Anda di halaman 1dari 25

PENDAHULUAN

Puji dan syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan semesta alam karena hanya atas karunia dan rahmat-Nya, penyusunan
Naskah Akademik Rancangan Undang-Undang Republik Mahasiswa tentang Pengkaderan dapat diselesaikan dengan baik dan
lancar. Naskah Akademik ini disusun sebagai dasar pertanggungjawaban ilmiah terhadap penyusunan Rancangan Undang-
Undang tentang Pengkaderan sekaligus guna memenuhi pensyaratan pengajuan Rancangan Undang-Undang sebagaimana
ditentukan dalam UU Nomor 03 Tahun 2020 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-Undangan Republik Mahasiswa
Universitas Muhammadiyah Tasikmalaya.

Perlu diketahui Dewan Perwakilan Mahasiswa telah menetapkan SOP kaderisasi yang dikeluarkan pada tahun 2015
menjadi salah satu program legislasi universitas pada urutan ke-1 untuk segera dilakukan pembahasan dan dijadikan rancangan
undang-undang agar dapat menjadi produk hukum yang sah dan dapat digunakan oleh organisasi mahasiswa di Universitas
Muhammadiyah Tasikmalaya sebagai landasan dalam kaderisasi di setiap instansi nya. Landasan ini masih bersifat umum
sehingga perlu adanya pengembangan yang disesuaikan dengan situasi dan kondisi yang terjadi serta diharapkan jadi sumber
inspirasi bagi pengurus dalam merumuskan program-program kaderisasi.

Kaderisasi merupakan suatu bagian yang sangat penting pada sebuah organisasi. Namun kenyataannya dalam
pelaksanaan Kaderisasi menjadi hal yang paling sering dilupakan ataupun sering diabaikan dalam perencanaannya dan
tahapan-tahapan yang tidak jelas, kita lebih sering terlena dengan target program kerja yang harus diselesaikan. Yang pada
akhirnya keberlangsungan organisasi mulai mengalami gejala stagnasi, barulah mereka mulai sadar bahwa kita mengabaikan
Kaderisasi yang sangat berpengaruh kepada krisis SDM, baik itu yang berkualitas, jumlah SDM, dan proses Kaderisasi yang
sangat tidak baik. Bahkan pada sebuah organisasi yang sudah memberikan perhatian kepada Kaderisasi, masih menemui krisis
SDM, namun tentu saja dengan tingkatan yang tidak sama.

Adapun latar belakang dari penyusunan rancangan undang-undang tentang pengkaderan ini adalah kondisi yang umum
terjadi di organisasi dimana proses Kaderisasi menjadi hal yang sangat perlu diperhatikan demi kelanjutan dan stabilitas
organisasi itu sendiri. Namun pada kenyataannya, tidak semua organisasi di kampus memiliki undang-undang pengkaderan
yang dapat dijadikan sebagai acuan bagi perumusan kebijakan organisasi terutama yang menyangkut proses Kaderisasi itu
sendiri serta untuk menyetabilkan dan melaksanakan prosesnya.
RANCANGAN UNDANG-UNDANG
PENGKADERAN

MUKADDIMAH

Bahwa sesungguhnya mahasiswa sebagai agen perubahan dalam dinamika kehidupan bernegara memiliki peran penting
dalam pembangunan menuju tercapainya cita-cita Negara Kesatuan Republik Indonesia. Oleh karena itu diperlukannya
konsistensi dan kesungguhan bagi kalangan mahasiswa sebagai pilar penyokong menuju tercapainya cita-cita Negara Kesatuan
Republik Indonesia.

Republik Mahasiswa Universitas Muhammadiyah Tasikmalaya sebagai wahana pemersatu mahasiswa di Universitas
Perjuangan Tasikmalaya memilik peran sebagai penampung aspirasi dan kegiatan kemahasiswaan, wadah yang berasas kan
Pancasila dan Tri Dharna Perguruan Tinggi ini mengusahakan menjadi wadah aspirasi guna membentuk mahasiswa aktif,
kreatif serta kritis terhadap perubahan dan permasalah yang terjadi dalam kehidupan kampus, masyarakat, dan negara.

Dalam mewujudkan hal tersebut, maka diperlukanlah sebuah sistem pola pengkaderan serta pemberdayaan mahasiswa.
Kaderisasi merupakan suatu bagian yang sangat penting pada sebuah organisasi, sehingga suatu sistwm yang digunakan
sebagai acuan dasar, petunjuk dan penuntun untuk mencapai tujuan dalam seluru proses pengkaderan dan pemberdayaan
mahasiswa. Maka disusunlah Undang-Undang Pengkaderan Mahasiswa Fakultas Ilmu Kesehatan, Universitas Muhammadiyah
Tasikmalaya sebagai berikut :

BAB I

VISI,MISI DAN CAPAIAN

Pasal 1

Visi Kaderisasi

Terciptanya mahasiswa Fakultas Ilmu Kesehatan yang terampil dan berdedikasi untuk mengembangkan potensi dengan karakter
kejuangan berasaskan pada Tri Dharma perguruan tinggi, pancasila dan Ad/Art Fikes Umtas

Pasal 2

Misi Kaderisasi

1. Pengenalan kehidupan kampus.


2. Penumbuhan minat berorganisasi.
3. Peningkatan semangat berprestasi.
4. Pengembangan keterampilan dan moral.

Pasal 4

Capaian Kaderisasi

1. Mahasiswa mampu mengenal kehidupan kampus diruang lingkup Fakultas Ilmu Kesehatan.
2. Mahasiswa mampu memahami dan mengaplikasikan fungsi mahasiswa sebagai the agent of change, social control dan iron stock.
3. Mahasiswa mampu memahami dan mengaplikasikan Tri Dharma Perguruan Tinggi.

BAB II

SISTEM DAN SIFAT KADERISASI MAHASISWA

Pasal 5

Sistem Kaderisasi

1. Jenjang kaderisasi mahasiswa ditingkat Universitas adalah Kaderisasi Universitas yang kemudian disebut MpK2
2. Kederisasi Fakultas terdiri dari serangkaian pembinaan yang meliputi:
a. Pembinaan keorganisasian dan softskill.
b. Pembinaan minat bakat dan keilmuan.
c. Pembinaan agama oleh ormawa khusus yang membidanginya.
d. Pembinaan pengabdian masyarakat.
3. Jenjang pengkaderan tingkat Himpunan Mahasiswa (HIMA)adalah Kaderisasi Program Studi.
4. Nama dari setiap jenjang kaderisas tersebut ditentukan oleh panitia disebut SC dan OC kaderisasi yang bersangkutan.
5. Penjelasan tentang konsep dan teknis kaderisasi diatur dalam Rapat Kordinasi (RAKOR).
Pasal 6

Skema Alur KaderisasiKaderisasi

Pasal 7

Sifat Kaderisasi

Kaderisasi Fakultas dan Kaderisasi HIMA bersifat wajib, mengikat, dan tidak bisa diwakilkan. Sehingga bagi yang tidak mengikuti akan
mendapatkan konsekuensi sesuai dengan ketentuan.

Kaderisasi HIMA
BAB III

PERANGKAT KADERISASI

Pasal 8

Perangkat Kaderisasi terdiri dari:

1. CC Panitia Pengontrol (Controling Committee)


2. SC Panitia Pengarah (Steering Committee)
3. OC Panitia Pelaksana (Organizing Committee)

Pasal 9

Bagan Perangkat Kaderisasi


CC

SC

OC

BAB IV

PEDOMAN UMUM KADERISASI MAHASISWA (PUKM)


Pasal 10

1. PUKM disusun oleh SC dan disetujui oleh CC.


2. PUKM berisi latar belakang, konsep dan teknis pelaksanaan setiap proses kaderisasi.
3. PUKM wajib dilaksanakan oleh semua mahasiswayangterkait.
4. PUKM dapat dilakukan revisi apabila dianggap perlu.

BAB V

RAPAT KOMITE

Pasal 11

1. Rapat Komite adalah rapat khusus yang dihadiri oleh CC, SC, dan Ketua OC untuk membahas tentang sanksi terhadap pelanggaran oleh
perangkat kaderisasi dan hal-hal lain yang terkait dengan kegiatan kaderisasi.
2. Rapat Komite dipimpin oleh Ketua CC.
3. Anggota Rapat Komite bertindak sebagai peserta Rapat Komite.
BAB VI

CONTROLING COMMITTEE(CC)

Pasal 12

Komponen CC

CC adalah Dpm

Pasal 13

Sifat dan Kedudukan

1. CC bersifat sementara, independen,dan tidak memihak.


2. CC berkedudukan lebih tinggi dibanding SC dan OC.

Pasal 14

Tugas dan Wewenang

1. CC bertugas untuk :
a. Menegakkan kegiatan Kaderisasi dan aturan lain yang berlaku selama kaderisasi dalam hal ini PUKM.
b. Mengontrol proses kaderisasi mulai prakaderisasi, saat kaderisasi berlangsung hingga pasca kaderisasi.
2. CC berwenang untuk:
a. Sebagai pengontrol dalam setiap acara Pengkaderan dan rapat koordinasi panitia dan/atau sejenisnya tanpa terkecuali guna melakukan
pengawasan secara menyeluruh.
b. Mengadakan Rapat Komite jika diperlukan.
c. Melakukan peringatan yang diperlukan untuk mencegah dan/atau mengurangi pelanggaran oleh panitia dan/atau peserta.
d. Memberikan rekomendasi untuk menghentikan sebagian atau seluruh kegiatan Pengkaderan apabila dianggap perlu melalui Rapat
Komite.
e. Memberikan rekomendasi untuk memberhentikan panitia yang melakukan pelanggaran.

BAB VII

STEERING COMMITTEE (SC)

Pasal 15

Komponen SC

SC merupakan ketua bagian yang berkaitan dengan pengkaderan seluruh ormawa di Fakultas Ilmu Kesehatan

Pasal 16

Sifat dan Kedudukan

1. SC berlaku selama jenjang kaderisasi tersebut berlangsung.


2. SC berkedudukan lebih tinggi dari OC.

Pasal 17
Tugas dan Wewenang

1. Setiap SC bertugas untuk:


a. SC langsung bertanggung jawab pada CC.
b. Membuat dan mengkaji PUKM ditingkat prodi dan fakultas
c. Memantau dan mengarahkan kinerja OC.
d. Melaporkandan/atau mempersilakan CC melakukan pengawasan secara menyeluruh pada setiap acara pengkaderan dan rapat
koordinasi panitia dan/atau sejenisnya tanpa terkecuali.
2. Setiap SC berwenanguntuk:
a. Melakukan rapat koordinasi dan/atau sejenisnya dan upaya lain untuk menunjang kesuksesan Kaderisasi selama tidak bertentangan
dengan ketentuan lain yang telah disepakati.
b. Memberikan tindakan lanjutan atas pelanggaran yang dilakukan OC yang telah disepakati di Rapat Komite.
c. Menghentikan sebagian atau seluruh kegiatan Pengkaderan apabila dianggap perlu dengan pertimbangan yang dapat
dipertanggungjawabkan kepada CC
d. Membuat peraturan internal SC dengan persetujuan seluruh SC diketahui oleh CC selama tidak bertentangan dengan ketentuan lain
yang

BAB VIII

ORGANIZING COMMITTEE (OC)

Pasal 18

Komponen OC
1. OC kaderisasi terdiri dari OC Kaderisasi Fakultas dan OC.
2. Setiap OC dipimpin oleh satu orang Ketua yang di pilih oleh tiap-tiap ketua Ormawa dengan mekanisme yang telah ditentukan.

Pasal 19

Sifat dan Kedudukan

1. OC bersifat sementara dan berlaku sejak ditetapkan sampai dengan saat dibubarkannya oleh SC.
2. OC berkedudukan dibawah SC.

Pasal 20

Tugas dan Wewenang

1. Setiap OC bertugas untuk:


a. Bertanggung jawab kepada SC dan CC.
b. Mengaplikasikan konsep dari SC kedalam bentuk teknis yang konkret sesuai dengan ranahnya masing-masing.
c. Melaporkan dan/atau mempersilakan CC melakukan pengawasan secara menyeluruh pada setiap acara Pengkaderan dan rapat
koordinasi panitia dan/atau sejenisnya tanpa terkecuali.

2. Setiap OC berwenang untuk :


a. Ketua OC berwenang untuk memilih dan memberhentikan anggotanya dengan persetujuan SC sesuai mekanisme yang telah
ditetapkan.
b. Melakukan rapat koordinasi dan/atau sejenisnya dan upaya lain untuk menunjang kesuksesan Kaderisasi selama tidak
bertentangan dengan ketentuan lainyang telah disepakati.
c. Membuat peraturan internal bidang-bidang yang ada dalam OC dengan persetujuan Ketua OC dan Ketua SC selama tidak
bertentangan dengan ketentuan lain yang
BAB IX

PEMATERI

Pasal 21

1. Pemateri adalah para ahli atau narasumber yang menyampaikan materi, pengetahuan, informasi serta pengalamannya untuk membantu
peserta dalam mengasah wawasan dan pemahaman.
2. Syarat pemateri adalah para ahli yang kompeten dalam bidang yang disajikan, khususnya yang telah berpengalaman dalam bidangnya.
3. Tugas dan wewenang pemateri, yaitu:
a. Menyiapkan dan menguasai materi-materi pengkaderan
b. Memberikan contoh yang baik kepada peserta pengkaderan; dan
c. Mengikuti atau menyesuaikan materi pengkaderan yang berlaku.

BAB X

PESERTA KADERISASI

Pasal 22

Komponen Peserta

1. Peserta Kaderisasi meliputi:


a. Peserta Kaderisasi Fakultas adalah mahasiswa Fakultas Ilmu Kesehatan
b. Peserta Kaderisasi HIMA adalah mahasiswa masing-masing program studi di Fakultas Ilmu Kesehatan.
2. Peserta Kaderisasi dipimpin oleh seorang ketua angkatan yang dipilih berdasarkan kesepakatan peserta.
Pasal 23

Kewajiban dan Hak

Peserta wajib untuk :

1. Mengikuti rangkaian kaderisasi.


2. Menaati seluruh ketentuan atau aturan lain yang berlaku.
3. Peserta berhak untuk melaporkan segala bentuk pelanggaran terhadap aturan kepada CC sesuai etika.
4. Peserta berhak mendapatkan sertifikat sebagai tanda bukti telah menjalankan salah satu kaderisasi.

BAB XI

PENYELENGGARAAN

Pasal 24

Penyelenggaraan pengkaderan adalah menyangkut perencanaan, pelaksanaan dan tindak lanjut.

Pasal 25

Perencanaan berupa serangkaian proses prapelaksanaan pengkaderan dan merupakan tahap persiapan secara menyeluruh, baik jangka pendek
maupun jangka panjang.

Pasal 26

1. Pelaksanaan merupakan tahap pokok proses pengkaderan dan penerapan kurikulum yang tercermin dalam susunan acara atau seluruh
rangkaian persiapan yang dilakukan
2. Selama proses kegiatan pengkaderan, seluruh unsur pengorganisasian pengkaderan ormawa Fikes harus terlibat aktif dalam setiap tahap
pengkaderan.
Pasal 27
1. Tindak lanjut (follow up) adalah serangkaian kegiatan yang dilaksanakan sebagai tindakan pasca pengkaderan.
2. Tindak lanjut berfungsi menciptakan kondisi yang mengikat peserta dan mendukung optimalisasi tujuan pengkaderan.
3. Jenis-jenis model tindak lanjut (follow up) pengkaderan REMA UNPER yaitu:
a. Ceramah atau dialog
b. Pendampingan atau kajian
c. Upgrading
d. Bedah kasus
e. Kepanitiaan

BAB XII

KURIKULUM PENGKADERAN

Pasal 28

Dalam garis besar kurikulum pengkaderan ini tersusun atas materi pengkaderan dan metodologi pengkaderan

Pasal 29

1. Materi pengkaderan Ormawa Fikes dikembangkan dalam dua kelompok muatan, yaitu:
a. Muatan pokok; dan
b. Muatan lokal
2. Muatan pokok, yaitu muatan yang berorientasi pada pembinaan kemampuan yang memiliki kompetensi penting dan bersifat wajib.
3. Muatan lokal, yaitu muatan yang dapat disesuaikan dengan kebutuhan Fakultas/Program Studi.
4. Materi pengkaderan sebagaimana yang dimaksud pada ayat 1,2 dan 3, dikembangkan pada silabus materi untuk masin-masing komponen dan
jenjang
Pasal 30

1. Penerapan metodologi pengkaderan bersifat fleksibel, berkembang sesuai dengan situasi dan kondisi penyelenggara. Dengan tetap
berorientasi pada pencapaian efektifitas dan efisiensi dari penyampaian materi pengkaderan.
2. Bentuk-bentuk metodologi pengkaderan adalah sebagai berikut:
a. Ceramah
b. Diskusi/Tanya Jawab
c. Diskusi Kelompok
d. Diskusi panel
e. Studi Kasus
f. Assignment (penugasan)

Pasal 31

Materi pengkaderan dibagi menjadi tiga tahap, yaitu:

1. Muatan pokok Dasar


a. Keorganisasian
b. Kepemimpinan
c. Kemahasiswaan
d. Retorika dasar
e. Pembentukan karakter
2. Muatan lokal Dasar
a. Kajian strategis dalam prodi/fakultas
b. post test
3. Muatan pokok Menengah
a. Manajemen Kepemimpinan (Lanjutan)
b. Manajemen Keorganisasian (Lanjutan)
c. Analisis diri
d. Manajemen Aspirasi dan advokasi
e. Teknik persidangan
f. Pengendalian motivasi
g. Pengembangan proker
4. Muatan lokal Menegah
Hal-hal terkait muatan lokal ditentukan dan disesuaikan dengan kebutuhan masing-masing penyelenggara.
5. Muatan pokok lanjutan:
a. Administrasi kelembagaan
b. Antropologi kampus
c. Analisis sosial
d. Problem solving
e. Manajemen aksi
f. Ke eksekutifan
g. Ke legislatifan
6. Muatan lokal lanjutan
Hal-hal terkait muatan lokal ditentukan dan disesuaikan dengan kebutuhan masing-masing penyelenggara.

BAB XIII

PENINDAKAN PELANGGARAN DAN SANKSI

Pasal 32
Pelanggaran Pelanggaran adalah hal-hal yang menyimpang dari ketentuan Kaderisasi dan atauaturanlain yang telah disepakati.

Pasal 33

Pelaporan dan Penindakan

1. Pelanggaran yang dilakukan SC dilaporkan kepada dan ditindak oleh CC.


2. Pelanggaran yang dilakukan OC dilaporkan kepada dan ditindak oleh SC.
3. Pelanggaran yang dilakukan peserta dilaporkan kepada dan ditindak oleh OC.

Pasal 34

Sanksi kepada Perangkat Kaderisasi

1. Berat sanksi disesuaikandengan berat pelanggaran yangdilakukan.


2. Jenis sanksi yang diberikan dapat berupa:
a. Teguran;
b. Peringatan;
c. Pencabutan jabatan secarasementara;
d. Pencabutan jabatan secara tetap;
e. Hal lain yang dianggap perlu.

Pasal 35

Sanksi kepada Peserta

1. Berat sanksi disesuaikandengan berat pelanggaran.


2. Sanksi diberikan melalui rapat OC yg disepakatioleh SC.
3. Jenissanksi yangdiberikan dapat berupa:
a. Teguran;
b. Pengulangan ataupenambahan tugas;
c. Hallain yang dianggap perlu.

Pasal 36

Penanggalan Jabatan Perangkat Kaderisasi

1. Status panitia ditanggalkan jika telah dikenakan pencabutan jabatan secara tetap melalui Rapat Komite.
2. Mahasiswa yang telah kehilangan jabatan Panitia Kaderisasi tidak diperkenankan untuk:
a. menghadiri, mengintervensi,dan mengganggu pelaksanaan kaderisasi;
b. menyebar berita tidak benar atau yang bisa memperburuk citra Peserta Kaderisasi, Perangkat Kaderisasi, baik sebagian atau
seluruhnya dan citra UMTAS melalui lisan atau media apapun.
3. Mahasiswa yang telah kehilangan jabatan panitia dan bila melakukan sebagaimana ayat 2 (a) dan(b) diatas, ditindak sebagaimana
mestinya oleh perangkat kaderisasi.

BAB XIV

SISTEM PENILAIAN

Pasal 37

Sistem Penilaian

1. Sistem penilaian adalah sistem yang digunakan untuk menentukan kelulusan peserta.
2. Sistem penilaian Kaderisasi bersifat objektif, adil,terbuka, dan bertanggung jawab.
3. Penilaian dilakukan dengan metode kuantitatif dan kualitatif .
4. Sistem penilaian diatur lebih lanjut di PUKM.
BAB XV

PELAKSANAAN KADERISASI

Pasal 38

Pelaksanaan

Pelaksanaan kaderisasi Fakultas baik HIMA, BEM, DPM Fakultas akan diselanggarakan secara bergiliran yang di atur DPM dan BEM UNPER .

BAB XVI

KELULUSAN

Pasal 39

Pengertian Kelulusan adalah status yang menyatakan peserta telah mengikuti dan lulus dikaderisasi tingkat Himpunan dan Fakultas.

Pasal 40

Kriteria Lulus

Peserta dinyatakan lulus jika telah mencapai nilai minimal yang ditentukan dalam sistem penilaian.

Pasal 41

Konsekuensi Tidak Mengikuti atau Tidak Lulus

1. Peserta yang dinyatakan tidakmengikuti atau dinyatakan tidak lulus pada Kaderisasi tidak dapat:
a. Mengikuti MAKRAB dan LK
b. Menjadi panitia kaderisasi Fakultas Ilmu Kesehatan..
c. Menjadi pengurus BEM Fakultas dan Anggota BLM Fakultas.
d. Menjadi panitiaacara Ormawa di Fakultas Ilmu Kesehatan.
2. Peserta yang tidak mengikuti atau dinyatakan tidak lulus kaderisasi diwajibkanmengikuti lagi ditahun berikutnya.

BAB XVII

PENGHENTIAN KADERISASI

Pasal 42

1. Penghentian Kaderisasi adalah penghentian semua atau sebagian kegiatan Kaderisasi dalam jangka waktu tertentu oleh Ketua Rapat
Komite.
2. Penghentian dilakukan jika:
a. Masa kaderisasi berakhir;
b. Mempertimbangkan SDM yang ada;
c. Terdapat ancaman keselamatan;
d. Terdapat hal-hal lain yang mengharuskannya.

BAB XVIII
KONSEP PENGKADERAN

Pasal 43
1. Di dalam pengembangan konsep pengkaderan diberikan kreativitas terhadap lembaga mahasiswa untuk menggunakanya selama tidak
mengandung anakis, penghinaan Suku, Agama, Ras, dan Adat (SARA), penyimpangan akidah, kontak fisik dan hal-hal lain yang bertentangan
dengan AD/ART KM UMTAS
2. Apabila melanggar sebagamana yang dimaksud pada ayat 1 , maka dapat dikenakan sanksi

BAB XIX
KETENTUAN KHUSUS

Pasal 44

1. Ketentuan khusus dalam hal ini menjelaskan aturan-aturan kaderisasi dalam keadaan khusus
2. Keadaan khusus sebagaimana yang dimaksud ayat (1) dapat diklasifikasikan sebagai berikut:
a. Bencana alam
b. Pandemi virus
c. Hal-hal lain yang tidak terduga
3. Dalam keadaan khusus sebagaimana yang dimaksud pada ayat (2) kaderisasi tetap dapat dilakukan sesuai dengan urgensinya dengan
mempertimbangkan kebijakan yang ada
4. Pelaksanaan kaderisasi dalam kondisi khusus dapat dilaksanakan secara:
a. Daring
b. Hybrid
c. Luring, dengan mematuhi kebijakan yang ada
5. Jika pelaksanaan kaderisasi sebagaimana yang dicantumkan ayat (4) tidak dapat terlaksana, maka kaderisasi dapat ditangguhkan sampai
kaderisasi dapat dilaksanakan kembali
BAB XX

KETENTUAN TAMBAHAN

Pasal 45

1. Hal-hal yang belum diatur dalam ketentuan ini ditetapkan dalam PUKM.

2. Hal-hal yang belum diatur secara tertulis dalam ketentuan-ketentuan dan tata tertib yang ada akan diputuskan dalam Rapat Komite selama tidak
bertentangan dengan peraturan.

BAB XXII

PENUTUP

Pasal 46

1. UU Pengkaderan Ormawa Fikes sebagai acuan dalam pembentukan PUKM dan pelaksanaan kegiatan pengkaderan di Fakultas Ilmu
Kesehatan
2. UU Pengkaderan Ormawa Fikes ini berlaku sejak tanggal ditetapkan.

Anda mungkin juga menyukai