuhan individu peserta didik, dalam
hal ini “KHD mengibaratkan bahwa guru adalah petani, dan peserta didik
adalah tanaman dan setiap individu peserta didik adalah tanaman yang
berbeda, jika tanaman padi membutuhkan banyak air, tentu akan berbeda
perlakuan terhadap tanaman jagung yang justeru membutuhkan tempat
yang kering untuk tumbuh dengan baik”.
KETERKAITAN MODUL 2.3 COACHING TERHADAP
PEMIKIRAN MODUL 2.1. PEMBELAJARAN BERDIFERENSI DAN
REFLEKTIF MODUL 2.2. PEMBELAJARAN SOSIAL DAN EMOSIONAL

Keterkaitan materi modul 2.1 tentang Pembelajaran Berdiferensiasi dan


modul 2.2 tentang Pembelajaran Sosial Emosional (PSE), jika dihubungkan
dengan materi coaching maka pembelajaran berdiferensiasi dimana guru
harus berusaha semaksimal mungkin untuk memenuhi kebutuhan belajar
siswa yang terdiri dari kesiapan belajar, minat belajar, dan profil belajar
siswa.
Langkah untuk memetakan kebutuhan individu siswa tersebut, guru bisa
berperan sebagai coach untuk melakukan proses coaching dengan siswa
sebagai coachee. Hal tersebut mampu mengoptimalkan potensi yang ada
dalam diri siswa sehingga akan menemukan cara terbaik dalam memenuhi
kebutuhan individu siswa.
KETERKAITAN MODUL 2.3 COACHING TERHADAP
PEMIKIRAN MODUL 2.1. PEMBELAJARAN BERDIFERENSI DAN
REFLEKTIF MODUL 2.2. PEMBELAJARAN SOSIAL DAN EMOSIONAL

Pembelajaran Sosial Emosional (PSE) yang harus dilakukan secara


kolaboratif oleh seluruh komunitas sekolah untuk menumbukan kompetensi
tentang kesadaran diri, manajemen diri, kesadaran sosial, keterampilan
berelasi, dan pengambilan keputusan yang bertanggung jawab pada diri
siswa. Proses coaching sejalan dengan PSE karena kompetensi sosial
emosional tersebut dapat diterapkan oleh guru dalam proses coaching
kepada siswa.
Keterkaitan keterampilan coaching dengan pengembangan kompetensi
sebagai pemimpin pembelajaran. Terdapat 4 macam paradigma berpikir
coaching, yaitu: (1) fokus pada coachee (rekan yang akan dikembangkan, (2)
bersikap terbuka dan ingin tahu, (3) memiliki kesadaran diri yang kuat, dan
(4) mampu melihat peluang baru dan masa depan.
LOGO

TERIMA KASIH
https://www.freeppt7.com

Anda mungkin juga menyukai