Syaikh al-Ghulayayni menyatakan, bahwa untuk dapat memahami bahasa arab, sebagai
bahasa al-Qur’an dan hadits Nabi dengan baik, dibutuhkan 13 macam ilmu. Tiga belas macam
ilmu itu adalah, ilmu sharf, i'râb (nahw), rasm, ma'âni, bayân, badi', 'arûdl, qawafi, qardl al-
syi‟r, insyâ‟, khithâbah, tarîkh adab dan matn al-lughah.
a. Dalam ilmu maani :
pembicara (mutakallim)
Ilmu bayân adalah ilmu yang memelihara timbulnya ta‟qîd ma‟nawi (kalimat yang tidak jelas
petunjuknya terhadap makna yang dimaksud).
Ilmu badî‟ adalah ilmu yang digunakan untuk memperindah kalimat (kalâm). Karenanya, ilmu
badî‟ selalu didasarkan pada ilmu ma‟âni dan ilmu bayân di atas.
Maksudnya, jika dua ilmu itu benar-benar diterapkan pada suatu kalimat, dengan sendirinya
akan tampak keindahan kalimat itu sendiri.
b. Ilmu bayân adalah ilmu yang memelihara timbulnya ta‟qîd ma‟nâwi (kalimat yang tidak jelas
petunjuknya terhadap makna yang dimaksud).
c. Ilmu badî‟ adalah ilmu yang digunakan untuk memperindah kalimat (kalâm).
Pengertian fashâhah: a. Menurut bahasa, fashâhah berarti al-bayân dan al-zhuhr (terang dan jelas),
sebagaimana kalimat: ِ kecil anak “ َأفyang terang dan jelas perkataannya”.
b. Menurut istilah, fashâhah adalah: “Kata-kata yang jelas (pengertiannya), mudah dipahami dan
banyak berlaku di kalangan para penulis dan penyair, karena keindahannya”.
Pokok bahasan ilmu ma‟âni adalah kata-kata Arab yang dapat mewujudkan maksud hati seseorang dan
sesuai dengan muqtadla al-hâl. Sedang kegunaannya adalah untuk mengetahui segi-segi kemu‟jizatan
Al-Qur'an, baik dari susunan lafazh yang dikemukakan dengan bahasa yang indah dan ringkas, maupun
pengertiannya yang mendalam