Anda di halaman 1dari 8

1. Apa yang memotivasi Anda menjadi Guru Penggerak?

a. Apa yg memotivasi anda menjadi guru penggerak? Apa yg dilakukan untuk mewujudkan nya
Motivasi saya menjadi guru penggerak yang paling utama adalah diri saya sendiri. Karna saya
adalah seorang guru yang akan di gugu dan di tiru, menjadi role model bagi peserta didik, sesama
guru bahkan masyarakat. Profesi inilah yang sangat melekat serta harus menjadikan sumber
kebermanfaatan sampai kemaslahatan dunia akhirat. Maka dari itu untuk mewujudkannya, saya
mengikuti Program Calon Guru Penggerak angkatan 11. Karna untuk memberikan dampak besar yang
positif perlu dengan cara meningkatkan kualitas diri.
Melalui Program Calon Guru Penggerak Saya dapat meningkatkan skill kepemimpinan yang
Saya miliki, berkontribusi dalam meningkatkan kualitas pendidikan yang ada di Indonesia terutama di
Sekolah SMK Swasta yang merupakan tempat Saya mengabdi. Oleh karena itu dengan mengikuti
program ini, saya bersama Guru penggerak lainya bisa bekerjasama membangun inovasi baru yang
bisa bermanfaat bagi pendidikan dan memberikan solusi terhadap permasalah yang sedang dihadapi
agar pendidikan Indonesia lebih maju.
Dari motivasi yang Saya dapatkan, untuk mewujudkannya Saya akan terus mengembangkan
diri dengan mengikuti program pengembangan profesional, menghadiri lokakarya, seminar dan
pelatihan untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilan Saya dalam bidang pendidikan. Saya
akan aktif berkolaborasi dengan pendidik lainnya, baik di dalam maupun di luar sekolah untuk
berbagai ide, sumber daya, dan praktik terbaik. Saya akan berpartisipasi dalam komunitas
pembelajaran profesiona untuk memperluas wawasan dan pengalaman.
Saya akan berusaha menerapkan praktik pengajaran inovatif di kelas, mencoba metode
mengajar yang baru, memanfaatkan teknologi dan menciptakan pengalaman belajar yang menarik
dan bermakna bagi siswa. Saya akan aktif terlibat dalam berbagai inisiatif pendidikan, memberikan
kontribusi dalam pengembangan kurikulum dan membantu memberikan panduan serta dukungan
kepada rekan-rekan pendidik lainnya.
Saya akan meningkatkan kompetensi belajar Peserta Didik dengan melaksanakan pendidikan
yang berpusat pada siswa dengan menjadi guru kreatif dan inovatif di Era Digital. Aktif melakukan
perubahan – perubahan dalam berinovasi dan berani mengambil resiko, bangun ruang kolaborasi
dengan teman – teman guru/ rekan sejawat yang lain, perbanyak berdikusi dan merefleksi diri agar
kita mampu berinovasi. Kreatif dalam membuat metode pengajaran yang menarik dan tidak
monoton, mengikuti perkembangannya zaman dengan melek IT, sehingga murid akan menjadi lebih
nyaman dalam proses belajar. Memiliki rasa kepercayaan diri, kesabaran, dan dedikasi yang tinggi
dalam mengajar.
Saya berharap setelah mengikuti Program Guru Penggerak, Saya bisa meningkatkan
kompetensi yang dimiliki oleh siswa. Maka dari itu ketika saya terpilih menjadi guru penggerak, saya
bisa menjadi pemimpin pembelajaran yang mempunyai tugas untuk mendorong tumbuh kembang
siswa secara holistik demi meningkatkan kompetensinya.
Saya ingin turut berperan aktif dalam meningkatkan semangat rekan-rekan sesama guru
lainnya ditempat Saya bekerja maupun diluar agar lebih semangat dalam mengajar dan
mengembangkan kualitas pembelajarannya. Untuk menyelesaikan permasalahan pendidikan yang
ada di Indonesia sangatlah banyak sehingga bukan hanya pemerintah saja yang bertanggung jawab
untuk menyelesaikan masalah ini, melainkan kita semua yang menjadi bagian dari dunia pendidikan
harus ikut serta dalam menyelesaikannya.

b. Apa kelebihan yg mendukung peran anda sbg guru penggerak? Jelaskan alasan dan contoh
Kelebihan yang mendukung peran Saya sebagai Guru Penggerak adalah Saya dapat
membentuk suatu perubahan dinamika belajar Peserta Didik dengan menerapkan metode
pembelajaran yang bersifat menyenangkan serta berpusat kepada siswa atau kalau sekarang ini
disebut dengan merdeka belajar.
Bukan hanya itu, Saya juga mempunyai alasan lain, yakni dengan menjadi Guru Penggerak
Saya pasti mencoba untuk menelusuri lebih lanjut mengenai filosofi pendidikan yang diajarkan oleh
Ki Hajar Dewantara. Bapak Pendidikan Indonesia itu, mengajarkan kepada kita bagaimana seharusnya
mengajar dengan memberikan teori belajar yang bisa dijadikan acuan dalam mengubah paradigma
kehidupan belajar zaman sekarang ini.
Kita bisa menerapkan pendidikan dengan rujukan pedoman 3 semboyan ajaran Ki Hajar
Dewantara, yakni : Ing ngarsa sing tuladha yang bermakna sebagai seorang guru apabila di depan
memberikan contoh yang baik. Misalnya Saya sebagai Guru harus memilih pakaian yang sopan dalam
mengajar di sekolah, berkata-kata yang santun serta memberikan cara bersosialisasi yang baik dan
benar. Mengapa harus demikian? Alasannya adalah karena seoarang Guru merupakan sosok figur
yang selalu dilihat dan diperhatikan oleh Peserta Didik, maka dengan memberikan contoh yang baik
dan benar kepada Peserta Didik diharapkan agar mereka turut untuk meniru segala kebaikan yang
telah dicontohkan. Kemudian ketika dalam proses pembelajaran berlangsung, maka guru adalah
seorang yang dituntut untuk melakukan transfer knowledge kepada Peserta Didik. Maka, sebagai
Guru harus membangun kekuatan agar bisa memaksimalkan proses transfer ilmu yang akan
diberikan kepada Peserta Didik begitupun sebaliknya. Sehingga Peserta Didik memiliki kemampuan
untuk mendapat informasi tambahan lebih luas dan bisa memahami topik dan pembahasan
tersebut. Selain, peserta didik juga akan mempunyak wawasan yang lebih luas serta bisa menjadi
saran untuk berlatih dalam proses pembelajaran.
Ing madya mangunkarsa yang bermakna apabila berada ditengah guru bisa membangun
motivasi dan kekuatan. Saya sebagai seoarang Guru yang ditengah-tengah Peserta Didik harus
merangsang terciptanya ide dan gagasan. Saya sebagai Guru dan orang tua Peserta Didik harus
menjalin komunikasi yang baik, membuat anak terbuka dalam menyampaikan masalah dan
pemikirannya. Dengan begitu setiap masalsh dapat dipecahlan secara bersama-sama. Peserta didik
pun akan senang karena mendapatkan perhatian orang tua dan gurunya.
Tut wuri handayani yang bermakna sebagai guru apabila berada dibelakang memberikan
dorongan yang baik kepada siswa. Berdasarkan bakat kodratnya, anak-anak memiliki kemampuan
atau bakat yang berbeda-beda. Hal inilah yang harus dipahami setiap Guru terutama Saya dan orang
tua agar bisa memfasilitasi, mendorong dan mengarahkan potensi Peserta Didik untuk mencapai cita-
citanya. Khususnya di era teknologi seperti saat ini harus mendukung perkembangan ilmu
pngetahuan. Ki Hajar Dewantara menyebutan teknologi itu tidak bisa ditolak karena kebudayaan itu
hidup dan berkembang menurut seleksi alam. Artinya jika kebudayaan itu memang dibutuhkan maka
ia kan tetap hidup.
Kelebihan lainnya yang mendukung peran Saya sebagai Guru Penggerak antara lain pola
berpikir yang ingin terus perkembang, kemampuan beradaptasi dengan mudah diberbagai situasi
dan tempat, mempunyai pengalaman dibeberapa organisasi luar maupun dalam sekolah, masih aktif
menjadi Juri PPKn Tingkat Nasional setiap tahunnya di salah satu universitas di Kabupaten Garut.
Hal tersebut merupakan daya dukung untuk mengubah standar hidup ke arah yang lebih baik
dan menjadi lebih mudah. Bentuknya berupa kemampuan daya kreativitas dan inovasi yang dapat
dilakukan di era teknologi informasi sekarang yaitu seperti di Sekolah SMK swasta tempat Saya
mengabdi, Saya aktif menggunakan media dalam proses pembelajaran misalnya powerpoint,
memanfaatkan smartphone untuk Penilaian Tengah Semester (PTS), mengadakan Quis di akhir
materi dalam bentuk Game TTS yang dibuat dari aplikasi google Crossword Labs dan media lainnya
yang dapat membantu peserta didik nyaman dan menyenangkan selama menjalankan proses
pembelajaran.
Kemudian mewujudkan peserta didik yang mendorong tumbuh kembang secara holistik,
aktif dan proaktif dalam mengembangkan pendidik lainnya untuk mengimplementasikan
pembelajaran yang berpusat kepada peserta didik, serta menjadi teladan dan agen transformasi
ekosistem pendidikan untuk mewujudkan profil Pelajar Pancasila. Memacu peningkatan
kepemimpinan peserta didik di sekolah dengan menciptakan ruang diskusi positif dan kerjasama
antar guru dan pemangku kepentingan di dalam dan luar sekolah untuk meningkatkan kualitas
pendidikan.
Semua kelebihan dalam mendukung peran sebagai guru penggerak dalam mewujudkanya
haruslah kemudian disertai oleh olah rasa yaitu menyertakan perasaan bahwa apa yang akan
dilakukan adalah bagian dari Ibadah agar implementasinya Lillah dengan membangun suasana yang
menyenangkan, menumbuhkan rasa kepedulian dan menjadikan tujuan yang paling utama yaitu
menjadi manusia yang bermanfaat, maslahat dan amanah untuk sesama.

c. Berikan contoh perubahan, inovasi, pemberdayaan, gerakan atau lainya mmbri dampak nyata
berdasarkan inisiatif anda sendiri. Apa yg mendorong anda melakukan hal tsbt? (Jwban hrs
mencakup waktu kejadian. Dampak atas inisiatif anda. Upaya yg anda lakukan agar inisiatif tsbt
terlaksana, peran anda dan pihak lainya terlibat bila ada.
Dalam kaitannya dengan hal tersebut, penulis dalam melaksanakan tugas dan
tanggungjawab sebagai guru di satuan pendidikan SMK swasta pada tahun 2016 telah melakukan
upaya untuk meningkatkan kinerja kepengurusan OSIS. Diberikan tanggungjawab sebagai Pembina
OSIS dari tahun 2017 – sekarang di tempat Saya mengabdi yang letak sekolahnya merupakan
didaerah pedesaan, serta jauh dari jalan raya utama. Hal ini menjadi tantangan besar bagi saya
dengan karakteristik peserta didik yang masih kurang berpartisipasi aktif dalam berorganisasi dan
menggunakan fasilitas sekolah.
Dengan adanya permasalahan tersebut memberikan dampak kurang hidupnya aktivitas di
Sekolah sebagaimana mestinya. Salah satu contoh fasilitas yang ada namun jarang sekali digunakan
adalah Musholah. Saya sebagai pembina OSIS sekaligus guru dan orang tua ke dua peserta didik di
Sekolah memiliki inisiatif ingin menjadikan mushola sekolah menjadi sumber kebermanfaatan dan
kemaslahatan dengan cara dipergunakan sebagai mana fungsinya tempat ibadah.
Karna pada dasarnya dunia dan agama adalah satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan
dalam proses pembelajaran. Guru adalah penggerak yang paling mendominasi dalam berupaya
untuk mengatasi permasalah tersebut. Hal ini dikarenakan akan berpengaruh kepada karakteristik
dan kepribadian peserta didik. Bagaimana cara dia bertindak, berbicara, memperlakukan teman
maupun gurunya, menghargai orang lain, dan hasil yang peserta didik dapat setelah sekolah.
Kebiasaan baik, tentu akan berpengaruh kepada prilaku yang baik. Alah bisa karna
dibiasakan. Maka dari itu Saya dan pengurus OSIS dengan di ketuai oleh sekbid agama membuat
program kerja dan mengusulkan anggaran kepada pihak sekolah untuk membenahi musholla
menjadi tampak lebih bersih dan menarik agar peserta didik lebih nyaman dalam melakukan ibadah.
Seperti membeli peralatan kebersihan, membeli cat untuk dipulas kembali, menyediakan sandal
untuk berwudhu, membeli speaker serta microphone agar peserta didik dapat mendengar adzan
zuhur berkumandan, menyediakan alat sholat yang layak pakai.
Saya dan anggota OSIS terutama sekbid agama bergotong royong dalam membersihkan,
mencat dan memperindah musholla SMK yang sebelumnya hampir jarang digunakan oleh peserta
didik karna terlihat kotor dan kumuh. Mencuci alat sholat, karpet, penyediaan air dan tempat wudhu
yang bersih dimaksimalkan.
Kemudian saya dan anggota OSIS menghimbau dan menekankan bahwa menggunakan
mushola untuk beribadah adalah salah satu hal yang wajib dilaksanakan, karna belajar tanpa ibadah
adalah hal yang mustahil sumber keberkahanya. Tidak lupa mengikut sertakan semua elemen
sekolah untuk ikut melaksanakan sholat berjamaah antara peserta didik maupun Guru agar saling
peduli dan termotivasi bahwa Guru bukan hanya sebagai fasilitator, melainkan mendampingi dan
membersamai.
Dampak yang dirasakan dengan adanya aksi, perlahan-lahan musholla yang awalnya hanya
sebagian orang yang datang bahkan sepi, kini mulai dipergunakan layaknya tempat ibadah. Dimana
peserta didik bisa merefleksikan diri sebagai seorang hamba / umat sebelum belajar kembali sebagai
peserta didik. Hal ini sekaligus merupakan wujud pengalaman nilai Pancasila sila ke 1. Karna pada
dasarnya seorang guru bukan hanya sebagai penggerak dalam hal materi tapi juga rohani. Aksi nyata
sekecil apapun , akan berdampak besar untuk perubahan yang lebih baik dan humanis.

2. Berinteraksi dengan orang lain terkadang dapat menjadi sebuah tantangan. Ceritakan kesulitan
yang Anda alami saat bekerja sama dengan pihak lain (misalnya rekan sejawat, pimpinan di
sekolah, orangtua, wali murid, keluarga, komunitas, perangkat desa, tokoh masyarakat, pemuka
agama, instansi, maupun lainnya) guna menimbulkan kesadaran dan kesediaan agar mereka
berkomitmen membantu Anda mencapai tujuan bersama.

a. Kapan waktu kejadiannya? Situasi apa yang Anda hadapi saat itu? Pihak mana saja yang Anda
minta untuk bekerja sama dan mengapa? Gambarkan secara jelas!
Tahun 2016 adalah awal saya memulai terjun langsung didunia pendidikan yaitu mendidik
anak bangsa di salah satu SMK swasta tempat Saya mengabdi, dengan tantangan sekolah rintisan.
Sehingga masih minimnya jumlah peserta didik, kurangnya pengembangan prestasi, organisasi
maupun ekstrakurikuler, dan kesadaran akan pentingnya berpartisipasi aktif dalam memajukan
sekolah. Latarbelakang tersebut dikarnakan perubahan sekolah yang awal mulanya SMA dan
sekarang berganti menjadi SMK. Padahal fasilitas dan bangunan sekolah sudah sangat bersaing
dengan sekelas negeri, hanya saja lokasinya berada di pedesaan atau jauh dari jalan raya utama.
Di tahun 2017 Saya diamanatkan menjabatan sebagai Pembina OSIS oleh Kepala Sekolah,
dengan harapan bisa ikut serta dalam memberikan kemajuan sekolah melalui OSIS. Hal ini
dipertimbangkan Kepala Sekolah atas dasar pengalaman Saya dahulu di dunia organisasi ikut
berpartisipasi aktif dari semenjak sekolah, kuliah sampai sekarang menjadi seorang Guru. Tantangan
yang lebih besar saat menjadi Pembina OSIS dengan status masih merinti yakni adalah bagaimana
caranya meyakinkan dan menarik perhatian peserta didik untuk berpartisipasi aktif dalam menjadi
pengurus OSIS di SMK yang memiliki image menyenangkan, memberikan banyak pengalaman, serta
manfaat baik untuk dirinya sendiri ataupun orang lain di masa sekarang maupun masa yang akan
datang dan kemajuan pihak sekolah.
Namun setelah dijalani proses untuk membentuk suatu kepengurusan OSIS masih
memerlukan upaya yang besar, maka dari itu Saya mengajak semua elemen sekolah terutama kepada
setiap Wali Kelas untuk ikut mendorong Peserta Didik supaya ikut mendelegasikan perwakilan anak-
anak didiknya agar mendaftarkan diri menjadi Calon Pengurus OSIS regenerasi baru melalui kegiatan
Latihan Dasar Kemepimpinan Siswa (LDKS) di Sekolah. Karna salah satu orang terdekat Peserta Didik
di Sekolah adalah Wali Kelas, tapi semua Guru setiap mata pelajaranpun ikut andil dalam
memaksimalkan upaya tersebut. Hal ini tentu merupakan tugas dan bentuk kewajiban bersama
sebagai Guru Pendidik dan Penggerak untuk Peserta Didiknya, dengan aksi solidaritas dan gotong
royong demi kemajuan sekolah yang lebih bersinergi lagi.
b. Kesulitan apa saja yang Anda hadapi saat bekerja sama? Adakah penolakan ataupun
kegagalan yang Anda hadapi dalam situasi tersebut? Bagaimana respon Anda dalam situasi
tersebut? Upaya apa yang Anda lakukan untuk tetap fokus mencapai tujuan yang telah
direncanakan?
Secara umum, kesulitan dalam bekerja sama dengan pihak elemen sekolah tidak terlalu berat
karena Saya sendiri termasuk pribadi yang suka berkolaborasi dan terbuka dengan pendapat orang
lain. Namun, kesulitan yang lebih menantang adalah ketika menggerakan Peserta Didik untuk
mengikuti, melaksanakan, dan mengevaluasi kepengurusan serta Program Kerja OSIS di tempat Saya
mengabdi. Dari mulai pendaftaran untuk seleksi kepengurusan hingga menjadi pelaksana kegiatan
sampai habis masa jabatan. Salah satu yang sering terjadi jika ada kegiatan agenda Rapat mingguan
diibaratkan jumlah anggota pengurus OSIS 20 orang, maka yang hadir hanya 5 – 7 orang. Hal ini
disebabkan karna kurangnya antusiasme Peserta Didik dalam berorganisasi dan lebih memilih untuk
berkumpul bersama teman-teman, bermain game online, atau lekas pulang untuk segera
beristirahat dan memilih berdiam diri di rumah. Kemudian faktor rekan sejawat yang hanya sebagian
kecil saja yang memahami dan mampu mengimplementasikan mengenai aksi nyata berorganisasi
yang baik dan benar.
Sehubungan kendala atau kesulitan yang dihadapi tersebut Saya tidak merasa adanya
kegagalan karna dari elemen sekolah tempat Saya mengabdi seperti Kepala Sekolah, Rekan Sejawat,
maupun Peserta Didik masih saling mendukung berjuang mengupayakan yang terbaik untuk sadar
berpartisipasi aktif dalam kemajuan Sekolah melalui OSIS meskipun belum terrealisasi dengan
maksimal.
Merespon hal tersebut di tempat Saya mengabdi, Saya melakukan diskusi dengan rekan
guru-guru di dalam dan luar sekolah untuk saling bertukar pengalaman dalam memecahkan
permasalahan tersebut. Karna menjadi tanggungjawab berat ketika Saya diamanati sebagai Pembina
OSIS, namun tingkat partisipasi Peserta Didiknya masih Pasif. Saya mengajak rekan guru sejawat di
Sekolah tempat Saya mengabdi untuk mengevaluasi kekurangan dan kelebihan yang bisa
menjadikan motivasi Peserta Didik. Kemudian Saya dan TIM rekan sejawat dengan melibatkan setiap
Wali Kelas melakukan pendekatan secara intern dan ekstrn kepada siswa untuk mencari tahu lebih
dalam alasan dan keinginan Peserta Didik untuk kemajuan OSIS.
Adapun upaya yang Saya lakukan agar tetap fokus pada apa yang direncanakan adalah
menghadapi segala sesuatu yang terjadi dilapangan dengan tenang, tidak mengambil keputusan
yang gegabah yang dapat merugikan proses jalanya perencanaan, membuat rencana lebih matang
serta merinci hal-hal yang harus diprioritaskan, mengontrol dan mengawasi hal-hal yang bisa
menjadi penghambat maupun pendorong jalanya perencanaan, serta membangun komunikasi yang
signifikan dan konsisten baik antara Pembina OSIS dengan Pengurus OSIS ataupun elemen sekolah.
Merealisasikannya bisa dalam bentuk kegiatan seperti menjalankan suatu program kerja dalam
rangka memperingati Hari Maulid Nabi. Maka dalam pelaksanaannya yang Saya lakukan adalah
melakukan kordinasi dengan pengurus OSIS dan elemen sekolah, meskipun kendala yang dihadapi
jumlah kehadiran pengurus OSIS yang minim tapi agenda kegiatan tetap dilaksanakan dengan
dikemas secara kreatif dan inovatif dibantu pula oleh rekan-rekan Guru Sejawat. Hal ini dilakukan
untuk memperlihatkan kepada pengurus lain maupun Peserta Didik lainnya, bahwa kuantitas tidak
akan berpengaruh kepada kualitas jalanya suatu acara. Kemudian tujuannya yaitu menarik perhatian
Peserta Didik supaya ada kemauan dan kesadaran agar termotivasi untuk aktif berpartipasi dalam
mengembangkan kegiatan-kegiatan yang bermanfaat.

c. Upaya apa saja yang Anda lakukan untuk mendapatkan komitmen dari berbagai pihak untuk
bekerja sama?
Sebagaimana yang telat Saya uraikan sebelumnya bahwa untuk mencapai tujuan bersama
dibutuhkan komitmen bersama melalui komunikasi satu arah yang intensif. Faktanya, membangun
komunikasi satu arah yang efektif tidak semudah yang dibayangkan. Ditbutuhkan pendekatan dan
kesepahaman bersama terkait tujuan yang akan dicapai.
Maka dari itu, upaya yang Saya lakukan untuk mendapatkan komitmen dari berbagai pihak
untuk bekerja upaya persuasif. Upaya ini saya yakini lebih efektif dalam mengatasi berbagai kesulitan
dalam mencapai kesepakatan bersama. Memberikan pemahaman yang jelas dan dengan cara yang
sederhana terkait sistem kerja dan tujuan akhir akan lebih mudah diterima oleh berbagai pihak
manapun, termasuk dari latarbelakang status sosial yang lebih tinggi dalam struktur organisasi.
Selaian itu upaya merangkul, mengakomodir, dan memfasilitasi berbagai kepentingan atau
kebutuhan anggota dengan baik akan mempengaruhi tingkat motivasi kerja para pihak yang terlibat
semakin tinggi. Secara psikologi setiap orang memiliki karakteristik yang berbeda-beda maka
pendekatan dan perlakuan yang diberikan harus proporsional.
Kemudian upaya lainnya yang Saya bisa lakukan diantaranya membangun relasi dengan Kepala
Sekolah agar mendapatkan legalitas yang kuat dalam bertindak, membuka ruang diskusi formal
maupun semiformal dengan reka sejawat Guru serta Pembina esktrakulikuler untuk mencari akar
permasalahan penyebab kinerja Peserta Didik terutama Pengurus OSIS, menekankan kepada semua
elemen sekolah maupun pengurus OSIS bahwa segala yang dilaksanakan merupakan bentuk
tanggungjawab harus dituntaskan bersama.

d. Bagaimana hasilnya?
Setelah menerapkan langkah-langkah persuasif, meningkatkan intensitas komunikasi satu
arah untuk membangun kesepahaman bersama, mengakomodir berbagai kepentingan anggota,
memberikan motivasi, dan perlakuan yang adil ternyata berhasil membangun kolaborasi yang efektif
dan mempercepat proses kerja sama. Antuasiasme para pihak dalam membangun komitmen
bersama nampak dari proses yang cepat dan hasil yang tidak lagi kesulitan menggerakan Pengurus
OSIS untuk melaksanakan Program Kerja serta membuat kemajuan di tempat Saya mengabdi karna
sebagian besar elemen sekolah memberikan support yang bagus dalam memenuhi kewajibannya.

Anda mungkin juga menyukai