Anda di halaman 1dari 26

No.

Dokumen :
008/ENG/SK/VIII/2021
DOKUMEN MANUAL SISTEM
MANAJEMEN LINGKUNGAN No. Terbit : -
UNTUKPENGOLAHAN No. Revisi : -
LIMBAH CAIR
Tanggal : 13-08-2021

DOKUMEN MANUAL SISTEM


MANAJEMEN LINGKUNGAN DALAM
PENGOLAHAN LIMBAH CAIR
KEGIATAN PENGOLAHAN LIMBAH RSUD Dr. KANUJOSO
DJATIWIBOWO BALIKPAPAN

Jl. MT Haryono No.656, Batu Ampar, Kec. Balikpapan Utara, Kota


Balikpapan, Kalimantan Timur 76115

Disusun Oleh

Kelompok 2

Anggota Kelompok :

Taufik
Muhammad Nardo Saputra
Jermiko Christian Jonetran Rahul
Patrick Michael Nadiva Agung
Miftahul Hairul
Rahmatul Hidayat
No. Dokumen :
008/ENG/SK/VIII/2021
DOKUMEN MANUAL SISTEM
MANAJEMEN LINGKUNGAN No. Terbit : -
UNTUKPENGOLAHAN No. Revisi : -
LIMBAH CAIR
Tanggal : 13-08-2021

KATA PENGANTAR

Dalam rangka pemahaman lebih mendalam terhadap upaya pengelolaan lingkungan


di Rumah Sakit Dr. Kanujoso Djatiwibowo Balikpapan, laporan observasi ini disusun
untuk menggambarkan proses pengolahan limbah cair di lembaga tersebut. Melalui
pengamatan yang cermat, diharapkan laporan ini dapat memberikan gambaran
singkat namun informatif mengenai langkah-langkah yang diambil dalam menjaga
keberlanjutan lingkungan sekitar rumah sakit.

Laporan ini tidak terlepas dari kerjasama dan dukungan penuh pihak rumah sakit,
serta kontribusi tim yang terlibat dalam proses observasi. Segala masukan dan saran
untuk perbaikan lebih lanjut sangat dihargai.

Demikianlah kata pengantar singkat ini disusun. Semoga laporan observasi ini dapat
memberikan wawasan yang bermanfaat dalam meningkatkan pengelolaan limbah
cair di Rumah Sakit Dr. Kanujoso Djatiwibowo Balikpapan.

Terima kasih.
No. Dokumen :
008/ENG/SK/VIII/2021
DOKUMEN MANUAL SISTEM
MANAJEMEN LINGKUNGAN No. Terbit : -
UNTUKPENGOLAHAN No. Revisi : -
LIMBAH CAIR
Tanggal : 13-08-2021

DAFTAR ISI

DAFTAR ISI......................................................................................................................................... 3
BAB 1 PENDAHULUAN ....................................................................................................................... 4
Latar Belakang ............................................................................................................................... 4
Tujuan Observasi Pengolahan Limbah Cair Di Rumah Sakit ............................................................ 5
Ruang Lingkup Observasi ............................................................................................................... 5
BAB 2 Profil Instansi .......................................................................................................................... 6
2.1 Sejarah Rumah Sakit ................................................................................................................ 6
BAB 3 Landasan Teori ........................................................................................................................ 7
3.1.1 Manajemen Lingkungan Rumah Sakit ................................................................................ 7
3.1.2 Konsep Pencegahan Pencemaran ...................................................................................... 7
3.1.3 Pengertian Limbah Rumah Sakit ........................................................................................ 9
3.1.4 Sumber Limbah Rumah Sakit ........................................................................................... 10
3..1.5 Sifat Limbah Cair Rumah Sakit ........................................................................................ 11
3.1.6 Karakteristik Limbah Cair Rumah Sakit ............................................................................ 12
3.1.7 Pengolahan Limbah Cair Rumah Sakit.............................................................................. 12
3.1.8 Pengolahan Air Limbah Dengan Proses Biofilter "Up Flow" .............................................. 14
3.2.1 Proses Pengolahan Dengan Sistem Biofilter Anaerob-Aerob ............................................ 14
3.2.2 Persyaratan Limbah Cair Rumah Sakit ............................................................................. 15
3.2.3 Dampak Limbah Terhadap Kesehatan Lingkungan ........................................................... 15
BAB 4 Tahap Pengelolaan Limbah Cair di Ipal ................................................................................... 17
BAB 5 PENUTUP .............................................................................................................................. 24
No. Dokumen :
008/ENG/SK/VIII/2021
DOKUMEN MANUAL SISTEM
MANAJEMEN LINGKUNGAN No. Terbit : -
UNTUKPENGOLAHAN No. Revisi : -
LIMBAH CAIR
Tanggal : 13-08-2021

BAB 1
PENDAHULUAN
Latar Belakang

Pengelolaan limbah cair, khususnya di lingkungan rumah sakit, merupakan aspek penting
yang memerlukan perhatian serius. Rumah Sakit Dr. Kanujoso Djatiwibowo Balikpapan
sebagai lembaga pelayanan kesehatan yang memiliki tanggung jawab besar terhadap
kesehatan masyarakat, tidak hanya menghasilkan limbah medis, tetapi juga limbah cair yang
berasal dari berbagai kegiatan operasional.

Limbah cair dari rumah sakit mengandung berbagai zat yang dapat berpotensi merugikan
lingkungan dan kesehatan manusia jika tidak dikelola dengan baik. Oleh karena itu, observasi
terhadap proses pengolahan limbah cair di rumah sakit ini menjadi suatu kebutuhan
mendesak untuk memastikan bahwa tindakan pengelolaan limbah dilaksanakan sesuai
standar, efisien, dan berkelanjutan.

Latar belakang observasi ini merujuk pada upaya pemahaman mendalam terkait metode,
teknologi, dan kebijakan yang diterapkan dalam pengelolaan limbah cair di Rumah Sakit Dr.
Kanujoso Djatiwibowo Balikpapan. Melalui observasi ini, diharapkan dapat ditemukan
informasi yang relevan untuk meningkatkan efektivitas sistem pengelolaan limbah cair,
mengurangi dampak negatif terhadap lingkungan, dan memastikan keselamatan masyarakat
sekitar.

Keterlibatan masyarakat dan pemangku kepentingan lainnya juga menjadi bagian integral
dari upaya ini, karena kesadaran akan pentingnya pengelolaan limbah cair di rumah sakit
tidak hanya terbatas pada lingkungan internal rumah sakit, tetapi juga melibatkan dukungan
dan partisipasi aktif dari masyarakat sekitar.

Dengan adanya observasi ini, diharapkan dapat tercipta pemahaman yang lebih baik
mengenai kondisi pengelolaan limbah cair di Rumah Sakit Dr. Kanujoso Djatiwibowo
Balikpapan, dan laporan hasil observasi ini dapat memberikan kontribusi positif dalam upaya
peningkatan sistem pengelolaan limbah cair di rumah sakit tersebut.
No. Dokumen :
008/ENG/SK/VIII/2021
DOKUMEN MANUAL SISTEM
MANAJEMEN LINGKUNGAN No. Terbit : -
UNTUKPENGOLAHAN No. Revisi : -
LIMBAH CAIR
Tanggal : 13-08-2021

Tujuan Observasi Pengolahan Limbah Cair Di Rumah Sakit

Maksud dari tujuan observasi adalah sebagai berikut :

A. Mengetahui pengelolaan limbah cair pada Instalasi Pengelolaan Air Limbah


(IPAL) RSUD dr. Kanujoso Djatiwibowo Balikpapan.
B. Mengetahui karakteristik dan kualitas limbah cair produksi pada Instalasi
Pengolahan Air Limbah (IPAL) RSUD dr. Kanujoso Djatiwibowo Balikpapan.

Ruang Lingkup Observasi

Ruang lingkup pada observasi ini adalah mengetahui serta memahami system pengolahan
air limbah RSUD dr. Kanujoso Djatiwibowo Balikpapan. IPAL Rumah sakit ini memiliki
beberapa unit pengolahan seperti bar screen, bak penangkap lemak, 2 buah bak
penampung, 2 buah bak pengendapan, bak anaerob-aerob, wetlend, bak filtrasi, kolam
indicator, bak klorinasi.
No. Dokumen :
008/ENG/SK/VIII/2021
DOKUMEN MANUAL SISTEM
MANAJEMEN LINGKUNGAN No. Terbit : -
UNTUKPENGOLAHAN No. Revisi : -
LIMBAH CAIR
Tanggal : 13-08-2021

BAB 2
Profil Instansi
2.1 Sejarah Rumah Sakit

Pada tahun 1941, sejumlah rumah sakit di Balikpapan didirikan oleh Pemerintah
Pendudukan, termasuk Rumah Sakit Senrijoso (Mensibo) yang kini ditempati oleh
Hotel Sederhana Klandasan. Seiring perubahan kepemilikan, Rumah Sakit ini menjadi
tulang punggung pelayanan kesehatan di kota dan sekitarnya.

Setelah perang, NICA Hospital berdiri di Asrama Bukit pada tahun 1945, kemudian
berganti nama menjadi GBZ Hospital pada 1947. Rumah Sakit Umum Balikpapan
(RSU) muncul pada tahun 1949 di Gunung Sari Ulu, menjadi penyedia layanan
kesehatan utama bagi masyarakat.

Sejak itu, RSU Balikpapan mengalami evolusi signifikan, termasuk keretakan


bangunan pada 1983 yang mengarah pada pembangunan kembali di lokasi yang
lebih aman. Master plan untuk Rumah Sakit baru di Jl. Letjend. M.T. Haryono dimulai
pada 1985, dan pembangunan fisik dimulai pada 1994 dengan dukungan dana dari
IBRD, APBN, dan APBD.

Pada tahun 1997, gedung baru RSU Balikpapan diresmikan dan diberi nama RSU Dr.
Kanujoso Djatiwibowo Balikpapan, sesuai Keputusan Menteri Kesehatan RI. RSU ini
terus berkembang, dengan peresmian gedung Anggrek Hitam pada 2013, yang
mencerminkan komitmen pada pelayanan, pendidikan, dan penelitian di bidang
kesehatan.

Visi RSU Dr. Kanujoso Djatiwibowo Balikpapan adalah menjadi rumah sakit bertaraf
internasional dalam pelayanan dan pendidikan.

Misi RSU ini mencakup pelayanan prima, peningkatan kinerja rumah sakit yang
akuntabel, efektif, efisien, transparan, dan beretika, serta mensejahterakan karyawan.
Selain itu, RSU ini berkomitmen pada pendidikan, pelatihan, dan penelitian berbasis
ilmu pengetahuan dan teknologi, serta menjaga kualitas lingkungan rumah sakit
yang baik dan sehat.
No. Dokumen :
008/ENG/SK/VIII/2021
DOKUMEN MANUAL SISTEM
MANAJEMEN LINGKUNGAN No. Terbit : -
UNTUKPENGOLAHAN No. Revisi : -
LIMBAH CAIR
Tanggal : 13-08-2021

BAB 3
Landasan Teori
3.1.1 Manajemen Lingkungan Rumah Sakit

Manajemen adalah suatu seni dalam menyelesaikan pekerjaan dengan melalui


orang lain. Manajemen banyak dipraktikkan baik dalam organisasi bisnis, rumah
sakit,badan-badan pemerintah dan lain-lain organisasi (Adikoesoemo, 2002)

Konsep pengelolaan lingkungan lama yang lebih menekankan pengolahan


limbah setelah terjadinya limbah (end-of-pipe approach) kini telah berkembang
menjadi konsep yang memandang pengelolaan lingkungan sebagai sebuah sistem
dengan berbagai proses manajemen didalamnya yang dikenal sebagai Sistem
Manajemen Lingkungan(Environmental Management System) (Adisasmito, 2007).

Dengan pendekatan sistem tersebut, pengelolaan lingkungan tidak hanya


meliputi bagaimana cara mengolah limbah sebagai by product (output), tetapi juga
mengembangkan strategi-strategi manajemen dengan pendekatan sistematis untuk
meminimisasi limbah dari sumbernya dan meningkatkan efesiensi pemakaian
sumberdaya alam sehingga mampu mencegah pencemaran dan meningkatkan
perfomalingkungan. Aplikasi konsep pengelolaan lingkungan di rumah sakit telah
banyak dilaksanakan melalui praktik-praktik sanitasi lingkungan, seperti pencegahan
infeksinosokomial, penyehatan ruang dan bangunan, pengendalian vektor, dan
pengolahanlimbah rumah sakit (Adisasmito, 2007)..

3.1.2 Konsep Pencegahan Pencemaran

Pencegahan pencemaran merupakan strategi penting bagi rumah sakit dalam


upaya pengelolaan lingkungan dan hal tersebut membutuhkan perencanaan yang
terpadu dan menyeluruh yang mempengaruhi aktivitas rumah sakit secara keseluruhan.
Namun demikian, perubahan tersebut lebih memberikan peningkatan bagi kinerja
rumah sakit khususnya dalam aspek lingkungan (Adisasmito, 2007).
No. Dokumen :
008/ENG/SK/VIII/2021
DOKUMEN MANUAL SISTEM
MANAJEMEN LINGKUNGAN No. Terbit : -
UNTUKPENGOLAHAN No. Revisi : -
LIMBAH CAIR
Tanggal : 13-08-2021

Strategi ini mendorong pengelolaan lingkungan yang tidak lagi terfokus pada
bagaimanacara mengelola limbah (end-of-pipe approach), tetapi menekankan
penggunaan material yang lebih rasional, modifikasi, dan subtitusi material maupun
proses sehingga mencegah pencemaran sedini mungkin bahan pencemar masuk ke
dalam lingkungan dari sumbernya. Jika memang limbah sudah dihasilkan, maka
semaksimal mungkin direduksi atau diminimisasi melalui praktik-praktik penggunaan
kembali (reuse), daur ulang(recycle) dan perolehan kembali (recovery) (Adisasmito,
2007).

Inited State Environmental Protection Agency (US EPA) memberikan


definisipencegahan pencemaran adalah sebagai berikut:

"Penggunaan bahan, proses, atau praktik yang mengurangi atau menghilangkan


penciptaan polutan atau limbah pada sumbernya. Ini mencakup praktik yang
mengurangi penggunaan bahan berbahaya, energi, air atau sumber daya lainnya dan
praktik yang melindungi sumber daya alam melalui konservasi atau penggunaan yang
lebih efisien.

Sesuai dengan definisi diatas, maka konsep pencegahan pencemaran dapat


diartikan sebagai reduksi atau eliminasi yang dilakukan terhadap semua bahan
pencemar atau limbah yang dihasilkan pada sumbernya, baik dari penggunaan material,
proses maupun praktik-praktik yang dilakukan selama produksi. Hal ini meliputi
pengurangan penggunaan bahan-bahan atau material berbahaya, konsumsi energi, air,
dan sumber daya lainnya serta praktik-praktik lainnya yang lebih efisien (Bishop,
2000).

Menurut Adisasmito (2007), komponen penting yang menjadi kunci sukses


penerapankonsep dan program pencegahan pencemaran adalah sebagai berikut:

a. Komitmen dari manajemen puncak yang termanifestasi dalam bentuk


tertulis.Komitmen ini dapat meliputi penyediaan sarana, dukungan dana dan
sumber daya yang diperlukan dalam pelaksanaan program
b. Sistem manajemen termasuk keterlibatan para manajer tingkat menengah
dari berbagai unit yang ada
c. Partisipasi karyawan melalui pelatihan-pelatihan yang terkait program
pencegahan polusi
d. Investigasi sistematis potensi daya dukung dan hambatan penerapan
programpencegahan pencemaran
No. Dokumen :
008/ENG/SK/VIII/2021
DOKUMEN MANUAL SISTEM
MANAJEMEN LINGKUNGAN No. Terbit : -
UNTUKPENGOLAHAN No. Revisi : -
LIMBAH CAIR
Tanggal : 13-08-2021

e. Mengadakan penilaian pencegahan pencemaran yang dapat membantu unit-


unitoperasional dalam menidentifikasikan metode pencegaha pencemaran
yang dapat diterapkan
f. Menerapkan alternatif-alternatif dan memastikan hasil dari implementasi
pencegahanpencemaran
g. Mengulangi proses pencegahan pencemaran secara periodik untuk
peningkatan terus menerus
h. Kerja sama yang saling menguntungkan dengan pihak lain yang terlibat
dalam aktifitas rumah sakit
i. Pengembangan terus-menerus untuk mencapai hasil yang maksimal.

3.1.3 Pengertian Limbah Rumah Sakit

Limbah RS adalah semua limbah yang dihasilkan dari kegiatan RS dalam


bentukpadat,cair, pasta (gel) maupun gas yang dapat mengandung mikroorganisme
pathogenbersifat infeksius, bahan kimia beracun, dan sebagian bersifat radioaktif
(Depkes RI,2006).

Limbah RS yaitu buangan dari kegiatan pelayanan yang tidak dipakai ataupun
tidak berguna termasuk dari limbah pertamanan. Limbah rumah sakit cenderung
bersifat infeksius dan kimia beracun yang dapat mempengaruhi kesehatan manusia,
memperburuk kelestarian lingkungan hidup apabila tidak dikelola dengan baik.
Limbah rumah sakit adalah semua limbah yang dihasilkan dari kegiatan rumah sakit
dalam bentuk padat dan cair (KepMenkes RI No. 1204/Menkes/SK/X/2004).

Menurut KepMenkes RI (2004), Untuk mengoptimalkan penyehatan


lingkungan Rumah Sakit dari pencemaran limbah yang dihasilkannya maka Rumah
Sakit harus mempunyai fasilitas sendiri yaitu:

a. Fasilitas Pengelolaan Limbah padat


Setiap Rumah sakit harus melakukan reduksi limbah dimulai dari
sumber dan harus mengelola dan mengawasi penggunaan bahan kimia yang
berbahaya, beracun dan setiap peralatan yang digunakan dalam pengelolaan
limbah medis mulai pengumpulan,pengangkutan, dan pemusnahan harus
melalui sertifikasi dari pihak yang berwenang
No. Dokumen :
008/ENG/SK/VIII/2021
DOKUMEN MANUAL SISTEM
MANAJEMEN LINGKUNGAN No. Terbit : -
UNTUKPENGOLAHAN No. Revisi : -
LIMBAH CAIR
Tanggal : 13-08-2021

b. Fasilitas Pembangunan Limbah Cairan


Pengelolaan limbah cair di rumah sakit mengharuskan pengumpulan dalam
wadah yang sesuai dengan karakteristik bahan kimia dan radiologi, volume,
serta prosedur penanganan dan penyimpanan. Rumah sakit diwajibkan
memiliki instalasi pengolahan limbah cair sendiri atau bekerja sama secara
kolektif dengan bangunan di sekitarnya yang memenuhi persyaratan teknis.

Limbah padat rumah sakit, lebih dikenal sebagai sampah rumah sakit,
adalah benda yang tidak digunakan, tidak diinginkan, atau harus dibuang,
umumnya berasal dari kegiatan manusia dan bersifat padat (Azwar, 1990).

Limbah cair rumah sakit mencakup semua air buangan termasuk tinja yang
berasal dari kegiatan rumah sakit, yang kemungkinan mengandung
mikroorganisme, bahan beracun, dan radioaktif, serta darah yang berbahaya
bagi kesehatan (Depkes RI, 2006).

Air limbah rumah sakit merujuk pada seluruh cairan buangan hasil proses
kegiatan rumah sakit, meliputi limbah cair domestik, yaitu buangan kamar
dari rumah sakit yang mungkin mengandung mikroorganisme, bahan kimia
beracun, dan radioaktif (Said, 1999).

Azwar (1990) mendefinisikan air limbah atau air bekas sebagai air yang
tidak bersih dan mengandung berbagai zat yang dapat membahayakan
kehidupan manusia atau hewan, biasanya berasal dari aktivitas manusia
termasuk industri. Menurut Keputusan MenKes RI
NO.1204/MENKES/SK/X/2004 tentang Persyaratan Kesehatan
Lingkungan Rumah Sakit, limbah cair diartikan sebagai semua buangan
termasuk tinja yang berasal dari kegiatan rumah sakit yang mungkin
mengandung mikroorganisme, bahan kimia beracun, dan radioaktif yang
berbahaya bagi kesehatan.

3.1.4 Sumber Limbah Rumah Sakit

Menurut Ginting (2008), Dalam melakukan fungsinya rumah sakit


menimbulkanberbagai buangan dan sebagian dari limbah tersebut merupakan limbah
yang berbahaya.Sumber air limbah rumah sakit dibagi atas tiga jenis yaitu :
No. Dokumen :
008/ENG/SK/VIII/2021
DOKUMEN MANUAL SISTEM
MANAJEMEN LINGKUNGAN No. Terbit : -
UNTUKPENGOLAHAN No. Revisi : -
LIMBAH CAIR
Tanggal : 13-08-2021

a. Air Limbah Infeksius


Air limbah yang berhubungan dengan tindakan medis seperti
pemeriksaan mikrobiologis dari poliklinik, perawatan penyakit menular, dll.
b. Air Limbah Domestik
Air limbah yang tidak berhubungan dengan tindakan medis yaitu berupa
air limbah akmar mandi, dapur, dll.
c. Air Limbah Kimia
Air limbah yang dihasilkan dari penggunaan bahan kimia dalam
tindakan medis, laboratorium, sterilisasi, riset, dll.

Menurut Adisasmito (2007), dalam buku Sistem Manajemen


Lingkungan Rumah Sakit, Limbah cair rumah sakit terdiri dari limbah cair
infeksius dan non infeksius berasal dari kegiatan.

a. Pelayanan MCK (Mandi, Cuci, Kakus) pasien berupa limbah cair dalam
kamar mandi dan pencucian peralatan yang digunakan.
b. Laboratorium klinis, berupa air limbah dari pencucian peralatan
laboratorium dan sejenisnya
c. Pengobatan/perawatan klinis, terutama berasal dari kegiatan pencucian
ginjal dan pencucian peralatan.
d. Ruang operasi.
e. Laundry dan pembersihan ruang infeksi.
f. Emergency (Rawat Darurat)
g. Radiologi.

3..1.5 Sifat Limbah Cair Rumah Sakit

Menurut Kusumanto (1992), Limbah cair merupakan bahan buangan berbentuk cairanyang
biasanya mengandung bahan-bahan beracun, misalnya logam berat, senyawamethan dan
senyawa organik lainnya. Limbah cair rumah sakit mempunyai beberapa

karakteristik yaitu:

a. Sifat fisik meliputi warna keruh, konsistensi lebih kental, berat jenis lebih besar,banyak
buih.
b. Sifat kimia meliputi pH yang cenderung basa dan mengandung protein, lemak dan
karbohidrat
No. Dokumen :
008/ENG/SK/VIII/2021
DOKUMEN MANUAL SISTEM
MANAJEMEN LINGKUNGAN No. Terbit : -
UNTUKPENGOLAHAN No. Revisi : -
LIMBAH CAIR
Tanggal : 13-08-2021

c. Sifat biologis meliputi kandungan bakteri pathogen atau apatogen, fungi, virus dan
ganggang
d. Sifat radioaktif meliputi partikel dalam cairan.

3.1.6 Karakteristik Limbah Cair Rumah Sakit

Secara umum komposisi limbah cair rumah sakit dapat dibedakan menurut parameterfisika,
kimiawi dan biologi. Berdasarkan parameter fisika maka limbah cair di rumah sakitmempunyai
suhu antara 290-300 C. berdasarkan parameter kimia, maka air limbah rumahsakit mempunyai
BOD sebesar 155,80 ppm, nilai COD sebesar 425,90 ppm, konsentrasiphenol 0,32 ppm, kadar
amoniak sebesar 0,2 ppm, kandungan detergen sebesar 0,17 ppm,kandungan nitrit sebesar 0,37
ppm dan kandungan minyak mineral limbah adalah ppm.,air buangan domestik yang tidak
mengandung limbah industry mempunyai BOD kirakira 200 ppm (Jenie, 1993).

Berdasarkan parameter biologisnya limbah cair rumah sakit mengandung bakteripathogen.


Kuman patogen yang mencapai air merupakan kuman-kuman yang berasal daritinja hewan
atau manusia atau dari badan hewan atau manusia yang terkena penyakitinfeksi. Kuman-
kuman pathogen utama dalam air diantaranya kuman-kuman SalmonellaTayphi yang
menyebabkan penyakit tifus, Vibrio Cholera yang menyebabkan penyakitkolera, Shigella
Dysenteriae yang menimbulkan penyakit disentri, Escherichia sp yangmenyebabkan penyakit
diare pada bayi dan Leptospira. Sejumlah virus anterik didalamnya Hepatitis inffeksiosa dan
virus polio dan Protozoon Entamouba Histolytis(Bonang, 1982).

3.1.7 Pengolahan Limbah Cair Rumah Sakit

Menurut Adisasmito (2007), Pengolahan air limbah dapat menggunakan teknologipengolahan


secara biologis atau gabungan antara proses biologis dengan proses kimia-Geika Proses
secara biologi dapat dilakukan secara aerobik (dengan udara) dan anaerobikna udara) atau
kombinasi aerobik dan anaerobik. Proses biologis biasanya digunakanuntuk pengolahan air
limbah dengan BOD yang tidak terlalu besar.

a. Pengolahan Biologi Aerobik

Pengolahan limbah secara biologis aerobik dapat dibagi menjadi tiga yaitu:

1.Prosesbiologis dengan biakan tersuspensi (suspended culture)

Proses biologis dengan biakan tersuspensi adalah sistem pengolahan denganmenggunakan


aktifitas mikroorganisme untuk menguraikan senyawa polutanyang ada dalam air dan mikro-
organime yang digunakan dibiakkan secaratersuspesi di dalam suatu reaktor. Beberapa
No. Dokumen :
008/ENG/SK/VIII/2021
DOKUMEN MANUAL SISTEM
MANAJEMEN LINGKUNGAN No. Terbit : -
UNTUKPENGOLAHAN No. Revisi : -
LIMBAH CAIR
Tanggal : 13-08-2021

contoh proses pengolahan dengansistem ini antara lainproses lumpur aktif


standar/konvesional (standardactivated sludge), step aeration, contact stabilization, extended
aeration,oxidation ditch (kolam oksidasi sistem parit) dan lainya.

2. Proses biologis dengan biakan melekat (attached culture)Proses biologis dengan biakan
melekat yakni proses pengolahan limbah dimanamikro-organisme yang digunakan dibiakkan
pada suatu media sehinggamikroorganisme tersebut melekat pada permukaan media.
Beberapa contohteknologi pengolahan air limbah dengan cara ini antara lain: trickling filter
ataubiofilter, rotating biological contractor (RBC), contatc aeration/oxidation (aerasikontak).

3. Proses biologis dengan sistem kolam atau lagoon

Proses pengolahan air limbah secara biologis dengan lagoon atau kolam adalahdengan
menampung air limbah pada suatu kolam yang luas dengan waktu tinggalyang cukup.lama
sehingga dengan aktifitas mikro-organisme yang tumbuh secaraalami, senyawa polutan yang
ada dalam air akan terurai. Untuk mempercepat proses penguraian senyawa polutań atau
memperpendek waktu tinggal dapat jugadilakukam proses aerasi. Salah satu contoh proses
pengolahan air limbah dengancara ini adalah kolam aerasi atau kolam stabilisasi (stabilization
pond). Prosesdengan sistem lagoon tersebut kadang-kadang dikategorikan sebagai
prosesbiologis dengan biakan tersuspensi.

b. Pengolahan Biologi Anaerobik

Beberapa teknologi pengolahan limbah cair yang sering digunakan di rumah sakit yaituproses
lumpur aktif (active sludge proces), reaktor putar biologis (rotating
biologicalcontactor/RBC), proses aerasi kontak, proses pengolahan dengan biofilter "up
flow", danpengolahan dengan sistem "biofilter anaerob-aerob". Untuk memilih jenis
teknologi atauproses yang akan digunakan untuk pengolahan air limbah, beberapa hal yang
perludiperhatikan antara lain: karakteristik air limbah, jumlah limbah serta standar kualitas
airolahan yang diharapkan.
No. Dokumen :
008/ENG/SK/VIII/2021
DOKUMEN MANUAL SISTEM
MANAJEMEN LINGKUNGAN No. Terbit : -
UNTUKPENGOLAHAN No. Revisi : -
LIMBAH CAIR
Tanggal : 13-08-2021

3.1.8 Pengolahan Air Limbah Dengan Proses Biofilter "Up Flow"

Proses pengolahan air limbah dengan biofilter "up flow" ini terdiri dari bak
pengendap,ditambah dengan beberapa bak biofilter yang diisi dengan media kerikil atau batu
pecah,plastik atau media lain. Penguraian zat-zat organik yang ada dalam air limbah
dilakukanoleh bakteri anaerobik atau fakultatif aerobik. Bak pengendap terdiri atas 2 ruangan,
yangpertama berfungsi sebagai bak pengendap pertama, sludge digestion (pengurai
lumpur)dan penampung lumpur sedangkan ruang kedua berfungsi sebagai pengendap kedua
danpenampung lumpur yang tidak terendapkan di bak pertama, dan air luapan dari
bakpengendap dialirkan ke media filter dengan arah aliran dari bawah ke atas (Kemenkes
RI,2011).

Setelah beberapa hari operasi, pada permukaan media filter akan tumbuh lapisan filmmikro-
organisme. Mikro-organisme inilah yang akan menguraikan zat organik yangbelum sempat
terurai pada bak pengendap. Air luapan dari biofilter kemudian dibubuhidengan khlorine atau
kaporit untuk membunuh mikroorganisme patogen, kemudiandibuang langsung ke sungai atau
saluran umum. Skema proses pengolahan air limbahdengan biofilter "Up Flow " dapat dilihat
seperti terlihat dalam Gambar 3.2.

3.2.1 Proses Pengolahan Dengan Sistem Biofilter Anaerob-Aerob

Proses ini pengolahan dengan biofilter anaerob-aerob ini merupakan pengembangan dariproses
biofilter anaerob dengan proses aerasi kontak Pengolahan air limbah denganproses biofilter
anaerob-aerob terdiri dari beberapa bagian yakni bak pengendap awal,biofilter anaerob
(anoxic), biofilter aerob, bak pengendap akhir, dan jika perlu dilengkapidengan bak
kontaktor khlor.
No. Dokumen :
008/ENG/SK/VIII/2021
DOKUMEN MANUAL SISTEM
MANAJEMEN LINGKUNGAN No. Terbit : -
UNTUKPENGOLAHAN No. Revisi : -
LIMBAH CAIR
Tanggal : 13-08-2021

3.2.2 Persyaratan Limbah Cair Rumah Sakit

Menurut Kepmenkes RI No. 1204/MENKES/SK/X/2004 tentang persyaratan


kesehatanlingkungan rumah sakit, limbah cair rumah sakit harus memenuhi syarat-syarat
sebagai berikut:

a. Limbah cair harus dikumpulkan dalam kontainer yang sesuai dengan karakteristikbahan
kimia dan radiologi, volume, dan prosedur penanganan dan penyimpangannya.

b. Saluran pembungan limbah harus menggunakan sistem saluran tertutup, kedap air danlimbah
harus mengalir dengan lancar serta terpisah dengan saluran air hujan.

c. Rumah sakit harus memiliki instalasi pengolahan limbah cair sendiri atau bersamasama
secara kolektif dengan bangunan disekitarnya yang memenuhi persyaratanteknis, apabila
belum ada atau tidak terjangkau sistem pengolahan air limbah perkotaan.

d. Perlu dipasang alat pengukur debit limbah cair untuk mengetahui debit harian limbah yang
dihasilkan

e. Air limbah dari dapur harus dilengkapi penangkap lemak dan saluran air limbah harus
dilengkapi/ditutup dengan grill.

f. Air limbah yang berasal dari laboratorium harus diolah di Instalasi Pengolahan AirLimbah
(IPAL), bila tidak mempunyai IPAL harus dikelola sesuai kebutuhan yangberlaku melalui
kerjasama dengan pihak lain atau pihak yang berwenang

g. Frekuensi pemeriksaan kualitas limbah cair terolah (effluent) dilakukan setiap bulansekali
untuk swapantau dan minimal 3 bulan sekali uji petik sesuai dengan ketentuanyang berlaku.

h. Rumah sakit yang menghasilkan limbah cair yang mengandung atau terkena zatradioaktif,
pengelolaanya dilakukan sesuai ketentuan BATAN

i. Parameter radioaktif diperlukan bagi rumah sakit sesuai dengan bahan radioaktif yang
dipergunakan oleh rumah sakit yang bersangkutan.

3.2.3 Dampak Limbah Terhadap Kesehatan Lingkungan

Selain untuk mencari kesembuhan, juga merupakan depot bagi berbagai macam penyakityang
berasal dari penderita maupun dari pengunjung yang berstatus karier.Kuman penyakit ini dapat
hidup dan berkembang di lingkungan RS, seperti udara, air,lantai, makanan dan benda-benda
No. Dokumen :
008/ENG/SK/VIII/2021
DOKUMEN MANUAL SISTEM
MANAJEMEN LINGKUNGAN No. Terbit : -
UNTUKPENGOLAHAN No. Revisi : -
LIMBAH CAIR
Tanggal : 13-08-2021

peralatan medis maupun non medis. Darilingkungan,kuman dapat sampai ke tenaga kerja,
penderita baru. Hal tersebut disebutinfeksi nosokomial (Anies, 2006).

Menurut Pruss (2005), Limbah rumah sakit yang terdiri dari limbah cair dan limbah
padatmemiliki potensi yang mengakibatkan keterpajanan yang dapat mengakibatkan penyakit
atau cedera. Sifat bahaya dari limbah rumah sakit tersebut mungkin muncul akibat satu atau
beberapa karakteristik berikut

a.Limbah mengandung agent infeksius

b. Limbah bersifat genoktosik

c. Limbah mengandung zat kimia atau obat obatan berbahaya atau baracun

d. Limbah bersifat radioaktif

e. Limbah mengandung benda tajam

Menurut Pruss (2005), Semua orang yang terpajan limbah berbahaya dari fasilitaskesehatan
kemungkinan besar menjadi orang yang beresiko, termasuk yang berada dalam fasilitas
penghasil limbah berbahaya, dan mereka yang berada diluar fasilitas sertamemiliki pekerjaan
mengelola limbah semacam itu, atau yang beresiko akibatkecerobohan dalam sistem
manajemen limbahnya. Kelompok utama yang beresiko antara lain:

a.Dokter, perawat, pegawai layanan kesehatan dan tenaga pemeliharaan rumah sakit

b. Pasien yang menjalani perawatan di instansi layanan kesehatan atau dirumah Penjenguk
pasien rawat inap

d. Tenaga bagian layanan pendukung yang bekerja sama dengan instansi layanankesehatan
masyarakat, misalnya, bagian binatu, pengelolaan limbah dan bagiantransportasi.

e. Pegawai pada fasilitas pembuangan limbah (misalnya, ditempat penampungan sampah akhir
atau incinerator, termasuk pemulung.
No. Dokumen :
008/ENG/SK/VIII/2021
DOKUMEN MANUAL SISTEM
MANAJEMEN LINGKUNGAN No. Terbit : -
UNTUKPENGOLAHAN No. Revisi : -
LIMBAH CAIR
Tanggal : 13-08-2021

BAB 4
Tahap Pengelolaan Limbah Cair di Ipal
4.3.2.1. Masuk

Gambar 4.2 Inlet Instalasi Pengolahan Limbah

Inlet digunakan sebagai gerbang utama dari IPAL itu sendiri sebelum berlanjut ke unitunit
pengolahan selanjutnya. Titik awal sampling untuk pemantauan air limbah awal
jugadilakukan di titik ini..

4.3.2.2 Penyaringan Bak

Screen berfungsi untuk menyaring sampah berukuran besar (seperti plastik, potongankayu,
sisa makanan, atau lainnya) yang terbawa oleh aliran air limbah ke dalam unitaIPAL.
Keberadaan screen akan melindungi peralatan mesin pompa dan meringankanbeban
pengolahan air limbah selanjutnya.

4.3.2.3 Bak Penangkap Lemak

Bak penangkap lemak berfungsi memisahkan lemak dan kotoran yang mengambang
padaaliran air limbah. Keberadaan bak penangkap lemak dapat meminimalkan
penyumbatanyang terjadi pada mesin pompa dan jaringan perpipaannya serta mengurangi
beban unitpengolahan berikutnya. 4.3.2.1. Masuk
No. Dokumen :
008/ENG/SK/VIII/2021
DOKUMEN MANUAL SISTEM
MANAJEMEN LINGKUNGAN No. Terbit : -
UNTUKPENGOLAHAN No. Revisi : -
LIMBAH CAIR
Tanggal : 13-08-2021

4.3.2.4 Bak Pengumpul Awal

Bak Pengumpul Awal

Gambar 4.3 Bak Pengumpul Awal Instalasi Pengolahan Limbah

Bak Pengumpul Awal berfungsi sebagai pengumpul air limbah yang berasal dari
cakupanwilayah kerja IPAL dan dilengkapi dengan pompa submersible. Selain itu,
BakPengumpul Awal juga berfungsi untuk menjaga kestabilan debit aliran dan homogenitasair
limbah yang akan diproses pada unit-unit instalasi pengolahan berikutnya.

4.3.2.5 Bak Pengendap Awal


No. Dokumen :
008/ENG/SK/VIII/2021
DOKUMEN MANUAL SISTEM
MANAJEMEN LINGKUNGAN No. Terbit : -
UNTUKPENGOLAHAN No. Revisi : -
LIMBAH CAIR
Tanggal : 13-08-2021

Bak Pengendapan Awal berfungsi mengendapkan lumpur atau sedimen berupa padatanterlarut
dan tersuspensi yang terdapat pada air limbah. Proses pengendapan terjadi secara aalami
(gravitasi) tanpa dilakukan proses kimiawi

4.3.2.6 Bak Anaerob

Gambar 4.4 Bak Anaerob

Bak Anaerob merupakan unit pengolahan utama dari Instalasi Pengolahan Air Limbah(IPAL).
Bak Anaerob berfungsi sebagai tempat untuk menguraikan bahan organik yangterdapat dalam
air limbah.Penguraian bahan organik dilakukan oleh bakteri yang bersifatanaerob yaitu bakteri
yang hidup dalam air limbah tanpa membutuhkan oksigen.Keberadaan bakteri anaerob
diharapkan dapat menurunkan kadar parameter BOD, COD,TSS, Phospat dan Amoniak dalam
air limbah.
No. Dokumen :
008/ENG/SK/VIII/2021
DOKUMEN MANUAL SISTEM
MANAJEMEN LINGKUNGAN No. Terbit : -
UNTUKPENGOLAHAN No. Revisi : -
LIMBAH CAIR
Tanggal : 13-08-2021

4.3.2.7 Bak Aerob

Bak Aerob merupakan unit pengolahan utama dari Instalasi Pengolahan Air Limbah(IPAL).
Bak Aerob berfungsi sebagai tempat untuk menguraikan bahan organik yangterdapat dalam air
limbah. Penguraian bahan organik dilakukan oleh bakteri yang bersifataerob yaitu bakteri yang
hidup dalam air limbah dengan membutuhkan supplyoksigen. Keberadaan bakteri aerob
diharapkan dapat menurunkan kadar parameter BOD,.COD, TSS, Phospat dan Amoniak
dalam air limbah.

4.3.2.8 WetLands

Gambar 4.6 Wetlands


No. Dokumen :
008/ENG/SK/VIII/2021
DOKUMEN MANUAL SISTEM
MANAJEMEN LINGKUNGAN No. Terbit : -
UNTUKPENGOLAHAN No. Revisi : -
LIMBAH CAIR
Tanggal : 13-08-2021

Pengolahan limbah sistem wetland merupakan proses pengolahan limbah yang meniruaplikasi
proses penjernihan air yang terjadi di lahan basah/rawa, dimana tumbuhan air(hydrophita) yang
tumbuh di area wetland memegang peranan penting dalam prosespemulihan kualitas air limbah
secara alamiah (self purification). Area Wetland jugaberfungsi sebagai penyaring kotoran yang
terdapat pada air limbah. Pengolahan limbahsistem Wetland diharapkan mampu menurunkan
kadar parameter BOD, COD, TSS, Phospat dan Amoniak dalam air limbah setelah melewati
area Wetland. Wetland padaIPAL RSU dr.Kanujoso Djatiwibowo merupakan sistem aliran
bawah permukaan(subsurface flow wetland) dengan media tempat tumbuh tanaman berupa
batuan kerikilatau batuan pecah (split).

4.3.2.9 Bak Pengendap Akhir

Bak Pengendapan akhir berfungsi mengendapkan lumpur atau sedimen berupa padatanterlarut
dan tersuspensi yang terdapat pada air limbah setelah melalui area Wetland.Proses
pengendapan terjadi secara alami (gravitasi) tanpa dilakukan proses kimiawi.

4.3.2.10 Bak Pengumpul Akhir


No. Dokumen :
008/ENG/SK/VIII/2021
DOKUMEN MANUAL SISTEM
MANAJEMEN LINGKUNGAN No. Terbit : -
UNTUKPENGOLAHAN No. Revisi : -
LIMBAH CAIR
Tanggal : 13-08-2021

Bak Pengumpul Akhir berfungsi sebagai pengumpul air limbah yang berasal dari AreaWetland,
dilengkapi dengan pompa submersible. Selain itu, Bak Pengumpul Awal jugaberfungsi untuk
menjaga kestabilan debit aliran dan homogenitas air limbah yang akandiproses pada unit
instalasi filtrasi

4.3.2.11 Bak Filtrasi

Bak Filtrasi berfungsi sebagai penyaring padatan tersuspensi/terlarut yang tidak


sempatmengendap pada Bak Pengendap Akhir maupun pada Bak Pengumpul Akhir.
Filtrasiberupa saringan pasir cepat dan batuan kerikil berlangsung secara alami tanpa
didahuluiproses kimiawi (koagulasi - flokulasi) dengan media penyaring berupa pasir silica
ukurandiameter 3-4 mm dengan ketebalan lapisan 100 cm dan batuan kerikil ukuran 3-4
cmdengan ketebalan 50 cm.
No. Dokumen :
008/ENG/SK/VIII/2021
DOKUMEN MANUAL SISTEM
MANAJEMEN LINGKUNGAN No. Terbit : -
UNTUKPENGOLAHAN No. Revisi : -
LIMBAH CAIR
Tanggal : 13-08-2021

4.3.2.12 Kolam Indikator

Bak Indikator berfungsi sebagai indikator bahwa kualitas air limbah sudah dapatdinyatakan
layak atau tidak untuk kehidupan biota air seperti jenis ikan. Jika terdapat ikan mati, maka
dapat dinyatakan bahwa air limbah belum dapat dinyatakan layak untukdibuang ke lingkungan
perairan.

4.3.2.13 Bak Klorinasi

Bak Klorinasi berfungsi untuk membunuh bakteri patogen yang terdapat pada air
limbah.Melalui proses klorinasi diharapkan parameter Total Coliform (bakteri golongan
koli)yang terdapat pada air limbah berada dibawah standar baku mutu yang ditetapkan.
No. Dokumen :
008/ENG/SK/VIII/2021
DOKUMEN MANUAL SISTEM
MANAJEMEN LINGKUNGAN No. Terbit : -
UNTUKPENGOLAHAN No. Revisi : -
LIMBAH CAIR
Tanggal : 13-08-2021

4.3.2.14 Outlet

Outlet yang dilengkapi dengan flowmeter berfungsi untuk mengetahui besarnya debitaliran
(kapasitas) air limbah yang dibuang ke lingkungan perairan.

BAB 5
PENUTUP
No. Dokumen :
008/ENG/SK/VIII/2021
DOKUMEN MANUAL SISTEM
MANAJEMEN LINGKUNGAN No. Terbit : -
UNTUKPENGOLAHAN No. Revisi : -
LIMBAH CAIR
Tanggal : 13-08-2021

5.1 Kesimpulan

Kesimpulan yang dapat diambil setelah melaksanakan observaasi di RSUD dr. Kanudjoso
Djatiwibowo Balikpapan adalah sebagai berikut :

A. Sistem Pengolahan air limbah rumah sakit menggunakan proses secara fisik, kimiadan
biologi.
B. Instalasi Pengolahan Air Limbak pstm dr Kanudioso Djatiwibowo Balikpapan adalah
sebagai berikut terdiri dari proses nengolahan awal (Pre Treatment) berupa
bakscreening dan penangkap lemak dan diolah pada proses-proses yang selanjutnya
terdiribak pengumpul awal, bak pengendap awal, bak anaerob-aerob, wetland,
bakpengendap akhir, bak k p pengumpul akhir, bak filtrasi, bak pengumpul, kolam
indikator, bak klorinasi, outlet.
C. Melalui data primer RSUD dr. Kanudioso Diatiwibowo Balikpapan pada tanggal
28Juni-27 Juli 2018 diketahui adanva beberana parameter yang melewati baku mutu
danperaturan yang telah ditetapkan namun parameter lainnya telah sesuai dan
diketahui Sesuai dengan Perda Kaltim No. 2 Tahun 2011 kadar maksimum dari nilai
total fosfatsebesar 2 mg/L, dari Peraturan Menteri Lingkungan Hidup No. 68 Tahun
2016diketahui kadar maksimum dari nilai amoniak yaitu 10, serta diketahui juga
berdasarkan Peraturan Menteri Lingkungan Hidup No. 06 Tahun 2014 bahwa
kadarnilai maksimum untuk belerang adalah 0,05 mg/L. Berdasarkan data tersebut
beberapa parameter pada bagian kimia anorganik masih melewati baku mutunya.
D. Pemantauan untuk kualitas mikrobiologi dan udara ruang dilakukan langsung
olehpihak ke-3 yaitu oleh orang yang ditugaskan dari Laboratorium Kesehatan
Daerah.Sampling dilakukan secara sistematis dengan ruangan-ruangan yang telah
ditentukandan disetujui baik dari rumah sakit maupun pihak Labkesda. Pemantauan
kualitasudara ambien juga dilakukan langsung oleh Dinas Lingkungan Hidup dengan
dilampingi oleh pihak rumah sakit dalam pelaksanannya. Sampling dilakukan di
titik 1
No. Dokumen :
008/ENG/SK/VIII/2021
DOKUMEN MANUAL SISTEM
MANAJEMEN LINGKUNGAN No. Terbit : -
UNTUKPENGOLAHAN No. Revisi : -
LIMBAH CAIR
Tanggal : 13-08-2021

5.2 Support

5.2.1. Lingkup Limbah Warga di Sekitar Rumah Sakit

Menjelaskan jenis limbah yang dihasilkan oleh masyarakat sekitar rumah sakit, termasuk limbah
rumah tangga dan potensialnya dampak terhadap lingkungan.

5.2.2. Pentingnya Peran Masyarakat

Membahas pentingnya partisipasi aktif masyarakat dalam pengelolaan limbah, terutama karena
limbah warga memiliki kaitan langsung dengan keberlanjutan dan kebersihan lingkungan sekitar
rumah sakit.

5.2.3 Prinsip Zero Waste

Mengenalkan konsep Zero Waste kepada masyarakat, mengajak mereka untuk mengurangi, mendaur
ulang, dan mendaur ulang kembali barang-barang agar menghasilkan lebih sedikit limbah.

5.2.4. Sistem Pengumpulan Limbah Warga

Merancang sistem pengumpulan limbah yang terorganisir dengan melibatkan masyarakat, seperti
penempatan tempat sampah yang strategis dan pengaturan waktu pengumpulan yang terjadwal.

5.2.5. Peran Masyarakat dalam Pengawasan Kebersihan

Mengajak masyarakat untuk menjadi mata dan telinga dalam menjaga kebersihan lingkungan sekitar
rumah sakit, termasuk melaporkan aktivitas ilegal penimbunan atau pembuangan limbah secara tidak
benar.

5.2.6. Sosialisasi Kerjasama dengan Rumah Sakit

Menjelaskan pentingnya kerjasama langsung antara masyarakat dan rumah sakit dalam mengelola
limbah warga, termasuk kebijakan pengelolaan limbah yang ada di rumah sakit.

Anda mungkin juga menyukai