Berapa sering?
rawat inap :
obat < 6 : 5% ;
obat > 15 : 40%
→ kematian 45% ;
berobat jalan : 20%
Px masuk RS : 2 – 5% akibat ESO
Case / fatality ratio akibat ESO pasien rawat inap : bervariasi 2–12%
2–3%bayi lahir dg abnormalitas → akibat obat yg digunakan ibu masa
kehamilan
Cost → negara berkembang → US$ 30–130 billion u/ ESO pasien yg berobat
jalan
obat yg sering dilaporkan negara berkembang : aspirin,
NSAID, anti-influenza, digoxin, anti-coagulan, diuretik,
antimikroba, glukokortikoid, antineoplasma, anti
diabetes oral +insulin → 90%
• Banyak ESO tidak dpt dicegah , dng mengingat bbrp
faktor determinant → usaha maksimal agar ESO timbul
seminimal mungkin
• Faktor determinant :
** usia , ekstrim muda / dlm kandungan & usia lanjut ,
kehamilan , idiosinkrasi
** kelainan genetik (defisiensi enzim G-6-PD);
variasi genetik ( isozim CYP) #
** penyakit → dahulu & sekarang
** dosis – cara pemberian obat – lama
** interaksi pd polifarmasi : dinamik & kinetik ##
• kelainan genetik: defisiensi enzim G6-PD →
antimalaria (primakuin) , sufametoksazol , analgetik
→ anemia hemolitik
• variasi genetik oksidasi obat oleh CYP (2D6, 2C9,
2C19) metabolisme obat → variasi interindividual →
variasi kadar obat dlm darah.
Bbrp jenis enzim ini bersifat polimorfisme genetik →
akibat me aktivitas metabolism enzim tsb →
menimbulkan concentration – dependent toxicity
• Mis : glipizid di metabolisme CYP2C9, pemberian
glipizid dg dosis terapeutik pd penderita dg genetic
CYP2C9 poor metabolizer → akan terjadi
hipoglikemia berlebihan
penformin→ lactic acidosis, sekarang diketahui obat
tsb dimetabolisme oleh CYP2D6 → DM dg aktivitas
2D6 rendah → resiko lactic acidosis
interaksi farmakokinetik → merubah bioavailabilitas ,
ikatan protein plasma , kecepatan metabolisme atau
ekskresi
interaksi farmakodinamik → 2 / lebih obat bekerja pd
reseptor yg sama → antagonistis atau memperkuat
MENGAPA DILAKUKAN MESO?
Pemantauan keamanan obat sesudah beredar masih perlu dilakukan karena
penelitian atau izin yang dilakukan sebelum obat diedarkan, baik uji preklinik
maupun uji klinik belum sepenuhnya dapat mengungkapkan efek samping obar
(ESO), utamanya efek samping yang jarang terjadi ataupun yang timbul setelah
penggunaan obat untuk jangka lama.
Pada uji klinik → tidak melibatkan pengguna obat yang termasuk kelompok anak-
anak, wanita hamil, wanita menyusui, usia lanjut
CARA MELAKUKAN MESO
Beberapa cara melakukan MESO (spontaneous reporting, voluntary , Intensive
Hospital Monitoring , Record linkage, Limited Record, dll)
PELAKSANAAN MESO
Badan POM RI menggunakan metode pelaporan secara sukarela (voluntary
reporting) dari tenaga kesehatan dengan formulir pelaporan yang dirancang
sesederhana mungkin sehingga memudahkan pengisiannya → e-meso (website,
aplikasi mobile)
KEGUNAAN
Hasil pengkajian aspek keamanan berdasarkan laporan ESO di Indonesia maupun
informasi ESO Internasional → digunakan untuk pertimbangan suatu tindak lanjut
regulatori, berupa pembatasan indikasi, pembatasan dosis, pembekuan atau
penarikan izin edar dan penarikan obat dari peredaran untuk menjamin
perlindungan keamanan masyarakat
IDENTIFIKASI & MANAJEMEN
ESO/ROM
ROM yang dicurigai
Evaluasi keparahan
Obat diteruskan
Henti Terapi
• Ubah dosis
• Tambah obat lain obat/dechallenge alternatif
Amati respon
pasien
rechallenge
ANALISIS ESO : SKALA PROBABILITAS ROM –
NARANJO (1981)
Pertanyaan Ya Tidak Tidak Skor
tahu
• Level 7
SEVERE/PARAH • Level 6
• Level 5
• Level 4 b
MODERATE/SEDANG • Level 4 a
• Level 3
• Level 1
MILD/RINGAN • Level 2
SKALA ASESMEN KEPARAHAN ROM (3)
HARTWIG & SIEGEL
Mild :
❖ Level 1 : ROM terjadi tetapi tidak memerlukan penggantian obat
❖ Level 2 : ROM yang memerlukan penghentian obat, atau obat diganti. Tidak perlu
antidot atau pengobatan lainnya, tetapi tidak memperlama masa rawat
Moderate :
❖ Level 3 : ROM yang memerlukan penghentian obat, obat diganti dan atau perlu
antidot atau pengobatan lainnya, tetapi tidak memperlama masa rawat
Berat :
❖ Level 5 : ROM yang memerlukan perawatan intensif