Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH

“TES PENGUKURAN EVALUASI PENJAS”

DISUSUN OLEH :
ATIKA RAHMA ZULFI
ALFAHREZI ADITIYA
FELIX EXFERIEM SITEPU
Florentina Saramat

UNIVERSITAS NEGERI MEDAN


FAKULTAS ILMU KEOLAHRAGAAN
PENDIDIKAN JASMANI KESEHATAN DAN
REKREASI
2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur atas khadirat Allah SWT, yang telah memberikan rahmat dan karunia – Nya yang
dilimpahkan kepada penulis , sehingga dapat menyelesaikan makalah ini.
Materi yang penulis ringkas mengenai “Tes dan Pengukuranevaluasi penjas
Pada kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada :
1.Bapak Iwan Saoutra, SPd.,M.Pd selaku dosen pembimbing mata kuliah ini
2. Serta kepada semua teman yang telah membantu dan mendukung menyelesaikan
Pembuatan makalah
Jika dalam penulisan makalah terdapat berbagai kesalahan dan kekurangan dalam penulisan,
maka kepada para pembaca , penulis memohon maaf sebesar – besarnya atas koreksi –
koreksi yang telah dilakukan. Hal tersebut semata – mata agar menjadi suatu evaluasi dalam
pembuatan makalah lainnya.

Medan, 16 september 2023


BAB I
PRINSIP – PRINSIP TES PENGUKRAN DAN EVALUASI
ADMINISTRASI PENGIKURAN EVALUASI

A. Prinsip – prinsip tes pengukuran dan evaluasi

Prinsip Tes Pengukuran.


Untuk melakukan penilaian terhadap suatu program latihan harus memperhitungkan
prinsip pengetesan dan pengukuran. Ada beberapa prinsip tes dan pengukuran sbb :
a. Sebagai alat untuk mencapai tujuan.
b. Pengukuran berhubungan dengan tujuan. Beberapa tujuan dalam pelatihan olahraga
adalah sebagai berikut : (1) mengembangkan efisiensi fungsi organic, (2)
mengembangkan keterampilan motorik, (3) mengembangkan sosial dan penyesuaian
emosi dan, (4) mengembangkan pengetahuan dan pengertian.
c. Menentukan kebutuhan. Pengukuran harus membantu dalam menentukan kebutuhan
atlit secara individu maupun kelompok. Pengukuran akan membantu pelatih dan penyusun
program untuk menentukan kebutuhan atlit secara individu maupun kelompok.
d. Menentukan kebutuhan peralatan, bahan dan metode. Pengukuran harus membantu
proses penilaian dan dapat memberikan dukungan dalam mengembangkan metode
pelatihan dan menentukan kelayakan mengenai peralatan dan bahan latihan olahraga.
e. Pengukuran lebih luas dari tes. Program pelatihan olahraga yang menggunakan
hanya satu macam tes merupakan program terbatas. Tes hanya merupakan satu bentuk
pengukuran, bahkan para pelatih olahraga akan mempertimbangkan mengenai jenis
pengkuran yang digunakan dalam proses evaluasi.
f. Pengukuran obyektif dan subyektif. Penilaian dalam bidang olahraga ada yang
bersifat obyektif dan ada yang subyektif. Dalam penilaian obyektif tentunya berdasarkan
hasil pengukuran yang obyektif. Pada penilaian yang bersifat subyektif ini dilakukan
terhadap kualitatif performance (kualitas penampilan). Kenyataannya seorang pelatih
tidak bisa mengelak penilaian yang bersifat subyektif, misalnya manakala menilai
keterampilan senam, loncat indah, meskipun dalam penilaian tersebut sudah ada
ketentuan dan kriteria yang sudah ditetapkan, masih saja tidak obyektif.

Fungsi Tes Pengukuran.


Tes dan pengukuran merupakan bagian integral proses evaluasi. Pengukuran
merupakan salah satu teknik evaluasi yang berfungsi sebagai pengumpul data.
Kegiatan pengumpulan data merupakan proses pengukuran.
Berikut ini beberapa fungsi tes pengukuran, yakni :
a. Mengadakan klasifikasi atlit. Perihal ini bertujuan untuk menentukan pembagian
kelompok dalam berlatih. Pengelompokkan atlit dalam beberapa kelompok
homogeny, merupakan upaya pemberian kesempatan latihan yang baik dan akan
memberikan terhadap kemajuan prestasi mereka dalam latihan. Penentuan kelompok
dimaksud berdasarkan kemampuan motorik dan keterampilannnya. Bagi atlit yang
memiliki tingkat kemampuan dan keterampilannya yang lebih baik, akan lebih cepat
menguasai gerakan-gerakan. Tetapi bagi mereka yang tingkat kemampuannnya
rendah, selanjutnya dikelompokkan dalam kemampuan motorik yang tinggi, akan
berdampak negative terhadap psikologisnya atau muncul rasa rendah diri.
b. Menentukan status atlit. Berdasarkan hasil pengukuran yang diperoleh dapat
digunakan untuk menentukan status atlit.
c. Mengadakan diagnose dan bimbingan.
d. Pemberian motivasi.
e. Perbaikan pelatihan.
f. Menilai pelatihan dan materi pelatihannya.
g. Sebagai alat survey.
h. Sebagai alat bantu penelitian.

Kriteria Memilih Tes Pengukuran.


Dalam menentukan kriteria tes dan pengukuran dapat dilakukan dengan
mempertimbangkan berdasarkan kriteria teknis, dan criteria pelangkap. Kriteria teknis
seperti : (1) kesahihan (validitas), (2) keterandalan (reliabilitas) dan (3) obyektif
(obyektivitas). Sedangkan criteria pelengkap seperti mempertimbangkan faktor norma
ekonomis, mudah dilaksanakan .
Kesahihan (validitas).
Kesahihan (validitas): Yang dimaksud tes yang valid adalah tes mengukur apa yang
seharusnya diukur. Suatu pengukuran dapat dikatakan valid, apabila tes tersebut benar-benar
tepat untuk mengukur apa yang seharusnya diukur. Ada 2 (dua) ketentuan dalam menetapkan
derajat kesahihan, yakni (1) validitas logis dan (2) validitas empiris.
Validitas logis menurut Arikunto (1995:64) terbagi lagi menjadi dua macam validitas
logis, yakni : (a) validitas isi (content validity), (b) validitas konstruksi (construck validity).
Demikian pula dengan validitas empiris terbagi menjadi dua, yakni (a) validitas setara
(concurrent validity) dan (b) validitas perkiraan (predictive validity).
Validitas isi adalah menggambarkan derajat kesahihan suatu alat ukur atau tes yang
berkualitas dengan isi atau materi yang diberikan. Suatu tes dikatakan memiliki validitas isi
yang baik, apabila tes itu mengukur tujuan tertentu sesuain dengan materi latihan yang telah
diberikan. Jadi tes itu benar-benar mencakup materi atau bahan yang telah diberikan atau
sesuai dengan ruang lingkup materi yang telah dilatihkan.
Validitas konstruk adalah apabila butir-butir tes itu mengukur beberapa aspek yang
terdapat dalam konsep materi latihan yang telah diberikan. Misalnya kebugaran jasmani
terdiri dari beberapa komponen, seperti daya tahan, kekuatan, kecepatan, kelincahan, power
dan kelenturan. Maka selayaknya butir-butir tes yang disusun itu juga mengacu kepada
beberapa komponen kebugaran jasmani tadi. Karena kesatuan butir-butir tes tersebut
menggambarkan derajat kebugaran jasmani seseorang.
Validitas setara dikenal sebagai validitas empiris. Sebuah tes dikatakan memiliki
valditas empiris apabila hasil tes itu sesuai dengan pengalaman. Hasil tes itu dibandingan
dengan tes standar, maka dikatakan tes itu adalah valid, karena sesuai dengan standar atau
sesuai dengan kriteria yang ditetapkan.
Validitas perkiraan (prediksi) atau validitas ramalan. Tes itu dikatakan memiliki
validitas prediksi apabila mempunyai kemampuan untuk meramal apa yang akan terjadi pada
masa yang akan dating. Contoh tes tes masuk perguruan tinggi (UMPTN ) sebagaimana jenis
tes keterampilan yang digunakan di JPOK FKIP Unlam Banjarbaru. Selayaknya tes tersebut
mampu memperkirakan atau dapat meramalkan keberhasilan peserta tes dalam mengikuti
perkuliahan diwaktu yang akan dating. Para calon yang diterima berdasarkan tes itu
diharapkan mencerminkan kemampuan hasil belajarnya. Sebaliknya apabila mahasiswa
tersebut pada semester pertama memperoleh nilainya rendah (jelek) dibandingkan dengan
mahasiswa yang pada saat tes UMPTN rendah, maka tes keterampilan yang seperti
digunakan JPOK tersebut dikatakan tidak memiliki validitas prediksi yang baik.

EVALUASI

Penegendalian, penjaminan, dan penetapan mutu pendidikan yang berkualitas


merupakan bentuk tanggung jawab dari penyelenggaraan proses pendidikan. Dengan
kata lain, penyelenggaraan proses pendidikan harus memberikan informasi kepada publik
tentang pelaksanaan dan hasil yang telah dicapai, sehingga proses pendidikan dapat
terpantau dan memberikan gambaran yang tepat kepada pihak-pihak terkait untuk
melakukan pengembangan atau perbaikan. Tentunya informasi ini bisa diperoleh melalui
proses evaluasi.
Evaluasi merupakan bagian yang tidak bisa dipisahkan dari proses pendidikan, sistem
evaluasi yang baik akan menjadikan pendidikan menjadi lebih baik. Oleh karena itu
evaluasi harus dilakukan secara berkala, menyeluruh, transparan, dan sistemik guna
mencapai peningkatan kualitas pendidikan.
Evaluasi memiliki porsi besar pada aspek belajar mengajar yang disebut juga dengan
aspek akademik, terkait dengan aspek ini, pelaksanaan evaluasi difokuskan pada kinerja
proses dan hasil belajar yang dijadikan indikator keberhasilan proses belajar mengajar.[1]
Sehingga untuk melakukan evaluasi terhadap proses dan hasil belajar tersebut, penilaian,
pengukuran, dan tes akan sangat diperlukan untuk mengumpulkan data sebagai bahan
evaluasi.
Konsep Dasar Evaluasi
1. Pengertian Tes, Pengukuran, Penilaian, dan Evaluasi
a. Pengertian Tes
Secara harfiah, kata “tes” berasal dari bahasa Perancis kuno; testum dengan arti;
”piring untuk menyisihkan logam-logam mulia, dalam bahasa Inggris ditulis dengan test
yang dalam bahasa Indonesia diterjemahkan dengan “tes”, “ujian”, atau “percobaan”.
Testing berarti saat dilaksanakannya atau peristiwa berlangsungnya pengukuran dan
penilaian. Tester adalah orang yang melaksanakan tes atau pembuat tes. Testee adalah
pihak yang dikenai tes (peserta tes).
Dari segi istilah, menurut Anne Anastasi yang dimaksud dengan tes adalah alat
pengukur yang mempunyai standar yang obyektif sehingga dapat digunakan secara
meluas, serta dapat betul-betul digunakan untuk mengukur dan membandingkan keadaan
psikis atau tingkah laku individu.
Dalam dunia evaluasi pendidikan, yang dimaksud dengan tes adalah cara atau
prosedur dalam pengukuran dan penilaian di bidang pendidikan, yang berbentuk
pemberian tugas atau serangkaian tugas, baik berupa pertanyaan-pertanyaan yang harus
dijawab, atau perintah-perintah oleh testee, sehingga dapat dihasilkan nilai yang
melambangkan tingkah laku atau prestasi testee, nilai mana dapat dibandingkan dengan
nilai-nilai yang dicapai oleh testee lainnya, atau dibandingkan dengan nilai standar
tertentu.[2]
b. Pengertian Pengukuran
Pengukuran adalah suatu proses atau kegiatan untuk menentukan kuantitas sesuatu.
Kata “sesuatu” bisa berarti peserta didik, guru, gedung sekolah, meja belajar, papan tulis,
dan sebagainya. Dalam pengukuran guru tentunya harus menggunakan alat ukur (tes atau
nontes). Alat ukur harus standar harus memiliki derajat validitas dan realibilitas yang
tinggi.[3]
Kegiatan pengukuran itu menjadi lebih kompleks lagi apabila digunakan dalam
mengukur aspek psikologis seseorang, seperti kecerdasan, keahlian dan latihan tertentu.
Demikian juga halnya pengukuran dalam bidang pendidikan, kita hanya mengukur
atribut atau karakteristik peserta didik tertentu.[4] Misalnya, seorang guru dapat
mengukur penguasaan peserta didik dalam mata pelajaran tertentu atau kemampuan
dalam melakukan suatu keterampilan tertentu yang telah dilatih.
Wand dan Brown mengatakan bahwa, measurement means the act of process of
exestaining the extent or quantity of something. Pengukuran adalag suatu tindakan proses
untuk menentukan luas atau kuantitas daripada sesuatu.[5]
Dari beberapa pengertian tentang pengukuran diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa
pengukuran itu merupakan suatu tundakan atau proses yang dilakukan untuk
memperoleh informasi atau data secara kuantitatif.
c. Pengertian Penilaian
Penialaian adalah suatu proses atau kegiatan yang sistematis dan berkesinambungan
untuk mengumpulkan informasi tentang proses hasil belajar peserta didik dalam rangka
membuat keputusan-keputusan berdasarkan kriteria dan pertimbangan tertentu.
Keputusan yang dimaksud adalah keputusan tentang peserta didik, seperti nilai yang
akan diberikan atau juga keputusan tentang kenaikan kelas dan kelulusan.[6]
Sementara itu, Anthony J. Nitko menjelaskan “assesment is a broad term defined as a
process for obtaining information that is used for making decision about students,
curricula and programs, and educational policy”. Penilaian adalah tindakan mengambil
keputusan terhadap sesuatu dengan ukuran-ukuran yang bersifat kualitatif (baik buruk,
panjang pendek, dan sebagainya).[
Menurut Suharsimi Arikunto; menilai adalah mengambil keputusan terhadap sesuatu
dengan baik, penilaian yang bersifat kuantitatif. Menurut Mahrens; penilaian adalah
suatu pertimbangan profesional atau proses yang memungkinkan seseorang untuk
membuat suatu pertimbangan mengenai nilai sesuatu.[8]
Ditinjau dari berbagai segi dalam sistem pendidikan, ada beberapa tujuan atau fungsi
penilaian yaitu sebagai berikut:[9]
1. Penilaian berfungsi selektif
a) Untuk memilih siswa yang dapat diterima di sekolah tertentu.
b) Untuk memilih siswa yang dapat naik ke kelas atau tingkat berikutnya.
c) Untuk memilih siswa yang seharusnya mendapat beasiswa.
d) Untuk memilih siswa yang sudah berhak meninggalkan sekolah, dan sebagainya.
2. Penilaian berfungsi diagnostic
Dengan melihat hasilnya, guru akan mengetahui kelemahan siswa. Jadi dengan
mengadakan penilaian, sebenarnya guru melakukan diagnosis kepada siswa tentang
kebaikan dan kelemahannya.
3. Penilaian berfungsi sebagai penempatan
Penempatan disini lebih bersifat pada pengajaran secara berkelompok. Jadi untuk dapat
menentukan dengan pasti di kelompok mana seorang siswa harus ditempatkan,
digunakan suatu penilaian.
4. Penilaian berfungsi sebagai pengukur keberhasilan

Fungsi ini dimaksudkan untuk mengetahui sejauh mana suatu program berhasil
diterapkan. Keberhasilan suatu program ditentukan oleh beberapa faktor yaitu faktor
guru, metode mengajar, kurikulum, sarana, dan system administrasi.
d. Pengertian Evaluasi
Evaluasi merupakan istilah serapan yang berasal dari istilah dalam bahasa Inggris
yaitu “evaluation”. Evaluation sendiri berasal dari akar kata “value” yang berarti nilai.
Selanjutnya dari kata nilai terbentuklah kata “penilaian” yang dalam perbincangan sering
digunakan sebagai padanan dari istilah evaluasi, padahal secara kosepsional, penilaian
bukan merupakan alih bahasa dari istilah evaluasi.[10]
Evaluasi adalah suatu proses yang sistematis dan berkelanjutan untuk menentukan
kualitas (nilai dan arti) dari sesuatu, berdasarkan pertimbangan dan kriteria tertentu
dalam rangka pembuatan keputusan. Berdasarkan pengertian ini ada yang harus
dijelaskan lebih lanjut, yaitu:

1) Evaluasi adalah suatu proses bukan suatu hasil (produk).

2) Tujuan evaluasi adalah untuk menentukan kualitas sesuatu, terutama yang


berkenaan dengan nilai dan arti.
3) Dalam proses evaluasi harus ada pemberian pertimbangan (judgement).
4) Pemberian pertimbangan harus berdasarkan kepada kriteria tertentu.[

Perbedaan Tes, Pengukuran, Penilaian, dan Evaluasi


Dari berbagai pembahasan sebelumnya telah kita kenal istilah tes, pengukuran
(measurement), penilaian (assessment) dan evaluasi (evaluation). Antara ketiga istilah di
atas (pengukuran, penilaian dan evaluasi) sering digunakan untuk hal yang sama padahal
dilihat dari maknanya mempunyai arti yang berbeda. Sedangkan untuk Tes/non tes sudah
jelas perbedaannya dengan ketiga istilah diatas karena tes/non tes ini merupakan teknik
yang digunakan dalam evaluasi.[12]
Terkait ruang lingkup, maka evaluasi lebih luas ruang lingkupnya dengan penilaian,
sedangkan penilaian atau pengukuran lebih terfokus pada aspek tertentu dan merupakan
bagian dari ruang lingkup evaluasi.[13]
Tentang penilaian dengan pengukuran juga ada perbedaan yang sangat prinsip, penilaian
bersifat kualitatif, sedangkan pengukuran bersifat kuantitatif (skor). Perbedaan dua
istilah, yakni pengukuran dan penilaian juga adalah kalau pengukuran memberi jawaban
terhadap pertanyaan “how much” sedangkan penilaian akan memberikan jawaban
terhadap pertanyaan “what value”.[14]

Pengukuran adalah proses membandingkan sesuatu (bisa berupa fisik seperti tinggi,
berat; atau non fisik seperti kecerdasan, kemampuan akademik, dll) dengan suatau
ukuran yang bersifat kuantitatif, kemudian kalau penilaian adalah suatu proses
pemaknaan terhadap sesuatu dengan menggunakan tolak ukur tertentu yang bersifat
kualitatif, seperti baik buruk, panjang pendek, dsb. Sedangkan evaluasi adalah proses
pengambilan keputusan yang didasarkan atas hasil penilaian tersebut.[15]
3. Prosedur Evaluasi Pembelajaran
Keberhasilan suatu evaluasi akan dipengaruhi oleh keberhasilan evaluator dalam
melaksananakan prosedur evaluasi. Prosedur yang dimaksud adalah langkah-langkah
pokok yang harus ditempuh dalam kegiatan evaluasi. Dalam literature evaluasi banyak
dijumpai prosedur evaluasi sesuai dengan pandangannya masing-masing. Adapun
prosedur evaluasi pembelajaran terdiri atas:
a. Perencanaan evaluasi, yang meliputi analisis kebutuhan, merumuskan tujuan
evaluasi, menyusun kisi-kisi, mengembangkan draf instrument, ujicoba dan analisis,
merevisi dan menyusun instrument final.
b. Pelaksanaan evaluasi dan monitoring.
c. Pengolahan data dan analisis.
d. Pelaporan hasil evaluasi.
e. Pemanfaatan hasil evaluasi

Prinsip-Prinsip Evaluasi Pembelajaran


Untuk memaksimalkan pelaksanaan prosedur dan hasil evaluasi, beberapa prinsip
umum sebagai pijakan diantaranya:[17]
a. Kontinuitas
Karena pembelajaran merupakan suatu proses yang kontinu, maka evaluasi pun harus
dilakukan secara kontinu. Hasil evaluasi yang diperoleh pada suatu waktu harus
senantiasa dihubungkan dengan hasil-hasil pada waktu sebelumnya. Sehingga dapat
diperoleh gambaran jelas dan berarti tentang perkembangan peserta didik.

b. Komprehensif
Dalam melakukan evaluasi terhadap suatu objek, misalnya pendidik ingin
mengevaluasi peserta didik. Maka tidak hanya mengevaluasi satu aspek saja tetapi
seluruh aspek kepribadian peserta didik itu harus dievaluasi, baik yang menyangkut
kognitif, afektif maupun psikomotor.
c. Adil dan Obyektif
Kata “adil” dan “objektif” memang mudah diucapkan tetapi sulit untuk dilaksanakan,
namun kewajiban manusia adalah ikhtiar (berusaha). Dalam kaitannya dengan proses
pembelajaran maka semua peserta didik harus diperlakukan sama tanpa pandang bulu.
Selain itu, pendidik juga hendaknya bertindak secara obyektif, apa adanya sesuai dengan
kemampuan peserta didik. Evaluasi hasur didasarkan atas kenyataan (data dan fakta)
yang sebenarnya. Bukan hasil manipulasi dan rekayasa.
d. Kooperatif
Dalam kegiatan evaluasi, pendidik hendaknya bekerjasama dengan semua pihak,
seperti orang tua peserta didik, sesama pendidik, kepala sekolah, termasuk dengan
peserta didik itu sendiri. Hal ini dimaksudkan agar semua pihak merasa puas dengan
hasil evaluasi dan merasa dihargai.
e. Praktis
Praktis mengandung arti mudah digunakan, baik oleh pendidik itu sendiri yang
menyusun alat evaluasi maupun orang lain yang akan menggunakan alat tersebut. Untuk
itu harus diperhatikan bahasa dan petunjuk mengerjakan soal.

Ciri-Ciri Evaluasi Pembelajaran


Adapun ciri-ciri evaluasi pembelajaran antara lain:[18]
1) Penilaian dilakukan secara tidak langsung
Jika seorang guru ingin mengetahui mana dari siswanya yang cerdas atau kurang cerdas
maka dalam evaluasi, yang diukur bukanlah kecerdasan atau kekurangan peserta didik,
tetapi indikator atau hal-hal yang menandai bahwa seseorang itu bisa disebut pandai dan
kurang pandai.
Menurut Carl Witherington tanda-tanda anak yang pandai adalah (1) kemampuan untuk
bekerja dengan angka-angka, (2) kemampuan untuk menggunakan bahasa dengan baik
dan benar, (3) kemampuan untuk menangkap sesuatu yang baru, (4) kemampuan untuk
mengingat-ingat sesuatu, (5) kemampuan untuk memahami hubungan antar gejala yang
satu dengan yang lain, (6) kemampuan untuk berfantasi atau berfikir abstrak.[19]
2) Bersifat Relatif
Salah satu ciri evaluasi adalah bersifat relatif karena nilai seorang siswa tidak selalu
konstan dari waktu ke waktu, tetapi bisa saja berubah-ubah.
3) Bersifat Kuantitatif
Dalam evaluasi pembelajaran biasanya dilakukan pengukuran dengan menggunakan
simbol bilangan (angka) sebagai hasil untuk pengukurannya. Hasil pengukuran berupa
angka-angka ini kemudian dianalisis dan diinterpretasikan ke dalam kata-kata
(kualitatif).
4) Sering terjadi kesalahan dimana sumber-sumber kesalahan biasanya terletak pada:
alat ukur (soal tes), pengukur (guru), yang dinilai (peserta didik) dan situasi dimana
penilaian berlangsung.
5) Menggunakan satuan-satuan unit-unit atau satuan-satuan yang tepat, seperti sangat
memuaskan, memuaskan, cukup memuaskan, kurang memuaskan dan tidak memuaskan.

D. Pengertian Administrasi Penilaian Dalam Pendidikan


Penilaian pendidikan menurut Marito (2012) adalah proses pengumpulan dan pengolahan
informasi untuk menentukan pencapaian hasil belajar peserta didik. Maulana (2009)
berpendapat bahwa penilaian pendidikan merupakan suatu proses penentuan nilai atau
keputusan dalam bidang pendidikan atau segala sesuatu yang ada hubungannya dengan
bidang pendidikan. Penentuan keputusan itu didahului dengan kegiatan pengumpulan
data atau informasi sehingga seorang pimpinan dapat menyusun auatu kebijakan
terhadap suatu program yang sedang dikembangkan atau yang sedang dilaksanakan.
Setiap orang yang terlibat dalam pendidikan, bagaimanapun macam dan ruang lingkup
keputusan pendidikan itu, keputusan tersebut memerlukan informasi yang lengkap dan
tepat. Informasi semacam ini akan diperoleh melalui penilaian.
1) Konsep Dasar Penilaian Pendidikan
Kita sudah paham bahwa dalam proses pendidikan di sekolah selalu melibatkan unsur
penilaian. Namun, keberadaan unsur ini tidak senantiasa dapat memberikan fungsi yang
bersifat komprehensif bagi sekolah terutama yang menyangkut perbaikan dan
pengembangannya.. Banyak faktor yang berpengaruh berkenaan dengan fungsi penilaian
dalam peningkatan program sekolah, salah satunya adalah makna yang ditafsirkan dari
konsep penilaian itu sendiri. Pada kesempatan ini, penilaian akan didefinisikan dalam
konteks pengembangan program pendidikan. Oleh karena itu, sangat penting dipahami
bahwa tujuan penilaian bukan untuk membuktikan, akan tetapi memperbaiki. Kerangka
pemikiran ini tampak ada kaitan yang erat antara penilaian dan mutu pendidikan di
sekolah. Selanjutnya konsep penilaian yang akan dibicarakan bertitik tolak dari tujuan
penilaian tersebut.
Penilaian pendidikan merupakan suatu proses penentuan nilai atau keputusan dalam
bidang pendidikan atau segala sesuatu yang ada hubungannya dengan bidang
pendidikan.Penentuan keputusan itu didahului dengan kegiatan pengumpulan data atau
informasi sehingga seorang pimpinan dapat menyusun auatu kebijakan terhadap suatu
program yang sedang dikembangkan atau yang sedang dilaksanakan. Setiap orang yang
terlibat dalam pendidikan, bagaimanapun macam dan ruang lingkup keputusan
pendidikan itu, keputusan tersebut memerlukan informasi yang lengkap dan tepat.
Informasi semacam ini akan diperoleh melalui penilaian. Penilaian sebagai kegiatan
pemeriksanaan yang sistematis dari peristiwa-peristiwa yang terjadi dan akibatnya pada
saat program dilaksanakan pemeriksaan yang diarahkan untuk membantu memperbaiki
program itu dan program lain yang memiliki tujuan yang sama.
2) Tujuan dan Sasaran Penilaian Pendidikan
Kegiatan penilaian pendidikan mempunyai tujuan-tujuan sebagai berikut :
a. Untuk memperoleh dasar bagi pertimbangan pada akhir suatu periode kerja.
b. Untuk menjamin cara bekerja yang efektif dan efisien.
c. Untuk memperoleh fakta-fakta tentang kesukaran-kesukaran dan untuk menghindarkan
situasi-siatuasi yang dapat merusak.
d. Untuk memajukan kesanggupan para guru dan orang tua murid dalam
mengembangkan
organisasi sekolah.Sasaran penilaian yang dimaksud ialah segala sesuatu yang menjadi
titik pusat pengamatan karena penilaian menginginkan informasi tentang sesuatu
tersebut. Dengan menggunakan diagram tentang transformasi menurut Andini (2013)
maka sasaran penilaian untuk unsur-unsurnya meliputi: input, transformasi, dan output
(keluaran).
a) Input adalah untuk mengetahui pribadi seorang siswa yang utuh, dapat dilakukan
macam-macam bentuk tes sebagai alat untuk mengukur. Aspek yang bersifat rohani
setidaknya mencakup empat hal:
- Kemampuan seorang siswa yang akan mengikuti program dalam memasuki sekolah,
guru akan melihat kemampuan siswa. Alat ukur yang digunakan untuk mengukur
kemampuan ini disebut tes kemampuan atau attietude test.
- Kepribadian adalah sesuatu yang biasa terdapat disetiap diri manusia dengan
menampakan kepribadian itu dari sikap tingkah laku yang dimiliki manusia. Alat untuk
mengetahui kepribadian itu disebut tes kepribadian atau personality test.Sikap-sikap
adalah termasuk kedalam bagian dari tingkah laku yang dimiliki manusia, namun ada hal
yang lebih menonjol dari sikap dan sangat dibutuhkan dalam sebuah pergaulan agar
dapat mendapatkan informasi dari pergaulannya. Alat yang dapat mengetahui keadaan
sikap sering dinamakan tes sikap atau attitude test.
- Tes Intelegensi atau sering dikenal dengan intelligence anetient. Namun, sebenarnya
IQ itu bukan lah intelegensi. IQ berbeda dengan intelegensi karena IQ hanyalah angka
yang memberi petunjuk mengenai tinggi rendahnya intelegensi seseorang. Dengan
pengertian ini maka kurang benarlah jika ada orang mengatakan “IQ JONGKOK” karena
IQ hanyalah berupa angka. Mestinya Iq rendah diartikan bahwa angkanya rendah.
b) Transformasi adalah unsur yang terdapat dalam transformsi semuanya dapat menjadi
sasaran atau objek penilaian demi diperolehnya hasil pendidikan yang diharapkan. Untuk
transformasi yang menjadi objek penilaian antara lain:
- Kurikulum/materi
- Metode dan cara penilaian
- Sarana pendidikan/media
- Sistem administrasi
- Guru dan personal lainya
c) Output adalah penilaian terhadap lulusan suatu sekolah dikurikulum untuk mengetahui
seberapa jauh tingkat pencapaian/prestasi belajar mereka selama mengikuti progam. Alat
yang digunakan untuk mengukur pencapaian ini disebut tes pencapaian atau achieviment
test.
Kecendrungan yang ada sampai saat ini adalah bahwa guru hanya menilai prestasi belajar
aspek kognitif atau kecerdasan saja. Alatnya adalah tes tertulis. Aspek psikomotorik,
apalagi afektif sangat jarang diterapkan oleh guru. Akaibatnya, dapat kita buktikan yakni
bahwa para lulusan hanya mengetahui teori tetapi tidak terampil melakukan
keterampilan, juga tidak mampu mengaplikasikan pengetahuan yang sudah mereka
ketahui. Lemahnya pembelajaran dan evaluasi terhadap aspek afektif ini, jika kita mau
introfeksi, telah berakibat merosotnya akhlak para lulusan, yang selanjutnya berdampak
luas pada merosotnya anak bangsa.

BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Tes dan pengukuran adalah suatu kegiatan yang dilakukan untuk
mengumpulkan data dalam melakukan penilaian, penilaian membutuhkan yang
namanya data untuk menghasilkan penilaian yang obyektif Tes dan pengukuran
membutuhkan alat alat dalam pengukuran, bayangkan bila tidak alat pengukura.
Kemungkinan kemajuan kemajuan dalam segala bidang akan terlambat dan tidak
mempunyai sasaran yang tepat.
Dengan adanya tes dan pengukuran, segala program dibidang apa saja dapat di
kontrol dan di evaluasi. Tes dan pengukuran juga merupakan bagian yang intergral
dalam hasil belajar siswa. Tes dan pengukuran yang dilakukan dalam bidang
keolahragaan dan pendidikan harus dapat mendasarkan diri

Evaluasi adalah sutau proses yang sistematis dan berkelanjutan untuk menentukan
kualitas (nilai dan arti) dari sesuatu, berdasarkan pertimbangan dan kriteria tertentu dalam
rangka pembuatan keputusan. Adapun prosedur evaluasi pembelajaran terdiri atas: 1)
perencanaan evaluasi, yang meliputi analisis kebutuhan, merumuskan tujuan evaluasi,
menyusun kisi-kisi, mengembangkan draf instrument, ujicoba dan analisis, merevisi dan
menyusun instrument final. 2) pelaksanaan evaluasi dan monitoring. 3) pengolahan data dan
analisis. 4) pelaporan hasil evaluasi. 5) pemanfaatan hasil evaluasi.
Dalam dunia evaluasi pendidikan, yang dimaksud dengan tes adalah cara atau
prosedur dalam pengukuran dan penilaian di bidang pendidikan, yang berbentuk pemberian
tugas atau serangkaian tugas, baik berupa pertanyaan-pertanyaan yang harus dijawab, atau
perintah-perintah oleh testee, sehingga dapat dihasilkan nilai yang melambangkan tingkah
laku atau prestasi testee, nilai mana dapat dibandingkan dengan nilai-nilai yang dicapai oleh
testee lainnya, atau dibandingkan dengan nilai standar tertentu.

B. Saran
1. Melalui makalah ini, penulis berharap pembaca dapat memahami pengertian
gerak, lagu, dan musik. Yang dapat di padukan menjadi sesutau yang yang baik
2. Dalam mempelajari mata kuliah evaluasi kami juga sebagai penulis masih
mempunyai banyak kekeliruan, dan kami juga masih perlu mempunyai literature

DAFTAR PUSTAKA

http://magisterolahragaunlam.blogspot.com/2016/03/prinsip-tes-dan-pengukuran_29.html?
m=1

Arifin,Zaenal, 2011, EvaluasiPembelajaranPrinsip,Teknik, Prosedur, Bandung: PT


RemajaRosdaKarya.
Arikunto,Suharsimi, 2012, Dasar-dasarEvaluasiPendidikan, Jakarta: BumiAksara.
_______, 2005, Dasar-DasarEvaluasiPendidikan, Jakarta: BumiAksara
Bukhari, M., 1989, Teknik-teknikEvaluasiPendidikan, Bandung: Jammars.
Djuwita,Warni, 2012, EvaluasiPembelajaran, Lombok Barat: Elhikan Press Lombok.
KusaeridanSuprananto, 2012, PengukurandanPenilaianPendidikan, Yogyakarta: GrahaInsani.
Maimun,Agus, 2006, PenilaianPembelajaran di Madrasah
BerdasarkanKurikulumBerbasisKompetensi, Malang: FajarCemerlang.
SiregarEvelindanHartini Nara, 2010, TeoriBelajardanPembelajaran, Jakarta: Ghalia Indonesia.
Sudjiono,Anas, 2009, PengantarEvaluasiPendidikan, Jakarta: Raja Prees.
Tim PengembangIlmuPendidikan FIP-UPI, 2007, Ilmu&AplikasiPendidikan, Bagian 1,
IlmuPendidikanTeoritis,Bandung: PT Imperial BaktiUtama.
Ciri-ciridanProsedurEvaluasi, 2013, http:Itok609.Blogspot.com, diaksespadatanggal10Maret 2015,
09:15 WIB.
HasanatulAini, PenilaianAcuanPatokandanAcuan Norma, 2014, http:nanaplb11.blogspot.com,
diaksestanggal 10 Maret 2015, 15:55 WIB.
PrinsipdanCiriEvaluasi, 2012, http:chimmey70.wordpress.com, diaksespadatanggal
10Maret 2015 09:12 WIB.

Anda mungkin juga menyukai