01 Februari 2023
P-ISSN 2579-9665 | e-ISSN 2579-9673 https://jurnal.stitradenwijaya.ac.id/index.php/pgr/index
Tamyizul Ibad
STIT Raden Wijaya, Mojokerto
Email: tamyizulibad@stitradenwijaya.ac.id
Abstract: Total Quality Management (TQM) is a management concept aimed at improving the
quality of products or services through increased operational efficiency and effectiveness. Currently,
the implementation of TQM is not limited to the business world but has also been applied in the
education sector, including in Islamic religious colleges. The focus of this research is the
implementation of TQM in the context of the Raden Wijaya Mojokerto College of Islamic
Education (STIT) with the aim of realizing Good University Governance (GUG) and Best
Practices. This study employs a literature review method to analyze literature related to TQM,
GUG, and best practices in the context of higher education. Findings from the literature are
integrated to provide a comprehensive insight into how TQM can be effectively implemented to
achieve GUG and Best Practice goals in this educational institution. This research is expected to
contribute to the improvement of the quality of higher education by implementing TQM as a holistic
management approach. The implementation of TQM at STIT Raden Wijaya Mojokerto is
expected to result in a competitive advantage, meet the needs of internal and external stakeholders,
and foster a sustainable culture of quality.
Keywords: Total Quality Management, Good University Governance, Best Practice
Pendahuluan
Istilah Total Quality Management (TQM) atau dengan terjemahannya dalam Bahasa
Indonesia “Manajemen Mutu Terpadu”, merupakan konsep yang mengutamakan
kualitas/mutu. TQM merupakan suatu konsep perbaikan yang dilaksanakan secara terus-
menerus (continues performance improvement), yang melibatkan seluruh elemen pada setiap
tingkatan organisasi dalam rangka untuk mencapai kualitas yang terbaik pada seluruh aspek
organisasi melalui proses manajemen.1
Saat ini TQM tidak hanya diterapkan dalam dunia bisnis atau industri, tetapi telah
diterapkan juga di dunia pedidikan, termasuk di perguruan tinggi keagamaan Islam. Dalam upaya
peningkatan dan perbaikan mutu di perguruan tinggi, saat ini TQM merupakan pendekatan yang
paling tepat. TQM merupakan kegiatan pemikiran (sikap, ide/gagasan) dan kegiatan praktis
(metode, prosedur, teknik) yang mendorong perbaikan komponen-komponen perguruan tinggi
secara sistematis dan berkesinambungan.2 Sebagai suatu pendekatan, TQM mengupayakan agar
semua komponen perguruan tinggi, mulai dari input, proses dan output memiliki standar mutu
yang tinggi dan bahkan dapat dikatakan memiliki keunggulan yang tentunya berorientasi pada
kepuasan pelanggan atau “customer satisfaction oriented”.
Dengan kata lain, penerapan TQM di perguruan tinggi adalah cara mengelola perguruan
tinggi berdasarkan filosofi bahwa meningkatkan mutu harus diadakan dan dilakukan oleh semua
unsur atau komponen perguruan tinggi secara terpadu, sistematis, dan berkesinambungan
sehingga sebagai “produsen jasa/layanan” perguruan tinggi dapat memenuhi dan bahkan
melebihi kebutuhan para stakeholder baik pada masa kini maupun pada masa yang akan datang.3
Para stakeholder internal perguruan tinggi terdiri dari dosen, pustakawan, laboran, teknisi,
tenaga administrasi dan pegawai lainnya. Sedangkan stakeholder eksternal terdiri atas 1)
stakeholder primer yaitu mahasiswa; 2) stakeholder sekunder yaitu wali mahasiswa, pemerintah
dan masyarakat); dan 3) stakeholder tersier yaitu pemakai/penerima lulusan baik di perguruan
tinggi maupun di dunia usaha/kerja.
Dalam upaya meningkatkan kualitas pendidikan tinggi diperlukan adanya benchmarking.
Benchmarking merupakan suatu proses dimana pendidikan tinggi mengukur dan
membandingkan kinerjanya dengan aktivitas atau kegiatan serupa dari pendidikan tinggi lain
yang sejenis yang dinilai lebih baik secara internal maupun eksternal, sehingga pendidikan tinggi
itu memperoleh gambaran yang mendalam serta inspirasi terkait dengan good university
governance dan the best practice untuk mencapai tujuan yang diinginkan.
Dengan menetapkan benchmarking lembaga pendidikan itu akan melakukan quality
assurance (penjaminan mutu). Quality assurance itu harus diterapkan dalam berbagai aspek dan
berbagai komponen pendidikan tinggi.4 Misalnya, quality assurance dalam pembelajaran, sarana
prasarana, pendidik/tenaga kependidikan, kurikulum, lulusan, keuangan, penelitian, pengabdian
1
Aprina Chintya, “Peningkatan Kualitas Pendidikan Di Perguruan Tinggi Melalui Total Quality Management
(Tqm) Dalam Menyongsong Masyarakat Ekonomi Asean (MEA),” Ri’ayah: Jurnal Sosial dan Keagamaan 1, no. 01
(2016).
2 Nur Rahmi Sonia, “Total Quality Management Dalam Lembaga Perguruan Tinggi,” Southeast Asian Journal of
kepada masyarakat, dan lain sebagainya. Apabila seluruh aspek dan komponen pendidikan tinggi
tersebut sudah dijamin mutunya, maka lembaga pendidikan tinggi itu telah mencapai total quality
management. Dan total quality management yang dipertahankan terus menerus akan
membentuk quality culture (budaya mutu).
Sekolah Tinggi Ilmu Tarbiyah (STIT) Raden Wijaya Mojokerto merupakan salah satu
Perguruan Tinggi Keagamaan Islam yang terletak di Kota Mojokerto Jawa Timur yang didirikan
pada tahun 1982. STIT Raden Wijaya Mojokerto semula adalah Fakultas Tarbiyah Universitas
Raden Wijaya Mojokerto yang mengalami penurunan status, dari status universitas menjadi
sekolah tinggi karena universitas tidak lagi memenuhi persyaratan jumlah fakultas dan jumlah
program studi.
Dalam upaya meningkatkan kualitas di STIT Raden Wijaya Mojokerto perlu adanya
sebuah perencanaan yang matang, sistematis, menyeluruh dan berkesinambungan. Perencanaan
ini akan dipakai sebagai pedoman penyelenggaraan tri dharma perguruan tinggi dan kegiatan
manajerial lainnya di STIT Raden Wijaya Mojokerto.
Metode Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mendalami konsep dan implementasi Total Quality
Management (TQM) dalam konteks Mewujudkan Good University Governance (GUG) dan
Best Practice di Sekolah Tinggi Ilmu Tarbiyah Raden Wijaya Mojokerto. Metode penelitian yang
dipilih adalah studi pustaka, yang akan melibatkan analisis mendalam terhadap literatur-literatur
yang relevan dengan TQM, GUG, dan Best Practice dalam konteks pendidikan tinggi.
Langkah pertama dalam metode ini adalah melakukan pencarian secara menyeluruh
terhadap berbagai sumber literatur, termasuk buku, artikel jurnal, dan publikasi ilmiah terkait
dengan TQM, GUG, dan praktik terbaik dalam konteks pendidikan tinggi. Analisis kritis akan
dilakukan terhadap setiap sumber untuk memahami konsep, prinsip, dan penerapan TQM
dalam mencapai GUG dan Best Practice. Selain itu, penelitian ini juga akan mengeksplorasi studi
kasus atau hasil penelitian terdahulu yang melibatkan implementasi TQM dalam lembaga
pendidikan tinggi serupa. Analisis perbandingan akan dilakukan untuk mengevaluasi kesuksesan
atau kendala yang mungkin muncul dalam proses implementasi TQM di konteks pendidikan
tinggi.
Hasil dari studi pustaka ini akan membentuk landasan teoritis yang kuat untuk
pemahaman konsep TQM, GUG, dan Best Practice dalam konteks Sekolah Tinggi Ilmu
Tarbiyah Raden Wijaya Mojokerto. Temuan-temuan dari literatur akan diintegrasikan untuk
memberikan pandangan komprehensif dan mendalam tentang bagaimana TQM dapat
diimplementasikan secara efektif untuk mencapai tujuan GUG dan Best Practice di lembaga
pendidikan ini.
5Mia Sari, “Pengembangan Manajemen Sumber Daya Manusia Dalam Meningkatkan Mutu Lembaga Pendidikan
Berbasis Total Quality Management,” Jurnal Syntax Fusion 1, no. 08 (2021).
Penerapan nilai-nilai TQM sangat penting dalam mewujudkan Good University Governance
dan Best Practice di STIT Raden Wijaya Mojokerto. Berikut adalah beberapa urgensi nilai-nilai
TQM dalam konteks tersebut:
1. Fokus pada kepuasan pelanggan: Nilai-nilai TQM menempatkan kepuasan pelanggan
sebagai prioritas utama dalam operasional perusahaan. Di STIT Raden Wijaya, hal ini dapat
diartikan sebagai memastikan kepuasan mahasiswa dan stakeholder lainnya, seperti dosen
dan karyawan. Dengan memprioritaskan kepuasan pelanggan, STIT Raden Wijaya dapat
membangun citra yang baik dan meningkatkan loyalitas pelanggan.
2. Peningkatan kinerja: TQM menekankan pentingnya pengukuran dan evaluasi kinerja secara
terus-menerus. Hal ini dapat membantu STIT Raden Wijaya mengidentifikasi kelemahan
dan potensi perbaikan dalam sistem dan proses yang ada. Dengan memperbaiki kinerja
secara terus-menerus, STIT Raden Wijaya dapat mempertahankan standar kualitas yang
tinggi dan terus beradaptasi dengan perubahan yang terjadi.
3. Keterlibatan karyawan: TQM juga menempatkan pentingnya keterlibatan karyawan dalam
operasional perusahaan. Di STIT Raden Wijaya, karyawan termasuk dosen dan staf.
Dengan melibatkan karyawan dalam perencanaan, implementasi, dan evaluasi kebijakan dan
prosedur, STIT Raden Wijaya dapat meningkatkan efisiensi dan efektivitas operasional serta
membangun budaya kerja yang solid.
4. Budaya inovasi: TQM mendorong perusahaan untuk terus berinovasi dan beradaptasi
dengan perubahan. Di STIT Raden Wijaya, hal ini dapat diterapkan dalam pengembangan
program studi, penggunaan teknologi informasi, dan lain sebagainya. Dengan budaya
inovasi yang kuat, STIT Raden Wijaya dapat menjadi institusi pendidikan yang selalu
mengikuti perkembangan zaman dan memenuhi kebutuhan masyarakat.
5. Tanggung jawab sosial: TQM juga mengajarkan pentingnya tanggung jawab sosial
perusahaan terhadap masyarakat dan lingkungan sekitar. Di STIT Raden Wijaya, hal ini
dapat diterapkan dalam bentuk kegiatan sosial dan lingkungan yang dilakukan oleh
mahasiswa dan karyawan. Dengan tanggung jawab sosial yang kuat, STIT Raden Wijaya
dapat membangun hubungan yang baik dengan masyarakat dan memberikan dampak
positif bagi lingkungan sekitar.
Dengan menerapkan nilai-nilai TQM, STIT Raden Wijaya dapat meningkatkan kualitas
pendidikan dan layanan yang diberikan kepada mahasiswa dan stakeholder lainnya. Hal ini dapat
membantu STIT Raden Wijaya dalam mewujudkan Good University Governance dan Best Practice.
Good University Governance mencakup prinsip-prinsip tata kelola perguruan tinggi yang baik,
seperti transparansi, akuntabilitas, partisipasi, dan keadilan. Dengan menerapkan nilai-nilai
TQM, STIT Raden Wijaya dapat meningkatkan transparansi dalam pengelolaan perguruan
tinggi, seperti pengelolaan keuangan dan akademik. STIT Raden Wijaya juga dapat
meningkatkan akuntabilitas melalui pengukuran dan evaluasi kinerja yang terus-menerus.
Secara keseluruhan, penerapan nilai-nilai TQM sangat penting dalam mewujudkan Good
University Governance dan Best Practice di STIT Raden Wijaya Mojokerto. Dengan memprioritaskan
kepuasan pelanggan, meningkatkan kinerja, melibatkan karyawan, membangun budaya inovasi,
dan memiliki tanggung jawab sosial, STIT Raden Wijaya dapat menjadi institusi pendidikan yang
berkualitas dan mampu memenuhi kebutuhan masyarakat.
Urgensi Nilai-Nilai TQM : Mewujudkan Good University Governance dan Best Practice di STIT Raden
Wijaya Mojokerto
Penerapan nilai-nilai Total Quality Management (TQM) sangat penting dalam
mewujudkan Good University Governance dan Best Practice di STIT Raden Wijaya Mojokerto.
TQM adalah sebuah pendekatan manajemen yang fokus pada kualitas produk dan layanan yang
dihasilkan dengan memprioritaskan kepuasan pelanggan.
6Dina Agustina, “Penerapan Analisis Swot Dan Manajemen Mutu Terpadu (Tqm) Dalam Penetapan Strategi
Pemasaran Toserba,” Jurnal ekonologi 3, no. 1 (2016).
akademik.7 Yang perlu diperhatikan adalah aturan yang dibuat tidak dimaksudkan untuk
mengekang kebebasan stakeholders untuk berekspresi, melainkan untuk menjaga
keberlangsungan pelaksanaan fungsi-fungsi manajemen perguruan tinggi dengan seoptimal
mungkin.
4. Transparansi
Transparansi atau keterbukaan merupakan sebuah prasyarat dasar untuk menunjang
adanya partisipasi dan menjaga akuntabilitas institusi. Proses partisipasi memerlukan
ketersediaan informasi yang memadai dan kemudahan bagi seluruh stakeholders dalam
mengakses informasi tersebut. Selain itu, transparansi memungkinkan seluruh stakeholders
untuk dapat mengawasi dan mengevaluasi kinerja institusi. Dalam hal anggaran atau
keuangan, transparansi ini menjadi sangat penting, mengingat arus perputaran uang dalam
institusi perguruan tinggi menjadi lebih besar dan kompleks. Akan tetapi, transparasi ini
hendaknya tidak hanya dalam hal anggaran, melainkan seluruh dinamika yang terjadi dalam
dinamika penyelenggaraan perguruan tinggi.
5. Responsivitas
Sifat responsif ini dapat di bagi dalam dua konteks. Pertama, pihak badan
penyelenggara STIT Raden Wijaya Mojokerto harus mampu menangkap isu-isu dan
permasalahan-permasalahan yang terjadi dalam dinamika penyelenggaraan perguruan tinggi
tersebut. Mereka harus mampu merespon harapan-harapan stakeholders dan menyikapi
permasalahan yang terjadi. Yang kedua, dalam konteks yang lebih luas, STIT Raden Wijaya
Mojokerto secara institusi harus mampu bersikap responsif terhadap permasalahan yang
terjadi di lingkungan sekitarnya dan mampu bertindak atau berpartisipasi untuk
menyikapinya. Karena pada dasarnya, pendidikan tinggi harus mampu responsif untuk
menyikapi permasalahan-permasalahan bangsa dan selalu berusaha untuk memenuhi
harapan-harapan dan amanat yang diembannya dari masyarakat.
6. Orientasi Pada Konsensus
Proses pengambilan segala keputusan atau kebijakan dalam penyelenggaraan STIT
Raden Wijaya Mojokerto hendaknya mengutamakan konsensus atau kesepakatan dari
stakeholders.
7. Persamaan Derajat dan Inklusivitas
Seluruh prinsip-prinsip tadi hanya mungkin terwujud apabila ada satu kesepahaman
mengenai persamaan derajat (equity) setiap entitas stakeholders. Artinya, paradigma yang
dipakai bukanlah hierarchis atau ada satu kelompok yang derajatnya lebih tinggi dibanding
kelompok lain. Sebaliknya, paradigma yang dipakai adalah persamaan derajat dan adanya
pemahaman bersama bahwa perbedaan antar stakeholders sebenarnya terletak pada
peranan, tanggung jawab, dan amanat yang diemban. Dengan begitu akan tercipta rasa
saling menghargai dan menghormati antar stakeholders, mengingat penyelenggaraan STIT
Raden Wijaya Mojokerto tidak akan berjalan dengan baik apabila salah satu dari peran
masing-masing stakeholders tidak berfungsi. Selain itu, perlu dihilangkan kesan eksklusif,
terutama dari badan penyelenggara dan pimpinan STIT Raden Wijaya Mojokerto sebagai
pihak yang diserahi amanat dan kewenangan untuk memimpin dan me-manage
penyelenggaraan STIT Raden Wijaya Mojokerto, agar tercipta rasa kepemilikan dan
komitmen yang besar dari semua stakeholders dan menciptakan pola hubungan yang baik
antar stakeholders.
8. Efektifitas dan Efisiensi
Output dari seluruh proses penyelenggaraan atau program-program yang digariskan
harus tepat sasaran (efektif) atau sesuai dengan kebutuhan dan harapan stakeholders. Yang
terutama adalah efektif dalam menunjang fungsi-fungsi pendidikan, khususnya dalam hal
7
Imam Wahyudi et al., “Budaya Organisasi Dan Sistem Pengendalian Manajemen Pada Perguruan Tinggi,”
Jabilah : Journal of Social Community 6, no. 2 (2021).
peningkatan mutu akademik dan riset. Selain itu, penyelenggaraan STIT Raden Wijaya
Mojokerto juga harus efisien dalam pemanfaatan sumber daya untuk melakukannya.
9. Akuntabilitas
Institusi STIT Raden Wijaya Mojokerto harus mampu mempertanggungjawabkan
seluruh rangkaian proses penyelenggaraan STIT Raden Wijaya Mojokerto terhadap seluruh
stakeholders, baik internal maupun eksternal. Pertanggungjawaban ini dapat dilakukan
secara rutin dengan jangka waktu tertentu. Misalnya, dalam hal anggaran setiap tahun perlu
dilakukan proses audit, baik audit internal maupun audit eksternal yang dilakukan oleh
akuntan publik. Hasil audit maupun laporan pertanggungjawaban lain harus dengan mudah
dapat diakses oleh seluruh stakeholders. Selain itu, untuk mendukung akuntabilitas ini,
prinsip transparansi juga harus diterapkan dengan benar.
Setiap organisasi, baik organisasi sosial, keagamaan, pemerintahan, dan bakan organisasi
pendidikan, termasuk organisasi pendidikan tinggi harus dikelola secara baik. Pengelolaan yang
baik ini akan melahirkan citra yang baik pula sehingga sebuah organisasi akan dicintai dan
dinantikan kehadirannya oleh masyarakat.8 Melalui gagasan good university governance, maka
STIT Raden Wijaya Mojokerto diharapkan menerapkan tata kelola yang baik, jelas, dan
mengedepankan profesionalitas, efektivitas, efisiensi, akuntabilitas, dan transparansi. Dengan
good university governance STIT Raden Wijaya Mojokerto diharapkan akan menjadi perguruan
tinggi yang dicintai masyarakat. Sehingga masyarakat akan memilih STIT Raden Wijaya
Mojokerto bagi pendidikan putra-putrinya. Dengan good university governance di STIT Raden
Wijaya akan tercipta iklim kerja yang kondusif dan pola komunikasi juga akan semakin efektif,
baik antara pimpinan, dosen, mahasiswa, dan civitas akademik lainnya
Best Practice
Pelayanan yang terbaik (Best Practice) merupakan keberhasilan yang dialami dan diakui
oleh pihak yang berkepentingan dalam melaksanakan tugas penyelenggaraan dan pengelolaan
pendidikan.9 Best practice merupakan tekad yang ingin diwujudkan oleh STIT Raden Wijaya
Mojokerto. Melalui gagasan best practice, maka diharapkan eksistensi STIT Raden Wijaya
Mojokerto semakin meningkat baik dari sisi kualitas maupun kuantitas. Best practice ini tentu
tidak hanya slogan yang dimiliki pimpinan perguruan tinggi, tetapi best practice ini dimiliki oleh
seluruh jajaran struktural dan fungsional mulai dari pimpinan, dosen, staf administrasi,
pustakawan, laboran, teknisi, satpam, dan pegawai lainnya. Pelayanan yang terbaik harus
dilakukan dalam hal pembelajaran oleh dosen, administrasi, konsultasi, bimbingan, dan hal-hal
lain terkait dengan pemenuhan hak dan kewajiban mahasiswa. Pelayanan yang terbaik juga harus
dilakukan terkait dengan pemenuhan hak dan kewajiban dosen. Pelayanan yang terbaik harus
dilakukan dalam hal pemenuhan hak dan kewajiban unsur pelaksana akademik, unsur penunjang
akademik, unsur pelaksana teknis dan pegawai lainnya.
Implementasi best practice di STIT Raden Wijaya Mojokerto mempersyaratkan
beberapa hal yaitu:
1. Adanya SDM yang profesional dan kompeten di bidangnya masing-masing.
2. Adanya SDM yang memiliki loyalitas, komitmen dan integritas yang tinggi dalam
menjalankan tugas pokok dan fungsinya masing-masing.
3. Adanya good university governance yang meliputi distribusi job dan kewenangan, serta tata
kelola yang jelas dalam jajaran jabatan struktural dan fungsional.
4. Adanya budaya disiplin, budaya kerja keras, budaya bersih, budaya jujur, budaya tepat
waktu, budaya adil, dan lain sebagainya yang terwujud dalam perilaku organisasi dari SDM
STIT Raden Wijaya Mojokerto.
8 Dadan F Ramdhan and Hariman Surya Siregar, “Manajemen Mutu Perguruan Tinggi Keagamaan Islam Swasta
(PTKIS),” Jurnal Perspektif 3, no. 1 (2019).
9 D S Kodrat, “Manajemen Pendidikan Tinggi Yang Entrepreneurial,” Anthology Entrepreneurship (2021).
Implementasi dan Internalisasi Good University Governance dan Best Practice di STIT Raden Wijaya
Mojokerto
Upaya awal pencapaian Good University Governance dan The Best Practice
memerlukan internalisasi pada semua jajaran organisasi STIT Raden Wijaya Mojokerto, mulai
dari unsur badan penyelenggara, pimpinan, pelaksana akademik, penunjang, dan pelakasana
teknis. Dalam hal ini pimpinan STIT Raden Wijaya Mojokerto perlu mengambil langkah-
langkah taktis-strategis secara berkelanjutan, yaitu :
1. Mempresentasikan gagasan Good University Governance dan The Best Practice di hadapan
badan penyelenggara STIT Raden Wijaya Mojokerto untuk mendapatkan dukungan dan
persetujuan.
2. Mengadakan rapat kerja pimpinan STIT Raden Wijaya Mojokerto dengan agenda
dimaksud.
3. Mengadakan rapat koordinasi dengan unsur pelaksana akademik, unsur penunjang, dan
pelaksana teknis dengan agenda dimaksud.
4. Mengadakan sosialisasi dengan dosen-dosen dalam rapat dosen lengkap.
5. Mengadakan sosialisasi dengan organisasi kemahasiswaan.
6. Mengadakan sosialisasi dengan wali mahasiswa.
7. Mengadakan sosialisasi dengan alumni.
8. Mengadakan sosialisasi dengan stakeholder dan masyarakat secara umum.
9. Menerbitkan surat keputusan tentang pedoman akademik penyelenggaraan pendidikan,
surat keputusan tentang kebijakan mutu, standar mutu, manual mutu, dan standar
operasional prosedur (SOP) layanan akademik dan non akademik, rencana strategis,
(renstra), rencana operasional (renop), rencana kerja dan anggaran tahunan (RKAT), dan
menetapkan rincian biaya perkuliahan yang dibebankan kepada mahasiswa untuk setiap
tahun akademik,.
10. Dalam setiap ruangan perguruan tinggi, baik di ruangan pimpinan, ruangan pelaksana
akademik, ruangan administrasi, tenaga teknis, perpustakaan, laboratorium, dan sekretariat
organisasi kemahasiswaan harus ada jargon yang berisi tulisan “pelayanan terbaik adalah
tujuan kami”.
5. Memberikan pembinaan bagi pimpinan, dosen dan pegawai yang tidak mampu memenuhi
target standar kinerja yang telah ditetapkan.
6. Memberikan sanksi kepada pimpinan, dosen dan pegawai yang masih tetap gagal dalam
memenuhi target standar kinerja yang telah ditetapkan setelah dilakukan pembinaan.
Kesimpulan
Implementasi Total Quality Management (TQM) memiliki peran penting dalam mewujudkan
Good University Governance dan Best Practice di Sekolah Tinggi Ilmu Tarbiyah (STIT) Raden Wijaya
Mojokerto. TQM adalah sebuah pendekatan manajemen yang memprioritaskan kepuasan pelanggan
dengan fokus pada kualitas produk dan layanan yang dihasilkan. Dalam konteks pendidikan, mahasiswa
dapat dianggap sebagai pelanggan dan penerapan nilai-nilai TQM dapat membantu meningkatkan
kualitas pendidikan yang diberikan oleh STIT Raden Wijaya Mojokerto.
Penerapan TQM juga dapat membantu meningkatkan efisiensi dan efektivitas dalam
operasional universitas, sehingga dapat menghemat waktu dan biaya dalam pengelolaan
universitas. Selain itu, nilai-nilai TQM juga menekankan pentingnya partisipasi dan keterlibatan
karyawan dalam proses manajemen. Dengan memberikan kesempatan kepada karyawan untuk
berkontribusi dalam pengambilan keputusan dan perbaikan proses operasional, STIT Raden
Wijaya Mojokerto dapat meningkatkan motivasi dan keterlibatan karyawan dalam
mengembangkan universitas.
Dengan menerapkan TQM, STIT Raden Wijaya Mojokerto dapat mencapai Good
University Governance dan Best Practice dalam manajemen universitas. Hal ini dapat
meningkatkan kualitas pendidikan, meningkatkan kepuasan pelanggan, meningkatkan efisiensi
dan efektivitas, serta meningkatkan partisipasi dan keterlibatan karyawan baik dosen maupun
tennaga kependidikan.
DAFTAR PUSTAKA
Abdullah, M., & Osman, K. Scientific inventive thinking skills among primary students in
Brunei. Procedia-Social and Behavioral Sciences, 7. 2010. Hal. 294-301.
Agustina, Dina. “Penerapan Analisis Swot Dan Manajemen Mutu Terpadu (Tqm) Dalam
Penetapan Strategi Pemasaran Toserba.” Jurnal ekonologi 3, no. 1 (2016).
Chintya, Aprina. “Peningkatan Kualitas Pendidikan Di Perguruan Tinggi Melalui Total Quality
Management (TQM) Dalam Menyongsong Masyarakat Ekonomi Asean (MEA).” Ri’ayah:
Jurnal Sosial dan Keagamaan 1, no. 01 (2016).
Khoiri, Nur. “Peningkatan Mutu Pendidikan Di Perguruan Tinggi Melalui Implementasi Total
Quality Management (TQM).” Jurnal Intelegensia 04, no. 1 (2016).
Kodrat, D S. “Manajemen Pendidikan Tinggi Yang Entrepreneurial.” Anthology Entrepreneurship
(2021).
Muslim, Moh., and Sururin Sururin. “Total Quality Management (Tqm) Di Perguruan Tinggi.”
ESENSI: Jurnal Manajemen Bisnis 21, no. 2 (2018).
Ramdhan, Dadan F, and Hariman Surya Siregar. “Manajemen Mutu Perguruan Tinggi
Keagamaan Islam Swasta (PTKIS).” Jurnal Perspektif 3, no. 1 (2019).
Sari, Mia. “Pengembangan Manajemen Sumber Daya Manusia Dalam Meningkatkan Mutu
Lembaga Pendidikan Berbasis Total Quality Management.” Jurnal Syntax Fusion 1, no. 08
(2021).
Sonia, Nur Rahmi. “Total Quality Management Dalam Lembaga Perguruan Tinggi.” Southeast
Asian Journal of Islamic Education Management 2, no. 1 (2021).
Wahyudi, Imam, Mohammad Nizarul Alim, Evi Malia, and Ika Oktaviana Dewi. “Budaya
Organisasi Dan Sistem Pengendalian Manajemen Pada Perguruan Tinggi.” Jabilah : Journal
of Social Community 6, no. 2 (2021).