Anda di halaman 1dari 4

MANUSIA DAN PENCIPTANYA

Oleh : Gunawan Iskandar Halim

(Nim : I0121361 /Kelas: Hukum C)

Abstrak
Manusia memiliki keterkaitan yang erat dengan alam semesta. Pada awal
penciptaannya, manusia diperkenalkan oleh Allah dengan alam semesta lewat simbol-simbol
(al-asmaa kulluha) , yang kemudian dengan modal pengetahuan yang dimiliki tersebut,
manusia diberi kewenangan untuk menjadi khalifah di bumi (QS. 2:30-33). Hubungan yang
erat antara manusia dengan alam semesta ini, selanjutnya menempatkan manusia pada suatu
kedudukan tersendiri yang istimewa dibandingkan dengan makhluk ciptaan Allah yang
lainnya. Berangkat dari kedudukan manusia inilah, kemudian formulasi dasar-dasar ajaran
Islam mengambil bentuknya dan terimplementasikan dalam kehidupan masyarakat muslim.
Kata Kunci : Tuhan, Manusia, dan Alam

A. Hakikat Manusia Sebagai Makhluk

Hakikat manusia sebenarnya adalah makhluk multi dimensional karena banyaknya


definisi tentang manusia. Menurut pandangan Notonegoro mengenai hakikat manusia dilihat
dari kedudukan kodratnya, manusia terdiri atas dua unsur yakni sebagai makhluk pribadi
berdiri sendiri sekaligus sebagai makhluk Tuhan. Sebagai makhluk pribadi berdiri sendiri,
manusia dalam batas-batas tertentu memiliki kemauan bebas (free-will) yang menjadikan
manusia memiliki kemandirian dan kebebasan. Sebagai makhluk Tuhan, manusia tidak bisa
melepaskan diri dari ketentuan-ketentuan Tuhan (takdirNya).

Manusia merupakan makhluk ciptaan Tuhan Yang Maha Esa paling sempurna
dibandingkan dengan makhluk lainnya. Karena manusia mempunyai akal dan pikiran untuk
berfikir secara logis dan dinamis, dan bisa membatasi diri dengan perbuatan yang tidak harus
dilakukan, dan kita bisa memilih perbuatan mana yang baik (positif) atau buruk (negatif) buat
diri kita sendiri. Manusia didudukkan sesuai dengan kodrat, harkat, martabat, hak, dan
kewajibannya.
Menurut Mustafa Zahri (1976:121) unsur immateri pada manusia terdiri dari roh, qalbu,
aqal, dan nafsu.
B. Tanggung Jawab Manusia sebagai Makhluk Ciptaan

Tanggung jawab menurut kamus umum Bahasa Indonesia adalah keadaan wajib
menanggung segala sesuatunya. Sehingga bertanggung jawab adalah berkewajiban
menanggung, memikul jawab, menanggung segala sesuatunya, dan memberikan jawab serta
menanggung akibatnya. Seseorang mau bertanggung jawab karena ada kesadaran atau
pengertian atas segala perbuatan dan akibatnya dan atas kepentingan pihak lain. Timbulnya
sikap tanggung jawab karena manusia itu hidup bermasyarakat dan hidup dalam lingkungan
alam. Manusia di dalam hidupnya disamping sebagai makhluk Tuhan, makhluk individu, juga
merupakan makhluk sosial. Dimana dalam kehidupannya di bebani tanggung jawab,
mempunyai hak dan kewajiiban, dituntut pengabdian dan pengorbanan.

1
Tanggung jawab itu sendiri merupakan sifat yang mendasar dalam diri manusia. Setiap
individu memiliki sifat ini. Ia akan semakin membaik bila kepribadian orang tersebut semakin
meningkat. Ia akan selalu ada dalam diri manusia karena pada dasarnya setiap insan tidak bisa
melepaskan diri dari kehidupan sekitar yang menunutut kepedulian dan tanggung jawab. Inilah
yang menyebabkan frekuensi tanggung jawab masing-masing individu berbeda. Tanggung
jawab mempunyai kaitan yang sangat erat dengan perasaan. Tanggung jawab juga berarti
berbuat sebagai perwujudan kesadaran akan kewajibannya.
Beberapa tanggung jawab manusia terhadap Tuhan adalah sebagai berikut :

1. Beribadah kepada Tuhan Yang Maha Esa sesuai dengan keyakinan dan
kepercayaan yang dianut masing-masing;
2. Melaksanakan segala perintahNya serta berusaha menjauhi atau meninggalkan
segala apa yang dilarang oleh Tuhan Yang Maha Esa;
3. Mengabdikan diri kepada Tuhan dengan beriman dan melakukan amalan-amalan
mengikut syariat yang ditetapkan oleh agama;
4. Mensyukuri nikmat yang telah dikaruniakanNya kepada kita semua;
5. Menuntut ilmu dan menggunakannya untuk kebajikan (kemaslahatan) umat
manusia sebagai bekal kehidupan baik didunia maupun diakhirat kelak;
6. Menjalin tali silaturahmi atau persaudaraan guna mewujudkan kehidupan
masyarakat aman, tentram, damai, dan sejahtera.
C. Hubungan Manusia dengan Pencipta-Nya

Manusia Sebagai Makhluk sosial. Sedangkan Tuhan Yang Maha Esa. Dalam
kehidupannya, manusia tidak bisa meninggalkan unsur Ketuhanan. Telah menjadi fitrah
manusia yang diciptakan Tuhan dengan tujuan untuk beribadah kepada Tuhannya. Untuk
beribadah kepada Tuhan tetap diperlukan suatu ilmu. Ilmu tersebut diperoleh melalui
pendidikan. Dengan pendidikan, manusia dapat mengenal siapa Tuhannya. Dengan pendidikan
pula manusia dapat mengerti bagaimana cara beribadah kepada Tuhan Yang Maha Esa.
Melalui sebuah pendidikan yang tepat, manusia akan menjadi makhluk yang dapat mengerti
bagaimana seharusnya yang dilakukan sebagai seorang makhluk Tuhan. Manusia dapat
mengembangkan pola pikirnya untuk dapat mempelajari tanda-tanda kebesaran Tuhan.
Menjalin hubungan dengan Tuhan Sang Pencipta adalah kebutuhan yang paling utama
dalam hidup didunia, karena bagaimanapun manusia adalah mahkluk ciptaan Tuhan yang
harus selalu mengingat akan Sang Pencipta. Menjalin hubungan yang baik dapat dilakukan
dengan cara menaati segala aturannya dan menjauhi segala larangannya. Kita juga dapat
menjalin hubungan dengan Tuhan melalui ibadah, melalui doa-doa yang kita panjatkan dan
juga selalu mengingat-Nya dimanapun dan kapanpun. Karena sesungguhnya jika kita berdoa
itu sama saja dengan kita menjalin komunikasi dengan Yang Maha Kuasa dan juga ketika kita
senantiasa mengingat-Nya, maka kita akan senantiasa mendapatkan kedamaian hati dalam
menjalani setiap langkah kehidupan.
Pentingnya menjalin hubungan dengan Tuhan Maha Pencipta, karena kita adalah
mahkluk ciptaannya dan tidak mungkin kita tidak menjalin hubungan dengan-Nya, dan apapun
yang kita lakukan bergantung pada kehendaknya. Dan juga hubungan dengan Maha Pencipta
akan mempengaruhi hubungan kita dengan sesama manusia. Yang dimana kehidupan
manusia tidak akan berubah ketika tidak melibatkan Tuhan dalam kesehariannya didunia.
Hubungan antara Sang Pencipta dan yang diciptakan adalah suatu hubungan yang tidak
mungkin dipisahkan. Manusia sebagai mahluq yang diciptakan-Nya mustahil bisa berlepas diri
dari keterikatannya dengan-Nya. Bagaimanapun tidak percayanya manusia dengan Tuhan,
suka atau tidak suka, sadar atau tidak sadar manusia akan mengikuti ketetapan yang berlaku
di alam semesta ini.

D. Hak Dan Kewajiban Manusia

Manusia sebagai makhluk Tuhan Yang Maha Esa secara kodrati dianugerahi hak dasar
yang disebut hak asasi, tanpa perbedaan antara satu dengan lainnya. Dengan hak asasi
tersebut, manusia dapat mengembangkan diri pribadi, peranan, dan sumbangannya bagi
kesejahteraan hidup manusia. Manusia baik sebagai pribadi maupun sebagai warga negara,
dalam mengembangkan diri, berperan dan memberikan sumbangan bagi kesejahteraan hidup
manusia, ditentukan oleh pandangan hidup dan kepribadian bangsa.

Pandangan hidup dan kepribadian bangsa Indonesia sebagai kristalisasi nilai-nilai luhur
bangsa Indonesia, menempatkan manusia pada keluhuran harkat dan martabat makhluk Tuhan
Yang Maha Esa dengan kesadaran mengemban kodratnya sebagai makhluk pribadi dan juga
makhluk sosial, sebagaimana tertuang dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945. Bangsa
Indonesia menghormati setiap upaya suatu bangsa untuk menjabarkan dan mengatur hak asasi
manusia sesuai dengan sistem nilai dan pandangan hidup masing-masing. Bangsa Indonesia
menjunjung tinggi dan menerapkan hak asasi manusia sesuai dengan Pancasila sebagai
pandangan hidup bangsa.

Manusia harus bersikap dan berprerilaku Menjunjung Tinggi Nilai-Nilai Ketuhanan. Setiap
warga Negara Indonesia sudah seharusnya memiliki pola pikir, sikap, dan perilaku yang
menjunjung tinggi nilainilai Ketuhanan Yang Maha Esa. Dengan menempatkan Pancasila
sebagai ideologi terbuka, setiap warga Negara Indonesia diberikan kebebasan untuk memilih
dan menentukan sikap dalam memeluk salah satu agama yang diakui oleh pemerintah
Indonesia.

Kesimpulan

Manusia memiliki keterkaitan yang erat dengan Alam semesta. Pada awal penciptaanya,
Manusia diperkenalkan Oleh Allah Swt dengan Alam semesta lewat symbol-simbol (Al-asmaa
kulluha), yang kemudian dengan modal pengetahuan yang dimiliki tersebut, manusia diberi
kewenangan untuk menjadi khalifah dibumi. (Qs. 2:30-33). Bahkan Berpegang teguh pada
kepentingan Manusia (Qs.67:15; 2;29; 31:20; dan 16;80-81). Hubungan yang erat antara
manusia dengan alam semesta ini, selanjutnya menempatkan manusia pada suatu kedudukan
tersendiri yang istimewa dibandingkan dengan makhluk Ciptaan Allah Swt yang Lainnya.

3
DAFTAR PUSTAKA

Garna, Judistira, K. 1996. Ilmu Ilmu Sosial, Dasar, Konsep, Posisi, Bandung: Program Pps-
Unpad.
Stephen K. Sanderson. 1993. Sosiologi Mikro Sebuah Pendekatan Terhadap Realitas Sosial,
terjemahan. Jakarta. Rajawali.
Sutrisno, FX. Mudji dan F. Budi Hardiman (ed). 1992. Para Filosuf Penentu Gerak
Zaman.Yogyakarta: Kanisius.
T. Jacob. 1988. Manusia, Ilmu dan Teknologi. Yogyakarta. Tiara Wacana.

Anda mungkin juga menyukai