Anda di halaman 1dari 8

ONIKOMIKOSIS AKIBAT ASPERGILLUS FLAVUS PADA ANAK 7 BULAN: SEBUAH KASUS

LANGKA

Dhany Prafita Ekasari*, Nurul Laili Nahlia*

Abstrak
Onikomikosis yang disebabkan oleh Aspergillus spp.sangat jarang terjadi, terlebih pada neonatus. Anak laki-
laki 7 bulan dengan keluhan utama satu kuku pada jari keempat tangan kiri berwarna kekuningan,
permukaan tidak rata dan menebal, diketahui sejak hari pertama kelahiran. Pemeriksaan dermatologis
didapatkan hiperkeratosis subungual. Didapatkan elemen jamur pada pemeriksaan mikroskopis langsung
dan histopatologi dengan pewarnaan Periodic-acid Schiff (PAS). Kultur media Saboroud’s Dextrose Agar
didapatkan pertumbuhan koloni Aspergillus flavus tanpa disertai pertumbuhan dermatofita maupun Candida
sp. Pasien didiagnosis dengan onikomikosis distal lateral subungual pada digiti IV manus sinistra yang
disebabkan oleh A. flavus, dan diberikan terapi urea 20% serta memotong bagian distal kuku. Terdapat
perbaikan Onychomycosis scoring index (OSI) dari derajat sedang ke derajat ringan dalam 9 minggu.
Aspergillus flavus merupakan kontaminan pada saluran genitourinari dan dapat menyebabkan infeksi
subklinis. Riwayat perdarahan pervaginam pada ibu saat kehamilan trimester kedua dapat menyebabkan
trauma membran korion/amnion dan meningkatkan kemungkinan infeksi jamur ascending pada cairan
amnion. Onikomikosis akibat Aspergillus dapat menjadi petunjuk adanya infeksi sistemik, diperlukan
konfirmasi dengan kultur dan pemeriksaan mikologis.
Kata Kunci: onikomikosis, anak, Aspergillus flavus, infeksi saluran kemih

ONYCHOMYCOSIS CAUSED BY ASPERGILLUS FLAVUS ON 7-MONTH-OLD BOY: A RARE


CASE

Abstract
Onychomycosis caused by Aspergillus spp. is very rare, especially in neonates. A 7-month-old boy with a
chief complaint of a yellowish, uneven and thickened surface on his fourth left nail finger, it is known since
the first day of birth. Dermatological examination revealed subungual hyperkeratosis in the 4th distal nail of
the manus sinistra. Fungal element is found from direct microscopic and Periodic-acid Schiff (PAS) staining.
Culture on Saboroud’s dextrose agar revealed the growth of Aspergillus flavus colonies without the growth of
dermatophyte neither Candida sp. Patient was diagnosed with distal lateral subungual onychomycosis
(DLSO) on the 4th digits of manus sinistra caused by A. flavus. We recommend him using urea 20% and
trimming distal nail carefully. There is an improvement in Onychomycosis scoring index (OSI) from moderate
to mild degrees within 9 weeks. Aspergillus flavus is a contaminant in the genitourinary tract and can cause
subclinical infections. History of unexpected vaginal bleeding during second trimester of pregnancy could
possibly traumatize those membrane(s) and increases the likelihood of ascending fungal infection.
Onychomycosis due to Aspergillus can be a sign of a systemic infection, confirmation of culture and
mycological examination is required.
Keyword : onychomycosis, pediatric, Aspergillus flavus, urinary tract infection

*D


E-mail: dhany_prafita@ub.ac.id

E-mail: nurul.laili.nahlia@gmail.com

1
Pendahuluan Kasus
Onikomikosis merupakan istilah luas Anak laki-laki usia 7 bulan datang
untuk infeksi jamur pada kuku, dapat dengan keluhan utama kuku jari ke-4 tangan
disebabkan oleh kapang dermatofita, non- kiri berwarna kekuningan, menebal, dan
dermatofita, maupun yeast.1 Onikomikosis permukaannya tidak rata, sejak lahir. Tidak
sangat jarang terjadi pada anak-anak. ada riwayat bercak kemerahan atau kulit
Perkiraan prevalensi pada anak-anak usia mengelupas di sekitar kuku maupun bagian
<18 tahun diperkirakan kurang dari 0,5%. tubuh lainnya. Kuku terus tumbuh seperti
Penyebab tersering adalah kapang kuku lainnya. Anak tidak tampak terganggu
dermatofita, dan <5% merupakan non- dengan kukunya, tidak pernah menggaruk
dermatofita.2 Aspergillus spp. merupakan kuku maupun jari. Sebelumnya kuku belum
kapang non-dermatofita (non-dermatophyte pernah diperiksakan maupun diobati.
moulds, NDM) yang didapatkan pada 2% - Sejak lahir anak dirawat di ruang
35% kasus onikomikosis, dengan spesies perinatologi Rumah Sakit Dr. Saiful Anwar
terbanyak yaitu A. terreus (14,06%), A. Malang (RSSA) karena infeksi saluran kemih
flavus (8,1%), dan A. niger (7,44%).3,4 dan hidronefrosis selama 2 minggu. Pasien
Aspergillus spp. merupakan kapang juga dirawat oleh dokter urologi dan bedah
yang banyak didapatkan pada lingkungan anak. Riwayat operasi nefrostomy saat usia
seperti tanah, tumbuhan serta air dan tidak 3 bulan dan pyeloplasty saat usia 5 bulan.
ditransmisikan dari orang ke orang lain. 3 Saat ini pasien masih dalam pemantauan
Sejak lama, Aspergillus spp. diketahui dapat dokter anak dan dokter urologi dengan
menginfeksi berbagai organ seperti mata, diagnosis hidronefrosis bilateral,
telinga, rongga hidung, kulit, kuku, saluran Ureteropelvic junction obstruction (UPJO)
pernafasan dan organ dalam lain. Mycotoxin post pyeloplasty, infeksi saluran kemih
dan Aflatoxin yang disekresikan oleh kapang (membaik) dan gizi kurang.
ini memiliki efek biologis yang kuat bahkan Riwayat kehamilan ibu dipantau
karsinogenik.5 Didapatkannya Aspergillus secara berkala oleh bidan dan dokter
spp. pada kuku kemungkinan sebagai kandungan. Peningkatan berat badan ibu
patogen utama, koloni atau kontaminan. selama kehamilan 17 kg, tekanan darah
Spesies kapang yang sama juga dapat dalam batas normal, tidak didapatkan
menyebabkan infeksi sistemik.3 Anak komplikasi saat kehamilan. Terdapat riwayat
dengan onikomikosis yang disebabkan NDM flek saat usia kehamilan 5-6 bulan, yang
dapat disertai dengan infeksi organ lain mereda dengan istirahat di rumah. Tidak
misalnya saluran kemih atau paru-paru, didapatkan riwayat keputihan gatal atau
walaupun hubungannya masih sulit berbau saat kehamilan. Ibu tidak
dijelaskan.6–8 mengonsumsi obat-obatan maupun jamu
Pada makalah ini akan dilaporkan satu khusus, hanya vitamin untuk ibu hamil dari
kasus anak laki-laki 7 bulan dengan dokter kandungan. Pemeriksaan
onikomikosis dan riwayat obstruksi laboratorium ibu saat hamil dalam batas
ureteropelvic junction dan infeksi saluran normal. Pemeriksaan HBsAg, HIV dan sifilis
kemih. Kasus ini dibahas karena non reaktif. Riwayat imunisasi TT terakhir
kejadiannya yang langka sehingga dapat pada tahun 2014, imunisasi lain dikatakan
dikaji faktor resiko yang berperan, lengkap. Tidak didapatkan riwayat
bagaimana strategi penatalaksanaan serta keguguran atau kelainan kehamilan
evaluasi klinis. Sehingga, dengan sebelumnya.
pembahasan kasus ini diharapkan dapat Pasien lahir di RSSA dengan dibantu
memahami lebih dalam mengenai infeksi dokter kandungan, usia kehamilan 38-39
Aspergillus sp. Pada kuku serta kondisi minggu, lahir normal, ketuban dipecahkan
sistemik yang dapat menyertainya. dokter dan berwarna jernih, berat badan lahir
3.194 gram, panjang badan 50 cm, skor
APGAR 7/9, imunisasi hepatitis B0 (+). Saat
lahir, panjang kuku tampak normal tidak
melebihi tepi jari.

2
Pemeriksaan dermatologis pasien Pada pengecatan Periodic Acid Schiff (PAS)
pada kuku digiti IV manus sinistra tampak spora jamur (Gambar 2C).
didapatkan kuku sebagian besar berwarna Berdasarkan kriteria Scoring Clinical
kekuningan, hiperkeratosis subungual, dan Index for Onychomycosis (SCIO), didapatkan
panjang kuku 1 cm (Gambar 1A dan 1B). skor SCIO 2,6. Terapi topikal pada pasien
Pemeriksaan dengan larutan potassium ialah urea 20% dengan teknik oklusif
hidroksida 20% (KOH 20%) dari kerokan menggunakan platic wrap diikuti
kuku dan hiperkeratosis subungual yang dengan pemotongan kuku Selain itu,
direndam selama 24 jam, tampak banyak orang tua pasien juga di edukasi mengenai
hifa pendek-pendek dan spora. Berdasarkan kondisi kuku, jamur penyebab infeksi, serta
kriteria Onychomycosis severity index (OSI), untuk menjaga kebersihan anak.
didapatkan nilai keparahan 8 (kategori Evaluasi 9 minggu setelahnya,
onikomikosis sedang). tampak pertumbuhan kuku dengan bagian
Kultur pada media Sabouraud’s proksimal merupakan kuku normal berwarna
dextrose agar (SDA) didapatkan koloni pink dan permukaan rata. Pada distal kuku
Aspergillus flavus (Gambar 2A), tidak masih tampak berwarna kekuningan dan
didapatkan pertumbuhan Candida sp. terdapat hiperkeratosis subungual (Gambar
maupun dermatofita (Trichophyton spp., 1C).
Microsporum sp., Epidermophyton sp.).

Gambar 1. Pemeriksaan dermatologis kuku digiti IV manus sinistra. Garis biru menunjukkan batas
kuku normal. (A) dan (B) Minggu ke-0 (saat awal periksa). (C) Minggu ke-9.

Gambar 2. Pemeriksaan penunjang. (A) Makrokonidia khas Aspergillus flavus (LPCB, x100). (B) Spora
berbentuk bulat (panah merah) (H&E, x100). (C) Spora jamur (PAS, x40).

3
Pembahasan type V.9 Secara klinis, keterlibatan hanya
Aparatus kuku manusia mulai pada satu kuku mengarahkan pada
berkembang pada usia 9 minggu intrauterin, diagnosis infeksi kuku. Tanpa adanya
sedangkan pertumbuhan lempeng kuku inflamasi pada kulit lain, infeksi kapang atau
dimulai pada usia 14-20 minggu intrauterin. yeast menjadi kecurigaan utama. Ketika
Defek pada periode ini, disebut juga mencurigai onikomikosis pada anak, maka
embriopathy, seringkali akibat kondisi perlu dilakukan pemeriksaan mikologis
herediter dan adanya kelainan kongenital. karena diagnosis tidak dapat ditegakkan
Sedangkan defek kuku setelah 20 minggu hanya dari klinis.2
intrauterin, disebut juga fetopathy, dapat Aspergillus spp. merupakan salah
terjadi akibat faktor vaskular atau mekanis. satu kapang non-dermatofita penyebab
Beberapa kondisi dermatologis yang onikomikosis. Untuk mendiagnosis
melibatkan abnormalitas kuku antara lain onikomikosis yang disebabkan oleh genus
psoriasis, onikomikosis (seringkali bentuk ini, paling tidak harus ditemukan elemen
distal and lateral subungual Aspergillus spp. secara mikroskopis dari
onychomycosis/DLSO), dermatitis atopik, pulasan langsung, kultur berulang, atau
parakeratosis pustulosa (Hjorth–Sabouraud deteksi molekular, dan tidak disertai adanya
disease), lichen planus kuku, lichen striatus, pertumbuhan dermatofita pada kultur
juvenile pityriasis rubra pilaris.9,10 tersebut.3 Onikomikosis akibat NDM sulit
Kelainan kuku akibat sindroma didiagnosis karena NDM seringkali
kongenital seringkali melibatkan hampir merupakan kontaminan pada pemeriksaan
semua kuku, jarang hanya satu kuku saja, laboratorium. Gupta et al. (2012)
dan seringkali disertai dengan kelainan pada mendefinisikan sebuah kriteria diagnosis
organ lainnya seperti gigi, kulit, otak, atau onikomikosis NDM, bila terpenuhi setidaknya
tulang. Begitu pula dengan defek kuku akibat 3 dari 6 kriteria utama (Tabel 1).11 Pada
dermatosis misalnya liken planus, subungual pasien terdapat 4 kriteria terpenuhi yaitu
hiperkeratosis dan onikolisis dapat terjadi mikroskopi langsung positif elemen jamur,
pada semua kuku. Walaupun jarang, namun isolasi NDM dari kultur, tidak didapatkan
kelainan kuku pada lichen planus juga dapat dermatofita, dan secara histologi terdapat
mengenai satu kuku saja misalnya elemen jamur. Berdasarkan penilaian
trachyonychia atau keratotik tumor. tersebut, maka onikomikosis disebabkan
Onikodistrofi, onychorrhexis serta oleh NDM. Sesuai dengan hasil kultur,
onychogryphosis dapat terjadi pada 20 kuku patogen utama yaitu A. flavus.
pada kasus juvenile pityriasis rubra pilaris

Tabel 1 Kriteria Diagnosis Onikomikosis non-dermatofita11


Kriteria Keterangan
Mikroskopi langsung positif elemen jamur Dari kerokan kuku dengan larutan KOH 5%-40%
Isolasi NDM dari kultur Seringkali menggunakan media SDA
Isolasi NDM dari kultur beberapa sampel Sebanyak 2-3 kali dengan interval 1-2 minggu
Hitung inokulum True patogen jika spesies tumbuh pada >5 fragmen
Tidak didapatkan dermatofita pada kultur
Histologi Pewarnaan PAS
Biologi molekuler Polymerase chain reaction
NDM, Non-dermatophytic moulds; KOH, potassium hydroxide; SDA, Saboroud’s Dextrose Agar; PAS,
Periodic-acid-Schiff
disadur dari Gupta et al., 2012

Spora Aspergillus merupakan didapatkan pada tanah, pembusukan


kontaminan utama di udara. Genus vegetasi, serta banyak debris oganik lain
Aspergillus terdiri dari lebih dari 600 spesies, (makanan yang terjatuh, cat basah, kantong
merupakan jamur yang paling sering dialisis yang sobek, obat yang telah terbuka,
didapatkan di lingkungan. Jamur ini kulkas, cairan “sanitizer”, dressing, dan

4
sebagainya). Jamur ini juga biasa terdapat penggunaan terapi biologis yang
pada botol yang tampak seperti menurunkan sistem imun juga menjadi faktor
pertumbuhan kapas.12 resiko.3
Pada individu normal atau pasien Infeksi Aspergillus pada kuku berawal
tanpa gejala klinis aspergillosis, spora dapat dari kolonisasi spora yang terjebak pada
ditemukan pada konjungtiva, sputum, hiponikium, lipatan kuku lateral, atau pada
tenggorokan, kripta tonsilar, swab laring, kuku yang telah ada defek sebelumnya.
sekret bronkial, tinja, liang vagina, dan Ketika jamur mulai tumbuh, infeksi dapat
permukaan kulit.13 Kuantitas konidia/spora menyebar hingga kutikula, menyebabkan
pada udara luar ruangan maupun di dalam kuku berubah warna dan menebal; secara
ruangan merupakan faktor penting yang klinis hampir sama dengan infeksi kuku oleh
menyebabkan berbagai gambaran klinis genus lain. Jamur tidak akan menyebar ke
pada penyakit akibat Aspergillus. Outbreak struktur lain.3 Baik Aspergillus maupun NDM
infeksi berhubungan dengan banyaknya lain tidak bersifat keratolitik dan dapat
spora pada lingkungan (0-100 spora/m3). tumbuh pada cairan interselular. Untuk dapat
Bahkan koloni Aspergillus yang sedikitpun menyebabkan infeksi kuku, keberadaan
(<1 colony forming unit/m3) di rumah sakit Asperigillus sp. seringkali disertai dengan
dapat menyebabkan infeksi fatal pada infeksi dermatofita, trauma atau adanya
pasien resiko tinggi.14 kondisi lain pada kuku; walaupun dapat juga
Aspergillus flavus merupakan menginvasi kuku normal.17 Gambaran klinis
penyebab dari banyak penyakit pada aspergillosis pada kuku yaitu kuku menebal
manusia terutama di Asia, Asia Tengah dan dan rapuh, berwarna kehijauan/kekuningan
Afrika, kemungkinan karena kemampuannya dengan garis vertikal dan bergelombang di
untuk bertahan lebih baik pada cuaca panas distal, atau disebut juga distal lateral
dan kering dibandingkan spesies Aspergillus subungual onychomycosis (DLSO).3,13
lain.14 Aspergillus juga ditemukan sebagai Pada anak usia <2 tahun dengan
flora normal pada saluran reproduksi.13 onikomikosis, ada kemungkinan
Aspergillus flavus dapat menginfeksi berhubungan dengan sindroma Down,
seseorang dari spora yang ada di rumah infeksi jamur pada organ lain, kelahiran
sakit (nosokomial), pada seseorang dengan prematur, hipoksia perinatal, serta infeksi
neutropenia dengan pemberian antibiotik, jamur pada anggota keluarga lain yang
defisiensi myelopreoxidase, dan neonatal berkontak dengan pasien.1 Sedangkan bayi
leukemia. Selain itu, infeksi primer juga baru lahir dengan onikomikosis, mungkin
dapat terjadi walaupun tidak ada faktor saja mendapat infeksi intrauterin.
predisposisi, ketika spora tidak sengaja Kelembaban dari lingkungan intrauterin dan
terhirup.15 Simões et al. (2011) cairan amnion yang terkontaminasi NDM
mengidentifikasi adanya spora Aspergillus dapat menjadi faktor determinan
spp. pada sistem air-conditioning di ICU, onikomikosis NDM. Seperti infeksi Candida
mempengaruhi higienitas ruangan serta sp., dimana jamur dan spora berada pada
peralatan di dalamnya. Tenaga medis yang vagina ibu dan terjadi infeksi ascending ke
bekerja di ruangan tersebut dilakukan uterin, menginvasi membran amnion,
pemeriksaan dan didapatkan elemen jamur mengkontaminasi cairan amnion dan
pada celah interdigital.16 menginvasi plasenta dan korda umbilikalis,
Faktor resiko onikomikosis oleh walaupun pada ibu asimtomatis. Kontak
Aspergillus secara umum berhubungan langsung dengan elemen jamur dapat
dengan usia tua, trauma kuku, defisiensi menjadi penyebab infeksi kuku sejak
imun, hiperhidrosis, status sosioekonomi, kongenital. Keterlibatan hanya satu kuku
higienitas diri buruk, iklim, paparan dapat terjadi akibat fleksi jari dan tangan
pekerjaan seperti berkebun juga bersih- menyebabkan cairan amnion terperangkap
bersih, sering tidak menggunakan alas kaki, disekitar nail bed. Untuk memastikan infeksi
dan paronikia. Selain itu, gangguan NDM dari plasenta, diperlukan pemeriksaan
hormonal (diabetes mellitus, sindrome tambahan seperti Polymerase chain reaction
Cushing, hipotiroid), HIV/AIDS, atau (PCR) dari cairan amnion.17

5
Saluran genitalia juga dapat diinfeksi Faktor lingkungan dapat menjadi
Aspergillus sp. dan menyebabkan vaginitis. faktor resiko sumber infeksi Aspergillus pada
Biasanya dengan gejala non-iritatif, tidak ibu pasien. Berdasarkan anamnesis, kondisi
berbau, leukorea dengan pruritus intermiten. kamar cenderung lembab dan tidak terkena
Dapat dijumpai nodul putih-keabuan, sinar matahari langsung juga dapat menjadi
diameter 2-4 mm pada dinding vagina sumber infeksi Aspergillus. Tidak diketahui
posterior atau fornix. Kultur duh vagina bagaimana higienitas orang tua serta tenaga
persisten pada anak 8 tahun didapatkan medis yang merawat pasien, sehingga
Aspergillus dan Cladosporium, dimana pada masih berpotensi sebagai sumber infeksi.
meatus uretral externa dan mukosa vagina Selain itu, dengan riwayat adanya perawatan
terdapat diskolorisasi superfisial kehitaman. di rumah sakit, terutama di ruang
Infeksi intrauterine dapat terjadi melalui perinatologi, ruang bedah, ICU, ruang anak,
transmisi spora transplasenta atau serta riwayat penggunaan antibiotik sistemik,
kontaminasi dari traktus vagina. Aspergillus masih ada kemungkinan infeksi Aspergillus
juga ditemukan sebagai flora normal pada semakin banyak didapat dari rumah sakit.
saluran reproduksi.13 Sejak lahir, pasien memiliki kondisi
Pada kasus ini, pemeriksaan medis lain yaitu infeksi saluran kemih dan
dermatologis dan mikologis pada kuku hidronefrosis bilateral akibat obstruksi
dilakukan pada usia 7 bulan. Hasil ureteropelvic junction. Kondisi infeksi saluran
pemeriksaan menunjang diagnosis kemih dan onikomikosis saat lahir, masih
onikomikosis pada satu kuku yang mungkin memiliki hubungan walaupun sulit
disebabkan oleh A. flavus. Berdasarkan dijelaskan. Kalane et al. (2015) melaporkan
anamnesis bahwa kondisi kuku saat lahir onikomikosis dermatofita pada satu kuku jari
berwarna kekuningan, sedikit menebal dan tangan pada bayi laki-laki berusia 24 hari
bergelombang pada permukaan kuku, ada yang mengarahkan pada diagnosis infeksi
kecurigaan onikomikosis sudah ada sejak jamur pada saluran kemih.7 Martinez-Pajares
bayi baru lahir. Infeksi intrauterin dapat et al. (2010) melaporkan bayi laki-laki baru
menjadi sumber penularan jamur. Adanya lahir dengan infeksi saluran kemih akibat A.
riwayat perdarahan dari jalan lahir saat flavus serta adanya aspergilloma pada
trimester kedua kehamilan, mungkin saja saluran kemih setelah dirawat serta tindakan
disertai trauma pada membran korion dan di rumah sakit.8 Namun, pada pasien kasus
menyebabkan masuknya patogen ke dalam tidak didapatkan keterangan kultur jamur
cairan amnion. Pemendekan serviks pada dari urin yang dapat mengarahkan pada
ibu hamil meningkatkan kemungkinan infeksi infeksi jamur.
ascending. Semakin banyak jumlah Belum ada data khusus mengenai
mikroorganisme yang mencapai membran, terapi onikomikosis pada anak-anak, obat
kemungkinan infeksi juga meningkat.18 yang digunakan sama dengan pada dewasa.
Walaupun secara alami terdapat antimikroba Terapi topikal, bersamaan/tidak dengan
yang diproduksi di dalam cairan amnion avulsi mekanis atau kimia, disarankan pada
selama kehamilan, tidak menjamin bahwa DLSO ringan pada satu kuku dan
semua patogen dieliminasi. Inhibisi onikomikosis superfisial.2 Uji komparasi
maksimum pada kedua membran tersebut terapi untuk onikomikosis Aspergillus belum
didapatkan terhadap Staphylococcus ada. Jika diperlukan terapi antifungal
aureus, Escherichia coli, Shigella sp., sistemik, kombinasi avulsi kuku dengan urea
Aspergillus niger, dan A. nidulans. 40% dan siklopiroksolamin topikal.3 Jika
Sedangkan inhibisi terhadap A. flavus lebih disertai adanya kondisi sistemik seperti
minimal pada kedua membran.19 Selain itu, infeksi saluran kemih akibat jamur, maka
A. flavus dapat memproduksi elastase, disarankan penggunaan antijamur sistemik,
menyebabkan aktivitas elastolitik yang dapat irigasi Amphotericin B menggunakan kateter
merusak sawar struktural pada host.20 Infeksi nefrostomi, voriconazol atau itraconazol.8
intra-amnion umumnya bersifat kronis dan Rekurensi pada anak lebih sering terjadi
subklinis, sehingga ibu dapat asimtomatis.18 dibanding dewasa, kemungkinan karena
faktor predisposisi yang lebih kuat.

6
Sehingga, pemilihan terapi juga dapat Pada kasus ini diperlukan penelusuran lebih
disesuaikan dengan hasil mikologis serta lanjut mengenai hubungan onikomikosis
keparahan penyakit lainnya.2 dengan infeksi saluran kemih berulang serta
Scoring Clinical Index for UPJO pada bayi dan anak-anak karena
Onychomycosis (SCIO) dapat digunakan
sebagai penilaian kompleks mengenai sedikitnya literatur yang didapat.
gambaran klinis serta beberapa faktor kunci
lainnya yang merepresentasikan hasil akhir, Daftar Pustaka
dan skor akhir dapat digunakan untuk 1. Samir, M., Asha, G., Madhu, S.,
pendekatan terapi. Komponen klinis Nataraja, H. and Lakshmi, D.
dibedakan menjadi 3 faktor kunci, yaitu Encounter with an unusual organism in
bentuk klinis, keterlibatan kuku, dan derajat a 3-year-old child with onychomycosis!
hiperkeratosis. Dimana pada pasien skor Indian J. Paediatr. Dermatology 17,
komponen klinis adalah 2, sehingga 2016: 312.
rekomendasi pendekatan terapi adalah 2. Maria, B., Michela, P., Bruni, S. and
terapi topikal dengan angka kesuksesan Bruni, F. Onychomycosis in children.
rendah dan disarankan terapi sistemik. Nilai Expert Rev. Dermatol. 7, 2012: 569–
absolut komponen pertumbuhan adalah 4, 578.
berkorelasi dengan 4 bulan yang dibutuhkan 3. Bongomin, F., Batac, C. R.,
untuk kuku jari tangan hingga tumbuh Richardson, M. D. and Denning, D. W.
sepenuhnya. Total nilai SCIO adalah 2,6.24 A Review of Onychomycosis Due to
Berdasarkan penilaian ini (Tabel 3.3), maka Aspergillus Species. Mycopathologia
pasien diberikan terapi topikal dengan 183, 2018: 485–493.
memotong tepi kuku yang terinfeksi, dibantu 4. Narain, U. and Bajaj, A.
dengan agen keratolitik urea 20%. Masa Onychomycosis: role of non
evaluasi pertumbuhan kuku kurang lebih 4 dermatophytes. Int. J. Adv. Med. 3,
bulan. 2016: 643–647.
5. Egbuta, M. A., Mwanza, M. and
Kesimpulan Babalola, O. O. Health risks associated
Telah dilaporkan satu kasus anak laki-laki with exposure to filamentous fungi. Int.
berusia 7 bulan dengan diagnosis J. Environ. Res. Public Health 14,
onikomikosis digiti IV manus sinistra, dengan 2017: 14–17.
riwayat infeksi saluran kemih berulang dan 6. Berman, E. J. Excision of pulmonary
obstruksi ureteropelvic junction. Diagnosis and renal aspergillomas. J. Pediatr.
onikomikosis non-dermatofita ditegakkan Surg. 14, 1979: 201.
berdasarkan temuan 4 kriteria utama: 7. Kalane, S., Pitkar, S. & Rajhans, A.
pemeriksaan mikroskopi langsung positif Onychomycosis: A rare presentation of
elemen jamur, isolasi Aspergillus flavus dari fungal Urinary Tract Infection (UTI) in
kultur kerokan kuku, tidak didapatkan extremely preterm neonate. Int. J.
dermatofita pada kultur, serta pemeriksaan Pediatr. 3, 2015: 485–487.
Periodic-acid Schiff (PAS) positif elemen 8. Martinez-Pajares, J. D., Martinez-
jamur. Pemilihan terapi didasarkan pada Ferriz, M. C., Moreno-Perez, D.,
Scoring clinical index for onychomycosis Garcia-Ramirez, M., Martin-Carballido,
(SCIO), dan dipilih pemberian urea 20% S. and Blanch-Iribarne, P. Management
serta memotong kuku berlebih dengan hati- of obstructive renal failure caused by
hati. Keluarga pasien di edukasi untuk bilateral renal aspergilloma in an
menjaga higienitas anak. Penilaian klinis immunocompetent newborn. J. Med.
berdasarkan Onychomycosis Scoring Index Microbiol. 59, 2010: 367–369.
(OSI), dimana terdapat perbaikan skor OSI 9. Baran, R., de Berker, D., Holzberg, M.,
dari 8 (derajat sedang) menjadi 1 (derajat Piraccini, B.M., Richert, B. and
ringan) dalam 9 minggu. Thomas, L. Baran & Dawber’s
Diseases of the Nails and their
Saran Management. vol. 5. John Wiley &

7
Sons Ltd. India: 2019. Mycopathologia 172, 2011: 109–116.
10. Tosti, A. and Piraccini, B. M. Nail 17. Carvalho, V. O., Vicente, V. A., Werner,
Disorders. in Harper’s Textbook of B., Gomes, R.R., Fornari, G., Herkert,
Pediatric Dermatology, eds. Hoeger, P., P.F. et al. Onychomycosis by Fusarium
Kinsler, V. and Yan, A, p2147–2158 oxysporum probably acquired in utero.
John Wiley & Sons Ltd. India: 2020. Med. Mycol. Case Rep. 6, 2014: 58–61.
11. Gupta, A.K., Drummond-Main, C., 18. Romero, R., Kusanovic, J.P., Espinoza,
Cooper, Elizabeth A., Brintnell, W., J., Gotsch, F., Nhan-Chang, C.L., Erez,
Piraccini, B.M. and Tosti, A. Systematic O. et al. What is amniotic fluid ‘sludge’?
review of nondermatophyte mold Ultrasound Obs. Gynecol 30, 2007:
onychomycosis: Diagnosis, clinical 793–798.
types, epidemiology, and treatment. J. 19. Parthasarathy, M., Sasikala, R.,
Am. Acad. Dermatol. 66, 2012: 494– Gunasekaran, P. and Raja, J.
502 (2012. Antimicrobial activity of human amniotic
12. Rippon. Medical Mycology The and chorionic membranes. J Acad Ind
Pathogenic Fungi and The Pathogenic Res 2, 2014: 545–547.
Actinomycetes in Medical Mycology 20. Pasqualotto, A. C. Differences in
The Pathogenic Fungi and The pathogenicity and clinical syndromes
Pathogenic Actinomycetes, ed. Rippon. due to Aspergillus fumigatus and
Saunders: 1982. Aspergillus flavus. Med. Mycol. 47,
13. Landau, J. W., Newcomer, V. D. and 2009: 261–270.
Schulz, J. Aspergillosis Report of Two 21. Escrivá, L., Font, G., Manyes, L. and
Instances in Children Associated with Berrada, H. Studies on the presence of
Acute Leukemia and Review of The mycotoxins in biological samples: An
Pretinent Literature. Mycopathol. et overview. Toxins (Basel). 9, 2017.
Mycol. XX, 1963: 177–224. 22. Maxwell, S. M., Apeagyei, F. and dr
14. Rudramurthy, S. M., Paul, R. A., Vries, H. R. Aflatoxins in breast milk,
Chakrabarti, A., Mouton, J. W. and neonatal cord blood and sera of
Meis, J. F. Invasive aspergillosis by pregnant women. J. Toxicol.-toxin Rev.
aspergillus flavus: Epidemiology, 8, 1989: 19–29.
diagnosis, antifungal resistance, and 23. Isalah, I. N. and Ibhoje, U. U. Aflatoxin,
management. J. Fungi 5, 2019: 1–23. G1, G2 and M1 Prenatal Exposure and
15. Roncati, L., Barbolini, G., Fano, R. A. its Sero-Dynamics amongst Pregnant
and Rivasi, F. Fatal Aspergillus flavus Mothers in Adamawa State, North East
infection in a neonate. Fetal Pediatr. of Nigeria. J. Med. Microbiol. Diagnosis
Pathol. 29, 2010: 239–244. 03, 2014: 1–4.
16. de Almeida Alves Simões, S., Júnior, 24. Carney, C., Tosti, A., Daniel, R., Scher,
D. P. L. and Hahn, R. C. Fungal R., Rich, P., DeCoster, J. et al. A New
Microbiota in Air-Conditioning Installed Classification System for Grading the
in Both Adult and Neonatal Intensive Severity of Onychomycosis
Treatment Units and Their Impact in (Onychomycosis Severity Index). Arch
Two University Hospitals of the Central Dermatol 147, 2011: 1277–1282.
Western Region, Mato Grosso, Brazil.

Anda mungkin juga menyukai