Anda di halaman 1dari 10

Makalah

Jungermannia polaris

Kelompok 5:

Nunung Nur Izzah (3425131051)

Novita Tania (3425131052)

Diah Dwi Cahyaningrum (3425131053)

Ghita Rosika Amalia (3425136420)

M. Odua Primaputra K.U (3425136425)

PROGRAM STUDI BIOLOGI

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS NEGERI JAKARTA

2014
Abstrak

Kebanyakan Jungermaniales telah mempunyai semacam batang yang


bercabang – cabang banyak dan tumbuh dorsiventral. Talusnya menyerupai
batang dengan daun-daun menyerupai batang dengan daun tersusun dalam 3
deretan yaitu 2 deretan daun samping (daun lateral) dan satu deretan daun ventral
(amfigastrum). Daun samping tersebut terbagi atas lobus dorsal dan lobus ventral.
Daun yang melindungi arkegonium disebut periketium atau periantium, sedang
daun yang melindungi anteridium disebut Perigonium. Contohnya yaitu
Jungermannia polaris.

Kata kunci: Jungermanniales, Jungermannia polaris

Pendahuluan

Kingdom Plantae (Dunia Tumbuhan) meliputi organisme multiseluler


yang sel – selnya telah terdiferensiasi, bersifat eukariotik, memiliki dinding sel
selulosa. Hampir seluruh anggota tumbuhan memiliki klorofil dalam selnya
sehingga bersifat autotrof atau dapat menyusun makanan sendiri. Kebanyakan
tumbuhan memiliki organ reproduksi multiseluler, yang disebut gametangium.
Organisme yang termasuk tumbuhan adalah lumut, tumbuhan paku, dan
tumbuhan biji.

Lumut, tumbuhan paku, dan tumbuhan biji umumnya termasuk tumbuhan


darat. Tumbuhan mempunyai berbagai kebutuhan misalnya menyangga berat
tubuhnya sendiri, atau melindungi jaringan tubuh dan alat reproduksinya dari
kekeringan. Selain itu, tumbuhan juga perlu mendapatkan air dan makanan dari
tanah, serta mentransportasikannya ke daun dan bagian lainnya. Untuk mengatasi
berbagai keluhan tersebut, tumbuhan memerlukan struktur bentuk tubuh dan
fisiologi khusus. Fisiologi tumbuhan darat lebih kompleks dibandingkan dengan
tumbuhan air.

Peralihan Keturunan
Tumbuhan mengalami pergiliran keturunan yang jelas dalam siklus
hidupnya. Dalam pergiliran keturunan ini, tumbuhan menghabiskan sebagian
hidupnya dalam fase haploid dan sebagian lagi diploid.

Fase kehidupan haploidnya disebut generasi gametofit karna menghasilkan


gamet (sel kelamin) haploid melalui mitogenesis. Gametofit haploid
menghasilkan anteridium dan arkegonium. Apabila dua gamet tersebut bersatu,
maka dihasilkan zigot. Zigot menjadi awal dimulainya fase hidup diploid
tumbuhan, yang disebut generasi sporofit. Zigot tumbuh menjadi embrio
multiseluler dan berkembang menjadi tumbuhan sporofit muda. Setelah dewasa,
tumbuhan sporofit ini akan memiliki sel khusus yang disebut sel – sel sporogenik.
Sel sporogenik akan membelah secara meiosis menghasilkan spora haploid.
(Campbell et all. 2004; Solomon et all. 2005)

Lumut umumnya merupakan tumbuhan kecil, biasanya hanya beberapa


mm sampai beberapa cm saja. Keberadaan Lumut seringkali luput dari perhatian
karna selain ukurannya yang kecil, manfaat Lumut bagi manusia secara langsung
juga belum banyak diketahui. Namun demikian, Lumut mempunyai peranan yang
sangat penting bagi lingkungan dan beberapa jenis hewan dan tumbuhan lainnya.
Lapisan lumut yang tebal dipermukaan batang dapat membantu menangkap dan
menyimpan air serta menjaga kelembaban hutan.

Tumbuhan lumut adalah tumbuhan darat sejati, walaupun masih banyak


yang menyukai tempat yang lembab dan basah (pada kulit kayu, batuan, dan
tembok). Lumut yang hidup di air jarang kita jumpai , walaupun demikian lumut
masih sangat memerlukan air, tanpa air organ reproduksinya tidak dapat masak
atau pecah. Pada lumut, akar yang sebenarnya tidak ada. Tumbuhan ini melekat
dengan perantaraan Rhizoid (akar semu), oleh karna itu tumbuhan lumut
merupakan bentuk peralihan antara tumbuhan bertalus (Talofita) dengan
tumbuhan berkormus (Karmofita).

Lumut hati yang kebanyakan kecil , hidup diatas tanah atau batang –
batang pohon, di daerah tropika juga sebagai epifit pada daun pohon – pohonan
dalam hutan. Salah satu contohnya Jungermania, pada rusuk tengah talusnya telah
member kesan seperti batang dengan bagian – bagian talusnya ke samping yang
telah menyerupai daun.

Kebanyakan Jungermaniales telah mempunyai semacam batang yang


bercabang – cabang banyak dan tumbuh dorsiventral. Pada Jungermaniales yang
tubuhnya bersifat talus, arkegoniumnya diliputi oleh periketium, yang tubuhnya
menyerupai batang dengan daun – daun, arkegoniumnya dikelilingi oleh bagian –
bagian yang mempunyai bentuk yang khusus, dan seperti pada bunga tumbuhan
tinggi (Angiospermae) bagian – bagian itu disini juga dinamakan periantium.

Protonema Jungermaniales hanya terdiri atas beberapa sel saja, tetapi ada
pula yang protonemanya pipih dan menjadi bagian tubuhnya yang vegetative,
dengan diatasnya tumbuhan lumutnya yang hanya mempunyai sedikit saja bagian
seperti daun dan mendukung alat – alat kelaminnya. Menurut duduknya
sporangium, Jungermaniales dibedakan dalam tiga suku; Suku Anacrogynaceae,
Suku Acrogynaceae, dan Suku Haplomitriaceae.

Dalam makalah ini, akan membahas mengenai Lumut Hati yang secara
khusus membahas Jungermania Sp.

Pembahasan

Subordo Jungermannineae atau Accrogynae

Memuat golongan yang talusnya menyerupai batang dengan daun-daun


menyerupai batang dengan daun tersusun dalam 3 deretan yaitu 2 deretan daun
samping (daun lateral) dan satu deretan daun ventral (amfigastrum). Daun
samping tersebut terbagi atas lobus dorsal dan lobus ventral. Daun yang
melindungi aarkegonium disebut periketium atau periantium, sedang daun yang
melindungi anteridium disebut Perigonium. Contoh. Jungermannia, Madontheca.

Pada makalah ini kami akan membahas salah satu contoh spesies dari
Jungermannia sp. Yaitu Jungermannia polaris. Berikut klasifikasi dari
Jungermannia polaris:
KLASIFIKASI

Divisi: Hepatophyta

Kelas: Hepatopsida

Bangsa: Jungermanniales

Suku: Jungermanniaceae

Marga: Jungermannia

Jenis: Jungermannia polaris

Nama Umum: Flapwort Arktik

Recent synonyms: Solenostema pumilum ssp. polaris

Catatan taksonomi: Frye and Clark (1943) salah menganggap Jungermannia


polaris sebagai sinonim dari Jungermannia atrovirens.

Morfologi

Tanaman berdaun banyak, warna hijau kekuning-kuningan sampai hijau


kehitaman, kadang-kadang dengan beberapa cabang, lebar tunas 0.75-0.95 mm
dan panjang 4-10 mm. Daun hampir tumpang tindih, tegak, membulat seperti
telur, bagian bawah lebih lebar, panjang 0.45-0.52 mm x lebar 0,4-0,6 mm,
cekung, hampir melintang; pelumas tubuh lebih banyak daripada kloroplas,
subspherical sampai ellipsoidal, granula samar-sama. Daun bagian bawah kurang.
Paroicous. Perigonium berbentuk telur, paling luas di bagian atas, dengan alur
yang menonjol sebagian besar panjangnya. Ciri khas karakter: (1) Jungermannia
kecil pada batuan basah, dengan (2) daun bulat berbentuk hati dan cekung, dan (3)
perigonium berbentuk bulat pipih. Jenis serupa: Jungermannia pumila memiliki
(1) lebar tunas 1-3.5 mm, (2) daun menyebar horizontal, luas elips, bagian luas di
tengah, lebar 1,2 - 1.6 kali panjangnya, tidak begitu cekung, (3) median sel 20-25
x 25-30 mikrometer, (4) perigonium memanjang secara bertahap menyempit ke
puncak. Jungermannia atrovirens bersifat dioicous, sedangkan J. polaris
paroicous.

Sejarah Hidup: Rincian untuk Jungermannia polaris tidak didokumentasikan.


Tipe lumut hati berdaun, protonemanya berkurang dan berumur pendek. Kapsul
juga berumur pendek, diproduksi pada batang halus transparan yang hancur
setelah kapsul terbuka, biasanya dalam usia seminggu. Kapsul biasanya
berkekembang pada akhir musim dingin hingga awal musim panas, tergantung
elevasi. Lumut hati air tidak menghasilkan kapsul di bawah air.

Persebaran, distribusi, dan kelimpahan: Wilayah Circumboreal dan


kebanyakan distribusinya di arktik-alpine, California, Montana, Minnesota,
Michigan, dan Quebec.

Langka dan sporadis di seluruh bagian selatan, tetapi juga mungkin kurang
observasi. Laporan mengenai Jungermannia polaris dari oregon berada di ujung
selatan dari jangkauan dan menjadi umum ditemukan di perbatasan utara Kanada.

Habitat: membentuk landasan kecil dan kadang-kadang luas, atau tersembunyi


pada kebanyakan bryophyta, di atas tanah gambut di tepian basah dan celah-celah
batu, di sepanjang sungai, dan kadang-kadang akuatik. Dilaporkan hidup di
batuan kapur dan langka pada batuan beku (Schuster 1969; Paton 1999 ).
Warnanya parsial hingga penuh. Tipe hutan termasuk kelompok Tsuga
mertensiana dan Abies lasiocarp. Wagner et al. ( 2000 ) mengamatinya dari
kedalaman antara 130 dan 330 kaki danau Waldo.

Ancaman: Jalanan dan trek, penggalian batu kapur, dan eutrofikasi habitat
akuatik. Meskipun lokasinya di daerah terpencil dan daerah tinggi, populasi
Jungermannia polaris kecil dan terputus-putus. Mungkin tidak bersaing dengan
baik dengan tanaman vaskuler. High-elevation populations mungkin berisiko pada
jangka panjang perubahan iklim. Eutrofikasi danau dan efeknya, menyebabkan
hilangnya kejernihan air dan perubahan jumlah pH, dan menjadi ancaman utama
spesies benthic. Kehilangan kejernihan air mengurangi kemampuan
Jungermannia polaris untuk berfotosintesis di kedalaman, dan jumlah spesies
akan menurun di danau karena tanaman hanya akan dapat tumbuh di zona litoral
yang terbatas, bukan di wilayah lebih luas seperti di dasar danau. Sumber
eutrofikasinya adalah sedimen dari penebangan liar, kebakaran, konstruksi jalan
dan limbah. Pencemaran air berasal dari permukaan jalan, tempat parkir, dan
perahu bermotor adalah ancaman potensial lainnya untuk Jungermannia polaris.

Pertimbangan konservasi: Mengidentifikasi dan mengelola populasi yang


diketahui. Habitat elevasi tinggi pada batuan kapur, dan danau ultraligotrophic
untuk akses perahu bermotor. Laporan menunjukkan Jungermannia polaris pada
kedalaman sampai dengan 330 kaki di Waldo Lake mencatat rekor habitat
terdalam untuk setiap tumbuhan bryophyta di dunia. Menjaga kejernihan air di
danau Waldo dan danau serupa dengan membatasi pemasukan nutrisi. Resep
Riparian di Northwest Forest Plan akan membantu mempertahankan penutupan
kanopi, suhu air dingin dan air bersih yang diperlukan untuk mempertahankan
kelangsungan hidup Jungermannia polaris. Routing jalan dan jalur rekreasi danau
akan membantu mengurangi sedimen yang memasuki perairan.

KESIMPULAN
Berdasarkan jurnal yang ditulis oleh John A. Christy, dapat disimpulkan bahwa
Jungermannia polaris memiliki beberapa ciri khas seperti berdaun bulat
berbentuk hati dan cekung, perigoniumnya (tenda bunga) berbentuk bulat pipih,
lebar tunas 0.75-0.95 mm dan panjang 4-10 mm, bersifat Paroicous, kapsul dan
protonemanya berumur pendek, tersebar di wilayah Circumboreal, habitatnya
menempel pada batuan basah, batuan kapur, di tepian sungai dan kadang akuatik,
ancaman hidup meliputi pencemaran dari sedimen jalanan, penggalian batu kapur,
dan eutrofikasi pada danau. Rekor habitatnya pada kedalaman 330 kaki di dasar
danau Waldo. Dikonservasi dengan cara menjaga pencemaran dan eutrofikasi
pada danau dan melakukan routing pada jalanan dan jalur rekreasi sekitaran
danau.
UCAPAN TERIMA KASIH

Kami mengucapkan terima kasih kepada ALLAH SWT yang telah


memberikan kelancaran kepada kami dalam menyusun makalah ini. Terutama
kepada Bapak Agung Sedayu S.Si selaku dosen Botani I, kepada kedua orang tua
kami yang selalu memberikan support selama ini, tak lupa kepada teman-teman
kelompok 5 yang telah bekerja sama selama pembuatan makalah ini sehingga
dapat menyelesaikan makalah ini.

DAFTAR PUSTAKA

Qian, Hong K. Klinka. Plants of British Columbia: Scientific and Common


Names of Vascular Plants. 1998. Canada: UBC Press

Doyle, W.T. & R.E. Stotler. 2006. Contributions toward a bryoflora of California
III. Keys and annotated species catalogue for liverworts and hornworts. Madroño
53: 89-197.

Frye, T.C. & L. Clark. 1943. Hepaticae of North America. Volume 2. University
of Washington Publications in Biology 6: 163-336.

Oregon Natural Heritage Information Center. 2007. Rare, threatened and


endangered species of Oregon. Oregon Natural Heritage Information Center,
Oregon State University. Portland. 100 pp.

http://oregonstate.edu/ornhic/2007_t&e_book.pdf

Paton, J.A. 1999. The liverwort flora of the British Isles. Harley Books,
Colchester, U.K. 626 pp.

Schuster, R.M. 1969. The Hepaticae and Anthocerotae of North America. Volume
2. Columbia University Press, New York. 1062 pp.

Váňa, J. & W.S. Hong. 1999. The genus Jungermannia in western North America.
Lindbergia 24: 133-144.
Wagner, D.H. 1996. Inventory of bryophytes of Elkhorn Ridge, Wallowa-
Whitman National Forest, Oregon. Report to USDA Forest Service, Wallowa-
Whitman National Forest. Northwest Botanical Institute. 18 pp.

J.A. Christy & D.W. Larson. 2000. Deep-water bryophytes from Waldo Lake,
Oregon. Lake and Reservoir Management16: 91-99.

Anda mungkin juga menyukai