Lagi sibuk, ya? Hem, sebagai penulis, kita perlu mendeskripsikan dengan baik
ekspresi wajah seorang tokoh dalam cerita yang kita buat. Dengan gambaran yang
cukup mendetail, kita dapat membuai para pembaca untuk memasuki dunia kita,
dunia imajinasi yang telah kita ciptakan. Dari cuplikan cerpen karangan Yanusa
Nugroho yang saya contohkan, dapat kita simpulkan bahwa penulis ingin
menggambarkan tentang sosok perempuan tua yang sedang kepayahan. Kita pun
dapat membayangkan bagaimana mimik wajah tokoh yang diceritakan tersebut
seolah-olah mata kita sendiri yang menyaksikannya. Tantangan terbesar penulis
adalah menemukan kata-kata yang pas untuk menggambarkan sosok dalam cerita
agar para pembaca semakin mengakrabi tokoh imajinasinya.
Terkadang kita merasa kesulitan memilah dan memilih kata-kata yang pas untuk
mendeskripsikan mimik wajah seorang tokoh dalam cerita agar pembaca dapat
dengan mudah membayangkan karakter yang kita ciptakan. Kita membutuhkan
kata-kata yang dapat menyampaikan emosi sekaligus yang dapat mewakili dialog
tanpa harus menulisnya secara langsung. Misalnya saja pada kutipan cerpen di
atas, penulis menggunakan kata “tersuruk-suruk”. Padahal bisa saja ia hanya cukup
menggunakan kata tertatih-tatih. Walaupun hampir sama, kedua kata tersebut
ternyata memiliki penegasan yang sedikit berbeda. Tersuruk-suruk mampu
menggambarkan kondisi yang lebih payah dibandingkan dengan tertatih-tatih.
Untuk menggambarkan kondisi atau raut wajah tokoh dalam cerita, penulis juga
menggunakan kalimat “wajah lekang hangus oleh matahari.” Kita sanggup
membayangkan betapa hitamnya wajah si perempuan dalam cerita tersebut.
Sebagai pembaca, kita dibuatnya penasaran dengan kelanjutan cerita di balik sosok
perempuan yang berwajah lekang hangus oleh matahari. Kita menjadi ingin tahu
mengenai apa yang sebenarnya terjadi dan bagaimana latar belakang
kehidupannya.
Ekspresi wajah tidak hanya mampu mempertegas karakter tokoh yang kita
ciptakan, tetapi juga dapat mendukung suasana hati yang sedang dialami tokoh
tersebut. Nah, untuk mengatasi tantangan terbesar kita saat kesulitan
menggambarkan mimik wajah dan menuangkannya ke dalam kata-kata, berikut
adalah beberapa kata-kata alternatif yang dapat kita gunakan sebagai alat untuk
memancing rasa penasaran para pembaca dengan tokoh yang kita ciptakan:
1. dia tersenyum
2. dia menyeringai
3. ia tersenyum simpul
4. dia berseri-seri
5. mulutnya melengkung membentuk senyuman
6. sudut mulutnya muncul
7. sudut mulutnya mencibir
8. sudut mulutnya terangkat
9. mulutnya berkedut
10.ia memberikan setengah-senyum
11.dia memberi seringai miring
12.mulutnya memutar
13.terpampang senyum di wajahnya
14.ia memaksakan senyum
15.dia memalsukan senyum
16.senyumnya memudar
17.senyumnya tergelincir
18.ia mengerutkan bibirnya
19.dia cemberut
20.mulutnya setengah menutup
21.mulutnya membentuk garis keras
22.dia merapatkan bibirnya
23.ia menggigit bibirnya
24.ia menarik bibir bawah antara giginya
25.ia menggigiti bibir bawahnya
26.rahangnya terkatup
27.rahangnya menegang
28.otot di rahangnya mengejang
29.mulutnya ternganga
30.rahangnya turun
31.ia menggertakkan giginya
32.bibir bawahnya bergetar
Menggambarkan Kondisi Wajah.
1. dia memucat
2. rona merah terkuras dari wajahnya
3. wajahnya memerah
4. pipinya berubah merah muda
5. dia tersipu
6. ia berubah merah
7. darah mendesir merangkak naik di wajahnya
8. wajahnya menegangkan
9. dia mengernyitkan wajahnya
10.dia meringis
11.wajahnya terlihat kotor
12.ia mengerutkan kening
13.dia cemberut
14.dia melotot
15.Seluruh wajahnya menyala
16.dia tampak cerah
17.wajahnya menjadi kosong
18.wajahnya berkerut
19.wajahnya memutar
20.ekspresinya tumpul
21.ekspresinya mengeras
22.pembuluh darah tampak tegang di lehernya
23.tampak kekaguman di wajahnya
24.rasa takut terlukis di wajahnya
25.teror menyalip wajahnya
Sebenarnya masih banyak kosa-kata yang dapat kita gunakan untuk
menggambarkan mimik wajah dan menegaskan karakter yang kita ciptakan.
Beberapa kata tersebut juga saya dapatkan dari membaca buku lalu kemudian saya
catat sebagai referensi. Adakah yang ingin menambahkan? Semoga bermanfaat,
ya!
“Don’t forget – no one else sees the world the way you do, so no one else can tell
the stories that you have to tell – Charles de Lint.”
teman-teman 🙂
emosi penting untuk membuat karakter terasa nyata. namun,
mendeskripsikan mereka dari kejauhan terkadang membuat pembaca merasa
“terputus” dari karakter tersebut. deskripsinya tidak terasa seperti perasaan
karakter, tetapi seperti penulis memberi tahu pembaca bagaimana perasaan
si karakter.
jika kita menggunakan sudut pandang orang ketiga serbatahu, mungkin tidak
akan terlalu terasa. namun, bagaimana jika kita menggunakan sudut pandang
orang ketiga terbatas atau sudut pandang orang pertama? kita bisa saja
kehilangan hubungan emosi dengan pembaca.
contoh:
“aku menyeka keringat dari alisku dengan tangan gemetar, sisa ketakutan dari
pengalaman-hampir-mati-barusan mengalir lewat pembuluh darahku.”
berikut beberapa cara untuk menunjukkan emosi tanpa harus keluar dari
karaktermu:
emosi memacu reaksi fisik. ini adalah petunjuk-petunjuk yang bisa digunakan
pembaca untuk melihat bagaimana perasaan si karakter; jantung berdebar,
jemari terasa membeku dan mati rasa, telapak tangan berkeringat adalah
semua pertanda rasa takut (atau mungkin cinta pada kasus-kasus tertentu).
gunakan juga reaksi refleks seperti pipi memanas atau terkesiap.
coba gunakan:
mereka tertawa terbahak-bahak dan dia berpaling dengan wajah yang seperti
terbakar dan jemari yang terasa sedingin es.
alih-alih:
emosi dapat memacu respons mental maupun verbal. kita bisa menulisnya
dalam bentuk momen refleksi diri si tokoh (ditulis dengan huruf miring).
misalnya, komentar “dasar berengsek” yang diucapkan dengan volume suara
pelan dan cepat dapat menimbulkan emosi yang sama dengan mengerutkan
kening, dan terasa lebih natural.
coba: “tentu saja kau boleh tinggal,” katanya sambil menyobek-nyobek tisu di
tangannya menjadi potongan-potongan kecil.
daripada: dia tidak menjawab, walaupun dirinya tahu john ingin dia
mengatakan iya.
emosi yang tinggi juga dapat meningkatkan indra, jadi persepsi bisa menjadi
lebih kuat. ketakutan bisa menimbulkan kewaspadaan berlebih, dan cinta bisa
membuat hal-hal lebih sensual. ketakutan sering kali diperlihatkan dengan
bagaimana perut atau tenggorokan bereaksi. tapi bagaimana dengan suara
atau aroma? kamu bisa menunjukkannya dengan telinga berdenging, atau
sesuatu terdengar jauh dan teredam. aroma juga bisa memicu jenis emosi
yang ingin kamu perlihatkan.
coba:
alih-alih:
5. gunakan majas
metafor, simile, dan jenis majas lain bisa efektif untuk memperlihatkan emosi
tanpa harus menggunakan kata yang menunjukkan emosi secara spesifik.
cobalah:
dunia meluruh, warna-warna meluntur memperlihatkan sosok dirinya yang
semakin jelas di bawah gemilang cahaya matahari.
alih-alih:
setiap karakter akan bereaksi berbeda terhadap emosi yang sama. jadi, kita
harus pahami bahwa bagaimana seorang karakter bereaksi bisa menggiring
kita untuk bisa mendeskripsikan apa yang dia rasakan. beberapa orang
merasakan sesuatu lebih eksternal, menolak menganggapnya sebagai emosi.
beberapa lainnya berpikir terlalu banyak dan berusaha untuk menyangkal
bahwa dirinya bereaksi terhadap hal-hal tertentu. dan ketika seseorang
bereaksi dengan cara tertentu, menyediakan kesempatan bagi karakter lain
untuk bereaksi, jadi emosi itu bisa saling dibangun.
jika kita bisa menangkap emosi, maka kita bisa menangkap pembaca.
Daftar Tiruan
Bunyi/Onomatope
January 27, 2011
5 mins
Kucing mengeong
Burung mencericip/berkicau
Babi menguik
Bebek meleter
Anjing menggonggong/mendengking
Serigala melolong
Sapi melenguh
Katak menguak
Ular mendesis
Kambing mengembik
Merpati berdekut
Macan mengaum
Tikus mencicit
Kuda meringkik
Tidur mendengkur
Berjalan terhuyung-huyung.
Meriam berdentam
Angin berkesiur/mendesau
Papan/kayu berderak
Bel/lonceng berdentang
Sendok berdenting
Air bergemericik
Pintu berderit
Peluru berdesing
Daun bergemeresik
Jantung berdegup
Petir menggelegar
Kuda berderap.
Darah berdesir/menggelenyar.
Selendang berkibar.
Berdasarkan aktivitas
Jatuh ke dalam air: Byur, jebur, plung (jika yang jatuh adalah benda)
Meledak: bum!
Menembak: Dor!
Salah satu cara untuk memperoleh bunyi paling akurat adalah praktik. Namun selain kondisi (dan
keterbatasan perangkat), keterbiasaan pada bahasa ibu bisa menjadi ‘kendala’. Misalnya, saya
sulit membayangkan suara air mengucur (bahkan terpikir kat ngocor) dari kran, bila hendak
menyampaikan kepala pusing pun langsung terlintas kata kliyengan.
Harus diakui, seperti kata Handrawan Nadesul dalam sebuah buku, bahasa daerah lebih kaya
nuansa dibandingkan bahasa Indonesia. Oleh sebab itu, agaknya kita perlu kreatif mengolah diksi,
katakan saja…menggelontang? Bergelontangan?
Dari KBBI
celepik n tiruan bunyi spt barang kecil (cecak, kertas, dsb) jatuh di lantai
gerdam n tiruan bunyi spt bunyi barang yg berat dan besar yg jatuh
letik n tiruan bunyi spt bunyi gelas retak kena air panas;
meletik v berbunyi
Terkait suara binatang, saya menemukan blog James Chapman yang informatif dan menghibur.Di
situlah saya tahu suara kuda dalam bahasa Hongaria adalah “nyihaha”, mirip bahasa gaul zaman
sekarang:p
Lihat foto
Ilustrasi: pxhere.com
Paragraf di atas bukanlah pembuka sebuah cerpen. Bukan pula bab awal dari sebuah novel
yang tengah saya karang. Alinea tersebut semacam contoh saja. Hitung-hitung itu sajian fakta
bahwa kosakata bahasa Indonesia memang kaya. Malah sangat kaya.
Mari kita sisir kata demi kata. Mula-mula saya munculkan terlongong-longong, artinya
tertegun karena kaget dan bingung. Kemudian bengong, kata yang berarti termenung seperti
kehilangan akal karena sedih bercampur heran.
Lalu terpinga-pinga, yang masih serumpun dengan kata sebelumnya, tetapi makna
khususnya tercengang keheranan. Selanjutnya kata terpangah. Kata ini semakna
dengan ternganga atau menganga.
Seluruh kata yang saya cetak miring di atas merupakan varian dari kata tercengang atau
terkejut. Masih ada kata lain, tetapi cukuplah kata-kata di atas sebagai contoh.
Sebenarnya ada 43 kata yang senada. Baiklah, saya suguhkan seluruh kata yang serumpun
dengan tercengang atau terkejut.
Barangkali kalian berpikir buat apa memperkaya diri dengan kosakata. Barangkali kalian
menyangka perbendaharaan kata perkara sepele. Barangkali kalian menganggap kosakata
hanyalah soal remeh. Barangkali kalian menduga menulis akan tetap lancar meskipun kalian
miskin kosakata.
Ya, kalian tidak salah. Kendatipun hanya tahu menengadah untuk melukiskan peristiwa
mengangkat kepala, tulisan kalian tetap akan tiba di hadapan pembaca.
Sungguhpun cuma tahu mendongak, kalian cukup menggunakan satu kata itu dalam tulisan
panjang, misalnya novel, dan memakainya hingga puluhan kali. Itu bukan perbuatan
terlarang.
Yang menyedihkan kalau kalian miskin kata dan miskin harta. Beli buku susah,
apalagi beli kamus.
Jikalau stok kosakata di gudang perbendaharaan kata berlimpah, kalian tidak akan
kesulitan menulis apa pun. Kalian tidak akan mengalami "macet di tengah jalan" karena
kalian mampu menggambarkan ide kalian dengan kata yang tepat. Itu keuntungan pertama.
Jikalau kecerdasan gramatikal mumpuni, kalian tidak akan tersendat ketika menuangkan
gagasan ke dalam tulisan. Tidak akan terjadi "benturan antarfrasa" atau "guncangan
antaralinea", karena kalian dapat membedakan makna kata dan menggunakannya dengan jitu.
Itu keuntungan kedua.
Jikalau kepekaan rasa baca tajam, kalian tidak akan mengalami benturan pembacaan tatkala
mengendapkan dan mengeja ulang tulisan. Gagasan segar dan brilian yang ingin kalian
hadiahkan kepada pembaca akan sampai ke tujuan dengan selamat dan sentosa. Itu
keuntungan ketiga.
Pada alinea pengantar subbagian di atas, saya menggunakan lima varian ungkapan
"mengangkat kepala". Bayangkan andaikan saya hanya paham satu kata,
misalnya mendongak, dan kata itu terpaksa saya ulang sebanyak lima kali dalam alinea
sependek itu lantaran saya tidak punya kata yang lain.
Bukan hanya itu. Bisa-bisa pembaca jemu. Bolehlah kita mengambil baju sebagai cermin.
Bayangkan selembar baju kita pakai selama lima hari ke kantor. Sudah lusuh, apak keringat
menguar ke mana-mana, kucel di sana-sini, dan kita niscaya risih memakainya. Malahan
kehilangan rasa percaya diri.
Dengan demikian, tindakan memperkaya diri dengan kosakata bukanlah perbuatan haram
yang berlumur dosa. Tulisan yang kaya akan mengayakan pembaca. Bukan sebatas kaya
gagasan, melainkan kaya dalam pembabaran gagasan. Tidak peduli apa pun tulisan kalian,
kosakatanya harus variatif, tepat makna, dan lezat dibaca. Itulah kunci tulisan yang kaya dan
mengayakan.
Ada satu virus yang menyerang hampir seluruh penulis dan orang yang suka menulis dan
orang yang berhasrat menjadi penulis. Virus itu ganas. Namanya "malas". Virus yang juga
menjangkiti para pemeriksa ejaan (proofreader) dan penyunting (editor). Padahal, obat
mujarab untuk membunuh virus itu tidak tersedia di apotek mana pun di seluruh dunia.
Jangankan cara membeber gagasan yang ajek dan utuh, membedakan pemakaian kata saja
masih kelimpungan. Contoh sederhana, banyak penulis atau calon penulis (termasuk
pemeriksa ejaan dan penyunting) yang masih gelagapan apabila ditanya perbedaan
antara ini dan itu, beginilah dan begitulah, suatu dan sesuatu, atau berapa dan berberapa.
Banyak juga yang bisa menjawab, namun tidak sedikit yang jawabannya cemang-
cemong alias sekenanya.
Semua gara-gara virus malas. Nasib semakin nahas. Virus malas tidak hanya menghalangi
syahwat membuka kamus, tetapi juga merintangi gairah membaca. Jika membuka buku,
kecepatan membaca kita seketika melebihi laju kuda. Berjumpa kata yang tidak dimengerti
langsung pindah alinea.
Jika membaca artikel atau berita di gawai, mata acapkali singgah di judul dan paragraf awal
saja. Setelah itu main gulir ke bawah dan langsung ke alinea penutup. Spontan kita menjelma
serupa juru nujum alias dukun yang mahir mereka-reka pertanda. Sesudah itu, kita main tarik
simpulan sendiri. Alamak!
Coba gulirkan layar gawai kalian ke atas. Berhenti beberapa jenak pada alinea pembuka
subbab. Simak dan cermati kata yang saya cetak miring. Ada tiga varian
kata membelalak yang saya gunakan, yakni membelalang, nanap, dan membuntang. Tunggu,
Kawan. Tidak perlu tergesa-gesa membuka kamus daring. Sudah saya siapkan tabel bagi
kalian berisi varian kata membelalak.
Silakan dinikmati.
"Tidak," kata Vita. "Aku bisa memaafkanmu, tetapi tidak mampu melupakan
kesalahanmu," katanya lagi. Vita berkata dengan mata berkaca-kaca.
Ketika kata-kata mengalir dari bibirnya, ia merasa ada yang berderak di
dadanya. Rasa sakit menjalar. "Kalau kamu mau pergi," katanya sambil terisak,
"pergi saja!"
Setidaknya ada satu trik memperbanyak kosakata. Trik yang mudah dan murah, meskipun
tidak murahan. Trik itu adalah membaca. Naif apabila kita berharap bisa mengisi gudang kata
dalam benak kita hanya dengan berangan-angan atau beringin-ingin. Suka tidak suka, kita
harus rakus membaca.
Sebelum saya tutup tulisan ini, saya tambahkan satu tabel ringkas. Siapa tahu berguna bagi
kalian. Isinya tentang varian kata "mengangguk".
Ketika rasa marah membuncah di dada, ketika rasa kecewa menguasai hati,
ketika rasa benci memantik hasrat pergi, cobalah tarik napas dan masuki sunyi.
Kita terlalu sering melihat sesuatu cuma dari satu sisi. Kita hanya percaya
bahwa hasil penjumlahan 7 + 7 selalu 14. Kita begitu karena itulah yang kita
mamah sejak kecil. Padahal, hasilnya bisa saja segitiga apabila kita melihatnya
dari sisi berbeda.