Anda di halaman 1dari 25

Kosa-Kata Untuk Menggambarkan Mimik

Wajah Tokoh Dalam Cerita.


MEI 22, 2016 ~ ALFA ANGGRAINI

“Perempuan itu berjalan tersuruk-suruk.


Kakinya yang telanjang tampak kering dengan tumit pecah-pecah. Dari lipatan
kain kadang menyembul betis kurus keras kering. Kebaya merah yang dipakainya
telah coklat kusam, dengan tambalan hijau muda di ketiak. Kondenya nyaris
terurai, semrawut kusut, kaku dan kering merah jagung. Wajah lekang hangus
oleh matahari. Kering haus kulitnya melipat di sudut-sudut mata dan kerut kening.
Berkilat-kilat wajahnya berminyak. Dari bibirnya yang selalu menganga, terlontar
nama anaknya.” (Cuplikan cerpen karangan Yanusa Nugroho)

Pentingnya Bermain Kata Agar Pembaca Menjadi Semakin Penasaran.

Lagi sibuk, ya? Hem, sebagai penulis, kita perlu mendeskripsikan dengan baik
ekspresi wajah seorang tokoh dalam cerita yang kita buat. Dengan gambaran yang
cukup mendetail, kita dapat membuai para pembaca untuk memasuki dunia kita,
dunia imajinasi yang telah kita ciptakan. Dari cuplikan cerpen karangan Yanusa
Nugroho yang saya contohkan, dapat kita simpulkan bahwa penulis ingin
menggambarkan tentang sosok perempuan tua yang sedang kepayahan. Kita pun
dapat membayangkan bagaimana mimik wajah tokoh yang diceritakan tersebut
seolah-olah mata kita sendiri yang menyaksikannya. Tantangan terbesar penulis
adalah menemukan kata-kata yang pas untuk menggambarkan sosok dalam cerita
agar para pembaca semakin mengakrabi tokoh imajinasinya.

Terkadang kita merasa kesulitan memilah dan memilih kata-kata yang pas untuk
mendeskripsikan mimik wajah seorang tokoh dalam cerita agar pembaca dapat
dengan mudah membayangkan karakter yang kita ciptakan. Kita membutuhkan
kata-kata yang dapat menyampaikan emosi sekaligus yang dapat mewakili dialog
tanpa harus menulisnya secara langsung. Misalnya saja pada kutipan cerpen di
atas, penulis menggunakan kata “tersuruk-suruk”. Padahal bisa saja ia hanya cukup
menggunakan kata tertatih-tatih. Walaupun hampir sama, kedua kata tersebut
ternyata memiliki penegasan yang sedikit berbeda. Tersuruk-suruk mampu
menggambarkan kondisi yang lebih payah dibandingkan dengan tertatih-tatih.

Untuk menggambarkan kondisi atau raut wajah tokoh dalam cerita, penulis juga
menggunakan kalimat “wajah lekang hangus oleh matahari.” Kita sanggup
membayangkan betapa hitamnya wajah si perempuan dalam cerita tersebut.
Sebagai pembaca, kita dibuatnya penasaran dengan kelanjutan cerita di balik sosok
perempuan yang berwajah lekang hangus oleh matahari. Kita menjadi ingin tahu
mengenai apa yang sebenarnya terjadi dan bagaimana latar belakang
kehidupannya.

Ekspresi wajah tidak hanya mampu mempertegas karakter tokoh yang kita
ciptakan, tetapi juga dapat mendukung suasana hati yang sedang dialami tokoh
tersebut. Nah, untuk mengatasi tantangan terbesar kita saat kesulitan
menggambarkan mimik wajah dan menuangkannya ke dalam kata-kata, berikut
adalah beberapa kata-kata alternatif yang dapat kita gunakan sebagai alat untuk
memancing rasa penasaran para pembaca dengan tokoh yang kita ciptakan:

Menggambarkan Kondisi Mata.


1. matanya melebar
2. matanya berkeliling
3. kelopak matanya terkulai
4. matanya menyipit
5. matanya menyala
6. matanya melesat
7. ia memicingkan mata
8. ia mengerjap
9. matanya berbinar
10.matanya berkelebat
11.matanya berkilat
12.matanya dibakar dengan …
13.matanya menyala dengan …
14.matanya berkedip-kedip dengan …
15.…… bersinar di matanya
16.sudut matanya berkerut
17.dia memutar matanya
18.ia tampak menatap ke langit-langit
19.dia melirik ke langit-langit
20.ia mengedipkan mata
21.air mata memenuhi matanya
22.matanya menggenang
23.matanya berenang dengan air mata
24.matanya dibanjiri air mata
25.matanya basah
26.matanya berkilau
27.air mata berkilauan di matanya
28.matanya mengkilap
29.ia menahan air mata
30.air mata mengalir di pipinya
31.matanya ditutup
32.dia memejamkan mata
33.ia menutup matanya
34.bulu matanya mengibar
35.dahinya mengerut
36.garis muncul antara alisnya
37.alisnya bertautan
38.alisnya tersentak bersama-sama
39.alisnya naik
40.ia mengangkat alisnya
41.dia melotot
42.dia mengintip
43.dia melirik
44.dia meneliti
45.ia mengamati
46.ia melirik
47.pupil matanya yang besar
Menggambarkan Kondisi Hidung.
1. hidungnya berkerut
2. dia menyentuh hidungnya tanda ejekan
3. hidungnya melebar
4. ia menghirup udara dalam-dalam
5. dia mendengus
6. dia terisak
Menggambarkan Kondisi Mulut

1. dia tersenyum
2. dia menyeringai
3. ia tersenyum simpul
4. dia berseri-seri
5. mulutnya melengkung membentuk senyuman
6. sudut mulutnya muncul
7. sudut mulutnya mencibir
8. sudut mulutnya terangkat
9. mulutnya berkedut
10.ia memberikan setengah-senyum
11.dia memberi seringai miring
12.mulutnya memutar
13.terpampang senyum di wajahnya
14.ia memaksakan senyum
15.dia memalsukan senyum
16.senyumnya memudar
17.senyumnya tergelincir
18.ia mengerutkan bibirnya
19.dia cemberut
20.mulutnya setengah menutup
21.mulutnya membentuk garis keras
22.dia merapatkan bibirnya
23.ia menggigit bibirnya
24.ia menarik bibir bawah antara giginya
25.ia menggigiti bibir bawahnya
26.rahangnya terkatup
27.rahangnya menegang
28.otot di rahangnya mengejang
29.mulutnya ternganga
30.rahangnya turun
31.ia menggertakkan giginya
32.bibir bawahnya bergetar
Menggambarkan Kondisi Wajah.
1. dia memucat
2. rona merah terkuras dari wajahnya
3. wajahnya memerah
4. pipinya berubah merah muda
5. dia tersipu
6. ia berubah merah
7. darah mendesir merangkak naik di wajahnya
8. wajahnya menegangkan
9. dia mengernyitkan wajahnya
10.dia meringis
11.wajahnya terlihat kotor
12.ia mengerutkan kening
13.dia cemberut
14.dia melotot
15.Seluruh wajahnya menyala
16.dia tampak cerah
17.wajahnya menjadi kosong
18.wajahnya berkerut
19.wajahnya memutar
20.ekspresinya tumpul
21.ekspresinya mengeras
22.pembuluh darah tampak tegang di lehernya
23.tampak kekaguman di wajahnya
24.rasa takut terlukis di wajahnya
25.teror menyalip wajahnya
Sebenarnya masih banyak kosa-kata yang dapat kita gunakan untuk
menggambarkan mimik wajah dan menegaskan karakter yang kita ciptakan.
Beberapa kata tersebut juga saya dapatkan dari membaca buku lalu kemudian saya
catat sebagai referensi. Adakah yang ingin menambahkan? Semoga bermanfaat,
ya!

“Don’t forget – no one else sees the world the way you do, so no one else can tell
the stories that you have to tell – Charles de Lint.”

menggambarkan emosi dalam


cerita tanpa membuat karaktermu
terlalu “sadar diri”
PUBLISHED ON April 10, 2014 by Jia

janice hardy, seorang novelis amerika, menulis ini


untuk romanceuniversity.org. saya mencoba menerjemahkannya untuk

teman-teman 🙂
emosi penting untuk membuat karakter terasa nyata. namun,
mendeskripsikan mereka dari kejauhan terkadang membuat pembaca merasa
“terputus” dari karakter tersebut. deskripsinya tidak terasa seperti perasaan
karakter, tetapi seperti penulis memberi tahu pembaca bagaimana perasaan
si karakter.

jika kita menggunakan sudut pandang orang ketiga serbatahu, mungkin tidak
akan terlalu terasa. namun, bagaimana jika kita menggunakan sudut pandang
orang ketiga terbatas atau sudut pandang orang pertama? kita bisa saja
kehilangan hubungan emosi dengan pembaca.

contoh:

“aku menyeka keringat dari alisku dengan tangan gemetar, sisa ketakutan dari
pengalaman-hampir-mati-barusan mengalir lewat pembuluh darahku.”

apakah kamu merasakan ketakutannya? barangkali tidak, karena si tokohnya


pun sepertinya tidak merasakannya. orang-orang yang sedang ketakutan
tidak akan berpikir tentang apa yang mengalir di pembuluh darah mereka atau
kenapa ia mengalir. mereka hanya merasakan dan bereaksi.

“dengan tubuh bergetar, aku beringsut ke bangku terdekat dan duduk


sebelum terjatuh. keringat menyengat mataku dan aku menyeka wajah
dengan bajuku. hampir saja. seandainya saja aku tidak lari barusan… aku
bergidik.”

kalimat kedua menunjukkan bagaimana perasaan si narator, apa yang


sedang dipikirkannya ketika ketika dia merasakan itu, bagaimana tubuhnya
bereaksi tanpa membuat dia terlihat sadar akan hal itu. perasaan itu keluar
dari dalam dirinya, bukan ke dalam dirinya. kita tidak perlu menjelaskan
bahwa dia baru saja mengalami kejadian-hampir-mati, karena kita telah
memberikan cukup petunjuk. jadi, pembaca bisa dengan mudah menduga
apa yang terjadi.

berikut beberapa cara untuk menunjukkan emosi tanpa harus keluar dari
karaktermu:

1. gunakan gejala-gejala fisik yang mungkin dialami oleh tokohmu.

emosi memacu reaksi fisik. ini adalah petunjuk-petunjuk yang bisa digunakan
pembaca untuk melihat bagaimana perasaan si karakter; jantung berdebar,
jemari terasa membeku dan mati rasa, telapak tangan berkeringat adalah
semua pertanda rasa takut (atau mungkin cinta pada kasus-kasus tertentu).
gunakan juga reaksi refleks seperti pipi memanas atau terkesiap.

coba gunakan:

mereka tertawa terbahak-bahak dan dia berpaling dengan wajah yang seperti
terbakar dan jemari yang terasa sedingin es.

alih-alih:

dia berpaling, wajahnya memerah karena malu.

2. gunakan pikiran atau dialog untuk memperlihatkan emosi

emosi dapat memacu respons mental maupun verbal. kita bisa menulisnya
dalam bentuk momen refleksi diri si tokoh (ditulis dengan huruf miring).
misalnya, komentar “dasar berengsek” yang diucapkan dengan volume suara
pelan dan cepat dapat menimbulkan emosi yang sama dengan mengerutkan
kening, dan terasa lebih natural.

coba: dasar berengsek! “permisi, tadi bilang apa?”

daripada: dia mengerutkan kening karena laki-laki itu sangat berengsek.

3. gunakan subteks untuk memperlihatkan emosi yang tidak ingin


diperlihatkan

terkadang, apa yang tidak diucapkan oleh karakter malah lebih


memperlihatkan apa yang terjadi. sebuah keadaan mendesak yang
berkontradiksi dengan apa yang sedang dipikirkan dan dirasakan bisa
memperlihatkan berlapis-lapis emosi. subteks juga dapat menambahkan
konflik dalam sebuah adegan dan membantu menaikkan ketegangan.

coba: “tentu saja kau boleh tinggal,” katanya sambil menyobek-nyobek tisu di
tangannya menjadi potongan-potongan kecil.

daripada: dia tidak menjawab, walaupun dirinya tahu john ingin dia
mengatakan iya.

4. gunakan indra eksternal untuk memperkuat emosi

emosi yang tinggi juga dapat meningkatkan indra, jadi persepsi bisa menjadi
lebih kuat. ketakutan bisa menimbulkan kewaspadaan berlebih, dan cinta bisa
membuat hal-hal lebih sensual. ketakutan sering kali diperlihatkan dengan
bagaimana perut atau tenggorokan bereaksi. tapi bagaimana dengan suara
atau aroma? kamu bisa menunjukkannya dengan telinga berdenging, atau
sesuatu terdengar jauh dan teredam. aroma juga bisa memicu jenis emosi
yang ingin kamu perlihatkan.

coba:

ia tak hanya mendengar suara langkah di belakangnya—bau minyak wangi


murah, bir yang sudah basi, dan keputusasaan yang merayap semakin dekat,
menambah rasa jerinya. dia mempercepat langkahnya.

alih-alih:

rasa takut membuatnya mempercepat langkah. seseorang mengikutinya.

5. gunakan majas

metafor, simile, dan jenis majas lain bisa efektif untuk memperlihatkan emosi
tanpa harus menggunakan kata yang menunjukkan emosi secara spesifik.

cobalah:
dunia meluruh, warna-warna meluntur memperlihatkan sosok dirinya yang
semakin jelas di bawah gemilang cahaya matahari.

alih-alih:

dia sangat tampan hingga aku tak bisa memalingkan mataku.

setiap karakter akan bereaksi berbeda terhadap emosi yang sama. jadi, kita
harus pahami bahwa bagaimana seorang karakter bereaksi bisa menggiring
kita untuk bisa mendeskripsikan apa yang dia rasakan. beberapa orang
merasakan sesuatu lebih eksternal, menolak menganggapnya sebagai emosi.
beberapa lainnya berpikir terlalu banyak dan berusaha untuk menyangkal
bahwa dirinya bereaksi terhadap hal-hal tertentu. dan ketika seseorang
bereaksi dengan cara tertentu, menyediakan kesempatan bagi karakter lain
untuk bereaksi, jadi emosi itu bisa saling dibangun.

jangan hanya mengatakan bagaimana perasaan tokohmu—buatlah pembaca


merasakannya juga.

jika kita bisa menangkap emosi, maka kita bisa menangkap pembaca.

Daftar Tiruan
Bunyi/Onomatope
January 27, 2011

5 mins

Ketika sedang menerjemahkan, saya sering kesulitan membayangkan, melukiskan, atau


menjabarkan tiruan bunyi, atau yang dikenal sebagai onomatope. Berikut daftar yang mudah-
mudahan dapat membantu dan akan saya perbarui secara periodik.

Suara makhluk hidup

Kucing mengeong

Burung mencericip/berkicau
Babi menguik

Bebek meleter

Anjing menggonggong/mendengking

Serigala melolong

Sapi melenguh

Katak menguak

Ular mendesis

Kambing mengembik

Merpati berdekut

Ayam jantan berkokok

Ayam betina berkotek

Anak ayam menciap

Macan mengaum

Tikus mencicit

Kuda meringkik

Tidur mendengkur

Berjalan terhuyung-huyung.

Suara benda mati

Meriam berdentam

Angin berkesiur/mendesau

Papan/kayu berderak

Bel/lonceng berdentang

Sendok berdenting

Air bergemericik

Pintu berderit

Gigi gelemetuk (kedinginan)


Telepon berdering

Peluru berdesing

Daun bergemeresik

Jantung berdegup

Uang logam bergemerincing

Petir menggelegar

Kuda berderap.

Darah berdesir/menggelenyar.

Selendang berkibar.

Berdasarkan aktivitas

Minum: gluk, gluk, gluk

Menginjak kayu/ranting: krak, krak, krak

Jatuh ke dalam air: Byur, jebur, plung (jika yang jatuh adalah benda)

Menggunting: kres, kres, kres

Meninju: Buk, dhuak

Menyobek kertas: srek, srek

Meledak: bum!

Jatuh dengan keras: gedebuk! Gedebum!

Barang pecah: Prang!

Kaleng tertendang: Klontang!

Menembak: Dor!

Menyeruput: Srup, srup.

Mengayun tongkat: Syuut, syuut.

Menumpuk barang: Bruk, bruk.

Batuk: Uhuk, uhuk.

Bersin: Hatsyi! Hatsyi!


Kunci diputar: Klik.

Menusuk dengan pisau: Jleb.

Perut keroncongan: Kruk, kruk.

Kain dirobek: Breet, breeet.

Menggigit makanan renyah: Kriuuk.

Jam dinding kuno: Tik tok.

Pohon bambu tertiup angin: Keriang keriut

Ketukan di pintu: Tok tok tok.

Sepatu hak tinggi di lantai: Tuk tuk tuk.

Air menetes: Tes tes tes.

Salah satu cara untuk memperoleh bunyi paling akurat adalah praktik. Namun selain kondisi (dan
keterbatasan perangkat), keterbiasaan pada bahasa ibu bisa menjadi ‘kendala’. Misalnya, saya
sulit membayangkan suara air mengucur (bahkan terpikir kat ngocor) dari kran, bila hendak
menyampaikan kepala pusing pun langsung terlintas kata kliyengan.

Harus diakui, seperti kata Handrawan Nadesul dalam sebuah buku, bahasa daerah lebih kaya
nuansa dibandingkan bahasa Indonesia. Oleh sebab itu, agaknya kita perlu kreatif mengolah diksi,
katakan saja…menggelontang? Bergelontangan?

Tiruan bunyi berawalan D dapat dijenguk di blog Mas Rahmat Febrianto.

Sebagian saya cantumkan di bawah ini.

Dari KBBI

bang n tiruan bunyi spt bunyi – barang jatuh, meletup, dsb

bap n tiruan bunyi barang jatuh di tanah lembut dsb; debap

celebuk n tiruan bunyi spt batu dsb yg jatuh ke air

celepik n tiruan bunyi spt barang kecil (cecak, kertas, dsb) jatuh di lantai

celepuk n tiruan bunyi spt celepik tetapi lebih nyaring

celung n tiruan bunyi spt bunyi angklung dsb

ceter /cetér/ n tiruan bunyi cemeti (cambuk dsb) yg dicambukkan

cit n tiruan bunyi spt bunyi tikus atau anak burung


ciut n tiruan bunyi spt bunyi pohon ditempuh angin, pintu terbuka, dsb;
berciut-ciut (menciut-ciut) v berbunyi “ciut, ciut”

debak n bunyi spt bunyi orang meninju; debuk;


debak-debuk v berulang-ulang berbunyi ”bak-buk” (spt bunyi barang-barang berat berjatuhan,
orang meninju berulang-ulang, dsb)
debam n tiruan bunyi spt bunyi benda berat jatuh ke lantai
debap n tiruan bunyi spt bunyi barang jatuh dsb
debar n, berdebar (berdebar-debar) v
bergerak-gerak atau berdenyut-denyut keras atau lebih kencang

decup n tiruan bunyi spt bunyi ikan menangkap kelekatu;


berdecup(-decup) v berbunyi spt bunyi ikan menangkap kelekatu
decur n tiruan bunyi spt bunyi air memancar (memancur dsb);
medecur v 1 berbunyi spt bunyi air memancar; 2 memancar; memancur; bercucuran

decut n tiruan bunyi spt bunyi bayi menyusu;


berdecut(-decut) v berbunyi seperti bunyi bayi menyusu

gar n tiruan bunyi spt bunyi guruh dsb; degar

gelebuk n tiruan bunyi spt, barang jatuh

gerdam n tiruan bunyi spt bunyi barang yg berat dan besar yg jatuh

gerentang n tiruan bunyi berdentam-dentam (berdentang-dentang)

koak (koak-koak) n tiruan bunyi spt bunyi burung gagak;

letang n tiruan bunyi spt bunyi besi dipalu

letik n tiruan bunyi spt bunyi gelas retak kena air panas;
meletik v berbunyi

mung n tiruan bunyi canang

ning n tiruan bunyi sbg bunyi lonceng kecil

nung n tiruan bunyi spt bunyi kenung

Terkait suara binatang, saya menemukan blog James Chapman yang informatif dan menghibur.Di
situlah saya tahu suara kuda dalam bahasa Hongaria adalah “nyihaha”, mirip bahasa gaul zaman
sekarang:p

Ada lagi kamus online yang cukup lengkap, Written Sound.


Memperkaya Diri dengan Kosakata
19 Juli 2018 11:24 Diperbarui: 20 Juli 2018 22:11 8174 19 17

Lihat foto

Ilustrasi: pxhere.com

Vita terlongong-longong. Bengong. Tidak mampu berkata apa-apa. Lidahnya


kelu. Ia masih terpinga-pinga, tercengang keheranan, sementara kekasihnya
sudah menjauh. Tiada apa pun yang ia lakukan selain terpangah. Menganga.
Debu dan bisu bersaing menguasai mulutnya.

Paragraf di atas bukanlah pembuka sebuah cerpen. Bukan pula bab awal dari sebuah novel
yang tengah saya karang. Alinea tersebut semacam contoh saja. Hitung-hitung itu sajian fakta
bahwa kosakata bahasa Indonesia memang kaya. Malah sangat kaya.

Mari kita sisir kata demi kata. Mula-mula saya munculkan terlongong-longong, artinya
tertegun karena kaget dan bingung. Kemudian bengong, kata yang berarti termenung seperti
kehilangan akal karena sedih bercampur heran.
Lalu terpinga-pinga, yang masih serumpun dengan kata sebelumnya, tetapi makna
khususnya tercengang keheranan. Selanjutnya kata terpangah. Kata ini semakna
dengan ternganga atau menganga.

Seluruh kata yang saya cetak miring di atas merupakan varian dari kata tercengang atau
terkejut. Masih ada kata lain, tetapi cukuplah kata-kata di atas sebagai contoh.

Sebenarnya ada 43 kata yang senada. Baiklah, saya suguhkan seluruh kata yang serumpun
dengan tercengang atau terkejut.

Disarikan dari beberapa kamus bahasa Indonesia (Dokumen Pribadi)


Disarikan dari beberapa kamus bahasa Indonesia (Dokumen Pribadi)

Perbendaharaan Kata Kita Harus Kaya

Vita menengadah. Ia melihat telaga mata kekasihnya berkaca-kaca. Sungguh,


ia melengak menatap telaga bening itu kini mulai bersimbah air mata. Kontan ia
menceratuk, menunduk sambil mengetuk-ngetuk meja, lalu congak-cangit. Ia
mendesah seolah-olah beban berat baru saja terembus keluar dari hidungnya.
Vita menjelangak, mendongak lagi, menatap mata kekasihnya lagi, dan
merasakan darahnya berdesir.

Barangkali kalian berpikir buat apa memperkaya diri dengan kosakata. Barangkali kalian
menyangka perbendaharaan kata perkara sepele. Barangkali kalian menganggap kosakata
hanyalah soal remeh. Barangkali kalian menduga menulis akan tetap lancar meskipun kalian
miskin kosakata.
Ya, kalian tidak salah. Kendatipun hanya tahu menengadah untuk melukiskan peristiwa
mengangkat kepala, tulisan kalian tetap akan tiba di hadapan pembaca.

Sungguhpun cuma tahu mendongak, kalian cukup menggunakan satu kata itu dalam tulisan
panjang, misalnya novel, dan memakainya hingga puluhan kali. Itu bukan perbuatan
terlarang.

Tidak masalah. Paling-paling khalayak pembaca mengecap kalian Penulis Miskin


Kata. Andaipun digelari demikian, santai saja. Miskin kata tidak semengenaskan miskin
harta.

Yang menyedihkan kalau kalian miskin kata dan miskin harta. Beli buku susah,
apalagi beli kamus.

Jikalau stok kosakata di gudang perbendaharaan kata berlimpah, kalian tidak akan
kesulitan menulis apa pun. Kalian tidak akan mengalami "macet di tengah jalan" karena
kalian mampu menggambarkan ide kalian dengan kata yang tepat. Itu keuntungan pertama.

Jikalau kecerdasan gramatikal mumpuni, kalian tidak akan tersendat ketika menuangkan
gagasan ke dalam tulisan. Tidak akan terjadi "benturan antarfrasa" atau "guncangan
antaralinea", karena kalian dapat membedakan makna kata dan menggunakannya dengan jitu.
Itu keuntungan kedua.

Jikalau kepekaan rasa baca tajam, kalian tidak akan mengalami benturan pembacaan tatkala
mengendapkan dan mengeja ulang tulisan. Gagasan segar dan brilian yang ingin kalian
hadiahkan kepada pembaca akan sampai ke tujuan dengan selamat dan sentosa. Itu
keuntungan ketiga.

Ketiga perkara tersebut akan terpenuhi apabila kalian berkenan memperkaya


diri. Ya, memperkaya diri dengan kosakata.

Pada alinea pengantar subbagian di atas, saya menggunakan lima varian ungkapan
"mengangkat kepala". Bayangkan andaikan saya hanya paham satu kata,
misalnya mendongak, dan kata itu terpaksa saya ulang sebanyak lima kali dalam alinea
sependek itu lantaran saya tidak punya kata yang lain.

Bukan hanya itu. Bisa-bisa pembaca jemu. Bolehlah kita mengambil baju sebagai cermin.
Bayangkan selembar baju kita pakai selama lima hari ke kantor. Sudah lusuh, apak keringat
menguar ke mana-mana, kucel di sana-sini, dan kita niscaya risih memakainya. Malahan
kehilangan rasa percaya diri.

Dengan demikian, tindakan memperkaya diri dengan kosakata bukanlah perbuatan haram
yang berlumur dosa. Tulisan yang kaya akan mengayakan pembaca. Bukan sebatas kaya
gagasan, melainkan kaya dalam pembabaran gagasan. Tidak peduli apa pun tulisan kalian,
kosakatanya harus variatif, tepat makna, dan lezat dibaca. Itulah kunci tulisan yang kaya dan
mengayakan.

Matanya membelalang seakan-akan tidak percaya melihat jasad yang terbujur di


hadapannya adalah ibunya. Semalam ibunya masih mendongeng untuknya, pagi tadi
masih menyiapkan sarapan baginya, dan siang tadi masih membukakan pintu ketika ia
pulang sekolah. Ia masih nanap, matanya membuntang, dan sesuatu yang hangat
membasahi pipinya.

Ada satu virus yang menyerang hampir seluruh penulis dan orang yang suka menulis dan
orang yang berhasrat menjadi penulis. Virus itu ganas. Namanya "malas". Virus yang juga
menjangkiti para pemeriksa ejaan (proofreader) dan penyunting (editor). Padahal, obat
mujarab untuk membunuh virus itu tidak tersedia di apotek mana pun di seluruh dunia.

Jangankan cara membeber gagasan yang ajek dan utuh, membedakan pemakaian kata saja
masih kelimpungan. Contoh sederhana, banyak penulis atau calon penulis (termasuk
pemeriksa ejaan dan penyunting) yang masih gelagapan apabila ditanya perbedaan
antara ini dan itu, beginilah dan begitulah, suatu dan sesuatu, atau berapa dan berberapa.
Banyak juga yang bisa menjawab, namun tidak sedikit yang jawabannya cemang-
cemong alias sekenanya.

Semua gara-gara virus malas. Nasib semakin nahas. Virus malas tidak hanya menghalangi
syahwat membuka kamus, tetapi juga merintangi gairah membaca. Jika membuka buku,
kecepatan membaca kita seketika melebihi laju kuda. Berjumpa kata yang tidak dimengerti
langsung pindah alinea.

Jika membaca artikel atau berita di gawai, mata acapkali singgah di judul dan paragraf awal
saja. Setelah itu main gulir ke bawah dan langsung ke alinea penutup. Spontan kita menjelma
serupa juru nujum alias dukun yang mahir mereka-reka pertanda. Sesudah itu, kita main tarik
simpulan sendiri. Alamak!

Coba gulirkan layar gawai kalian ke atas. Berhenti beberapa jenak pada alinea pembuka
subbab. Simak dan cermati kata yang saya cetak miring. Ada tiga varian
kata membelalak yang saya gunakan, yakni membelalang, nanap, dan membuntang. Tunggu,
Kawan. Tidak perlu tergesa-gesa membuka kamus daring. Sudah saya siapkan tabel bagi
kalian berisi varian kata membelalak.

Silakan dinikmati.

Disarikan dari beberapa kamus bahasa Indonesia (Dokumen Pribadi)

Trik Memperkaya Kosakata

"Tidak," kata Vita. "Aku bisa memaafkanmu, tetapi tidak mampu melupakan
kesalahanmu," katanya lagi. Vita berkata dengan mata berkaca-kaca.
Ketika kata-kata mengalir dari bibirnya, ia merasa ada yang berderak di
dadanya. Rasa sakit menjalar. "Kalau kamu mau pergi," katanya sambil terisak,
"pergi saja!"
Setidaknya ada satu trik memperbanyak kosakata. Trik yang mudah dan murah, meskipun
tidak murahan. Trik itu adalah membaca. Naif apabila kita berharap bisa mengisi gudang kata
dalam benak kita hanya dengan berangan-angan atau beringin-ingin. Suka tidak suka, kita
harus rakus membaca.

Sebelum saya tutup tulisan ini, saya tambahkan satu tabel ringkas. Siapa tahu berguna bagi
kalian. Isinya tentang varian kata "mengangguk".

Disarikan dari beberapa kamus bahasa Indonesia (Dokumen Pribadi)

Ketika rasa marah membuncah di dada, ketika rasa kecewa menguasai hati,
ketika rasa benci memantik hasrat pergi, cobalah tarik napas dan masuki sunyi.

Kita terlalu sering melihat sesuatu cuma dari satu sisi. Kita hanya percaya
bahwa hasil penjumlahan 7 + 7 selalu 14. Kita begitu karena itulah yang kita
mamah sejak kecil. Padahal, hasilnya bisa saja segitiga apabila kita melihatnya
dari sisi berbeda.

Yuk, dicatat kata-kata penting berikut untuk mendeskripsikan suara serta


memperkuat latar belakang cerita yang kita buat agar pembaca semakin penasaran!

acuh tak acuh licin ringan


bas lincah ringkikan
begitu cepat lunak riuh
bening malas rusak
berangin manis samar
berbicara dengan nada
mengeluh masam sarkastik
berdehem melengking sebenarnya
berderit membosankan sedih
berduri memuakkan selembut sutra
bergembira sekali memualkan semilir
bergemertak memuji-muji sengau
berminyak mendayu-dayu sengit
bernada ceria menebal sepi bak kuburan
bernada naik turun menenangkan serak
bernada rendah mengejek seruak
bernada tinggi menggatalkan telinga sesak seperti penderita asma
besar sekali menggeram simpatik
biadab menggoda singkat
bunyi berdesis menjerit kuat sinis
cara bicara yang cukup
lamban menjijikan sok
datar mentah sopan
dering menyanyikan lagu sopran
desah menyenandungkan suara bernada tinggi
desis menyindir suara yang dipoles menawan
suara yang seolah memantulkan
diam tanpa suara merdu cahaya
dingin meredam suara yang terendah
garing muram sumbang
gelisah murung sungguh-sungguh
gemetaran musikal sunyi
gemuruh naif suram
genit netral tajam
gonggongan nyaring tak bernyawa
goyah nyaris tak terdengar tak menentu
halus otoriter tanpa emosi
hangat padat tegang
kaku pahit tenang
kasar palsu terang
kecil parah terdengar bodoh
kekanak-kanakan parau terdengar cengeng
keperakan patuh terdengar ironis
keraguan pedas terdengar membosankan
keras penuh kasih termenung
kering penuh kebencian terpelajar
keroncongan penyanyi bariton terpotong
kicau puas tersedak
kurang ajar putus asa tersinggung
lemah ragu-ragu tipis
lemah lembut lepas ramah
lembut rapuh tulus
licik rewel tumpul

Anda mungkin juga menyukai