Anda di halaman 1dari 6

LITERATURE REVIEW : PEMANFAATAN ECO-ENZYM SEBAGAI

SENYAWA ANTIBAKTERI DARI LIMBAH KULIT JERUK (Citrus


aurantium.) TERHADAP Staphylococcus aureus.

Salsabila Maharani, Endah Setyaningrum


Jurusan S1 Biologi Fakultas MIPA, Universitas Lampung,
Jalan Prof. Dr. Ir. Sumantri Brojonegoro No. 1, Bandar Lampung 35141
e-mail : ssalsabilla123@gmail.com

ABSTRAK

Eco-enzym merupakan cairan yang dibuat dari proses fermentasi limbah organik
khususnya kulit buah dan sayuran dengan penambahan air dan gula merah.
Produk fermentasi eco-enzym diduga kuat memiliki aktivitas antibakteri yang
tinggi. Eco-enzyme yang berasal dari kulit jeruk (Citrus aurantium.) telah terbukti
memiliki sifat antimikroba serta anti-inflamasi. Kandungan senyawa fenol yang
tinggi dalam eco-enzyme kulit jeruk diketahui membawa pengaruh yang sangat
baik terhadap aktivitas antimikroba karena dapat menghambat pertumbuhan
mikroba. Metode yang digunakan yaitu berupa studi literatur dari jurnal nasional
dan internasional. Hasil yang diperoleh yaitu berbagai informasi mengenai potensi
eco-enzym sebagai senyawa antibakteri terhadap Staphylococcus aureus.

Kata kunci : Eco-enzym, antimikroba, Staphylococcus aureus, kulit jeruk.

ABSTRACT

Eco-enzyme is a liquid made from the fermentation process of organic waste,


especially fruit and vegetable peels with the addition of water and brown sugar.
Eco-enzyme fermentation products are strongly suspected to have high
antibacterial activity. Eco-enzymes derived from orange peel (Citrus aurantium.)
have been shown to have antimicrobial and anti-inflammatory properties. The
high content of phenolic compounds in orange peel eco-enzyme is known to have
a very good effect on antimicrobial activity because it can inhibit microbial
growth. The method used is data collection and screening that has inclusion and
exclusion criteria. The results obtained are various information about the
potential of eco-enzymes as antibacterial compounds against Staphylococcus
aureus.

Keywords : Eco-enzyme, antimicrobial, Staphylococcus aureus, orange peel.


PENDAHULUAN bakteri (Gunwantrao, B.B. et al.,
2016).
Setiap hari, aktivitas manusia tidak
terlepas dari kegiatan menghasilkan Menurut sebuah studi yang telah
limbah atau sampah baik itu limbah dilakukan oleh Ana C. dkk. pada
organik maupun non organik. Perlu tahun 2018 membuktikan dalam
adanya pengelolaan terhadap kedua penelitiannya bahwa kulit jeruk yang
jenis sampah tersebut sehingga tidak diekstraksi memiliki sifat antioksidan
menimbulkan dampak negatif dan bersifat fenolik (Ana, C., et al.,
terhadap lingkungan. Sampah 2018). Enzim ini adalah turunan dari
organik dapat dimanfaatkan untuk vitamin C yang umum ditemukan
membuat eco-enzym. Eco-enzym dan banyak terkandung dalam buah
diperkenalkan oleh Dr. Rasukon jeruk. Begitu pula dengan penelitian
Poompanvong dari Thailand lebih sebelumnya yang dilakukan oleh
dari 30 tahun yang lalu. Beliau Arun dkk. pada tahun 2017
secara efektif meneliti bagaimana membuktikan bahwa eco-enzyme
mengolah sisa bahan dapur yang yang berasal dari kulit nanas 21
tidak berguna menjadi enzim yang (Ananas comosus) dan jeruk (Citrus
ramah lingkungan dan bermanfaat. aurantium.) telah terbukti memiliki
Eco-enzym merupakan enzim yang sifat antimikroba serta anti-inflamasi
dihasilkan dari proses fermentasi (Arun, C.; Sivashanmugam, P.
bahan-bahan alami, seperti protein 2017). Berdasarkan sifat antibakteri
tumbuhan, mineral, dan hormon. senyawa alam, limbah kulit jeruk
Fungsi dari eco-enzym yang telah manis berpotensi untuk dijadikan
dibuktikan manfaatnya, yaitu dapat pengawet alami karena mampu
membantu pertumbuhan tanaman menghambat beberapa mikroorgani-
organik, membersihkan saluran dan sme pembusuk dan patogen
air, mengurangi sampah, sebagai (Mehmood et al., 2015; Favela-
sabun pencuci piring, dan sebagai zat Hernández et al., 2016).
penghambat pertumbuhan mikroba/ Ketersediaan limbah kulit jeruk juga
antimikroba. melimpah dengan total produktivitas
mencapai 309.678 ton tiap tahunnya
Eco-enzyme yang berasal dari kulit (Kementrian Pertanian, 2010).
nanas (Ananas comosus) dan jeruk
(Citrus aurantium.) telah terbukti Oleh karena itu, kajian review ini
memiliki sifat antimikroba serta anti- diharapkan dapat memberikan
inflamasi(Arun, C.; Sivashanmugam, informasi mengenai pemanfaatan
P. 2017). Efek sinergis dari kedua eco-enzym dari limbah kulit jeruk
Eco-enzyme tersebut meningkatkan sebagai senyawa antibakteri sehingga
potensi aktivitas antimikroba mereka di masa yang akan datang dapat
dalam melawan berbagai macam dijadikan pertimbangan dan acuan
dalam pengembangan produk
fermentasi yang bersifat sebagai hasil fermentasi ekoenzim meliputi
antibakteri. pemeriksaan pendahuluan (warna,
bau) dan pH. Hasil pemeriksaan
pendahuluan terhadap eco-enzym
METODE menunjukkan bahwa larutan
Metode penelitian yang digunakan berwarna jingga kecoklatan, berbau
berupa studi literatur dari jurnal asam yang khas dan pH 3,81.
nasional dan internasional. Dengan Menurut literatur fermentasi eco-
metode ini dapat meringkas kondisi enzym berhasil jika terbentuk larutan
pemahaman terkini tentang topik berwarna jingga jernih kecoklatan,
terkait. Studi literatur mengangkat berbau seperti jeruk atau bau buah,
materi yang telah disajikan dan memiliki pH dibawah 4(Win,
sebelumnya dan meringkas materi 2011). Ketika proses fermentasi,
menjadi publikasi relevan, kemudian terbentuk gas mentana, karbon
hasil dibandingkan dan disajikan dioksida, berbagai asam organik baik
dalam bentuk artikel. yang mudah menguap maupun yang
tidak mudah menguap serta ozon
Penentuan jurnal yang dijadikan (Win, 2011). Eco-enzym mengan-
sebagai jurnal utama dilihat dari dung asam organik yaitu asam asetat
jurnal yang menampilkan hasil dan asam laktat. Hasil analisis
penelitian mengenai pemanfaatan
kualitatif secara reaksi kimia
eco-enzym dari limbah kulit buah, uji
aktivitas antimikroba dari kulit jeruk, menunjukkan bahwa larutan eco-
uji aktivitas antimikroba eco-enzym. enzym positif mengandung kedua
Sedangkan jurnal pendukung ialah asam organik tersebut. Hal ini
jurnal yang mendukung data-data diperkuat dengan pH larutan eco-
dari jurnal utama dan pustaka untuk enzym (3,81) yang mendekati pH
review artikel ini. Sumber studi asam asetat (4,2) asam laktat (3,86).
review yang digunakan berupa data
Hasil analisis kuantitatif secara
inklusi yang berasal dari 9 referensi
dari jurnal nasional maupun titrasi, menunjukkan bahwa
internasional. kandungan asam total didalam
larutan eco-enzym adalah 0.94-
0,00%v/v.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Penelitian ini bertujuan untuk Kulit buah telah menunjukkan
mengetahui potensi eco-enzym dalam aktivitas antimikroba terhadap
menghambat aktivitas bakteri berbagai mikroorganisme, termasuk
Staphylococcus aureus. Formula eco- Staphylococcus aureus. Setelah
enzym dibuat dengan memanfaatkan fermentasi, antibakteri sifat kulit
limbah kulit buah jeruk yang buah lebih ditingkatkan sebagai zat
dicampur dengan gula merah dan air organik terurai, menghasilkan
kemudian difermentasi selama 3 metabolit sekunder yang dikenal
bulan. Setelah itu dilakukan evaluasi sebagai senyawa bioaktif atau
fitokimia. Ekstraksi dari enzim, asam senyawa ini ialah dengan cara
organik, dan senyawa fenolik melalui mendenaturasi protein yang
proses fermentasi lebih dibandingkan menyebabkan terjadinya kerusakan
metode konvensional yang permeabilitas dinding sel bakteri
membutuhkan pelarut mahal, (Toudert, Djilani, & Djilani, 2009).
melibatkan kemungkinan degradasi
labil panas senyawa, dan melalui Dalam dilusi padat, bakteri uji
proses yang sulit untuk mendapatkan diinokulasi pada media NA yang
ekstrak kemurnian tinggi. Jadi, kulit mengandung eco-enzym dengan
buah yang difermentasi, yang dikenal variasi konsentrasi untuk
sebagai eco-enzym, bisa menjadi mendapatkan minimum konsentrasi
alternatif irigasi endodontik. yang dapat membunuh bakteri uji.
MBC adalah ditandai dengan tidak
Komponen fenolik pada kulit jeruk adanya koloni bakteri tumbuh pada
berkisar dari semipolar sampai polar. media padat. Hasil tes MBC
Komponen antimikroba pada kulit menunjukkan bahwa semua variasi
jeruk adalah minyak atsiri yang dalam konsentrasi eco-enzym
disusun oleh komponen decanal ditumbuhi dengan test bakteri,
(73,36%), octanal (78,12%) dan sehingga dapat disimpulkan bahwa
linalool (90,61%) dengan mampu eco-enzym hanya mampu
menghambat beberapa mikro- menghambat pertumbuhan bakteri
organisme. Kandungan senyawa Staphylococcus aureus tetapi tidak
fenolik total dan aktivitas antioksidan dapat menjadi bakterisida.
pada kulit jeruk dengan konsentrasi Tabel 2. MIC and MBC tset result of
10 mg/mL dan didapatkan total eco-enzyme.
phenolic content sebesar
2,656±55,46 mg GAE/100g dan
aktivitas antioksidan yang
dinyatakan dengan % inhibisi DPPH
sebesar 66,41±1,68% ditunjukkan
pada Tabel. Total senyawa fenolik
pada kulit jeruk berkisar 0,67-7,30
g/100g berat kering (Boudhrioua et
al., 2016). Uji antibakteri menggunakan metode
difusi bertujuan untuk mengetahui
efektivitas eco-enzym dalam
menghambat pertumbuhan bakteri
uji. Keefektifan hambatan meningkat
Senyawa flavonoid memiliki manfaat seiring dengan semakin besar zona
sebagai antibakteri karena hambat (clear zone) yang dihasilkan.
merupakan golongan terbesar dari Dalam tabel ditunjukkan bahwa
senyawa fenol. Mekanisme kerja dari efektivitas eco-enzym dalam meng-
hambat pertumbuhan bakteri sitoplasma dan menyebabkan
Staphylococcus aureus secara kebocoran badan sel. Di samping itu,
langsung sebanding dengan konsentrasi tinggi, zat ini mampu
peningkatan konsentrasi eco-enzym menggumpal dengan protein seluler
yang digunakan. Konsentrasi eco- dan sitoplasma membran yang
enzym yang paling optimal dalam akhirnya menyebabkan lisis.
menghambat S.aureus berdasarkan
uji lanjut Tukey (95% tingkat
kepercayaan) adalah eco-enzym
100% (v/v). Beberapa faktor yang
mempengaruhi aktivitas antibakteri
senyawa dalam eco-enzym adalah
jenis, asal, dan karakteristik limbah
yang digunakan (Neupane &
Khadka, 2019; Rasit & Mohammad,
2018) dan panjang waktu fermentasi
(Mavani et al., 2020).
Berikut ini hasil dari potensi KESIMPULAN
antibakteri untuk menghambat Eco-enzyme dari kulit jeruk yang
Pertumbuhan S.aureus memiliki dihasilkan dari penelitian ini
kecenderungan yang sama dengan memiliki kandungan senyawa fenolik
Surtina et al., (2020) yang yang mampu menghambat
menyatakan bahwa semakin besar pertumbuhan bakteri. Konsentrasi
konsentrasi senyawa bioaktif yang paling efektif untuk menghambat
digunakan lebih menghambat S.aureus adalah eco-enzym 100%
bakteri. Senyawa yang menekan (v/v). Efektivitas eco-enzym dalam
pertumbuhan bakteri adalah tanin, menghambat pertumbuhan bakteri
salah satunya dari bahan kimia Staphylococcus aureus secara
fenolik. Berdasarkan Nurliana & langsung sebanding dengan
Musta, (2019) membuktikan bahwa peningkatan konsentrasi eco-enzym
mekanisme penghambatan bahan yang digunakan. Selain itu, hasil tes
kimia ini membentuk interaksi yang MBC menunjukkan bahwa semua
menghasilkan kompleks protein- variasi dalam konsentrasi eco-enzym
fenolik, bahan kimia non-spesifik ditumbuhi dengan test bakteri. Hal
hubungan. Kekuatan penghambatan ini dapat disimpulkan bahwa eco-
berhubungan dengan konsentrasi enzym hanya mampu menghambat
kandungan fenolik. Rendah pertumbuhan bakteri Staphylococcus
konsentrasi tanin membentuk aureus tetapi tidak dapat menjadi
protein-fenol kompleks dengan bakterisida.
ikatan lemah sehingga segera terurai
kemudian merusak membran
DAFTAR PUSTAKA Pineapple Peel (Ananas
comosus) Eco-enzyme Against
Arun, C., & Sivashanmugam, P. Acne Bacteria (Staphylococcus
(2015). Solubilization of Waste aureus and Prapionibacterium
Activated Sludge Using a acnes. Indonesian Journal of
Garbage Enzyme Produced Chemical Research. 9(3): 201 –
From Different Pre-consumer 207.
Organic Waste. Journal of Royal
Society of Chemistry, 5, 51421- Rosita, Ardhia Deasy. 2019.
51427. Aktivitas Antioksidan dan
Antibakteri Ekstrak Kulit Jeruk
Gunwantrao, B.B.; Bhausaheb, S.K.; Sebagai Pengawet Pangan.
Ramrao, B.S.; Subhash, K.S.
Jurnal Teknologi Industri dan
Antimicrobial activity and
phytochemical analysis of Pangan. 30(1): 83-90.
orange (Citrus aurantiumL.) and
pineapple (Ananas comosus (L.) Surtina, S., Sari, R. P., Zulita, Z.,
Merr.) peel extract. Ann. Rani, R., Roanisca, O., &
Phytomed. 2016, 5, 156–160. Mahardika, R. G. (2020).
Potensi Antibakteri Ekstrak
Komansilan, J. G., Mintjelungan, C.
Daging Buah Kelubi (Eleiodoxa
N., & Waworuntu, O. (2015).
Daya Hambat Ekstrak Kulit conferta) Bangka Belitung
Manggis (Garcia mangostana L Menggunakan Microwave-
.) Terhadap Streptococcus Assisted Extraction (MAE).
mutans. Jurnal E-GiGi, 3(2), Indonesian Journal of Chemical
309–316. Research. 7(2):177–182.

Kumar M.H.A. et al. (2020).


Warella, Juen Carla., A. D. Widodo,
Antimicrobial Efficacy of Fruit
Peels Eco-Enzyme against R. J. Setiabudi, R. I.
Enterococcus faecalis: An In Roestamadji, M. Rochmanti, P.
Vitro Study. International Lestari. 2020. Antimicrobial
Journal of Environmental Potential Activity of Extract
Research and Public Health. Selaginella plana (Desv. Ex
3(2): 85 – 92.
Poir.) Hieron against the Growth
of Staphylococcus aureus ATCC
Neupane, K., & Khadka, R. (2019).
25922 and Methicillin-
Production of Garbage Enzyme
Resistance Staphylococcus
from Different Fruit and
aureus (MRSA). Journal
Vegetable Wastes and
International Medical
Evaluation of Its Enzymatic and
Conference. 2(1): 245-253.
Antimicrobial Efficacy. TUJM,
6(1), 113–118.

Ningrum, R. S., R. A. Hadi. 2022.


Antibacterial Activity of

Anda mungkin juga menyukai