Anda di halaman 1dari 2

TUGAS 3

HUKUM PERLINDUNGAN KONSUMEN

Disusun oleh:

NAMA : DILIYATNO
NIM : 045342125
UPBJ : UT AMBON
SEMESTER: 3

Fakultas Hukum, Ilmu Sosial, Ilmu Politik


Universitas Terbuka
2023
1. Kasus perlindungan konsumen seperti yang terjadi antara Mustolih dan PT Sumber

Alfaria Trijaya (PT SAT) seringkali bisa diselesaikan di luar pengadilan. Menurut

Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen, penyelesaian

sengketa konsumen dapat dilakukan melalui mediasi, konsiliasi, atau arbitrase. Pasal 49

UU Perlindungan Konsumen menyatakan bahwa penyelesaian sengketa konsumen

diluar pengadilan dapat dilakukan dengan persetujuan antara konsumen dan pelaku

usaha yang bersangkutan.

2. Bentuk penyelesaian sengketa konsumen diluar pengadilan meliputi:

● Mediasi: Proses di mana pihak yang bersengketa bertemu di bawah bimbingan


mediator untuk mencari solusi damai.

● Konsiliasi: Pihak yang bersengketa menggunakan bantuan pihak ketiga yang


netral untuk membantu mencapai kesepakatan.

● Arbitrase: Penyelesaian sengketa yang dilakukan melalui pengadilan swasta


yang diatur oleh para pihak yang berselisih dan dijalankan oleh arbiter yang

dipilih bersama.

3. Mengenai kekuatan hukum putusan Badan Penyelesaian Sengketa Konsumen (BPSK),

secara umum, putusan BPSK memiliki kekuatan hukum tetap (inkracht). Dalam UU

Perlindungan Konsumen, Pasal 58 menyebutkan bahwa putusan BPSK yang telah

berkekuatan hukum tetap wajib dilaksanakan oleh para pihak yang bersengketa. Dalam

konteks ini, jika putusan telah berkekuatan hukum tetap, maka para pihak harus

mematuhinya. Namun, jika salah satu pihak tidak melaksanakan putusan, pihak yang

merasa dirugikan dapat mengajukan eksekusi putusan ke pengadilan negeri untuk

dilaksanakan.

Jadi, dalam kasus seperti Mustolih vs. PT SAT, penyelesaian di luar pengadilan bisa menjadi

opsi yang baik jika kedua belah pihak bersedia untuk mencari solusi damai tanpa harus melalui

proses pengadilan yang panjang dan mahal.

Anda mungkin juga menyukai