1 2 3
2
Urbanisasi dan Tantangan Pembangunan Kota di Indonesia
Di tahun 2018, lebih Jumlah penduduk Indonesia yang berada di dalam dan di luar
55% dari setengah
penduduk Indonesia
wilayah pesisir dataran rendah berdasarkan tipe pemukiman, 2015.
5% QUASI-
Population
Inside The
URBAN Low-
CLUSTERS elevation
13% URBAN coastal
CENTRES Zone (0-
Tahun 2045, 43% 10m
URBAN Above Sea
diproyeksikan akan
70% ada peningkatan
CENTRES Population
17%
RURAL
Level)
ABOVE 10M
hingga 70% total
220 Juta penduduk Indonesia 18%
QUASI-
0-10M
URBAN
Sumber: World Bank, 2019
hidup di kawasan CLUSTERS
perkotaan.
Tren ini juga membawa tantangan besar dalam Pada tahun 2015, 57,7 juta orang tinggal di wilayah
perkembangan kota: penyediaan perumahan, pesisir dengan ketinggian kurang dari 10 meter di atas
infrastruktur, sanitasi dan akses air bersih, hingga permukaan laut.
mitigasi bencana. 3
Peningkatan Ancaman Kebencanaan terhadap Kawasan Perkotaan
Persentase Jumlah Bencana Hidrometeorologi di Estimasi Kerugian Ekonomi Global akibat Banjir
Indonesia (2014 – 2023)
Bencana lain
3% 250
Kebakaran 200
Hutan dan
Lahan Banjir
Kekeringan
15%
28%
US$ Billions
1% 150
100
Puting Beliung
28%
Tanah Longsor 50
25%
0
1950s 1960s 1970s 1980s 1990s 2000s
Sumber: BNPB, 2023 Sumber: Integrating Green and Gray: Creating Next Generation Infrastructure (WRI, 2019)
Bencana terkait hidrometeorologi mencapai 97% Di tingkat global, estimasi kerugian ekonomi akibat
dari total bencana tercatat di Indonesia selama banjir meningkat drastis dibandingkan periode-
periode 10 tahun terakhir (2014 – 2023). periode sebelumnya. 4
Mengapa Solusi Berbasis Alam (SbA) Dibutuhkan untuk
Pembangunan Perkotaan?
Pendekatan perencanaan kota dengan menawarkan peluang untuk mengatasi
berbagai krisis pembangunan berkelanjutan, termasuk perubahan iklim, ketahanan
pangan dan air, degradasi lahan, dan hilangnya keanekaragaman hayati.
Konsep payung yang inklusif mencakup pendekatan yang berkembang dari green-blue
infrastructure pada pembangunan infrastruktur, beriringan dengan 'jasa ekosistem
perkotaan', serta penerapan 'rekayasa ekologi' atau pemupukan 'modal alam (natural
capital)' (Frantzeskaki et al. 2019) (Lafortezza et al. 2018). Pendekatan SbA dapat
menjadi cara untuk mewujudkan urbanisasi berkelanjutan, manajemen risiko, dan
ketahanan ekosistem dalam menghadapi perubahan iklim (Davies dan Lafortezza
2019).
Nature-based Solutions (NBS)
Built Hybrid Natural
Hard, gray, Combination of ecosystem Creation, protection or
engineered structures built elements and hard engineering restoration of only ecosystem
to address development interventions for addressing elements for addressing
objectives development objectives development objectives
Source: World Bank 2017
5
Infrastruktur Konvensional
Contoh: Saluran/pipa
pembuangan, sistem drainase,
waduk/kolam tampungan air,
pengalihan aliran Sungai, Water
Treatment Plant.
• Dirancang untuk secepatnya
mengalirkan air keluar dari area
penting untuk diolah atau dibuang
• Kebutuhan infrastruktur dan biaya
investasi yang sangat besar.
• Seringkali bahkan memperbesar
resiko banjir di perkotaan akibat
perusakan atau perubahan
infrastruktur alam dengan
mengeringkan/mengurug lahan
basah, pengalihan aliran Sungai,
dan memotong kawasan limpasan
sungai.
6
Solusi berbasis Alam
• Dirancang untuk
memperlambat dan
menahan aliran limpasan di
permukaan, mengendapkan
air dalam tanah dan
perlahan-lahan memfilter
polutan.
• Membutuhkan desain dan
pertimbangan fisik dan
lingkungan.
• Cenderung membutuhkan
waktu lebih lama untuk
mencapai tahap optimal.
7
Solusi berbasis Alam: Infrastruktur Hybrid
8
Konsep Solusi berbasis Alam untuk Pengelolaan Air Perkotaan
Meningkatkan
tutupan pohon Penghijauan area
Penambahan Memperluas
untuk membantu terbangun
taman membantu permukaan resap
intersepsi air hujan membantu fungsi
menyediakan air dan rawa Mengadopsi
dan memperlambat pendinginan alami
ruang simpan air sebagai faktor pendekatan alami
laju air di dan mengurangi
tambahan dan filtrasi air hujan yang sesuai untuk
permukaan tanah aliran limpasan
konservasi alami dan ruang perlindungan area
biodiversitas lokal simpan air pesisir
Sumber: Cities4forests
9
Cities4Forests mendorong gerakan perubahan di kota-kota untuk menyadari
pentingnya keberadaan hutan dan pepohonan di kawasan perkotaan
Cities4forests mendukung kota-kota di dunia untuk lebih mampu melindungi, mengelola, dan merestorasi hutan
dalam tiga skala: inner, nearby, dan faraway forests, dan mengintegrasikannya ke dalam perencanaan, program,
serta investasi pembangunan
10
Impact by Numbers
Mumbai, India Atlantic Forest Region Cities, Brazil Addis Ababa, Musanze, and Kumasi
Measured GHG Emissions from Forests Nature-Based Solutions Mapping Green Open Spaces to Expand
and Trees, Informing Climate Action Plan Accelerators Advance NBS Projects in Accessibility and Equity
Cities
15
Meningkatkan Kesiapan Kota dan Komunitas dalam
Mengimplementasikan Solusi Berbasis Alam
Kegiatan ini ditujukan untuk mengevaluasi kesiapan kota dan komunitas dalam implementasi Solusi
Berbasis Alam melalui proyek percontohan di Kota Denpasar
16
Analisis dan Rekomendasi Adopsi Solusi Berbasis Alam untuk
Mitigasi Banjir
Kegiatan ini bertujuan untuk menganalisis
risiko banjir dan potensi adopsi Solusi
Berbasis Alam untuk mitigasi banjir di
kawasan kota. Kegiatan ini dilakukan di tiga
lokasi, yaitu Jakarta, Makassar, dan
Jayapura.
Menganalisis dampak
perubahan tutupan lahan dan
iklim terhadap resiko banjir
(Jakarta)
18
Perluasan Kegiatan Restorasi Hutan melalui Inovasi Crowdsourcing
Aceh
40,300 Native Trees West Kalimantan
400 Native Trees
Selama ini, aktivitas restorasi
hutan masih sangat Bintan
mengandalkan sumber 63,500 Mangrove Trees
pembiayaan tertentu. Kegiatan ini
bertujuan untuk memperluas
peluang kegiatan restorasi hutan
melalui inovasi pembiayaan
crowdsourcing yang juga dapat
dilakukan secara individu melalui
aplikasi EMISI. Jambi Bali
27,300 Native Trees 41,600 Mangrove Trees
Kegiatan ini telah berhasil
mendukung aktivitas restorasi di 6
kota (Aceh, Bintan, Jambi, Jakarta, DKI Jakarta
19
Terima Kasih