Anda di halaman 1dari 49

MODUL PEMBELAJARAN

KONSEP DASAR KEPERAWATAN II

TIM PENYUSUN

BAKTI RAHAYU,S.Kep.,M.Kes

STIKES DATU KAMANRE BELOPA


TAHUN AKADEMIK 2020/2021

i
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, puji syukur Penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas


limpahan berkat dan karunia dan hidayahNya akhirnya Penulis mampu
menyelesaikan penyusunan modul Ilmu Keperawatan Dasar II. Modul ini disusun
sebagai salah satu media pembelajaran bagi mahasiswa dalam mata kuliah
Konsep Dasar Keperawatan II ( KDK II )yang menjelaskan kepada mahasiswa
tentang metode pembelajaran, penilain selama pembelajaran dan materi
pembelajaran. Dengan adanya modul ini diharapkan mahasiswa dapat belajar
secara mandiri dan mengerti akan tujuan pembelajaran.
Penyusunan modul ini belum sempurna, penulis dengan kerendahan hati
penulis mengharapkan kritikan dan saran yang dapat menyempurnakan modul
pembelajaran ini. Semoga modul ini dapat bermanfaat bagi mahasiswa dan
memberikan perkembangan positif dalam pendidikan keperawatan.

Belopa, Februari 2021


Tim Penyusun

ii
DAFTAR ISI

Halaman judul ................................................................................................ i

Kata pengantar ............................................................................................... ii

Daftar isi ................................................................................................ iii

BAB I PENDAHULUAN .............................................................................. 1

Deskripsi modul ............................................................................................. 1

Capaian Pembelajaran Luaran........................................................................ 1

Rancangan Program Pembelajaran ................................................................ 3

BAB II MATERI PERKULIAHAN .............................................................. 4

DAFTAR PUSTAKA .................................................................................... 57

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Deskripsi Modul

Modul ini sebagai panduan mahasiswa dalam materi Konsep Dasar Keperawatan II
(KDK II) yang berisi tentang konsep komunikasi umum, komunikasi terapeutik
perawat, konsep dasar etika, maslah – masalah etik dalam keperawatan,
komunikasi legalitas dalam pelayanan kesehatan, trend issues dalam komunikasi
keperawatan/ kesehatan, system informasi kesehatan dan proses keperawatan.

B. Tujuan Modul

Setelah menggunakan modul ini mahasiswa mampu menjelaskan tentang konsep


komunikasi umum, komunikasi terapeutik perawat, konsep dasar etika, maslah –
masalah etik dalam keperawatan, komunikasi legalitas dalam pelayanan kesehatan,
trend issues dalam komunikasi keperawatan/ kesehatan, system informasi kesehatan
dan proses keperawatan.

C. Informasi Mata Kuliah


Materi : Konsep Dasar Keperawatan II ( KDK II)

Sasaran : Mahasiswa keperawatan semester II

D. Deskripsi Mata Kuliah

Fokus pada pemahaman ilmu keperawatan dasar mahasiswa mampu


memahami tentang konsep komunikasi umum, komunikasi terapeutik perawat,
konsep dasar etika, maslah – masalah etik dalam keperawatan,
komunikasi legalitas dalam pelayanan kesehatan, trend issues dalam
komunikasi keperawatan/ kesehatan, system informasi kesehatan dan
proses keperawatan.
E. Standart Kompetensi :

Setelah mengikuti kegiatan pembelajaran ilmu keperawatan dasar II


mahasiswa mampu :

1. Menjelaskan konsep komunikasi

2. Menjelaskan konsep komunikasi terapeutik

3. Menjelaskan konsep dasar etika

4. Menjelaskan proses keperawatan

5. Menjelaskan pengkajian keperawatan

6. Menjelaskan diagnosa keperawatan

7. Menjelaskan intervensi keperawatan

8. Menjelaskan implemetasi keperawatan

9. Menjelaskan evaluasi keperawatan

10. Menjelaskan dokumentasi keperawatan

2
BAB II
MATERI PERKULIAHAN

MATERI PERTEMUAN PERTAMA : KONSEP KOMUNIKASI

A. Pengertian Komunikasi
Luthans (2006:372) menyatakan,”kebanyakan definisi komunikasi yang
digunakan dalam buku perilaku organisasi menekankan penggunaan
simbol- simbol untuk mentransfer arti informasi.

Robbins (2008:5) Komunikasi meliputi transfer maupun pemahaman


makna. Himstreet dan Baty dalam Purwanto (2006:3) komunikasi adalah
proses pertukaran informasi antarindividu melalui suatu sistem yang biasa
(lazim) baik dengan simbol-simbol, sinyal-sinyal, maupun perilaku atau
tindakan.

Komunikasi adalah bentuk apa saja dari interaksi kata-kata, senyuman,


anggukan kepala, gerakan tangan, sikap badan , gerakan mata yang berakibat
diterimanya arti, sikap, atau perasaan yang sama.

Komunikasi adalah proses penyampaian pesan oleh seseorang kepada


orang lain untuk memberitahu, mengubah sikap, pendapat, atau perilaku, baik
secara lisan (langsung) ataupun tidak langsung (melalui media).

B. Peran Komunikasi
1. Komunikasi dalam lingkungan pendidikan

Disebut juga dengan informasi kependidikan dan komunikasi pendidikan,


sebab terjadinya komunikasi memang di dunia pendidikan. Pendidikan
merupakan proses yang panjang, yang melibatkan banyak unsur
seperti pendidik, administrator pendidikan, proses, komunikasi, peserta
didik, pesan- pesan atau informasi pendidikan, dan adanya tujuan-tujuan
yang dicapai dari proses pendidikan dimaksud. Pada pelaksanaan
pendidikan formal atau pendidikan melalui lembaga-lembaga pendidikan
sekolah, tampak jelas bahwa proses komunikasi sangat dominan
kedudukannya. Karena dalam proses pendidikan memang sebagian
besar hanya bisa dilakukan melalui adanya proses
komunikasi dan keterlibatan informasi. Artinya, hampir tidak ada
proses pendidikan yang tanpa melalui komunikasi dan informasi. Orang
menyampaikan pesan, mengajar, memberikan data dan fakta untuk
kepentingan pendidikan, merumuskan kalimat yang baik dan benar,
semuanya hanya bisa dilakukan dengan penggunaan informasi
komunikatif. Proses komunikasi dirancang atau dipersiapkan secara
khusus untuk tujuan-tujuan penyampaian pesan-pesan atau informasi
pendidikan.

2. Komunikasi dalam lingkungan sosial


Terjadinya suatu kelompok dalam lingkungan masyarakat sosial sedikit
banyak karena andil komunikasi dan proses berbagi informasi. Keluarga
pun diawali oleh peristiwa komunikasi. Bukankah terbentuknya keluarga kita
asalnya dari peristiwa komunikasi Dimulai dari kontak pandang, lalu
menaksir, dilanjutkan kepada melamar, dan akhirnya terjadilah ikatan
perkawinan. Semuanya dilakukan dengan komunikasi dan pertukaran
informasi. Atau setidaknya andil komunikasi dan informasi sangat besar
dalam hal ini.

3. Komunikasi dalam lingkungan keluarga


Di lingkungan keluarga, komunikasi juga sangat besar kedudukannya dalam
mempertahankan kelangsungan hidup keluarga yang bersangkutan. Tanpa
diimbangi dengan pelaksanaan komunikasi yang terbuka antar anggota
dalam suatu keluarga, dipastikan tidak akan terjadi keharmonisan di
dalamnya. Bahkan kegagalan-kegagalan dalam perkawinan di suatu
keluarga, sebagian besar karena tidak adanya informasi komunikasi yang
terbuka. Salah satu syarat utama untuk memahamkan orang lain dalam
lingkungan keluarga adalah komunikasi yang terbuka tadi. Masing-masing
anggota keluarga saling membuka diri atas hal-hal yang bisa menjadikan
ketidaksejalanan anggota keluarga. Dengan membuka diri tersebut, maka
tiap anggota keluarga yang lain akan memahami kemauan- kemauan
dan gagasannya, sehingga jika pun terjadi hal-hal yang berbeda, akan bisa
dicari jalan keluarnya.
4. Komunikasi dalam kelompok dan organisasi
Komunikasi kelompok dan komunikasi organisasi sebenarnya berbeda.
Yang pertama lebih memusatkan diri pada peristiwa komunikasi yang terjadi
antar beberapa orang, baik yang terstruktur maupun yang tidak
terstruktur, sedangkan yang terakhir lebih dinamis sifatnya. Kelompok
yang sudah terstruktur dan sudah terorganisasikan secara tetap seperti
tampak dalam organisasi-organisasi sosial dan lembaga
kemasyarakatan, biasanya anggota- anggotanya relatif tetap dan terdaftar
secara formal. Sedangkan pada kelompok yang tidak terstruktur tadi, tidak
selalu terdaftar secara formal.

B. Proses Komunikasi

Pengirim pesan (sender) dan isi pesan / materi

Pengirim pesan adalah orang yang mempunyai ide untuk disampaikan kepada
seseorang dengan harapan dapat dipahami oleh orang yang menerima pesan
sesuai dengan yang dimaksudkannya. Pesan adalah informasi yang akan
disampaikan atau diekspresikan oleh pengirim pesan. Pesan dapat verbal atau
non verbal dan pesan akan efektif bila diorganisir secara baik dan jelas.
Simbol / isyarat

Pada tahap ini pengirim pesan membuat kode atau simbol sehingga pesannya
dapat dipahami oleh orang lain. Biasanya seorang manajer menyampaikan
pesan dalam bentuk kata-kata, gerakan anggota badan (tangan, kepala, mata
dan bagian muka lainnya). Tujuan penyampaian pesan adalah untuk mengajak,
membujuk, mengubah sikap, perilaku atau menunjukkan arah tertentu.
Media / penghubung
Adalah alat untuk penyampaian pesan seperti ; TV, radio surat kabar, papan
pengumuman, telepon dan lainnya. Pemilihan media ini dapat dipengaruhi oleh
isi pesan
yang akan disampaikan, jumlah penerima pesan, situasi.
Mengartikan kode / isyarat
Setelah pesan diterima melalui indera (telinga, mata dan seterusnya) maka si
penerima pesan harus dapat mengartikan simbul/kode dari pesan tersebut,
sehingga dapat dimengerti atau dipahaminya.

Penerima pesan

Penerima pesan adalah orang yang dapat memahami pesan dari


sipengirim meskipun dalam bentuk code atau isyarat tanpa mengurangi
arti pesan yang dimaksud oleh pengirim
Balikan (feedback)

Balikan adalah isyarat atau tanggapan yang berisi kesan dari penerima pesan
dalam bentuk verbal maupun nonverbal. Tanpa balikan seorang pengirim
pesan tidak akan tahu dampak pesannya terhadap si penerima pesan Hal ini
penting bagi manajer atau pengirim pesan untuk mengetahui apakah
pesan sudah diterima dengan pemahaman yang benar dan tepat. Balikan
dapat disampaikan oleh penerima pesan atau orang lain yang bukan
penerima pesan. Balikan yang disampaikan oleh penerima pesan pada
umumnya merupakan balikan langsung yang mengandung pemahaman atas
pesan tersebut dan sekaligus merupakan apakah pesan itu akan
dilaksanakan atau tidak balikan yang diberikan oleh orang lain didapat dari
pengamatan pemberi balikan terhadap perilaku maupun ucapan penerima
pesan. Pemberi balikan menggambarkan perilaku penerima pesan sebagai
reaksi dari pesan yang diterimanya. Balikan bermanfaat untuk memberikan
informasi, saran yang dapat menjadi bahan pertimbangan dan membantu
untuk menumbuhkan kepercayaan serta keterbukaan diantara komunikan,
juga balikan dapat memperjelas persepsi.
Gangguan

Gangguan bukan merupakan bagian dari proses komunikasi akan tetapi


mempunyai pengaruh dalam proses komunikasi, karena pada setiap situasi
hampir selalu ada hal yang mengganggu kita. Gangguan adalah hal yang
merintangi atau menghambat komunikasi sehingga penerima salah
menafsirkan pesan yang diterimanya.
Media dan Teknologi Komunikasi
Teknologi komunikasi melalui komputer, telepon dan TV, anggota organisasi di
lokasi yang sama atau tersebar di penjuru tempat dapat saling berkomunikasi.

Komunikasi Interpersonal

Komunikasi yang mengalir antar individu yang menekankan transfer informasi


dari satu individu ke individu lain. Komunikasi antar pribadi yang efektif
tergantung pada umpan balik.

19
MATERI KE DUA KOMUNIKASI TERAPEUTIK

A. Pengertian
Komunikasi terapeutik adalah komunikasi yang dilakukan atau
dirancang untuk tujuan terapi. Seorang penolong atau perawat dapat
membantu klien mengatasi masalah yang dihadapinya melalui komunikasi,
(Suryani 2005). Menurut Purwanto yang dikutip oleh (Mundakir 2006),
komunikasi terapeutik adalah komunikasi yang direncanakan secara sadar,
bertujuan dan kegiatannya dipusatkan untuk kesembuhan pasien. Pada
dasarnya komunikasi terapeutik merupakan komunikasi professional yang
mengarah pada tujuan yaitu penyembuhan pasien, (Siti Fatmawati 2010).
Komunikasi terapeutik adalah komunikasi yang direncanakan secara sadar,
bertujuan dan kegiatannya dipusatkan untuk kesembuhan pasien,
Indrawati, dalam Siti Fatmawati, (2010).

Menurut (Stuart 1998) komunikasi terapeutik adalah merupakan


hubungan interpersonal antara perawat dan klien, dalam hal ini perawat dan
klien memperoleh pengalaman belajar bersama dalam rangka memperbaiki
pengalaman emosional klien. Menurut (Potter-Perry 2000), proses dimana
perawat menggunakan pendekatan terencana dalam mempelajari klien.

Dari beberapa pengertian di atas dapat dipahami bahwa komunikasi


terapeutik adalah komunikasi yang dilakukan seorang perawat dengan teknik-
teknik tertentu yang mempunyai efek penyembuhan. Komunikasi terapeutik
merupakan salah satu cara untuk membina hubungan saling percaya terhadap
pasien dan pemberian informasi yang akurat kepada pasien, sehingga
diharapkan dapat berdampak pada perubahan yang lebih baik pada pasien
dalam menjalanakan terapi dan membantu pasien dalam rangka mengatasi
persoalan yang dihadapi pada tahap perawatan.

20
B. Tujuan Komunikasi Terapeutik
Komunikasi terapeutik bertujuan untuk mengembangkan pribadi klien
kearah yang lebih positif atau adaptif dan diarahkan pada pertumbuhan klien
yang meliputi:

Pertama, realisasi diri, penerimaan diri, dan peningkatan


penghormatan diri. Melalui komunikasi terapeutik diharapkan terjadi
perubahan dalam diri klien. Klien yang tadinya tidak biasa menerima apa
adanya atau merasa rendah diri, setelah berkomunikasi terapeutik dengan
perawat akan mampu menerima dirinya.

Kedua, kemampuan membina hubungan interpersonal dan saling


bergantung dengan orang lain. Melalui komunikasi terapeutik, klien belajar
bagaimana menerima dan diterima orang lain. Dengan komunikasi yang
terbuka, jujur dan menerima klien apa adanya, perawat akan dapat
meningkatkan kemampuan klien dalam membina hubungan saling percaya .
Ketiga, peningkatan fungsi dan kemampuan untuk memuaskan kebutuhan
serta mencapai tujuan yang realistis. Terkadang klien menetapkan ideal diri
atau tujuan yang terlalu tinggi tanpa mengukur kemampuannya. Keempat,
rasa identitas personal yang jelas dan peningkatan integritas diri. Identitas
personal disini termasuk status, peran, dan jenis kelamin. Klien yang
mengalami gangguan identitas personal biasanya tidak mempunyai rasa
percaya diri dan mengalami harga diri rendah. Melalui komunikasi
terapeutik diharapkan perawat dapat membantu klien meningkatkan
integritas dirinya dan identitas diri yang jelas. Dalam hal ini perawat berusaha
menggali semua aspek kehidupan klien di masa sekarang dan masa lalu.
Kemudian perawat membantu meningkatkan integritas diri klien melalui
komunikasinya dengan klien, (Suryani 2005).

C. Prinsip Dasar Komunikasi Terapeutik


Menurut (Suryani 2000), ada beberapa prinsip dasar yang harus
dipahami dalam membangun dan mempertahankan hubungan yang
terapeutik:
21
Pertama, hubungan perawat dengan klien adalah hubungan
terapeutik yang saling menguntungkan. Hubungan ini didasarkan pada
prinsip” humanity of nurse and clients”. Kualitas hubungan perawat-klien
ditentukan oleh bagaimana perawat mendefinisikan dirinya sebagai manusia.
Hubungan perawat dengan klien tidak hanya sekedar hubungan seorang
penolong dengan kliennya tetapi lebih dari itu, hubungan antar manusia yang
bermartabat.

Kedua, perawat harus menghargai keunikan klien. Tiap individu


mempunyai karakter yang berbeda-beda, karena itu perawat perlu memahami
perasaan dan perilaku klien dengan melihat perbedaan latar belakang
keluarga, budaya, dan keunikan tiap individu.

Ketiga, semua komuikasi yang dilakukan harus dapat menjaga harga diri
pemberi maupun penerima pesan, dalam hal ini perawat harus mampu
menjaga harga dirinya dan harga diri klien.

Keempat, komunikasi yang menciptakan tumbuhnya hubungan saling


percaya harus dicapai terlebih dahulu sebelum menggali permasalahan dan
memberikan alternative pemecahan masalah. Hubungan saling percaya antara
perawat dan klien adalah kunci dari komunikasi terapeutik.

D. Komunikasi Terapeutik sebagai Tanggung Jawab Moral Perawat


Perawat disebutkan sebagai tenaga terpenting karena sebagian
terbesar pelayanan Rumah Sakit adalah pelayanan keperawatan. Perawat
bekerja dan selalu bertemu dengan pasien selama 24 jam penuh dalam satu
siklus shift, karena itu perawat menjadi ujung tombak bagi suatu Rumah Sakit
dalam memberikan pelayanan kesehatan kepada pasien. Dalam memberikan
intervensi keperawatan diperlukan suatu komunikasi terapeutik, dengan
demikian diharapkan seorang perawat memiliki kemampuan khusus
mencakup ketrampilan intelektual, teknikal dan interpersonal dan penuh kasih
sayang dalam melakukan komunikasi dengan pasien. Perawat harus memiliki
tanggung jawab moral tinggi yang didasari atas sikap peduli dan penuh kasih
sayang, serta perasaan ingin membantu orang lain untuk kesembuhan pasien.
Menurut Addalati, dalam Abdul Nasir (2009) menambahkan bahwa
seorang beragama, perawat tidak dapat bersikap tidak peduli terhadap orang
lain dan adalah seorang pendosa apabila perawat mementingkan dirinya
sendiri.

E. Teknik Komunikasi Terapeutik

Teknik komunikasi terapeutik dengan menggunakan referensi dari Stuart dan


Sundeen, dalam Ernawati (2009) yaitu:
1. Mendengarkan (lestening)
Mendengar ( listening) merupakan dasar utama dalam
komunikasi terapeutik ( Keliat 1992). Mendengarkan adalah proses aktif
dan penerimaan informasi serta penelaahan reaksi seseorang terhadap
pesan yang diterima , Hubson, S dalam Suryani, (2005). Untuk
member kesempatan lebih banyak pada klien untuk berbicara, maka
perawat harus menjadi pendengar yang aktif. Selama mendengarkan,
perawat harus mengikuti apa yang dibicarakan klien dengan penuh
perhatian. Perawat memberikan tanggapan dengan tepat dan tidak
memotong pembicaraan klien. Tunjukkan perhatian bahwa perawat
mempunyai waktu untuk mendengarkan.

2. Pertanyaan fasilitatif (fasilitatif question)


Pertanyaan fasilitatif (facilitative question) terjadi jika pada saat bertanya
perawat sensitive terhadap pikiran dan perasaan serta secara langsung
berhubungan dengan masalah klien, sedangkan pertanyaan non fasilitatif
(non facilitative question) adalah pertanyaan yang tidak efektif karena
memberikan pertanyaan yang tidak fokus pada masalah atau pembicaraan,
bersifat mengancam, dan tampak kurang pengertian terhadap klien Gerald,
D dalam Suryani,(2005).

3. Pertanyaan terbuka atau tertutup


Pertanyaan terbuka (open question) digunakan apabila perawat
membutuhkan jawaban yang banyak dari klien. Dengan pertanyaan
terbuka, perawat mampu mendorong klien mengekspresikan dirinya Antai-
Otong dalam Suryani, (2005). Pertanyaan tertutup (closed question)
digunakan ketika perawat membutuhkan jawaban yang singkat.
4. Penerimaan
Yaitu mendukung dan menerima informasi dengan tingkah laku yang
menunjukkan ketertarikan dan tidak menilai. Penerimaan bukan berarti
persetujuan. Penerimaan berarti bersedia untuk mendengarkan orang
lain tanpa menunjukan keraguan atau tidak setuju. Perawat sebaiknya
menghindarkan ekspresi wajah dan gerakan tubuh yang menunjukkan
tidak setuju, seperti mengerutkan kening atau menggelengkan kepala
seakan tidak percaya.

5. Mengulangi (restating)
Mengulangi (restating) yaitu mengulang pokok pikiran yang diungkapkan
klien maksudnya adalah mengulangi pokok pikiran yang diungkapkan
klien dengan menggunakan kata-kata sendiri. Gunanya untuk menguatkan
ungkapan klien dan member indikasi perawat mengikuti pembicaraan
atau memperhatikan klien dan mengharapkan komunikasi berlanjut klien
(Keliat, Budi Anna, 1992 ).
6. Klarifikasi (clarification)
Klasifikasi (clarification) adalah penjelasan kembali ke ide atau pikiran
klien yang tidak jelas atau meminta klien untuk menjelaskan arti dari
ungkapannya Gerald,d dan Suryani, (2005). Dilakukan bila perawat ragu,
tidak jelas, tidak mendengar atau klien malu mengemukakan informasi,
informasi yang diperoleh tidak lengkap atau mengemukakannya berpindah-
pindah. Pada saat klarifikasi perawat tidak boleh menginterpretasikan
apa yang dikatakan klien, juga tidak boleh menambahkan informasi
Gerald, D dalam Suryani, (2005). Fokus utama klarifikasi adalah pada
perasaan, karena pengertian terhadap perasaan klien sangat penting
dalam memahami klien.

7. Refleksi ( reflection )
Refleksi (reflection) adalah mengarahkan kembali ide, perasaan,
pertanyaan, dan isi pembicaraan kepada klien. Hal ini digunakan untuk
memvalidasi pengertian perawat tentang apa yang diucapkan klien dan
menekankan empati, minat, dan penghargaan terhadap klien Antai-Otong
dalam Suryani, (2005). Refleksi menganjurkan klien untuk
mengungkapkan dan menerima ide dan perasaannya sebagai bagian dari
dirinya sendiri. Apabila klien bertanya apa yang harus ia pikirkan dan
kerjakan atau rasakan maka perawat dapat menjawab; bagaimana
menurutmu? Dengan demikian perawat mengindikasikan bahwa pendapat
klien adalah berharga dank lien mempunyai hak untuk mampu melakukan hal
tersebut, maka iapun akan berpikir bahwa dirinya adalah manusia yang
mempunyai kapasitas dan kemampuan sebagai individu yang terintegrasi dan
bukan sebagai bagian dari orang lain.

8. Memfokuskan (focusing)
Memfokuskan (focusing) adalah bertujuan memberikan kesempatan
kepada klien untuk membahas masalah inti dan mengarahkan komunikasi
klien pada pencapaian tujuan Stuart, G.W dalam Suryani, (2005). Metode ini
dilakukan dengan tujuan membatasi bahan pembicaraan sehingga
pembahasan masalah lebih spesifik dan dimengerti dan mengarahkan
komunikasi klien pada pencapaian tujuan.

9. Diam ( silence )
Teknik diam digunakan untuk memberikan kesempatan pada klien
sebelum menjawab pertanyaan perawat. Diam akan memberikan
kesempatan kepada perawat dan klien untuk Mengorganisasi pikiran
masing-masing Stuart dan Sundeen, dalam Suryani, (2005).

10. Memberikan Informasi ( informing )


Memberikan informasi tambahan merupakan tindakan penyuluhan
kesehatan untuk klien. Teknik ini sangat membantu dalam mengajarkan
kesehatan atau pendidikan pada klien tentang aspek-aspek yang relevan
dengan perawatan diri dan penyembuhan klien. Informasi tambahan yang
diberikan pada klien harus dapat memberikan pengertian dan pemahaman
yang lebih baik tentang masalah yang dihadapi klien serta membantu
dalam memberikan alternative pemecahan masalah, (Suryani 2005).

11. Menyimpulkan (summerizing)


Menyimpulkan adalah teknik komunikasi yang membantu klien
mengeksporasi point penting dari interaksi perawat-klien. Teknik ini
membantu perawat dank lien untuk memiliki pikiran dan ide yang sama saat
mengakhiri pertemuan.
12. Mengubah Cara Pandang (reframing)

Teknik ini digunakan untuk memberikan cara pandang lain sehingga klien
tidak melihat sesuatu atau masalah dari aspek negatifnya saja Gerald,D
dalam Suryani, (2005 ) sehingga memungkinkan klien untuk membuat
perencanaan yang lebih baik dalam mengatasi masalah yang dihadapinya.

13. Eksplorasi
Teknik ini bertujuan untuk mencari atau menggali lebih dalam masalah yang
dialami klien, Antai-Otong dalam suryani, (2005) supaya masalah tersebut
bias diatasi. Teknik ini bermanfaat pada tahap kerja untuk
mendapatkan gambaran yang detail tentang masalah yang dialami klien.
14. Membagi Persepsi (Sharing perception)
Stuart G.W. dalam Suryani, (2005), menyatakan membagi persepsi (sharing
perception) adalah meminta pendapat klien tentang hal yang perawat rasakan
ataupikirkan. Teknik ini digunakan ketika perawat merasakan atau melihat ada
perbedaan antara respons verbal atau respons nonverbal dari klien.

15. Identifikasi tema


Perawat harus tanggap terhadap cerita yang disampaikan klien dan harus
mampu menangkap tema dari seluruh pembicaraan tersebut. Gunanya
untuk meningkatkan pengertian dan menggali masalah penting. (Stuart
dan Sundeen, dalam Suryani, 2005).teknik ini sangat bermanfaat pada
tahap awal kerja untuk memfokuskan pembicaraan pada awal masalah
yang benar-benar dirasakan klien.
16. Menganjurkan untuk Melanjutkan Pembicaraan

Teknik ini menganjurkan klien untuk mengarahkan hampir seluruh


pembicaraan yang mengidentifikasikan bahwa klien sedang mengikuti apa
yang dibicarakan dan tertarik dengan apa yang dibicarakan
selanjutnya. Perawat lebih berusaha untuk menaksirkan dari pada
mengarahkan diskusi/pembicaraan.
17. Humor
Sullivan dan Deane dalam Suryani,( 2005), melaporkan bahwa humor
merangsang produksi catecholamine dan hormone yang menimbulkan
perasaan sehat, meningkatkan toleransi terhadap rasa sakit,
mengurangi ansietas, memfasilitasi relaksasi pernafasan dan menggunakan
humor untuk menutupi rasa takut dan tidak enak atau menutupi ketidak
mampuannya untuk berkomunikasi dengan klien.

18. Memberikan Pujian


Memberikan pujian (reinforcement) merupakan keuntungan psikologis yang
didapatkan klien ketika berinteraksi dengan perawat. Reinforcement berguna
untuk meningkatkan harga diri dan menguatkan perilaku klien Gerald, D
dalam Suryani, (2005). Reinforcement bias diungkapkan dengan kata-kata
ataupun melalui inyarat nonverbal.

19. Menawarkan Diri


Bukan tidak mungkin bahwa klien belum siap untuk berkomunikasi secara
verbal dengan orang lain atau klien tidak mampu untuk membuat dirinya
dimengerti. Perawat menyediakan diri tanpa renpons bersyarat atau
respons yang diharapkan.
20. Memberikan Penghargaan

Memberi salam pada klien dan keluarga dengan menyebut namanya,


menunjukan kesadaran tentang perubahan yang terjadi, untuk menghargai
klien dan keluarga sebagai manusia seutuhnya yang mempunyai hak dan
tanggung jawab atas dirinya sendiri sebagai individu.
21. Asertif
Asertif adalah kemampuan dengan cara meyakinkan dan nyaman
untuk mengekspresikan pikiran dan perasaan diri dengan tetap menghargai
orang lain.

Sikap Perawat dalam Komunikasi Terapeutik

Elsa Roselina, 2009 mengidentifikasikan lima sikap atau cara untuk dapat
menghadirkan diri secara fisik yang dapat memfasilitasi komunikasi terapeutik:
1. Berhadapan
Posisi ini memiliki arti bahwa saya siap untuk anda
2. Mempertahankan kontak mata
Kontak mata pada level yang sama berarti menghargai klien dan menyatakan
keinginan untuk tetap berkomunikasi
3. Membungkuk kearah klien
Pada posisi ini menunjukkan keinginan untuk menyatakan atau
mendengarkan sesuatu
4. Memperlihatkan sikap terbuka
Dalam posisi ini diharapkan tidak melipat kaki atau tangan untuk menyatakan
atau mendengarkan sesuatu
5. Tetap rileks
Tetap dapat mengendalikan keseimbangan, antara ketegangan dan relaksasi
dalam memberikan respons kepada pasien, meskipun dalam situasi yang
kurang menyenangkan.

Memberikan Umpan Balik


Ada beberapa tahapan yang perlu diperhatikan oleh seorang perawat dalam
melakukan umpan balik sebagai berikut:
1. Pelajari hasil kerjanya dengan teliti. Beri tanda pada hal-hal yang perlu
diperbaiki
2. Ketika menyampaikan umpan balik perhatikan contoh-contoh dari kesalahan
yang telah dibuat
3. Kembangkan argument mengenai dampak negative yang biasa muncul dari
kesalahan yang dibuat
4. Pastikan penerima umpan balik menyadari kekeliruan, kekurangan, atau
kesalahan
5. Gali lebih dalam lagi mengenai hambatan yang ditemui
6. Dorong penerima umpan balik untuk menemukan jalan keluar dan langkah-
langkah untuk memperbaiki tugasnya atau cara kerjanya
7. Buat kesepakatan mengenai perbaikan yang akan dilakukan.

Sikap Perawat dalam Memberikan Umpan Balik


1. Jangan bersikap seperti hakim yang mengadili
2. Mulai dengan hal-hal yang positif
3. Jangan mengungkapkan kebaikan dan kelemahan secara bersamaan
4. Sampaikan fakta, tunjukkan dimana letak kesalahan, kekeliruan, atau kekurangan
5. Berikan pujian dengan tulus
6. Jangan memanipulasi fakta
7. Jangan memberikan komentar, tetapi langsung berikan saran.

Isi Pesan
Pesan adalah segala sesuatu yang akan disampaikan. Pesan dapat berupa ide,
pendapat, pikiran dan saran. Pesan adalah keseluruhan dari apa yang
disampaikan oleh komunikator. Pesan ini mempunyai inti pesan yang
sebenarnya menjadi pengarah di dalam suatu usaha mencoba mengubah
sikap dan tingkah laku komunikan, (Ernawati Dalami, 2009). Menurut Arita
Murwani, isi pesan harus dirasa penting dan berguna bagi sasaran. Bila seorang
pasien diberi nasihat atau informasi berupa pesan-pesan yang kurang
bermanfaat dan tidak jelas, maka pasien akan enggan melakukannya. Pesan
dapat disampaikan dengan cara langsung atau lisan, tatap muka, dan dapat pula
melalui media atau saluran. Pesan yang disampaikan memenuhi beberapa syarat
sebagai berikut:
1. Pesan harus direncanakan dengan baik sesuai kebutuhan
2. Penyampaian pesan dengan menggunakan bahasa yang baik dan mudah
dimengerti oleh kedua belah pihak
3. Pesan harus menarik minat dan kebutuhan pribadi penerima serta menimbulkan
kepuasan, ( Mundakir 2006).
MATERI PERTEMUAN KETIGA
KONSEP DASAR ETIKA

A. Pengertian
Etika berasal dari bahasa yunani, yaitu Ethos, yang menurut Araskar dan
David (1978) berarti ” kebiasaaan ”. ”model prilaku” atau standar yang
diharapkan dan criteria tertentu untuk suatu tindakan. Penggunaan istilah
etikasekarang ini banyak diartikan sebagai motif atau dorongan yang
mempengaruhi prilaku. ( Dra. Hj. Mimin Emi Suhaemi. 2002 : 7 ).

Etika adalah kode prilaku yang memperlihatkan perbuatan yang baik


bagi kelompok tertentu. Etika juga merupakan peraturan dan prinsip bagi
perbuatanyang benar. Etika berhubungan dengan hal yang baik dan hal yang
tidak baik dan dengan kewajiban moral. Etika berhubungan dengan peraturan
untuk perbuatan atau tindakan yang mempunyai prinsip benar dan salah, serta
prinsip moralitas karena etika mempunyai tanggung jawab moral, menyimpang
dari kode etik berarti tidak memiliki prilaku yang baik dan tidak memiliki moral
yang baik.

B. Teori Etik Keperawatan


1. Teleologik Pendekatan teleologik adalah suatu doktrin yang
menjelaskan

fenomenadan akibatnya, dimana seseorang yang melakukan


pendekatan terhadapetika dihadapkan pada konsekuensi dan keputusan –
keputusan etis. Secara singkat, pendekatan tersebut mengemukakan
tentang hal hal yang berkaitan dengan the end justifies the ineans ( pada
akhirnya, yangmembenarkan secara hukum tindakan atau keputusan yang
diambil untuk kepentingan medis ). Contoh :

seorang perawata yang harus menghadapikasus kebidanan karena tidak


ada bidan dan jarak untuk rujukan terlalu jauh, dapat memberikan
pertolongan sesuai dengan pengetahuan dan pengalaman yang dimilikinya
demi keselamatan pasien

2. DeontologiIstilah deontologi berasal dari kata Yunani ‘deon’ yang


berartikewajiban ‘Mengapa perbuatan ini baik dan perbuatan itu harus
ditolak sebagai buruk’, deontologi menjawab : ‘karena perbuatan pertama
menjadikewajiban kita dan karena perbuatan kedua dilarang’.Pendekatan
deontologi berarti juga aturan atau prinsip. Prinsip- prinsip tersebut antara
lain autonomy, informed consent, alokasi sumber-sumber, dan
euthanasia.Yang menjadi dasar baik buruknya perbuatan adalah
kewajiban. Pendekatan deontologi sudah diterima dalam konteks agama,
sekarangmerupakan juga salah satu teori etika yang terpenting.

Ada tiga prinsip yg harus dipenuhi :(1)Supaya tindakan punya nilai


moral, tindakan ini harus dijalankan berdasarkan kewajiban, (2). Nilai moral
dari tindakan ini tidak tergantung pada tercapainya tujuan dari tindakan itu
melainkan tergantung pada kemauan baik yang mendorong seseorang
untuk melakukan tindakan itu, berartikalaupun tujuan tidak tercapai,
tindakan itu sudah dinilai baik, ,(3)Sebagai konsekuensi dari kedua prinsip
ini, kewajiban adalah halyang niscaya dari tindakan yang dilakukan
berdasarkan sikap hormat pada hukum moral universalBagi Kant, Hukum
Moral ini dianggapnya sbg perintah tak bersyarat (imperatif kategoris), yg
berarti hukum moral ini berlaku bagisemua orang pada segala situasi dan
tempat. Perintah Bersyarat adalah perintah yg dilaksanakan kalau orang
menghendaki akibatnya, atau kalau akibat dari tindakan itu mrpk hal
ygdiinginkan dan dikehendaki oleh orang tsb.Perintah Tak Bersyarat adalah
perintah yg dilaksanakan begitu saja tanpa syarat apapun, yaitu tanpa
mengharapkan akibatnya, atau tanpamempedulikan apakah akibatnya
tercapai dan berguna bagi orang tsb atautidak.

C. Istilah-Istilah Dalam Etika Dan Hukum Keperawatan

1. Etika“peraturan/norma yang dapat digunakan sebagai acuan bagi


prilakuseseorang yang berkaitan dengan tindakan yang
baik/buruk,merupakan suatu tanggung jawab moral.
2. Etik “suatu ilmu yang mempelajari tentang apa yang baik dan buruk. Secara
moral atau ilmu kesusilan yang menyangkut aturan /prinsip
penentuantingkah laku yang baik dan buruk,kewajiban dan tanggung jawab.
3. Etiket“merupakan sesuatu yang telah dikenal,diketahui,diulangi serta
menjadi suatu kebiasaan didalam masyarakat,baik berupa kata-
kata/suatu bentuk perbuatan yang nyata.

4. Moral“Perilaku yang diharapkan masyarakat atau merupakan standar


prilaku/prilaku yang harus diperhatikan seseorang menjadi anggota
kelompok/masyarakat dimana ia berada.atau nilai yang menjadi pegangan
bagi seseorang suatu kelompok dalam mengatur tingkah lakunya.

5. Kode etik “Kaedah utama yang menjaga terjalinnya interaksi pemberi dan
penerima jasa profesi yang wajar,jujur,adil dan terhormat.

6. Profesional“Seseorang yang memiliki kompetensi dalam suatu


pekerjaan tertentu.

7. Profesionalisme“karakter,spirit/metoda profesional,mencakup pendidikan


dan kegiatan berbagai kelompok yang anggotanya berkeinginan jd
professional.

8. Profesionalisme“merupakan suatu proses yang dinamis untuk


memenuhi/mengubahkarakteristik kearah profesi.

9. Hukum“peraturan perundang-undangan yang di buat oleh suatu


kekuasaandalam mengatur pergaulan hidup dalam masyarakat

D. Prinsip-Prinsip Etik

1. Otonomi (Autonomy)Otonomi berasal dari bahasa latin, yaitu autos, yang


berarti sendiri, dan nomos yang berarti aturan. Prinsip otonomi
didasarkan pada keyakinan bahwa individu mampu berpikir logis dan
mampu membuat keputusan sendiri. Orang dewasa dianggap kompeten
dan memiliki kekuatanmembuat sendiri, memilih dan memiliki berbagai
keputusan atau pilihanyang harus dihargai oleh orang lain.rinsip otonomi
merupakan bentuk respek terhadap seseorang, atau dipandang sebagai
persetujuan tidak memaksa dan bertindak secara rasional. Otonomi
merupakan hak kemandirian dan kebebasan individu yang menuntut
pembedaan diri. Praktek profesional merefleksikan anotonomi saat
perawat menghargai hak-hak klien dalam membuat keputusan tentang
perawatan dirinya. Contoh tindakan yang tidak memperhatikan
memperhatikan otonomi adalah: a). Melakukan sesuatu bagi klien tanpa
mereka doberi tahu sebelumnya; b). Melakukan sesuatu tanpa memberi
informasi relevan yang pentingdiketahui klien dalam membuat suatu pilihan;
c). Memberitahukan klien bahwa keadaanya baik, padahal terdapat
gangguanatau penyimpangan; d), Tidak memberikan informasi yang
lengakap walaupun klien menghendakiinformasi tersebut; e), Memaksa klien
memberi informasi tentang hal – hal yang mereka sudahtidak bersedia
menjelaskannya.
2. Berbuat baik (Beneficience), Beneficience berarti, hanya melakukan
sesuatu yang baik. Kebaikan, memerlukan pencegahan dari kesalahan atau
kejahatan, penghapusan kesalahan atau kejahatan dan peningkatan kebaikan
oleh diri dan orang lain.Terkadang, dalam situasi pelayanan kesehatan, terjadi
konflik antara prinsipini dengan otonomi. Contoh perawat menasehati klien
tentang programlatihan untuk memperbaiki kesehatan secara umum, tetapi
tidak seharusnyamelakukannya apabila klien dalam keadaan risiko serangan
jantung.
3. Keadilan (Justice), Prinsip keadilan dibutuhkan untuk terpai yang sama dan
adil terhadaporang lain yang menjunjung prinsip-prinsip moral, legal dan
kemanusiaan. Nilai ini direfleksikan dalam prkatek profesional ketika perawat
bekerja untuk terapi yang benar sesuai hukum, standar praktek dan keyakinan
yang benar untuk memperoleh kualitas pelayanan kesehatan. Contoh :
seorang Perawat sedang bertugas sendirian disuatu unit RS kemudian ada
seorang klien yang baru masuk bersamaan dengan klien yang memerlukan
bantuan perawat tersebut. Agar perawat tidak menghindar dari satu klien,
kelian yang lainnyamaka perawat seharusnya dapat mempertimbangkan
faktor - faktor dalamsituasi tersebut, kemudian bertindak berdasarkan pada
prinsip keadilan.
4. Tidak merugikan (Nonmaleficience)Prinsip ini berarti tidak menimbulkan
bahaya/cedera fisik dan psikologis pada klien. Johnson ( 1989 ) menyatakan
bahwa prinsip untuk tidak melukai orang lain berbeda dan lebih keras daripada
prinsip untuk melakukanyang baik. Contoh : seorang klien yang
mempunyai kepercayaan bahwa pemberian transfusi darah bertentangan
dengan keyakinannya, menaglami perdarahan hebat akibat penyakit hati yang
kronis. Sebelum kondisi klien bertambah berat, klien sudah memberikan
pernyataan tertulis kepada dokter bahwa ia tak mau dilakukan transfuse
darah. Pada suatu saat, ketika kondisiklien bertambah buruk dan terjadilah
perdarahan hebat, dokter seharusnyamenginstruksikan untuk memberikan
transfuse darah. Dalam hal ini, akhirnya transfuse darah tidak diberikan
karena prinsip beneficience walaupun sebenarnya pada saat berasamaan
terjadi penyalahgunaaan prinsip maleficience
5. Kejujuran (Veracity), Prinsip veracity berarti penuh dengan kebenaran. Nilai ini
diperlukanoleh pemberi pelayanan kesehatan untuk menyampaikan
kebenaran pada setiap klien dan untuk meyakinkan bahwa klien sangat
mengerti. Prinsip veracity berhubungan dengan kemampuan seseorang
untuk mengatakankebenaran. Informasi harus ada agar menjadi akurat,
komprensensif, dan objektif untuk memfasilitasi pemahaman dan
penerimaan materi yang ada,dan mengatakan yang sebenarnya kepada klien
tentang segala sesuatu yang berhubungan dengan keadaan dirinya selama
menjalani perawatan. Walaupun demikian, terdapat beberapa argument
mengatakan adanya batasan untuk kejujuran seperti jika kebenaran akan
kesalahan prognosis klien untuk pemulihan atau adanya hubungan
paternalistic bahwa ”doctors knows best”sebab individu memiliki otonomi,
mereka memiliki hak untuk mendapatkaninformasi penuh tentang
kondisinya. Kebenaran merupakan dasar dalammembangun hubungan saling
percaya. Contoh : Ny. M seorang wanita lansia dengan usia 68 tahun,
dirawatdi RS dengan berbagai macam fraktur karena kecelakan mobil.
Suaminyayang juga ada dalam kecelakaan tersebut masuk kerumah sakit
yang sama danmeninggal. Ny. M bertanya berkali – kali kepada perawat
tentang keadaan suaminya. Dokter ahli bedah berpesan kepada perawatnya
untuk tidak mengatakan kematian suami NY. M kepada Ny. M. Perawat
tidak di berialasan apapun untuk petunjuk tersebut dan mengatakan
keprihatinannyakepada perawat kepala ruanga, yang mengatakan bahwa
instruksi dokter harus diikuti. Perawat dalam hal ini dihadapkan oleh
konflik kejujuran.

6. Menepati janji (Fidelity), Prinsip fidelity dibutuhkan individu untuk menghargai


janji dan komitmennya terhadap orang lain. Perawat setia pada komitmennya
dan menepati janji serta menyimpan rahasia klien. Ketaatan, kesetiaan,
adalah kewajiban seseorang untuk mempertahankan komitmen yang
dibuatnya.Kesetiaan, menggambarkan kepatuhan perawat terhadap kode
etik yang menyatakan bahwa tanggung jawab dasar dari perawat adalah
untuk meningkatkan kesehatan, mencegah penyakit, memulihkan
kesehatan dan meminimalkan penderitaan.

7. Karahasiaan (Confidentiality)Aturan dalam prinsip kerahasiaan adalah


informasi tentang klien harusdijaga privasi klien. Segala sesuatu yang
terdapat dalam dokumen catatankesehatan klien hanya boleh dibaca dalam
rangka pengobatan klien. Tidak ada seorangpun dapat memperoleh informasi
tersebut kecuali jika diijinkanoleh klien dengan bukti persetujuan. Diskusi
tentang klien diluar area pelayanan, menyampaikan pada teman atau keluarga
tentang klien dengantenaga kesehatan lain harus dihindari.

8. Akuntabilitas (Accountability)Akuntabilitas merupakan standar yang pasti


bahwa tindakan seorang profesional dapat dinilai dalam situasi yang tidak
jelas atau tanpa terkecuali. Contoh: perawat bertanggung jawab terhadap diri
sendiri, profesi, klien, sesame karyawan dan masyarakat. Jika salah member
dosis obat kepada klien perawat tersebut dapat digugat oleh klien yang
menerima obat, oleh dokter yang member tugas delegatif, dan masyarakat
yang menuntut kemampuan professional.
MATERI PERTEMUAN KE EMPAT
PROSES KEPERAWATAN

A. Pengertian
Proses keperawatan adalah suatu metode sistematis dan ilmiah yang
digunakan perawat untuk memenuhi kebutuhan perawat dalam mencapai atau
mempertahankan keadaan Bio-Psiko-Sosio-Spiritual yang optimal, melalui
tahap-tahap pengkajian, identifikasi diagnose keperawatan, penentuan rencana
keperawatan, melaksanakan tindakan keperawatan, serta evaluasi tindakan
keperawatan. Untuk memperjelas pengertian tersebut berikut ini ada beberapa
contoh meliputi :

1. Kebutuhan biologis seperti: makan, minum, tidur, buang air kecil (BAK),
buang air besar (BAB).
2. Kebutuhan psikologis misalnya: keadaan emosi (pemarah, cengeng,
pendiam) konsep diri (menarik diri dan rendah diri) dan keyakinan tentang
kesehatan (percaya kekuatan gaib dan berobat kedokter).
3. Kebutuhan sosial misalnya: hubungan antar keluarga baik dan konflik dan
hubungan dengan orang lain (sering konflik)
4. Kebutuhan spiritual: kebiasaan atau ketaatan beribadah (taat beribadah dan
jarang beribadah)

B. Tujuan dan manfaat proses keperawatan


1. Tujuan menetapkan proses keperawatan
Tujuan menetapkan proses keperawatan adalah memberikan asuhan
keperawatan yang sesuai dengan kebutuhan, sehingga tercapai mutu
pelayanan keperawatan yang optimal. Dalam hal ini, terdapat fungsi serta
sifat dan karakteristik yang perlu diketahui yaitu:
a. Fungsi proses keperawatan
1) Membantu perawat dalam melaksanakan pemecahan masalah
keperwatan secara sistematis
2) Adanya tanggung jawab dan tanggung gugat terhadap klien
sehingga keperawatan dapat meningkat
b. Sifat dan karakteristik proses keperawatan
1) Dinamis, artinya setiap proses keperawatan dapat diperbaharui
apabila situasi dan kondisi pasien berubah
2) Siklus, artinya proses keperawatan berjalan secara siklus atau daur
ulang
3) Saling interdependent/ketergantungan, artinya setiap tahapan
proses keperawatan saling tergantung satu dengan yang lain.
Contoh: apabila data yang dikumpulkan kurang lengkap, maka
diagnosa akan salah, demikian pula dalam perencanaan dan
tindakan keperawatan.
4) Fleksibel/luwes, artinya tidak kaku, pendekatan/perilaku dapat
berubah sesuai dengan situasi dan kondisi pasien
5) Pendekatan individual pada setiap kebutuhan-kebutuhan pribadi klien
6) Hal ini terencana
7) Mengarah pada tujuan
8) Memberikan kesempatan fleksibilitas dan kreativitas yang
maksimal kepada perawat dan klien dalam merancang cara
memecahkan masalah kesehatan
9) Menekankan umpan balik, yang mana memberikan arah pada
pengkaji ulang terhadap masalah atau memperbaiki rencana
asuhan
10)Menekankan validasi. Masalah harus divalidasi dengan data.
Validasi akan menbuktikan bahwa sesuatu itu benar. Contohnya
mengancam kehidupan atau keselamatan jiwa pasien adalah
tindakan yang harus dilakukan lebih dahulu. Adapun data lengkap
dicatat setelah melakukan pertolongan.

C. Manfaat penggunaan proses keperawatan


Manfaat penggunaan proses keperawatan dapat dilihat dari sisi
pelayanan kesehatan, pelaksanaan keperwatan, dan bagi klien atau
pasien sendiri.
1. Manfaat bagi pelayanan kesehatan
a. Sebagai pedoman yang sistematis bagi terselenggaranya pelayanan
kesehatan
b. Sebagai alat untuk meningkatkan mutu pelayanan kesehatan,
khususnya pelayanan keperawatan
2. Manfaat bagi pelaksana keperawatan
a. Memupuk rasa percaya diri dalam memberikan asuhan keperawatan,
karena tujuan yang ingin dicapai jelas.
b. Kepuasan kerja. Menulis rencana asuhan keperawatan yang baik
akan member rasa percaya diri kepada perawat-perawat bahwa,
intervensi keperawatan yang didasarkan pada identifikasi masalah klien
dilakukan sungguh-sungguh, sehingga mencegah keperawatan yang
tidak terkordinasi, coba-coba dan salah. Perencanaan juga dapat
menimbulkan rasa bangga atau puas jika tuntutan asuhan tercapai.
c. Menimbulkan professional. Dengan mengevaluasi keefektifannya
intervensi keperawatan, perawat belajar mengintervensi yang efektif dan
bisa memilih mana yang dapat diterapkan untuk memenuhi
kebutuhan pada pasien lainnya. Proses ini akan mempertinggi
keterampilan dan keahlian perawat. Sebagai tambahan, bertukan
pengetahuan dan pengalaman dalam berkolaborasi dengan teman
ketika meyusun rencana asuha keperawatan, dapat mempertinggi
pengetahuan perawat.
d. Advoidanceof legal action (Philpott, 1985 , hal. 79). Apabila stiap
tahap proses keperawatan dipergunakan dalam memberikan asuhan
keperawatan, perawat memberikan legalnya kepada pasien. Gagal
dalam melakukan pengkajian keperawatan yang lengkap atau gagal
dalam mendokumentasikan data dengan tepat, dapat merugikan
konsekuensi legal.
e. Proses keperawatan mengandung tanggung gugat dan tanggung
jawab perawat untuk mengkaji, menganalisa, merencanakan,
melaksanakan, dan menilai asuhan keperawatan.
3. Manfaat bagi klien/pasien, antara lain:
a. Merangsang partisipasi klien/ pasien dalam keperawatan dirinya
b. Pengulangan instruksi dalam pemberian asuhan keperawatan dapat
dihindari.

D. Tahapan Proses Keperawatan


1. Pengkajian Keperawatan
2. Diagnosa Keperawatan
3. Intervensi Keperawatan
4. Implementasi Keperawatan
5. Evaluasi Keperawatan
MATERI PERTEMUAN KE LIMA
PENGKAJIAN KEPERAWATAN

A. Tahap pengkajian
Tahap ini merupakan awal dari proses keperawatan. Tahap pengkajian
diperlukan kepcermatan dan ketelitian untuk mengenal masalah. Hal itu
disebabkan, keberhasilan proses keperawatan sangat bergantung pada tahap
ini.

1. Pengumpulan Data
Pengumpulan data merupakan kegiatan menghimpun data
kesehatan/keperawatan. Jenis data yang dikumpulkan adalah data yang
mempunyai pengaruh atau hubungan dengan situasi yang dialami klien.
2. Sumber Data
Sumber data didapat dari :
a. Pasien
b. Keluarga/orang yang mengenal pasien
c. Tenaga kesehatan (dokter, peraawat, dll)
d. Catatan yang dibuat oleh tenaga kesehatan
e. Hasil pemeriksaan
3. Cara Pengumpulan Data
a. Wawancara, adalah pemicaraan terarah yang umumnya dilakukan
pada pertemuan-pertemuan tatap muka
b. Observasi, artinya mengamati perilaku dan keadaan, untuk memperoleh
data tentang tingkat kesehatan pasien. Observasi dilakukan dengan
menggunakan alat indra lainnya. Contoh: meraba, menyentuh, dan
mendengar.
c. Pemeriksaan fisik, dilakukan secara keseluruhan dari kepala sampai
ujung kaki, diantaranya: inspeksi, palpasi, auskultasi, perkusi, dan
pemeriksaan lain. Yang dimaksud dengan pemeriksaan lain adalah
dengan menggunakan instrument atau alat ukur, contohnya dengan
menggunakan thermometer, tensimeter, dll.
4. Pengelompokan data atau analisa data
Setelah data pasien terkumpul, selanjutnya kelompokkan data kedalam
kelompok tertentu. Setelah anda mengelompokkan data, langkah
selanjutnya yaitu menentukan masalah yang terjadi pada pasien.
Perhatikan pengelompokkan data berikut:
a. Data fisiologis/biologis, diantaranya:
1) Masalah kesehatan dan penyakit yang lalu
2) Masalah kesehatan yang sedang dialami
3) Masalah pola fungsi kehidupan sehari-hari,
4) Masalah resiko tinggi,
5) Pengaruh perkembangan terhapadap kehidupan.
b. Data psikologis diantaranya:
1) Perilaku,
2) Pola-pola emosional,
3) Komsep diri,
4) Gambaran diri,
5) Penamilan intelektual,
6) Pola pemecahan masalah,
7) Tingkat pendidikan,
8) Daya ingat.
c. Data social, diantaranya:
1) Status ekonomi,
2) Kegiatan rekreasi,
3) Bahasa komunikasi,
4) Pengaruh budaya,
5) Sumber masyarakat,
6) Factor resiko lingkungan,
7) Hubungan social,
8) Hubungan dengan keluarga,
9) Pekerjaan.
d. Data spiritual diantaranya:
1) Nilai-nilai/nama,
2) Kepercayaan,
3) Keyakinan,
4) Moral.
Setelah pengelompokan data, sebenarnya ada analisa data, yaitu
mengaitkan dan menghubungkan data yang diperoleh dengan konsep, teori,
dan prinsip yang relevan, untuk mengetahui masalah- masalah kesehatan.
MATERI PERTEMUAN KE ENAM
DIAGNOSA KEPERAWATAN

Diagnose keperawatan adalah pernyataan yang jelas, singkat, dan pasti,


tentang masalah pasien serta pengembangan yang dapat dipecahkan atau
diubah melalui tindakan keperawatan. Diagnosa keperawatan dapat dibagi
sesuai dengan maslaah kesehatan klien, yaitu:
a. Aktual

Yaitu diagnosa keperawatan yang menjelaskan masalah nyata yang


sudah ada saat pengkajian dilakuakan. Cotoh data: suhu badan 39o C,
bibir pecah-pecah, pasien diare 5 klai sehari dan banyak, dan turgor
jelek. Diagnosanya, dsapat dirumuskan: peningkatan suhu tubuh
sehubungan dengan kehilangan cairan yang berlebihan (diare).
b. Potensial

Yaitu dignosa keperawatan yang menjelaskan bahwa masalah


nyata akan terjadi bila tindakan keperawatan tidak dilakukan.
Maksudnya, yaitu bahwa masalahnya belum ada tetapi penyebabnya
sudah ada. Contoh kemungkinan
fungsi seksual terganggu sehubungan dengan dampak tindakakn
hysterectomy.
Perumusannya: coba perhatikan rumusan diagnosa keperawatan ini.
Untuk mempermudah menghapalnya, kita gunakan istilah PES atau PE.
Rumusan diagnosa keperawatan sebagai berikut:
Rumusan PES:
Diagnosa keperawatan = asalah pasien + penyebab + gejala/tanda
(P) (E) (S)
Rumusan PE:
Diagnosa keperawatan = masalah pasien + penyebab
(P) (E)
Contoh:
1. Gabungan aktivitas jalan, sehubungan pemasangan gips pada
(P) (E)
2. tungkai yang ditandai dengan rasa nyeri di daerah tungkai.
(S)
3. Gabungan aktivitas jalan, sehubungan pemasangan pada
tungkai.
(P) (E)
c. Sifat diagnosa keprawatan
Sifat yang hakiki dalam merumuskan diagnosa keperawatan, yaitu:
1. Berorientasi pada kebutuhan dasar manusia (Hierarki Maslow)
2. Menggambarkan tahapan (respon) individu terhadap proses
sakit, kondisi, dan situasi
3. Berubah bila tanggapan (respon) pasien berubah.

Selanjutnyan, untuk menghindari kekeliruan, berikut ini


dijelaskn perbedaan antara diagnosa medis dan
diagnose keperawatan, yaitu:
(a) Diagnosa medis
(1) Berfokus pada faktor-faktor yang bersifat
pengobatan dan penyembuhan.
(2) Berorientasi pada keadaan patologi.
(3) Cencderung tetap, mulai dari sakit sampai sembuh.
(4) Mengarah pada tindakan medis yang sebagian dapat
dilaksanakan oleh perawat.
(5) Diagnosa medis melengkapi diagnosa keperawatan.
(b) Diagnose keperawatan
(1) Berfokus pada respon apsien terhadap penyakit
tindakan medis dan factor lain.
(2) Berorientasi kepada kebutuhan individu.
(3) Berubah, sesuai dengan perubahan respon pasien.
(4) Mengarah pada fungsi mandiri perawat dalam
melaksanakan tindakan perawatan dan evaluasi
(5) Diagnosa keperawatan melengkapi diagnosa medis
MATERI PERTEMUAN KE TUJUH
INTERVENSI KEPERAWATAN

Perencanaan keperawatan ( Intervensi Keperawatan ) adalah penyusunan


rencana tindakan keperawatan yang akan dilaksanakan untuk menaggulangi
masalah sesuai dengan diagnosa keperawatan, yang telah ditentukan dengan
tujuan terpenuhinya kebutuhan pasien.

Langkah-langkah penyusunan perencanaan keperawatan terdiri atas:


a. Menentukan urutan prioritas masalah
Tahap ini memilih masalah yang memerlukan perhatian/prioritas, diantara
masalah-masalah yang telah ditentukan. Prioritas tertinggi diberikan kepada
masalah yang mengutamakan kehidupan atau keselamatan pasien.
Artinya, masalah nyata diberikan perhatian/prioritas terlebih dahulu dari pada
masalah potensial. Selanjutnya, dalam menentukan prioritas masalah, perlu
ada pertimbangan dsiantaranya:

1. Prioritas tertinggi dinerikan kepada masalah kesehatan yang


mengancam kehidupan atau keselamatan pasien
2. Masalah yang sedang dialami, diberi perhatian lebih dahulu dari pada
masalah yang mungkin atau keselamatan (potensia)
3. Pola kebutuhan dasar manusia menurut hirarki A. B. Maslow

Untuk memprjelas dalam menentukan urutan prioritas masalah, perhatikan


contoh berikut “Pasien mengalami kecelakaan dengan keadaan sesak nafas,
gelisah, pernafasan cepat (30 x/mnt), dan disertai perdarahan”. Penentuan
prioritas masalah yang dapat dilakukan, diantaranya:

1. Maslah pernafasan (kebutuha oksigen)


2. Masalah perdarahan

b. Merumuskan tujuan keperawatan yang akan dicapai


Tujuan keperawatan ialah hasil yang ingin dicapai dari asuhan
keperawatan untuk menanggulangio dan mengatasi masalah yang
telah dirumuskan dalam keperawatan.
Pernyataan tujuan keperawatan harus jelas disebutkan, sehingga perawat
yang mengawasi pasien, setelah menbaca tujuan tersebut, sanggup
menentukan apakah tujuan telah dicapai atau belum.

Secara garis besar, tujuan keperawatan terbagi menjadi dua katagori,


yaitu: tujuan jangka pendek dan tujuan jangka panjang
1. Tujuan jangka pendek adalah hasil yang dicapai dalam waktu cepat, dalam
kurun waktu jam, atau hari. Contoh: Tuan Budi dalam waktu 7 hari,
mampu berjalan dengan menggunakan tongkat sejauh 100 m.
2. Tujuan jangka panjang adalah hasil hasil yang dalam pencapaiannya
memerlukan waktu lebih lama. Contoh: Tuan Herman dapat berjalan tanpa
alat bantu pada saat pulang.
Tujuan yang ditetapkan harus dapat diukur spesifik dan realistic sesuai
dengan perrmasalahan klien dan dapat mengarahakan intervensi
keperawatan.

c. Menentukan rencana tindakan keperawatan

Menentukan rencana tindakan keperawatan langkah penentu


rencana tindakan keperawatan yang akan dikerjakan oleh perawat,
dalam rangka menolong pasien, unuk mencapai suatu tujuan
keperawatan. Hal-hal yang perlu dipertimbangkan dalam menyusun
perencanaan keperawatan, adalah:
1. Tindakan apa yang harus dilakukan?
2. Mengapa tindakan itu dilakukan?
3. Kapan tindakan itu dilakukan?
4. Siapa yang akan melakukan tindakan?
5. Bagaimana caranya tindakan itu dilakukan?
Rencana tindakan dibuat secara narasi, yang berupa kalimat instruksi,
ringkas, tegas, dan mudah dimengerti, yang mengandung tujuan dan
rencana tindakannya. Contoh: agar Tuan Herman dalam 7 hari mampu
berjalan sejauh 100 m dengan menggunakan tongkat, lakukan latihan
berjalan dengan tongkat 2 kali sehari.
MATERI PERTEMUAN KE DELAPAN
IMPLEMENTASI KEPERAWATAN

A. Pengertian
Tindakan keperawatan adalah pelaksanaan rencana tindakan yang
telah ditentukan, dengan maksud agar kebutuhan pasien terpenuhi secara
optimal. Tindakan keperawatan tersebut dapat dilaksanakan sebagaian
oleh pasien itu sendiri, oleh perawat secara mandiri, atau mungkin dilakukan
secara bekerjasama dengan anggota tim kesehatan. Misalnya, ahli gizi dan
fisioterapi. Hal yang akan dilakukan ini sangat bergantung jenis tindakan,
kemampuan/keterampilan dan keinginan pasien, serta tenaga perawat itu
sendiri. Dengan demikian, tampak bahwa pelaksanaan keperawatan bukan
semata-mata tugas keperawatan, tetapi melibatkan banyak pihak. Namun
demikian, yang memiliki tanggung jawab secara keseluruhan tenaga
keperawatan tersebut.

B. Langkah-langkah tindakan keperawatan


Tahap keperawatan terdiri atas langkah persiapan dan
pelaksanaan/pemberian asuhan keperawatan.
1. Langkah persiapan
Pada langkah persiapan, tenaga perawatan hendaknya :

a. Memahami rencana keperawatan yang telah ditemukan


b. Menyiapkan tenaga dan alat yang diperlukan
c. Menyiapkan lingkungan terapeutik, sesuai dengan jenis tindakan yang
akan dilakukan
2. Langkah pelaksaan
Pada langkah pelaksaan, tenaga perawat harus menggutamakan
keselamatan, keamanaan dan kenyamanan pasien. Oleh sebab itu, harus
memperhatikan hal – hal berikut ini :
a. Sikap yang meyakinkan
b. Peka terhadap respon pasien dan efek samping dari tindakan
keperawatan yang dilakukan.
c. Sistematika kerja dilakukan dengan tepat
d. Pertimbangan hokum dan etika
e. Bertanggungjawab dan tanggung gugat
f. Mencatat semua tindakan keperawatan yang dilakukan

Pada waktu perawat memberikan asuhan keperawatan, proses


pengumpulan dan proses analisa data berjalan terus menerus, guna
perubahan/pelaksanaan keperawatan, antara lain fasilitas/alat yang ada,
pengorganisasian pekerjaan perawat, serta lingkungan fisik dimana asuhan
keperawatan dilakukan.
MATERI PERTEMUAN KE SEMBILAN
EVALUASI KEPERAWATAN

A. Pengertian

Evaluasi adalah proses penilaian pencapaian tujuan serta pengkajian ulang


rencana keperawatan.

Evaluasi = penilaian pencapaian tujuan + pengkajian ulang rencana


keperawatan.
B. Tujuan evaluasi
Evaluasi mempunyai beberapa tujuan, antara lain :
a. Menentukan kemampuan dalam mencapai tujuan yang telah ditentukan.
b. Menilai aktivitas rencana keperawatan/strategi asuhan keperawatan
C. Hal – hal yang di evaluasi
a. Apakah asuhan keperawatan tersebut efektif?
b. Apakah tujuan keperawatan dapat dicapai pada tingkat tertentu?
c. Apakah perubahan pasien seperti yang diharapkan?
d. Strategi keperawatan manakah yang efektif?
D. Langkah – langkah
a. Mengumpulkan data perkembangan pasien
b. Menafsirkan (menginterpretasikan) perkembangan pasien
c. Membandingkan dengan keadaan sebelum dan sesudah dilakukannya
tindakan, dengan menggunakan criteria pencapaian tujuan yang telah
ditetapkan
d. Mengukur dan membandingkan perkembangan pasien dengan strandart
normal.
E. Penfsiran hasil evaluasi
Ada tiga alternatif dalam menafsirkan hasil evaluasi yaitu:
a. Tujuan tercapai
b. Tujuan tercapai sebagian
c. Tujuan sama sekali tidak tercapai
Penilaian tentang perkemabangan/kemajuan pasien di buat melalui
observasi, interaksi, pemeriksaan oleh tenaga keperawatan, pasien/keluarga,
dan anggota kesehatan lain.

Apabila kemajuan pasien tidak tercapai sesuai dengan tujuan, tenaga


keperawatan mengkaji ulang dan memperbaiki rencana keperawatan. Evaluasi
merupakan tahap akhir dari proses keperawatan, namun tidak berhenti sampai
disini. Evaluasi hanya menunjukkan masalah mana yang telah dipecahkan
dan masalah mana yang perlu dikaji ulang, rencanakan kembalikan,
dilaksanan dan dievaluasi kembali. Jadi proses keperawatan merupakan
siklus yang dinamis dan berkelanjutan.
MATERI PERTEMUAN KE SEPULUH
DOKUMENTASI ASUHAN KEPERAWATAN

A. Pengertian

Cataan keperawatan merupakan dokumen yang penting bagi asuhan


keperawatan dirumah sakit, berarti perlu diingat perawat bahwa dokumen
asuhan keperawatan merupakan:
1. Bukti dari pelaksanaan keperawatan yang menggunakan metode
pendekatan proses keperawatan yang menggunakan metode pendekatan
proses keperawatan.
2. Catatan tentang tanggapan/respon pasien terhadap tindakan medis,
tindakan keperawatan, atau reaksi pasien terhadap penyakit.
B. Tujuan pencataan

Tujuan pencatatan dalam dokumentasi keperawatan, yaitu untuk:


1. Komunikasi: alat komunikasi antar tim agar berkesinambungan
pelayanan kesehatan yang diberikan dapat tercapai, dan tidak terjadi
tumpang tindih dalam memberikan pelayanan dan pemulangan.
2. Pendidikan: informasi tentang gejala-gejala penyakit, diagnose, tindakan
keperawatan, repon klien, dan hasil evaluasi tindakan keperawatan
merupakan media belajar bagi anggota tim keperawatan, siswa/mahasiswa
keperawatan, dan tim kesehatan lainnya.
3. Pengalokasian dana berharga untuk dapat merencanakan tindakan yang
tepat sesuai dengan dana yang tersedia
4. Evaluasi: merupakan dasar untuk melakukan evaluasi terhadap hasil
implementasi asuhan keperawatan klien serta menjamin kelanjutan asuhan
keperawatan bagi klien dan juga untuk menilai presentasi kerja staf
keperawatan.
5. Jaminan mutu: member jaminan kepada masyarakat akan mutu pelayanan
keperawatan yang diberikan
6. Dokumen yang sah: merupakan bukti nyata yang dapat dipergunakan
bila didapatkan penyimpangan dan apabila diperlukan di pengadilan.
7. Penelitian: catatan klien merupakan sumber data yang berharga yang
dapat digunakan untuk penelitian
8. Catatan pasien digunakan untuk memantau mutu pelayanan kesehatan
yang diberikan kepada pasien dan kompetensi (kemampuan dan
keterampilan), tenaga perawat yang memberikan pelayanan tersebut

Kesimpulan yang dapat diambil dari dokumen asuhan keperawatan yaitu:

1. Alat bagi tenaga keperawatan untuk berkomunikasi.


2. Dokumentasi legal yang dapat bermanfaat dalam suatu pengadilan
(lembaga).
3. Sumber informasi untuk penelitian
4. Informasi statistik yang dapat membantu suatu institusi
5. Salah satu alat dalam proses pendidikan
6. Memantau mutu pelayanan kesehatan

C. System Pencataan Dan Pelaporan

Dokumentasi keperawtan dalam pencatatan dan pelaporan terdiri dari dua


yaitu:
1. Tradisional
Catatan tradisional maksudnya adalah catatan pasien yang berorientasi pada
sumber pemberian pelayanan. Artinya tiap tenaga yang memberi pelayanan
kesehatan harus membuat catatan sendiri seperti :
1) Lembar penerimaan
2) Lembar muka
3) Lembar instruksi/pesanan dokter
4) Lembar riwayat penyakit
5) Lembar catatan yang lain

2. Non tradisional
Adalah pencatatan yang berorientasi pada maslah (problem orientet
record/POR). Pada system ini kerjasama tim kesehatan diutamakan
untuk menunjang pembenahan asuhan keperawatan dengan
menggunakan system pendekatan proses keperatawatan. Jadi setiap
anggota tim melakukan tugas yang mengatur pada masalah dan kebutuhan
pasien secara terarah dan terkoordinir. Komponen prolem oriented
record/POR , meliputi data dasar, masalah, rencana tindakan dan
pencatatan perkembangan pasien.
Untuk mengetahui isi komponen tersebut, berikut ini penjelasan
singkatnya:

1. Data dasar

Data dasar berisikan informasi tentang klien yang diperoleh dari


pengkajian langsung atau tidak langsung kepada klien (missal, tolong
jelaskan informasi tersebut).
2. Masalah

Masalah yang didapat dari data dasar tersebut lalu dianalisa dan
dirumuskan masalah/diagnose keperawatan pasien , yang mencakup
kebutuhan biologis, psikologi, sosial dan spiritual. Ditulis sesuai dengan
prioritas atau berdasarkan berat ringan masalah, mungkin diatasi
dengan tindakan keperawatan, tersedia sumber daya untuk
mengatasinya.
3. Rencana tindakan

Rencana tindakan dituliskan sesuai dengan masalah yang ditemukan


dan dalam batas kewenangan perawat yang melakukan tindakan
tersebut.
4. Pencatatan perkembangan pasien

Pencatatan perkembangan pesien berisikan semua informasi


tentang respon/perilaku ppasien sebelum, selama dan setelah
dilakukan tidakan keperawatan. Format yang sering digunakan pada
metode dalam komponen ini adalah SOAP/SOAPIER, dimana:
S : Subjektif, yaitu keluhan-keluahan pasien (apa yang dikatakan pasien)
O. :Objektif yaitu apa yang dilihat, dicium, doiraba, dan diukur
oleh perawat
A. Assessment: yaitu kesimpulan perawat tentang kondisi pasien
P. Plan of care yaitu rencana tindakan keperawatan untuk
mengatasi
diagnose dari masalah pasien
I: Intervensi yaitu tindakan yang dilakukan perawat umntuk
memenuhi kebutuhan pasien
E. Evalusi yaitu respon pasien terhadap tindakan keperawatan
R. Revisi, yaitu mengubah rencana tindakan keperawatan
yang diperlukan
b. Pedoman pencatatan
Yang harus diingat dalam pedoman pencatatan, sebagai berikut:
1. Sistematis: jelas, ringkas dan mengacu pada respon pasien
2. Ditulis dengan tinta, bila terdapat kesalahan dicatat dan dibubuhkan tanda
tangan
3. Ditulis segera setelah melakukan asuhan keperawatan dan tulis nama jelas
disertai tanda tangan
4. Ditulis secara rinci, apa, bagaimana, kapan, di mana, dan siapa yang
melakukan asuhan keperawatan
5. Menghindari data-data yang sulit diukur. Contoh: baik, mual, dan tenanng
c. Pedoman pelaporan
Pedoman pelaporan merupakan cara komunikasi yang dapat
dilakukan tertulis dan tidak tertulis. Pedoman pelaporan tertulis sama
dengan pedoman pencatatan, sedangkan untuk pelaporan tidak
tertulis yaitu:
1. Dimulai dengan nama pasien
2. Informasi yang disampaikan harus sistematis, singkat dan jelas
3. Menggunakan istilah dua bahasa yang dapat dimengerti lawan bicara
4. Tepat waktu

4. Jenis laporan
Beberapa jenis laporan yang dapat digunakan yaitu:
a. Laporan rutin, berisikan informasi tentang perkembangan pasien. Ini
biasanya dilakukan: setiap penggantian tugas untuk
kesinambungan asuhan keperawatan dan berkala , misalnya
mingguan atau bulanan, yang dilaporkan pada seksi/pengawas
perawat.
b. Laporan kejadian luar biasa, maksudnya jika terjadi situasi yang tidak
biasa atau memberi dampak negative tarhadap pasien, maka ;laporan

harus segera disampaikan secara sistematis dan lengkap.


Contoh: kesalahan dalam pemberian obat, pasien jatuh dan lain-
lain.
DAFTAR PUSTAKA

Aziz Alimul Hidayat , 2002. Pengantar Dokumentasi Proses Keperawatan. EGC :


Jakarta

Hidayat A. Aziz Alimul. (2007). Pengantar Konsep Dasar Keperawatan


Eds 2. Jakarta: Salemba Medika

Asmadi.(2008). Konsep Dasar Keperawatan. Jakarta: Penerbit Buku


Kedokteran EGC

Potter A. Patricia and Anne G. Perry. 2009. Fundamental of Nursing 7th


Edition. Singapore: Elsevier

BPPSDM Depkes RI. 2013. Konsep Dasar Keperawatan Kegiatan


Belajar 2: Falsafah dan Paradigma Keperawatan. Jakarta: Depkes RI

DeLaune, Sue C, Ladner, K. Patricia. 2002. Fundamental of Nursing:


Standard and Practice 2nd Edition. Delmar. New York: Delmar

HafiedCangara. 1998. PengantarIlmuKomunikasi. PT Raja


GrafindoPersada. Jakarta.
Nila, I. (2001). Etika Keperawatan. Jakarta: Widya Medika.
Nisya Rifiani, H. S. (2013). Prinsip-Prinsip Dasar Keperawatan. Jakarta Timur:
Dunia Cerdas.
Kusnanto.(2004). Pengantar Profesi dan praktek keperawatan
professional. EGC : JakartaZubair

Achmad charris,(1990), Kuliah etika,Rajawali pers :Jakarta Ismani


Nila. Etika keperawatan. (2001), Widya medika L: Jakarta
Potter & perry (2005), Fundamental keperawatan konsep,proses dan praktek
edisi4, EGC:Jakarta

Anda mungkin juga menyukai