DIAJUKAN OLEH :
NIM. 4517091062
SKRIPSI
FAKULTAS PSIKOLOGI
2022
1
PENGARUH RESILIENSI TERHADAP
QUARTER LIFE CRISIS PADA DEWASA AWAL
DI KOTA MAKASSAR
SKRIPSI
Oleh:
4517091062
FAKULTAS PSIKOLOGI
2022
i
HALAMAN PENGESAHAN
SKRIPSI
Menyetujui:
Pembimbing I Pembimbing II
Mengetahui:
ii
HALAMAN PERSETUJUAN HASIL PENELITIAN
Pembimbing I Pembimbing II
Mengetahui,
Dekan Fakultas Psikologi Universitas Bosowa Makassar
iii
HALAMAN PERSETUJUAN PENGUJI
HASIL PENELITIAN
Telah disetujui untuk dipertahankan dihadapan tim Penguji Ujian Hasil Penelitian
Pada Fakultas Psikologi Universitas Bosowa Makassar untuk dilaksanakan
seminar ujian Hasil Penelitian sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan studi
program strata satu (S1) Psikologi terhadap atas nama:
Mengetahui,
Dekan Fakultas Psikologi Universitas Bosowa Makassar
Musawwir, S.Psi.,M.Pd
NIDN: 0927128501
iv
PERNYATAAN ORISINALITAS SKRIPSI
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi dengan judul “Pengaruh Resiliensi
Terhadap Quarter Life Crisis Pada Dewasa Awal di Kota Makassar” beserta
seluruh isinya adalah benar-benar karya dari peneliti sendiri, bukan hasil plagiat.
perbuatan tercela yang melanggar etika keilmuan dalam karya yang telah peneliti
buat, termasuk adanya klaim dari pihak terhadap keaslian penelitian ini.
v
PERSEMBAHAN
Dengan izin Allah S.W.T yang telah memberikan rahmat serta karunia-Nya,
selama proses perkuliahan, serta diri saya sendiri yang telah memilih bertahan
vi
MOTTO
“Ada-ada ji itu”
- Psychology B 2017 –
“Meow”
- Kucing -
vii
ABSTRAK
viii
ABSTRACT
This study aims to determine whether resilience has an influence on the quarter
life crisis in early adulthood in Makassar City. This research was conducted on
418 early adults in Makassar City. This study involves two variables used, namely
resilience and quarter life crisis. Wagnild & Young (1993) is the ability of an
individual to adapt when in a bad condition or experiencing difficulties in life so
that he is able to rise from that situation and become a better person than before.
While the quarter life crisis is a crisis that occurs in individuals in the age range of
18-29 years or just graduated from the world of lectures and are faced with the
real world. Quarter life crisis is a worry about future uncertainty, especially in the
fields of career, relationships, and social life (Robbins & Wilner, 2001). The data
collection instrument is the adaptation scale from The resilience scale by Wagnild
& Young (1993), reliability 0.891, Fadhilah’s quarter life crisis scale (2021) based
on the theory of Robbins & Wilner (2001), with a reliability of 0.922. Both scales
were tested for validity by using face validity and construct validity. The
hypothesis was tested using a simple regression technique, with the result that
resilience affects the quarter life crisis with a contribution of 8.6% (p = 0.000 ;
p<0.05), with a negative direction of influence which means that the higher the
resilience, the lower the quarter life crisis.
ix
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur saya panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas
dan tugas akhir (skripsi) ini dengan judul “Pengaruh Resiliensi terhadap Quarter
Skripsi ini diajukan untuk memenuhi salah satu syarat kelulusan program studi
skripsi ini masih jauh dari kata sempurna dan masih memiliki banyak kekurangan,
mengucapkan terima kasih kepada berbagai pihak yang turut membantu dalam
kelancaran pengerjaan skripsi ini, baik secara langsung maupun secara tidak
langsung, khususnya:
1. Kepada Allah SWT yang telah memberikan uncountable rezeki kepada saya.
2. Kepada kedua orang tua tercinta, ibu Widyasari Djalal dan bapak Anwar
Naufal Ulwan.
x
4. Kepada dosen pembimbing, Bapak Musawwir S.Psi, M.Pd dan Ibu Sri Hayati
5. Kepada dosen penguji saat Ujian Proposal yaitu Bapak Arie Gunawan HZ,
M.Psi, Psikolog dan Andi Muhammad Aditya M.Psi, Psikolog yang telah
6. Kepada dosen penguji saat Ujian Hasil yaitu Ibu Titin Florentina, M.Psi.,
Psikolog dan A. Nur Aulia Saudi S.Psi, M.Si yang telah membantu
Dekan I, Ibu Sri Hayati, M.Psi, Psikolog, Wakil Dekan II, Ibu Titin Florentina
M.Psi, Psikolog, dan Ketua Program Studi, Bapak Syahrul Alim S.Psi M.A
serta para jajaran dosen yang peneliti cintai dan hormati, Pak Arie Gunawan
HZ, M.Psi, Psikolog, Ibu Sulasmi Sudirman S.Psi, M.A, Ibu Patmawaty Taibe
S.Psi, MA., M.Sc., Ph.D, Pak A. Muhammad Aditya M.Psi, Psikolog, Ibu A.
Nur Aulia Saudi S.Psi, M.Si, Ibu Nurhikmah S.Psi, M.Si dan Pak Tarmizi
xi
9. Kepada Staf Tata Usaha, Ibu Jerni, Ibu Ira, dan Pak Ahmad yang telah
10. Kepada Triady Ramlan yang kost-an serta barang-barangnya sering saya
eksploitasi
11. Kepada Nanda, Rika, Dhila, Della, Khafifah, Liwan, Mink yang menjadi
tempat saya cerita atau bertanya kalau ada bagian yang kurang paham dari
sebelum sempro sampai setelah semhas. Juga kepada Farah yang telah berbaik
12. Kepada teman-teman TRIGGER yang selalu menjadi tempat saya pulang,
apalagi kalau lagi banyak masalah, terutama Eka dan Hendra yang rumahnya
sering saya tempati menginap dari sejak lulus SMA sampai sekarang.
13. Kepada teman-teman Psikologi B 2017 yang semasa kuliah telah bersama
15. Kepada dr. Nida yang memeriksa dan mengobati saya dengan baik selama
saya sakit.
16. Kepada semua kucing di dunia yang pernah saya elus ataupun saya lihat
17. Kepada pihak-pihak yang turut terlibat namun belum sempat disebutkan di
atas.
xii
18. Dan kepada diri saya sendiri, Muhammad Muqsith Azmy yang sudah jadi
manusia keren.
Penulis,
Muhammad Muqsith Azmy
xiii
DAFTAR ISI
xiv
3.3.1 Definisi Konseptual .............................................................. 41
3.3.2 Definisi Operasional ............................................................. 42
3.4 Populasi, Sampel dan Teknik Pengambilan Sampel ...................... 43
3.4.1 Populasi ................................................................................ 43
3.4.2 Sampel .................................................................................. 43
3.4.3 Teknik Pengambilan Sampel ................................................ 43
3.5 Teknik Pengumpulan Data ............................................................. 44
3.5.1 Skala Quarter Life Crisis ..................................................... 44
3.5.2 Skala Resiliensi .................................................................... 46
3.6. Teknik Uji Instrumen .................................................................... 47
3.6.1 Adaptasi Skala ...................................................................... 47
3.6.2 Validitas ............................................................................... 48
3.6.3 Reliabilitas............................................................................ 51
3.7 Teknik Analisis Data ...................................................................... 51
3.7.1 Analisis Deskriptif................................................................ 52
3.7.2 Analisis Uji Asumsi ............................................................. 52
3.7.3 Analisis Uji Hipotesis........................................................... 53
3.8 Jadwal Penelitian ............................................................................ 54
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN........................................................ 55
4.1 Hasil Analisis ................................................................................. 55
4.1.1 Hasil Analisis Deskriptif Demografi .................................... 55
4.1.2 Hasil Analisis Deskriptif Variabel Penelitian ...................... 62
4.1.3 Hasil Analisis Deskriptif Variabel Berdasarkan Demografi 66
4.1.4 Hasil Analisis Uji Asumsi .................................................... 89
4.1.5 Hasil Analisis Uji Hipotesis ................................................. 90
4.2 Pembahasan .................................................................................... 92
4.2.1 Gambaran Umum Resiliensi pada Dewasa Awal di Kota
Makassar ........................................................................... 92
4.2.2 Gambaran Umum Quarter Life Crisis pada Dewasa
Awal di Kota Makassar ..................................................... 94
4.2.3 Pengaruh Resiliensi terhadap Quarter Life Crisis pada
Dewasa Awal di Kota Makassar ....................................... 97
4.3 Limitasi Penelitian ......................................................................... 101
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ......................................................... 102
5.1 Kesimpulan .................................................................................... 102
5.2 Saran ............................................................................................... 102
Daftar Pustaka ................................................................................................ 104
Lampiran ....................................................................................................... 108
xv
DAFTAR TABEL
xvi
DAFTAR GAMBAR
xvii
DAFTAR LAMPIRAN
xviii
1
BAB I
PENDAHULUAN
pekembangan tersebut, salah satu fase yang sering mendapat perhatian lebih
dimaksud sebagai dewasa awal adalah individu yang sedang dalam rentang
menyesuaikan diri dengan pola hidup yang baru. Sejalan beralihnya masa
remaja ke masa dewasa awal, tuntutan dan tekanan yang diperoleh dari
lingkungan menjadi semakin banyak dan juga rumit, tentunya dari tuntutan
tersebut respon setiap individu akan berbeda-beda. Ada yang bahagia dan
antusias karena sudah dianggap dewasa dan tidak lagi dianggap anak kecil,
namun ada juga yang justru takut dan merasa cemas akan hal itu. Mereka
1
2
individu banyak mengalami tuntutan dari sekitarnya, entah itu tuntutan untuk
perpindahan menuju dewasa awal dari yang sebelumnya masa anak-anak dan
remaja telah selesai. Namun dari masa perpindahan tersebut, individu belum
beberapa norma masa remaja sudah tidak bisa lagi diberlakukan kepada
mereka namun di lain sisi norma orang dewasa belum secara penuh dapat
disertai rencana yang matang untuk masa depannya terlebih dalam hal
yang ada di masa emerging adulthood tidak semua dapat diatasi dengan baik
mengalami kriris dalam hidupnya tersebut. Salah satu wujud krisis emosional
yang terjadi di umur 20 tahunan pada individu yaitu perasaan tak berdaya,
tidak percaya diri akan kemampuan dirinya, serta takut akan sebuah
Robbins dan Wilner (2001) menjelaskan bahwa quarter life crisis terjadi
pada rentang usia 18-29 tahun dan merupakan suatu respon atas kegoyahan
yang berada pada titik puncak, berubah-ubah, dihadapkan pada banyak sekali
pilihan dan kecemasan serta perasaan tidak berdaya. Hal itu dimulai ketika
individu telah lulus atau selesai dari dunia perkuliahan dan memunculkan
emosi khusus berupa frustasi, cemas dan panik, serta tersesat atau tidak
dalam mengambil keputusan, putus asa, penilaian diri yang rendah, terjebak
dalam situasi yang sulit, cemas, merasa tertekan, dan khawatir terhadap relasi
Quarter life crisis sejatinya terjadi ketika individu sedang berada dalam
masa dewasa awal, dan ditandai dengan adanya perasaan khawatir atau cemas
individu, permasalahan tersebut dapat berupa urusan karir, maupun dalam hal
4
bersosial pada umumnya seperti urusan relasi dengan orang lain dan lain
sebagainya. Nash dan Murray (2010) juga memaparkan tentang masalah yang
nantinya akan dihadapi oleh individu ketika mengalami quarter life crisis
adalah tentang cita-cita, rintangan akademis, agama, dan juga karir dalam
dunia kerja.
Salah satu big company yang beroperasi pada bidang job seeker, yang
orang yang berusia antara 25-33 tahun di banyak negara di dunia. Mereka
quarter life crisis. Di lain kesempatan LinkedIn juga memperoleh hasil survei
quarter life crisis. Dari kedua survei tersebut dapat dilihat bahwa peluang
individu usia dewasa awal mengalami quarter life crisis sangat amat besar.
Data dari Badan Pusat Statistik (2021) yang menyatakan bahwa tingkat
17,73 persen, selanjutnya pada umur 25-29 sebanyak 9,26 persen. Lebih
khusus di Kota Makassar yang pada 2021 terdapat kurang lebih 1,4 juta
5
Sulawesi Selatan yaitu berjumlah 13,18 persen dari total usia angkatan kerja.
Dari data tersebut bisa dilihat bahwa peluang penduduk pada masa dewasa
kepada 13 individu, yang tentunya berada pada masa dewasa awal. Fenomena
bimbang dalam mengambil keputusan serta terjebak dalam situasi yang sulit,
juga menuturkan bahwa setelah lulus akan bekerja atau mengikuti harapan
orang tuanya agar menikah. Ada juga yang bimbang memilih kelanjutan
hubungan dengan pacarnya yang telah beberapa kali dilamar oleh orang lain
tertekan yakni ada responden yang merasa tidak berkompetensi pada bidang
kuliah akan diterima kerja atau tidak. Responden lain mengatakan bahwa ia
merasa cemas apakah bisa lulus sesuai target dan merasa tertinggal dan
Juga ada yang merasa tertekan sebagai anak pertama harus cepat bekerja dan
Fenomena lain yang peneliti dapatkan adalah penilaian diri yang rendah
serta khawatir terhadap relasi interpersonal yang akan dibangun yaitu semua
dengan orang lain. Ada responden yang merasa tidak punya kompetensi
value untuk memulai hubungan dengan orang lain terlebih untuk mencari
pasangan.
bahkan ada beberapa individu yang mengalami keseluruhan dari tujuh aspek
pembangun quarter life crisis, hal ini tentu menjadi sorotan penting. Quarter
life crisis jika dibiarkan dan tak terselesaikan dengan baik dapat
bimbang dalam pencapaian karir, buruknya relasi dengan orang lain, juga
Salah satu hal yang dapat membantu seorang individu untuk bisa bertahan
dalam keadaan krisis atau masalah adalah adanya resiliensi yang dimiliki oleh
individu tersebut (Reivich dan Shatte, 2002). Asal kata dari resiliensi adalah
resilio yang bermakna bounce back yang dalam bahasa Indonesia artinya
walaupun dilahirkan serta hidup dalam keadaan yang sulit namun individu
dan tidak larut dalam kesedihan, dan kemudian bangkit kembali menjalani
yang tidak baik atau sedang mengalami kesulitan dalam hidup sehingga
mampu bangkit dari keadaan tersebut dan menjadi pribadi yang lebih baik
dari sebelumnya. Lebih lanjut, Wagnild & Young (1993) menjelaskan bahwa
individu yang resilien adalah “person who display courage and adaptability
sulit atau traumatis secara sehat atau produktif, yang mana hal tersebut sangat
mengenai kesalahan itu bukanlah akhir dari segalanya. Individu yang resilien
menopang seseorang yang berada dalam keadaan hidup yang kurang baik
atau mengalami keadaan yang tidak baik dengan meninggikan impian serta
kepercayaan yang cukup agar dirinya menjadi pribadi yang lebih baik.
bukanlan sebuah atribut yang pasti, namun jauh dari itu semua resiliensi
suatu fenomena yang bersifat fluid atau tidak stagnan antar waktu. Individu
mungkin dapat resilien terhadap sesuatu, namun belum tentu dapat resilien
life crisis adalah Athira (2021) dan Argasiam (2019) yang keduanya
quarter life crisis, artinya semakin tinggi tingkat resiliensi maka semakin
rendah tingkat quarter life crisis seseorang tersebut. Namun, kedua penelitian
selanjutnya berupa lebih menggali lebih dalam mengenai faktor internal dan
eksternal dari quarter life crisis, lebih menitik beratkan penelitian ke dewasa
awal umur 20an saja dan lebih sedikit pada remaja sebagai subjek penelitian,
identity exploration atau pencarian jati diri, instability atau masa di mana
yang baru, being self focused atau tuntutan kemandirian, dan the age of
di masa depan. Serta faktor eksternal berupa relasi sosial (teman, pasangan,
bahwa resiliensi sendiri ialah salah satu bagian dari indikator penting yang
resiliensi yang ada pada individu menjadikan individu tersebut dapat bertahan
Quarter life crisis adalah termasuk salah satu bentuk kesulitan yang dialami
oleh seseorang yang tentunya harus terselesaikan dengan baik. Quarter life
buruknya relasi serta bimbang dalam karir, maupun stres yang berujung
depresi.
crisis yang diderita oleh individu pada masa dewasa awal khususnya yang
berada di Kota Makassar. Oleh karena itu pada penelitian kali ini, peneliti
1. Manfaat Teoritis
11
selanjutnya.
2. Manfaat Praktis
a. Bagi Mahasiswa
Penelitian ini bisa menjadi rujukan untuk digali serta dikaji lebih
dalam khususnya mengenai resiliensi serta quarter life crisis pada usia
dewasa awal.
c. Bagi Masyarakat
diderita banyak individu yang berada pada fase dewasa awal dan
setelah itu masyarakat bisa menjadi salah satu faktor quarter life crisis
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
kehidupan, muncul dan dikenal pertama kali sebagai istilah yaitu pada
tahun 2001 oleh Alexandra Robbins dan Abby Wilner dan didasari oleh
penelitian mereka kepada individu dewasa awal di Amerika pada abad ke-
berada pada tahap memasuki dunia yang sebenarnya ketika mereka telah
Wilner, 2001).
Crisis terjadi pada rentang usia 18-29 tahun dan merupakan suatu respon
pada banyak sekali pilihan dan kecemasan serta perasaan tidak berdaya.
Hal itu dimulai ketika individu telah lulus atau selesai dari dunia
panik, serta tersesat atau tidak mempunyai tujuan. Dan outputnya bisa
12
13
Quarter life crisis tidak selalu terjadi pada semua individu yang berada
pada usia 20-an, ada individu yang pada masa tersebut tetap menjalani
individu lainnya tetap banyak yang mengalami quarter life crisis dengan
kecemasan, perasaan tertekan, tidak percaya diri dan merasa tidak berguna
(Nash dan Murray, 2010). Quarter life crisis menurut Black (2010) adalah
Quarter life crisis sejatinya terjadi ketika individu sedang berada dalam
masa dewasa awal, dan ditandai dengan adanya perasaan khawatir atau
cemas ketika berbicara tentang masa depan. Lebih jelas, Atwood dan
karir, maupun dalam hal bersosial pada umumnya seperti urusan relasi
dengan orang lain dan lain sebagainya. Nash dan Murray (2010) juga
Masalah yang dialami oleh individu yang mengalami quarter life crisis
keinginan yang ingin terwujud entah itu harapan orang tua, karir yang
Quarter Life Crisis juga merupakan suatu reaksi yang terjadi ketika
individu berada pada usia 20-an yang mana mempunyai ketakutan dalam
disimpulkan bahwa quarter life crisis merupakan suatu krisis hidup yang
terjadi ketika individu sedang berada pada usia 20an atau dewasa awal.
dalam hal ini jangka panjang, namun tidak jarang ada juga pilihan
b. Putus asa
dan merasa putus asa, mereka beranggapan bahwa apa yang telah
mereka lakukan selama ini tidak berguna dan tidak mendapatkan apa-
apa. Hal itu ditambah ketika mereka melihat teman sebayanya yang
jauh berbeda.
lain dan yang terjadi adalah individu akan memandang dirinya rendah.
tersebut bingung dan tidak tahu apa yang akan ia lakukan atau di mana
ia harus memulai.
e. Cemas
f. Merasa tertekan
dan yang akhirnya yang terjadi sesuatu itu akan membebaninya dan
Allison dan Black (2010) mengatakan bahwa dalam Quarter Life Crisis
a. Faktor internal
tentang diri individu itu sendiri. Hal itu sangat berpotensi menjadi
antara lain:
eksplorasi atau dengan kata lain adalah mencari jati diri. Proses
mandiri, namun saat dewasa sudah tidak seperti itu, maka hal ini
b. Faktor eksternal
tua lagi, juga dalam hubungan antar lawan jenis yang mana
yang ia nikahi adalah seseorang yang baik bagi dirinya atau tidak.
19
2. Karir
lain sebagainya.
3. Tantangan akademik
menyelesaikannya.
Quarter life crisis jika dibiarkan dan tak terselesaikan dengan baik
dari 7 aspek pembentuk Quarter Life Crisis oleh Robbins dan Wilner
life crisis yaitu perasaan khawatir, cemas, putus asa, Penilaian diri
dari 7 aspek pembentuk Quarter Life Crisis oleh Robbins dan Wilner
Diri Mahasiswa Psikologi UIN Malang”. Berisi total 28 item valid dan
21
reliabel.
2.2 Resiliensi
tidak baik atau sedang mengalami kesulitan dalam hidup sehingga mampu
bangkit dari keadaan tersebut dan menjadi pribadi yang lebih baik dari
sulit atau traumatis secara sehat atau produktif, yang mana hal tersebut
koping efektif dan adaptasi positif ketika berada dalam suatu tekanan atau
(Hendriani, 2018).
23
stagnan, yang dimiliki oleh individu sejak lahir, atau secara langsung
Terlepas dari jumlah uang yang seseorang miliki, atau sejauh mana orang
tua seseorang itu lalai atau peduli, atau seberapa baik individu
adalah kontinum, dan di mana pun individu berada dalam kontinum itu,
Shatte, 2002).
Hal itu selaras dengan apa yang diterangkan oleh Perkins dan Caldwell
sebuah atribut yang pasti, namun jauh dari itu semua resiliensi merupakan
suatu fenomena yang bersifat fluid atau tidak stagnan antar waktu.
suatu masalah yang membutuhkan suatu pilihan yang tepat namun akurat,
daripada itu resiliensi juga membuat individu mampu untuk tetap merasa
2002).
jalan yang telah mereka tempuh sejauh ini (Reivich dan Shatte, 2002)
secara positif ketika sedang dalam masalah atau mengalami situasi yang
25
tidak larut dalam keterpurukan serta dapat bangkin dan mencari jalan
a. Self-Reliance
lain.
kemampuan serta batasan yang ada dalam dirinya, sehingga yakin akan
b. Perseverance
yang tidak baik. Ketekunan dapat dilihat dari tindakan individu ketika
tetap teguh untuk berusaha keluar dari situasi tersebut dan juga tetap
dibutuhkan ketekunan.
c. Equanimity
artinya hidup tidak selalu tentang berakhir baik begitu pula ketika
d. Meaningfulness
memiliki sebuah nilai dan juga tujuan untuk dicapai, dan untuk
tujuan hidup serta maknanya adalah aspek yang sangat penting dari
resiliensi, dengan alasan hal tersebut yang menjadi dasar bagi keempat
berperan sebagai penguat individu untuk tidak mundur dan terus maju
e. Existential aloneness
dengan sekitar. Individu yang kenal dan paham akan dirinya tidak akan
melainkan mampu sadar akan apa yang dilakukannya dan hal itu tentu
lima faktor yang mendasari sebuah resiliensi, antara lain trust, autonomy,
Grotberg juga yakin akan lima faktor tersebut berkaitan dengan tahapan
1. Trust
lingkungan kepadanya.
2. Autonomy
menyadari bahwa dirinya adalah pribadi yang tidak sama dan terpisah
anak tersebut akan tumbuh sebagai pribadi yang sadar akan peran
3. Initiative
apa yang ia perbuat, serta dapat mandiri. Inisiatif sendiri juga dapat
4. Industry
5. Identity
individu terhadap dirinya sendiri, entah itu secara fisik maupun secara
psikologis.
empat fungsi dasar dari sebuah resiliensi dalam kehidupan manusia, yaitu :
kekerasan dalam rumah, atau broken home atau dengan kata lain
bangkit dari keterpurukan dari hal-hal tersebut atau dengan kata lain
32
atau rintangan yang akan datang, mustahil ada manusia yang hidupnya
atau kesejahteraannya.
besar.
perpisahan. Atau dengan kata lain ada keluarga, teman dekat, atau
orang terdekat, dan dari hal tersebut ada yang berubah menjadi suatu
resiliensi seseorang;
33
kesempatan.
menjauhkan mereka dari jalan yang telah mereka tempuh sejauh ini
yang awalnya dibuat oleh Wagnild dan Young pada tahun 1993. Skala
Idemudia, 2015).
penelitian.
untuk bangkit kembali atau pulih dari stres. BRS sendiri berbeda dari
(BRA) adalah alat ukur yang reliabel untuk menilai faktor ketahanan
dalam hal kemampuan untuk pulih dan bangkit kembali dari stres
psikologi yang dikembangkan oleh Reivich dan Shatte yang terdiri dari
56 item. Skala ini telah diujikan kepada ribuan orang dari berbagai
awal adalah individu yang sedang dalam rentang usia 18 hingga 25 tahun.
pertumbuhannya sebagai remaja sudah selesai dan siap terjun dan berperan
dalam masyarakat bersama orang dewasa lainnya. Pada masa ini individu
pola hidup yang baru. Usia dewasa awal dimulai dari 18 tahun hingga
individu memasuki usia 20-an dan akan berlangsung hingga sekitar umur
30-an. Lebih lanjut, Putri (2019) memaparkan bahwa sangat penting akan
tersebut berada pada masa dewasa awal. Hal tersebut menjadi sebab agar
individu tersebut bisa menjalani kehidupan yang baik, jauh dari masalah
lanjut.
mengenai tugas yang dimaksud disini antara lain yaitu individu bisa
kelompok-kelompok sosial.
2.4 Pengaruh Resiliensi terhadap Quarter Life Crisis pada Dewasa Awal
sampai 29 tahun. Pada masa tersebut perasaan cemas dan gelisah sering kali
menjadi arah atau tujuan dirinya untuk di masa depan, juga kepuasan terhadap
apa yang sedang dilakukan, maupun pencapaian seperti apa yang telah ia
Jika quarter life crisis tak terselesaikan dengan baik nantinya akan
dalam pencapaian karir, buruknya relasi dengan orang lain, juga dapat
37
dan lain-lain. Salah satu faktor yang mempengaruhi quarter life crisis berasal
dari faktor internal dan hal itu tidak terlepas dari diri individu itu sendiri.
Salah satu hal yang dapat membantu seorang individu untuk bisa bertahan
dalam keadaan krisis atau masalah adalah adanya resiliensi yang dimiliki oleh
beradaptasi ketika berada dalam kondisi yang tidak baik atau sedang
bahwa resiliensi dan interaksi orang tua memiliki hubungan pengaruh negatif
signifikan dengan quarter life crisis, artinya semakin tinggi tingkat resiliensi
maupun interaksi individu maka semakin rendah quarter life crisis individu
tersebut.
38
Individu yang resilien akan dapat fokus terhadap masalahnya dan mencari
terjadi dalam hidupnya. Individu tidak mudah merasa cemas dan depresi,
dengan begitu dapat dilihat pentingnya resiliensi terhadap quarter life crisis.
39
Dewasa Awal
Penelitian Kuantitatif
= Fokus Penelitian
= Pengaruh
40
2.6 Hipotesis
resiliensi terhadap quarter life crisis pada dewasa awal di Kota Makassar.
41
BAB III
METODE PENELITIAN
suatu variabel yang berkiblat pada proses pengukuran. Output atau hasil final
dari pendekatan penelitian kuantitatif ini akan berbentuk digit atau skor.
variabel adalah suatu hal yang bermacam-macam atau dengan kata lain
merupakan suatu entitas yang bervariasi dan menjadi objek kajian atau
penelitian itu sendiri. Variabel yang akan diteliti pada penelitian ini antara
lain, yaitu:
a. Resiliensi
dalam beradaptasi ketika berada dalam kondisi yang tidak baik atau
41
42
dari keadaan tersebut dan menjadi pribadi yang lebih baik dari
sebelumnya.
adalah suatu krisis yang terjadi pada individu pada rentang usia 18-29
tahun atau baru lulus dari dunia perkuliahan dan dihadapkan dengan
a. Resiliensi
3.4.1 Populasi
lainnya. Populasi dalam penelitian ini adalah individu dewasa awal yang
3.4.2 Sampel
dipakai dalam penelitian ini adalah 0,05 atau 5%. Sampel yang akan
digunakan yaitu individu dewasa awal dengan rentang usia 18-25 tahun
Populasi yang ada dipakai dalam penelitian ini adalah individu dewasa
dan tidak diketahui jumlahnya secara pasti, maka peneliti perlu melakukan
Skala quarter life crisis pada penelitian ini memakai skala dari Farah
yang mana terdiri dari tujuh dimensi, yakni bimbang dalam mengambil
keputusan, putus asa, Penilaian diri rendah, terjebak dalam situasi sulit,
ketujuh dimensi tersebut, maka dibuat skala quarter life crisis yang
Jumlah aitem 42
46
lain yang berupa ‘Sangat sesuai’, ‘Sesuai’, ‘Netral’, ‘Tidak Sesuai’, dan
Skala resiliensi yang dipakai pada penelitian ini adalah skala hasil
adaptasi dari The Resilience Scale atau skala resiliensi yang dibuat oleh
Wagnild & Young (1993) berdasarkan kelima aspek yaitu Self reliance,
1 Meaningfulness 4,11,13,14,17 5
2 Perseverance 1,2,6,10,18,21,24 7
3 Self-reliance 8,9,16,19,20 5
5 Equanimity 7,12,15 3
Jumlah 25
data penelitian. Adaptasi skala yang peneliti lakukan hanya pada skala
dan Nur Fitriana Kadir yang merupakan sarjana sastra Inggris dari
Universitas Hasanuddin.
Kepulauan.
proses telaah selesai dilanjutkan dengan proses uji validitas dan uji
reliabilitas.
3.6.2 Validitas
Sebuah alat ukur dapat dikatakan valid jika alat ukur tersebut dapat
secara akurat mengukur apa yang akan diukur. Validitas sendiri berkaitan
1. Validitas Logis
karena alat ukur quarter life crisis merupakan skala siap pakai, dan
2. Validitas Tampang
item yang ada pada kedua skala tersebut. Hasil dari validitas tampang
ini adalah untuk keseluruhan tampilan skala sudah baik, bahasa yang
Namun ada beberapa item yang menurut reviewer lebih baik untuk
diubah pada segi redaksi kata yang dari kalimat pasif ke kalimat aktif
50
yaitu pada item “Ketika saya gagal, saya merasa tidak berguna”
diubah menjadi “Saya merasa tidak berguna ketika saya gagal” dan
“saya merasa apa yang saya lakukan sia-sia”. Adapun item-item yang
3. Validitas Konstrak
analysis (CFA) pada aplikasi Lisrel 8.8. Data dikatakan valid jika telah
0.05.
keseluruhan item pada skala quarter life crisi adalah valid yaitu
item, terdapat 2 item yang tidak valid yaitu item 11 dan item 22.
3.6.3 Reliabilitas
penelitian ini menggunakan uji statistik Cronbach Alpha > 0.06. dan nilai
reliabilitas dari masing-masing alat ukur yaitu skala quarter life crisis dan
skala resiliensi adalah pada skala quarter life crisis nilai reliabilitasnya
signifikansi sebesar > 0.06 artinya kedua alat ukur tersebut telah reliabel.
Analisis data dilakukan untuk mendapatkan hasil yang maksimal dan juga
mencapai taraf kebenaran yang tinggi maka dari itu penelitian ini
1. Uji Normalitas
artinya jika nilai signifikansi yang keluar adalah < 0.05 data
2. Uji Linieritas
hubungan yang linear atau berbentuk garis lurus. Uji linearitas dalam
53
yang ada adala < 0.05, maka kedua variabel tersebut linier.
yang telah dibuat bisa diterima atau tidak. Gulo (2010) mengatakan bahwa
Analisis yang digunakan pada uji hipotesis dalam penelitian ini adalah
H0: Tidak terdapat pengaruh resiliensi terhadap quarter life crisis pada
H1: Terdapat pengaruh resiliensi terhadap quarter life crisis pada dewasa
Penyusunan
Proposal
Revisi Proposal
Penyusunan
Instrumen
Pengambilan Data
Penginputan dan
Analisis data
Penyusunan
Proposal
55
BAB IV
1. Usia
20-21 tahun terdapat responden dengan jumlah 166 atau 40% dari
dengan jumlah 139 atau 33% dari total responden pada kategorisasi
total responden.
180 166
160 139
140
120
100
80 70
60 43
40
20
0
18-19 20-21 22-23 24-25
umur
55
56
2. Jenis Kelamin
350 311
300
250
200
150 107
100
50
0
Laki-laki Perempuan
jenis kelamin
Gambar 4.2 Diagram Deskriptif Subjek Berdasarkan Jenis Kelamin
3. Status Pekerjaan
350 315
300
250
200
150
103
100
50
0
Bekerja Tidak Bekerja
status pekerjaan
4. Pendidikan Terakhir
350
290
300
250
200
150 128
100
50
0
SMA/SMK S1/D3
pendidikan terakhir
58
5. Agama
responden.
400 350
350
300
250
200
150
100
44
50 15 9
0
Islam Protestan katolik Lainnya
agama
6. Suku
responden.
160 147
140 119
120
94
100
80
58
60
40
20
0
Bugis Makassar Toraja Lainnya
suku
Gambar 4.6 Diagram Deskriptif Subjek Berdasarkan Suku
7. Tempat Tinggal
350 316
300
250
200
150 102
100
50
0
Bersama orang Kost/Asrama/Sendiri
tua/kerabat
tempat tinggal
Gambar 4.7 Diagram Deskriptif Subjek Berdasarkan Tempat
Tinggal
8. Sedang Berkuliah
350 318
300
250
200
150
100
100
50
0
Ya Tidak
berkuliah
9. Sedang Berpacaran
350
300
300
250
200
150 118
100
50
0
Ya Tidak
berpacaran
Gambar 4.9 Diagram Deskriptif Subjek Berdasarkan Sedang
Berpacaran
62
10. Menikah
450 406
400
350
300
250
200
150
100
50 12
0
Ya Tidak
menikah
Gambar 4.5 Diagram Deskriptif Subjek Berdasarkan Telah
Menikah
terdapat nilai rata-rata atau mean yaitu sebesar 140.28 dan juga
350
291
300
250
200
150
100 55 55
50 15
2
0
Sangat Tinggi Sedang Rendah Sangat
Tinggi Rendah
13% dengan skor tinggi, 291 responden atau 70% dengan skor
2. Resiliensi
nilai rata-rata atau mean yaitu sebesar 124.17 dan juga standar
350
293
300
250
200
150
100
58
44
50
11 12
0
Sangat Tinggi Sedang Rendah Sangat
Tinggi Rendah
140 122
120
100 92
80 usia 18-19
60 52
27 usia 20-21
40 25 25
12 15 16 9
20 0011 3 3 3345 usia 22-23
0 usia 24-25
sangat tinggi sedang rendah sangat
tinggi rendah
QLC
Gambar 4.13. Deskriptif Quarter Life Crisis berdasarkan Usia
Berdasarkan apa yang ditampilkan pada diagram yang diperoleh
Kelamin
250 221
200
150
100 70 jk laki-laki
47
50 23 32 jk perempuan
0 2 8 6 9
0
sangat tinggi sedang rendah sangat
tinggi rendah
QLC
Pekerjaan
300
250
250
200
150
100 . bekerja
48 41 41
50 . tidak bekerja
1 1 7 14 4 11
0
sangat tinggi sedang rendah sangat
tinggi rendah
QLC
rendah.
Pendidikan
250
207
200
150
100 84
. SMA/SMK
40 32 23
50 15 . S1/D3
2 0 8 6
0
sangat tinggi sedang rendah sangat
tinggi rendah
QLC
Gambar 4.16. Deskriptif Quarter Life Crisis berdasarkan
Pendidikan Terakhir
70
300
246
250
200
150 agama islam
rendah.
72
120
100
100
81
80 67
60 suku bugis
43
40 28 suku makassar
1618 15 14
20 6 76 9 suku toraja
0101 231
0 suku lainnya
sangat tinggi sedang rendah sangat
tinggi rendah
QLC
rendah.
Tinggal
250 223
200
150
. Bersama orang
100 68 tua/kerabat
39 42 . Kost/Asrama/Sendiri
50 16 13 11 4
11
0
sangat tinggi sedang rendah sangat
tinggi rendah
QLC
Berkuliah
250 225
200
150
100 66 berkuliah ya
47 37
50 18 berkuliah tidak
1 1 8 8 7
0
sangat tinggi sedang rendah sangat
tinggi rendah
QLC
rendah.
Berpacaran
250
213
200
150
100 78 berpacaran ya
39 35
50 16 20 berpacaran tidak
0 2 4 11
0
sangat tinggi sedang rendah sangat
tinggi rendah
QLC
rendah.
Menikah
300 284
250
200
150
100 menikah ya
55 52
50 menikah tidak
0 2 0 7 3 2 13
0
sangat tinggi sedang rendah sangat
tinggi rendah
QLC
120 106
96
100
80
55 usia 18-19
60 36 35
40 21 16 usia 20-21
20 2441 713 3 5 2 1821 usia 22-23
0
sangat tinggi sedang rendah sangat usia 24-25
tinggi rendah
Resiliensi
250 219
200
150
100 74
46 jk laki-laki
50 31
6 5 13 12 2 10 jk perempuan
0
sangat tinggi sedang rendah sangat
tinggi rendah
Resiliensi
300
239
250
200
150
100 54 52 . bekerja
39
50 1 10 5 6 1 11 . tidak bekerja
0
sangat tinggi sedang rendah sangat
tinggi rendah
Resiliensi
rendah.
81
250
198
200
150
94
100 . SMA/SMK
45
50 30 . S1/D3
7 4 14 13 9 3
0
sangat tinggi sedang rendah sangat
tinggi rendah
Resiliensi
rendah.
82
300
250
250
200
150 agama islam
120
100
100 82
80 71
60 suku bugis
40
40 suku makassar
1514 11 2117
20 5312 4 911 5 3 3 suku toraja
1
0 suku lainnya
sangat tinggi sedang rendah sangat
tinggi rendah
Resiliensi
250 218
200
150
. Bersama orang
100 75 tua/kerabat
34 45
50 10 1 10 13 . Kost/Asrama/Sendiri
93
0
sangat tinggi sedang rendah sangat
tinggi rendah
Resiliensi
250 218
200
150
100 75 berkuliah ya
48
50 35 berkuliah tidak
8 3 9 10 9 3
0
sangat tinggi sedang rendah sangat
tinggi rendah
Resiliensi
sangat rendah.
87
250 208
200
150
85
100
37 44 berpacaran ya
50 6 5 7 14 6 6 berpacaran tidak
0
sangat tinggi sedang rendah sangat
tinggi rendah
Resiliensi
rendah.
88
350
286
300
250
200
150
menikah ya
100 55
42 menikah tidak
50 0 11 2 7 3 0 12
0
sangat tinggi sedang rendah sangat
tinggi rendah
Resiliensi
Gambar 4.32. Deskriptif Resiliensi berdasarkan Telah Menikah
Dalam penelitian ini dilakukan uji asumsi berupa uji normalitas dan
juga uji linieritas, berikut hasil serta penjelasan mengenai uji normalitas
1. Uji Normalitas
> 0.05, yang artinya jika nilai signifikansi yang keluar adalah < 0.05
hasil dari uji normalitas yang dilakukan adalah sebesar 0.099 yang
normal.
90
2. Uji Linieritas
nilai signifikansi yang ada adala < 0.05, maka kedua variabel
tersebut linier
hasil dari uji linieritas yang dilakukan adalah sebesar 0.000 yang
mana dapat diketahui bahwa data kedua variabel pada penelitian ini
telah linier.
yang telah dibuat bisa diterima atau tidak. Gulo (2010) mengatakan
Quarter life
Crisis 0.086 8,6% 39.15 0.000 Signifikan
Resiliensi
Keterangan:
*R Squere Change = Koefisien Determinan
**F Change = Nilai Uji Koefisien regresi secara stimulant
***Sig. F Change = Nilai Signifikansi F, p < 0.05
Dari tabel di atas dapat terlihat bahwa nilai R square change adalah
0.086 atau dalam bentuk persen sebesar 8,6%. Hal ini menunjukkan
berasal dari faktor lain yang tidak ada pada penelitian ini. Untuk nilai F
yaitu 39.15 dan signifikansi F sebesar 0.000 yang mana nilai tersebut
lebih kecil dari taraf signifikansi 5% atau < 0.05. Dari data tersebut
sebesar 196.65 dan nilai B yaitu -0.454. Dapat terlihat bahwa arah
4.2 Pembahasan
responden atau 70% dengan skor sedang, 58 respoden atau 14% dengan
pada dewasa awal di Kota Makassar itu bervariasi atau berbeda dan
ditemukan pada beberapa penelitian lain, yaitu Athira (2021) yang hasil
responden atau 40,4% dan tingat skor tinggi 137 responden atau 59,6%.
berupa hasil tingkat skor resiliensi yaitu 14,4% kategori tinggi, 74,4%
pada tingkat sedang, sebanyak 293 responden atau 70% dari total
jumlah keseluruhan responden yaitu 418 responden. Hasil ini bisa saja
4.2.2 Gambaran Umum Quarter Life Crisis pada Dewasa Awal di Kota
Makassar
Kota Makassar memiliki tingkat skor quarter life crisis yang dominan
skor quarter life crisis sangat tinggi, 55 responden atau 13% dengan
skor tinggi, 291 responden atau 70% dengan skor sedang, 55 respoden
atau 13% dengan skor rendah, dan terakhir terdapat 15 respoden atau
tingkat quarter life crisis pada dewasa awal di Kota Makassar itu
kategori sedang dari tingkat quarter life crisis pada dewasa awal
95
sangat tinggi, 13% pada tingkat tinggi, 70% pada tingkat sedang, 12%
Selain itu penelitian lain juga menunjukan bahwa tingkat quarter life
crisis pada dewasa awal itu bervariasi yaitu pada penelitian Athira
tingkat quarter life crisis dan digolongkan menjadi tiga kategori besar
quarter life crisis rendah sebanyak 48,9%, sedang sebesar 59,49%, dan
adanya dominasi tingkat quarter life crisis pada dewasa awal di Kota
Makassar pada tingkat sedang, sebanyak 291 responden atau 70% dari
total jumlah keseluruhan responden yaitu 418 responden. Hasil ini bisa
yang berbeda-beda.
Hal ini sejalan dengan Allison dan Black (2010) yang menjelaskan
individu, relasi di sini ialah hubungan entah itu pada teman, pasangan,
tempat kerja yang bisa jadi pemicu adanya quarter life crisis.
Makassar.
sisanya.
crisis.
Jika dilihat dari demografi jenis kelamin, pada penelitian ini terdapat
crisis pada jenis kelamin perempuan lebih tinggi dari pada laki-laki. Hal
ini sejalan dengan hasil penelitian dari Fadhilah (2021) yaitu tingkat
Makassar lebih tinggi dibanding yang berjenis kelamin laki-laki. Hal itu
adalah identity exploration atau pencarian jati diri, instability atau masa
99
dan masalah yang baru, being self focused atau tuntutan kemandirian,
yang berbeda. Jenis kelamin sendiri juga menjadi salah satu faktor yang
memaparkan bahwa ada perbedaan jenis krisis yang terjadi pada laki-
misalnya stres pada pekerjaan atau belum bekerja, dll, Sedangkan pada
dengan keluarga.
(Noviana & Suci, 2010). Stigma negatif tersebut berupa adanya label
2012).
Dari pemaparan di atas dapat terlihat juga bahwa adanya peran dari
keluarga yang dalam hal ini adalah orangtua yang memberi tuntutan
dewasa awal disebut quarter life crisis, jadi dapat dikatakan bahwa
Hal itu didukung dengan adanya temuan oleh Vasquez (2015) yang
beberapa hal yang menyebabkan hasil dari penelitian ini menunjukkan adanya
responden atau 74% dibanding laki-laki yang hanya sebesar 107 responden
atau 26%. Demikian juga dengan status pekerjaan yang lebih dominan tidak
bekerja sebesar 315 responden atau 75% dibanding yang bekerja. Dari hal
BAB V
5.1 Kesimpulan
terhadap quarter life crisis pada dewasa awal di Kota Makassar, dapat
1. Terdapat pengaruh resiliensi terhadap quarter life crisis pada dewasa awal
quarter life crisis, dan arah pengaruh negatif yang berarti semakin tinggi
responden.
3. Tingkat Quarter Life Crisis pada dewasa awal di kota Makassar, berada
pada kategori sedang dengan nilai persentase 70% atau sebanyak 291
responden.
5.2 Saran
102
103
adanya quarter life crisis adalah relasi di dalam keluarga. Dan juga
penting bagi orang tua untuk menumbuhkan sifat resiliensi pada anak
masalah tersebut.
variabel independen.
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN-LAMPIRAN
109
LAMPIRAN 1
SKALA PENELITIAN
110
1. Copywriting
2. Identitas Responden
111
3. Skala QLC
4. Skala Resiliensi
112
LAMPIRAN 2
TABULASI DATA
113
Status Tempat
No Jenis Kelamin Usia Pendidikan Agama Suku Kuliah Pacaran Menkah
Pekerjaan Tinggal
1 Perempuan 22 Tidak Bekerja S1 Protestan Makassar Ortu Tidak Tidak Tidak
2 Perempuan 18 Tidak Bekerja SMA Islam Bugis Ortu Ya Tidak Tidak
3 Perempuan 22 Bekerja S1 Islam Makassar Ortu Tidak Tidak Tidak
4 Perempuan 25 Tidak Bekerja S1 Islam Jawa Sendiri Tidak Tidak Ya
5 Laki-laki 19 Tidak Bekerja SMA Islam Makassar Ortu Ya Ya Tidak
6 Perempuan 20 Tidak Bekerja SMA Islam Bugis Sendiri Ya Tidak Tidak
7 Perempuan 22 Tidak Bekerja S1 Islam Bugis Ortu Tidak Tidak Tidak
8 Laki-laki 23 Tidak Bekerja S1 Islam Bugis Ortu Ya Tidak Tidak
9 Perempuan 21 Tidak Bekerja SMA Islam Bugis Sendiri Ya Tidak Tidak
10 Perempuan 21 Tidak Bekerja SMA Islam Bugis Ortu Ya Tidak Tidak
11 Perempuan 22 Tidak Bekerja S1 Islam Makassar Sendiri Ya Tidak Tidak
12 Perempuan 22 Tidak Bekerja S1 Islam Bugis Ortu Tidak Ya Tidak
13 Perempuan 23 Tidak Bekerja S1 Protestan Toraja Ortu Tidak Tidak Tidak
14 Perempuan 22 Tidak Bekerja SMA Katolik Toraja Ortu Ya Tidak Tidak
15 Perempuan 20 Tidak Bekerja SMA Islam Bugis Sendiri Ya Ya Tidak
16 Perempuan 23 Tidak Bekerja SMA Islam Mandar Sendiri Ya Tidak Tidak
17 Perempuan 25 Bekerja S1 Islam Bugis Sendiri Tidak Tidak Tidak
18 Perempuan 22 Tidak Bekerja S1 Islam Gorontalo Ortu Tidak Tidak Tidak
19 Perempuan 22 Tidak Bekerja SMA Islam Bugis Sendiri Ya Tidak Tidak
20 Perempuan 22 Bekerja S1 Protestan Toraja Sendiri Tidak Ya Tidak
114
item item item item item item item item item item item item item item item
No
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15
1 4 2 4 4 4 2 2 2 5 5 5 2 1 2 4
2 4 2 3 3 2 2 4 2 5 4 3 2 3 3 2
3 4 3 4 3 4 4 4 3 4 4 4 2 3 4 4
4 2 2 2 2 3 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2
5 4 4 4 3 4 4 2 4 4 4 4 4 4 4 4
6 5 5 5 5 5 2 2 5 5 5 4 3 1 5 4
7 5 5 5 5 5 4 3 4 4 4 4 3 3 3 4
8 4 2 5 5 3 3 3 3 5 5 4 2 2 5 3
9 4 4 4 4 4 4 2 2 5 5 4 3 2 4 4
10 4 4 5 5 5 5 5 5 4 4 4 4 5 5 5
11 4 4 4 3 3 2 3 2 4 2 1 3 2 1 3
12 3 3 4 4 3 3 1 1 5 3 4 1 1 2 3
13 4 4 5 4 4 2 2 4 4 4 4 3 4 4 4
14 5 4 4 4 3 2 3 3 5 5 4 4 3 2 4
15 4 3 5 3 3 2 2 2 5 2 4 3 1 3 3
16 5 4 5 5 4 4 4 5 5 5 5 5 3 3 4
17 2 3 2 2 2 2 4 1 4 2 2 2 1 4 3
18 4 2 4 4 2 2 2 4 4 4 4 3 2 4 4
19 3 3 4 4 3 2 3 3 4 4 4 4 2 4 3
20 4 4 3 2 3 1 3 2 5 5 2 4 4 4 4
115
C. Data Resiliensi
LAMPIRAN 3
A. Validitas Tampang
1. Review Umum
Hasil Review
Reviewer Layout/tata Jenis &Ukuran Bentuk Skala
letak Huruf
Standar standar
Reviewer 1 standar
Reviewer 2 Baik OK OK
Sudah baik dan
Baik Baik
Reviewer 3 sesuai
Sesuai Sesuai
Reviewer 5 baik
Uraian Kesimpulan:
Berdasarkan hasil review dari kelima reviewer terhadap bagian review umum
yaitu mencakup layout/tata letak, jenis & ukuran huruf, dan bentuk skala diketahui
Hasil Review
Reviewer
Konten Bahasa
Uraian Kesimpulan:
118
khusus yaitu pengantar skala bahwa sudah baik dan tidak perlu ada yang
diperbaiki. Pengantar skala dinilai jelas secara konten, dan telah menggunakan
Hasil Review
Reviewer
Konten Bahasa
Uraian Kesimpulan:
khusus yaitu identitas responden bahwa sudah baik dan tidak perlu ada yang
Hasil Review
Reviewer
Konten Bahasa
Uraian Kesimpulan:
pengerjaan dinilai jelas secara konten, dan telah menggunakan bahasa yang
dapat dimengerti.
Skala I
Hasil Review
Reviewer
Konten Bahasa
Hasil Review
Reviewer
Konten Bahasa
Hasil Review
Reviewer
Konten Bahasa
Uraian Kesimpulan:
Berdasarkan hasil review dari kelima reviewer terhadap bagian review khusus
yaitu Kesimpulan Item Pernyataan bahwa konten dari tiap item sudah baik
namun ada beberapa item pernyataan yang masih perlu diubah yaitu pada item 18
dan 31.
Skala II
Hasil Review
Reviewer
Konten Bahasa
Hasil Review
Reviewer
Konten Bahasa
Uraian Kesimpulan:
Berdasarkan hasil review dari kelima reviewer terhadap bagian review khusus
yaitu Kesimpulan Item Pernyataan bahwa konten dari tiap item sudah baik dan
sesuai dengan aspeknya dan tidak ada hal yang harus diperbaiki pada bagian
LAMPIRAN 4
Faktor Keterangan
No. Item Error T-Value
Loading
X1 0.58 0.09 6.22 Valid
LAMPIRAN 5
Reliability Analysis
Scale Reliability Statistics
Cronbach's α
scale 0.891
Note. Of the observations, 418 were used, 0 were excluded listwise, and
418 were provided.
134
LAMPIRAN 6
BERDASARKAN DEMOGRAFI
135
jk * QLC Crosstabulation
QLC
sangat sangat
tinggi tinggi sedang rendah rendah Total
jk laki-laki 0 8 70 23 6 107
perempuan 2 47 221 32 9 311
e. Agama
sangat sangat
tinggi tinggi sedang rendah rendah
agama islam 2 46 246 45 11 350
protestan 0 5 30 7 2 44
katolik 0 3 9 3 0 15
lainnya 0 1 6 0 2 9
Total 2 55 291 55 15 418
f. Suku
Kost/Asrama/Sendiri 1 16 68 13 4 102
i. berpacaran
2. Resiliensi
a. Usia
jk * Resiliensi Crosstabulation
Resiliensi
sangat sangat
tinggi tinggi sedang rendah rendah Total
jk laki-laki 6 13 74 12 2 107
perempuan 5 31 219 46 10 311
c. Status Pekerjaan
g. Tempat tinggal
Kost/Asrama/Sendiri 1 10 75 13 3 102
LAMPIRAN 7
1. Uji Normalitas
2. Uji Linearitas
ANOVA Table
LAMPIRAN 8
Model Summaryb
Adjusted R Std. Error of the
Model R R Square Square Estimate
a
1 .293 .086 .084 23.496691
a. Predictors: (Constant), Resiliensi
b. Dependent Variable: QLC
ANOVAa
Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.
b
1 Regression 21614.511 1 21614.511 39.150 .000
Residual 229671.298 416 552.094
Total 251285.809 417
a. Dependent Variable: QLC
b. Predictors: (Constant), Resiliensi
Coefficientsa
Standardized
Unstandardized Coefficients Coefficients
Model B Std. Error Beta t Sig.
1 (Constant) 196.654 9.083 21.650 .000
Resiliensi -.454 .073 -.293 -6.257 .000
a. Dependent Variable: QLC