Anda di halaman 1dari 21

MAKALAH

PRINSIP-PRINSIP KOMUNIKASI PENDIDIKAN

Tugas Mata Kuliah


Komunikasi Pendidikan Islam
Dosen Pengampu : Dr. Amiruddin MS, M.A

DISUSUN OLEH
KELOMPOK V
A1 Pagi

1. Nursilni Z (2101020155)
2. Rizki Aditia (2101020003)
3. Widia (2101020011)

PENDIDIKAN AGAMA ISLAM


FAKULTAS AGAMA ISLAM
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SUMATERA UTARA
2023
KATA PENGANTAR

Alhamdullillahi rabbil’alamin kami ucapkan puji dan syukur kepada allah


subhana wa ta’ala yang dimana telah memberikan kesempatan dan hidayanya,
sehingga kami bisa menyelesaikan makalah ini tentang :“Prinsip-prinsip
Komunikasi Pendidikan”.
Tak lupa juga sholawat dan salam kepada nabi muhammad shalallahu’alaih wa
sallam.
Tak lupa juga kami berterimah kasih kepada dosen pengampun bapak
Dr. Amiruddin MS, M.A, selaku dosen mata kuliah Komunikasi Pendidikan Islam.
Karya ilmiah ini menjelaskan bagaimana pentingnya peranan dari komunikasi
dalam dunia pendidikan untuk mendukung proses kegiatan
belajar mengajar berjalan kondusif sehingga tujuan pembelajaran dapat di capai.
Kami selaku penulis disini menyadari bahwasanya masih ada kekurangan
dalam membuat karya tulis ilmiah, maka dari itu kami pun menerima kritik dan
saran. dan kami pun berharap semoga karya ilmiah ini bisa sangat bermanfaat bagi
yang membaca.

Medan, 23-07-2023
Penulis

Kelompok V
A1 Pagi

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR i

DAFTAR ISI ii

BAB I 3

PENDAHULUAN 3

1.1 Latar Belakang Masalah----------------------------------------------------------------------3

1.2. Rumusan Masalah----------------------------------------------------------------------------4

1.3. Tujuan------------------------------------------------------------------------------------------4

1.4 Manfaat----------------------------------------------------------------------------------------- 4

BAB II 5

PEMBAHASAN 5

2.1. Pengertian Prinsip----------------------------------------------------------------------------5

2.2. Prinsip-prinsip Komunikasi Pendidikan---------------------------------------------------5

BAB III 17

PENUTUP 17

3.1 Kesimpulan----------------------------------------------------------------------------------- 17

3.2 Saran------------------------------------------------------------------------------------------17

DAFTAR PUSTAKA 18

ii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah


Menurut Sulkipani dalam jurnalnya yang berjudul “Prinsip-Prinsip dan Praktik
Pendidikan” pendidikan merupakan upaya yang dilakukan secara sadar dan
terencana untuk menghasilkan warga negara yang mampu memberikan
partisipasi aktif dalam berbagai aspek kehidupan.
Pendidikan di negara Indonesia diselenggarakan dalam rangka mencapai
tujuan nasional yaitu mencerdaskan kehidupan bangsa. Tujuan ini dapat
tercapai jika pendidikan nasional dilaksanakan berdasar prinsip-prinsip atau
asas-asas pendidikan yang dijadikan pedoman (Sulkipani, 2020).
Warga negara yang demokratis tentunya akan dihasilkan dari sistem
pendidikan yang demokratis pula, yang berpegang pada prinsip-prinsip
pendidikan, agar aplikasi pendidikan yang dilakukan terarah pada
terbentuknya generasi yang humanitas sebagai tujuan akhir pendidikan.
Praktik pendidikan akan menjadi usaha yang mampu mengahasilkan
generasi-generasi akademis yang sesuai harapan bangsa yaitu generasi yang
berkarakter Pancasila dan UUD 1945.
Dalam pendidikan komunikasi sangat dibutuhkan dalam mendukung
tujuan pendidikan. Komunikasi merupakan sebuah proses yang selalu terjadi
dalam kehidupan manusia. (Salsabilah, 2017) .
Oleh karena itu dalam pendidikan komunikasi sangat dibutuhkan bukan
saja menghubungkan, tapi juga mendekatkan antara pribadi satu dan lainnya.
Sebagai hal yang fundamental dalam kehidupan manusia, komunikasi
haruslah memiliki posisi yang penting karena niscaya yang tidak pernah
berkomunikasi akan terisolasi dari masyarakat.
Setiap orang bisa berbicara, tetapi tidak setiap orang dapat berbicara baik
dan komunikatif di depan umum. Tidaklah cukup hanya dengan mempunyai
pengetahuan yang cukup, tapi juga harus diperhitungkan kesiapan dan

3
kehandalan dari sang guru dalam menguasai semua pengetahuan yang akan
disampaikan.
Oleh karena itu berdasarkan uraian diatas agar komunikasi pendidikan
dapat berlangsung dengan baik hanya jika berpegang pada prinsip-prinisp
komunikasi pendidikan yang kami bahas pada makalah ini.

1.2. Rumusan Masalah


Apa saja prinsip-prinsip dalam Komunikasi Pendidikan?

1.3. Tujuan
Untuk memahami lebih dalam prinsip-prinsip komunikasi pendidikan

1.4 Manfaat
Mahasiswa mampu menerapkan prinsip-prinsip komunikasi pendidikan
dalam prosep belajar mengajar sehingga informasi atau pembelajaran dapat
tersampaikan secara efektif.

4
BAB II
PEMBAHASAN

2.1. Pengertian Prinsip


Menurut Heny Riana dalam makalahnya yang berjudul “Prinsip-Prinsip
Pendidikan Islam, Metode, Pendekatan, Evaluasi Pembelajaran menyatakan
bahwa prinsip adalah suatu pernyataan fundamental atau kebenaran umum
maupun individual yang dijadikan oleh seseorang atau kelompok sebagai
sebuah pedoman untuk berfikir atau bertindak.
Sebuah prinsip merupakan roh dari sebuah perkembangan ataupun
perubahan, dan merupakan akumulasi dari pengalaman ataupun pemaknaan
oleh sebuah objek atau subjek tertentu.
Dengan demikian prinsip juga dapat diartikan sebagai pedoman yang
menjadi pedoman dasar dalaberfikir, bertindak dan lain sebagainya..

2.2. Prinsip-prinsip Komunikasi Pendidikan


Menurut Salsabilah, Shavyra Adinda dkk dalam makalahnya yang berjudul
“Prinsi-prinsip Komunikasi” menyatakan bahwa terdapat 12 prinsip
komunikasi sebagai pedoman dari prinsip prinsip komunikasi pendidikan
yang dikatakan sebagai penjabaran lebih jauh dari definisi dan hakikat
komunikasi yaitu ;
1. Komunikasi Adalah Proses Simbolik
Salah satu kebutuhan pokok manusia, seperti di katakan sussanne K.
Langer, adalah kebutuhan kebutuhan simbolisasi atau penggunaan
lambang. Dan itulah yang membedakan manusia dengan makhluk lainnya
dengan keistimewaan mereka sebagai animal symbolicum.
Lambang atau simbol adalah sesuatu yang digunakan untuk menunjuk
suatu lainnya, berdasarkan kesepakatan sekelompok orang. Lambang
meliputi kata – kata (pesan verbal), perilaku non verbal, dan objek
maknanya di sepakati bersama, misalnya memasang bendera di halaman
rumah untuk menyatakan kehormatan atau kecintaan terhadap Negara
kemampuan manusia menggunakan lambang verbal memungkinkan
perkembangan bahasa dan menangani hubungan antara manusia dan objek
5
baik nyata maupun abstrak) tanpa kehadiran manusia dan objek tersebut.
Lambang adalah salah satu kategori tanda. Hubungan antara tanda dengan
objek dapat di presentasikan oleh ikon dan indeks tidak memerlukan
kesepakatan.
1. Ikon adalah suatu benda fisik yang menyerupai yang
direpresentasikannya. Representasi ini ditandai dengan kemiripan.
Misalnya, patung soekarno adalah ikon soekarno dan Foto anda di
KTP adalah ikon anda. Indeks adalah suatu tanda yang secara alamiah
merepresentasikan objek lainnya. Istilah lain yang sering digunakan
untuk indeks adalah sinyal (signal), yang dalam bahasa sehari-hari
disebut juga gejala (symptom). Indek muncul berdasarkan hubungan
antara sebab akibat yang punya kedekatan eksistensi. Misalnya awan
gelap indeks hujan yang akan turun, sedangkan asap adalah indeks
api.
2. Lambang memiliki beberapa sifat sebagai berikut :
a. Lambang bersifat sembarang, manasuka atau wewenang – wenang
Apa saja bisa dijadikan lambang, bergantung pada kesepakatan
bersama. Alam tidak memberikan penjelasan kepada kita mengapa
manusia menggunakan lambang-lambang tertentu untuk merujuk
pada hal-hal tertentu baik yang konkret atau pun yang abstrak
b. Lambang pada dasarnya tidak mempunyai makna : kitalah yang
memberi makna pada lambang.
Makna sebenarnya ada dalam kepala kita, bukan terletak pada
lambang itu sendiri. Persolan akan timbul bila para peserta
komunikasi tidak memberi makna yang sama pada suatu kata.
Dengan kata lain, tidak ada hubungan yang alami antara lambang
dengan referent (objek yang ditujunya).
c. Lambang itu bervariasi
Lambang itu bervariasi dari suatu budaya ke budaya lain, dari
suatu tempat ke tempat lain, dari suatu konteks waktu ke konteks
waktu lain. Begitu juga lambang yang kita berikan pada lambang
tersebut. Makna yang di berikan kepada sesuatu lambang boleh
6
jadi berubah dalam perjalanan waktu, meskipun berubahan makna
itu berjalan lambat. Misalnya, panggilan Bung yang pada zaman
revolusi lazim di gunakan dan berkonotasi positif karena
menunjukan kesederajatan kini tidak pouler lagi, kecuali di
gunakan oleh penyaji acara olah raga ketika berbicaranya dengan
nara sumbernya di studio TV.

2. Setiap Perilaku Mempunyai Potensi Komunikasi


Setiap orang tidak bebas nilai, pada saat orang tersebut tidak bermaksud
mengkomunikasikan sesuatu, tetapi dimaknai oleh orang lain maka orang
tersebut sudah terlibat dalam proses berkomunikasi. Gerak tubuh, ekspresi
wajah (komunikasi non verbal) seseorang dapat dimaknai oleh orang lain
menjadi suatu stimulus.
Kita tidak dapat tidak berkomunikasi (We cannot not communicate).
Tidak berarti bahwa semua perilaku adalah komunikasi. Komunikasi
terjadi bila seseorang memberikan makna pada perilaku orang lain atau
perilakunya sendiri. Contohnya anda minta seseorang untuk tidak
berkomunikasi. Amat sulit baginya untuk berbuat demikian, karena setiap
perilakunya punya potensi untuk ditafsirkan. Kalau ia tersenyum dia bisa
di tafsirkan bahagia, kalau ia cemberut ia di tafsirkan ngambek. Prinsip ini
menyadarkan kita bahwa setiap perilaku kita bisa menafsirkan sesuatu
karenanya kita kemudian sebaiknya was-was dalam setiap tindakan agar
tidak menimbulkan pemaknaan yang tidak sesuai dengan keinginan kita.

3. Komunikasi Punya Dimensi Isi Dan Dimensi Hubungan


Dimensi isi disandi secara verbal, sementara dimensi hubungan disandi
secara nonverbal. Dimensi isi menunjukan muatan (isi) komunikasi, yaitu
apa yang dikatakan. Sedangkan dimensi hubungan menunjukan bagaimana
cara mengatakannya yang juga mengisyaratkan bagaimana hubungan para
peserta komunikasi itu, dan bagaimana seharusnya pesan itu
ditafsirkan.Sebagai contoh, kalimat ‘aku benci kamu’ yang di ucapkan
nada menggoda mungkin sekali jutru berarti sebaliknya.
7
Tidak semua orang menyadari bahwa pesan yang sama bisa ditafsirkan
berbeda bila disampaikan dengan cara berbeda. Dalam komunikasi massa,
dimensi isi merujuk pada isi pesan sedangkan dimensi hubungan merujuk
kepada unsur-unsur lain termasuk juga jenis saluran yang digunakan untuk
menyampaikan pesan tersebut. Pengaruh suatu pesan juga akan berbeda
bila disajikan dengan media yang berbeda. Cerita yang penuh dengan
kekerasan dan sensualitas yang disajikan televisi boleh jadi menimbulkan
pengaruh lebih hebat, misalnya dalam bentuk peniruan oleh anak anak atau
remaja, bila di bandingkan dengan penyajian cerita yang sama lewat
majalah atau radio, karena televisi memiliki sifat audio visual, sedangkan
majalah mempunyai sifat visual saja, dan radio mempunyai sifat audio
saja.

4. Komunikasi Berlangsung dalam Berbagai Tingkat Kesengajaan


Komunikasi dilakukan dalam berbagai tingkat kesengajaan, dari
komunikasi yang tidak sengaja sama sekali (misal ketika anda melamun
sementara orang memperhatikan anda) hingga komunikasi yang benar-
benar direnacanakan dan disadari (ketika anda menyampaikan suatu
pidato). Kesengajaan bukanlah syarat untuk terjadinya komunikasi.
Meskipun kita sama sekali tidak bermaksud menyampaikan pesan kepada
orang lain, perilaku kita potensial untuk ditafsirkan atau tidak menafsirkan
perilaku kita.
Komunikasi dilakukan manusia dari yang tidak sengaja hingga yang
sengaja dan sadar serta terencana melakukan komunikasi. Kesadaran akan
lebih tinggi ketika berkomunikasi dalam situasi-situasi khusus. Sebagai
contoh ketika kita bercakap-cakap dengan seorang yang baru dikenal
tentunya akan berbeda cara berkomunikasi kita dibanding ketika kita
bercakap-cakap dengan teman yang sudah biasa bergaul sehari-hari. Akan
tetapi kita juga akan bisa berkomunikasi dengan kesadaran yang lebih
tinggi dengan teman sehari-hari kita apabila teman tersebut menyampaikan
berita yang sangat menarik bagi kita.
Adanya perilaku-perilaku dalam berkomunikasi akan menimbulkan
8
asumsi-asumsi orang lain yang bisa benar atau belum tentu benar secara
mutlak. Sebagai contoh ketika seorang mahasiswa mempresentasikan
makalahnya dengan sering menggaruk-garuk kepalanya maka kita akan
berasumsi bahwa mahasiswa tersebut kurang siap, walaupun mahasiswa
tersebut tidak demikian. Untuk membuktikan bahwa niat atau kesengajaan
bukan syarat mutlak berkomunikasi dapat dilihat dari contoh kasus sebagai
berikut ; Ketika anak muda yang belum tahu tata krama Yogya-Solo
berjalan di depan orang yang lebih tua pada masyarakat Yogyakarta dan
Solo klasik dan ia tidak membungkukkan badan maka dia akan dicap
sebagai anak yang tidak punya tata krama walaupun anak itu tidak sengaja.
Dalam komunikasi sehari-hari terkadang kita mengucapkan pesan
verbal yang tidak kita sengaja. Namun lebih banyak pesan nonverbal yang
kita tunjukan tanpa kita sengaja. Komunikasi telah terjadi bila penafsiran
telah berlangsung. Terlepas dari apakah anda menyengaja perilaku tersebut
atau tidak. Kadang-kadang komunikasi yang disengaja dibuat tampak tidak
sengaka. Jadi, niat kesengajaan bukanlah syarat mutlak bagi seseorang
untuk berkomunikasi. Dalam komunikasi antara orang-orang berbeda
budaya ketidak sengajaan berkomunikasi ini lebih relevan lagi untuk kita
perhatikan.

5. Komunikasi Terjadi Dalam Konteks Ruang Dan Waktu


Makna pesan juga bergantung pada konteks fisik/ruang, waktu, sosial,
dan psikologis.Waktu juga mempengaruhi makna terhadap suatu pesan,
misalnya orang menelpon dini hari dengan siang hari akan berbeda.
Kehadiran orang lain, sebagai konteks sosial juga akan mempengaruhi
orang-orang berkomunikasi, misalnya dua orang yang berkonflik akan
canggung jika ada disituasi berdua tidak ada orang, namun dengan adanya
orang ketiga, keeadaan akan bisa lebih mencair.
Seseorang yang berkomunikasi akan menimbulkan makna-makna
tertentu, sedangkan makna tersebut berhubungan dengan konteks
fisik/ruang, waktu, sosial, dan psikologis. Sebagai contoh bahwa
komunikasi berhubungan dengan ruang adalah akan dianggap “kurang
9
sopan” apabila menghadiri acara protokoler dengan memakai kaos oblong.
Adapun waktu dapat mempengaruhi makna komunikasi dapat
digambarkan sebagai berikut seoarang yang berlangganan koran Republika
dan koran itu selalu datang jam 05.30 kemudian dengan tiba-tiba datang
jam 09.00 tentunya pelanggan tersebut akan mempunyai persepsi-persepsi
tertentu.
Makna pesan juga bergantung pada konteks fisik dan ruang (termasuk
iklim, suhu, intensitas cahaya, dan sebagainya), waktu, sosial dan
psikologis. Topik-topik yang lazim dipercakapkan di rumah, tempat kerja,
atau tempat hiburan seperti “lelucon,” “ acara televisi,” “mobil,” “bisnis,”
atau “perdagangan” terasa kurang sopan bila dikemukakan dimasjid.
Suasana psikologis peserta komunikas juga sangat mempengaruhi
suasana komunikasi. Contohnya ketika diputarkan lagu mellow, seseorang
yang sedang patah hati bisa menjadi sentimental kemudian menangis
karena lagu itu mendukung suasanya hatinya. Sebaliknya, jika lagu itu
didengar seorang workaholic akan terkesan sangat cengeng. Komunikasi
begitu kompleks, kita harus paham betul pada situasi apa dan dimana kita
berkomunikasi agar dapat berjalan efektif.

6. Komunikasi Melihat Prediksi Peserta Komunikasi


Ketika orang – orang berkomunikasi, mereka meramalkan efek perilaku
komunikasi mereka. Dengan kata lain, komunikasi juga terikat oleh aturan
atau tata krama. Artinya orang-orang memiliki strategi tertentu
berdasarkan bagaimana orang yang menerima pesan akan meresponnya.
Prinsip ini mengansumsikan bahwa hingga derajat tertentu ada
keteraturan pada perilaku manusia, minimal secara persial dapat di
ramalkan.
Tidak dapat dibayangkan jika orang melakukan tindakan komunikasi di
luar norma yang berlaku di masyarakat. Jika kita tersenyum maka kita dapat
memprediksi bahwa pihak penerima akan membalas dengan senyuman, jika
kita menyapa seseorang maka orang tersebut akan membalas sapaan kita.
Prediksi seperti itu akan membuat seseorang menjadi tenang dalam

10
melakukan proses komunikasi.
Ketika orang-orang berkomunikasi, mereka meramalkan efek perilaku
komunikasi mereka. Dengan kata lain, komunikasi juga terikat oleh aturan
atau tatakrama. Artinya , orang-orang memilih strategi tertentu berdasarkan
bagaimana orang yang menerima pesan akan merespons. Prediksi ini tidak
selalu disadari dan sering berlangsung cepat. Kita dapat memprediksi
perilaku komunikasi orang lain berdasarkan peran sosialnya.

7. Komunikasi Itu Bersifat Sistemik


Dalam diri setiap orang mengandung sisi internal yang dipengaruhi oleh
latar belakang budaya, nilai, adat, pengalaman dan pendidikan.
Bagaimana seseorang berkomunikasi dipengaruhi oleh beberapa hal
internal tersebut. Sisi internal seperti lingkungan keluarga dan lingkungan
dimana dia bersosialisasi mempengaruhi bagaimana dia melakukan
tindakan komunikasi.
Setiap individu adalah suatu sistem yang hidup (a living system).
Komunikasi juga menyangkut suatu sistem dari unsur-unsurnya.
Setidaknya dua sistem dasar beroperasi dalam transaksi komunikasi yaitu:
sistem internal (seluruh sistem nilai yang dibawa oleh seorang individu
ketika ia berpartisipasi dalam komunikasi, yang ia serap selama
sosialisasinya dalam berbagai lingkungan sosialnya) dan sistem eksternal
(sistem yang terdiri dari unsur-unsur dalam lingkungan di luar individu,
termasuk kata-kata yang ia pilih untuk berbicara, isyarat fisik peserta, dan
temperatur ruangan).
Komunikasi adalah produk dari perpaduan antara sistem internal dan
sistem eksternal tersebut. Lingkungan dan objek memengaruhi
komunikasi kita namun persepsi kita atas lingkungan kita juga
memengaruhi cara berperilaku. Lingkungan dimana para peserta
komunikasi itu berada merupakan bagian dari suatu sistem yang lebih
besar.

8. Semakin Mirip Latar Belakang Sosial Budaya Semakin Efektiflah

11
Komunikasi
Komunikasi yang efektif adalah komunikasi yang hasilnya sesuai
dengan harapan para pesertanya (orang-orang yang sedang
berkomunikasi), yaitu adanya persamaan persepsi akan suatu hal. Jika dua
orang melakukan komunikasi berasal dari suku yang sama, pendidikan
yang sama, maka ada kecenderungan dua pihak tersebut mempunyai
bahan yang sama untuk saling dikomunikasikan. Kedua pihak mempunyai
makna yang sama terhadap simbol-simbol yang saling dipertukarkan.
Semakin banyak persamaan antara komunikator dan komunikan, maka
komunikasi yang berlangsung lebih mudah, karena keberanekaragaman
pesan dimengerti keduanya.

9. Komunikasi Bersifat Nonsekuensial


Meskipun terdapat banyak model komunikasi, sebenarnya komunikasi
manusia dalam bentuk dasarnya bersifat dua arah. Beberapa pakar
komunikasi mengakui sifat sirkuler atau dua arah komununikasi ini.
Komunikasi sirkuler ditandai dengan beberapa hal berikut :
1. Orang-orang yang berkomunikasi dianggap setara.
2. Proses komunikasi berjalan timbal balik (dua arah).
3. Dalam praktiknya, kita tidak lagi membedakan pesan dengan umpan
balik.
4. Komunikasi yang terjadi sebenarnya jauh lebih rumit.
Pada dasarnya, unsur tersebut tidak berdada dalam suatu tatanan yang
bersifat linier, sirkuler, helikal atau tatanan lainnya. Unsur-unsur proses
komunikasi boleh jadi beroprasi dalam suatu tatanan tadi, tetapi mungkin
pula, setidaknya sebagian, dalam suatu tatanan yang acak
.
10 Komunikasi Bersifat Prosesual, Dinamis, dan Transaksional
Seperti juga waktu dan eksitensi, komunikasi tidak mempunyai awal
dan tidak mempunyai akhir, melainkan merupakan proses yang
sinambung (Continous). Bahkan kejadian yang sangat sederhanapun,
seperti “Tolong ambil garam” melibatkan rangkaian kejadian yang rumit
12
bila pendengar memenuhi permintaan tersebut. Untuk lebih memudahkan
pengertian, kita dapat megatakan bahwa peristiwa itu dimulai kEtika orang
A meminta garam dan berakhir ketika orang B membirikan garam itu.
Namun kita tidak dapat mengukur peristiwa itu hanya berdasarkan apa
yang terjadi antara permintaan akan garam dan pemberian garam itu. Baik
A atau B telah merujuk pada pengalaman masa lalu mereka untuk
merumuskan dan menafsirkan pesan serta menanggapinya secara layak.
Komunikasi sebagai proses dapat dianalogikan dalam pernyataan
Heraclitus enam abad sebelum Masehi bahwa “ seorang manusia tidak
akan pernah melangkah di sungai yang sama dua kali. Jadi dalam
kehidupan manusia, tidak pernah saat yang sama datang dua kali.
Pandangan serupa juga dapat diterapkan pada fenomena berikut ini. Ketika
Anda menonton sebuah film Titanic misalnya untuk kedua kalinya
keesokan harinya pada jam yang sama dan duduk dikursi yang sama
sekalipun, maka hakikatnya film itu bukanlah film yang sama, karena film
yang anda tonton kedua untuk kedua kalinya itu adalah film yang pernah
anda tonton sebelumnya.
Begitu jugalah komunikasi ; komunikasi terjadi sekali waktu dan
kemudian menjadi bagian dari sejarah kita. Dalam proses komunikasi itu,
para peserta mempengaruhi, seberapa kecil pun pengaruh itu, baik lewat
kaomunikasi verbal ataupun lewat komunikasi nonverbal. Menanggapi
salah satu elemen komunikasi, misalnya pesan verbal saja dengan
mengabaikan semua elemen lainya, menyalahi gambaran komunikasi yang
sebenarnya sebagai proses yang sinambung dan dinamis yang kita sebut
sebagai transaksi. Transaksi menunjukan bahwa para peserta komunikasi
saling berhubungan, sehingga kita tidak dapat mempertimbangkan salah
satu tanpa mempertimbangkan lainnya.
Pernyataan bahwa komunikasi telah terjadi sebenarnya bersifat artifisial
dalam arti bahwa kita coba menangkap suatu gambaran diam (statis) dalam
proses tersebut dengan maksud untuk menganalisis kerumitan pristiwa
tersebut, dengan menonjolkan komponen-komponen atau aspek-aspeknya
yang penting. Implikasi sebagai proses yang dinamis dan transaksional
13
adalah bahwa para peserta komunikasi berubah ( dari sekedar berubah
pengetahuan hingga berubah pandangan dunia dan perilakunya).
Implisit dalam proses komunikasi sebagai transaksi ini adalah proses
penyadian (enconding) dan penyadian balik (decoding). Kedua proses itu,
meskipun secara teoretis dapat dipisahkan, sebenarnyaterjadi serempak,
bukan bergantian. Sebetulnya, para peserta komunikasi merupakan sumber
informasi, dan masing-masing membeeri serta menerima pesan secara
serentak. Pandangan dinamis dan transaksional memberi penekanan bahwa
Anda mengalami perubahan sebagai hasil terjadinya komunikasi. Jadi,
perspektif transaksional memberi penekanan pada dua sifat pristiwa
komunikasi, yaitu serentak dan saling mempengaruhi. Para pesertanya
menjadi saling bergantung, dan komunikasi mereka hanya dapat dianilisi
berdasarkan konteks pristiwanya.

11. Komunikasi Bersifat Irreversibel


Suatu prilaku adalah suatu peristiwa. Oleh karena itu merupakan
peristiwa, perilaku berlangsung dalam waktu dan tidak dapat “diambil
kembali”. Misalnya para pemimpin negara yang menyalahgunakan
kekuasaan dan kemudian jatuh dari kekuasaan akibat ulah mereka, seperti
Ferdinand Marcosdan soeharto, dan menimbulkan efek tertentu berupa
perubahan persepsi dan sikap masyarakat terhadap para pemimpin itu,
pengaruh itu tidak bisa ditiadakan sama sekali, meskipun kita berupaya
meralatnya.
Apa lagi bila penyampaian pesan itu dilakukan untuk pertama kalinya.
ketika anda tempil pertama kali untuk melakukan presentasi atau pidato,
anda harus mempersiapkannya secara lebih hati hati, karna kesan halayak
terhadap kinerja anda akan cenderung sulit dihilangkan sama sekali
berdasarkan prinsip ini. Curtis et al mengatakan bahwa kesan pertama itu
cenderung abadi. Dalam kaitan ini, kita bisa memahami pribahasa “sekali
lancung ke ujian, seumur hidup orang tak percaya”.
Pesan yang menyinggung perasaan orang lain mungkin bisa dimaafkan
tapi tidak bisa dilupakan (to forgive but not to forget). Sifat irreversible
14
ini adalah implikasi dari komunikasi sebagai proses yang selalu berubah.
Prinsip ini seyogyanya menyadarkan kita bahwa kita harus berhati-hati
dalam menyampaikan pesan kepada orang lain sebab efeknya tidak bisa
ditiadakan sama sekali meskipun kita berusaha meralatnya.
Contohnya ketika pembeli menawar harga sebuah baju yang awalnya
80.000 menjadi 60.000, pedagang tidak setuju dan menurunkan harga
menjadi 70.000. Ketika terjadi tawar menawar baju yang sukup alot
antara pedagang dan pembeli, secara tidak sengaja (keceplosan) pedagang
menurunkan harga menjadi 60.000, tapi kemudian ia meralatnya.
walaupun perkataan tersebut diralat namun efeknya telah terjadi yaitu
pembeli tidak akan mau lagi jika harga baju dinaikkan. Ia tidak akan mau
membeli baju tersebut lebih dari 60.000 karena si pedagang tadi telah
menurunkan harganya.
Dalam komunikasi massa, sekali wartawan menyiarkan berita yang
tanpa disengaja mencemarkan nama baik seseorang, maka nama baik
orang itu sulit dikembalikan lagi ke posisi semula, meskipun surat kabar,
majalah, radio atau televisi itu telah minta maaf dan memuat hak jawab
sumber berita secara lengkap. Ada saja pihak yang telah menaruh
prasangka buruk kepada sumber berita sudah dipulihkan melalui
permohonan maaf media cetak dan media elektronik yang bersangkutan
atau pemuatan hak jawab sumber berita secara lengkap, bahkan bila hal
itu misalnya dicetak satu halaman penuh pada halaman dimana berita
pencemaran nama baik sumber berita dimuat sebelumnya.
Sekali kita mengirimkan suatu pesan, kita tidak dapat mengendalikan
pengaruh pesan tersebut bagi khalayak apalagi menghilangkan efek pesan
tersebut sama sekali. Sifat irreversible ini adalah implikasi dari
komunikasi sebagai suatu proses yang selalu berubah. Prinsip ini
seharusnya menyadarkan kita bahwa kita harus berhati2 untuk
menyampaikan suatu pesan kepada orang lain, sebab efeknya tidak bisa
ditiadakan sama sekali.

15
12. Komunikasi Bukan Panasea Untuk Menyelesaikan Berbagai Masalah
Banyak persoalan dan konflik antar manusia disebabkan oleh masalah
komunikasi. Namun komunikasi bukanlah penasea (obat mujarab) untuk
menyelesaikan persoalan atau konflik itu, karena persoalan atau konflik
tersebut mungkin berkaitan dengan masalah struktual. Agar komunikasi
efektif, kendala struktual kendala ini harus juga diatasi. Misalnya,
meskipun pemerintah berusaha payah menjalin komunikasi yang efektif
dengan warga aceh dan warga papua, tidak mungkin usaha itu akan
berhasil bila pemerintah memperlakukan masyarakat di wilayah wilayah
itu secara tidak adil, dengan merampas kekayaan alam mereka dan
mengangkutnya kepusat.

16
17
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Jadi dapat disimpulkan bahwa prinsip-prinsip pendidikan dibagi dalam 12
prinsip, yaitu komunikasi adalah suatu proses simbolik; setiap perilaku
mempunyai potensi komunikasi; komunikasi punya dimensi isi dan dimensi
hubungan; komunikasi itu berlangsung dalam berbagai tingkat kesengajaan;
komunikasi terjadi dalam konteks ruang dan waktu; komunikasi melibatkan
prediksi peserta komunikasi; komunikasi itu bersifat sistemik; semakin mirip
latar belakang sosial budaya semakin efektiflah komunikasi; komunikasi
bersifat nonsekuensial; komunikasi bersifat prosesual, dinamis, dan
transaksional; komunikasi bersifat irreversibel; dan komunikasi bukan
panasea untuk menyelesaikan berbagai masalah.
Terdapat 12 Prinsip komunikasi yang bisa diterapkan dalam kehidupan
sehari-hari agar komunikasi berjalan lancar dan efektif. Komunikasi
mempunyai beberapa prinsip - prinsip yangg penting yang harus diperhatikan
oleh seorang komunikan, dan prinsip - prinsip ini mempunyai peran penting
untuk seseorang yang melakukan komunikasi baik secara individu maupun
dengan orang lain, karena dengan berpegang teguh kepada 12 prinsip ini
kesalahan komunikasi dapat dihindari.

3.2 Saran
Setelah mempelajari prinsip-prinsip Ilmu Komunikasi, alangkah baiknya
mahasiswa juga menerapkannya di dunia perkuliahan. Sehingga mahasiswa
menjadi semakin cerdas dalam berkomunikasi khususnya komunikasi
Pendidikan yang berkaitan dengan profesi kita sebagai guru nantinya.

18
DAFTAR PUSTAKA

Shavyra Adinda Salsabilah dkk, 2017. Prinsip-Prinsip Komunikasi.


Riana, Heny. 2018. Prinsip-Prinsip Pendidikan Islam, Metode, Pendekatan,
Evaluasi Pembelajaran
Sulkipani. 2020 . Prinsip-Prinsip Dan Praktik Pendidikan Untuk Membangun
Warganegara Yang Demokratis

https://maglearning.id/2021/03/08/prinsip-prinsip-komunikasi-pendidikan

19

Anda mungkin juga menyukai