Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH

KONSEP DASAR BIMBINGAN DAN KONSELING SECARA


UMUM; ANALISIS KASUS, DIAGNOSIS, PROGNOSIS, DAN
FOLOW UP DALAM PRAKTIK BK DI SEKOLAH

Di serahkan sebagai salah satu persyaratan untuk melengkapi tugas mata kuliah
“Psikologi Pendidikan”

Dosen Pengampu:
Risno Rahmat Ihtiar, M.Pd

Oleh
Intan Nor’Aini Husaini (2188203008)
Putri Amalia Rahma (2188203009)

MAJELIS PENDIDIKAN TINGGI PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN


PIMPINAN PUSAT MUHAMMADIYAH
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SAMPIT
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA INGGRIS
2023

1
KATA PENGANTAR

Puji Syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan Rahmat dan
hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini tepat waktu
makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah “Bimbingan dan
Konseling” yang diampu oleh Bapak Risno Rahmat Ihtiar, M.Pd
Dalam makalah ini, penulis membahasa tentang “Konsep Dasar Bimbingan
dan Konseling; Analisis kasus, Diagnosis, Prognosis, dan Follow-up”. Penulis
menyadari bahwa makalah ini masih memiliki banyak kekurangan, bagi segi isi
maupun tata Bahasa. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang
membangun dari pembaca dan diyakini makalah ini dapat di sempurnakan
semestinya.
Demikianlah atas apa yang penulis sampaikan terhadap pembuatan makalah
ini sebagai pembuka untuk memperkenalkan makalah yang telah dibuat. Penulis
mengharapkan agar makalah ini dapat memberikan manfaat bagi pembaca,
khusunya bagi mahasiswa yang sedang mempelajari mata kuliah Psikologi
Pendidikan. Apabila masih ada kesalahan atau kekurangan yang terdapat dalam
penulisan makalah, penulis memohon maaf sebesar-basarnya dan akhir kata
terima kasih.

Sampit, Desember 2023


Penulis

Putri Amalia Rahma & Intan Nor’Aini H

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.............................................................................................ii
DAFTAR ISI..........................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN......................................................................................1
A. Latar Belakang.........................................................................................1
B. Rumusan Masalah...................................................................................2
C. Tujuan Penulisan.....................................................................................2
D. Manfaat Penulisan...................................................................................2
1. Manfaat bagi Penulis...........................................................................2
2.Manfaat bagi Mahasiswa......................................................................3
3.Manfaat bagi Guru................................................................................3
4.Manfaat bagi Masyarakat.....................................................................3
BAB II ISI...............................................................................................................4
BAB III PEMBAHASAN......................................................................................5
A. Generasi-Z.............................................................................................5
B. Karakteristik Generasi-Z.......................................................................5
C. Prinsip-Prinsip Psikologi Pendidikan dalam Pembelajaran..................6
D. Aspek-aspek Psikologi dalam Pembelajaran........................................7
E. Penerapan Prinsip-Prinsip Psikologi Pendidikan Dalam Pembelajaran
di Era Gen-Z..............................................................................................9
BAB IV SIMPULAN............................................................................................13
A. Simpulan.............................................................................................13
B. Saran....................................................................................................13
C. Keterbatasan........................................................................................13
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................15

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Sekolah adalah lembaga pendidikan formal yang memiliki peran
penting dalam pembentukan karakter dan pengetahuan individu. Sekolah
tidak hanya berfungsi sebagai tempat belajar mengenai matematika, sains,
bahasa, dan subjek lainnya, tetapi juga sebagai tempat di mana anak-anak
belajar tentang nilai-nilai sosial, etika, dan norma-norma yang berlaku
dalam masyarakat. Dengan demikian, sekolah memiliki peran penting
dalam membentuk individu yang berpengetahuan dan berperilaku baik.
Selain itu, sekolah juga berfungsi sebagai tempat di mana anak-anak dapat
mengembangkan keterampilan interpersonal dan intrapersonal mereka.
Melalui interaksi dengan teman sebaya dan guru, anak-anak belajar
tentang kerjasama, empati, dan komunikasi yang efektif. Lebih dari itu,
sekolah adalah tempat di mana individu dipersiapkan untuk menjadi
anggota masyarakat yang produktif dan bertanggung jawab.
Namun, pada praktiknya dalam Lembaga Pendidikan atau sekolah di
Indonesia maish belum memenuhi peran-peran yang seharusnya dalam
membentuk dan membantu karakter individu. Sehingga, siswa masih
banyak yang berperilaku tidak bermoral.
Menurut Undang Undang Sistem Pendidikan Nasional Nomor 2
Tahun 1989, Pendidikan dilaksanakan dalam bentuk bimbingan,
pengajaran, dan latihan. Perkataan bimbingan atau membimbing memiliki
dua makna yaitu bimbingan secara umum yang mempunyai arti sama
dengan mendidik atau menanamkan nilai-nilai, membina moral,
mengarahkan siswa supaya menjadi orang baik. Bimbingan secara khusus
yaitu sebagai suatu upaya atau program membantu mengoptimalkan
perkembangan siswa. Bimbingan ini diberikan melalui bantuan pemecahan
masalah yang dihadapi, serta dorongan bagi pengembangan potensi-
potensi yang dimiliki siswa.

1
2

Faktanya, di Indonesia Undang Undang hanya sebagai formalitas


dalam pelaksanaan praktiknya. Namun, dalam realitanya hal tersebut
masih belum dilaksanakan sesuai dengan Undang Undang yang dibuat
untuk pelaksanaan Pendidikan. Karena masih banyak bimbingan,
pengajaran, dan latihan yang luput dari Undang Undang.
Bimbingan dan konseling di sekolah secara umum dimaknai sebagai
proses pendampingan terhadap peserta didik agar jangan sampai
mengalami permasalahan dalam belajar dan proses membantu peserta
didik yang mengalami permasalahan belajar (Irham & Wiyani, 2014).
Berdasarkan Penjelasan di atas, urgensi pembuatan makalah “Konsep
Dasar Bimbingan dan Konseling yang meliputi; analisis kasus, diagnosis,
prognosis, dan follow-up” ini untuk mengidentifikasi tahap-tahap dari
penyelesian masalah di dalam praktik BK di sekolah.
B. Rumusan Masalah
1. Apa itu konsep dasar Bimbingan dan Konseling (BK)?
2. Bagaimana melakukan analisis kasus dalam praktik BK di sekolah?
3. Bagaimana melakukan diagnosis dalam praktik BK di sekolah?
4. Bagaimana melakukan prognosis dalam praktik BK di sekolah?
5. Bagaimana melakukan follow-up dalam praktik BK di sekolah?
C. Tujuan Penulisan
1. Mengetahui dan Memahami makna dari konsep dasar Bimbingan dan
Konseling
2. Mengetahui dan Memahami proses analisis kasus dalam Praktik BK di
sekolah
3. Mengetahui dan Memahami proses diagnosis dalam praktik BK di
sekolah
4. Mengetahui dan Memahami proses prognosis dalam praktik BK di
sekolah
5. Mengetahui dan Memahami proses follow-up dalam praktik BK di
sekolah
3

D. Manfaat Penulisan
1. Manfaat bagi Penulis
a. Membantu penulis untuk mengembangkan pemikiran kritisnya, yaitu
kemampuan untuk berpikir secara objektif dan rasional untuk
memecahkan masalah.
b. Membantu penulis untuk mengembangkan keterampilan berpikir
sistematis, yaitu kemampuan untuk untuk menyusun ide-ide secara
logis dan teratur.
c. Penulisan makalah mengharuskan penulis untuk mencari dan
mempelajari bebagai informasi terkait topik “Konsep Dasar
Bimbingan dan Konseling; Analisis kasus, Diagnosis, Prognosis, dan
Follow-up”. Hal ini dapat membantu penulis untuk menambah
pengetahuannya.
2. Manfaat bagi Mahasiswa
a. Mendapatkan informasi penting mengenai penerapan Analisis Kasus,
Diagnosis, Prognosis, dan Follow-Up dalam praktik BK di sekolah.
b. Memberikan wawasan dan pengetahuan baru akan bagaimana
penerapan Analisis Kasus, Diagnosis, Prognosis, dan Follow-Up
dalam praktik BK di sekolah.
c. Menjadikan sebagai gambaran atatu pratinjau mahasiswa dalam
mempersiapkan diri sebagai seorang guru di masa yang akan
mendatang.
3. Manfaat bagi Guru
a. Penulisan makalah dapat membantu meningkatkan profesionalisme
mereka. Hal ini karena makalah yang di tulis dapat menjadi bukti
bahwa memiliki kemampuan ilmiah dan profesional.
b. Penulisan makalah dapat membantu guru untuk mengembangkan
kreativitas dan inovasi mereka hal ini karena guru harus mampu
menghasilakn ide-ide baru dalam makalah yang mereka tulis
c. Penulisan makalah membantu guru untuk melakukan analisis
terhadap sebagai sumber informasi dan data. Hal ini dapat membantu
4

guru untuk meningkatkan kemapuan berpikir kritis dan analisis


mereka.
4. Manfaat bagi Masyarakat
a. Makalah ini dapat menjadi sumber informasi berhaga bagi
masyakarat mengenai Konsep Dasar Bimbingan dan Konseling
secara umum; Analisis Kasus, Diagnosis, Prognosis, dan Follow-
Up dalam praktik BK di sekolah
b. Penulisan makalah dapat mendorong Masyarakat untuk berpikir
kreatif dan inovatif.
c. Dengan adanya makalah mengenai Penerapan Analisis Kasus,
Diagnosis, Prognosis dan Follow-Up dalam praktik BK di sekolah.
BAB II
ISI

Lembaga pendidikan formal atau sekolah adalah salah satu dari subsistem
pendidikan karena lembaga pendidikan itu sesungguhnya identik dengan jaringan-
jaringan kemasyarakatan. Karena pada proses pendidikan dan pembelajaran di
sekolah terjadi aktivitas kemanusiaan dan pemanusiaan sejati. Sekolah
dikonsepsikan untuk mengemban fungsi reproduksi, penyadaran, dan mediasi
secara simultan. Ketiga pilar sekolah tersebut seharusnya mewarnai dalam
kegiatan pendidikan di sekolah. Apabila salah satunya pilar tersebut tidak jalan,
maka tidak akan memenuhi standar kegiatan kependidikan (Jurumiah, 2020).
Bimbingan dan konseling merupakan terjemahan dari "guidance" dan
"counseling" dalam bahasa Inggris. "Guidance" atau akar katanya "guide"
bermakna menunjukkan, membimbing, membantu, menentukan, mengatur,
mengemudikan, memimpin, memberi saran, ataupun menuntun. Jadi bimbingan
dapat diartikan membantu atau menuntun. Menurut Sunaryo Hartadinata 2004
(Fiah, 2015) bimbingan untuk semua, "guidance for all". Statemen ini bermakna
bahwa bimbingan diberikan kepada setiap individu yang membutuhkan dalam
proses perkembangannya, yaitu individu yang ada di sekolah maupun luar
sekolah, laki atau perempuan, anak-anak, remaja, dewasa, hingga orang tua.
Menurut Prayitno 2004 (Fiah, 2015) istilah konseling secara etimologis
berasal dari bahasa latin "consilen" yang berarti "dengan atau bersama", yang
dirangkai dengan "menerima" "memahami". ASCA (American School Counselor
Association) dalam (Fiah, 2015) mengemukakan bahwa konseling adalah
"hubungan tatap muka yang bersifat rahasia, penuh dengan sikap penerimaan dan
pemberian kesempatan dari konselor kepada konseli, konselor mempergunakan
pengetahuan dan ketarmpilannya untuk membantu konselinya mengatasi masalah-
masalahnya.
Analisis atau tahap BK pengumpulan data adalah tahap pengumpulan data
yang berkenaan dengan siswa atau konseli. Data-data ini berkaitan dengan
kemampuan-kemampuan intelektual, sosial, fisik, kondisi kesehatan, karakteristik

4
5

emosi, sikap, minat, motivasi, dan lain-lain. Tahap selanjutnya adalah Diagnosis,
yaitu kegiatan yang diambil untuk menetapkan faktor-faktor penyebab
berdasarkan hasil identifikasi masalah. Tahap ketiga yaitu Prognosis. Prognosis
dapat diartikan sebagai tahap peramalan akibat yang mungkin timbul dari masalah
atau dapat juga disebut tahap mengnai alternatif bantuan yang dapat diberikan.
Tahap terakhir yaitu Follow-up atau tindak lanjut merupakan suatu langkah
penentuan efektif atau tidaknya suatu usaha konseling yang telah dilaksanakan
(Sukmadinata, 2011).
BAB III
PEMBAHASAN

1. Langkah – langkah Bimbingan dan Konseling (Konseling Klinikal)


Menurut (Sukardi & Kusmawati, 2008) Proses BK di sekolah memiliki
beberapa langkah atau tahapan, yaitu:
a. Langkah analisis (pencarian data)
Merupakan langkah memahami kehidupan individu siswa (konseli/klien),
yaitu dengan menghimpun data dari berbagai sumber. Analisis juga bisa
didefinisikan sebagai kegiatan penghimpunan data tentang siswa (konseli)
yang berkenaan dengan bakat, minat, motif, kesehatan fisik, kehidupan
emosional, dan karakteristik yang dapat menghambat atau mendukung
penyesuaian diri siswa.
Alat-alat untuk keperluan analisis antara lain berupa: (a) tes prestasi
belajar, (b) kartu pribadi siswa, (c) pedoman wawancara, (d) riwayat hidup,
(e) catatan anekdot, (f) tes psikologi, (g) inventori, (h) daftar cek masalah, (i)
kuesioner, (j) sosiometri, dan (k) daftar cek.
b. Langkah diagnosis
Merupakan langkah menemukan masalahnya atau mengidentifikasikan
masalah. Langkah ini mencakup proses interpretasi data dalam kaitannya
dengan gejala-gejala masalah, kekuatan dan kelemahan siswa (konseli).
Dalam proses penafsiran data dalam hubungannya dengan perkiraan
penyebab masalah, konselor haruslah menentukan penyebab masalah yang
paling mendekati kebenaran atau menghubungkan sebab akibat yang paling
logis dan rasional. Masalah yang diidentifikasi oleh konselor mungkin saja
lebih dari satu.
c. Langkah prognosis
Langkah prognosis, yaitu langkah meramalkan akibat yang mungkin
timbul dari masalah itu dan menunjukkan perbuatan-perbuatan yang dapat
dipilih. Atau dengan kata lain prognosis adalah suatu langkah mengenali
alternative bantuan yang dapat atau mungkin diberikan kepada siswa
(konseli) sesuai dengan masalah yang dihadapi sebagaimana ditemukan
dalam langkah diagnosis.

13
14

d. Tindak lanjut/ follow-up


Langkah tindak lanjut (follow-up) adalah merupakan suatu langkah
penentuan efektif tidaknya suatu usaha konseling yang telah dilaksanakan.
Langkah ini merupakan yang telah dilaksanakan. Langkah ini merupakan
langkah membantu siswa (klien/konseli) melakukan program kegiatan yang
dikehendaki atau membantu siswa kembali memecahkan masalah.

2. Contoh Studi Kasus


a. Identifikasi Masalah
Identifikasi masalah adalah menyangkut siapa individu atau
sejumlah individu yang diduga bermasalah atau memerlukan layanan
bantuan. Berikut ini adalah siswa yang menjadi konseli:
1) Data Angket
a) Identitas individu
Nama Lengkap Shinta Pratama Jaya
Kelas VIII
Sekolah SMP Negeri 29 Sampit
Jenis Kelamin Perempuan (P)
TTL Bojosari, 29 Februari 2005
Agama Islam
Cita-cita Atlet Voli
Hobi Bermain Voli
Alamat Rumah Jln. Kuning Sari, RT.22 RW.09, Sampit,
Kalimantan Tengah
Kewarganegaraan Warga Negara Indonesia
Anak Ke- 1
Jumlah Saudara 4
b) Keadaan Jasmani
Tinggi Badan 160 cm
Berat Badan 55 kg
Warna Kulit Sawo matang
Warna Rambut Hitam
15

Bentuk Wajah Lonjong


c) Keterangan Keluarga
Nama Ayah Ahmad
Nama Ibu Anisa
Umur Ayah 50 Tahun
Umur Ibu 45 Tahun
Pendidikan Terakhir Ayah SMP
Pendidikan Terakhir Ibu SMP
Pekerjaan Ayah Buruh
Pekerjaan Ibu Ibu Rumah Tangga
Alamat Ayah dan Ibu Jl. Kuning Sari, RT. 22 RW. 09,
Sampit, Kalimanatan Tengah
d) Keterangan Kesehatan
Penyakit yang pernag diderita TBC (Tuberkulosis)
e) Fasilitas Belajar dan Pendukung
Buku Paket Tidak Lengkap
Buku Catatan Tidak Lengkap
Ruang Belajar Tidak memiliki
Waktu Belajar Tidak teratur
Bimbingan dari Ayah Tidak Pernah
Bimbingan dari Ibu Jarang
Bimbingan dari Saudara Tidak Pernah
f) Keterangan lainnya
Minat Belajar Kurang
Bakat Bidang Olahraga
Motivasi Belajar Rendah

2) Data Wawancara
16

Dari hasil wawancara dengan konseli, didapatkan informasi


tentang gambaran belajar dan kehidupan keluarganya. Dari aspek
belajarnya diketahui bahwa dia memiliki waktu belajar yang tidak
teratur, sulit berkonsentrasi ketika belajar, kurang motivasi dalam
belajar, kurang mendapat perhatian dari orangtua, dan prestasi belajar
yang rendah. Dari kehidupan keluarganya, konseli berasal dari
keluarga yang kurang mampu Konseli memiliki anggota keluarga yang
cukup banyak. Sehingga konseli merasa kesulitan dalam memenuhi
kebutuhan sekolahnya dan ia merasa jarang berkomunikasi dengan
orangtuanya. Adapun berdasarkan wawancara dengan guru BK
dikatakan bahwa konseli memiliki kecenderungan untuk malas dalam
belajar.
Dari berbagai informasi yang telah diperoleh melalui pengumpulan
data seperti angket kebiasaan siswa, daftar cek masalah, dan
wawancara, maka gambaran umum gejala permasalahan bidang belajar
pada konseli. Adapun gejalanya yaitu sebagai berikut:
a) Kesulitan dalam belajar karena kurangnya fasilitas belajar dan
waktu belajar yang tidak teratur
b) Banyak bermain
c) Kehidupan keluarga yang kurang komunikasi dan kondisi ekonomi
yang rendah
d) Prestasi belajar rendah
e) Kurang motivasi dalam belajar

1. Analisis
Berdasarkan data yang telah diperoleh melalui pengumpulan data
seperti angket kebiasaan siswa, daftar cek masalah, dan wawancara,
dapat diketahui bahwa konseli mempunyai bakat dalam bidang
olahraga. Namun konseli mempunyai prestasi dalam bidang akademik
yang rendah. Bakat konseli dalam bidang nonakademik ini dapat
dikembangkan dan menjadi suatu kelebihan pada diri konseli.
17

Sementara itu, konseli terlihat mempunyai kesulitan dalam belajar


karena dipengaruhi oleh berbagai hal. Kondisi keluarganya turut
mempengaruhi belajarnya. Dan membuat konseli memiliki rasa
percaya diri yang kurang.
Ketika di rumah, konseli lebih senang bermain voli diluar
daripada belajar. Konseli merasa kurang mendapat perhatian dari
orangtua, sebab orangtuanya disibukkan mencari nafkah untuk
menghidupi ke empat anaknya. Hal tersebut sangat mempengaruhi
motivasi belajar konseli. Ditambah lagi waktu belajar konseli yang
tidak teratur semakin membuat konseli kesulitan untuk belajar.
Terlihat konseli mempunyai kemandirian yang kurang. Karena konseli
belum mampu mengatur jadwal belajarnya sendiri. Dan lebih memilih
untuk bermain daripada belajar.
Namun karena latarbelakang keluarganya yang kurang mampu,
membuat konseli memiliki rasa percaya diri yang kurang. Beberapa
informasi diatas menyebabkan konseli mempunyai kesulitan dalam
belajar.
2. Diagnosis
Diagnosis merupakan kegiatan yang diambil untuk menetapkan
faktor-faktor penyebab berdasarkan hasil identifikasi masalah. Oleh
karena itu, berikut akan dijabarkan mengenai hasil dari diagnosis yang
diperoleh yakni prestasi belajar yang rendah.
Menurut (Chaplin, 2002) prestasi merupakan hasil yang dicapai
(dari yang dilakukan dan diharapkan). Sedangkan belajar menurut
(Mudzakir, 1997) belajar adalah suatu usaha atau kegiatan yang
bertujuan mengadakan perubahan dalam diri seseorang, mencakup
perubahan tingkah laku, sikap, kebiasaan, ilmu pengetahuan,
keterampilan, dan sebagainya.
Berdasarkan pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa prestasi
belajar dirumuskan sebagai suatu aktivitas mental dan psikis,
penguasaan pengetahuan dan keterampilan ilmu pelajaran yang
18

dimiliki oleh siswa dan dioperasionalkan dalam bentuk indikator


berupa nilai raport.
Prestasi belajar yang rendah pada diri siswa dalam kasus ini
terjadi diduga karena beberapa faktor, baik faktor internal maupun
eksternal yaitu sebagai berikut:
a. Faktor yang berasal dari dalam diri konseli (internal)
 Kurangnya motivasi belajar
 Tidak bisa mengatur waktu antara bermain dengan belajar
 Sulit berkonsentrasi ketika belajar
 Malas dalam belajar
 Kurangnya fasilitas belajar
b. Faktor yang berasal dari luar (eksternal)
 Kurangnya perhatian dari orangtua
 Kondisi ekonomi keluarga rendah
3. Prognosis
Prognosis merupakan prediksi kemungkinan-kemungkinan yang
akan terjadi apabila permasalahan yang dihadapi peserta didik tidak
segera mendapat bantuan dan apabila segera mendapat bantuan.
Apabila permasalahan konseli tidak terselesaikan, maka kemungkinan
yang dapat terjadi yaitu:
a) Tidak naik kelas/tidak lulus
b) Prestasi belajar semakin rendah
c) Mengalami ketertinggalan dalam pelajaran
d) Terancam mengganggu masa depan konseli terutama terkait karir
dan cita-citanya.
Apabila permasalahan konseli dapat terselesaikan, maka
kemungkinan yang akan terjadi yaitu:
a) Prestasi belajar meningkat
b) Dapat mengikuti pembelajaran
c) Dapat membagi waktu dengan baik antara bermain dan belajar
d) Dapat menggapai cita-cita atau karir yang diharapkan
19

4. Evaluasi / TindakLanjut (Follow Up)


Evaluasi merupakan upaya yang dilakukan konselor untuk
mengikuti perkembangan konseli. Tindakan ini perlu dilakukan untuk
mengetahui tingkat keberhasilan dan kemajuan yang dialami konseli
atas bantuan yang diberikan. Adapun tindak lanjut yang dapat
dilakukan terhadap permasalahan yang dihadapi konseli yaitu dengan
memperhatikan perkembangan belajar konseli melalui pemantauan
hasil belajar konseli, memberikan layanan konseling individu untuk
mengetahui perkembangan konseli, melalui bimbingan klasikal,
melalui orangtua konseli dan pemantauan melalui guru yang mengajar
di kelas. Dalam layanan konseling individu hendaknya konselor selalu
memberikan motivasi kepada konseli agar selalu giat belajar dan
percaya pada kemampuan yang dimilikinya.
20

BAB IV
SIMPULAN
A. Simpulan
B. Saran
Dengan dibuatnya makalah “Konsep Dasar Bimbingan dan Konseling
yang meliputi analisis kasus, diagnosis, prognosis, dan follow-up dalam
praktik Bk di sekolah” ini, penulis ingin memberikan saran kepada:
1. Pendidik (Guru)
2. Guru Bimbingan Konseling
3. Lembaga Pendidikan
4. Siswa

C. Keterbatasan
Penulis menyadari adanya keterbatasan-keterbatasan yang mungkin
terjadi selama penulisan. Keterbatasan yang pertama yaitu kurangnya
referensi dalam mencari materi “Konsep Dasar BK yang meliputi analisis
kasus, diagnosis, prognosis, dan follow-up dalam praktik BK di sekolah”.
Kemudian, kurangnya pengalaman. Baik itu pengalaman dalam penerapan
konsep dasar yang meliputi tahap-tahap BK, maupun pengalaman dalam
mempelajari Bimbingan Konseling itu sendiri. Oleh karena itu, penulis
memohon maaf jika masih terdapat kesalahan dalam penulisan maupun
penyampaian informasi. Penulis sangat mengharapkan adanya kritik dan
saran dari pembaca agar penulis dapat menyajikan karya tulis ilmiah yang
lebih baik untuk kedepannya.
DAFTAR PUSTAKA

Chaplin, J. P. (2002). Kamus lengkap psikologi (terjemahan kartini kartono).


Jakarta: PT. Raja Grafindo.
Fiah, E. R. (2015). Dasar-dasar bimbingan dan konseling. Yogyakarta: Idea Press
Yogyakarta.
Irham, M., & Wiyani, A. N. (2014). Bimbingan & konseling teori dan aplikasi di
sekolah dasar. Yogyakarta: Ar-Ruzz Media.
Jurumiah, A. H. (2020). Sekolah sebagai Instrumen Konstruksi Sosial di
Masyarakt. Jurnal ISTIQRA', 1-9.
Mudzakir, A. (1997). Psikologi pendidikan. Bandung: Pustaka Setia.
Sukardi, D. K., & Kusmawati, D. N. (2008). Proses bimbingan dan konseling di
sekolah. Jakarta: Rineka Cipta.
Sukmadinata, N. S. (2011). Landasan psikologi proses pendidikan. Bandung:
Remaja Rosdakarya.
Pemerintah Indonesia. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 2 Tahun 1989
tentang Sistem Pendidikan Nasional. Jakarta:

15

Anda mungkin juga menyukai