Anda di halaman 1dari 5

Techno, Volume 11 No.

2, Oktober 2010
Hal. 94 – 98

KAJIAN PEMANFAATAN LIMBAH TEPUNG TAPIOKA SEBAGAI


SUBMERGE CULTURE DALAM FERMENTASI ASAM SITRAT

STUDY OF THE USEFUL TAPIOCA STARCH WASTE AS SUB-MERGE


CULTURE OF CITRIC ACID FERMENTATION
1 1
Alwani Hamad , Septian Chandra Sasmita

Abstract

Tapioca starch waste usually had a problem after long time and then cause bad
smelly and make pollution to the river. In this study, it can be use as sub-merge in citric
acid fermentation used Aspergilus niger. the process was observed at pH variable from 2 -
5. Duration of the incubation time was also observed on day 5 to 9. Three important
stages in the fermentation process was the preparation of media and media-making
starter cultures. The citric acid produced from tapioca waste had yield 30.23% and the
incubation time for 9 days with the acquisition reaches 43.51%. Then compared with the
acquisition of citric acid from cassava was getting results that the acquisition of cassava
citrate still had good result. It because the carbohydrate content of cassava was higher
than on tapioca waste.

Key word : Asam sitrat, limbah tapioka, fermentasi, sub-merge

PENDAHULUAN culture) dalam pembuatan asam sitrat


menggunakan proses fermentasi. Pada
Sebagai negara yang berkembang, fermentasi ini menggunakan mikroba Aspergilus
Indonesia terus melaksanakan berbagai Niger dan nutrient sukrosa. Selama ini
pembangunan di segala bidang industri jasa pembuatan asam sitrat dengan proses
maupun industri pengolahan bahan baku fermentasi dilakukan menggunakan medium sub
menjadi bahan jadi. Pembangunan berbagai merged berupa karbohidrat yang berasal dari
industri sebagai sarana dalam pembangunan singkong atau ubi.
ekonomi suatu Negara, juga menimbulkan
akibat samping yang tidak diinginkan terhadap Asam sitrat
lingkungan karena dapat merusak Asam sitrat merupakan asam organik
keseimbangan sumber daya alam, kelestarian lemah yang ditemukan pada daun dan buah
dan daya dukung lingkungan. Salah satu tumbuhan genus Citrus (jeruk-jerukan).
alternative penanganan limbah industri adalah Senyawa ini merupakan bahan pengawet yang
dengan memanfaatkan kembali menjadi produk baik dan alami, selain digunakan sebagai
yang lebih ekonomis dan tentunya laku di penambah rasa masam pada makanan dan
pasaran. minuman ringan. Dalam biokimia, asam sitrat
Industri tepung ubi kayu di Indonesia dikenal sebagai senyawa antara dalam siklus
relative cukup banyak. Industri ini juga salah asam sitrat, yang penting dalam metabolisme
satu jenis industri pertanian (agro industri) yang makhluk hidup, sehingga ditemukan pada
merupakan penghasil bahan makanan. hampir semua makhluk hidup (wikipedia.com)
Keseluruhan produksi ubi kayu di Indonesia
mencapai 11.337.750 ton. Untuk penghasil Faktor-faktor yang berpengaruh dalam
terbesar yaitu Sumatra yang mencapai pembuatan asam sitrat
5.039.009 ton dari keseluruhan produksi. ( Biro 1. Waktu fermentasi
Pusat Statistik, 1998). Industri ubi kayu menjadi Waktu optimumnya adalah pada kisaran 5-7
tepung tapioka dapat juga kita jumpai di Daerah hari.
Jawa Tengah khususnya daerah eks 2. Mikroba
karesidenan banyumas, yaitu tersebar di Bakteri terbaik dan yang paling banyak
Banjarnegara, Purbalingga dan Banyumas. digunakan adalah yang digunakan adalah
Industri ubi kayu saat ini kondisinya "Aspergilles niger".
banyak menimbulkan masalah, sehingga sudah 3. Gula
selayaknya diperhatikan dan dikendalikan,. Hasil yang terbaik diperoleh dari gula tetes dan
Limbah industri ubi kayu ini sekitar 60% masih fruktosa. Konsentrasi bahan berkisar 14 - 20%
mengandung karbohidrat, sehingga dapat untuk gula 150 gr/ It diperlukan waktu
digunakan sebagai medium cair (submerge fermentasi 9 - 12 hari.

1
Teknik Kimia, FakultasTeknik, Universitas Muhammadiyah Purwokerto
Alwani Hamad, Septian Chandra Sasmita

4. pH kasa. Dari atas dialirkan air sedikit


Sterilisasi mula-mula pada pH 2,2 atau demi sedikit menggunakan gayung
lebih rendah. Sebagai pengatur digunakan yang dikerjakan dengan tenaga
asam klorida, sedangkan pH yang baik 3,4 - manusia.
4,5. Pada pH tinggi akan dihasilkan asam b. `Pengekstrakan dilakukan secara
oksalat. mekanis, yaitu menggunakan
5. Oksigen saringan bergetar. Saringannya
Udara banyak menimbulkan efek berupa kasa halus. Diatas saringan
merugikan bagi hasil asam sitrat. Sebaliknya bergetar tersebut air disemprotkan
bila pemberian O2 terlalu sedikit berarti melalui pipa-pipa
kurang menguntungkan. Pengaturan udara 5. Pengendapan pati dilakukan di dalam
ini biasanya berdasarkan percobaan. bak-bak pengendapan. Lama
6. Suhu pengendapan yang baik adalah empat
Pengaturan suhu bergantung pada jenis jam dan pembuangan air tidak boleh
mikroba dan kondisi fermentasi. Suhu yang lebih dari satu jam, karena setelah lima
o o
baik 26 – 28 C. Jika suhu 30 C atau lebih jam sudah mulai terjadi pembusukan.
keasaman akan naik akibatnya adanya asam 6. Setelah pengendapan dianggap cukup,
oksalat. air yang diatas dibuang sebagai limbah
7. Zat organic/nutrient cair dan tepung tapioka basah diambil.
Pengaturan suhu fermentasi tergantung 7. Setelah pati diambil, diletakkan pada
pada jenis mikroba clan kondisi fermentasi. tampi-tampi bambu, kemudian dijemur
Suhu yang baik 26 - 28°C. Jika tinggi suhu di bawah sinar matahari.
30°C atau lebih, keasamannya akan naik 8. Pati hasil pengeringan masih kasar,
akibat adanya asam oksalat. sehingga perlu digiling dan dilakukan
Untuk hasil asam sitrat yang sebanyak- penyaringan untuk menghasilkan
banyaknya dan sedikit asam oksalat maka tapioka halus. Rendemen pati biasanya
perlu ditambahkan zat organik tertentu, berkisar antara 19% - 25%.
antara lain gula 140 gr/ It. amonium nitrat
2,23 gr/lt, K,HSO4 1 gr/lt, MgS04, 7 Hz0 lebih Sumber Limbah Industri Tapioka
dari 0,8 Gr maka pembentukan asam sitrat Limbah cair tapioka berasal dari proses
akan maksimal. pembuatan, sedang kan limbah padat tapioka
8. Luas permukaan dan volume dihasilkan dari kotoran dan kulit serta ampas
Reaksi pengubahan gula menjadi asam sisa dari pemrosesan.
sitrat terjadi secara intrasel. Gula berosmosa
masuk sel, sedang asam sitrat berdifusi Bahaya Limbah Tapioka
keluar sel. Bila tempat clan volume besar, Masalah yang sering terjadi dari limbah
pembentukan asam sitrat akan lambat. adalah penyakit, bau yang tidak sedap, merusak
Pengaruh penurunan akan lebih kecil ekosistem air, estetika sungai berubuh.
daripada penurunan volume. Bila digunaka
tempat yang dangkal, maka permukaan
miselium akan terbuka, sehingga Penanganan limbah tapioka
pengubahan gula menjadi asam sitrat akan Penanganan limbah tersebut sudah
bertambah. Perbandingan volume dengan harus dimulai dari tahap pemilihan bahan baku
luas permukaan penting untuk menghasilkan hingga akhir proses produksi, disamping itu juga
asam sitrat sebaik-baiknya. pengendalian dampak setelah proses produksi.
Sehubungan dengan itu maka dibutuhkan
Teknologi Pembuatan Tapioka informasi pemilihan bahan baku yang bersih dari
Teknologi pembuatan tapioka pada bahan pencemar, teknologi proses yang bersih
industri kecil adalah sebagai berikut : yang mampu menghasilkan limbah yang sedikit,
1. Pengupasan kulit dilakukan dengan efisiensi energi proses yang tinggi, serta
tenaga manusia dengan menggunakan didukung teknologi daur ulang bahan buangan
pisau dan penanganan limbah yang sangat
2. Pencucian dilakukan dengan cara diperlukan.
menyemprotkan air bersih
3. Pemarutan dilakukan secara mekanis Pemanfaatan Limbah Tapioka
yang digerakkan dengan mesin diesel. Limbah padat dan cair dari tapioka
Hasil parutan adalah bubur ketela. dapat dimanfaatkan sebagai:
Pada tahap ini air ditambahkan agar • Limbah padat: Makanan ternak,
pemarutan lebih lancar. Pupuk Bahan campuran saus, sirup
4. Pemerasan dan penyaringan glukosa , Obat nyamuk bakar
(pengekstrakan), dapat dilakukan • Limbah cair: Minuman nata de cassava
dengan cara : Asam Sitrat http :/ bppt.co.id/iptek
a. Pengekstrakan pati dilakukan
dengan tangan manusia, diatas kain

95 Techno, Volume 11 No. 2 Oktober 2010


Kajian Pemanfaatan Limbah Tepung Tapioka Sebagai Submerge Culture Dalam Fermentasi Asam
Sitrat

o
METODE PENELITIAN Sterilkan pada 120 C selama 15 menit
Variabel lalu diidnginkan.
Dalam penetuan variabel proses di  Tanami spora sebanyak 10 ml secara
dasarkan pada varibel tetap dan variabel aseptic.
berubah  Inkubasikan selama 7 hari pada kondisi
o
Dalam tahab ini variabel yang 28 – 30 C
digunakan yaitu:  Setelah inkubasi saring dengan kertas
1. Variabel tetap: saring dan filtratnya ditest untuk asam
• Limbah tepung tapioka : 100 ml sitrat.
o
• Suhu sterilisasi : 120 C 3. Analisa Hasil
• Waktu sterilisasi : 15 menit  Panaskan filtrat yang diperoleh
• Suhu fermentasi
o
: 28 – 30 C sampai 70 °C. Tambahkan larutan
• Nutrien Ca(OH)z 40% sebanyak 10 ml (jaga
o Gula = 140 Gr/Lt temperatur konstan).
o Amonium Nitrtat = 2.23 Gr/Lt  Endapan yang timbul cepat-cepat
o K disaring (dalam keadaan panas 70
°
2HSO4 = 1Gr/Lt C), kemudian dicuci dengan air panas
70 °C. Endapan tersebut adalah
2. Variabel berubah: calsium citrat.
- pH : 2. 3. 4 dan 5  Keringkan endapan tersebut kemudian
- Waktu fermentasi : 5, 7, 9 hari timbang beratnya.
Bahan Dan Alat  Untuk memperoleh asam sitratnya,
netralkan dengan asam sulfat
Bahan kemudian keringkan dengan kertas
Limbah tepung tapioka : saring (filtratnya merupakan asam
- Agar - H2SO4 sitrat dan endapannya adalah calsium
- NH4NO3 - Sukrosa sulfat).
- Air steril - K2HSO4
- Ca(OH)2 - Aspergillus niger
HASIL DAN PEMBAHASAN
Alat
Alat yang digunakan : Pengaruh pH Terhadap Perolehan asam
- Petridish - Gelas Ukur sitrat
- Beaker glass - Oven  Ubi Kayu
- Erlenmeyer - Neraca Analisis Hubungan antara pH dengan berat
- Pengaduk - Autoclaf asam sitrat yang diperoleh dari ubi kayu dapat di
- Piper tetes - Ruang inokulasi lihat pada gambar IV.3 yang tersaji di bawah ini.
- Labu takar - Centrifuge beserta cuvet (Gr)as.sitrat
Prosedur kerja
Cara kerja secara khusus dapat dipaparkan 50
sebagai berikut: 40
1. Pembuatan biakan Kapang/ starter/
30
suspensi spora. (Gr)as.sitrat
 Siapkan agar miring/media untuk 20
pembiakan kapang (mold) 10
 Buat biakan Aspergillus niger pada agar 0
miring.
° pH=2 pH=3 pH=4 pH=5
 nkubasikan pada 28 °C atau 30 C
selama 2 - 4 hari.
 Larutkan spora hasil pembiakan diatas Gambar 1 Hubungan antara pH dengan berat
dengan air steril ( 10 - 15 ml ) per as.sitarat dari ubi kayu
tabung. Perolehan asam sitrat dari ubi kayu
 Agar selalu dapat dipertahankan terbanyak yaitu pada kondisi pH = 4, hal ini
percobaan dalam keadaan aseptik. sudah sesuai dengan literatur yang saya
Lakukanlah pembuatan suspensi spora peroleh. Literatur yang saya peroleh
diatas dalam keadaan aseptik menunjukan bahwa asam sitrat dapat diproduksi
2. Fermentasinya pada media cair ( submerge secara maksimal pada kisaran pH 3.4 sampai
culture ) : pH4.5
 Ambil limbah cair tapioka hingga
volumenya menjadi 100 ml dalam  Limbah tapioka
erlenmeyer 200 ml. Sedangkan hubungan antara waktu
 Tambahkan sejumlah nutrient sesuai vermentasi dengan berat asam sitrat dari cair
dengan variabel tetap diatas.lalu ditutup limbah tepung tapioka dapat dilihat pada IV.4 di
dengan kapas. bawah ini.

Techno, Volume 11 No. 2 Oktober 2010 98


Alwani Hamad, Septian Chandra Sasmita

 Limbah tapioka
(Gr)as. Sitrat
Pada limbah tapioka hubungan antara
waktu fermentasi dengan berat asam sitrat yang
2.5 di peroleh adalah sebagai berikut.
2
(Gr)as.sitrat
1.5
(Gr)as. Sitrat
1
2
0.5
1.5
0
pH=2 pH=3 pH=4 pH=5 1 (Gr)as.sitrat

Gambar 2 Hubungan antara pH dengan berat 0.5


as.sitrat dari limbah tapioka
0
Pada limbah tapioka asam sitrat akan
diperoleh secara maksimal pada pH = 5, karena 5 Hari 7 Hari 9 Hari
kondisi pada limbah sebenar nya sudah asam,
hal ini terjadi karena pada limbah tapioka sudah
tercemar oleh mikroba patogen sehingga kondisi Gambar IV.6 Hubungan waktu fermentasi
limbah tersebut menjadi lebih asam di dengan berat as.sitrat dari limbah tapioka
bandingkan dengan ubi kayu,Hal ini
menyebabkan bakteri Aspergillus niger untuk Pada perolehan asam sitrat dari limbah
dapat bertahan hidup dan berkembang dengan tapioka didapatkan waktu fermentasi terbaik
baik maka perlu penyesuaian kondisi pH yang pada hari ke- 9. hal ini sudah sesuai dengan
lebih basa dan berbeda dengan ubi kayu, pada literatur yang di dapat, kondisi keasaman pada
ubi kayu asam sitrat dapat terbentuk pada pH=4. limbah tapioka sudah hampir sama dengan
bahan yang ada dalam literatur (tetes gula). Jadi
Pengaruh Waktu fermentasi Terhadap pada waktu fermentasi 9 hari maka asam sitrat
Perolehan Asam Sitrat dapat diproduksi secara masksimal. Hal ini
 Ubi Kayu terjadi karena semkain lama fermentasi glukosa
Pengaru waktu fermentasi terhadap hasil asam yang terdapat dalam limbah tapioka akan
sitrat yang di peroleh dari ubi kayu dapat dilihat optimum diubah menjadi asam sitrat.
pada gambar IV.5 di bawah ini.
(Gr)as.sitrat KESIMPULAN
Berdasar kan hasil penelitian dan pembahasan,
25 maka dapat diambil kesimpulan sebagai
20 berikut :
15 1. Pada limbah cair dari tepung tapioka
(Gr)as.sitrat ternyata dapat dimanfaatkan menjhadi
10 sebuah bahan baku pembuatan asam
5 sitrat, yang memiliki harga jual yang cukup
0 tinggi di bandingkan dengan harga jual dari
5 Hari 7 Hari 9 Hari limbah tersebut. Hasil asam sitrat yang di
produksi dari limbah cair tepung tapioka
tersebut adalah: pada pH=5 mencapai
Gambar 3 Hubungan waku vermentasi terhadap
1.9353 Gr dan dengan waktu fermentasi
berat asam sitrat dari ubi kayu
terbaik adalah 9 hari,mencapai 1.5410 Gr.
Dari gambar IV.5 dapat dilihat bahwa
2. Pada pembuatan asam sitrat dari ubi kayu
waktu fermantasi yang terbaik adalah 5 hari.
ternyata di hasil kan produk yang lebih
Dari literatur yang saya peroleh pada proses
banyak jika di banding kan dengan asam
pembuatan asam sitrat waktu fermentasi yang
sitrat yang di peroleh dari limbah tapioka,
terbaik adalah pada kisaran waktu antara 9 – 12
hal ini terjadi karena karbohidrat yang
hari, tetapi hasil yang saya peroleh waktu terbaik
terkandung dalam ubi kayu lebih banyak
pada hari ke-5. hal ini disebabkan mungkin
dari pada yang terkandung dalam limbah
karena kondisi glukosa yang terdapat dalam
tapioka.
limbah yang jumlah nya lebih kecil maka waktu
yang digunakan untuk fermentasi juga akan
semakin sedikit.
REKOMENDASI
1. Pada penelitian yang akan datang
diharapkan dapat menggunakan bahan
limbah yang lain, agar masalah limbah
dapat sedikit teratasi.

97 Techno, Volume 11 No. 2 Oktober 2010


Kajian Pemanfaatan Limbah Tepung Tapioka Sebagai Submerge Culture Dalam Fermentasi Asam
Sitrat

2. Diharapkan ada pemanfaatan yang lainya


mengenai limbah cair dari industri tepung
tapioka, selain digunakan untuk bahan
pembuatan asam sitrat.
3. Dalam penelitian yang saya lakukan, saya
hanya melakukannya dengan limbah cair
nya saja. Diharapkan ada kelanjutanya,
yaitu dengan membandingkan hasil asam
sitrat dari limbah cair tepung tapioka
dengan limbah padat dari industri tepung
tapioka.

DAFTAR PUSTAKA

Djunaidi, Aulani'am, Irfan, H Osfar, Sjofjan


”Surisdianto Rekayasa teknologi
fermentasi campuran Limbah pabrik
tepung tapioka ( Gamblong ) sebagai
bahan pakan ternak
unggas”Universitas Brawijaya,
Surabaya 1998
Hamzah, faizah, 2001, Teknik Bioflokulasi
Alcaligenus latus pada tepung Ubi
Kayu untuk mengurangi
pencemaran lingkungan. Makalah
falsafah saint (PPs 702) Program
pasca sarjan IPB.Bogor.
“Pengolahan Dan Pemanfaatan Limbah
Tapioka” Intisari edisi kamis 1 juni
2005
Tim dosen Pembimbing,2000, Buku
Petunjuk Praktikum Mikrobiologi
Industri, Teknik Kimia UNDIP Undip,
Semarang,
http://www.gsbs.utmb.edu/microbook/ch004
.htm
http://www.science-
projects.com/MetPaths.htm
http :/ bppt.co.id/iptek
http://www.wikipedia.co.id/sitrat.htm

Techno, Volume 11 No. 2 Oktober 2010 98

Anda mungkin juga menyukai