Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH

“ MENERAPKAN SISTEM EVALUASI PAP”

Dosen pengampuh : Dr. Hj. Gamar B.N Shamdas., M.P

OLEH :

KELOMPOK 5

1. Silfawati A 221 21 062

2. Nismawati s latamin A 221 21 088

3. Berlinda Austin Paliwan A 221 21 115

4. Lilis Kurniati A 221 21 136

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI

JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS TADULAKO

2023
KATA PENGANTAR

Assalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh.

Puji syukur kita panjatkan ke hadirat Allah swt, yang telah memberikan rahmat
serta karunianya kepada kami sehingga kami dapat menyelesaikan makalah "
Menerapkan Sistem Evaluasi PAP " yang disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah
Evaluasi Pembelajaran Hasil Belajar Biologi.

Makalah ini berisi tentang materi PAP dan cara penggunaan sistem evaluasi
PAP. Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu
kritik dan saran dari semua pihak yang bersifat membangun selalu kami harapkan
demi kesempurnaan makalah ini.

Akhir kata, kami sampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah
berperan serta dalam penyusunan makalah ini dari awal sampai akhir, semoga
makalah kami mampu menambah ilmu untuk pembaca dan semoga Allah swt
senantiasa meridhoi segala usaha kami, aamiin.

Wassalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh.

Palu, November 2023

Penyusun
DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL ……………………………………………………………….

KATA PENGANTAR ……………………………………………………………….

DAFTAR ISI ………………………………………………………………………....

BAB I PENDAHULUAN ……………………………………………………………

A. Latar belakang ……………………………………………………………………

B. Rumusan masalah ………………………………………………………………...

C. Tujuan …………………………………………………………………………….

BAB II PEMBAHASAN …………………………………………………………….

A. Pengertian sistem evaluasi PAP …………………………………………………

B. Cara Penggunaan Sistem Evaluasi PAP ………………………………………..

BAB III PENUTUP………………………………………………………………….

A. Kesimpulan ………………………………………………………………………

DAFTAR PUSTAKA ………………………………………………………………


BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar belakang

Penilaian merupakan salah satu aspek dalam proses belajar mengajar di sekolah.
Penilaian adalah suatu proses untuk mengambil suatu keputusan dengan
menggunakan informasi yang diperoleh melalui pengukuran hasil belajar yang
menggunakan instrumen tes maupun non tes. Jadi tidak hanya sekedar mencari
jawaban terhadap pertanyaan tentang apa, tetapi lebih ditekankan kepada menjawab
pertanyaan Bagaimana atau seberapa jauh suatu proses atau suatu hasil yang
diperoleh seseorang atau suatu tim.

Pengukuran merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan dengan penilaian.


Pengukuran diartikan sebagai pemberian angka kepada suatu atribut atau
karakteristik tertentu yang dimiliki seseorang, hal atau objek tertentu menurut aturan
yang jelas. Dalam bidang menengah, dosen dapat mengukur penguasaan peserta didik
dalam suatu mata pelajaran tertentu yang telah dilatih, tetapi tidak mengukur peserta
didik itu sendiri. Tanpa kemampuan melakukan pengukuran seseorang guru tidak
dapat mengetahui di mana ia berada pada suatu kegiatan.

Tes dapat didefinisikan sebagai suatu pertanyaan atau tugas atau seperangkat
tugas yang direncanakan untuk memperoleh informasi tentang atribut pendidikan
yang setiap butir pertanyaan mempunyai jawaban yang dianggap benar.

Tes, penilaian dan pengukuran merupakan suatu rangkaian kegiatan guru dalam
proses belajar mengajar yang tidak dapat dipisahkan. Keterkaitan antara tes,
pengukuran dan penilaian adalah penilaian hasil belajar baru dilakukan dengan baik
dan benar bila menggunakan informasi yang diperoleh melalui pengukuran hasil
belajar yang menggunakan tes sebagai alat ukurnya. Oleh karena itu, di sini kita akan
mengkaji tentang penilaian acuan pokok (PAP), ini penting dilakukan untuk
memberikan bekal kepada guru dalam melakukan penilaian hasil pembelajaran.

B. Rumusan masalah

1. Bagaimana pengertian sistem evaluasi penilaian acuan patokan (PAP)?


2. Bagaimana penggunaan sistem evaluasi penilaian acuan patokan (PAP)?
3. Apakah kelebihan dan kekurangan penilaian acuan patokan (PAP) ?
4. Bagaimana contoh penerapan penilaian acuan patokan (PAP) ?

C. Tujuan

1. Untuk mengetahui dan memahami pengertian sistem evaluasi penilaian acuan


patokan (PAP).
2. Untuk mengetahui dan memahami penggunaan sistem evaluasi penilaian
acuan patokan (PAP).
3. Untuk mengetahui dan memahami kelebihan dan kekurangan penilaian acuan
patokan (PAP).
4. Untuk mengetahui dan memahami contoh penerapan penilaian acuan patokan
(PAP).
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Penilaian acuan patokan (PAP)

Penilaian acuan patokan (Criterion Referenced Evaluation) yang juga dikenal


sebagai standar mutlak adalah penilaian pencapaian hasil belajar yang didasarkan
pada posisi skor yang diperolehnya terhadap skor ideal (maksimal). Dengan kalimat
lain PAP adalah penilaian yang dilakukan dengan cara menafsirkan hasil tes yang
diperoleh siswa dengan membandingkannya dengan patokan yang telah ditetapkan.
Patokan yang digunakan untuk menentukan batas kelulusan tersebut sudah ditetapkan
sebelum hasil tes itu sendiri, bahkan sebelum kegiatan belajar mengajar dilakukan
(Intiana,2016 : 11).

Sementara itu, menurut Harun (2004,3) PAP adalah penilaian yang


membandingkan hasil belajar siswa terhadap suatu patokan yang telah ditetapkan
sebelumnya. Pengertian ini menunjukkan bahwa sebelum usaha penilaian dilakukan
terlebih dahulu harus ditetapkan patokan yang akan dipakai untuk membandingkan
angka-angka hasil pengukuran agar hasil itu mempunyai arti tertentu.

Patokan yang telah disepakati terlebih dahulu itu biasanya disebut "Tingkat
Penguasaan Minimum" atau "Kriteria Ketuntasan Minimum". Siswa yang dapat
mencapai atau bahkan melampaui batas ini dinilai "Lulus" dan bagi yang belum
mencapainya dinilai "Tidak Lulus". Mereka yang lulus ini diperkenankan menempuh
pelajar yang lebih tinggi, sedangkan yang belum lulus diminta memantapkan lagi
kegiatan belajarnya sehingga mencapai "batas lulus" itu.

B. Cara penggunaan sistem evaluasi (PAP)

1. Penetapan patokan

Penafsiran hasil tes yang menggunakan pendekatan PAP dilakukan dengan


membandingkan antara skor hasil tes yang diperoleh siswa dengan patokan yang
telah ditetapkan sebelumnya. Akan tetapi, kriteria yang digunakan untuk menentukan
besarnya patokan itu belum ada kesepakatan yang disetujui oleh semua pihak. Belum
ada kesepakatan tentang besarnya angka batas minimal kelulusan, batas minimal
penguasaan bahan atau pencapaian tujuan dan batas minimal untuk memberikan nilai
tertentu.

Penentuan patokan tidak hanya menyangkut penetapan batas minimal


kelulusan dan pemberian nilai tertentu, melainkan juga penetapan skala penilaian
yang digunakan. Misalnya, skala lima (0-4) atau (E-A), skala sepuluh (1-10), skala
sebelas (0-11), atau skala seratus (1-100). Sekolah mana yang akan digunakan oleh
seorang guru tergantung pada ketentuan yang berlaku di sekolahnya.

2. Penentuan patokan dengan persentase

Penentuan batas minimal kelulusan dan pemberian nilai tertentu dapat


dilakukan dengan perhitungan persentase. Artinya, seorang siswa dinyatakan lulus
jika ia mampu mengerjakan dengan betul "Sekian" persen butir soal yang disediakan.

Penentuan patokan dengan perhitungan persentase cukup sederhana dan mudah


dilakukan, tanpa memerlukan prosedur penghitungan yang rumit. Contohnya dapat
diamati pada tabel di bawah ini.

Tabel 1: contoh penentuan patakan dengan penghitungan persentase untuk


skala Lima

INTERVAL NILAI UBAH


PERSENTASE
TINGKAT SKALA LIMAH
PENGUASAAN KETERANGAN
0-4 E-A

85 % - 100% 4 A Bai Sekali

75% - 84% 3 B Baik

60% - 74% 2 C Cukup

40% - 59% 1 D Kurang

0% - 39% 0 E Gagal
Sebagai contoh penghitungan misalnya, seorang siswa mendapat skor 62 dari
72 butir soal yang tersedia. Hal itu berarti ia mampu mengerjakan 83% (62/75 × 100),
jika ditransformasikan ke dalam skala, maka siswa tersebut memperoleh nilai 3 atau
B.

Tabel 2 : contoh penentuan patokan dengan penghitungan persentase untuk


skala Seratus

INTERVAL PRESENTASE NILAI BAHAN KETERANGAN

TINGKAT PENGUASAAN SKALA SEPULUH

96% - 100% 10 Sempurna

86% - 95% 9 Baik Sekali

76% - 85% 8 Baik

66% - 75% 7 Cukup

56% - 66% 6 Sedang

46% - 55% 5 Hampir Sedang

36% - 45% 4 Kurang

26% - 35% 3 Kurang Sekali

16% - 25% 2 Buruk

0% - 15% 1 Buruk Sekali

Sebagai contoh penghitungan misalnya, siswa yang memperoleh skor 62 dari


75 butir soal yang disediakan di atas mampu mengerjakan 83%. Tingkat penguasaan
siswa tersebut berada dalam interval 76%-85%, dan setelah diubah ke dalam skala 10
ia memperoleh nilai 8. Jika kita mempergunakan skala Seratus, hasil perhitungan
persentasi tersebut sekaligus menunjukkan nilai siswa.

B. Kelebihan dan kekurangan Penilaian acuan patokan PAP

1. Kelebihan PAP
Adapun kelebihan dari PAP antara lain sebagai berikut ;

a. Dapat membantu guru merancang program remidi.


b. Tidak membutuhkan perhitungan statistik yang rumit.
c. Dapat mengukur ketercapaian tujuan pembelajaran.
d. Nilainya bersifat tetap selama standar yang digunakan sama.
e. Hasil penilaian dapat digunakan untuk umpan balik atau untuk mengetahui
apakah tujuan pembelajaran sudah tercapai atau belum.
f. Banyak digunakan untuk kelas dengan materi pembelajaran berupa konsep.
g. Mudah menilai karena ada patokan.

2. Kekurangan PAP

Adapun kekurangan dari PAP antara lain sebagai berikut ;

a. Relatif agak rumit, karena perlu waktu untuk menyetujui sebuah kriteria dan
standar.
b. Beresiko mengembangkan daftar nama kriteria yang berlainan.
c. Lebih menekankan hasil daripada proses.
d. Peringkat dapat dinyatakan dengan tidak sebenarnya secara positif/negatif.
e. Kadang akademisi kurang kompeten dan percaya diri untuk membuat
penilaian profesional.
f. Tidak mudah bagi akademisi untuk mengubah kebiasaan dari menilai
berdasarkan referensi norma menjadi referensi kriteria.
g. Pikiran bahwa hanya persentase kecil yang memperoleh rangking rendah, dan
sebaliknya, pasti mereka yang di pendidikan tinggi yang memperoleh
rangking tinggi.
h. Siswa/mahasiswa dapat mempertanyakan nilai mereka.

C. Contoh penerapan penilaian acuan patokan (PAP)

Contoh :

Seorang guru merencanakan tes hasil belajar dalam bidang studi bahasa
Indonesia. Soal-soal yang dikeluarkan dalam tes tersebut terdiri atas 75 butir soal tes
objektif dan 1 butir soal tes uraian dengan rincian sebagai berikut ;

Nomor Bentuk tes/Model soal Jumlah Bobot Skor


butir soal butir soal jawaban
betul

01-10 Tes obyektif bentuk True- 10 1 10


false

11-20 Tes obyektif bentuk 10 1 10


Matching

21-30 Tes obyektif bentuk 10 1 10


Completion

31-40 Tes obyektif bentuk MCI 10 1 10


model melengkapi limah
pilihan

41-50 Tes obyektif bentuk MCI 10 1½ 15


model melengkapi berganda

51-60 Tes obyektif bentuk MCI 10 1½ 15


model asosiasi dengan lima
pilihan

61-70 Tes obyektif bentuk MCI 10 2 20


model analisis hubungan
antarhal

71-75 Tes obyektif bentuk MCI 5 4 20


model analisis kasus
1 10 10
70 Tes uraian
120
Skor Maksimal Ideal

Berdasarkan rincian butir-butir soal di atas tersebut dapat diketahui bahwa


skor maksimum ideal (SMI) dari tes hasil belajar tersebut adalah = 120. Kemudian
syukur-syukur minta hasil THB bidang studi bahasa Indonesia yang dicapai oleh 20
orang siswa setelah diubah (dikonversi) menjadi nilai standar dengan menggunakan
standar mutlak (penilaian beracun kriterium).
Dengan menggunakan Rumus :

Nilai = Skor Mentah/Skor Maksimum Ideal × 100

No. Skor Mentah Nilai


1 60 60/120 x 100 =50
2 40 40/120x100=33
3 80 80 / 120 x 100 = 67
4 30 30 / 120 x 100 = 25
5 75 75 / 120 x 100 = 62
6 52 52 / 120 x 100 = 43
7 59 59 / 120 x 100 = 49
8 71 71 / 120 x 100 = 59
9 41 41 / 120 x 100 = 34
10 58 58 / 120 x 100 = 48
11 61 61 / 120 x 100 = 51
12 56 56 / 120 x 100 = 47
13 53 53 / 120 x 100 = 44
14 63 63 / 120 x 100 = 52
15 85 785 / 120 x 100 = 71
16 54 54 / 120 x 100 = 45
17 60 60 / 120 x 100 = 50
18 49 49 / 120 x 100 = 41
19 55 55 / 120 x 100 = 46
20 43 43 / 120 x 100 = 36

Dan nilai-nilai yang telah diperoleh, maka jika diterjemahkan menjadi nilai
huruf dengan patokan adalah :

Rentang Skor Nilai

Nilai 80 -100 = A

Nilai 70 -79 = B
Nilai 60-69 = C

Nilai 45-59 = D

Nilai <44= E/ Tidka Lulus

Maka dari 20 orang siswa yang mengikuti tes hasil belajar tersebut tidak ada
seorangpun yang mendapat nilai A, yang mendapat nilai B hanya 1 orang (5%), Nilai
C di capai oleh 2 orang siswa (10%), Nilai D ada 10 Orang siswa (50%) dan siswa
yang tidak lulus pada tes bilang studi bahasa Indonesia ini ada 7 orang siswa (35%).
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Penilaian acuan patokan (Criterion Referenced Evaluation) yang juga dikenal


sebagai standar mutlak adalah penilaian pencapaian hasil belajar yang didasarkan
pada posisi skor yang diperolehnya terhadap skor ideal (maksimal). Dengan kalimat
lain PAP adalah penilaian yang dilakukan dengan cara menafsirkan hasil tes yang
diperoleh siswa dengan membandingkannya dengan patokan yang telah ditetapkan.

Penentuan patokan tidak hanya menyangkut penetapan batas minimal


kelulusan dan pemberian nilai tertentu, melainkan juga penetapan skala penilaian
yang digunakan. Misalnya, skala lima (0-4) atau (E-A), skala sepuluh (1-10), skala
sebelas (0-11), atau skala seratus (1-100). Sekolah mana yang akan digunakan oleh
seorang guru tergantung pada ketentuan yang berlaku di sekolahnya.

Penentuan batas minimal kelulusan dan pemberian nilai tertentu dapat


dilakukan dengan perhitungan persentase. Artinya, seorang siswa dinyatakan lulus
jika ia mampu mengerjakan dengan betul "Sekian" persen butir soal yang disediakan.
DAFTAR PUSTAKA

Aini , Hasanatul . Penilaian Acuan Patokan dan Acuan Norma.


http://www.nanaplb1.1.blogspot.co.id/2014/01/penilaian-acuan-patokan-
dan-acuan-norma.htlm. Di akses pada 19 November 2023.

Rahmadany. Pohan . (2012). PAN dan PAP dalam evaluasi pembelajaran.


http://www.rahmadanypohan.blogspot.co.id/2012/05/pan-pap-dalam-
evaluasi-pembelajaran.html. Di akses pada 19 November 2023.

Anda mungkin juga menyukai