TIM PENYUSUN
BAKTI RAHAYU,S.Kep.,M.Kes
i
KATA PENGANTAR
ii
DAFTAR ISI
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Deskripsi Modul
Modul ini sebagai panduan mahasiswa dalam materi Konsep Dasar Keperawatan II
(KDK II) yang berisi tentang konsep komunikasi umum, komunikasi terapeutik
perawat, konsep dasar etika, maslah – masalah etik dalam keperawatan,
komunikasi legalitas dalam pelayanan kesehatan, trend issues dalam komunikasi
keperawatan/ kesehatan, system informasi kesehatan dan proses keperawatan.
B. Tujuan Modul
2
BAB II
MATERI PERKULIAHAN
A. Pengertian Komunikasi
Luthans (2006:372) menyatakan,”kebanyakan definisi komunikasi yang
digunakan dalam buku perilaku organisasi menekankan penggunaan
simbol- simbol untuk mentransfer arti informasi.
B. Peran Komunikasi
1. Komunikasi dalam lingkungan pendidikan
B. Proses Komunikasi
Pengirim pesan adalah orang yang mempunyai ide untuk disampaikan kepada
seseorang dengan harapan dapat dipahami oleh orang yang menerima pesan
sesuai dengan yang dimaksudkannya. Pesan adalah informasi yang akan
disampaikan atau diekspresikan oleh pengirim pesan. Pesan dapat verbal atau
non verbal dan pesan akan efektif bila diorganisir secara baik dan jelas.
Simbol / isyarat
Pada tahap ini pengirim pesan membuat kode atau simbol sehingga pesannya
dapat dipahami oleh orang lain. Biasanya seorang manajer menyampaikan
pesan dalam bentuk kata-kata, gerakan anggota badan (tangan, kepala, mata
dan bagian muka lainnya). Tujuan penyampaian pesan adalah untuk mengajak,
membujuk, mengubah sikap, perilaku atau menunjukkan arah tertentu.
Media / penghubung
Adalah alat untuk penyampaian pesan seperti ; TV, radio surat kabar, papan
pengumuman, telepon dan lainnya. Pemilihan media ini dapat dipengaruhi oleh
isi pesan
yang akan disampaikan, jumlah penerima pesan, situasi.
Mengartikan kode / isyarat
Setelah pesan diterima melalui indera (telinga, mata dan seterusnya) maka si
penerima pesan harus dapat mengartikan simbul/kode dari pesan tersebut,
sehingga dapat dimengerti atau dipahaminya.
Penerima pesan
Balikan adalah isyarat atau tanggapan yang berisi kesan dari penerima pesan
dalam bentuk verbal maupun nonverbal. Tanpa balikan seorang pengirim
pesan tidak akan tahu dampak pesannya terhadap si penerima pesan Hal ini
penting bagi manajer atau pengirim pesan untuk mengetahui apakah
pesan sudah diterima dengan pemahaman yang benar dan tepat. Balikan
dapat disampaikan oleh penerima pesan atau orang lain yang bukan
penerima pesan. Balikan yang disampaikan oleh penerima pesan pada
umumnya merupakan balikan langsung yang mengandung pemahaman atas
pesan tersebut dan sekaligus merupakan apakah pesan itu akan
dilaksanakan atau tidak balikan yang diberikan oleh orang lain didapat dari
pengamatan pemberi balikan terhadap perilaku maupun ucapan penerima
pesan. Pemberi balikan menggambarkan perilaku penerima pesan sebagai
reaksi dari pesan yang diterimanya. Balikan bermanfaat untuk memberikan
informasi, saran yang dapat menjadi bahan pertimbangan dan membantu
untuk menumbuhkan kepercayaan serta keterbukaan diantara komunikan,
juga balikan dapat memperjelas persepsi.
Gangguan
Komunikasi Interpersonal
19
MATERI KE DUA KOMUNIKASI TERAPEUTIK
A. Pengertian
Komunikasi terapeutik adalah komunikasi yang dilakukan atau
dirancang untuk tujuan terapi. Seorang penolong atau perawat dapat
membantu klien mengatasi masalah yang dihadapinya melalui komunikasi,
(Suryani 2005). Menurut Purwanto yang dikutip oleh (Mundakir 2006),
komunikasi terapeutik adalah komunikasi yang direncanakan secara sadar,
bertujuan dan kegiatannya dipusatkan untuk kesembuhan pasien. Pada
dasarnya komunikasi terapeutik merupakan komunikasi professional yang
mengarah pada tujuan yaitu penyembuhan pasien, (Siti Fatmawati 2010).
Komunikasi terapeutik adalah komunikasi yang direncanakan secara sadar,
bertujuan dan kegiatannya dipusatkan untuk kesembuhan pasien,
Indrawati, dalam Siti Fatmawati, (2010).
20
B. Tujuan Komunikasi Terapeutik
Komunikasi terapeutik bertujuan untuk mengembangkan pribadi klien
kearah yang lebih positif atau adaptif dan diarahkan pada pertumbuhan klien
yang meliputi:
Ketiga, semua komuikasi yang dilakukan harus dapat menjaga harga diri
pemberi maupun penerima pesan, dalam hal ini perawat harus mampu
menjaga harga dirinya dan harga diri klien.
5. Mengulangi (restating)
Mengulangi (restating) yaitu mengulang pokok pikiran yang diungkapkan
klien maksudnya adalah mengulangi pokok pikiran yang diungkapkan
klien dengan menggunakan kata-kata sendiri. Gunanya untuk menguatkan
ungkapan klien dan member indikasi perawat mengikuti pembicaraan
atau memperhatikan klien dan mengharapkan komunikasi berlanjut klien
(Keliat, Budi Anna, 1992 ).
6. Klarifikasi (clarification)
Klasifikasi (clarification) adalah penjelasan kembali ke ide atau pikiran
klien yang tidak jelas atau meminta klien untuk menjelaskan arti dari
ungkapannya Gerald,d dan Suryani, (2005). Dilakukan bila perawat ragu,
tidak jelas, tidak mendengar atau klien malu mengemukakan informasi,
informasi yang diperoleh tidak lengkap atau mengemukakannya berpindah-
pindah. Pada saat klarifikasi perawat tidak boleh menginterpretasikan
apa yang dikatakan klien, juga tidak boleh menambahkan informasi
Gerald, D dalam Suryani, (2005). Fokus utama klarifikasi adalah pada
perasaan, karena pengertian terhadap perasaan klien sangat penting
dalam memahami klien.
7. Refleksi ( reflection )
Refleksi (reflection) adalah mengarahkan kembali ide, perasaan,
pertanyaan, dan isi pembicaraan kepada klien. Hal ini digunakan untuk
memvalidasi pengertian perawat tentang apa yang diucapkan klien dan
menekankan empati, minat, dan penghargaan terhadap klien Antai-Otong
dalam Suryani, (2005). Refleksi menganjurkan klien untuk
mengungkapkan dan menerima ide dan perasaannya sebagai bagian dari
dirinya sendiri. Apabila klien bertanya apa yang harus ia pikirkan dan
kerjakan atau rasakan maka perawat dapat menjawab; bagaimana
menurutmu? Dengan demikian perawat mengindikasikan bahwa pendapat
klien adalah berharga dank lien mempunyai hak untuk mampu melakukan hal
tersebut, maka iapun akan berpikir bahwa dirinya adalah manusia yang
mempunyai kapasitas dan kemampuan sebagai individu yang terintegrasi dan
bukan sebagai bagian dari orang lain.
8. Memfokuskan (focusing)
Memfokuskan (focusing) adalah bertujuan memberikan kesempatan
kepada klien untuk membahas masalah inti dan mengarahkan komunikasi
klien pada pencapaian tujuan Stuart, G.W dalam Suryani, (2005). Metode ini
dilakukan dengan tujuan membatasi bahan pembicaraan sehingga
pembahasan masalah lebih spesifik dan dimengerti dan mengarahkan
komunikasi klien pada pencapaian tujuan.
9. Diam ( silence )
Teknik diam digunakan untuk memberikan kesempatan pada klien
sebelum menjawab pertanyaan perawat. Diam akan memberikan
kesempatan kepada perawat dan klien untuk Mengorganisasi pikiran
masing-masing Stuart dan Sundeen, dalam Suryani, (2005).
Teknik ini digunakan untuk memberikan cara pandang lain sehingga klien
tidak melihat sesuatu atau masalah dari aspek negatifnya saja Gerald,D
dalam Suryani, (2005 ) sehingga memungkinkan klien untuk membuat
perencanaan yang lebih baik dalam mengatasi masalah yang dihadapinya.
13. Eksplorasi
Teknik ini bertujuan untuk mencari atau menggali lebih dalam masalah yang
dialami klien, Antai-Otong dalam suryani, (2005) supaya masalah tersebut
bias diatasi. Teknik ini bermanfaat pada tahap kerja untuk
mendapatkan gambaran yang detail tentang masalah yang dialami klien.
14. Membagi Persepsi (Sharing perception)
Stuart G.W. dalam Suryani, (2005), menyatakan membagi persepsi (sharing
perception) adalah meminta pendapat klien tentang hal yang perawat rasakan
ataupikirkan. Teknik ini digunakan ketika perawat merasakan atau melihat ada
perbedaan antara respons verbal atau respons nonverbal dari klien.
Elsa Roselina, 2009 mengidentifikasikan lima sikap atau cara untuk dapat
menghadirkan diri secara fisik yang dapat memfasilitasi komunikasi terapeutik:
1. Berhadapan
Posisi ini memiliki arti bahwa saya siap untuk anda
2. Mempertahankan kontak mata
Kontak mata pada level yang sama berarti menghargai klien dan menyatakan
keinginan untuk tetap berkomunikasi
3. Membungkuk kearah klien
Pada posisi ini menunjukkan keinginan untuk menyatakan atau
mendengarkan sesuatu
4. Memperlihatkan sikap terbuka
Dalam posisi ini diharapkan tidak melipat kaki atau tangan untuk menyatakan
atau mendengarkan sesuatu
5. Tetap rileks
Tetap dapat mengendalikan keseimbangan, antara ketegangan dan relaksasi
dalam memberikan respons kepada pasien, meskipun dalam situasi yang
kurang menyenangkan.
Isi Pesan
Pesan adalah segala sesuatu yang akan disampaikan. Pesan dapat berupa ide,
pendapat, pikiran dan saran. Pesan adalah keseluruhan dari apa yang
disampaikan oleh komunikator. Pesan ini mempunyai inti pesan yang
sebenarnya menjadi pengarah di dalam suatu usaha mencoba mengubah
sikap dan tingkah laku komunikan, (Ernawati Dalami, 2009). Menurut Arita
Murwani, isi pesan harus dirasa penting dan berguna bagi sasaran. Bila seorang
pasien diberi nasihat atau informasi berupa pesan-pesan yang kurang
bermanfaat dan tidak jelas, maka pasien akan enggan melakukannya. Pesan
dapat disampaikan dengan cara langsung atau lisan, tatap muka, dan dapat pula
melalui media atau saluran. Pesan yang disampaikan memenuhi beberapa syarat
sebagai berikut:
1. Pesan harus direncanakan dengan baik sesuai kebutuhan
2. Penyampaian pesan dengan menggunakan bahasa yang baik dan mudah
dimengerti oleh kedua belah pihak
3. Pesan harus menarik minat dan kebutuhan pribadi penerima serta menimbulkan
kepuasan, ( Mundakir 2006).
MATERI PERTEMUAN KETIGA
KONSEP DASAR ETIKA
A. Pengertian
Etika berasal dari bahasa yunani, yaitu Ethos, yang menurut Araskar dan
David (1978) berarti ” kebiasaaan ”. ”model prilaku” atau standar yang
diharapkan dan criteria tertentu untuk suatu tindakan. Penggunaan istilah
etikasekarang ini banyak diartikan sebagai motif atau dorongan yang
mempengaruhi prilaku. ( Dra. Hj. Mimin Emi Suhaemi. 2002 : 7 ).
5. Kode etik “Kaedah utama yang menjaga terjalinnya interaksi pemberi dan
penerima jasa profesi yang wajar,jujur,adil dan terhormat.
D. Prinsip-Prinsip Etik
A. Pengertian
Proses keperawatan adalah suatu metode sistematis dan ilmiah yang
digunakan perawat untuk memenuhi kebutuhan perawat dalam mencapai atau
mempertahankan keadaan Bio-Psiko-Sosio-Spiritual yang optimal, melalui
tahap-tahap pengkajian, identifikasi diagnose keperawatan, penentuan rencana
keperawatan, melaksanakan tindakan keperawatan, serta evaluasi tindakan
keperawatan. Untuk memperjelas pengertian tersebut berikut ini ada beberapa
contoh meliputi :
1. Kebutuhan biologis seperti: makan, minum, tidur, buang air kecil (BAK),
buang air besar (BAB).
2. Kebutuhan psikologis misalnya: keadaan emosi (pemarah, cengeng,
pendiam) konsep diri (menarik diri dan rendah diri) dan keyakinan tentang
kesehatan (percaya kekuatan gaib dan berobat kedokter).
3. Kebutuhan sosial misalnya: hubungan antar keluarga baik dan konflik dan
hubungan dengan orang lain (sering konflik)
4. Kebutuhan spiritual: kebiasaan atau ketaatan beribadah (taat beribadah dan
jarang beribadah)
A. Tahap pengkajian
Tahap ini merupakan awal dari proses keperawatan. Tahap pengkajian
diperlukan kepcermatan dan ketelitian untuk mengenal masalah. Hal itu
disebabkan, keberhasilan proses keperawatan sangat bergantung pada tahap
ini.
1. Pengumpulan Data
Pengumpulan data merupakan kegiatan menghimpun data
kesehatan/keperawatan. Jenis data yang dikumpulkan adalah data yang
mempunyai pengaruh atau hubungan dengan situasi yang dialami klien.
2. Sumber Data
Sumber data didapat dari :
a. Pasien
b. Keluarga/orang yang mengenal pasien
c. Tenaga kesehatan (dokter, peraawat, dll)
d. Catatan yang dibuat oleh tenaga kesehatan
e. Hasil pemeriksaan
3. Cara Pengumpulan Data
a. Wawancara, adalah pemicaraan terarah yang umumnya dilakukan
pada pertemuan-pertemuan tatap muka
b. Observasi, artinya mengamati perilaku dan keadaan, untuk memperoleh
data tentang tingkat kesehatan pasien. Observasi dilakukan dengan
menggunakan alat indra lainnya. Contoh: meraba, menyentuh, dan
mendengar.
c. Pemeriksaan fisik, dilakukan secara keseluruhan dari kepala sampai
ujung kaki, diantaranya: inspeksi, palpasi, auskultasi, perkusi, dan
pemeriksaan lain. Yang dimaksud dengan pemeriksaan lain adalah
dengan menggunakan instrument atau alat ukur, contohnya dengan
menggunakan thermometer, tensimeter, dll.
4. Pengelompokan data atau analisa data
Setelah data pasien terkumpul, selanjutnya kelompokkan data kedalam
kelompok tertentu. Setelah anda mengelompokkan data, langkah
selanjutnya yaitu menentukan masalah yang terjadi pada pasien.
Perhatikan pengelompokkan data berikut:
a. Data fisiologis/biologis, diantaranya:
1) Masalah kesehatan dan penyakit yang lalu
2) Masalah kesehatan yang sedang dialami
3) Masalah pola fungsi kehidupan sehari-hari,
4) Masalah resiko tinggi,
5) Pengaruh perkembangan terhapadap kehidupan.
b. Data psikologis diantaranya:
1) Perilaku,
2) Pola-pola emosional,
3) Komsep diri,
4) Gambaran diri,
5) Penamilan intelektual,
6) Pola pemecahan masalah,
7) Tingkat pendidikan,
8) Daya ingat.
c. Data social, diantaranya:
1) Status ekonomi,
2) Kegiatan rekreasi,
3) Bahasa komunikasi,
4) Pengaruh budaya,
5) Sumber masyarakat,
6) Factor resiko lingkungan,
7) Hubungan social,
8) Hubungan dengan keluarga,
9) Pekerjaan.
d. Data spiritual diantaranya:
1) Nilai-nilai/nama,
2) Kepercayaan,
3) Keyakinan,
4) Moral.
Setelah pengelompokan data, sebenarnya ada analisa data, yaitu
mengaitkan dan menghubungkan data yang diperoleh dengan konsep, teori,
dan prinsip yang relevan, untuk mengetahui masalah- masalah kesehatan.
MATERI PERTEMUAN KE ENAM
DIAGNOSA KEPERAWATAN
A. Pengertian
Tindakan keperawatan adalah pelaksanaan rencana tindakan yang
telah ditentukan, dengan maksud agar kebutuhan pasien terpenuhi secara
optimal. Tindakan keperawatan tersebut dapat dilaksanakan sebagaian
oleh pasien itu sendiri, oleh perawat secara mandiri, atau mungkin dilakukan
secara bekerjasama dengan anggota tim kesehatan. Misalnya, ahli gizi dan
fisioterapi. Hal yang akan dilakukan ini sangat bergantung jenis tindakan,
kemampuan/keterampilan dan keinginan pasien, serta tenaga perawat itu
sendiri. Dengan demikian, tampak bahwa pelaksanaan keperawatan bukan
semata-mata tugas keperawatan, tetapi melibatkan banyak pihak. Namun
demikian, yang memiliki tanggung jawab secara keseluruhan tenaga
keperawatan tersebut.
A. Pengertian
A. Pengertian
2. Non tradisional
Adalah pencatatan yang berorientasi pada maslah (problem orientet
record/POR). Pada system ini kerjasama tim kesehatan diutamakan
untuk menunjang pembenahan asuhan keperawatan dengan
menggunakan system pendekatan proses keperatawatan. Jadi setiap
anggota tim melakukan tugas yang mengatur pada masalah dan kebutuhan
pasien secara terarah dan terkoordinir. Komponen prolem oriented
record/POR , meliputi data dasar, masalah, rencana tindakan dan
pencatatan perkembangan pasien.
Untuk mengetahui isi komponen tersebut, berikut ini penjelasan
singkatnya:
1. Data dasar
Masalah yang didapat dari data dasar tersebut lalu dianalisa dan
dirumuskan masalah/diagnose keperawatan pasien , yang mencakup
kebutuhan biologis, psikologi, sosial dan spiritual. Ditulis sesuai dengan
prioritas atau berdasarkan berat ringan masalah, mungkin diatasi
dengan tindakan keperawatan, tersedia sumber daya untuk
mengatasinya.
3. Rencana tindakan
4. Jenis laporan
Beberapa jenis laporan yang dapat digunakan yaitu:
a. Laporan rutin, berisikan informasi tentang perkembangan pasien. Ini
biasanya dilakukan: setiap penggantian tugas untuk
kesinambungan asuhan keperawatan dan berkala , misalnya
mingguan atau bulanan, yang dilaporkan pada seksi/pengawas
perawat.
b. Laporan kejadian luar biasa, maksudnya jika terjadi situasi yang tidak
biasa atau memberi dampak negative tarhadap pasien, maka ;laporan