Anda di halaman 1dari 6

PENDEKATAN BERBASIS SUMBER DAYA UNTUK ANALISIS ORGANISASI

Analisis organisasi berkaitan dengan mengenali, mengembangkan, dan memanfaatkan


sumber daya dan kompetensi yang dimiliki oleh organisasi. Sumber daya mencakup aset
perusahaan yang menjadi dasar bagi operasinya, yang dapat dibagi menjadi beberapa
kategori, termasuk aset fisik seperti pabrik, peralatan, keuangan, dan lokasi; aset manusia
seperti karyawan, motivasi, dan keahlian; serta aset tak berwujud seperti paten, budaya,
dan reputasi perusahaan.

Kapabilitas merujuk pada kemampuan perusahaan untuk menggunakan sumber daya


ini. Kapabilitas mencakup proses bisnis dan rutinitas yang mengelola interaksi antara
sumber daya untuk mengubahnya dari input menjadi output yang bernilai.

Kompetensi adalah hasil dari integrasi dan koordinasi lintas fungsi dari kapabilitas. Ada
beberapa jenis kompetensi, termasuk:

 Core Competencies: Kumpulan kompetensi yang melibatkan berbagai divisi, tersebar


di seluruh perusahaan, dan dapat dijalankan dengan sangat baik.
 Distinctive Competencies: Sumber daya unik atau kompetensi inti yang dimiliki
perusahaan dan lebih unggul dibandingkan pesaing.
 Core Ridgity/Deficiency: Kekuatan yang seiring berjalannya waktu dapat menjadi
kelemahan bagi perusahaan

Kerangka kerja VRIO digunakan untuk mengevaluasi kompetensi perusahaan


berdasarkan empat aspek:

 Valuable: Apakah perusahaan memberikan nilai bagi pelanggan dan keunggulan


kompetitif?
 Rareness: Apakah ada pesaing lain yang memiliki sumber daya atau kompetensi
yang sama?
 Imitability: Apakah pesaing memiliki kemampuan finansial untuk meniru?
 Organization: Apakah perusahaan terorganisir dengan baik untuk mengoptimalkan
penggunaan sumber daya?

Imitability merujuk pada sejauh mana sumber daya, kapabilitas, atau kompetensi inti
perusahaan dapat ditiru. Hal ini dapat terjadi sampai kompetensi tersebut menjadi
transparan, dapat dipindahkan, dan dapat direplikasi.

Transparansi mengacu pada seberapa cepat pesaing dapat memahami hubungan


antara sumber daya dan kapabilitas yang mendukung strategi perusahaan. Transferabilitas
adalah kemampuan pesaing untuk mengumpulkan sumber daya dan kapabilitas yang
diperlukan untuk bersaing

Replicability adalah kemampuan pesaing untuk menggunakan sumber daya dan


kapabilitas yang telah mereka tiru untuk meniru kesuksesan perusahaan.

Ada dua jenis pengetahuan, yaitu pengetahuan eksplisit yang mudah diungkapkan dan
dikomunikasikan, serta pengetahuan taktis yang sulit diungkapkan karena bersumber dari
pengalaman karyawan atau budaya perusahaan

Perusahaan dapat memperoleh kompetensi melalui empat cara: melalui warisan aset
seperti paten yang dimiliki sejak awal, melalui akuisisi dari pihak lain seperti
pengambilalihan Disney terhadap Pixar untuk memperkuat reputasi dalam industri film
animasi, melalui berbagi dengan unit bisnis atau mitra aliansi seperti LG yang
mengaplikasikan keahlian produksi dan produk elektroniknya dalam peralatan, serta melalui
pembangunan hati-hati dan akumulasi seiring berjalannya waktu, seperti yang dilakukan
Honda dari perusahaan manufaktur sepeda motor hingga mesin perahu.

MODEL BISNIS

Business Method adalah pendekatan atau strategi yang digunakan oleh perusahaan
untuk menghasilkan pendapatan dalam konteks bisnis saat ini. Model bisnis melibatkan
aspek struktural dan operasional dari perusahaan. Terdapat lima elemen utama dalam model
bisnis ini, yakni: •

 Identifikasi target pelanggan.


 Penentuan nilai yang disediakan.
 Strategi penghasilan pendapatan.
 Diferensiasi dan pemeliharaan keunggulan kompetitif.
 Cara penyediaan produk atau layanan.

Sejumlah contoh model bisnis termasuk:

• Model Solusi untuk Pelanggan: Menghasilkan pendapatan dengan menjual keahlian dan
solusi kepada pelanggan daripada produk fisik.
• Model Piramida Keuntungan: Menawarkan berbagai produk untuk mencakup setiap
segmen pasar di mana pesaing bisa bersaing.
• Model Sistem Multikomponen / Basis Instalasi: Menawarkan produk dengan harga
breakeven untuk menghasilkan pendapatan dari produk dengan margin keuntungan
lebih tinggi.
• Model Periklanan: Menawarkan produk secara gratis dan menghasilkan pendapatan
melalui iklan, seperti yang dilakukan oleh Spotify dengan model gratis mereka.
• Model Papan Sambung: Perusahaan berperan sebagai perantara untuk
menghubungkan penjual dan pembeli.
• Model Waktu: Memasarkan produk secara inovatif sebagai pelopor dalam pasar.
• Model Efisiensi: Menunggu sampai produk menjadi standar dan kemudian memasuki
pasar dengan pendekatan harga rendah dan margin keuntungan yang menarik.
• Model Blockbuster: Fokus pada investasi besar dalam beberapa produk yang memiliki
potensi pengembalian tinggi, terutama yang dilindungi oleh paten.
• Model Multiplier Keuntungan: Mengembangkan konsep yang mungkin tidak
menghasilkan pendapatan sendiri, tetapi melalui sinergi dapat menghasilkan produk
yang menguntungkan.
• Model Kewirausahaan: Menawarkan produk khusus kepada segmen pasar yang tidak
dijangkau oleh pesaing besar tetapi memiliki potensi pertumbuhan.
• Model Standar Industri De facto: Menawarkan produk secara gratis atau dengan
harga rendah untuk mengejar saturasi pasar dan menjadi standar dalam industri
tersebut.

ANALISIS VALUE CHAIN

Value Chain adalah rangkaian aktivitas penciptaan nilai yang dimulai dengan bahan
mentah yang diperoleh dari pemasok, kemudian melibatkan sejumlah kegiatan nilai tambah
dalam proses produksi dan pemasaran produk atau layanan, serta berakhir dengan
distributor yang mengirimkan produk akhir kepada konsumen akhir. Value Chain terbagi
menjadi dua segmen, terutama dalam konteks industri bahan bakar:

Segmen Hulu (Upstream): Ini mencakup kegiatan seperti eksplorasi, pengeboran,


dan transportasi minyak mentah ke kilang.

Segmen Hilir (Downstream): Bagian ini melibatkan kegiatan seperti penyulingan


minyak, pengangkutan, dan pemasaran produk bensin dan produk minyak lainnya kepada
distributor dan stasiun pengisian bahan bakar (SPBU).

STRUKTUR DASAR ORGANISASI

• Beberapa bentuk struktur organisasi meliputi:


• Struktur Sederhana (Simple Structure): Cocok untuk perusahaan kecil yang umumnya
dimiliki dan dioperasikan oleh satu atau dua pengusaha. Perusahaan ini mungkin hanya
memiliki satu atau dua lini produk yang beroperasi di pasar yang relatif kecil dan
mudah diidentifikasi.
• Struktur Fungsional (Functional Structure): Cocok untuk perusahaan menengah yang
memiliki beberapa lini produk atau layanan. Karyawan dalam struktur ini cenderung
menjadi ahli dalam fungsi-fungsi bisnis kunci yang penting dalam industri mereka,
seperti manufaktur, pemasaran, keuangan, dan sumber daya manusia.
• Struktur Divisi (Divisional Structure): Sesuai untuk perusahaan besar yang memiliki
berbagai lini produk atau layanan yang beroperasi dalam beberapa industri terkait.
Karyawan dalam struktur ini seringkali merupakan spesialis fungsional yang
dikelompokkan berdasarkan produk atau pasar yang mereka layani. • Unit Bisnis
Strategis (Strategic Business Units - SBUs): Ini adalah modifikasi dari struktur
divisi. SBUs adalah divisi atau kelompok divisi yang terdiri dari segmen pasar atau
produk yang independen satu sama lain. Mereka memiliki misi yang unik, pesaing yang
dapat diidentifikasi, fokus pasar eksternal, dan kontrol atas fungsi bisnis mereka
sendiri.
• Struktur Konglomerat (Conglomerate Structure): Struktur konglomerat melibatkan
sekelompok perusahaan independen (anak perusahaan) yang beroperasi di bawah satu
perusahaan tetapi dikelola melalui dewan direksi anak perusahaan yang berbeda-beda.

BUDAYA

Budaya Perusahaan (Corporate Culture) merujuk pada sekelompok kepercayaan,


harapan, dan nilai-nilai yang diperoleh dan dibagikan oleh individu-individu yang bekerja
dalam sebuah perusahaan, dan ini turun-temurun dari satu generasi karyawan ke generasi
berikutnya. Budaya perusahaan memiliki dua karakteristik utama:

• Intensitas Budaya (Cultural Intensity): Ini mengukur sejauh mana anggota suatu unit
atau bagian dalam organisasi menerima dan mengadopsi norma, nilai, atau unsur budaya
yang terkait dengan unit tersebut.
• Integrasi Budaya (Cultural Integration): Ini mengukur sejauh mana unit-unit atau
bagian-bagian berbeda dalam organisasi memiliki budaya yang serupa atau sama.
Budaya perusahaan memenuhi beberapa fungsi penting dalam konteks perusahaan,
antara lain:
• Membentuk identitas bagi karyawan dengan memberikan pandangan tentang
bagaimana perusahaan mendefinisikan dirinya dan apa yang dianggap penting.
• Membantu memotivasi karyawan dengan menginspirasi komitmen terhadap tujuan
besar yang diperjuangkan oleh perusahaan.
• Menambah stabilitas organisasi sebagai sistem sosial dengan memberikan kerangka
kerja yang konsisten untuk interaksi dan perilaku karyawan.
• Berfungsi sebagai panduan yang digunakan oleh karyawan untuk memahami aktivitas
dalam organisasi dan sebagai referensi untuk perilaku yang sesuai dan diharapkan.

Jadi, budaya perusahaan merupakan koleksi nilai, harapan, dan keyakinan yang
dipelajari dan dibagikan oleh anggota perusahaan, dan ini memainkan peran penting dalam
membentuk identitas dan komitmen, serta dalam menjaga stabilitas dan memberikan
kerangka kerja dalam perusahaan.

KESIMPULAN

Dalam konteks "Organizational Analysis and Competitive Advantage" dengan


pendekatan Model Business Fitness, kesimpulan yang dapat diambil adalah sebagai berikut:

Kunci Keserasian Bisnis (Business Fitness): Model ini menekankan pentingnya keserasian
antara berbagai aspek organisasi, termasuk strategi, struktur, sistem, kemampuan, staf,
dan budaya. Keserasian ini menjadi fondasi bagi organisasi untuk mencapai keunggulan
kompetitif.

Strategi yang Relevan: Organisasi harus mengembangkan strategi yang sesuai dengan
kebutuhan pasar dan lingkungan bisnis. Strategi yang tepat akan membantu menciptakan
keunggulan kompetitif.

Struktur yang Mendukung: Struktur organisasi harus dirancang agar mendukung


pelaksanaan strategi. Ini termasuk tata kelola yang efisien, aliran informasi yang baik, dan
fleksibilitas untuk beradaptasi dengan perubahan.

Sistem yang Efisien: Sistem internal, seperti proses bisnis dan teknologi, harus sejalan
dengan strategi dan memberikan efisiensi operasional.

Kemampuan yang Relevan: Organisasi perlu memiliki kemampuan dan keahlian yang sesuai
dengan strategi mereka. Pelatihan dan pengembangan karyawan penting untuk memastikan
kemampuan ini tersedia.

Staf yang Terampil: Staf yang kompeten dan berkomitmen adalah aset berharga dalam
mencapai keunggulan kompetitif. Perekrutan yang baik dan retensi karyawan yang baik
menjadi penting.

Budaya yang Mendukung: Budaya organisasi harus mencerminkan nilai-nilai strategis dan
memberikan dukungan bagi pelaksanaan strategi.
Dengan menggabungkan keserasian antara keenam aspek ini, organisasi dapat mencapai
kondisi "fit" yang optimal, yang pada gilirannya akan meningkatkan kemampuan mereka
untuk bersaing secara efektif di pasar. Analisis organisasi yang cermat dan perencanaan
yang baik adalah kunci untuk memastikan bahwa setiap elemen dalam organisasi
berkontribusi pada pencapaian keunggulan kompetitif.

Anda mungkin juga menyukai